42
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium dan hidup intra sel serta bersifat akut dan kronik. 1 Malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yaitu Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, dan Plasmodium falcifarum 2 World Health Organization (WHO) mendefinisikan malaria berat jika terdapat parasit Plasmodium falcifarum fase aseksual disertai satu atau lebih gambaran seperti: 1) Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory distress (pernapasan asidosis), kejang berulang, syok, edema paru, perdarahan abnormal, ikterik, dan hemoglobinuria; 2) Pemeriksaan laboratorium, antara lain: anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan fungsi ginjal, hiperlaktatemia, hiperparasitemia. 1

Simulasi Kasus Malaria PRINT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Simulasi Kasus Malaria PRINT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus

plasmodium dan hidup intra sel serta bersifat akut dan kronik.1 Malaria disebabkan

oleh protozoa genus Plasmodium yaitu Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,

Plasmodium vivax, dan Plasmodium falcifarum 2

World Health Organization (WHO) mendefinisikan malaria berat jika terdapat

parasit Plasmodium falcifarum fase aseksual disertai satu atau lebih gambaran seperti:

1) Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory

distress (pernapasan asidosis), kejang berulang, syok, edema paru, perdarahan

abnormal, ikterik, dan hemoglobinuria; 2) Pemeriksaan laboratorium, antara lain:

anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan fungsi ginjal, hiperlaktatemia,

hiperparasitemia. Plasmodium falcifarum dapat menginfeksi manusia sejak dalam

konsepsi sampai dewasa.1

Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta

orang sebagai karier dan 2 milyar atau 2/5 penduduk dunia selalu kontak dengan

malaria. Malaria masih merupakan penyakit rakyat yang tidak hanya mempunyai

dampak pada keadaan sosial ekonomi tetapi juga menyebabkan angka kematian

akibat adanya masalah dalam pelayanan kesehatan.3

1

Page 2: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan

program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959. Namun,

hingga kini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi.3

Masih banyak Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria terjadi di beberapa daerah,

antara lain provinsi Papua, NTT, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara

Selain itu dapat pula terjadi di daerah Bangka Belitung, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat dan Bengkulu serta Riau.3,4

Untuk angka kesakitan malaria lima tahun terakhir menunjukkan adanya

penurunan, kawasan Jawa-Bali Annual Parasite Incidence (API) di tahun 2000 dari

0.81% menjadi 0.15 % di tahun 2004. Diperkirakan terjadi 15 juta kasus baru setiap

tahun dan hanya 20% diobati di sarana kesehatan masyarakat.3,4

Manifestasi klinis yang timbul pada penderita malaria ada bermacam-macam

dan banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari agen penyebab seperti infeksi

plasmodium campuran maupun dari dalam tubuh penderita sendiri seperti status

imun, status gizi, penyakit lain yang menyertai dan keadaan lain seperti

keterlambatan penanganan.4

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran malaria secara

komprehensif dengan menitikberatkan pada cara penulisan resep yang baik dan

rasional.

I.3 Definisi

2

Page 3: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Malaria adalah suatu penyakit akut dan dapat menjadi kronik. Penyakit ini

disebabkan protozoa yang hidup intrasel, genus plasmodium. Malaria ditandai dengan

panas, anemia dan splenomegali.7,8

I.4 Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit yang masih endemis di Indonesia. Di Jawa dan

Bali, insiden malaria (annual parasite incidence/API) pada tahun 1997 adalah

12/100.000 penduduk dan meningkat tajam menjadi 81/100.000 pada tahun 2000. Di

luar Jawa-Bali insiden malaria klinis (annual malaria incidence/AMI) dilaporkan

lebih tinggi, sebesar 16/1000 penduduk pada tahun 1997 dan cenderung terus

meninngkat. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 31/1000 penduduk. Kalimantan

Selatan sendiri merupakan daerah endemis malaria.9,10

Gambar 1. Peta Stratifikasi Malaria Tahun 2009

I.5 Etiologi

3

Page 4: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Terdapat 4 genus plasmodium yang dapat menyerang manusia, yaitu:8

