Upload
kholil-sidik-al-ghozali
View
72
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
selamat belajar, kasihan orang tua kalian
Citation preview
MAKALAH“Omfalokel”
Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem PencernaanDosen pembimbing:
Ns.Ana Fitria Nusantara S.Kep
Disusun oleh:
Moh Kholil Sidik14201.05.13014
Zakaria Al Ashom 14201.05.13045
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagiMaha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga makalah ini dapattersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untukmembantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektifdan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di
jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan keperawatan dan sebagai panduandalam melaksanakan makalah dengan judul “Omfalokel”
Sebagai pembuka, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1; KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua yayasan
STIKES Zainul Hasan Genggong.
2; Ibu Ns. Iin Aini Isnawati,M.Kes selaku ketua STIKES Zainul Hasan
Genggong.
3; Ibu Ns. Jamilatus Syamsiyah A, S.Kep selaku pembimbing akademik S1
Keperawatan.
4; Ibu Ns.Ana Fitria Nusantara, S.Kep. Selaku pembimbing mata kuliah Sistem
Pencernaan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
5; Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Hafshawaty serta semua pihak yang
telah membantu atas terselesaikan nya penyusunan makalah ini.
Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
13,September 2014
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan...........................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1;Latar Belakang......................................................................................1
1.2;Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3;Tujuan...................................................................................................2
1.4;Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1;Definisi Omfalokel................................................................................3
2.2;Etiologi dari Omfalokel........................................................................4
2.3;Epidemiologi.........................................................................................4
2.4;Patofisiologi dari Omfalokel.................................................................5
2.5;Manifestasi Omfalokel..........................................................................6
2.6;Pemeriksaan Penunjang Omfalokel......................................................7
2.7;Penatalaksanaan dari Omfalokel...........................................................8
2.8;Komplikasi dari Omfalokel...................................................................10
2.9;Hasil Analisa di Masyarakat.................................................................11
Asuhan Keperawatan dari Omfalokel....................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpuan..............................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
1.1;Latar Belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan
diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante
natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya
pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
Kelainan kongenital yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu kelainan
kongenital traktus digestivus dan dinding abdomen, yang terdiri atas Omphalocele,
Gastroschisis,Hirscshprung, serta Atresia Ani. Kelainan kongenital tersebut, tidak jarang
terjadi di Provinsi Jawa timur ini. Pada penelitian kali ini, penulis ingin melaporkan
kasus repair defek omphalocele
1.2;Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Omfalokel?
1.3;Tujuan
1.3.1; Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan omfalokel dan
cara perawatannya.
1.3.2; Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi Omfalokel
Untuk mengetahui etiologi dari Omfalokel
Untuk mengetahui manifestasi dari Omfalokel
Untuk mengetahui patofisiologi dari Omfalokel
Untuk mengetahui komplikasi dari Omfalokel
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Omfalokel
Untuk mengetahui hasil analisa di masyarakat mengenai Omfalokel
Untuk mengetahui askep dari Omfalokel
1.4;Manfaat
Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1; Mahasiswa
Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini
dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam ruang lingkup Omfalokel
1.4.2; Dosen
Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada
ruang lingkup Omfalokel
1.4.3; Institusi
Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dapat di jadikan referensi
dalam acuan belajar.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1;Definisi
Omfalokel adalah berniasi atau penonjolan (Protusi) isi abdomen ke dasar tali
pusat. Berbeda dengan hernia umbilikalis yang lebih lazim, kantongnya tertutup
peritoneum tampa penumpangan kulit. Besar kantong yang terletak di luar rongga
abdomen tergantung pada isinya. Herniasi usus ke dalam tali pusat di jumpai pada
sekitar 1 dari 5000 kelahiran, dan Herniasi hati serta usus di jumpai sekitar 1 dari
10000 kelahiran. Rongga abdomen secara proporsional kecil karena dorongan
untuk tumbuh dan berkembang kurang.(Behrman Kliegman,2000)
Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu lahir
dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus
dan usus yang menonjol hanya di tutupi oleh membrane tipis transparan yang
terdiri dari amnion dan peritoneum. (W. A. Newman Dorland, 2002).
Omphalocele adalah protrusi visera intra abdominal ke dasar korda umbilical
kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna L. Wong, 2004)
Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam kembali
kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan
timbulnya omfalokel. (Ngastiyah, 2005).
