36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Sistem Neurobehavior 1 Disusun oleh: Kelompok 2 Tutor 10 Leni Sukmawati 220110120001 Syifa Nashuha 220110120025 Anisa Hasanah 220110120073 Ridha Ranailla 220110120121 FAKULTAS KEPERAWATAN 2014

Makalah Parkinson

Embed Size (px)

DESCRIPTION

parkinson askep

Citation preview

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA

    PENYAKIT PARKINSON Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Sistem Neurobehavior 1

    Disusun oleh:

    Kelompok 2 Tutor 10

    Leni Sukmawati 220110120001

    Syifa Nashuha 220110120025

    Anisa Hasanah 220110120073

    Ridha Ranailla 220110120121

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah

    yang berjudul Penyakit Parkinson dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk

    memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

    Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak.

    Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada

    1. . selaku koordinator mata kuliah Bahasa Indonesia serta dosen yang

    memberikan bimbingan kepada penulis.,

    2. Orang tua penulis tercinta yang selalu memberikan doa restu dan dukungan

    dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.,

    3. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semu pihak demi perbaikan pada

    masa mendatang.

    Sumedang, 22 September 2014

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar................................................................................................................ i

    Daftar Isi......................................................................................................................... ii

    Daftar Tabel, Bagan, Gambar......................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

    1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

    BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................... 3

    2.1 Definisi...................................................................................................................... 3

    2.2 Insidensi.................................................................................................................... 3

    2.3 Klasifikasi................................................................................................................. 3

    2.4 Patofisiologi.............................................................................................................. 4

    2.5 Pathway.................................................................................................................... 7

    BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON ................ 8

    3.1 Pengkajian................................................................................................................. 8

    3.2 Analisis Data............................................................................................................ 13

    3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 15

    3.4 Intervensi Keperawatan........................................................................................... 16

    BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 28

    4.1 Simpulan................................................................................................................... 28

    4.2 Saran......................................................................................................................... 28

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... iv

    LAMPIRAN.................................................................................................................. v

  • iii

    DAFTAR TABEL, BAGAN, GAMBAR

    Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Parkinson..................................................................... 3

    Bagan 2.1 Patofisiologi.................................................................................................7

    Tabel 3.1 Format Biodata Pasien..................................................................................8

    Tabel 3.2 Analisis Data................................................................................................13

    Tabel 3.3 Tabel Intervensi........................................................................................... 16

    Gambar 3.1................................................................................................................... 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-

    dua yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer (Iskandar, 2002). Penyakit

    tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi.

    Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang indonesia dari total

    jumlah penduduk sebesar 238.452.952. total kasus kematian akibat penyakit

    parkinson di Indonesia menempati peringkat ke 12 di dunia atau peringkat ke 5 di

    Asia dengan prevalasi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010).

    Penyakit parkinson menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala

    diantaranya gangguan intelek dan tingkah laku, demensia, penurunan daya ingat,

    kelemahan otot, katalepsis (gerakan jadi lambat dan kaku) dan tremor (Iskandar,

    2002). Katalepsi adalah kekakuan otot yang ditandai jika lengan bawah ditekuk atau

    diluruskan oleh orang lain maka akan terasa kaku. Demensia adalah menurunnya

    fungsi otak yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Penderita

    parkinson juga akan mengalam tremor, yaitu suatu gerakan gemetar yang berirama

    dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara

    berulang-ulang.

    Manifestasi parkinson diatas menyebabkan berbagai masalah pada pasien

    seperti resiko tinggi cedera pada pasien, terganggunya aktifitas sehari hari,

    terganggunya pemenuhan KDM pasien. Ketidaktahuan masyarakan tentang

    pankinsone dapat memperburuk kondisi yang di alami. Oleh karena itu, tingginya

    pervalasi parkinson di Indonesia dan kemungkinan masalah yang akan dialami

    pasien sangat penting untuk kita mengetahui tentang penyakit parkinson seperti apa

    itu parkinson, penyebab dan cara penceegahan melalui pendekatan proses

    keperawan.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dari penyakit parkinson?