1. Plasmodium vivaks (malaria tertiana)

2. Plasmodium falciparum (malaria tropika)

3. Plasmodium malariae (malaria malariae)

4. Plasmodium ovale (malaria ovale)

I.6 Patogenesis

Cara infeksi dapat melalui gigitan nyamuk atau transfusi darah. Daur hidup

speises malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk

dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia8.

a. Fase aseksual

Pada fase jaringan, sporozoit dalam darah ke sel hati dan berkembang biak

membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut

skizogoni praeritrosit. Siklus ini berlangsung beberapa hari dan asimtomatik.

Merozoit masuk ke sel hati dan masuk dalam darah untuk memulai siklus eritrosit.

Sebagaian merozoit memulai dengan gametogoni membenruk mikrogametosit dan

makrogametosit. Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik.8,11

b. Fase seksual

Terjadi di dalam lambung nyamuk, mikro dan makrogametosit berkembang

menjadi mikro dan makrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet

yang akan menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang

4

Page 5: Simulasi Kasus Malaria PRINT

membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk dalam

kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ekstrinsik.8

Gambar 2. Siklus Hidup Malaria

I.7 Gambaran Klinis

Berikut adalah gejala atau keluhan utama pada:12

Malaria tanpa komplikasi: demam, menggigil, berkeringat dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

5

Page 6: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Malaria dengan komplikasi (malaria berat): gangguan kesadaran, keadaan

umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi, perdarahan, warna air seni

seperti teh tua dan gejala lainnya. Malaria falcifarum sering menyebabkan terjadinya

malaria dengan komplikasi (malaria berat).

Adapun gejala dan tanda selain di atas yang dapat ditemukan pada penderita

malaria adalah:11

1. Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami

kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan

jaringan ikat bertambah.

2. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah

anemia karena P. Falcifarum. Hal ini disebabkan penghancuran eritrosit yang

berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama dan gangguan pembentukan

eritrosit karena depresi eritropoesis dalam susmsum tulang.

3. Ikterus

Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

Malaria falcifarum tanpa komplikasi yang digolongkan sebagai malaria ringan

adalah penyakit malaria yang disebabkan Plasmodium falcifarum dengan tanda klinis

ringan terutama sakit kepala, demam, menggigil, dan mual tanpa disertai kelainan

fungsi organ. Sedangkan malaria falcifarum dengan komplikasi umumnya

digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di defenisikan sebagai infeksi

6

Page 7: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Plasmodium falcifarum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai

berikut:5

1. Malaria serebral yang ditandai dengan koma dan tidak bisa dibangunkan.

Derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasarkan Glasgow

coma scale (GCS) kurang dari 11 (3 respon mata, 5 respon motorik, 3 respon

bicara), atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang dan tidak disebabkan

penyakit lain

2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15 %)

3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau

kurang dari 12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai

kreatinin lebih dari 3 mg%)

4. Edema paru/ARDS (Adult respiratory distress syndrome )

5. Hipoglikemia: Gula darah < 40 mg%

6. Gagal sirkulasi atau Syok: Tekanan darah sistolik < 70 mmHg .

7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, tractus digestivus, dan atau disertai

kelainan laboratorium adanya gangguan koagulasi intravaskular.

8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam.

9. Asidemia (PH < 7,25) atau asidosis (Plasma bikarbonat < 15 mmol/L)

10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena

obat anti malaria pada kekurangan G6PD)

11. Diagnosa Post mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh darah kapiler otak.

7

Page 8: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai

dengan gambaran klinik daerah setempat ialah:5

1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) .

2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik.

3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil

malaria

4. Ikterik (Bilirubin > 3 mg%)

5. Hiperpireksia (temperatur > 40°C) pada orang dewasa atau anak

I.8 Diagnosis

Diagnosis dibuat dengan menemukan parasit malaria seperti tropozoit yang

berbentuk cincin pada sediaan darah tepi, preparat darah tebal dan tipis. Sedian

sebaiknya dibuat pada waktu serangan demam.8,11

I.9 Penatalaksanaan

Obat malaria terdiri dari 5 jenis antara lain:4

1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu:

proguanil dan pirimetamin.

2. Skinzontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu

primakuin.

3. Skinzontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin,

dan amidokuin.

8

Page 9: Simulasi Kasus Malaria PRINT

4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid

yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivaks, P. malariae, P.

ovale adalah kina, klorokuin, dan amidokuin.

5. Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan

sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Tiga jenis pengobatan malaria adalah:4,5

1. Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dari

tubuh penderita dengan memberikan skizontosid darah dalam waktu

lama, lebih lama dari masa hidup parasit. Untuk P. vivaks, P.

malariae dan P. falcifarum (klorokuin dosis tunggal 1 kali, Primakuin

dosis tunggal, 1 hari, khusus daerah yang resisten klorokuin).

2. Pengobatan profilkasis digunakan skizontisid jaringan yang bekerja

pada skizon yang baru memasuki jaringan hati.

- Klorokuin seminggu sekali. Dimulai satu minggu sebelum

masuk ke daerah endemis malaria dan diteruskan sampai 4

minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.

- Di daerah resisten klorokuin. Sulfadoksin atau pirimetamin 1

minggu sekali. Klorokuin tetap diberikan untuk mencegah P.

vivaks, dan P. malaria.

3. Pengobatan radikal ditujukan untuk memusnahkan parasit dalam fase

eritrosit dan eksoeritrosit. Untuk P. vivaks, P. malariae dan P.

9

Page 10: Simulasi Kasus Malaria PRINT

falcifarum klorokuin dosis tunggal sampai hari ke 3. Primakuin dosis

tunggal hari 1 s/d 3 untuk P. falcifarum. Untuk daerah resisten

klorokuin digunakan sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal 1 kali atau

kuinin 7 hari berturut-turut, primakuin dosis tunggal 1 hari.

Untuk terapi malaria dengan infeksi campuran Plasmodium Falcifarum

dengan Plasmodium vivax digunakan kombinasi antara artesunat dengan amodiakuin.

I.11 Pencegahan

- Mencegah dari gigitan nyamuk

- Pencegahan dengan membunuh jentik di sarang nyamuk dengan larvasida

- Pencegahan dengan menyemprot dinding rumah atau tenda dengan insektisida

- Pencegahan dengan minum obat profilaksis yaitu doksisiklin untung

pendatang berusia > 8 tahun (1tablet 100 mg), untuk pendatang dewasa tiap

hari 1 tablet sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan setelah kembali.

BAB II

10

Page 11: Simulasi Kasus Malaria PRINT

SIMULASI KASUS

II.1 Kasus

Tn. Tony, usia 27 tahun, alamat jalan Sultan Adam RT 12 No 23 Banjarmasin,

pekerjaan tenaga field officer di sebuah LSM Internasional, datang ke poliklinik

dengan keluhan panas menggigil. Panas dirasakan sejak 5 hari yang lalu, bila malam

menggigil lalu berkeringat, tidak diingat oleh pasien setiap berapa hari dia menggigil.

Perut terasa sakit dan makan tidak berselera, karena agak mual. Kepala pusing dan

terasa berkunang-kunang. Pasien baru datang dari daerah sungai danau. Pasien sudah

makan obat panas Sanmol, tetapi badan tetap panas, Pasien juga disarankan teman

untuk minum Fansidar, tapi pasien hanya sempat makan klorokuin 2 biji. Tidak ada

kelainan pada buang air kecil.

Pemeriksaan fisik:

Tanda vital: TD = 130/80 mmHg

N = 88 x/menit

RR = 18 x/menit

T = 390C

Kepala dan leher : konjungtiva pucat

Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : Splenomegali schufner I

Ekstremitas : Tidak ada kelainan

11

Page 12: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Pemerikksaan darah rutin : Anemia ringan (HB 10 gram%), Leukositosis

Pemeriksaan apusan darah tepi saat demam: trofozoid P. Falciparum dan plasmodium

vivax

Diagnosis : Malaria

II.2 Tujuan pengobatan

Tujuan pengobatan malaria antara lain:

• Pengobatan kausatif: mengendalikan serangan klinik dan sebagai terapi

supresi dan terapi radikal yaitu dengan pemberian antimalaria yang bersifat

skizontosid, baik di eritrosit dan eksoeritrosit darah Plasmodium falcifarum

dan Plasmodium vivax.

