Upload
bardanawawi
View
171
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Munas Mahupiki- Rec. Barda-beberp Cttn Ruu Kuhp
Citation preview
1
Simposium Nasional (SIMNAS) : “Rekonseptualisasi Politik Kriminal dan Perspektif Kriminologi Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia”,
kerjasana MAHUPIKI dengan FH UNHAS, Makassar, 18-19 Maret 2013
mamiri
2
Syukur : 1. dpt silaturrahmi lagi setlh kongres 20082. Dpt menyongsong jabang bayi RUU KUHP
yang sdh 49 th dlm kandungan. sdh 4 x “menyongsong” terus.
- Janin TUA/terlalu lama : banyak mslh.- semoga tdk MATI DLM KAN- DUNGAN - IUFD (intra uterine fetal death - kematian janin dalam kandungan) atau- Tdk “lahir CACAT”.
3
Wah, kokBesar sekali.
Apa perlu operasi?
4
Prof. Sudarto(10-2-1923 – 28-7-1986)Meninggal usia 63 th
Prof. Roeslan Saleh(16-12-1929 – 1998)
Meninggal 69 th
Prof. Moeljatno, SH(10-5-1909 – 25-11-1971)Meninggal dlm usia 62 th
16 org(7 GB)
5
Prof. Oemar Seno AdjiMeninggal 1991 Prof. Mr. Andi Zainal Abidin Farid
MENINGGAL 24-9-2007
6
M. Budiarto, SH(Depkeh)
Harris, SH(Kejagung)
Brigjend pol. Drs H. A. K. Moh Anwar,sh
(Kepolisian)
1. Prof. Satochid, SH2. Prof. Mulyatno - 19713. Prof. Oemar Seno Adjie,
SH -19914. Prof. R. Soedarto, SH -
19865. Prof. Mr. Roeslan Saleh -
19986. Prof. A.Z. Abidin - 20077. Prof. Loebby Loqman8. Sutjahyo, SH (Alumni
Undip)9. H. Harris, SH -1987
10. Brigjen Pol (Purn) Drs. H.A.K. Moh. Anwar, SH - 1990
11. Kol. (Pol) Drs. Harefa, SH - 1992
12. Budiarti, SH - 200013. Aida Sugiharto, SH - 200814. Rosharyati, SH (staf) - 200215. Dr. Rudi Satryo16. Rohiman (pengetik/staf
BPHN).
7
Kaitan Judul dgn Tema SIMNAS
Judul : td diten-tukan.Hanya : RUU KUHP
Rekonseptualisasi Politik Kriminal dan Perspektif
Kriminologi Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia
Penal Policy
Rekonseptualisasi - EVALUASI
Rekonstruksi SiskumpidnasPenal Reform
8
Judul : RUU KUHP?
• Apanya lagi yg dijelaskan? – sangat luas – • Asumsi : anggota Mahupiki sdh tahu.• Yg perlu dipahami bukan teksnya, tapi :
– Ide dasar/pokok pemikirannya– Konstruksi Sistemnya (keseluruhan sistem hp/pemidanaan) –
integral – jangan parsial.– Jangan semata-mata dilihat dari sdt Ilmu HP positif
konvensional, ttp dari sdt penal policy & comparative approach (yg selama ini terabaikan/dianak tirikan)
– Jangan semata-mata kajian “law in books” (dari sdt norma tertulis – kajian normatif), ttp “law in minds” (kajian valuatif – nilai/basic ideas/intelectual conceptions/intelectual phylosophy)
• Yg perlu dievaluasi : apa & siapa?• Mahupiki (khususnya Dosen) : mengemban tugas
“sustainable penal reform” menyongsong generasi yad.
9
Pokok Uraian :
I. Kondisi Pembaharuan HP saat ini (Refleksi Faktual)
II. Konstruksi/rekonstruksi SISKUMPIDNAS : Membangun Indonesia berkarakter
melalui HP – tdk terintegrasinya karak- ter/ruh/ nilai budaya bangsa hilanglah/musnahlah karakter bangsa
Membangun Siskumpidnas berkarakter Membangun Siskumpidnas Berkeseim-
bangan/Berkeadilan
Mslh bsrnya :Bgmn membangun“Character based
Penal policy”
10
Rekonseptualisasi/Rekonstruksi
Rekonseptualisasi
Politik Kriminal dan
Penegakan Hukum
Di Indonesia
Introspeksi Evaluatif/Refleksi faktualPembaharuan
SISKUMPIDNAS
Dampak/Mslh thdPraktek (sistem/
pilar-pilar)Penegakan HP
Konstruksi/rekonstruksi
SISKUM-PIDNAS
Inti Tema
Penal Policy reform
11
Konstruksi/rekonstruksi
SISKUMPIDNAS (Pilar2 Sist. PH Nas)
EdukasiLegislasi
Yudikasisubstansi struktur
kultur
a.l. ILMU
IDEKESEIMBANGAN
12
KUHP
Penal Reform
- KUHP/sistem hp nya?- Proses penyusunannya?- Penyusun/pembuat/legisla- tornya?