    2. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit parkinson?

    3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit parkinson?

    4. Bagaimana proses perjalanan penyakit parkinson?

  • 2

    5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap penyakit parkinson?

    6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit parkinson?

    1.3 Tujuan

    Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

    a. Tujuan Umum: Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma

    serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit parkinson.

    b. Tujuan khusus :

    1. Mengetahui Pengertian dari penyakit parkinson.

    2. Mengetahui etiologi dari penyakit parkinson.

    3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit parkinson.

    4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit parkinson.

    5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien parkinson.

    6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien parkinson.

  • 3

    BAB II

    KONSEP DASAR PENYAKIT

    2.1 Definisi Penyakit Parkinson

    Penyakit parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap

    respon mesenfalon dan pergerakan regulasi (Fransisca, 2008). Penyakit parkinson

    juga merupakan gangguan neurodegeneratif yang berhubungan dengan penurunan

    mobilitas disebabkan oleh berkurangnya dopamin dan sentral nervus sistem saraf

    pusat ( In Koo Chun et all, 2011)

    2.2 Insidensi

    Penyakit parkinson terjadi pada sekitar 2-3 % individu diatas 65 tahun dan

    menurut penelitian bahwa prevalasinya lebih tinggi terkena pada populasi pria

    (Cantuti Castelvetri et al, 2007 dalam Filip S et al, 2009). Penyakit tersebut

    menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi. Penyakit

    parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang indonesia dari total jumlah

    penduduk sebesar 238.452.952. total kasus kematian akibat penyakit parkinson di

    Indonesia menempati peringkat ke 12 di dunia atau peringkat ke 5 di Asia dengan

    prevalasi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010).

    2.3 Klasifikasi

    Penyakit parkinson dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu (Kathleen, 2010

    dan Donna D, 2009)

    Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Parkinson

    Tingkat I Tingkat Ringan

    Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan

    Sedikit kelemahan

    Tangan dan lengan bergetar

    Tingkat II Tingkat Ringan

    Kerusakan pada kedua belah tungkai dan lengan

    Wajah seperti berkedok

    Gaya berjalan diseret dan pelan

    Tingkat III Tingkat Sedang

    Gangguan jalan semakin meningkat

    Tingkat IV Cacat Berat

    Akinesia

    Rigidity

  • 4

    Membutuhkan pendampingan

    Tingkat V Ketergantungan penuh

    2.4 Patofisiologi

    Parkinson adalah penyakit yang menyerang lansia dan biasanya bersifat

    idiopatik. Namun, berdasarkan penelitian ada beberapa faktor yang berpengaruh

    terhadap terjadinya penyakit parkinson ini diantaranya faktor genetik,

    atherosklerosis, infeksi virus, paparan radikal bebas yang berlebih, trauma kepala,

    penggunaan kronik dari obat antipsikotik dan beberapa paparan lingkungan

    (Suzzane, 2008).

    Faktor lain yang dihubungkan dengan penyakit parkinson diantaranya

    riwayat keluarga, pajanan pestisida, tinggal di pedesaan, bekerja sebagai petani dan

    minum air sumur (Osborn, 2010).

    Gejala timbul setelah intoksikasi dengan berbagai macam agen kimia

    termasuk karbon monoksida dan mangan, dan produksi dari meperidin sintesis

    analog, MPTP. Selain itu, ada beberapa obat yang dapat menyebabkan

    parkinsonisme, diantaranya reserpin (serpasil), metildopa (aldomet), litium,

    haloperidol (haldol), dan terapi klor-promazin (torazin). Penyebab lain yaitu

    konsumsi ampetamin dan metampetamin, hidrosepalus, hipoksia, infeksi, struk,

    tumor, dan trauma (St. Louis, 2007).

