Upload
agnes-tanic
View
123
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Seorang Wanita Usia 55 Tahun Datang dengan
Pandangan Mata Kanan Kabur
KELOMPOK II
03010220 PARAMITHA W. K.
03010284 YOSHUA A.
03011001 A.A. GEDE I.P.
03011002 ABDEL HALIM A.
03011003 ABDURRACHMAN
03011004 ADI SULISTYO
03011005 ADINDA W.
03011006 ADITYA Y.
03011007 ADRI PERMANA U.
03011008 ADWINA SYAFITRI
03011009 ADY FITRA S.
03011010 AGNESS PRATIWI
03011011 AGNESTIA S.
03011012 AKBARRUDDIN
03011013 AKHMAD
03011014 AKHTA YUDISTIRA
03011015 ALDISA PUSPITASARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Mulai dari hanya beberapa hari setelah pembuahan sampai meninggal, jantung dalam
tubuh manusia terus berdenyut. Sepanjang rentang hidup rata-rata manusia, jantung
berkontraksi sekitar 3 milyar kali, tidak pernah berhenti kecuali selama sepersekian detik
untuk mengisi rongganya. Dalam sekitar tiga minggu setelah pembuahan, jantung pada
embrio yang sedang tumbuh mulai berfungsi.
Sistem sirkulasi memiliki tiga komponen dasar yaitu jantung, pembuluh darah, dan
darah. Jantung adalah organ yang sangat penting, berfungsi sebagai pompa yang memberi
tekanan pada darah untuk menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan
darah ke jaringan. Seperti semua cairan, darah mengalir menuruni gradien tekanan dari
daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah. Pembuluh darah berfungsi
sebagai saluran untuk mengarahkan dan menyebarkan darah dari jantung ke seluruh bagian
tubuh dan kemudian dikembalikan ke jantung. Darah adalah medium pengangkut tempat larut
atau tersuspensinya bahan-bahan (misalnya O2, CO2, nutrien, zat sisa, elektrolit, dan hormon)
yang akan diangkut jarak jauh ke berbagai bagian tubuh.
Darah dari jantung mengalir ke seluruh tubuh, termasuk organ-organ penginderaan.
Salah satunya adalah mata. Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks, perkembangannya
sangat sempurna sehingga memungkinkan mata dapat menganalisa dengan tepat bentuk
cahaya, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan dari suatu obyek. Mata terdapat dalam
struktur tulang tengkorak yang disebut orbita dengan lemak orbita sebagai bantalan. Secara
umum mata terdiri atas bulatan, sistem lensa untuk memfokus suatu gambar, lapisan sel-sel
yang fotosensitif serta saraf-saraf yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, dan
menyalurkan informasi visual ke susunan saraf pusat. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai sistem sirkulasi dan organ penglihatan yaitu mata.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang wanita, Nyonya Ani, usia 55 tahun datang ke poliklinik mata, dengan
keluhan pandangan kabur pada mata sebelah kanan. Selain itu dia juga mengalami nyeri berat
di daerah mata, sakit kepala, melihat pelangi sekitar lampu, disertai dengan mual dan muntah.
Pada pemerikasaan mata kanan ditemukan tekanan intraokulernya 28 mmHg. Pada mata kiri
tekanan intraokulernya 13 mmHg. Ibu ini juga mengakui mempunyai riwayat diabetes
mellitus dan beberapa minggu sebelum keluhan ini nyonya Ani juga pernah mengalami
keluhan nyeri dada dan dinyatakan menderita miokardial infark. Dokter mendiagnosis
Nyonya Ani menderita glaukoma akut OD ec diabetes mellitus.
2
BAB III
PEMBAHASAN
MATA
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Fungsi mata yang paling
sederhana, yaitu mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap. Lebih
kompleks, mata dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata terdiri dari
beberapa bagian yaitu, orbita, bulbusoculli, dan adneksa mata.
A. Orbita1
Orbita adalah sepasang rongga di
tulang yang berisi bola mata, otot, saraf
dan lemak yang berhubungan dengan
bola mata. Hanya seperlima rongga
orbita yang terisi bola mata, sisa rongga
berisi jaringan ikat dan adiposa, serta
otot mata ekstrinsik, yang berasal dari
orbita dan menginsersi bola mata. Atap
orbita terdiri atas pars orbitalis
os.frontalis. Dinding lateral dipisahkan
dari bagian atap oleh fissura orbitalis
superior yang berfungsi sebagai lintasan saraf yang mempersarafi otot bola mata. Bagian
anteriornya dibentuk oleh facies orbitalis os. zygomaticum. Dasar orbita dipisahkan dari
dinding lateral oleh fissura orbitalis inferior. Tulang-tulang yang menyusun rongga orbita
terdiri atas 7 buah tulang yaitu tulang frontal, tulang zygomaticum, tulang sphenoid, tulang
maxilla, tulang etmoid, tulang nasal, dan tulang lakrimal.
B. Bola mata (bulbus occuli) dan isi bola mata2,3
Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu, tunika fibrosa, tunika vaskulosa, dan tunika
nervosa.