• Apa perlunya/alasan dievaluasi?• Apa kriteria/parameter evaluasi?• Arah / sasaran ?
APA & SIAPA yg dievaluasi?
13
KUHP
Mau “meneropong” (mengkaji/menganalisis) pakai ilmu/ pendekatan apa?
Ilmu menerapkan
(yudikasi)
Ilmu membuat
(legislasi)
Ilmu “ius constitutum”
(ilmu HP pos)
Ilmu “ius constitu-endum” (ilmu Pol hp)
Ilmu “normatif/
hk positif”
Ilmu “valuatif”/
rekonstruktif
Ilmu “law enforcement” Ilmu “law reform”
KUHP
14
KUHP• Sdh ckp lama dievaluasi
• sejak PP:2/’45-UU:1/’46 (68 th)• sejak konsep ’64 (49 th)
• walaupun blm tuntas/final.
EvaluasiLegislator?Yudikator?Educator?
Akibat/dampakblm selesai?
Masalah
- Yudikasi- legislasi- edukasi
Sistem/Pilar2Penegakan HP
nasional
15
Apakah :- Sdh punya konsep/ide dsr/rancang bangun SISKUMPIDNAS?- Sdh memahami konsep/ide dsr/grand design RKUHP?- Memahami makna & ruang lingkup :
- penal policy/penal reform & penal system?
16
Slogan/semboyan/kredo kolektif bs Bld utk bertahan diri, termasuk mempertahankan HB/tanah jajahan
REFLEKSI WAJAH PH Indonesia
Semboyan Je maintiendrai - I will maintain- "Saya akan mempertahankan”
Bhinneka Tunggal Ika
Ada erosi SPIRIT Nasionalisme/Patriotisme dlm PH?
17
Semboyan Je maintiendrai
• Dilatarbelakangi oleh :– Munculnya tuntutan dekolonialisasi dlm
wacana internasional– muncul gerakan kaum nasionalis, agamis,
maupun sosialis-komunis di HB/tnh jajahan Indie verloren, rampspoedgeboren! (Hindia hilang, melapetaka menjelang!)
– insiden terbakarnya anjungan Belanda yg berarsitektur khas Indonesia pada Pameran Kolonial se-Dunia di Paris (28 Juni 1931)
18
proklamasi
Film perjuangan ’45 – 4’
Pertempuran Sby10 Nop 1945 – 9’
PP:2/‘45
UU:1/‘46
Saat diberlakukannya KUHP Warisan penjajah
PP:2/‘45
UU:1/‘46
asal saja tidak bertentangan dengan UUD
Asal TDK bertentangan dengan kedudukan Republik Indonesia
sebagai Negara merdekaDibatasi (disemangati)
oleh Nasionalisme
Apkh semangat/jiwa ini masih berkibar?
19
SEMANGAT NASIONALISME- Dalam Perpres No. 2/1945
- dalam UU No. 1/1946
Pasal 1 Perpres No. 2/1945 : “Segala badan-badan negara dan
peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya negara R.I.
pada tanggal 17 Agustus 1945, selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar masih berlaku, asal saja
tidak bertentangan dengan UUD tersebut”.
Pasal V UU No. 1/1946 :“Peraturan-peraturan hukum pidana, yang seluruhnya atau sebagian sekarang tidak dapat dijalankan, atau bertentangan dengan kedudukan Republik
Indonesia sebagai Negara merdeka, atau tidak mempunyai
arti lagi, harus dianggap seluruhnya atau sebagian sementara tidak berlaku.
KUHP (WvS) harus tetap tunduk pada SISKUMNAS ?
Semangat iniMerosot/memudar?
20
KRITIK/PENDAPAT PROF. MULJATNO
• jalan pikiran yang yuridis formal hendaknya diganti dengan yang yuridis materiil ditafsirkan seirama dengan dinamika dan progresivitas masyarakat.
