23
MAKALAH PANCASILA ”Peran Partai Politik Terhadap Perkembangan Bangsa Indonesia Berlandaskan Pancasila sila ke- 4” Ditujukan Kepada : Sylvester Kanisius Laku, M.Pd, SS. Disusun Oleh : Fakhri Azzumar ( 2010200232) UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

MAKALAH PANC

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PANC

MAKALAH PANCASILA

”Peran Partai Politik Terhadap Perkembangan Bangsa Indonesia

Berlandaskan Pancasila sila ke- 4”

Ditujukan Kepada : Sylvester Kanisius Laku, M.Pd, SS.

Disusun Oleh : Fakhri Azzumar ( 2010200232)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Jalan Ciumbuleuit 94

Bandung 40141, Indonesia

Page 2: MAKALAH PANC

BAB I

Latar Belakang

Indonesia tak luput dari berbagai permasalahan sosial, ekonomi, budaya, pertahanan-

keamanan dan politik. Kita menyadari bahwa dalam perajalanan dalam hal pendewasaan

bangsa Indonesia, peran partai politik sangat berpengaruh besar terahadap pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, tujuan dari partai politik untuk Indonesia

memang begitu adanya, yaitu memajukan dan membuat negara dan rakyat sejahtera seperti

yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan Pancasila. Kini semuanya telah berlangsung

berpuluh-puluh tahun sejak kemerdekaan Indonesia dalam kepemimpinan Ir.Soekarno hingga

saat ini Susilu Bambang Yudhoyono.

Berbagai macam masalah dan rintangan disetiap masa kepemimpinan selalu saja ada,

tak pelak bahwa masalah dalam hal politik selalu saja ada dan itu menjadi salah satu masalah

yang sangat disoroti oleh setiap warga negara Indonesia. Partai politik bak pisau bermata dua,

bahkan lebih. Karena banyaknya embel-embel yang akan terjadi bila politik dilakukan di

Indonesia. Tanpa berpikir bahwa politik itu buruk, maka semuanya akan berpikiran bahwa

Politik yang dilakukan partai politik akan berdampak baik dan dampak baik tersebut

berakibat masif terhadap bangsa dan masyarakat Indonesia.

Hal ini menjadi pemikiran kami untuk mencari peramsalahan politik di Indonesia

dengan mengaitkan pada pancasila sebagai dasar falsafah kebangsaan yang di rangkum

sedemikian rupa oleh Ir. Soekarno yang dimana beliau mengumpulkan nilai-nilai pancasila

dari setiap warga negara Indonesia di berabgai wilayah. Jadi bukan beliaulah yang

menemukan bahkan yang membuat pancasila. Beliau berdalih bahwa Pancasila sudah ada

sejak jaman dahulu dan itu tetap dikembangkan oleh warga negara Indonesia dan beliaulah

yang mengumpulkan seluruh nilai-nilai tersebut dan dirangkumlah menjadi satu yaitu

Pancasila seperti yang saat ini kita ketahui.

Partai politik ada dalam benak pancasila, yaitu tujuannya untuk kesejahteraan bangsa

dan negara Indonesia. Negara akan kosong bila tanpa adanya pertai politik yang didalamnya

adalah ide dan gagasan dari setiap individu masyarakat Indonesia yang cerdas dan berbakat.

Tetapi saat ini, kita harus melihat apakah partai politik tetap menjadi tempat yang nyaman

untuk masyarakat berpolitik dan menyalurkan aspirasinya. Kami mencoba meneliti

pandangan masyarakat Unpar dalam hal kemanfaatan yang partai politik lakukan demi

Page 3: MAKALAH PANC

merealisasikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang telah kami teliti dalam

berbagai hal. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Rumusan Masalah

Saat ini yang terjadi di Indonesia adalah bahwa partai politik cenderung melakukan

penyimpangan dalam melakukan tugasnya sebagai pengemban amanat dari masyarakat

terhadap pemerintah. Partai politik digunakan hanya untuk menjadikan itu sebagai penghasil

nilai materil bagi segelintir orang. Banyak orang yang haus akan kekuasaan sehingga

melupakan tujuan utama didirikannya partai politik dan bergabungnya para orang tersebut

pada partai politik.

