Upload
nike-ruspita
View
6
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah otitis Media
Citation preview
MAKALAH OTITIS MEDIA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di
telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran
basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel
rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup
signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk
melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Proses mendengar pada anak atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami,
timbul tanpa usaha tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita
sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui suatu tahapan
atau proses.
Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi segera setelah bayi dilahirkan normal ke dunia,
bahkan organ pendengaran sudah berfungsi seperti layaknya orang dewasa tatkala janin berusia
20 minggu kehamilan. Janin sudah dapat memberikan reaksi ketika diberikan stimulus berupa
nada murni berfrekwensi tinggi melalui microphone yang ditempatkan pada perut ibu seperti
yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama Johansson et al pada tahun
1964.
Kemudian dalam perjalanan hidupnya sejak dilahirkan, bayi akan mendapat input suara-suara
yang ada dilingkungan sekitarnya sehari-hari secara terus menerus. Dalam keadaan pendengaran
normal, rangsangan suara tadi akan direkam dan dipersepsikan dipusat sensorik diotak sehingga
anak dapat mengenal suara yang pernah didengarnya.
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena
perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung
pada fungsi pendengaran.
Dari uraian diatas sangatlah jelas hubungan antara kemampuan anak untuk mendengar dan
kemampuan untuk berbicara. Apabila terjadi gangguan pendengaran sejak dini maka akan terjadi
pula gangguan perkembangan bicara
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah dengan kasus gangguan persepsi
dan sensori pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
2. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persepsi dan sensori
pendengaran.
2) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada gangguan sistem persepsi dan sensori
pendengaran pada berbagai tingkat usia.
3) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan gangguan system persepsi dan sensori
pendengaran pada berbagai tingkat usia.
4) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan system persepsi
dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia
5) Mahasiswa mampu memahami system pelayanan kesehatan untuk pasien dengan
gangguan system persepsi dan sensori pendengaran.
6) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pencegahanprimer, sekunder, dan tersier
pada masalah system persepsi dan sensori pendengaran
7) Mahasiswa mampu mengklasifikasi kasus dan mampu memprioritaskan masalah
keperawatan dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran
8) Mahasiswa mampu melakukan fungsi advocacy pada kasus gangguan system
pendengaran
9) Mahasiswa mampu menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah system
persepsi dan sensori pendengaran.
10) Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan
gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif dengan memperhatikan aspek legal dan etik.
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana melakukan asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan, pengelolaan asuhan
keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dan mengatasi masalah
keperawatan dengan kasus system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat
usia dengan tetap memperhatikan aspek legal dan etis ?”
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi, 1998).
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001)
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa
adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative
dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara
lain:
a. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
1) Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
2) Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
3) Perforasi membran timpani yang menetap.
b. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah.
c. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-
sklerosis.
d. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
e. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
C. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh
bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak
untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah
banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena
membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian
dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada
telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,
terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh yang kurang baik.
D. Manifestasi Klinis
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative
pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami
perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
Demam
Anoreksia
Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau
perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii
berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu
pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram
biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus
mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane
timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di
belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
F. Penatalaksanaan medis
1. Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini
untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
2. Perawatan otitis media kronik dengan memberikan obat antibiotik-antibiotik menghilangkan
infeksi. Jika perlubangan gendang telinga juga hadir, obat-obat tetes antibiotik topical dapat
digunakan. Jika luka parut gendang telinga atau ossicle telah terjadi ,itu tidak akan
dikembalikan dengan antibiotik-antibiotik saja. Tetapi sudah indikasi untuk operasi
G. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya
pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK
tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen
pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasiakut dari OMSK
berhubungan dengan kolesteatom.
Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
Gangguan pendengaran / pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
a. Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau
bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.
b. Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian
obat ototoksik sebelumnya.
c. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa
berat dan meningitis.
d. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau
pada tempat yang tenang.
Suara berdenging / berdengung (tinitus)
a. Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan
di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.
b. Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.
Rasa pusing yang berputar (vertigo).
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
a. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien
berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
b. Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga
berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis
seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral.
Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher.
Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat
menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
a. Apakah pada telinga kiri /kanan dan sudah berapa lama.
b. Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang
servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ
tersebut.
Keluar cairan dari telinga (otore)
a. Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah
berapa lama.
b. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan
bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan
adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat
atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.
2. Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan
perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan
audiometrik.
Tujuan :
a. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
b. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
c. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
d. Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari
telinga tengah (sistem neurologi).
Pendengaran dapat diidentifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar
suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya
normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal.
B. Diagnosis
1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di saraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
5. Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran
6. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.
- Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.
Intervensi Keperawatan :
1) Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri
yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi
nyeri yang diderita klien.
2) Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional : Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan
oleh rasa dingin disekitar area telinga.
3) Atur posisi klien
Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.
4) Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi
Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi
sensasi nyeri dari dalam.
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
- Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
1) Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan
klien.
2) Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan
jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan
keras):
- Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
Jika klien dapat membaca ucapan :
- Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
- Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat
membaca bibi anda.
Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
- Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
- Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua
komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri
yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.
3) Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
§ Bicara dengan jelas, menghadap individu.
§ Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
§ Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
§ Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan
dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di saraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian
serta perawatannya yang tepat.
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa
sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
- Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran
rusak secara permanen.
- Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
d. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
- Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam
berkomunikasi.
Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia
dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
- Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Rasional : Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat
membantu klien.
- Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien.
Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena
perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung
pada fungsi pendengaran. Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis
media yang tekait dengan kasus ini.
B. Saran
Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah dengan cotton bud, jepit
rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun. Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan
lilin lebih banyak dan bisa merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan
pada bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan higienis telinga
eksternal yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta
http://brajagssidodadi.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-klien-penderita.html
http://yoseph-dmc21.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-otitis.html
http://biologi-itey.blogspot.com/2010/01/telinga-indera-pendengaran.html
http://fisiologi-tubuh-manusia-1989.blogspot.com/2011/11/fisiologi-sistem-pendengaran-
pada.html
http://elfa79.wordpress.com/2008/09/13/anatomi-fisiologi-sistem-pendengaran-dan-
keseimbangan/
http://jagojuga.blogspot.com/2009/03/proses-pendengaran-manusia-pada-gambar.html