1. Tunika fibrosa
Merupakan lapisan yang paling luar dari bola mata, terdiri atas bagian posterior
yaitu sklera dan bagian anterior yang transparan disebut kornea.
Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat yang berwarna putih serta merupakan
jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. Di
3
posterior dari sklera ditembus oleh N. Opticus. Selain itu, sklera juga memberi
bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik
bola mata. Secara histologi, sklera dapat di bedakan atas 3 lapisan yaitu episklera,
sklera yang sebenar-nya, dan lamina fusca. Episklera merupakan lapis sklera yang
paling luar terdiri atas jaringan fibroelastis yang berhubungan longgar dengan
jaringan ikat sebelah luarnya yang disebut kapsula tenon. Lapisan sklera yang
sebenarnya terdiri atas serat-serat kolagen. Sedangkan antara sklera dan koroid
terdapat jaringan ikat tipis yang mengandung sejumlah melanosit dengan pigmen
melanin dan fibroblas di antara serat sehingga disebut lamina fusca.
Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah perpanjangan anterior yang
transparan dari sklera di bagian depan mata dan merupakan bagian selaput mata
yang ditembus oleh cahaya. Kornea juga menempati 1/6 anterior bola mata
dengan ciri-ciri jerih, transparan, permukaannya halus, di tengah tebalnya 0,7-0,8
sedangkan di tepi 1,1 mm sedikit lebih tebal daripada sklera. Kornea bersifat
avaskuler sehingga memerlukan nutrisi dari luar. Secara histologi kornea terdiri
atas 5 lapisan, yaitu:
1. Epitel, epitel kornea merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
dengan tebal kira kira 50-70 µm. Terdiri atas 5-6 lapis sel dan mempunyai
daya regenerasi yang sangat baik.
2. Membrana browman, suatu lapisan
homogen tipis tepat di bawah epitel,
mirip membran basal epitel tetapi
lebih tebal dan terdiri atas serat serat
kolagen halus.
3. Stroma/substansia propria,
merupakan bagian kornea yang paling
tebal dan transparan. Terdiri atas serat
serat kolagen yang lebih kasar daripada membran bowman. Di antara serat
kolagen terdapat fibrosit yang tampak tipis dengan inti yang jelas.
4. Membran descement, mempunyai struktur homogen yang tebalnya 5-10 µm,
terdiri atas serat-serat kolagen halus yang tersusun seperti jala.
5. Lapisan endotel kornea, merupakan lapisan kornea yang paling dalam dan
terdiri atas epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Lapisan ini membatasi
ruang kamera okuli anterior.
4
2. Tunika vaskulosa
Merupakan lapisan tengah bola mata dan dilidungi oleh kornea dan sklera. Dari
belakang ke depan disusun oleh: koroid, corpus siliaris, dan iris.
Koroid. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk
mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat
tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastis sehingga dapat
menarik ligamen suspensorium. Koroid mempunyai susunan seperti spons,
warna coklat, berisi banyak pleksus venosus. Tebal sekitar 0.1-0.3 mm, dengan
ruang perikoroid yang memisahkan koroid dari sklera. Koroid dibedakan atas 4
lapisan. Lapisan suprakoroid di sebelah luar terdiri atas serat kolagen dan serat
elastin yang jarang, menghubungkan ruang perikoroid dengan sejumlah
melanosit yang berbentuk seperti bintang. Lapisan vaskulosa terletak di sebelah
dalamnya, merupakan bagian yang paling tebal dari koroid, terdapat cabang
arteri dan vena yang terdapat dalam jaringan ikat jarang dan berisi banyak
melanosit. Lapisan ketiga adalah lapisan koriokapilaris, tempat berakhirnya
cabang arteri koroidea. Di sebelah dalam, antara lapis koriokapilaris dan lapis
epitel pigmen retina terdapat membrana bruch, lapis homogen mengkilap.
Membrana bruch ke anterior masuk ke korpus siliaris dan ke posterior berakhir
pada diskus optikus. Disini terdapat percabangan nervus siliaris yang berakhir
pada otot pembuluh darah. Tapetum lusidum merupakan bagian luar dan
posterior koroid berpigmen.
Corpus siliaris adalah suatu penebalan bagian anterior lapisan koroid,
mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot ini melekat pada
ligamentum suspensorium, tempat perlekatan lensa serta penting dalam
akomodasi penglihatan atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek yang
berjarak jauh ke objek berjarak dekat. Koroid ke anterior meluas sampai ora
serrata dan menebal membentuk korpus siliaris, mengelilingi mata. Pada
potongan meridional, korpus siliaris berbentuk segitiga, dasarnya menghadap ke
kamera oculi anterior, permukaan luarnya terpisah dari sklera oleh ruang
perikoroid dan permukaan dalamnya berhadapan dengan korpus vitreum,
dilapisi oleh pars siliaris retina. Sudut luar melekat pada sklera spur dan sudut
dalam menjulur bebas tepat anterior terhadap equator lensa. Korpus siliaris
merupakan perluasan retina dan koroid ke anterior, kecuali lapis koriokapilaris.