Menyadari akan hal itu, kami mengupayakan adanya penelitian terhadap mahasiswa

Universitas Katolik Parahyangan apakah samapai saat ini partai politik di Indonesia dapat

dikatan berhasil sesuai dengan pengetahuan para mahasiswa Universitas Katolik parahyangan

yang ada dikampus.

Berdasarkan nilai pancasila yang menjadi falsafah negeri ini, seharusnya kita dapat

melihat apakah ada sifat melenceng dari para partai politik di Indonesia, sebab bila ada hal

yang melenceng dari partai politik, maak pembangunan politik dan negara Indonesia akan

terhambat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini adalah metode penelitian

quisioner. Metode tersebut kami lakukan untuk dapat mendapatkan hasil yang maksimal

dalam melakukan jajak pendapat yang kami gunakan terhadap mahasiswa Universitas Katolik

Parahyangan tentang bagaimana pandangan dan tanggapan mereka akan keberadaan partai

politik yang ada di Indonesia.

Mengapa mahasiswa/i Universitas Katolik Parahyangan yang menjadi sasaran

penelitian kami dalam menjawab pandangan dan tanggapan tentang partai politik di

Indonesia. Karena, kami melihat bahwa kami harus memulai sesuatunya dari lingkungan

dimana kami belajar. Kami menyadari bahwa perkembangan politik sangat berpengaruh

terhadap pandangan mahasiswa/i Universitas Katolik Parahyangan dalam melakukan

kegiatannya di Indonesia.

Page 4: MAKALAH PANC

Sadar akan sikap kritis dari pada mahasiwa/i Universitas Katolik Parahyangan, kami

melakukan penelitian tersebut terhadap semua fakultas yang ada di Universitas Katolik.

Dalam hal ini ada beberapa kendala dalam melakukan penelitian yaitu pada salah satu

fakultas Filsafat yang sulit sekali dimintai kerjasama dalam hal penelitian ini. Maka kami

berupaya memaksimalkan pada fakultas yang ada di linkungan kampus Universitas Katolik

Parahyangan di Jalan Ciumbuleuit, Bandung, Indonesia.

Semoga dari penelitian tersebut, hasilnya dapat dimaksimalkan dan dirasakan oleh

seluruh kalangan yang memabaca dan bermanfaat untuk seluruh masyarakat yang membaca

hasil penelitian ini.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Pendekatan untuk saling chack and balances antara masyarakat dan partai politik demi

terciptanya suatu bentuk negara yang ideal. Partai politik dijadikan suatu tempat atau pijakan

bagi masyarakat untuk menjadikan pemerintah Indonesia yang good governence yaitu adanya

pemerintahan yang baik demi terciptanya kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia seperti

yang dicantumkan dalam UUD 1945 dan Pancasila.

BAB III

ISI

I. Penjelasan, definisi dan sejarah partai politik di Indonesia.

Menurut UU No 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik pasal 1 ayat 1, Partai Politik adalah

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan

negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut UU No 2 Tahun 2011 pasal 2 ayat 1, Partai Politik didirikan dan

dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) Warga Negara Indonesia yang telah

Page 5: MAKALAH PANC

berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi, dan ayat 2

menyatakan bahwa pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan. UU

No 2 Tahun 2011 ini didasarkan dari Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22E ayat (3), Pasal 24C

ayat (1), Pasal 28, Pasal 28C ayat (2) dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.1

Menurut UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 10 ayat 1, tujuan

umum Partai Politik adalah sebagai berikut: mewujudkan cita – cita nasional bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945; menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia; mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila

dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia; dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan

dalam pasal 10 ayat 2, tujuan khusus Partai Politik adalah sebagai berikut:

meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan; memperjuangkan cita-cita partai

politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan membangun

etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Partai politik yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang

pada 25 Desember 1912 dibentuk Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki

Hadjar Dewantara ketika Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Tujuan partai

politik itu adalah mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sekalipun paham

Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda, namun para

pendiri partai politik ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia

Belanda merupakan kesatuan.

Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI)

sebagai organisasi untuk mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah

jajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1912 Haji Oemar Said Tjokroaminoto

memberikan kepada SDI nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI), karena hendak

meluaskan perjuangannya tidak terbatas pada bidang ekonomi saja. Dengan begitu SI

juga melakukan perjuangan politik. Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai

1 http://www.polkam.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=Kb6yK7CIrF8%3D&tabid=59&mid=400&language=en-US

Page 6: MAKALAH PANC

politik, tetapi melihat sifat perjuangannya SI adalah satu parpol. Maka boleh

dikatakan bahwa sejarah parpol di Indonesia bermula pada tahun 1912.2

Setelah itu telah berkembang berbagai parpol di Indonesia, baik yang

berorientasi nasionalisme, agama maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda

jelas sekali bahwa mayoritas parpol bertujuan mencapai kemerdekaan bangsa

Indonesia, kecuali beberapa parpol yang dibentuk orang-orang Belanda atau orang-

orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda. Yang menonjol adalah

Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mulanya bernama Perserikatan Nasional

Indonesia, dibentuk pada 4 Juli 1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono,

Mr. Iskak Tjokrohadisuryo dan Mr. Sunaryo. Kemudian pada tahun 1928 berganti

nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan dipimpin Ir Sukarno atau Bung Karno

yang pada 17 Agustus 1945 bersama Drs. Mohamad Hatta memproklamasikan

kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama rakyat Indonesia.

II. Fungsi Partai Politik

Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya 4 (empat)

fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiardjo,

meliputi sarana : (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik (political

socialization), (iii) sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan (iv) pengatur

konflik (conflict management). Dalam istilah Yves Meny dan Andrew Knapp , fungsi

partai politik itu mencakup fungsi (i) mobilisasi dan integrasi, (ii) sarana

pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns); (iii) sarana

rekruitmen politik; dan (iv) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan;

Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai

sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya

mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau “political interests” yang

terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai

kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi dan

kebijakan-kebijakan partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan

kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga dapat diharapkan

mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi.

Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan penting dalam

melakukan sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan kebijakan strategis 2 http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=524

Page 7: MAKALAH PANC

yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk

mendapatkan ‘feedback’ berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan

sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan

politik. Partai lah yang menjadi struktur-antara atau ‘intermediate structure’ yang

harus memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran

kolektif masyarakat warga negara.

Misalnya, dalam rangka keperluan memasyarakatkan kesadaran negara

berkonstitusi, partai dapat memainkan peran yang penting. Tentu, pentingnya peran

partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik saja yang

mempunyai tanggungjawab eksklusif untuk memasyarakatkan UUD. Semua

kalangan, dan bahkan para pemimpin politik yang duduk di dalam jabatan-jabatan

publik, khususnya pimpinan pemerintahan eksekutif mempunyai tanggungjawab yang

sama untuk itu. Yang hendak ditekankan disini adalah bahwa peranan partai politik

dalam rangka pendidikan politik dan sosialisasi politik itu sangat lah besar.

Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political

recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang

sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-

posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula

yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh Dewan Perwakilan Rakyat,

ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya.

Tentu tidak semua jabatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik sebagai sarana

rekruitmen politik. Jabatan-jabatan profesional di bidang-bidang kepegawai-negerian,

dan lain-lain yang tidak bersifat politik (poticial appointment), tidak boleh melibatkan

peran partai politik. Partai hanya boleh terlibat dalam pengisian jabatan-jabatan yang

bersifat politik dan karena itu memerlukan pengangkatan pejabatnya melalui prosedur

politik pula (political appointment).

Untuk menghindarkan terjadinya percampuradukan, perlu dimengerti benar

perbedaan antara jabatan-jabatan yang bersifat politik itu dengan jabatan-jabatan yang

bersifat teknis-administratif dan profesional. Di lingkungan kementerian, hanya ada 1

jabatan saja yang bersifat politik, yaitu Menteri. Sedangkan para pembantu Menteri di

lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk

kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian.

Jabatan dibedakan antara jabatan negara dan jabatan pegawai negeri. Yang

menduduki jabatan negara disebut sebagai pejabat negara. Seharusnya, supaya

Page 8: MAKALAH PANC

sederhana, yang menduduki jabatan pegawai negeri disebut pejabat negeri. Dalam

jabatan negeri atau jabatan pegawai negeri, khususnya pegawai negeri sipil, dikenal

adanya dua jenis jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.