2.2;Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa
faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel
diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi
asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1; Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan
kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan
omfalokel paling sering dijumpai.
2; Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum
Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan
didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3; Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan
tersebut harus dilacak dengan USG.
2.3;Epidemiologi
Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio 1 kasus dalam
5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 10.000
kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 1:1. Menurut catatan
Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini,
setidaknya ada enam kasus kelahiran dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan
medis memperlihatkan, angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam
tiap 200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung melahirkan
bayi dengan omphalokel. Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar
karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
2.4;Patofisiologi
1; Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada
salah satu samping umbilikus.hal ini menyebabakan organ visera abdomen
keluar dari kapasitas abdomen dan terbungkus kantong.
2; Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap abnormal.
3; Omfalokel terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dinding
abdomen ,dan terbentuk defek.
4; Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus
5; Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin,akibatnya usus
menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi dari cairan
as.amino,usus juga terlihat pendek dan rongga abdomen sempit.
6; Usus,visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung,sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,kontaminasi usus
dengan kuman dapat terjadi,dan distensi usus sehingga mempersulit koreksi
pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan.
7; Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -6 minggu isi abdomen terletak
diluar embrio.pada usia 10minggu terjadi pegembangan lumen abdomen
sehingga usus dari extra peritoneum akan masukke rongga perut.bila proses ini
terhambat maka akan terbentuk kantong di pangkal umbilikus yang terisi
usus,lambung dan kadang hati.dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum
dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi kantong tampak
keluar,keadaan ini disebut omfalokel.bila usus keluar di titik terlemah dikanan
umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut tanpa di bungkus,peritoneum
dan amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
Pathway
2.5;Manifestasi klinis
Menurut A.H. Markum, manifestasi dari omphalokel adalah :
1; Organ visera / internal abdomen keluar
2; Penonjolan pada isi usus
3; Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedang tanda yang lain :
Alat dalam gagal kembali ke rongga dalam abdomen
Kelainan bawaan
Usus keluar
Isi abdomen masuk ke dalam umbilikus
Defisiensi pengetahuan orangtua
Korda terobek
Ileus mengalami adhesi
Kekurangan cairan(dehidrasi)
Resiko infeksi
Ansietas
Kenaikan suhu tubuh (hipertemi)
Omfalokel
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
Keterbatasan koognitif
Agen cidera biologis
Nyeri
Faktor predisposisi
Faktor makanan dan minuman yang mengandung alkohol
Kelainan kromosom sehingga informasi genetik yang di wariskan, alelnya yang terinfeksi
Zigot yang mengalami fase mitosis terdapat kelainan ketika dilakukan pem.USG pada minggu ke 10
Terdapat protrusi pada dinding abdomen
Zat mengandung Toksik bagi tubuh merusak tumbuh kembang janin dalam rahim ibu
Penyerapan sari-sari kurang efektif
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Faktor Kegiatan
Merokok pada kehamilan
1; Apabila berukuran kecil di dalam korda umbilicus terdapat sembuhan yang berisi
usus
2; Apabila ukuran besaar di dalam korda berisi hati dan usus
3; Tali pusat tampak terletak di daerah apeckantong dengan pembuluh darah
umbilicus meluncur sepanjang kantong masuk kedalam rongga perut
4; Sering ditemukan pada bayi premature
5; Umbilicus menonjol keluar.
2.6;Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan maternal serum alfa fetoprotein (MSAFP).Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdome dapat di deteksi dengan peningkatan serum MSAFP
USG
adalah metode yang digunakan oleh dokter untuk memotret atau merekam
gambar hidup janin dalam kandungan. Arti Ultrasonografi secara harfiah itu
sendiri adalah pengambilan gambar dengan gelombang suara ultra. Melalui
penggunaan frekuensi gelombang suara tinggi (20.000 Hertz) yang telah
dipantulkan ke tubuh, maka Anda dapat melihat gambaran rahim dan isinya dalam
bentuk informasi gambar (sonogram) yang dapat dilihat pada layar
Pada usia kehamilan 10-14 minggu, USG 4D dapat mengindentifikasi kelainan
hingga 85% seperti adanya kelainan pada kromosom , down syndrome atau
mendeteksi kelainan jantung bawaan dini. Di usia kandungan memasuki 18-22
minggu telah mampu mendeteksi kelainan kelainan pada janin secara struktural
(detail amonaly scan), sedangkan pada usia 28-32 minggu telah mampu dalam
mendeteksi adanya kelainan kelainan pada pertumbuhan janin, letak plasenta, tali
pusat, profil biofisik janin, jumlah air ketuban, kelainan letak plasenta, dan juga
kelainan organ janin hingga dapat diidentifikasi dengan akurat.
