26
MAKALAH NEUROBEHAVIOUR I ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN SARAF TULANG BELAKANG Dosen : Gusti Jhoni Putra,S.Kep,Ns Disusun Oleh: Nama : Sari Istianingsih Nim : SR 122060769 Kelas : II A Smester : IV (empat) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Makalah Neurobehaviour i

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qwer

Citation preview

MAKALAH NEUROBEHAVIOUR IASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN SARAF TULANG BELAKANGDosen : Gusti Jhoni Putra,S.Kep,Ns

Disusun Oleh: Nama: Sari IstianingsihNim: SR 122060769Kelas: II A Smester: IV (empat)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATANMUHAMMADIYAHPONTIANAK2014/2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah NEUROBEHAVIOUR I yang berjudul ASKEP PADA PASIEN DENGAN KELAINAN SARAF TULANG BELAKANG (SCI).Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa (i) dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak, 9 April 2014

Sari Istianingsih

DAFTAR ISIKata pengantarDaftar isiBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalahB. Rumusan masalah.C. Tujuan penulisanBAB II PEMBAHASANA. DefinisiB. EtiologiC. PatofisiologiD. Manifestasi KlinisE. Penatalaksanaan F. Pemeriksaan diagnosticG. Komplikasi H. Asuhan keperawatan BAB III PENUTUPA. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakang masalahCedera medula spinalis adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan, olah raga. ( Sjamsuhidayat, 2004).Penyebab trauma pada tulang belakang yang banyak terjadi salah satunya pada pekerja yaitu di kalangan pekerja kasar yang tidak memperhatikan keselamatan kerja, prosedur atau cara kerja yang salah, serta kelalaian dan kurangnya kewaspadaan terhadap pekerjaan cedera sehingga menyebabkan jatuh dari ketinggian atau tertimpa benda-benda keras pada tulang yang mengakibatkan susunan tulang belakang mengalami kompresi dan menyebabkan fraktur. Fraktur kompresi terjadi karena adanya tenaga muatan aksial yang cukup besar sehingga mengurangi daya protektif dari diskus intervertebralis dan adanya dispersi fragmen-fragmen tulang serta akan menimbulkan gangguan neurologi.Sebuah studi menyebutkan bahwa 10% kasus patah tulang belakang terjadi pada segmen thorakal, 4% pada segmen thorako-lumbal, dan 3% pada lumbal yang disertai dengan kerusakan neurologis. Tingkat insiden medulla spinalis di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih kurang 30 hingga 32 kasus setiap satu juta penduduk atau 3000 hingga 9000 kasus baru tiap tahunnya. Ini tidak termasuk orang yang meninggal dalam 24 jam setelah cedera. Prevalensi diperkirakan mencapai 700 hingga 900 kasus tiap satu juta penduduk (200.000 hingga 250.000 orang). Enam puluh persen yang cedera berusia antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45 tahun. Laki-laki mengalami cedera empat kali lebih banyak daripada perempuan. Faktor etiologi yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%), terjatuh (21,5%), luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga, biasanya menyelam (13,4%). Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi. Tingkat neurologi yang paling sering adalah C4, C5, dan C6 pada spina servikalis, dan T- 12 atau L-1 pada sambungan torakolumbalis.

B. Tujuan Penulisan Tujuan UmumMahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan klien dengan kelainan saraf tulang belakang Tujuan KhususDiharapkan perawat dapat menambah khasanah pengetahuan pasien dengan kelainan saraf tulang belakang. Dan mengetahui: Definisi kelainan saraf tulang belakang Etiologi kelainan saraf tulang belakang Patofisiologi kelainan saraf tulang belakang Manifestasi Klinis kelainan saraf tulang belakang Penatalaksanaan kelainan saraf tulang belakang Pemeriksaan diagnostic kelainan saraf tulang belakang Komplikasi kelainan saraf tulang belakang Asuhan keperawatan kelainan saraf tulang belakang

C. Rumusan Masalah Apa Definisi dari kelainan saraf tulang belakang Apa Etiologi kelainan saraf tulang belakang Apa Patofisiologi kelainan saraf tulang belakang Bagaimana Manifestasi Klinis kelainan saraf tulang belakang Bagaimna Penatalaksanaan kelainan saraf tulang belakang Apa saja Pemeriksaan diagnostic kelainan saraf tulang belakang Apa Komplikasi kelainan saraf tulang belakang Bagaimana suhan keperawatan kelainan saraf tulang belakang

BAB IIPEMBAHASANA. DefinisiTulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000).Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akib\at trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya. (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98)Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi ( Sjamsuhidayat, 1997).

B. EtiologiMenurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera medula spinalis dalah :a. Kecelakaan lalu lintasb. Kecelakaan olahragac. Kecelakaan industid. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunane. Luka tusuk, luka tembakf. Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)g. Kejatuhan benda keras

C. PatofisiologiAkibat suatu trauma mengenai tulang belakang Jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga. Mengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif Dan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan Peredaran darah.Blok syaraf pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi Iskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum,kandung kemih,gangguan rasa nyaman nyeri dan potensial komplikasi Hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi.