• Pengobatan simptomatik: mengurangi gejala demam dengan pemberian

antipiretik.

II.3 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan dan

kecocokannya

Kelompok jenis obat Khasiat Keamanan BSO

(efek samping)Kecocokan (Kontraindikasi BSO)

Skizontisid darah Klorokuin

Kina

Antimalaria

Antimalaria

Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, gatal-gatal, ototoksisitas, dan retinopati menetap.Sindrom Sinkonisme (mirip salisilismus):

Hati-hati pada pasien dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna, neurologik, defisiensi G6PD, penderita psoriasis, gangguan retina.Hati-hati pada pasien yang

12

Page 13: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Artemisin

Artesunate

Antimalaria

Antimalaria

tinitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.

Mual, muntah, dan diare

Sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, gatal, demam, perdarahan abnormal, urin berwarna kemerahan.

hipersensitif dengan kina.

Tidak dianjurkan pada wanita hamil.

Reaksi hipersensitifitas, Tidak dianjurkan pada wanita hamil (trimester pertama)

Skizontozid jaringan primer Pirimetamin

Antimalaria Anemia makrositik Tidak dianjurkan pada wanita hamil.

Skizontisid jaringan sekunder Primakuin

Antimalaria Mual, nyeri epigastrik, kejang perut, anoreksia, sakit kepala (Katzung), dan anemia hemolitik akut (pasien G6PD).

Hati-hati pada pasien artritis reumatoid, lupus eritematosus, G6PD, wanita hamil, anak < 1 tahun.

Gametosid Amodiakuin Antimalaria Mual, muntah, sakit

perut, diarem dan gatal-gatal

Hati-hati pada pasien yang hipersensitif terhadap amodiakuin, penderita gangguan hepar.

Paraaminofenol Paracetamol

Analgetik-antipiretik

Jarang dapat terjadi reaksi alergi berupa eritema, urtikaria,

Penderita gangguan hati, ginjal, hipersensitif

13

Page 14: Simulasi Kasus Malaria PRINT

demam dan lesu pada mukosa anemia hemolitik, methemoglobinemia, nefropati analgetik, toksisitas akut berupa nekrosis hati, nekrosis tubuli renalis, hipoglikemik

terhadap paracetamol

AINS Ibuprofen

Salisilat (Asetosal atau aspirin)

Pirazolon (Metampiron atau dipiron)

Analgetik-antipiretik

Analgetik-antipiretik

Analgetik-antipiretik

Gangguan saluran cerna, eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversible

Masa perdarahan memanjang, hepatotoksik, anoreksia, mual, ikterik, perdarahan lambung

Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia hemolisis, oedem, tremor, mual muntah, perdarahan lambung

Tidak boleh digunakan bersaman dengan warfarin, furosemid, tiazid, beta bloker prazozin, kaptopril juga tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui

Penderita gangguan hati, protrombonemia

Hati-hati pada penderita ginjal dan hati, kelainan darah serta ada riwayat hipersensitifitas dengan obat ini

14

Page 15: Simulasi Kasus Malaria PRINT

II.4 Pemilihan obat dan alternatif obat yang digunakan

Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Artesunat + amodiakuin +

PrimakuinDihydroartemisin+Piperaquin(DHP)+ Primakuin

BSO (generik, paten, kekuatan)

Generik: Artesunat + AmodiakuinBSO: Tablet 50 mg dan 153 mg Paten: ArsuamoonBSO: Tablet 50 mg dan 150 mg Generik: Primakuin BSO: Tablet 15 mgPaten: -BSO: -