    Penyakit parkinson terjadi karena destruksi dari sel saraf dopaminergik di

    substansia nigra dan basal ganglia. Substansia nigra memproduksi dopamin,

    sedangkan basal ganglia memproduksi asetilkolin. Pada penyakit ini, terjadi

    degenerasi dari jalur nigrostriatal dopaminergic yang akan menyebabkan

    ketidakseimbangan ekskresi neurotransmitter, yakni penurunan dopamin dan

    peningkatan asetilkolin yang mempengaruhi aktivitas motorik pada jalur

    ekstrapiramidal di otak (serebral korteks, bangsal ganglia dan serebelum) sehingga

    timbul gangguan kontrol pergerakan volunter dan tidak bisa menghasilkan gerakan

    halus. Gangguan tersebut menimbulkan 4 manifestasi umum, yaitu kekakuan,

    bradikinesia, tremor, dan ketidakseimbangan tubuh.

    Tremor merupakan gejala awal untuk sekitar 70% dari orang dengan

    Parkinson. Ini biasanya terjadi pada jari atau tangan ketika tangan sedang

    beristirahat tetapi tidak ketika tangan sedang digunakan. Tangan akan goyang

    berirama, biasanya 4-6 ketukan per detik, atau dengan cara "pil-rolling", seolah-

  • 5

    olah bergulir pil antara ibu jari dan jari telunjuk. Tremor juga bisa menjadi gejala

    dari kondisi lain, sehingga dengan sendirinya itu tidak menunjukkan Parkinson.

    Kekakuan merupakan tanda kedua yang meningkatkan resistensi terhadap

    pergerakan pasif ketika ekstremitas bawah digerakkan. Kekakuan ditandai dengan

    jerky quality, jika ada gerakan kontraksi yang terus menerus (cogwheel), maka otot

    digerakkan secara pasif. Kekakuan disebabkan oleh gerakan otot yang tidak

    terkontrol dan berkelanjutan yang menyebabkan otot lelah karena tonus otot

    meningkat, badan bungkuk, nyeri kepala, ekstremitas atas, spinal, dan kaki,

    masalah keperawatan yang muncul adalah hambatan mobilitas fisik.

    Semakin tua, gerakan tubuh secara alami melambat. Tapi jika mereka

    memiliki "gerakan tidak beraturan (bradikinesis)", tanda Parkinson, gerakan lambat

    dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Ketika mereka ingin bergerak, tubuh

    tidak dapat merespon segera, atau mereka mungkin tiba-tiba berhenti atau "freeze".

    Berjalan labil dan wajah seperti bertopeng (shuffling gait dan mask face) kadang-

    kadang ditemukan pada mereka dengan Parkinson yang disebabkan oleh

    bradikinesis.

    Orang dengan Parkinson cenderung untuk mempunyai postur membungkuk,

    dengan bahu terkulai dan kepala mereka menjorok ke depan. Seiring dengan

    masalah gerakan lain, mereka mungkin memiliki masalah dengan keseimbangan.

    Hal ini meningkatkan risiko cedera.

    Manifestasi sekunder dari penyakit parkinson ada pada basal ganglia, yang

    sering memproduksi gejala otonom termasuk kelebihan dan tidak terkontrolnya

    keringat, hipotensi ortostatik, inkontinensia urin, konstipasi, dan gangguan seksual.

    Selain itu, terjadi perubahan psikis diantaranya demensia, depresi, gangguan tidur,

    dan halusinasi yang menimbulkan masalah gangguan pola pikir. Mental penderita

    parkinson juga mengalami perubahan, terlihat dari kognitif, persepsi, dan

    penurunan memori, meskipun tidak selalu berdampak pada penurunan kecerdasan.

    Penurunan dopamin di sistem limbik dapat menyebabkan masalah

    psikologis pada penderita parkinson. Dopamin tersebut berbentuk norepinefrin dan

    serotonin sehingga regulasi mood tidak adekuat dan muncul depresi, ansietas,

    panik, yang menyebabkan masalah koping individu tidak efektif.

