21
MAKALAH OTITIS MEDIA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel

Makalah Otitis Media

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah otitis Media

Citation preview

Page 1: Makalah Otitis Media

MAKALAH OTITIS MEDIA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan

keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada

partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan

normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui

bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran

udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi

(pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan

rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).

Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di

telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran

basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel

rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup

signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk

melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).

Proses mendengar pada anak atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami,

timbul tanpa usaha tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita

sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui suatu tahapan

atau proses.

Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi segera setelah bayi dilahirkan normal ke dunia,

bahkan organ pendengaran sudah berfungsi seperti layaknya orang dewasa tatkala janin berusia

20 minggu kehamilan. Janin sudah dapat memberikan reaksi ketika diberikan stimulus berupa

nada murni berfrekwensi tinggi melalui microphone yang ditempatkan pada perut ibu seperti

yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama Johansson et al pada tahun

1964.

Page 2: Makalah Otitis Media

Kemudian dalam perjalanan hidupnya sejak dilahirkan, bayi akan mendapat input suara-suara

yang ada dilingkungan sekitarnya sehari-hari secara terus menerus. Dalam keadaan pendengaran

normal, rangsangan suara tadi akan direkam dan dipersepsikan dipusat sensorik diotak sehingga

anak dapat mengenal suara yang pernah didengarnya.

Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena

perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung

pada fungsi pendengaran.

Dari uraian diatas sangatlah jelas hubungan antara kemampuan anak untuk mendengar dan

kemampuan untuk berbicara. Apabila terjadi gangguan pendengaran sejak dini maka akan terjadi

pula gangguan perkembangan bicara

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah dengan kasus gangguan persepsi

dan sensori pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.

2. Tujuan khusus

1) Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persepsi dan sensori

pendengaran.

2) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada gangguan sistem persepsi dan sensori

pendengaran pada berbagai tingkat usia.

3) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan gangguan system persepsi dan sensori

pendengaran pada berbagai tingkat usia.

4) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan system persepsi

dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia

5) Mahasiswa mampu memahami system pelayanan kesehatan untuk pasien dengan

gangguan system persepsi dan sensori pendengaran.

6) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pencegahanprimer, sekunder, dan tersier

pada masalah system persepsi dan sensori pendengaran

7) Mahasiswa mampu mengklasifikasi kasus dan mampu memprioritaskan masalah

keperawatan dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran

Page 3: Makalah Otitis Media

8) Mahasiswa mampu melakukan fungsi advocacy pada kasus gangguan system

pendengaran

9) Mahasiswa mampu menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah system

persepsi dan sensori pendengaran.

10) Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan

gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia dengan

standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan

pelayanan yang efisien dan efektif dengan memperhatikan aspek legal dan etik.

C. Rumusan masalah

Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana melakukan asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan, pengelolaan asuhan

keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dan mengatasi masalah

keperawatan dengan kasus system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat

usia dengan tetap memperhatikan aspek legal dan etis ?”

Page 4: Makalah Otitis Media

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah

infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa

(Soepardi, 1998).

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya

bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001)

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa

adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative

dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di

dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan

irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.

B. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara

lain:

a. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:

1) Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang

2) Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total

3) Perforasi membran timpani yang menetap.

b. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga

tengah.

c. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat

disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-

sklerosis.

d. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.

Page 5: Makalah Otitis Media

e.  Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme

pertahanan tubuh.

C. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh

bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri

memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,

peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak

untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah

banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena

membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian

dalam tidak dapatbergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada

telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat

berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,

terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh yang kurang baik.

D. Manifestasi Klinis

1. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan

sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.

Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat

dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative

pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami

perforasi.

Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani

Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

Demam

Anoreksia

Limfadenopati servikal anterior

Page 6: Makalah Otitis Media

2. Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau

perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii

berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu

pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram

biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

 

3. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea

intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus

mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan

edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane

timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di

belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.

Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric

pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau

campuran.