• Kata-kata dalam peraturan (teks UU) janganlah ditetapkan secara minimal (hanya mengingat vorm atau ujudnya peraturan), bahkan jika perlu diperluas sampai maksimal.
Yuridis formal materiil
Jangan tekstual/formal (minimalis)
Ttp Kontekstual/substantif (maksimalis)
21
Prof. Moelyatno, SH – Pikiran & Budaya Hk harus berubah
• jika sejarah suatu bangsa menempuh jalan yang lain dari-pada yang sudah-sudah, maka seluruh pikiran dan kebuda-yaan dalam semua bidang dan perwu-judan aktivitas dari bangsa tersebut lambat laun juga berubah, tidak terkecuali dalam bidang hukum.
INDONESIA
BELANDA
22
Prof. Moelyatno, SH – Penegakan Hk berkepribadian Indonesia
• hukum di negara kita hendaknya dikembangkan, ditetapkan dan dilaksanakan khusus sesuai dengan kepribadian Indonesia dan perkembangan revolusi dewasa ini.
• Janganlah para petugas yang pekerjaannya dalam atau bersangkutan dengan bidang hukum tadi, sadar atau tidak sadar, meneruskan begitu saja teori-teori dan praktek-praktek Hukum yang dahulu pernah diajarkan dan dipraktekkan di zaman Hindia Belanda sejak berpuluh-puluh tahun. – Seakan-akan dalam bidang hukum jalannya
sejarah bangsa Indonesia sejak berkuasanya pemerintah Hindia Belanda hingga sekarang berlangsung terus secara tenang dan tenteram;
– seakan-akan teori dan praktek hukum dari zaman yang silam itu merupakan naluri atau harta pusaka bagi kita, yang sedapat mungkin harus dipelihara sebaik-baiknya, tanpa perubahan dan penggantian.
Apa “PUSAKA”
Kita?
23
INDONESIA
SHN
Ketuhanan(religius)
Kemanusiaan(humanistik)
Kemasyarakatan(nas; demok; keadln sos)
24
Kasus Heboh
Kasus Kecil
Adanya kelemahan :- Ide dasarnya
- norma substansinya- formulasi yuridisnya (kaku & tdk lengkap)
- td terintegrasinya rambu2/Asas2 SISKUMNAS
OverloadLP/Rutan
Salah satu faktor penyebab :
Keresahan akademik/institusional
TersentuhnyaRasa keadilan &
kemanusiaan
MerosotnyaNasionalisme dlm PH
(masih terjajah)
Budaya hkLegistik-kaku
KondisiHP Pos.
Konsdisi LP
Ketdk-tahuan ide/konsepPembaharuan Siskumpidnas
25
26
PB 1 bl 15 hr
Minah
Serokan
Kasus semangka
PB15 hr
PB 24 hr - Pingsan
Nutur kapas
Curi pisang
27
K-M H-KI-D
Sy.
Jks. Ur
Arlt
28
Bang One : tikus di mana-mana (00.51) Pengadilan Parpol Parlemen/DPR Kejaksaan Kepolisian Pajak Bea Cukai
29
Mengandung : Mengandung :
Pasal 4 (1) UU No. 4/2004 : Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YME.
Ps. 2:1 UU 48/2009
Psl. 28 (1) UU No. 4/2004 :Hakim wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat
Ps. 5 UU 48/2009
Semangat/jiwa nasionalisme
30
PENEGAKANSISTEM
HKM. NASIONAL
Ps. 2:1 UU 48/2009
JURIDISRELIGIUS
Religiouswisdom
JURIDISKULTURAL
Local wisdom
Ps. 5 UU 48/2009
Peradln dilakukanDemi Keadilan ber-Dsrkan Ketuhanan
YME
Hakim wajib menggali& memahami nilai-
Nilai hk & rasa keadlnyg hidup dlm masy.