D. Manifestasi KlinisGambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai dengan:1. Kelumpuhan flasid2. anesthesia3. arefleksi4 Hilangnya prespirasi5. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih6. Priapismus7. bradikardi dan hipotensi.Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi. Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih dan gangguan defekasi.Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat. Manifestasinya berupa tetraparese parsial. Gangguan pada ekstermitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu.Sindrom Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separu lateral sumsum tulang belakang. Gejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis.Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.

E. PenatalaksanaanMenurut Muttaqim, (2008 hlm.111) penatalaksanaan pada trauma tulang belakang yaitu :a. Pemeriksaan klinik secara teliti:1. Pemeriksaan neurologis secara teliti tentang fungsi motorik, sensorik, dan refleks.2. Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta kifosis yang menandakan adanya fraktur dislokasi.3. Keadaan umum penderita.b. Penatalaksanaan fraktur tulang belakang:1. Resusitasi klien.2. Pertahankan pemberian cairan dan nutrisi.3. Perawatan kandung kemih dan usus.4. Mencegah dekubitus.5. Mencegah kontraktur pada anggota gerak serta rangkaian rehabiIitasi lainnya.

F. Pemeriksaan diagnosticPemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien fraktur:a. Pemeriksaan Rontgen b. CT ScanCT scan baik untuk melihat frakturc. MRIKombinasi antara foto polos, CT Scan dan MRI, memungkinkan kita bisa melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan lunak (ligamen, diskus dan medula spinalis).d. Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran SarafKedua prosedur ini biasanya dikerjakan bersama-sama 1-2 minggu setelah terjadinya trauma. Elektromiografi dapat menunjukkan adanya denervasi pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan pada otot paraspinal dapat membedakan lesi pada medula spinalis atau cauda equina, dengan lesi pada pleksus lumbal atau sacral.

Asuhan keperawatanA. Pengkajian1. Identitas klien2. Keluhan utama3. Riwayat penyakit sekarang4. Riwayat penyakit dahulu5. Riwayat Penyakit Keluarga.6. Pemeriksaan fisik. Pernapasan.Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi pemapasan, retraksi interkostal, dan pengembangan paru tidak simetris.Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga toraks.Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabila trauma terjadi pada toraks/hematoraks.Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk menurun sering didapatkan pada klien cedera tulang belakang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran (koma).

KardiovaskularPengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang belakang didapatkan renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskular klien cedera tulang belakang pada beberapa keadaan adalah tekanan darah menurun, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.

Persyarafantingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons terhadap Iingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Pemeriksaan fungsi serebral. Pemeriksaan dilakukan dengan mengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama mengalami cedera tulang belakang biasanya mengalami perubahan status mental.Pemeriksaan Saraf kranial:- Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang belakang dan tidak ada kelainan fungsi penciuman.- Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.- Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor.- Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.- Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.- Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk- Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, Indra pengecapan normal.

D. Diagnosa Keperawatan1. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular2. Perubahan pola eliminasi urine b.d kelumpuhan saraf perkemihan3. Ketidak efektifan pola napas b.d kelemahan otot-otot pernapasan atau kelumpuhan otot diafragma4. Kebersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sputum,peningkatan sekresi sekret, dan penurunan kemampuan batuk.5. Penurunan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung, dampak kerusakan mobilitas fisik6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan kemampuan dengan mencerna makanan , peningkatan kebutuhan metabolisme7. Gangguan eliminasi alvi/konstipasi b.d gangguan persyarafan pada usus dan rektum8. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari b.d kelemahan fisik ekstremitas bawah 9. Risiko tinggi trauma b.d penurunan kesadaran ,kerusakan mobilitas fisik10. Risiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer

E. Intervensi KeperawatanDiagnosam Intervensi Rasinal

DX-11. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik2. Ubah posisi klien tiap 2 jam3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit 4. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit5. Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi,kemerahan atau lecet1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas2. Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan3. Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan4. Otot volunter akan kehilngan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan5. Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

DX-21. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kendung kemih3. Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari4. Pasang well kateter1. Mengetahui fungsi ginjal2. Menilai perubahan akibat dari inkontinensia urine3. Membantu mempertahankan fungsi ginjal4. Membantu proses pengeluaran urine

DX-31. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi2. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak dibawah daerah-daerah yang menonjol3. Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema4. Kolaborasi pemberian obat antibiotika5. Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri,edema,demam)1. Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya2. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol3. Bila fase edema telah lewat, kemungkinan bebat menjadi longgar dapat terjadi4. Antibiotik bersifat bakte-riosida/baktiostatika untuk membunuh/menghambat perkembangan kuman5. Penilai perkembangan masalah klien

BAB IIIPENUTUP

1. KESIMPULANTulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan.Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akib\at trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya. (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98)Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi ( Sjamsuhidayat, 1997).Menurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera medula spinalis dalah :a. Kecelakaan lalu lintasb. Kecelakaan olahragac. Kecelakaan industid. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunane. Luka tusuk, luka tembakf. Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)g. Kejatuhan benda kerasAkibat suatu trauma mengenai tulang belakang Jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga. Mengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif Dan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan Peredaran darah.Blok syaraf pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi Iskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum,kandung kemih,gangguan rasa nyaman nyeri dan potensial komplikasi Hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi.

REFERENSI

MUTTAQIN,Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba MedikaBrunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC, Jakarta