Generik: Dihydroartemisin+PiperaquinBSO: Tablet 40 mg dan 320 mg

Paten: ArterakineBSO: Tablet 40 mg dan 320 mg

Generik : Primakuin BSO : Tablet 15 mgPaten : -BSO: -

BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet oral Lebih Praktis

Tablet oralLebih praktis

Dosis referensi

Artemisin: 4 mg/kgBB/hariAmodiakuin: 10 mg/kgBB/hariPrimakuin: 0,75 mg/kgBB

Dihydroartemisin: 2-4 mg/kgBB/hariPiperaquin: 16-32 mg/kgBB/hariPrimakuin: 0,75 mg/kgBB

Dosis kasus dan alasannya

Artemisin: 4 tablet (200mg)Amodiakuin: 4 tabletPrimakuin: 0,75 mg/kgBB

Arterakine: 4 tablet Primakuin: 0,75 mg/kgBB

Frekuensi pemberian dan alasannya

Artemisin: 4 tablet/hari selama 3 hariAmodiakuin: 4 tablet/hari selama 3 hari

Primakuin: hari I : 2 tablet, Hari ke2 sampai hari ke 14 : 1 tablet

Arterakine: 4 tablet/hari selama 3 hari

Primakuin: hari I : 2 tablet, Hari ke2 sampai hari ke 14 : 1 tablet

Cara pemberian dan alasannya

Per oral Lebih praktis, pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

Per oral Lebih praktis, pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

Waktu Sebelum makan Sebelum makan

15

Page 16: Simulasi Kasus Malaria PRINT

pemberian dan alasannyaLama pemberian dan alasannya

Artemisin: 3 hariAmodiakuin: 3 hariPrimakuin: 14 hari

Arterakine: 3 hariPrimakuin: 14 hari

Analgetik-antipiretik

Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Paracetamol IbuprofenBSO (Generik, Paten, Kekuatan)

Generik : ParacetamolBSO : tablet 100 mg, 500 mg, sirop 125mg/5 ml, Paten : Sanmol drops 80 mg, sirup 125 mg/ 5 ml, tablet 500 mg

Generik : IbufropenBSO : tablet 200 mg, 400 mg, 600 mgPaten : Psoris sirup 100 mg /5ml, kaptab 200 mg

BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

Dosis 300-1000 mg/kali 5 1200-2400 mg/hari 5

Dosis kasus tersebut dan alasannya

500 mg/kali alasannya diharapkan dengan dosis tersebut mampu mengurangi gejala berupa demam.

200 mg/kali alasannya diharapkan dengan dosis tersebut mampu mengurangi gejala berupa demam.

Frekuensi pemberian

Jika panas 3 kali sehari karena demam pada malaria tidak spesifik, tidak demam terus menerus

Jika panas 3 kali sehari karena demam pada malaria tidak spesifik, tidak demam terus menerus

Cara pemberian dan alasannya

Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

Saat pemberian dan alasannya

Sebelum makan karena absorbsi lebih baik

Sebelum makan karena dapat mengiritasi lambung

Lama pemberian

3 hari selama masih ada gejala 3 hari selama masih ada gejala

II.5 Resep yang tepat dan rasional

16

Page 17: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Resep pilihan:

Resep alternatif:

17

Page 18: Simulasi Kasus Malaria PRINT

II.6 Pengendalian Obat

18

Page 19: Simulasi Kasus Malaria PRINT

A. Artesunat

Struktur dan mekanisme kerja

Gambar 3. Struktur Artesunat14

Artemisin dan semisintetiknya merupakan derivat yang potensial dan

digunakan sebagai terapi lini pertama malaria pada berbagai negara tropis. Artesunat