    Kekakuan pada otot wajah dan leher menyebabkan dispagia (kesulitan

    menelan), sialorea (ngiler), dan gangguan bicara yang menyebabkan perubahan

    lebih kecil dan pelan (hipoponia) dan menimbulkan masalah kerusakan komunikasi

  • 6

    verbal. Karena pergerakan usus menurun akibat degenerasi dan efek samping obat

    antiparkinson, maka konstipasi sering terjadi pada penderita parkinson. Kehilangan

    berat badan juga terjadi akibat sulit menelan, kerusakan gastrointestinal, dan

    gerakan berlebih (tremor, abnormal pergerakan involunter) sehingga timbul

    masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.

  • 7

    ETIOLOGI: Idiopatik

    Faktor Resiko: genetik, aterosklerosis, virus, radikal bebas, trauma kepala, obat, anti psikotik

    Destruksi / kerusakan di sel saraf dopaminergik di substansi nigra (Lewy Body)

    Produksi dopamin

    Produksi Acetylcholine (perangsang) dan dopamin (penghambat

    sb neurotransmiter di korpus striatum tidak seimbang

    Rangsang pd pusat aktivitas motorik: cerebelum,korteks serebral,

    dan basal ganglia (jalurekstra piramidal) terganggu

    ACH dopamin

    Gerakan volunter yang dihasilkan

    tidak terkontrol dan tidak halus

    Gerakan otot berkontraksi terus

    menerus (cogluheel rigidity)

    Tonus otot

    Otot lelah

    Rigidity/kekakuan

    Otot tidak bisa berkontraksi

    dan relaksasi

    Gerak melambat

    / brodykinesia

    Hambatan

    Mobilitas Fisik

    dopamine di sistem lymbic

    dopamine (norepinefrin & serotonin)

    Mood regulation tidak adekuat

    Depresi, ansietas, panik

    Koping individu tidak efektif

    dopamine di corticostriatal loop

    dan disfungsi cholinergic system

    Perubahan kepribadian, psikosis demensi, konfusi

    Kognitif persepsi

    Gangguan pola

    pikir

    Otot kaku dan fungsi

    Muka Leher

    Masked face

    Hypomomia

    berkedip

    Perub

    suara

    Hipoponia

    Kerusakan

    Komunikasi Verbal

    Sulit menelan

    dysphagia

    Ketidakseimban

    gan Nutrisi:

    Kurang dari

    kebutuhan

    Lengan

    micrographia

    Ngiler

    dopamine di basal ganglia

    repon otonom (involunter)

    Keringat Respon GI

    Retensi di GI

    Kontipasi

    Hipotensi

    ortostatik

    Libido

    & tdk

    dpt

    ereksi

    Frekue

    nsi

    miksi

    Aliran darah ke

    otak in adekuat

    dizziness

    Lightheadednes/black out

    Seksual

    disfunct

    ion

    Urinary

    incontinen

    tremor

    Tremor saat istirahat /

    kosentrasi dan stress

    Energi yg dibutuhkan

    Metabolisme anaerob

    Nyeri Refleks

    otot

    Sulit mempertahankan

    keseimbangan

    Postural Instability

    Badan bungkuk

    (stooped posture)

    Shuffling gait

    (jalan susah

    Resiko Cedera

    Keterangan:

    Masalah Keperawatan

    Manifestasi Klinis

    Komplikasi

    2.5 Pathway

    Bagan 2.1 Patofisiologi

  • 8

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON

    3.1 Pengkajian

    A. Biodata Klien

    Biodata klien meliputi seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:

    Tabel 3.1 Format Biodata Pasien

    Nama

    Umur lebih sering pada kelompok usia lanjut,

    pada 50-an dan 60-an

    Jenis Kelamin lebih sering pada laki laki

    Alamat

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Agama

    Suku bangsa

    Tanggal dan jam MRS

    Nomor Register

    Diagnosa Medik

    B. Riwayat Kesehatan

    Keluhan Utama: Hal yang serin menjadi keluhan utama pasien adalah

    gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan

    hilangnya refleks postural (Arif M, 2011)