31
32
BERBAGAI ASAS (rambu-rambu) DI LUAR KUHP
asas kemanusiaan, asas persamaan di muka hkm, asas praduga tak bersalah, asas kepastian hkm yang adil, asas keadilan Pancasila, asas keadilan berketuhanan asas demokrasi, asas kekeluargaan, asas keadilan sosial, asas pengakuan identitas budaya dan hak masyarakat tradisional, asas kebebasan masyarakat mengembangkan nilai-nilai budayanya;
asas perlindungan HAM dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; asas penghormatan hak dan kebebasan orang lain sesuai dgn pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat demokratis; asas keseimbangan/kesela- rasan, asas kearifan lokal (UU 32/2009) asas kebangsaan (UU NO. 10/2004) asas “bhineka tunggal ika” (UU NO. 10/2004)
Cttn : Lihat UUD ’45; UU HAM 39/1999; UU-PPLH 32/2009; UU 10/2004 – 12/2011
33
Identifikasi masalah (dari sudut “Pembaharuan HP”)
Terlihat kebutuhan akan adanya :• Insignificant principle (dlm mslh TP)• Pengertian/definisi juridis TP (asas ketiadaan SMH
materiel - AVAW)• Rechterlijk pardon – judicial pardon• Penundaan penuntutan (Penuntutan Bersyarat) –
Conditional prosecution – Conditional Dismissal/Discontinuance
• Mediasi penal – penal mediation• Fragmentation of imprisonment• Alternative to imprisonment (utk mengurangi overload)• Elasticity of sentencing
34
Ada kesenjangan/ketdk-terjalinan (terputusnya) Spirit/jiwa/semangat
Nasionalisme/Patriotisme danRambu2 Siskumnas dalamSistem Penegakan Hk Nas
Terputus/tidak terintegrasi dalam :1. Sistem HP Nasional - Legislasi2. Penegakan Hkm Nas - Yudikasi3. Pendidikan/Ilmu HP Nas.- Edukasi
substansi struktur
kultur
35
GRUNDNORM
GRUNDWERTEN
NORMA----------------------------
NILAI(Ide Dasar/
Konsep)
36
NORMA----------------------------
NILAI(Ide Dasar/
Konsep)
Law in Books(Law as Text)
Law in Actions(law as Context-
based)
Law in Minds(intellectual
Conceptions/philosophy)
The view
The Understanding
The Conception
ILMU NILAI
ILMU NORMA- Kurang banyak dikaji;- padahal penting dlm BANGKUMNAS
study of the intellectual conceptions/philosophy/basic ideas
TERABAIKAN
W. Ewald
37
Edukasi
Legislasi
Yudikasi HP Materiil HP Formal
Hk PelaksnPidana
Tdk Terjalin(terputus)?
Hanya ada/terwujudDlm lagu
Ada sebagian Di UU 12/1995
38
Ide Kemanusiaan(rehabiliasi)
Ide selektif, limitatif,Sementara;
Ide/prinsip parsimony/restraint
Ide Reintegrasi sosialIde individualisasi pid.
HP Materiil HP FORMILHK PELAKS.
PIDANA
Terlaksana sebagianDlm UU 12/1995
Apkh sdh terwujud dlm kesel. Sist. Pemid?
Psl. 1 UU:12/1995 : “bagian akhir dari sistem pemidanaan”
Terputus/tdk terjalin
39
Ide Kemanusiaan(rehabiliasi)
Ide selektif, limitatif,Sementara
(principle of parsimony/ Restraint)
Ide Reintegrasi sosialIde individualisasi pid.
Terhalang/terjegal olehSistem Pemidanaan KUHP
Psl. 1 UU:12/1995 : “bagian akhir dari sistem pemidanaan”
Perumusantunggal
Adanya pid. SH
Psl. 15a – Pele-Pasan Bersyrt.Sistem indefinite
tanpa pedoman
pidana bersyarat tdk bisa sbg pidana mandiri/independent
tdk ada pedoman : penjatuhan pidana penjara
tdk ada pedoman penerapan sistem tunggal
Tdk tersedia alternatif pid penjarayg lebih bevariasi
Sistem kaku peringanan/pemberatan pid (a.l. Recidive)
40
Ide Kemanusiaan(rehabiliasi)
Ide selektif, limitatif,sementara
Ide Reintegrasi sosialIde individualisasi pid.
Ide/asas individualisasi pidana ini antara lain : 1. pertanggungjawaban (pidana) bersifat
pribadi/perorangan (asas personal); 2. pidana hanya diberikan kepada orang yang
bersalah (asas culpabilitas) 3. Ada kelonggaran/fleksibilitas bagi hakim dalam
memilih sanksi pidana - Asas “elasticity/flexibility of sentencing” dan
4. ada kemungkinan modifikasi pidana (perubahan/penyesuaian) dalam pelaksanaannya - Asas “modification of sanction”
5. Asas permaafan
weekend detention; semi-liberte; limitation of liberty; Goodtime allowance; fragmentation of imprisonment; verbal sanction MEDIASI PENAL ???
HP Materiil HP FORMILHK PELAKS.
