22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah. 2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung

MAKALAH PAJAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PAJAK

BAB   I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan

diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat

balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut

:

1.      Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani,  pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang

dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

2.      

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.

3.      Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.,

pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih

dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar pemerintah dapat

melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1])

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah

Pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain

yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.

Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan

Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang

dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.

Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan

yang ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN,

Pendapatan Negara dibagi  dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan

hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara

Page 2: MAKALAH PAJAK

bukan pajak. Hibah adalah sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik

perorangan maupun badan usaha dan daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak

perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri  terdiri dari pajak penjualan atas

barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari

Bea masuk dan pajak ekspoor.[2])

Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:

A.    Menurut  Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.

B.     Menurut Sifatnya

1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

BArang mewah.

C.     Menurut Lembaga Pemungutnya

1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak

hiburan, dan pajak penerangan jalan.[3])

Page 3: MAKALAH PAJAK

Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini

yang kami bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah.

B.       Rumusan Masalah.

Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan

makalah ini adalah sebagai berikut            :

1.      Apa dasar pemungutan pajak

2.      Apa saja jenis jenis pajak daerah

3.      Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah. 

4.      Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah

C.      Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut     :

1.      Memahami tentang tujuan pemungutan pajak

2.      Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia

3.      Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah

BAB   II

PEMBAHASAN

A.      Defenisi Pajak Menurut Para Ahli Dan Pengertian Pajak Daerah

1.        Defenisi pajak menurut para ahli

Menurut Suparman Sumadwijaya, Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang

dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.[4]) sedangkan menurut Remsky K.

Judisseno (1997:5)  “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara

berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan

peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”.

Dari pembahsan pengertian pajak, maka, unsure-unsur dari defenisi pajak meliputi

sebagai berikut      :

1.      Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan)

kepada Negara.

Page 4: MAKALAH PAJAK

2.      Penyerahan itu bersifat wajib. Lalu bagaimana jika tidak dilakukan? Utang itu dapat

dipaksakan dengan keekrasan seperti surat paksa dan sita.

3.      Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-undang/peraturan/norma yang dibuat oleh

pemerintah berlaku umum. Jika tidak, maka dapat diangap sebagai perampasan hak.

4.      Tidak ada kontaprestasi langsung dati pemerintah (pemungut iuran) bias dilihat dari

indikasi :

  Pembangunan infrastruktur

  Sarana kesehatan

  Public facility

5.      Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan udaha baik seasra maupun pemerintah)

digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

(yang seharusnya) berguna bagi rakyat.

2.                  Pengertian Pajak Daerah.

Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh

pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil

di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”.

Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di

paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk

membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.[5])

edangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak,

adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk

membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang

pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah

daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-

undang (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

B.       Jenis-jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak

kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

Page 5: MAKALAH PAJAK

Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan   Pemerintah

Kabupaten/Kota

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota

1.      Pajak Kendaraan Bermotor

2.      Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4.      Pajak Air Permukaan

5.      Pajak Rokok

1.      Pajak Hotel

2.      Pajak Restoran

3.      Pajak Hiburan

4.      Pajak Reklame

5.      Pajak Penerangan Jalan

6.      Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan

7.      Pajak Parkir

8.      Pajak Air Tanah

9.      Pajak Sarang Burung Walet

10.  Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan

11.  Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan

         

a.      Pajak yang Dikelola Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan dan Pajak Rokok.

1.      Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan

kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan

teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber

daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk

alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan

tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :

Page 6: MAKALAH PAJAK

a.       Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen)

dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b.      Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara

progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen).

Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam

kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI,

Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan

paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu

persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2%

(nol koma dua persen).

2.      Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik

kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan

yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan

usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-

masing sebagai berikut :

a.       penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

b.      penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak

menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut

:

a.        penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b.        penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).

3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair

atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar

10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan

bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah

Page 7: MAKALAH PAJAK

dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4.      Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak

termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).

5.      Pajak Rokok

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif

Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok

dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota,

dialokasikan paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan

penegakan hukum oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

b.      Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak

yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1.      Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi

Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah

fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,

pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih

dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2.      Pajak Restoran

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah,  Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran

adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

Page 8: MAKALAH PAJAK

boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3.      Pajak Hiburan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi

Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua

jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut

bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen).

Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab

malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat

ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian

rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal

45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4.      Pajak Reklame

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,

alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,

dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi

sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

5.      Pajak Penerangan Jalan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang

dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber

lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan

sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6.      Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan

mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi

untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan

Page 9: MAKALAH PAJAK

batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral

dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar

25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7.      Pajak Parkir

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,

baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan

tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan

paling tinggi sebesar 30% (Pasal  65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8.      Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air

Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan

tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

9.      Pajak Sarang Burung Walet

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau

pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk

marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia

esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10.  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut

wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Page 10: MAKALAH PAJAK

11.  Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas

tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan

atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan

oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan

paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).[6])

C.      Fungsi Pajak Daerah.

Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan

Daerah. Banyak hal yang bisa dibiayai pajak sperti pembangunan jalan dan jembatan,

pembangunan sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan

Operasional Sekolah (BOS), dan sebagainya.

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal

pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan

suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga

anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya.

Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat

jika anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap

pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya.

Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak

daerah.

Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi.

Misalnya, jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan

pajak untuk sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan

kerja. Selain itu, pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental,

seperti pendidikan untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada

akhirnya, pajak daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena

penyaluran pajak yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan.

D.      Permasalahan dalam Perpajakan Daerah

Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga

memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak

tersebut, antara lain sebagai berikut.

1.      Belum Intensifnya Penerimaan Pajak

Page 11: MAKALAH PAJAK

Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut

mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak.

Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah.

Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk

keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.

2.      Penyaluran Pajak

Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi

penyaluran dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk

pajak daerah) adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih

didapati pajak itu lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan

fasilitas pegawai, dan sebagainya.

Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan

untuk pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan

dengan masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya)

pendidikan (pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung

menyentuh masyarakat.

3.      Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak

Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan

tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain

itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan

manfaat pajak bagi mereka.

Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak

untuk bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi warteg

maupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal

ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak

bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan

Page 12: MAKALAH PAJAK

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan

antara lain sebagai berikut :

Salah satu cara  untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari

pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara

melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak

yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak.

Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk

membiayai pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak

Daerah itu secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1.      Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak :

        Pajak Kendaraan Bermotor

        Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

        Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

        Pajak Air Permukaan

        Pajak Rokok

2.      Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak    :

        Pajak Hotel

        Pajak Restoran

        Pajak Hiburan

        Pajak Reklame

        Pajak Penerangan Jalan

        Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

        Pajak Parkir

        Pajak Air Tanah

        Pajak Sarang Burung Walet

        Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

        Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Page 13: MAKALAH PAJAK

B.     Saran

Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik,

sudah sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan

berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-

permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan

kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan

pada daerah itu sendiri.

Page 14: MAKALAH PAJAK

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25 november

2013.

http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah, diakses tanggal

25 november 2013.

http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 2013.

http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm Pajak Daerah Untuk Pembangunan, diakses

tanggal 26 November 2013.

[1]   Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, (Bandung : Sinar Grafika, 2011), hlm.

4.

[2]   Ibid, Adrian Sutedi, SH.,MH. Hal. 50.

[3] http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25

november 2013.

[4]  Opcit. Adrian Sutedi, SH.MH.hal 3.

[5]   http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah,

diakses tanggal 25 november 2013.

[6]  http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November

2013