    Riwayat Kesehatan Sekarang:

    Mengkaji riwayat kesehatan sekarang klien dengan PQRST:

    (Ex- Keluhan utama: kaku otot)

    P (Palliative/Provocative) : Kenapa bisa terjadi kaku otot? / Apa yang

    menyebabkan terjadinya kaku otot?/ Upaya apa

    yang dilakukan ketika timbul kaku otot?

    Q (Quality/Quantities : Seberapa berat kekakuan otot di rasakan? /

    Seberapa banyak aktifitas yang terganggu akibat

    kaku otot?

    R (Region/Radiation) : Di daerah mana kaku otot dirasakan?

    S (Scale/Severity) : Skala beratnya kaku otot terhadap aktifitas?

    T (Time) : Sejak kapan timbul kaku otot? Berapa lama

    timbul kaku otot?

  • 9

    Riwayat Kesehatan Masa Lalu

    Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes

    militus, penyakit jantung, anemiaa, penggunaan obat obat antikoagulan,

    aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat bat antikolinergik dalam jangka

    waktu yang lama.

    Riwayat Kesehatan Keluarga

    Walaupun penyakit parkinsor tidak ditemukan hubungan sebab genetik yang

    jelas tetapi pengkajian riwayat penyakit keluarga terdahulu yang menderita

    hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi

    penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

    C. Data Biologis

    1. Pola kehidupan Sehari hari

    Pengkajian pola kehidupan meliputi nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi,

    istirahat dan tidur serta personal hygiene. Data ini diperlukan untuk melihat

    kebutuhan dasar mana yang terganggu pada pasien parkinson.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum

    Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan

    kesadaran.

    Tanda-Tanda Vital

    Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan

    penurunan frekuensi pernafasan.

    Pemeriksaan Menyeluruh

    Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan B1-B6

    a. B1 (Breathing)

    Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,

    inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi

    pembersihan saluran nafas.

    Inspeksi : ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan

    kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi

    sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.

    Palpasi : ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

  • 10

    Perkusi, : ditemukan adanya suara resonan pada seluruh

    lapangan paru.

    Auskultasi, : ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas

    berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan

    peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk

    yang menurun yang sering ditemukan pada klien

    dengan inaktivitas.

    b. B2 (Blood)

    Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping

    pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh

    sistem saraf otonom.

    c. B3 (Brain)

    pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap

    dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

    Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor

    secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

    Tingkat Kesadaran

    Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung

    pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan

    pada status kognitif klien.

    Pemeriksaan fungsi serebri

    Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan

    dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan

    memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.

    Pemeriksaan saraf kranial

    Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan

    kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

    Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai

    tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson

    mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

    Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu

    melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu

    mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.

  • 11

    Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan

    perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah

    menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara

    wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).

    Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.

    Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan

    dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.

    Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.

    Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

    Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan

    tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

    Sistem Motorik

    Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor

    secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien

    sering mengalami rigiditas deserebrasi.

    Tonus otot ditemukan meningkat.

    Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan

    karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya

    berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada

    seluruh gerakan.

    Pemeriksaan Refleks

    Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk

    berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan

    dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan

    hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat

    menimbulkan sering jatuh.

    Sistem Sensorik

    Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami

    penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan

    sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.

    d. B4 (Bladder)

    Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi

    kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami

  • 12

    inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,

    dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan

    kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi

    intermiten dengan teknik steril.

    e. B5 (Bowel)

    Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi

    kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor

    menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan

    aktivitas.

    f. B6 ( Bone)

    Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,

    tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan

    menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas

    sehari-hari.

    Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan

    pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh

    gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas

    (Arif M, 2011).