Radiologi
o Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker struktural.
o Echocardiography fetus untuk membantu melihat kelainan jantung.
2.7; Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :
a; Perawatan pra-bedah
Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps
sangat meningkatkan area permukaan.
Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi
usus-usus yang mempersulit pembedahan.
Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak
melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus
Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan
cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi
Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada
mesenterium.
Terapi intravena untuk hidrasi
Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong,
luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan
menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat
dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong
dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan
peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele terlalu besar dan
rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke
dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma
akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi
vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong
omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya
dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan
untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup
epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis
tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan
b; Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang
pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera
kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja,
namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari
bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam
rongga perut dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab
tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin
sukar karena usus akan udem.
c; Paska Bedah
Perawatan paska bedah neonatus rutin
Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
Pemberian antibiotika
Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi
mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini
tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).
1; Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan
2; Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang sudah rapi
seperti orang normal lainnya.
2.8;Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosi.
komplikasi dari omphalokel adalah :
Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang.
Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama.
Nekrosis adalah kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan atau
organ yang belum pada waktunya, yang dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal
ini terjadi ketika tidak ada cukup darah mengalir ke jaringan, baik karena cedera,
radiasi, atau bahan kimia.
Sepsis atau septicaemia adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang dapat
terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap infeksi. Ini mengarah ke overdrive
serius dari sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan serangkaian reaksi yang
dapat menyebabkan peradangan luas dan pembekuan darah.
2.9;Hasil Analisa kasus di masyarakat
A; Hasil
Data hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien omfalokel di RSUD. Prof. dr.
Margono Soekarjo pada bulan Januari 2008- Juni 2013 sebanyak 29 kasus. Dari 29 kasus
tersebut, 16 kasus tidak ditemukan data rekam medisnya, sehingga hanya terdapat 13
kasus yang dapat diteliti pada studi ini. Berikut gambaran data penderita omfalokel
berdasarkan jenis kelamin, usia, keadaan pasien dan penatalaksanaan di RSUD. Prof. Dr.
Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Juni 2013.
Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita omfalokel
di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Juni 2013
Tahun Jumlah kasus Presentase2008 0 0 %2009 2 15%2010 2 15%2011 5 40 %2012 2 15%2013 2 15 %
Jumlah 13 100 %
Diagram 1. Presentase distribusi frekuensi penderita omfalokel di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Juni 2013.
Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita omfalokel berdasarkan jenis kelamin di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Juni 2013
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah (persentase)
Laki-laki 0 2 0 4 2 1 9 (69%)
Perempuan 0 0 2 1 0 1 4 (31 %)
0 2 2 5 2 2 13 (100 %)
Diagram 2. Distribusi frekuensi penderita omfalokel berdasarkan jenis kelamin di RSUD.
Prof. Dr. Margono Soekarjo bulan Januari 2008- Juni 2013
B; Pembahasan
Jumlah penderita omfalokel di RSUD.Prof.dr. Margono Soekarjo pada bulan
Januari 2008- Juni 2013 sebanyak 29 orang. Namun hanya 13 orang yang ditemukan
rekam medisnya, sehingga subyek pada penelitian ini hanya berjumlah 13 orang.
Penderita omfalokel terbanyak terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 5 orang dan
paling sedikit terjadi pada tahun 2008 yakni tidak ada. Pada tahun 2009 penderita
omfalokel sebanyak 2 orang, pada tahun 2010 sebanyak 2 orang, pada tahun 2012
sebanyak 2 orang dan pada tahun 2013 sebanyak 2 orang.