(ARTS) yang memiliki rumus kimia C19H28O8 berpotensi luas. Artesunat memiliki

sifat dapat larut dalam air, obat ini dapat diberikan secara parenteral, oral, maupun

rektal. Selain sebagai terapi antimalaria obat ini ternyata dapat mengurangi produksi

telur Schistosoma haematobium sebanyak > 90%. Artesunat harus diberikan dengan

obat antimalaria yang lain seperti meflokuin atau amodiakuin untuk menghindari

resistensi.4,5

Farmakokinetik

Data farmakokinetik obat ini pada manusia sangat jarang. Setelah obat

artesunat masuk secara parenteral maka dihidrolisis secara cepat menjadi metabolit

aktif dihidroartemisin. Formulasi oral mungkin dihidrolisassi secara cepat sebelum

memasuki sirkulasi sistemik. Kadar puncak serum level muncul dalam 1 jam pada

oral artesunat dan menetap selama 4 jam. Pada artesunat intravena waktu paruh 45

19

Page 20: Simulasi Kasus Malaria PRINT

menit telah dilaporkan. Dihydroartemisinin memiliki waktu paruh kurang dari 2 jam

yang memungkinkan berkurangnya risiko resistensi artesunat.4,5

Penggunaan

Kombinasi Artemisin terutama digunakan untuk pengobatan malaria

falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokuin atau resisten multidrug.

Kombinasi artesunat dan amodiakuin dipilih oleh program sejak tahun 2003 sebagai

pengganti klorokuin untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi.14

Khusus untuk daerah yang mempunyai masalah dengan plasmodium vivax

yang resisten klorokuin antara lain Papua dan Lampung, kombinasi obat ini dapat

juga digunakan sebagai pengganti. Dosis kombinasi artesunat dan amodiakuin untuk

pengobatan malaria tanpa komplikasi adalah artesunat dengan dosis harian tunggal 4

mg/kgBB selama 3 hari dan amodiakuin dengan dosis harian tunggal 10 mg

basa/KgBB selama 3 hari. Untuk mencapai pengobatan radikal malaria falciparum

diberikan juga dosis tunggal primakuin 0,75 mg basa/kgBB. Untuk malaria vivax

diberikan dosis tunggal harian primakuin 0,25 mg basa/KgBB selama 14 hari.14

Pengobatan malaria berat atau dengan komplikasi diberikan loading dose

artesunat pada hari I dengan dosis 2x2,4 mg/KgBB parenteral (intravena atau

intramuscular) dengan interval waktu 12 jam. Kemudian dilanjutkan pada hari

berikutnya dengan dosis 2,4 mg/kgBB/hari (maksimal 5 hari) artesunat dan

amodiakuin.14

Efek samping dan Kontraindikasi

20

Page 21: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Efek samping artesunat adalah:

- Demam yang diinduksi oleh obat ini

- Kardiotoksisitas

- Kebingungan

- Gatal, rash makular

- Tinnitus

- Rambut rontok

- Kejang

- Pengurangan jumlah neutrofil

Artesunat tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipersensitivitas pada

artesunat dan derivat artemisin. Artesunat oral tidak boleh diberikan pada trimester

pertama kehamilan.4,13

Interaksi Obat

Artesunat memiliki minimal efek pada aktivitas sitokrom P450 hepar dan

tidak mempengaruhi metabolisme meflokuin. Artesunat tidak menginhibisi karboksi-

primakuin yang merupakan metabolit primakuin.4,13

Sediaan

Dikemas dalam bentuk combi pack yaitu:13,16

- Arsuamoon berisi 3 blister dimana setiap blister terdiri dari 4 tablet

artesunat yang tiap tablet mengandung 50 mg dan 4 tablet amodiakuin yang tiap

tablet mengandung 150 mg.

Penelitian-Penelitian

21

Page 22: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Terapi kombinasi berdasar artemisin atau Artemisinin-based combination