    D. Data Psikologis

    Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon

    emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya. Apakah ada dampak yang

    timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, tanda depresi, rasa

    ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan

    terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Lihat juga manifestasi yang

    muncul seperti penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan),

    manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi

    akut) yang umumnya terjadi pada lansia.

    E. Data Sosial dan Spiritual

    Mengkaji adanya perubahan peran dan hubungan karena klien mengalami

    kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara, serta respon dan

    pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam

    masyarakat.

  • 13

    F. Data Penunjang

    Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan

    dignosis Parkinson. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan

    diagnosis banding. Pemeriksaan pencitraan yang dipakai untuk membantu

    mengadakan diagnosis Parkinson adalah Positron Emission Tomography (PET)

    dan Singel Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak dianjurkan sebagai

    standar (George D, 2009).

    3.2 Analisis Data

    Tabel 3.2 Analisis Data

    Data yang menyimpang Etiologi Masalah

    DS: Klien mengatakan

    sulit melakukan kegiatan.

    DO: tonus otot menurun,

    kaku otot saat di palpasi,

    kekuatan otot menurun

    dll, refleks hamer (-)

    dopamin

    Tonus otot

    Otot lelah

    Rigidity/kekakuan

    Otot tidak bisa relaksasi dan

    kontraksi

    Gerak melambat/bradykinesia

    Hambatan mobilitas fisik

    Hambatan Mobilitas

    fisik

    DS: Klien mengatakan

    sering gemetar, sering

    terjatuh

    DO: keseimbangan

    pasien menurun, tremor

    saat beraktifitas

    Ach , dopamin

    Tonus otot meningkat (tremor)

    Otot lelah

    Kekakuan (rigiditas)

    Refleks otot , sulit

    mempertahankan

    keseimbangan

    Ketidakseimbangan tubuh

    Resiko cedera

    Resiko Cedera

    DS: Klien mengatakan dopamin

    Perubahan nutrisi:

  • 14

    sulit makan, berat badan

    berkurang

    DO:

    Kurus,

    Berat badan kurang

    20% berat badan

    ideal,

    pucat,

    konjungtiva dan

    membran mukosa

    pucat.

    Tonus otot

    Otot lelah

    Kekakuan otot

    Otot wajah dan leher kaku

    Sulit menelan

    Perubahan nutrisi : kurang dari

    kebutuhan

    Kurang dari

    kebutuhan

    DS: klien mengatakan

    sulit memecahkan

    masalah

    DO:

    Tidak dapat

    mengekspresikan

    perasaannya,

    Bergerak dengan

    bantuan dan/atau alat

    Sulit tidur

    Pemahaman prilaku

    koping kurang adaptif

    Kelelahan, sulit tidur.

    dopamin di sistem limbik

    dopamin (norephinephrin dan

    serotonin)

    Mood regulatin tidak adekuat

    Depresi, ansietas, panik

    Koping individu tidak efektif Koping individu tidak

    efektif

    DS: klien/keluarga

    mengatakan adanya

    kesuliatan dalam

    berbicara.

    DO:

    Kata-kata sulit

    dipahami

    Pelo

    Wajah kaku

    dopamin ACH

    Tonus otot lemah

    Rigidity/kekakuan

    Otot kaku dan fungsi otot

    wajah dan otot

    Perubahan suara

    Hipoponia

    Kerusakan komunkasi

    verbal

  • 15

    Kerusakan komunikasi verbal

    DS: Klien mengatakan

    sulit BAB

    DO:

    BAB mengejan

    berlebihan

    Peristaltik usus <

    normal

    Sulit bergerak

    dopamin di basal ganglia

    respon autonom (involunter)

    Respon GI menurun

    Retensi di GI

    konstipasi

    Perubahan eliminasi

    feses: Konstipasi

    DS: Klien/Keluarga

    mengatakan klien sering

    bingung

    DO:

    Klien tidak fokus

    Klien berbicara

    sendiri

    dopamin di corticostriatal

    loop dan disfungsi cholinergic

    system

    Perubahan kepribadian,

    psikosis, demensia, konfusi

    Kognitif persepsi

    Gangguan pola pikir

    Gangguan pola pikir

    (bingung, halusinasi

    dan delusi)

    3.3 Diagnosa Keperawatan

    1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan

    otot.