E. Pemeriksaan diagnostic

1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif

2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid

3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

F. Penatalaksanaan medis

1. Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe

maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini

untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik

mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

2. Perawatan otitis media kronik dengan memberikan obat antibiotik-antibiotik menghilangkan

infeksi. Jika perlubangan gendang telinga juga hadir, obat-obat tetes antibiotik topical dapat

Page 7: Makalah Otitis Media

digunakan. Jika luka parut gendang telinga atau ossicle telah terjadi ,itu tidak akan

dikembalikan dengan antibiotik-antibiotik saja. Tetapi sudah indikasi untuk operasi

G. Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang

menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya

pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK

tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen

pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasiakut dari OMSK

berhubungan dengan kolesteatom.

Komplikasi ditelinga tengah :

1. Perforasi persisten membrane timpani

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

Page 8: Makalah Otitis Media

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Anamnesis

Keluhan utama dapat berupa :

Gangguan pendengaran / pekak.

Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

a. Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua  telinga, timbul tiba-tiba atau

bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.

b. Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian

obat ototoksik sebelumnya.

c. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa

berat dan meningitis.

d. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau

pada tempat yang tenang.

Suara berdenging / berdengung (tinitus)

a. Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan

di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.

b. Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

Rasa pusing yang berputar (vertigo).

Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

a. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien

berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.

b. Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga

berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis

seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral.

Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher.

Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat

menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

a. Apakah pada telinga kiri /kanan dan sudah berapa lama.

Page 9: Makalah Otitis Media

b. Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang

servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ

tersebut.

Keluar cairan dari telinga (otore)

a. Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah

berapa lama.

b. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan

bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan

adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat

atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor

serebrospinal.

2. Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan

perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan

audiometrik.

Tujuan :

a. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

b. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

c. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

d. Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari

telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat diidentifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar

suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya

normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal.

B. Diagnosis

1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan

2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau

kerusakan di saraf pendengaran.

Page 10: Makalah Otitis Media

4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,

hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

5. Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran

6. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.

- Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.

Intervensi Keperawatan :

1) Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri

yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.

Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi

nyeri yang diderita klien.

2) Kompres dingin di sekitar area telinga

Rasional : Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan

oleh rasa dingin disekitar area telinga.

3) Atur posisi klien

Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.

4) Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi

Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi

sensasi nyeri dari dalam.

2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

- Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,

berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Page 11: Makalah Otitis Media

Intervensi Keperawatan :

1) Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan

metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.

Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka

metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan

klien.

2) Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan

jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan

keras):

- Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

Jika klien dapat membaca ucapan :

- Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.

- Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat

membaca bibi anda.

Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

- Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.

- Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua

komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri

yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.

Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima

dengan baik oleh klien.

3) Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

§  Bicara dengan jelas, menghadap individu.

§  Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

§  Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

§  Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban

lebih dari ya dan tidak.

Page 12: Makalah Otitis Media

Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan

dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

c.       Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau

kerusakan di saraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil :

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat

fungsional.

Intervensi Keperawatan :

-          Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian

serta perawatannya yang tepat.

-          Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat

mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa

sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

-          Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran

rusak secara permanen.

-          Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu

antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa

berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

d.      Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,

hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.

Intervensi Keperawatan :

Page 13: Makalah Otitis Media

-          Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan

kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam

berkomunikasi.

Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah

menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia

dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi

rasa cemasnya.

-          Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti

yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

Rasional : Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat

membantu klien.

-          Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat

membantu klien.

Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat

mendukung dia untuk berkomunikasi.

Page 14: Makalah Otitis Media

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena

perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung

pada fungsi pendengaran. Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis

media yang tekait dengan kasus ini.

B.     Saran

Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah dengan cotton bud, jepit

rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun. Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan

lilin lebih banyak dan bisa merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan

pada bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan higienis telinga

eksternal yang memadai.

Page 15: Makalah Otitis Media

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta

http://brajagssidodadi.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-klien-penderita.html

http://yoseph-dmc21.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-otitis.html

http://biologi-itey.blogspot.com/2010/01/telinga-indera-pendengaran.html

http://fisiologi-tubuh-manusia-1989.blogspot.com/2011/11/fisiologi-sistem-pendengaran-

pada.html

http://elfa79.wordpress.com/2008/09/13/anatomi-fisiologi-sistem-pendengaran-dan-

keseimbangan/

http://jagojuga.blogspot.com/2009/03/proses-pendengaran-manusia-pada-gambar.html