PIDANA
Terlaksana sebagianDlm UU 12/1995
Apkh sdh terimplementasi dlm kesel. Sist. Pemid?
41
Publikasi PRI (Penal Reform International)
42
JULIAN V. ROBERTSSTRATEGIES TO REDUCE THE USE OF CUSTODY AS A
SANCTION
A. Statutory directions regarding restraint with respect to the use of imprisonment
B. Codifying the principle of proportionality in sentencing
C. Establishing criteria for the imposition of custodial sentences
D. Limiting the impact of Previous Convictions at sentencing
E. Restraining Penal Escalation
F. Creation of Alternate Forms of Custody
G. Importance of creating a Sentencing Commission
43
Criminal Justice Act in England and Wales
• section 143(2) of the Act – In considering the seriousness of an offence (“the current offence”)
committed by an offender who has one or more previous convictions, the court must treat each previous conviction as an aggravating factor if (in the case of that conviction) the court considers that it can reasonably be so treated having regard, in particular to –
(a) the nature of the offence to which the conviction relates and its relevance to the current offence, and(b) the time that has elapsed since the conviction.
BNA : Penilaian thd. put yl. (yg tlh berkekuatan tetap) sbg faktor pemberat hrs mempertimbangkan kelayakannya dari sudut : 1) hakikat/sifat/bobot delik yg dilakukan terdahulu & kaitannya dg delik
yg sekarang; 2) waktu pengulangannya.
Berarti TDK SELALU adanya put yl. (recidive) dilihat sbg faktor pemberat pidana.
44
PEMBANGUNAN HKMPEMBANGUNAN HKM(law reform & developm)(law reform & developm)
PENEGAKAN HKM(law enforcement)
INDONESIA
KUHP
SHN
Ketuhanan(religius)
Kemanusiaan(humanistik)
Kemasyarakatan(nas; demok; keadln sos)
- Substansi- struktur- budaya hk nas.
1
2
45
46
RESUME Praktek Penegakan Hk(Refleksi wajah PH)
1
2
3
TerabaikannyaRambu-rambu SiskumnasPendekatan
parsial/tdk integral-Tdk. Kontekstual
Erosi KULTURAL (keilmuan; etika;
Religius)
MAFIA HK/PERADILAN(budaya amplop)
Budaya “coffee extract”
(saksi ahli)
Juridis-normatif(kaku – tuna ilmu)
Spiritnasionalisme
Juridisreligius
Juridiskultural
47
KUHP
Remedium/Mobil KUNO
Pakaian TAMBAL SULAM& CABIK-CABIK
Rumah TUA &SEMPIT
48
Dinding : TINDAK PIDANA
(strafbaar feit)
Fondasi : asas-asas
Atap : pidana (straf)
SHPidN - PANCASILA
49
IMPLEMENTASI
substansi struktur
kultur
SISTEM HK PIDSUBSTANTIF
(Penal System)
Asas & Tujuan Pemidanaan
Aturan/Pedoman Pemidanaan
Tindak Pidana Kesalahan (PJP) Pidana
3 (TIGA) MASALAH POKOK HK PIDANA
The Structure of the Penal System (Nils Jareborg) :1.criminalization2.sentencing3.execution of punishment
Mslh Bsr.Butuh waktu
lama
Bgmn Implementa-
sinya ?
50
Implementasi Nilai Budaya PS dalam kebijakan formulasi HP
Nilai Pancasila
Kebijakn Formulasi HP
the structure of penal system
general principle of criminal law
criminalizing
sentencing
execution of punishment
Asas-asas apa yg bersumber dari nilai religius/PS?
Asas kepastian atauKESEIMBANGAN
Asas/model kakuatau LENTUR
51
Terwujud/dipeliharaDlm berbagai aspek
Bgmn perwujudan PS dalamSISKUMPIDNAS ?
BAHKAN ada Cinta Indo-Nesia oleh orang asing
IDE DASARKESEIMBANGAN
Bgmn diwujudkanDalam
SISKUMPIDNAS(RKUHP)
52
KUHP - SISTEM KAKU
• HP positif berinduk pada sistem KUHP warisan Klasik (orientasi perbuatan)
• Asas Legalitas kaku/formal:• Tidak diimbangi dgn :
– asas MH yg negatif; – “pengertian/batasan juridis”
tentang hakikat TP; – asas Kesalahan; – “tujuan & pedoman
pemidanaan”– PERMAAFAN HAKIM– Kemungkinan “mediasi”.