5
Korpus siliaris berisi muskulus siliaris, terdiri atas 3 lapis otot polos,
pars meridionalis, pars radiata, dan pars sirkularis. Ke-3 otot ber-origo pada
sklera spur dan ligamentum pektinatum. Diantara serat-serat otot polos terdapat
jala-jala serat elastin dan melanosit. Lapis vaskular terutama terdiri dari kapilar
dan venula, dan merupakan bagian terbesar prosesus siliaris. Pembuluh darah ini
merupakan tempat pembentukan humor aqueous. Epitel siliaris dilapisi oleh 2
lapis sel-sel kubis. Lapis sel bagian luar tidak berpigmen, dan dibagian apikal
terdapat taut kedap, yang merupakan dasar dari blood aqueous barrier pada
mata. Lapis sel sebelah dalam dari epitel siliaris berpigmen.
Iris adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa, dan menyisakan
lubang bundar di pusat yang disebut pupil. Iris tergantung di dalam aqueous
humor di antara kornea dan lensa. Pinggir iris melekat pada permukaan anterior
corpus ciliaris. Iris membagi ruang antar lensa dan kornea menjadi camera oculi
anterior dan camera oculi posterior. Serabut serabut otot iris bersifat involunter
dan terdiri atas serabut-serabut sirkular dan radial. Serabut sirkular membentuk
M.spinchter pupilae, serta serabut radial membentuk M.dilator pupilae. Fungsi
iris yaitu mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Pupil
dapat midriasis dan miosis. Midriasis dipengaruhi oleh aktifitas saraf simpatis
sedangkan miosis dipengaruhi oleh saraf parasimpatis.
3. Tunika nervosa
Retina terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam. Permukaan luar melekat dengan koroid dan permukaan dalam dengan corpus
vitreum. Bagian anterior berakhir pada ora serrata yang merupakan ujung akhir pars
nervosa. Pada pertengahan bagian posterior retina, terdapat daerah lonjong
kekuningan yang disebut macula lutea, yang merupakan area retina dengan daya
lihat yang paling jelas. Di tengahnya terdapat lekukan yang disebut fovea centralis.
Secara histologi retina adalah lapisan bola mata yang paling dalam dan terdiri atas
bagian anterior yang tidak fotosensitif disebut pars seka retina dan bagian posterior
yang fotosensitif yang disebut pars optika retinae. Pars seka retinae membatasi
bagian dalam korpus siliaris dan bagian posterior iris. Pada pars optika retina terdiri
atas 10 lapisan yaitu:
1. Lapisan epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
6
3. Membrana limitan eksterna
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat-serat saraf
10. Membrana limitans interna
Pada lapisan ke 1,2,3,4 merupakan lapisan dalam sel-sel fotosensitif, terdiri atas
sel batang dan sel kerucut serta disebut juga neuron primer. Sedangkan lapisan ke
5,6,7 merupakan neuron sekunder yang menghubungkan sel-sel batang dan kerucut
dengan sel ganglion. Dan pada lapisan 8,9,10 merupakan neuron tersier yang
permukaannya terdiri atas sel-sel ganglion, dendritnya berhubungan dengan neuron
bipolar dan akson-nya menuju ke susunan saraf pusat.
Isi bola mata terdiri dari lensa, aqueous humor, dan corpus vitreus.
1. Lensa
Adalah struktur bikonveks yang transparan. Lensa terletak di belakang iris dan
di depan corpus vitreum. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung
daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang
dinamakan equator. Regio equator lensa dilekatkan pada prosessus ciliaris oleh
ligamentum suspensorium. Tarikan dari serabut serabut ligamentum suspensorim
yang tersusun radial cenderung memipihkan lensa sehingga mata dapat di
fokuskan pada objek yang jauh.
2. Aqueous humor
Merupakan cairan bening yang mengisi kamera anterior dan posterior bulbi.
Aqueous humor dihasilkan oleh sekresi dan ultrafiltrasi dari processus siliaris.
Fungsi aqueous humor adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan
memberikan tekanan dari dalam sehingga menjaga bentuk bola mata. Cairan ini
juga memberi makan pada kornea sebab lensa dan kornea tidak memiliki
pembuluh darah.
7
Aqueous humor mengalir dari kamera okuli posterior kemudian ke kamera
okuli anterior menuju sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera
dengan pangkal iris, meninggalkan mata melalui jaringan trabekula menuju ke
kanal schlemm dan vena episklera. Hambatan aliran keluar aqueous humor
mengakibatkan
peningkatan tekanan
intraokular yang
normalnya 20 mmHg
sehingga
mengakibatkan
glaukoma. Keadaan
ini dapat
menimbulkan
kerusakan degeneratif
pada retina yang
berakibat pada
kebutaan.
3. Corpus vitreus
Corpus vitreus mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang
transparan. Canalis hyloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui corpus
vitreus dari discus nervi optici ke permukaan posterior lensa. Fungsi corpus
vitreus yaitu menyokong permukaan posterior lensa dan membantu melekatkan
pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.