Data yang didapatkan dari RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo menunjukkan
bahwa persentase kejadian omfalokel pada laki-laki sebesar 69% yaitu 9 kasus
sedangkan pada perempuan sebesar 31% yaitu 4 kasus atau perbandingan antara laki-laki
dengan perempuan sekitar 2:1. Hasil ini tidak sesuai dengan Eijk (2011) dan yang
menyatakan bahwa perbandingan kejadian omfalokel antara laki-laki dengan perempuan
sama yakni 1:1. Perbedaan ini mungkin dapat disebabkan karena faktor keterbatasan
jumlah sampel yang disertakan pada penelitian ini.
Penderita omfalokel di RSUD. Prof.dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari
2008- Juni 2013 terbanyak berusia ≤ 1 bulan yaitu sebanyak 9 orang (73 %), sedangkan
jumlah yang paling sedikit dijumpai pada penderita yang berusia 1-12 bulan yaitu
sebanyak 2 orang (18 %) dan penderita yang berusia > 1 tahun sebanyak 1 orang (9 %).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa distribusi penderita omfalokel
yang terbanyak yaitu pada kelompok usia ≤ 1 bulan atau pada periode neonatus, yaitu
sebesar 73%. Hal ini sesuai dengan Boykin (2010) dan Glesser (2003), yang menyatakan
bahwa omfalokel dapat diketahui segera setelah bayi lahir. Bahkan penyakit ini dapat
dideteksi pada periode prenatal. Keterlambatan diagnosis jarang terjadi, sedangkan
keterlambatan penanganan dapat terjadi karena faktor eksternal seperti keadaan sosial
ekonomi keluarga, pendidikan keluarga, akses pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Penatalaksanaan kasus omfalokel kongenital di RSUD. Prof.dr. Margono
Soekarjo berdasarkan data didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan adalah
undermining yaitu sebanyak 2 kasus (16%), sedangkan untuk perawatan konservatif
didapatkan sebanyak 11 kasus (84%). Undermining merupakan tindakan membebaskan
secara tajam kulit dan jaringan subkutan terhadap fascia anterior muskulus rektus
abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus eksternus disebelah lateralnya sampai
batas linea aksilaris anterior atau media (Eijk, 2011).
Data yang didapatkan dari RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo menunjukkan
bahwa persentase keadaan pasien post perawatan atas indikasi omfalokel yang tercatat
keluar dari rumah sakit dalam kondisi hidup sebesar 39% yaitu 5 kasus, tidak ada yang
tercatat meninggal selama perawatan, dan yang tercatat pulang atas permintaan sendiri
sebesar 61% yaitu 8 kasus. Menurut Ledbetter (2006), pasien dengan omfalokel akan
sangat mudah terinfeksi akibat paparan organ intraabdomen dengan dunia luar. Infeksi
dapat disertai sepsis dan kekurangan nutrisi. Kondisi ini yang sering menyebabkan
kematian pada penderita omfalokel. Meskipun demikian, prognosisnya tergantung pada
prematuritas, ukuran omfalokel dan anomali organ lainnya seperti jantung, anus dan
kromosom (Minnesota, 2010).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1; PENGKAJIAN
a Data Demografi
Nama pasien, tanggal lahir, Alamat, Tanggal masuk RS, Jenis kelamin, Agama,
pekerjaan, No. Register, dan lain-lain.
b Data fokus Pengkajian
1 Mengkaji kondisi abdomen
Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
Kaji letak defek, umun nya berada disebelah kanan umbilicus
Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/kronis sering
disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi.
Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
perlambatan pengosongan lambung, akumulasi gas / feses, inflamasi/obstruksi.
c Mengukur temperature tubuh
Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
Lakukan pengukuran suhu secara kontinyu tiap 2 jam
Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
d Kaji sirkulasi
Kaji adanya sianosis perifer
e Kaji distress pernapasan
Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
Frekuensi : Cepat (Takipneu), Normal atau lambat
Kedalaman : Normal. Dangkal (Hipopnea), terlali dalam (Hipernea)
Kemudahan : Sulit (Dispneu), Otophnea
Irama : Fariasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan
Opservasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum,dan nyeri dada
Kaji adanya suara nafas tambahan (Mengi/wheezing)
Perhatikan bila pasien tampak pucat/ sianosis
2; Analisa data
Problem Etiologi Symptom
Nutrisi kurang dari Omfalokel Tanda: homestatis anak menurun.