Dr. J.A.W. Lensing, dalam International Encyclopaedia of Laws, vol.3, 1997 :
The Penal Code (WvS Ned. 1881, pen.) was predominantly a product of ideas of the Classical School, its emphasis is on the act – not the actor Retribution, responsi- bility and blameworthi- ness are emphasised.
53
KUHPSistemkaku
Bgmn membangun sistemyg tdk kaku (fleksibel)
Berorientasi
Mengapa Konsep bertolak dari IDE INI?
54
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadian-mu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu SEIMBANG.
QS. 82. Al Infithaar : 7
Dari kata “fa’adalak”
dari kata ’adlun = justice
55
Keadilan PS?
Keadilan“berke-Tuhanan”?
Keadilan Sosial
Keadilan Humanistik ?
Keadilan Nasionalistik/demokratis ?
Bukan Formal Justice
Banyak CakimAgung yg tidak
tahuPadahal tercantum dalam Psl. 4 UU 4/2004
& Psl. 8 UU 16/2004
Ps. 2:1UU 48/2009
56
PIDANA Tindak Pidana
Kesalahan (PJP) = + + TUJUAN
PIDANA
DAAD(Objektif)
DADER(Subjektif)
Asas LEGALITAS(Kemasyarakatan)
Asas CULPABILITAS(Kemanusiaan)
KUHP Ind.:Td ada.
KUHP Asing:ada
KUHP Ind.:Td ada.
KUHP Asing:ada
IMPLEMENTASI IDE KESEIMBANGAN PADA SYARAT/ASAS PEMIDANAAN
57
ASAS LEGALITAS
ASAS CULPABILITAS
Landasan juridis (Pasal 1)
Sbr Hk : UU (Formal) & Hk yg hidup (Materiel) asas MH Positif
Pengertian/batasan juridis TP (Psl 11)
• asas MH Negatif – tdk ada SMH Materiil• no liability without unlawfulness - AVAW
Perbuatan
Dilarang UU
bersifat melawan hukum (bertentangan dengan kesadaran hkm masyarakat).
58
ASAS LEGALITAS ASAS CULPABILITAS
TUJUAN/PEDOMAN
PIDANA
(asas kemasyakatan) (asas kemanusiaan)
sebagai bagian integral dari sistem pemidanaan;
sebagai pedoman (guidance of sentencing),
sebagai landasan filosofis & justifikasi pemidanaan.
- Td. Ada dlm KUHP- sering dilupakan/ diabaikan
59
ASAS LEGALITAS
ASAS CULPABILITAS
TUJUAN/PEDOMAN
PIDANA
MENGANDUNG ASAS :
asas keseimbangan perlindungan masyarakat/korban dan pembinaan/ perbaikan individu.
asas kemanusiaan (humanistik),
asas permaafan (hakim/korban);
asas “culpa in causa”
Asas elastisitas pemidanaan
modifikasi/perubahan/penyesuai- an/peninjauan kembali pemidanaan
asas mengutamakan keadilan di atas kepastian hukum.
60
ASAS LEGALITAS
ASAS CULPABILITAS
TUJUAN/PEDOMAN
PIDANA
Pedoman Umum Pedoman Penerapan Sistem Perumusan Pidana Pedoman Penjatuhan Pidana Penjara Pedoman Penerapan Pidana Minimal Khusus Pedoman Modifikasi Pemidanaan
ada perubahan/perbaikan Terpidana perubahan per-UU-an (peru- baha kebijakan)
Pedoman Pemidanaan Korporasi Pedoman Pemidanaan thd Anak
61
IDE KESEIMBANGAN
DAAD(Unsur Objektif)
DADER(Unsur Subjektif)
Kepentingan/PerlindunganMasyarakat
Kepastian HkAsas LegalitasStrict Liability
Kepentingan/Perlidungan
Individu
KeadilanIndividualisasi Pidana :
asas personal asas culpabilitas asas elastisitas/ asas modifikasi asas permaafan
62
Implementasi Ide KeseimbanganDalam Pemidanaan
=Asas
LEGALITASAsas
CULPABILITAS+
Strict Liability
Rechterlijk/Judicial Pardon
Vicarious Liability
Dlm hal tertentu
PIDANA + TUJUAN
SISTEM (RUMUS) KAKU FLEKSIBEL-ELASTIS
63
PERMAAFAN HAKIM (Psl. 9a WvS Bld)
Prof. Nico Keijzer dan Prof. Schaffmeister :
• dulu (sebelum adanya pasal permaafan hakim), apabila hakim di Belanda berpenda-pat bahwa sesungguh-nya tidak harus dija-tuhkan pidana, maka hakim terpaksa tetap menjatuhkan pidana, walaupun sangat ringan.