C. Adneksa mata1
Adalah bagian mata yang letaknya di luar bola mata.
1. Alis mata
Alis mata adalah bagian kulit yang mengalami penebalan. Bagian kulit ini di tunjang
oleh otot-otot di bawahnya.
2. Palpebra
Palpebra berada di depan mata dan berfungsi melindungi mata dari cedera dan
cahaya yang berlebihan. Kedua palpebra saling bertemu di sudut lateral dan medial.
Di antara palpebra superior dan inferior terdapat sebuah lubang yaitu fissura
8
palpebra. Permukaan superficial palpebra ditutupi oleh kulit sedangkan bagian
dalamnya ditutupi oleh bagian mucosa yang disebut conjungtiva.
Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan. Dimana ketajaman atau
kejernihan penglihatan tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan
sensitifitas dari interpretasi di otak. Alat yang digunakan untuk pengukuran visus seseorang
yaitu Optotipi Snellen. Istilah visus 20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak
dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain
dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Bilangan tersebut diperoleh dari rumus V = d/D,
dimana visus diperoleh dari pembagian antara jarak seseorang ke Optotipi Snellen dan jarak
normal seseorang melihat huruf paling kecil pada Optotipi Snellen dengan jarak 6 meter
dalam satuan meter dan 20 feet dalam satuan feet.
Proses masuknya cahaya sampai ditangkap oleh retina adalah sebagai berikut. Setelah
melewati kornea, cahaya merambat melalui aqueous humor. Kemudian cahaya diteruskan ke
lensa. Setelah melewati lensa, cahaya diteruskan ke vitreus humor. Cahaya kemudian
difokuskan ke retina yang berperan sebagai fotoreseptor karena terdapat sel kerucut, sel
batang, sel bipolar, dan sel ganglion. Pada retina terdapat sepuluh lapisan dan neuron yang
berfungsi menerima, menggabungkan, dan menangkap atau menghantarkan rangsangan ke
otak untuk pemrosesan. Retina mempunyai lekukan dangkal pada dinding posteriornya yang
hanya berisi sel kerucut dan merupakan daerah avaskular yang disebut fovea centralis, daerah
tengahnya yaitu macula yang berfungsi memberikan ketajaman penglihatan terbesar.5
Salah satu kelainan pada mata yaitu glaukoma.4Glaukoma merupakan kerusakan
penglihatan dan biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata (tekanan
intraokuler). Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak
jaringan- jaringan saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. Faktor- faktor
yang dapat menyebabkan glaukoma yaitu:
1. Naiknya tekanan intraokuler akibat hambatan aliran keluar cairan aqueous humor.
2. Umur di atas 50 tahun mempunyai resiko terkena glaukoma yang lebih besar, hal ini
disebabkan oleh ligamentum suspensorium melemah pada usia lanjut sehingga
menyebabkan turunnya lensa dan menghambat aliran cairan tersebut.
3. Riwayat keluarga, jika memiliki sejarah keluarga terkena glaukoma, risiko untuk terkena
glaukoma juga akan semakin besar.
4. Diabetes.
9
5. Pemakaian kortikosteroid yang berkepanjangan dapat menimbulkan glaukoma. Hal ini di
sebabkan karena pemakaian kortikosteroid dapat mengakibatkan retensi Na sehingga air
ditahan dan menyebabkan volume plasma meningkat dan pada akhirnya tekanan darah
juga ikut meningkat.
Dasar terjadinya nyeri berat di mata dan sakit kepala diakibatkan oleh gangguan aliran
aqueous humor sehingga tekanan intraokulernya naik dan menekan saraf-saraf mata di
belakangnya.
SISTEM KARDIOVASCULAR
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang
berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH
tubuh (bagian dari homeostasis). Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh
darah.
Jantung terletak di rongga toraks sekitar garis tengah antara sternum di sebelah
anterior dan vertebra di posterior. Jantung memiliki dasar yang lebar di atas, dan meruncing
di ujungnya, disebut apeks. Jantung dibagai menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki
empat rongga. Rongga atas disebut atrium, menerima darah yang kembali ke jantung dan
memindahkannya ke rongga bawah atau ventrikel yang memompa darah dari jantung. Kedua
paruh dipisahkan oleh septum, sebuah partisi berotot kontinyu yang mencegah pencampuran
darah dari kedua sisi jantung. Jantung memiliki pembuluh darah yaitu arteri dan vena. Arteri
membawa darah dari ventrikel ke jaringan. Sedangkan vena mengembalikan darah dari
jaringan ke atrium.