Jenjang jabatan itu masing-masing telah ditentukan dengan sangat jelas

hirarkinya dalam rangka penjenjangan karir. Misalnya, jenjang jabatan struktural

tersusun dalam mulai dari eselon 5, 4, 3, 2, sampai ke eselon 1. Untuk jabatan

fungsional, jenjang jabatannya ditentukan berdasarkan sifat pekerjaan di masing-

masing unit kerja. Misalnya, untuk dosen di perguruan tinggi yang paling tinggi

adalah guru besar. Jenjang di bawahnya adalah guru besar madya, lektor kepala,

lektor kepala madya, lektor, lektor madya, lektor muda, dan asisten ahli, asisten ahli

madya, asisten. Di bidang-bidang lain, baik jenjang maupun nomenklatur yang

dipakai berbeda-beda tergantung bidang pekerjaannya.

Untuk pengisian jabatan atau rekruitmen pejabat negara/kenegaraan, baik

langsung ataupun tidak langsung, partai politik dapat berperan. Dalam hal ini lah,

fungsi partai politik dalam rangka rekruitmen politik (political recruitment) dianggap

penting. Sedangkan untuk pengisian jabatan negeri seperti tersebut di atas, partai

sudah seharusnya dilarang untuk terlibat dan melibatkan diri.

Fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam masyarakat

(conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai (values) dan

kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sangat

beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu sama lain.

Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam itu dapat

disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik yang menawarkan ideologi,

program, dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda satu sama lain.

Dengan perkataan lain, sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict

management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of

interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui

saluran kelembagaan politik partai. Karena itu, dalam kategori Yves Meny dan

Andrew Knapp, fungsi pengeloa konflik dapat dikaitkan dengan fungsi integrasi

partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam kepentingan itu

dengan cara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk mempengaruhi kebijakan-

kebijakan politik kenegaraan.3

3 DINAMIKA PARTAI POLITIK DAN DEMOKRASI oleh Jimly Asshiddiqie.

Page 9: MAKALAH PANC

III. Perbedaan partai politik masa Soeharto dan SBY

Dalam masa pemerintahan Soeharto. Beliau telah menyadari bahwa harus

ditetapkannya kebijakan pemilihan umum yang diselenggarakan sesuai dengan asas

Demokrasi Pancasila. Disini rakyat akan diberkan hak untuk memilih wakil-wakil

rakyat yang akan menduduki kursi kepemerintahan. Dan wakil-wakil rakyat pada

akhirnya harus memenuhi keperluan dan mengatasi keluhan dari masyarakat.

Penyelenggaraan pemilu di Indonesia didasarkan kepada asas luber (langsung, umum,

bebas, dan rahasia.

A. Langsung maksudnya rakyat mempunyai hak secara langsung memberikan

suaranyatanpa perantaraan orang lain.

B. Umum mempunyai arti semua warganegara yang memenuhi persyaratan

berhak ikutserta memilih dalam pemilihan umum.

C. Bebas berarti setiap pemilih dijamin keamanannya untuk melakukan

pemilihanterhadap salah satu peserta pemilu tanpa adanya pengaruh, tekanan,

dan paksaan dari siapa pun atau dengan cara apa pun.

D. Rahasia bermakna para pemilih dijamin kerahasiaannya dalam menyalurkan

pilihannya pada salah satu peserta pemilu.4

IV. Dampak Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru

Dengan diadakannya pemilihan umum pertama kali pada masa orde baru.

Kehidupan bangsa indonesia kemudian kian membaik. Dampaknya yaitu antara lain :

A. naiknya produksi dan jasa di segala bidang,

B. naiknya pendapatan dan kemakmuran sebagian rakyat Indonesia,

C. meningkatnya kemampuan negara dalam menghimpun dana, baik dari dalam

maupun dari luar negeri, seperti pajak, cukai, ekspor migas dan non-migas,

serta

D. semakin bertambahnya sarana-sarana pendidikan, kesehatan, olahraga, ibadah,

ekonomi, perumahan, dan Iain-lain. http://klikbelajar.com/pengetahuan-

sosial/kehidupan-politik-di-era-orde-baru/

Oleh karena itu, maka MPR memberi gelar pada Soeharto sebagai Bapak

Pembangun Nasional. Namun, beberapa tahun kemudian. Kehidupan bangsa

Indonesia yang membaik itu berubah menjadi krisis. Dimana turunnya nilai mata uang 4 http://klikbelajar.com/pengetahuan-sosial/kehidupan-politik-di-era-orde-baru/