Dari penjelasan demikian terlihat, bahwa :
1. Pasal 9a WvS Bld. (Rechterlijk pardon) pada hakikatnya merupakan ”pedoman pemi-danaan” yang dilatarbelakangi oleh ide fleksibilitas untuk menghindari kekakuan. --> sbg judicial corrective to the legality principle.
2. adanya pedoman permaafan hakim itu berfungsi sebagai suatu ”katup/klep pengaman” (Veiligheidsklep) atau ”pintu darurat” (nooddeur).
Sama dgn kondisiSaat ini di Indonesia
Dlm Konsep ada pasal“permaafan hakim” (55:2)
Perwujudan dari nilai Keadilan &Kemanusiaan (Keadilan PS)
64
BEBERAPA CATATAN1. Posisi RKUHP dlm Ruang Lingkup BANGKUMNAS/
Sistem HP Nas.– Merupakan sub-sistem dari keseluruhan rangkaian SHP Nas;
oleh karena itu harus dibarengi dgn RUU HP formal dan RUU Hk Pelaksanaan pidana;
– Merupakan upaya membangun & menata ulang (merekons-truksi) keseluruhan sistem HP substantif nasional;
– Untuk membahas/membuat RKUHP hrs disertai dgn pemahaman ilmu membuat/membangun, ilmu rekonstruksi pemikiran/ide dasar; khususnya memahami & menyepakati terlebih dahulu konsep/ide dasar sistem HP yg akan dibangun.
– RKUHP bukan sekedar masalah perumusan/formulasi pasal UU, tetapi mslh konseptual/rekonstruksi pokok-pokok pemikiran atau ide-ide dasar & nilai-nilai dasar fundamental SISKUMNAS.
65
2. RKUHP : sebuah Rekonstruksi/Restrukturisasi Sistem
Hukum Pidana (Substantif) RUU BIASA
• bersifat parsial/ fragmenter;
• hanya delik khusus/ tertentu;
• tidak berpola/bersistem;
• terikat sistem induk (WvS) yang sudah tidak utuh (tercabik-cabik/ tambal sulam);
• tidak membangun/ mere-konstruksi “sistem HP” (hanya “sub-sistem”)
RUU KUHP• bersifat menyeluruh/
terpadu/integral;
• mencakup semua aspek/bidang;
• bersistem/berpola;
• penyusunan/penataan ulang (REKONSTRUKSI/ reformulasi) “Rancang Bangun” Sistem HP Nasional yang terpadu.
66
• Krn RKUHP bermksd “membangun sistem” pembahasan tekstual RKUHP harus dipahami atau disertai dengan pembahasan konseptual dan konstekstual.
• khususnya dalam konteks rekonstruksi konseptual pokok-pokok pemikiran atau ide-ide dasar SHPN yang bertolak dari :– rambu-rambu dan nilai-nilai fundamental
SISKUMNAS, – perkembangan problem faktual dan problem
konseptual/keilmuan, baik dari aspek nasional maupun global/internasional, bahkan dari perkembangan problem di era digital saat ini.
67
• dalam membahas RKUHP seyogyanya ditelusuri dan dipahami lebih dulu berbagai rangkaian kegiatan ilmiah dan rangkaian ide/gagasan/ pokok pemikiran yang berkembang, karena ”pembaharuan/ pembangunan hukum” pada hakikatnya merupakan ”pembaharuan/pemba-ngunan yang berkelanjutan” (sustainable reform).
• walaupun RKUHP sudah cukup lama dibahas dalam berbagai forum, namun pembahasan RKUHP harus tetap dilakukan secara kritis.