Pada jantung terdapat katup atrioventrikular (AV) kanan dan kiri, yang masing-
masing terletak di antara atrium dan ventrikel di sisi kanan dan kiri. Katup AV kanan juga
disebut katup trikuspidalis karena terdiri dari tiga cusp atau daun katup. Demikian juga katup
AV kiri yang memiliki dua daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Tepi-tepi
daun katup AV diikat oleh korda tendinea, yang berorigo pada muskulus papilaris. Dua katup
jantung yang lain yaitu, katup semilunaris aorta antara ventrikel kiri dan aorta dan katup
semilunaris pulmonalis antara ventrikel kiri dan arteri pulmonalis.6
Jantung memiliki tiga sulcus yaitu, sulcus coronarius yang membatasi atrium dan
ventrikel; sulcus interatrialis yang memisahkan kedua atrium; dan sulcus interventrikular atau
sulcus longitudinalis anterior dan posterior yang memisahkan kedua ventrikel. Sulcus
interventrikularis anterior terletak pada permukaan sternokostal kiri dan sulcus
interventrikularis posterior terletak pada permukaan diafragmatik.
10
Lapisan utama dinding jantung adalah lapisan tengah atau lapisan muskular, yaitu
miokardium. Di sebelah dalam, seluruh miokardium dilapisi dengan endokardium.
Endokardium adalah serabut fibrosa yang tipis, yang dilapisi sel endotel gepeng yang
bersambungan dengan endotel pembuluh darah. Di sebelah luar, jantung dilapisi epikardium
(perikardium viseral) yang mempunyai permukaan licin.7
Sel-sel jantung non-kontraktil mampu melakukan otoritmitas karena memiliki nodus
sebagai berikut:
1. Nodus sinuatrialis (nodus SA), terletak di dinding atrium kanan dekat pintu masuk
vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikularis (nodus AV), terletak di dasar atrium kanan dekat septum,
tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel.
3. Berkas his, masuk ke septum antarventrikel. Terbagi atas berkas kanan dan kiri yang
turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel, dan
berjalan balik ke arah atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas His dan menyebar
ke seluruh miokardium ventrikel.6
Jantung memiliki batas-batas pada rongga toraks sebagai berikut:
Batas dextra tepi kranial costa 3 kanan, kurang lebih 2 cm linea sternalis terus turun ke
kaudal sampai tepi kaudal costa 5 kanan.
Batas bawah atau kaudal dari costa 5 kanan ke kiri menyilang linea mediana sampai di
spatium intercostal ke 5 kiri agak lateral linea parasentralis.
Batas kiri atau sinistra dari spatium intercostal 5 kiri ke kranial terus ke spatium
intercostalis ke 2 kiri, kurang lebih 3 cm midclavicula.
11
Batas atas atau kranial mulai dari spatium intercostal kiri dan kanan, datang pada tempat
dimulainya batas kanan
Darah terus menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung melalui dua
lengkung vaskular terpisah, yakni sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi
sistemik adalah sirkuit pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan sistem tubuh
lain. Sirkulasi pulmonal terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang mengangkut
darah antara jantung dan paru-paru.
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium dextra melalui vana cava
superior dan vena cava inferior. Kemudian darah mengalir dari atrium dextra ke ventrikel
dextra, melewati katup trikuspidalis. Ventrikel dextra selanjutnya memompa darah ke arteri
pulmonalis melewati katup semilunaris pulmonalis. Arteri pulmonalis membentuk 2 cabang,
yakni arteri pulmonalis dextra dan arteri pulmonalis sinistra yang masing-masing berjalan ke
paru-paru dextra dan sinistra. Darah yang sampai ke paru-paru mengalami proses oksigenasi
dan kemudian kembali ke jantung melalui vena pulmonalis, masuk ke atrium sinistra. Darah
yang kaya O2 dari atrium sinistra dipindahkan ke ventikel sinistra melewati katup bikuspidalis
(katup mitral). Kemudian vantrikel sinistra memompa darah ke aorta melewati katup
semilunaris aorta. Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang memperdarahi
berbagai organ tubuh.6
Percabangan arteri dari jantung dimulai dari arcus aorta. Pada arcus aorta terdapat 3
percabangan, yaitu truncus brachiocephalica, arteri carotis communis sinistra, dan arteri
subclavia sinistra. Truncus brachiocephalica selanjutnya bercabang menjadi arteri carotis
communis dextra dan arteri subclavia dextra. Masing-masing arteri carotis communis dextra
dan sinistra selanjutnya akan bercabang menjadi arteri carotis interna dan arteri carotis
externa. Arteri carotis interna memperdarahi cranium bagian dalam dan arteri carotis externa
memperdarahi cranium bagian luar. Sedangkan masing-masing arteri subclavia dextra dan
sinistra akan memperdarahi tungkai atas dextra dan sinistra. Setelah melewati costa I, arteri
subclavia menjadi arteri axillaris kemudian menjadi arteri brachialis saat sejajar dengan
muskulus teres major dan bercabang menjadi arteri ulnaris dan arteri radialis.
Arcus aorta selanjutnya menjadi aorta descenden. Aorta descenden sebelum
diafragma merupakan aorta thoracalis. Setelah melewati diafragma, aorta thoracalis menjadi
aorta abdominalis dan kemudian bercabang menjadi arteri iliaca communis dextra dan arteri
iliaca communis sinistra. Masing-masing arteri iliaca communis dextra dan sinistra bercabang
lagi menjadi arteri iliaca interna dan arteri iliaca externa. Arteri iliaca interna memperdarahi
bagian genital dan arteri iliaca externa memperdarahi tungkai bawah.