Page 10: MAKALAH PANC

Indonesia terhadap dolar yang menyebabkan krisis moneter yang melanda bangsa

Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pun tidak dapat mengubah atau

memperbaiki krisis yang melanda ini. Saat inilah timbul Gerakan Reformasi yang di

pelopori oleh kalangan mahasiswa. Mereka sukses menyadarkan rakyat Indonesia

pentingnya pergantian kekuasaan.

Semakin hari, keadaan ekonomi bangsa indonesia semakin tak menentu. Krisis

moneter tidak ditemukan cara penyelesaiannya. Akibatnya, mahasiswa pun semakin

marak untuk menuntut turunnya jabatan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.

Sistem Orde Baru gagal memanfaatkan sumber-sumber material guna membangun

ekonomi politik. Ini disebabkan oleh, pertama sistem otoritarianisme Orde Baru.

Kedua, kapabilitas regulatif. Ketiga, kapabilitas distributif. Keempat, kapabilitas

simbolik. Terakhir, kapabilitas responsif.5

Pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Gedung Istana Merdeka

Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dengan

demikian,berakhirlah masa kekuasaan Pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun.6

Bagaimana dengan perkembangan sistem politik dimasa pemerintahan SBY ?

sebaliknya, reformasi semakin menyebabkan keterpurukan bagi bangsa indonesia.

Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga BBM menyebabkan maraknya

kemiskinan di segala sektor di Indonesia. Penyakit yang menyebar di segala penjuru

wilayah, banjir yang menimpa sejumlah besar daerah di Indonesia, gempa bumi yang

melanda beberapa wilayah, kenaikan bahan baku, menurunnya harga bahan pokok

untuk dijual ke luar negri, dan semakin marak lagi dengan adanya PHK di sejumlah

besar perusahaan dan pabrik-pabrik. Tidak heran bahwa banyak warga negara

indonesia lebih memilih untuk bekerja manjadi luar negri untuk menjadi TKI/TKW .

Bisa dilihat sekarang ini, banyak kasus yang merajalela menyangkut dengan

TKI/TKW. Mereka mengalami kekerasan fisik, bahkan sampai membuat luka

mendalam bagi warga Indonesia. Tetapi tetap saja beberapa warga indonesia masih

bersi keras untuk menjadi TKI/TKW. Mengapa ? karena susahnya mendapatkan

penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Ini lah yang terjadi di masa

refomasi. Belum lagi masalah koruptor yang ingin menang sendiri. Merampas hak

yang seharusnya milik rakyat.

5 Prof. DR. Budi Winarto, MA,SISTEM POLITIK INDONESIA ERA REFORMASI (MedPress :2008) HLM. 113-118.6 http://klikbelajar.com/pengetahuan-sosial/kehidupan-politik-di-era-orde-baru/

Page 11: MAKALAH PANC

Secara teoritik, harus ada lima kapabilitas yang harus dimiliki oleh partai

politik. Namun tidak ada satupun yang dimiliki sistem politik indonesia era SBY7 :

1. Kapabilitas ekstraktif sistem politik pada masa SBY sangat lemah.

2. Kapabilitas regulatif sistem politik pada masa ini sangat buruk.

3. Kapabilitas distributif yang buruk.

4. Kapabilitas simbolik yang hampir sama buruknya dengan masa sebelumnya.

5. Kapabilitas responsif.

Namun, dalam masa pemerintahan SBY. Struktur kepemimpinan suatu

lembaga-lembaga yang menjabat di kursi-kursi pemerintahan lebih jelas dan

terstruktur. Pemilihan umun juga diselenggarakan sekali dalam 5 tahun. Dan setiap

Presiden hanya bisa dipilih atau memimpin negara dalam jangka waktu 2 periode.

V. Pandangan Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan terhadap Partai Politik di

Indonesia.