therapy (ACT) merupakan terapi yang direkomendasikan oleh WHO sebagai terapi

lini pertama pada malaria tanpa komplikasi karena Plasmodium falciparum. Di

Thailand telah dilakukan penelitian kombinasi artesunat dengan meflokuin dan

menunjukkan bahwa terapi tersebut dapat digunakan pada daerah yang tinggi

resistensinya terhadap terapi malaria. Satu penelitiannya menunjukkan kombinasi

artesunat dengan klindasmisin atau kombinasi artemisin dengan obat yang memiliki

waktu paruh pendek menunjukkan bahwa hilangnya gejala demam dan parasit sangat

cepat.4

B. Amodiakuin

Struktur dan Mekanisme Kerja

Gambar 4. Struktur Amodiakuin17

Amodiakuin, 4-aminokuinolon dengan mekanisme yang hampir mirip dengan

klorokuin. Amodiakuin efektif untuk melawan jenis P. falciparum yang resisten

dengan klorokuin.5

Farmakokinetik

22

Page 23: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Setelah obat diminum per oral, amodiakuin dengan cepat dan intensif

dimetabolisir menjadi bentuk aktif metabolit yaitu disetilamodiakuin. Senyawa ini

terdeteksi kurang dari 8 jam. Disetilamodiakuin terkonsentrasi dalam sel darah merah

dan perlahan-lahan hilang dengan waktu paruh sampai 18 hari.16

Penggunaan

Amodiakuin pernah dilaporkan menimbulkan reaksi fatal pada penggunaan

profilaksis atau pencegahan (tahun 1980). Akibatnya sejak tahun 1990 obat ini tidak

boleh digunakan sebagai profilaksis atau penggunaan alternativ terhadap kegagalan

klorokuin. Akan tetapi, karena resiko toksik, penggunaannya sebagai pencegahan dan

pengobatan ulangan tidak dianjurkan.16

Efek Samping dan Kontraindikasi

Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standart) untuk terapi malaria

adalah sama dengan klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare, dan gatal-

gatal. Obat ini tiddak boleh digunakan pada pasien dengan hipersensitif terhadap

amodiakuin dan penderita gangguan hepar.16

Interaksi Obat

Tidak ditemukan adanya interaksi obat amodiakuin dengan obat lain.16

Sediaan

Bentuk sediaan dari amodiakuin adalah tablet 200 mg. Regimen 10 mg

amodiakuin per hari selama 3 hari (total dosis 30 mg/kgBB) dianjurkan untuk

memudahkan pemakaian.16

Penelitian-Penelitian

23

Page 24: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Peneltian Dorsey menyatakan bahwa kombinasi sulfadoksin-pirimetamin

dengan amodiakuin atau artesunat dikatakan lebih efektif pada terapi awal

dibandingkan sulfadoksin-pirimetamin saja dan juga lebih efektif bila diberikan untuk

mengatasi rekurensi. Selain itu, menurut penelitian Mandei di Manado mengenai

perbandingan efikasi antara artesunat dan sulfadoksin-pirimetamin dengan artesunat

dan amodiakuin menghasilkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap waktu bebas

demam.18

C. Primakuin

Struktur dan Mekanisme Kerja

Gambar 5. Struktur Primakuin4

Primakuin atau 8-6-metokuinolon merupakan turunan dari 8-aminokuinolon.

Adapun aktivitas sebagai antimalaria tidak banyak diketahui tentang cara kerja 8-

aminokuinolon, lebih-lebih tentang aktivitasnya yang lebih menonjol terhadap skizon

24

Page 25: Simulasi Kasus Malaria PRINT

jaringan. Sedangkan yang menyebabkan hemolisis yang lebih kuat adalah

metabolitnya.5

Primakuin direkomendasikan sebagai lini kedua pada pencegahan serangan ke

empat jenis plasmodium malaria. Sayangnya, penggunaan primakuin dibatasi karena

kemampuannya yang dapat menyebabkan hemolisis pada pasien dengan defisiensi

glucose -6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Primakuin merupakan obat yang

menyerang hypnozoit dari plasmodium vivax dan ovale di hati. Biasanya diberikan

pada orang yang mengunjungi daerah endemis malaria karena plasmodium vivax dan

ovale. Penggunaan primakuin sehari sekali pada 14 hari setelah berkunjung ke daerah

endemis ditujukan sebagai terapi presumtif antirelap.5

Farmakokinetik

Pemberian per oral, primakuin segera diabsorbsi, tetapi metabolismenya

berlangsung cepat sehingga hanya sebagian kecil yang diekskresikan dalam bentuk

utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai 1-2 jam, kemudian cepat menurun dengan

waktu paruh 3-6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3 metabolit

turunan karboksil yang tidak berefk antimalria tetapi efek hemolitiknya lebih kuat.5

Penggunaan

Primakuin digunakan untuk:1

a. Pelengkap pengobatan radikal P.falciparum untuk mencegah terjadinya

penularan. Primakuin diberikan dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB

(misalnya untuk orang dewassa BB 60 kg, diberikan 3 tablet primakuin).