12
Arteri iliaca externa menjadi arteri femoralis yang kemudian memberi percabangan,
yaitu arteri profunda femoralis, arteri circumflexa lateral, dan arteri circumflexa medial.
Selanjutnya arteri femoralis melewati hiatus adductorius hunteri menuju ke bagian posterior
dan pada regio poplitea menjadi arteri poplitea. Pada 1/3 cruris, arteri poplitea bercabang
menjadi arteri tibialis anterior, arteri tibialis posterior dan arteri peroneus. Arteri tibialis
anterior pada daerah dorsum pedis menjadi arteri dorsum pedis dan arteri tibialis posterior
pada daerah plantar pedis menjadi arteri plantar pedis.
Dinding pembuluh darah umumnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu tunika intima, tunika
media, dan tunika adventisia. Berikut ini akan diuraikan susunan histologi dari pembuluh
darah.
1. Arteri kecil:
a. Tunika intima: terdiri atas selapis sel endotel. Di bawahnya terdapat lapisan
subendotel yang sangat tipis. Lamina elastika interna yang membatasi tunika
intima dan tunika media terdiri atas serat-serat elastin yang membentuk berkas
melingkari dinding pembuluh darah.
b. Tunika media: terdiri atas 1-5 lapisan serat otot polos sirkular. Diantaranya
terdapat sedikit serat elastin, serat kolagen, dan fibrosit. Belum memiliki lamina
elastika eksterna.
c. Tunika adventisia: terdiri atas anyaman penyambung jarang yang mengandung
serat kolagen dan elastin yang berjalan longitudinal. Serta terdapat fibroblast yang
tersebar.
2. Arteri sedang:
a. Tunika intima: terdiri atas sel endotel, lapisan subendotel yang lebih tebal dari
arteri kecil, lamina elastika interna lebih kontinyu.
b. Tunika media: terdiri atas 40-50 lapis serat-serat otot polos sirkular. Diantaranya
terdapat serat elastin halus. Ada membran elastis yang tipis dan berlubang-lubang
yang disebut lamina elastika eksterna.
c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri kecil. Terdiri dari serat elastin dan serat
kolagen yang halus.
3. Arteri besar:
a. Tunika intima: selapis sel endotel, lapisan subendotel yang terdiri atas
anyaman penyambung jarang yang tebal. Mengandung serat-serat otot polos
dan tidak memiliki lamina elastika interna.
13
b. Tunika media: terdiri atas 40-70 lapisan membran-membran elastis yang
tersusun kosentris dan dihubungkan oleh serat-serat elastin. Diantaranya diisi
anyaman penyambung jarang dan serat-serat otot polos sirkular.
c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri sedang. Mengandung vasa vasis dan
serat saraf vasomotor.
4. Vena kecil:
a. Tunika intima: sama seperti arteri kecil, tidak terdapat lamina elastika interna.
b. Tunika media: mempunyai otot polos lebih tipis dari arteri kecil, tersusun
lebih longgar.
c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri kecil. Terdapat saraf vasomotor.
5. Vena sedang:
a. Tunika intima: lebih tipis, lapisan subendotel lebih tipis. Tidak memiliki
lamina elastika interna dan eksterna.
b. Tunika media: lebih tipis, otot polos lebih longgar.
c. Tunika adventisia: lebih tebal.
6. Vena besar:
a. Tunika intima: lapisan subendotel lebih tebal.
b. Tunika media: hanya sedikit mengandung serat otot polos, batas tunika media
dan tunika adventisia tidak jelas. Pada vena cava yang bermuara ke jantung
tidak lagi memiliki tunika media sehingga tunika adventisia melekat langsung
pada tunika intima.
c. Tunika adventisia: merupakan lapisan yang paling tebal dari ketiga lapisan,
berisi serat-serat kolagen dan serat elastin. Pada vena cava inferior terdapat
berkas otot polos yang tersusun longitudinal.8
Darah yang di pompa jantung ke seluruh tubuh yang telah dijelaskan di atas
merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri dari sel darah dan zat antarsel berupa cairan yang
disebut plasma. Unsur sel merupakan 45% dari darah dan plasma 55% dari darah. Jumlah
darah 5 liter pada orang dewasa. Plasma berwarna kekuningan dan tembus cahaya. Sel-sel
darah adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keeping-
keping darah).
Eritrosit atau sel darah merah tidak berinti, tidak memiliki organel dan mengandung
protein pembawa O2 yaitu hemoglobin (Hb) yang membentuk sekitar 95% protein intrasel
eritrosit. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Bentuk dari samping
seperti cakram bikonkaf, berdiameter 7,5 mikron. Eritrosit dibungkus oleh membran plasma
14
(plasmalema) yang terdiri dari 40% lipid (fosfolipid, kolesterol, glikolipid, dan lain-lain),
50% protein dan 10% karbohidrat. Di bawah plasmalema terdapat kerangka sel yang terdiri
dari 2 lapisan yaitu jala granular vertikal dan jala filamentosa horizontal. Jala-jala ini tersusun
dari protein kontraktil yang disebut spektrin yang dapat mempertahankan bentuk bikonkaf
eritrosit dan menyebabkan eritrosit elastis sehingga dapat berubah bentuk seperti mangkuk
pada waktu melalui kapiler darah. Usia eritrosit dalam darah yaitu 120 hari.