kebutuhanIleus mengalami adhesi
Penyerapan sari-sari kurang
efektif
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Gejala: bayi tampak gelisah
Resiko infeksi Omfalokel
Usus
Pertahanan tubuh primer tidakadekuat
Resiko infeksi
Tanda: tampak kulit warna
kemerahanGejala: inflamasi
Hipertermi Omfalokel
Ileus mengalami adhesi
Kekurangan cairan/Dehidrasi
Kenaikan suhu tubuh (Hipertermi)
Tanda: suhu diatas 37 derajat
celsius.Gejala: kejang otot
Nyeri Omfalokel
Agen cidera biologis
Nyeri
Tanda: bayi menangis.Gejala: umbilikus keluar
Defisiensi Pengetahuanorang tua
Omfalokel
Keterbatasan koognitif
Defisiensi Pengetahuan
Tanda: kurang tanggap terhadap
kelainan yang dialami anaknya
Kecemasan org tua b/dkurangnya pengetahuan
orang tua
Omfalokel
Keterbatasan koognitif
Tanda:orang tua bingung akan
penyakit yang dialami anaknya
Defisiensi Pengetahuan
Ansietas
3; DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operation :
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penyerapan sari-sari kurang efektif
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan kognitif
Post Operation :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua.
4; INTERVENSI
NO DiagnosaKeperawatan
Kriteria Hasil Intervensi RASIONAL
1 Nutrisi kurang darikebutuhan b/d
penyerapan sari-sarikurang efektif
Tercapainya
Kebutuhan nutrisi yang di butuhkan
Malnutrisi dapat di
cegah dengan tepat
Monitor nutrisi pasien.
Lakukan pemasangan NGT dan cairan infuse.
Pemberian asupan gizi secara kontinue.
Agar nutrisi pasien tetap terjaga
Nutrisi pasien terpenuhi
2 Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Mengetahui faktorresiko
Bersihkan daerahperineal
Infeksi padaumbilikus dapatdicegah
Perineal Care1; Bantu pasien untuk membersihkan2; Jaga perineum agar tidak kering
Proteksi Infeksi3; Monitor tanda-tanda gejala infeksi sitemik
dan local4; Pelihara teknik isolasi
Monitor Elektrolit5; Monitor cairan yang hilang6; Monitor adekuatnya ventilasi
Agar permukaan yang menonjol tidakkering dan tidak ada kotoran ataupunbakteri yang menempel.
Agar dapat memantau omfalokel dari tandamaupun gejala infeksi baik dari sitemikmaupun local.
Memproteksi omfalokel dari stimulus atauinvasi dari luar.
Menstabilkan cairan
3 Hipertermi b/d Tidak ada tanda- Fever treatment Menjaga suhu badan agar tidak berlebihan
dehidrasi tanda hipertermi Tidak ada tanda-
tanda dehidrasio Monitor warna kulit dan temperatureo Monitor intake dan output cairan
Vital sign monitoringo Monitor nadi, suhu, dan pernapasano Monitor pada nafas abnormal
atau harus dalam keadaan tetap stabil Agar tidak terjadi malnutrisi
Agar pasien tidak kesulitan dalam bernafas.
4 Nyeri akut b/d agen cidera fisik
Tingkat nyeri pasienberkurang
Ekpresi wajah tidakmenunjukan nyeri
Pain management1; Observasi isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan terutama saat tridak dapat
berkomunikasi secara efektif2; Kurangi faktor-faktor pencetus nyeri
Environmental management : Comfort3; Jaga kebersihan
Sesuaikan temperature ruangan
Agar manajemen nyeri teratasi
5 Defisiensi Pengetahuan orang tua tentang penyakit b/d keterbatasan kognitif
Orang tuamemahami prosespenyakit secaraspesifik
Orang tua mengenalitanda dan gejalapenyakit
Orang tuamengetahui
Teaching : Disease process1; Nilai tingkat pengetahuan orang tua
berhubungan dengan proses penyakit2; Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagai3; mana hal tersebut berhubungan dengan
anatomi fisiologi4; Gambarkan tanda dan gejala yang
Agar orang tua lebih memahami penyakit
yang di derita anaknya, sehingga perawatan
dapat lebih cepat dilakukan. Agar komunikasi terapeutik dapat dilakukan
dengan baek sehinggan dapat mengatasi atau
memantau perjalanan penyakit.