Masa saat ini, mahasiswa Unpar kami coba untuk melihat hasil survei jajak

pendapat tentang kepuasan mereka dan padangan mereka tentang partai politik di

Indonesia dalam membangun dan mengembangkan Indonesia sebagai negara yang

majemuk.

Hasil quesioner tersebut kami dapat laporkan sebagai berikut :

Apakah partai politik berpihak kepada ke-pentingan rakyat?

Setuju

Tidak Setuju

Tidak Tahu

7 2. Prof. DR. Budi Winarto, MA,SISTEM POLITIK INDONESIA ERA REFORMASI (MedPress :2008) HLM. 125-127.

Page 12: MAKALAH PANC

Apakah partai politik melindungi kaum minoritas Agama, hak asasi dan etnis?

Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu/Tidak Jawab

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Apakah partai politik berkomitmen dalam pemberantasan korupsi dan melaksanakan

penegakan hukum?

SudahBelumTidak Tahu

Page 13: MAKALAH PANC

Apakah partai politik telah dapat memper-lihatkan calon presiden yang dapat mem-

perbaiki kondisi bangsa Indonesia

SudahBelumTidak Tahu/Tidak Jawab

Apakah partai politik saat ini sudah dapat membuat masyarakat mempunyai semangat

dalam berpolitik?

SudahBelumTidak Tahu/Tidak Jawab

Hasil dari quisioner yang diberikan kepada mahasiswa Universitas Katolik

Parahyangan pada bulan Oktober, menandakan bahwa mahasiswa banyak menjawab

tidak untuk semua pertanyaan diatas. Setidaknya 57% mengatakan bahwa mereka

merasa belum terjadi perubahan atau belum merasakan apa-apa terhadap adanya parai

politik di Indonesia yang selalu mengembel-embelkan demi kesajehtaraan rakyat

Indonesia. Selain itu 30% lagi menyatakan bahwa partai politik sudah melakukan

tugasnya dengan baik dan sesuai dengan yang diserukan, serta menumbuhkan rasa

Page 14: MAKALAH PANC

kesadaran bagi para mahasiswa dalam berpolitik. Lain dari itu 13% mahasiswa Unpar

menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab untuk semua pertanyaan yang diberikan.

Ini menandakan bahwa mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan sangat

peduli dan selalu memperhatikan apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Berdasarkan

pancasila sila ke 4 yang menyatakan bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan, dalam permusyawaratan perwakilan ini berarti partai politik belum

benar-benar melakukan seperti yang ditulis dalam pancasila dan UUD 1945.

VI. Gambaran partai politik di Indonesia

Page 15: MAKALAH PANC

Banyaknya calon yang diajukan untuk memimpin negeri ini. Parpol

berbondong-bondong mengajukan calonnya dan berdalih bahwa merkalah yang

pantas untuk memimpin bangsa Indonesia. Kita lihat apakah mereka memang pantas

untuk bekerja mengabdi kepada rakyat.

Setidaknya rakyat saat ini sudah pintar dan dapat memilih mana calon yang

dapat beratanggung jawab akan kampanyenya kepada masyarakat.

BAB III

KesimpulanDari semua yang terjadi di Indonesia, dapatlah kita anggap bahwa Indonesia sebagai

negeri dongeng atau dapat juga disebut sebagai negeri khayalan. Kita melihat kemerosotan

diberbagai bidang dari politik hingga sosial. Kita melihat bahwa partai politik saat ini disebut

sebagai salah satu akses untuk mencapai negara yang sejahtera, namun saat ini sebaliknya.

Partai politik dibuat menjadi alat untuk menguasai pemerintahan yang dimana banyak uang

yang tersedia bagi para pemimpin. Dari hal tersebut, praktek iblik yaitu korupsi semakin

dapat dijangkau oleh para pemegang kekuasaan yang dikirimkan oleh para partai politik.

Partai politik yang dahulu ditujukan untuk mengaspirasi suara rakyat, saat ini berubah

sebagai partai yang memunculkan egoisme aslinya sebagai penguasa yang hasus akan

kekuasaan. Semua digunakan demi mencukup bahkan memuaskan hasrat untuk mengeruk

uang negara dengan embel-embel untuk kesejahteraan rakyat.

Page 16: MAKALAH PANC