Fungsi utama eritrosit relatif sederhana, yaitu menyalurkan oksigen ke jaringan dan
membantu membuang karbondioksida dan proton yang dibentuk oleh metabolisme jaringan.
Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam
proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transpor
ion serta pengaturan air keluar-masuk sel.8,9
Ringkasan aspek penting Metabolisme dalam eritrosit
a. Eritrosit sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber energinya;
membrannya mengandung pengangkut glukosa berafinitas tinggi.
b. Glikolisis, yang menghasilkan laktat adalah jalur produksi ATP.
c. Tidak terjadi pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif karena tidak
terdapat mitokondria di eritrosit.
d. Eritrosit memiliki beragam pengangkut yang mempertahankan keseimbangan
ion dan air.
e. Pembentukan 2,3-bifosfogliserat oleh reaksi-reaksi yang berkaitan erat dengan
glikolisis penting dalam mengatur kemampuan Hb mengangkut oksigen.
Eritropoietin manusia merupakan suatu glikoprotein dengan 166 asam amino.
Eritropoietin merupakan regulator utama eritropoiesis pada manusia. Zat ini disintesis
terutama oleh ginjal dan dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai respon hipoksia.
Eritropoietin kemudian masuk ke dalam sumsum tulang kemudian berinteraksi dengan burst-
forming unit-erythroid (BFU-E), menyebabkannya berproliferasi dan berdiferensiasi, lalu
terbentuklah eritrosit.9
Leukosit atau sel darah putih berbentuk sferis dan berinti. Pada sediaan darah segar
leukosit terlihat bulat, tidak berwarna, dan intinya terlihat hanya sebagai titik-titik hitam.
Berdasarkan terdapat tidaknya granula dalam sitoplasma, leukosit dibagi dalam 2 golongan
yaitu granulosit (netrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).
Netrofil berdiameter 10-15 mikron. Intinya terdiri dari 2-5 lobus yang dihubungkan
oleh benang kromatin halus. Granula spesifik halus, berwarna merah muda dan tersebar rata.
Eosinofil berdiameter 12-15 mikron. Intinya terdiri dari 2 lobus sedangkan granulanya kasar,
15
berwarna merah, berukuran sama besar, tersebar rata tetapi tidak menutupi inti. Basofil
berdiameter 10-15 mikron. Inti tertutup granula sehingga batasnya tidak jelas. Granula kasar,
berukuran tidak sama, bentuknya bulat tapi bisa tidak teratur dan berwarna biru tua. Limfosit
berdiameter 6-8 mikron. Intinya bulat, berwarna biru tua dan hampir menutupi seluruh sel.
Kromatin inti sangat padat, serta terdapat granula azurofilik yang berwarna biru ungu.
Sedangkan monosit adalah sel besar yang berdiameter 12-20 mikron. Intinya terletak
eksentris, berbentuk lonjong seperti tapal kuda/ginjal dan memiliki lekukan yang dalam.
Kromatin inti tidak padat dan tersusun seperti jala. Terdapat granula azurofilik.
Trombosit atau keping-keping darah berbentuk seperti cakram bikonveks, lonjong,
tidak berinti dan berdiameter 2-4 mikron. Tiap trombosit mempunyai daerah tepi yang
berwarna biru muda disebut hialomer dan daerah tengah yang mengandung granula ungu tua
disebut granulomer.8
Pada hemostasis, yaitu penghentian pendarahan akibat pembuluh darah yang
terpotong atau robek, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga aliran
darah berkurang. Terdapat 3 tahap, yaitu:
1. Pembentukan agregat trombosit yang longgar dan sementara di tempat cidera.
Trombosit berikatan dengan kolagen dibagian dinding pembuluh yang cidera,
mengeluarkan ADP membentuk tromboksan A2 yang mengaktifkan trombosit lain
disekitar tempat cidera.
2. Pembentukan jaring fibrin yang mengikat agregat trombosit, membentuk sumbat
hemostatik atau trombus yang lebih stabil.