25

Page 26: Simulasi Kasus Malaria PRINT

b. Pelengkap anti relaps P.vivax dan P.ovale. Primakuin diberikan dengan

dosis tunggal harian 0,25 mg basa/KgBB selama 14 hari ( misalnya untuk

orang dewasa BB 60 kg, diberikan 1 tablet primakuin/hari). Pada P.vivax

Chesson strain, primakuin diberikan dengan dosis tinggi yaitu 0,5 mg

basa/KgBB/hari selama 14 hari (misalnya untuk orang dewasa BB 60 kg,

diberikan 2 tablet primakuin).

c. Khusus pada penderita dengan defisiensi G6PD derajat ringan, primakuin

sebagai pelengkap anti relaps P.vivax dan P.ovale diberikan secara

mingguan. Primakuin diberikan dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/KgBB

(misalnya untuk orang dewasa BB 60 kg, diberikan 3 tablet primakuin)

selama 8 minggu.

Efek Samping dan Kontraindikasi

Beberapa efek samping primakuin antara lain:16

muntah, mual, dan sakit perut.

Sakit kepala

Kejang-kejang atau gangguan kesadaran

Anemia hemolitik

Efek samping yang terberat dari beberapa efek samping di atas adalah anemia

hemolitik akut pada pasien yang amgalami defisiensi enzim G6PD. Primakuin

dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat yang cenderung

mengalami granulositopenia. Wanita hamil juga tidak dianjurkan meminum obat

tersebut.5

26

Page 27: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Interaksi Obat

Penggunaan obat yang dapat meningkatkan risiko hemolisis atau depresi

sumsum tulang dihindari.5

Sediaan

Primakuin tersedia sebagai tablet 15 mg (sebagai fosfat). Dosis optimal untuk

pengobatan radikal malaria vivaks atau ovale 15 mg/hari untuk orang dewasa

sedangkan anak-anak0,3 mg/kgBB/hari selama 14 hari.16

Penelitian-Penelitian

Walaupun derivate artemisin telah menunjukkan pengurangan gametosit

dengan menghilangkan parasit aseksual dan imatur gametosit, hanya 8-

aminoquinolines, seperti primakuin yang bersifat letal pada gametosit matur .

Primakuin memiliki efek terhadap gametosit matur plasmodium falciparum yang

cepat diabsorbsi dengan konsentrasi puncak di plasma tercapai dalam 2 jam setelah

dikonsumsi.18

Suatu penelitian di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan kombinasi

artemeter bersama primakuin menunjukkan efikasi terapi lebih baik (92.8%)

dibanding klorokuin bersama primakuin (71 %) pada anak dengan malaria tanpa

komplikasi.18

BAB III

PENUTUP

27

Page 28: Simulasi Kasus Malaria PRINT

Malaria merupakan masalah kesehatan dibanyak negara di seluruh dunia.

Meningkatnya insiden malaria disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya

adalah kasus malaria yang resisten terhadap obat anti malaria. Kombinasi Artesunat

dan amodiakuin ditambah dengan primakuin digunakan sebagai lini I pengobatan

malaria falciparum dengan dosis penggunaan Artesunat adalah 4 mg/KgBB/hari

selama 3 hari, sedangkan Amodiakuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. Ditambah

dengan Primakuin 0,75 mg/kgBB/hari selama 14 hari. Untuk mengurangi gejala

demam diberikan obat simptomatik yaitu Parasetamol dengan dosis 3x500 mg yang

diberikan bila pasien demam.

28