68
YANG PERLU DIKRITISI1. seberapa jauh RKUHP telah sesuai (sudah mewujudkan) ide dan
tujuan membangun SHN sebagaimana terungkap dalam berbagai forum Seminar/Konvensi Hukum Nasional ;
2. seberapa jauh RKUHP sebagai “Rancang Bangun” Sistem Hk Pid. Nasional sesuai dengan GDSPHN (Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional) ;
3. seberapa jauh RKUHP mengimplementasikan pokok pemikiran/ide dasar keseimbangan dalam kesepakatan nasional/internasional dan perkembangan teori/keilmuan, a.l :– harmonisasi UU dengan nilai-nilai hukum yang hidup di
masyarakat – keseimbangan nilai-nilai PS dan keseimbangan tujuan nasional
antara “social defence” dengan “social welfare”; – keseimbangan antara “kepentingan/perlindungan individu” dengan
“kepentingan umum/perlindungan masyarakat” – keseimbangan orientasi antara faktor “objektif” (perbuatan/lahiriah) dan
“subjektif” (orang/batiniah/sikap batin); ide “daad-dader strafrecht”;
69
- keseimbangan orientasi perlindungan “offender” (individualisasi pidana) dan “victim” (korban);
- keseimbangan orientasi kriteria “formal” dan “materiel” dalam menentukan tindak pidana dan pemidanaan;
- keseimbangan “double track system” (antara pidana dgn tindakan) dan dimungkinkannya sanksi gabungan antara pidana dan tindakan;
- penggunaan pidana penjara secara selektif dan limitative dan pemanfaatan bentuk-bentuk sanksi alternative dari pidana penjara (“alternative to imprisonment or custodial sentence”) dalam rangka mengatasi masalah “overload/ overcrowding”;
70
4. keseimbangan orientasi antara “KH” (the principle of certainty), “keadilan” (principle of justice), dan “kelenturan/elastisitas/fleksibilitas” (“elasticity/flexibility of sentencing”), antara lain dengan adanya klausul :– yang memberi kemungkinan “permaafan/pengampunan hakim”
atau ”pernyataan bersalah tanpa penjatuhan pidana” (declaration of guilt without imposing a penalty) sebagai wujud dari ide "judicial corrective to the legality principle” & ide “kemanusiaan dan hikmah kebijaksanaan” untuk menembus kekakuan;
– dimungkinkannya “perubahan/ penyesuaian/modifikasi pidana” (“modification of sanction”; the alteration/ annulment/revocation of sanction”);
– dimungkinkannya penjatuhan pidana (sanksi) lain yang tidak tercantum dalam perumusan delik atau menjatuhkan pidana (sanksi) secara kumulatif walaupun ancaman pidana dirumuskan secara alternatif;
– dimungkinkannya pelaksanaan pidana penjara cicilan (fragmentation of imprisonment) karena alasan-alasan kemanusiaan atau kondisi darurat yang sangat layak untuk dipertimbangkan;
– dimungkinkannya penyelesaian perkara berdasar kesepakatan di luar pengadilan (a.l. dengan mediasi penal) dan adanya ketentuan tentang diversi untuk anak.
71
MATERI dan KEBIJAKAN FORMULASI RUU KUHP
1. Kebijakan Formulasi Aturan Umum, a.l. :• asas-asas umum hukum pidana yang bersumber dari
Pancasila; • ATPER yang berorientasi pada “kepentingan umum/
perlindungan masyarakat” • fragmentasi pelaksanaan pidana penjara
2. Kebijakan Formulasi Aturan Khusus (Tindak Pidana) a.l. :
• konsistensi pola aturan umum ke dalam aturan khusus • perumusan delik dan peristilahan yang diambil dari UU
Khusus di luar KUHP atau yang berasal dari terjemahan dokumen internasional;
• pengelompokan tindak pidana dan jenis-jenisnya
72
Catatan Khusus Konsep 2012
• Mslh “larangan analogi” (Psl. 1:2)• Mslh dihapuskannya Psl. 8 Konsep 2010 (yg
berasal dari Psl. 9 KUHP)• Kata “Pelaksanaan (putusan) ” dalam Psl. 3 (2)
dalam naskah asli Konsep 1991/1992 yg disempurnakan s/d 13 Maret 1993, tidak ada.
• Mslh perbenturan KH dan Keadilan :– Psl. 12 (2) konsep 2012 : hakim dapat
mengutamakan keadilan. – Konsep seblmnya (s/d 2010) : sejauh mungkin
mengutamakan keadilan di atas kepastian hukum.
73
Tindak Pidana (Buku II)
• Mslh dihilangkannya delik persetubuhan dg dalih akan dinikahi, berakibat hamil, dan tdk mau menikahi (dulunya ada di Psl 387 Konsep 1991/1992 edisi Maret 1993 dan Psl. 421 Konsep 2000).
• Mslh perumusan TP Intel (Informatika dan Telematika) dalam Bab VIII bagian 5
• Mslh bab khusus (BAB XXXVI) ttg TP Berdasarkan Hukum Yang Hidup.
7419-Maret-2013Pendek joget