komplikasi yangberpotensi akibatpenyakit
berhubungan dengan penyakit Diskusikan pilihan terapi/perawatan
6 Kecemasan org tua b/d kurangnya pengetahuan orang tua
Orang tua tidakmengalami stress
Orang tua dapatmengontrol kecemasan
Orang tua dapatmenggunakan teknikrelaksasi untukmengurangi kecemasan
Anxiety Reduction1; Instruksikan orang tua
untuk menggunakan
teknik relaksasi2; Observasi reaksi verbal
dan non verbal tentang
kecemasan Coping anhancement3; Perhatikan pemahaman
persepsi orang tua
terhadap situasi yang
penuh stress4; Anjurkan orang tua untuk
mengungkapkan secara
verbal perasaan, persepsi,
dan ketakutan
Agar orang tua bisa lebih
tenang menghadapi situasi
penyakit anaknya.
5; IMPLEMENTASI
NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
1. Nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d penyerapan
sari-sari kurang efektif
Memonitor nutrisi pasien.
Melakukan pemasangan NGT dan cairan infuse.
Memberikan asupan gizi secara kontinue.
2. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Perineal Care1; Membantu pasien untuk membersihkan2; Menjaga perineum agar tidak kering
Proteksi Infeksi3; Memonitor tanda-tanda gejala infeksi sitemik dan
local4; Memelihara teknik isolasi
Monitor Elektrolit5; Memonitor cairan yang hilang6; Memonitor adekuatnya ventilasi
3. Hipertermi b/d dehidrasi Fever treatmento Memonitor warna kulit dan temperatureo Memonitor intake dan output cairan
Vital sign monitoringo Memonitor nadi, suhu, dan pernapasano Memonitor pada nafas abnormal
Environmental managemento Menciptakan lingkungan yang aman untuk
pasieno Membatasi pengunjung
4. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
Pain management1; Mengobservasi isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan terutama saat tridak dapat
berkomunikasi secara efektif2; Mengurangi faktor-faktor pencetus nyeri
Environmental management : Comfort3; Menjaga kebersihan4; menyesuaikan temperature ruangan
5. Defisiensi Pengetahuan orang tua tentang penyakit
Teaching : Disease process
b/d keterbatasan kognitif 1; Menilai tingkat pengetahuan orang tua
berhubungan dengan proses penyakit2; Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal tersebut berhubungan dengan
anatomi fisiologi3; Menggambarkan tanda dan gejala yang
berhubungan dengan penyakit4; Mendiskusikan pilihan terapi/perawatan
6. Kecemasan org tua b/d kurangnya pengetahuan orang tua
Anxiety Reduction1; Menginstruksikan orang tua untuk menggunakan
teknik relaksasi2; Mengobservasi reaksi verbal dan non verbal
tentang kecemasan Coping anhancement
3; Memerhatikan pemahaman persepsi orang tua
terhadap situasi yang penuh stress4; Menganjurkan orang tua untuk mengungkapkan
secara verbal perasaan, persepsi, dan ketakutan
6; Evaluasi:
Bayi bebas dari gejala infeksi
Keseimbangan intake dan out put
BAB III
PENUTUP
3.1; KESIMPULAN
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar
dan dibungkus suatu kantong peritoneum.Penanganannya adalah secara operatif dengan
menutup lubang pada pusat.Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang
keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus
diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi
kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya
operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan
semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan
yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.
3.2; SARAN
Melihat kasus yang terjadi diatas sangatlah prihatin terhadap angka kejadian
selanjutnya agar terantisipasi dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya omfalokel tersebut diantaranya, infeksi virus, alkohol, serta
merokok untuk wanita pada masa kehamilan. Maka dari itu kita sebagai perawat perlu
memberikan healt education kepada ibu hamil di indonesia agar dapat meminimalisir
angka kejadian kasus omfalokel itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
; A.H. Markum. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI : Jakarta
; Dongoes, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
; Dorland, W.A. Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland.Edisi 29. Jakarta : EGC.
; Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta
; Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
; Pincus Eatzel & Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta.
; Suriadi & Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Penerbit FKUI : Jakarta