3. Disolusi sumbat hemostatik atau thrombus secara parsial atau total oleh plasmin.
Fibrin dibentuk dengan melalui 2 jalur, yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Jalur
ekstrinsik berawal dari pengaktifan faktor XII (F XII) oleh prakalikrein dan kininogen
berberat molekul tinggi, menjadi F XIIa. Setelah itu, F XIIa mengaktifkan F XI menjadi F
XIa. F XIa akan mengaktifkan F IX menjadi F IXa dengan bantuan Ca2+. Lalu, F IXa akan
mengaktifkan F X menjadi F Xa dengan bantuan dari jalur ekstrinsik, yaitu pengaktifan F XII
yang mengaktifkan F X menjadi F Xa juga. Lalu, F Xa ini akan mengubah protrombin
menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi monomer fibrin. Lalu,
monomer fibrin berubah menjadi polimer fibrin, yang dengan bantuan F XIIa akan menjadi
ikatan silang polimer fibrin.10
Sejumlah besar bahan inorganik dan organik terlarut dalam plasma. Konstituen
inorganik membentuk sekitar 1 % dari berat plasma. Elektrolit paling banyak dalam plasma
adalah Na+ dan Cl-, komponen garam dapur. Terdapat juga HCO3-, K+,Ca2+, dan bahan lain
16
dalam jumlah lebih kecil. Konstituen organik yang paling banyak berdasarkan berat adalah
protein plasma, yang membentuk 6% sampai 8% dari berat total plasma.11
Protein plasma adalah suatu kelompok konstituen plasma yang tidak sekedar
terangkut dalam plasma. Komponen penting ini dalam keadaan normal tetap berada di plasma
dan melakukan banyak fungsi penting. Terdapat tiga protein plasma dalam darah yang
memiliki tugas spesifik, yaitu:11
a. Albumin, protein plasma yang paling banyak, berperan dalam menentukan
tekanan osmotik.
b. Globulin dibagi menjadi globulin α, globulin β dan globulin gamma. Globulin α
dan globulin β berperan dalam proses pembekuan darah. Sedangkan globulin
gamma berperan sebagai immunoglobulin (antibodi) yang penting untuk
mekanisme pertahanan tubuh.
c. Fibrinogen berperan dalam pembekuan darah.
Ada beberapa area yang dapat digunakan untuk mengukur denyut nadi. Pada area
wajah denyut nadi bisa di rasakan pada arteri temporalis superficialis dan arteri lingualis.
Sedangkan untuk area leher pada arteri carotis communis. Area siku pada arteri brachiallis,
dan arteri radialis pada pergelangan tangan. Arteri femoralis dan arteri dorsalis juga bisa
digunakan untuk mengukur denyut nadi pada bagian inferior tubuh. Pada pemeriksaan
tekanan darah yang biasa digunakan adalah arteri brachiallis dan arteri radialis.12
a) pada arteri radialis b) pada arteri carotis communis
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien menderita glaukoma karena tekanan intraokulernya melebihi batas normal.
Tingginya tekanan intraokuler disebabkan karena aqueous humor yang dibentuk terus
menerus oleh badan siliaris menumpuk di mata dan menekan ke segala arah. Penumpukan
tersebut bisa dikarenakan oleh tersumbatnya aliran keluar aqueous humor . Jika cairan ini
17
menekan ke depan mata, maka kornea membengkak, lalu ideks bias berubah, dan penderita
melihat pelangi di sekitar cahaya yang berwarna putih. Meningkatnya tekanan intraokuler
menyebabkan mata terasa berat, sakit kepala,mual, dan muntah. Selain itu pasien memiliki
riwayat diabetes mellitus yang mempertinggi resiko terkena glaukoma.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell R. Anatomi kepala dan leher. In: Hartanto huriawati,Listiawati E, editors.Buku
Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006.p.766-82.
2. Sloane,Ethel.2004. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: penerbit buku kedokteran
18
3. Gunawijaya FA,Kartawiguna E, Arkheman H, David. Diktat kuliah histologi 2. Jakarta:
penerbit FK Universitas Trisakti;2003.p.70-5.
4. Anonymous. Glaukoma.Availableat:
http://www.mayoclinic.com/health/glaukoma/DS00283. Accessed January 28, 2012.
5. Anonymous. Sekilas tentang visus mata.Available
at:http://hayato31.blogshpot.com/2009/04/visus-adalah-ketajaman-atau-
kejernihan.Accessed January 28, 2012.
6. Sherwood L. Fisiologi jantung. In: Yesdelita N, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke
sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2009.p.328-34.
7. Basmajian JV, Slonecker CE. Jantung dan perikardium. In: Hardjasudarma M, editor.
Grant anatomi klinik.11th ed. Tangerang: Binarupa aksara.p.118.
8. Gunawijaya FA,Kartawiguna E, Arkheman H, David. Diktat kuliah histologi 1. Jakarta:
penerbit FK Universitas Trisakti;2003.p.42-55
9. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW.Sel darah merah dan putih. In: Wulandari N,
Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, DanyFrans, Rachman LY, editors. Biokimia Harper. 27 th
ed. Jakarta: EGC; 2009.p.636-9.
10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Hemostasis dan trombosis. In: Wulandari N,
Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, Dany Frans, Rachman LY, editors. Biokimia Harper.
27th ed. Jakarta: EGC; 2009.p.626-7.
11. Sherwood L. Darah. In: Yesdelita N, editor. Fisiologimanusia: dariselkesistem. 6 th ed.
Jakarta: EGC; 2009.p.422-3.
12. Anonymous.Anatomi sistem pembuluh darah.Available at:
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-pembuluh-
darah/. Accessed January 28, 2012.
19