    2. Resiko cedera berhubungan dengan tremor, kekakuan, terganggu koordinasi dan

    keseimbangan.

    3. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kesulitan

    menelan dan menguyah, perlambatan dalam proses makan, keterbatasan untuk

    makan sendiri.

    4. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi

    tubuh karena perkembangan penyakit.

    5. Kerusakan komunkasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume

    bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

    6. Perubahan eliminasi feses: Konstipasi berhubungan dengan kurang pemasukan

    cairan diet dan imobilisasi.

  • 16

    7. Gangguan pola pikir (bingung, halusinasi dan delusi) berhubungan dengan

    perubahan kognitif, dampak pengobatan, dan/atau infeksi (Kathleen S, 2010 &

    Arif M, 2011)

    3.4 Intervensi keperawatan

    Tabel 3.3 Intervesi Keperawatan

    Diagnosa Utama: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan

    kekakuan dan kelemahan otot.

    Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik

    sesuai dengan kemampuannya.

    Kriteria :Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur

    sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan

    untuk meningkatkan mobilitas.

    Intervensi Rasional

    Independen

    Kaji mobilitas yang ada dan observasi

    peningkatan kerusakan. Kaji secara

    teratur fungsi motorik.

    Sebagai acuan untuk tindakan

    selanjutnya..

    Lakukan program latihan yang

    meningkatkan kekuatan otot.1

    Meningkatkan koordinasi dan

    ketangkasan, menurunkan

    kekakuan otot dan mencegah

    kontraktur bila otot tidak

    digunakan.

    Lakukan latihan postural.1 Latihan postural untuk melawan

    kecenderungan kepala dan leher

    tertarik kedepan dan kebawah.

    Ajarkan teknik berjalan khusus :

    Ajarkan untuk berkosentrasi pada

    berjalan tegak, memandang lurus

    kedepan, dan menggunakan cara

    berjalan dengan dasar lebar

    Teknik berjalan khusus dapat juga

    dipelajari untuk mengimbangi

    gaya berjalan menyeret dan

    kecenderungan tubuh condong

    kedepan.

  • 17

    (misalnya berjalan dengan kaki

    terpisah).

    Klien dianjurkan untuk latihan

    berjalan dengan diiringi musik

    marching band atau lagu, karena

    hal ini memberikan rangsangan

    sensorik.

    Latihan bernapas sambil berjalan

    membantu untuk menggerakan

    rangka tulang rusuk dan transpor

    oksigen untuk mengisi bagian

    paru-paru yang kadar oksigennya

    rendah.

    Melakukan periode istirahat yang

    sering untuk membantu

    pencegahan frustasi dan

    kelelahan.

    Anjurkan mandi hangat dan masase otot. mandi hangat dan masase

    membantu otot-otot rileks saat

    melakukan aktivitas pasif dan aktif

    dan mengurangi nyeri otot akibat

    spasme yang mengakibatkan

    kekakuan.

    Bantu klien melakukan latihan ROM,

    perawatan diri, sesuai toleransi.

    Untuk memelihara fleksibilitas

    sendi sesuai kemampuan.

    Berikan penkes yang sesuai dengan

    penyakit parkinson3

    Kerana pasien tidak dilakukan

    rawat inap sehingga diperlukan

    pengetahuan untuk perawatan di

    rumah

    Interdependen (Kolaborasi)

    Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatan kemampuan dalam

  • 18

    latihan fisik klien. mobilisasi ekstremitas dapat

    ditingkatkan dengan latihan fisik

    oleh tim fisioterapis.

    Berkonsultasi dengan terapis okupasi. dapat menilai kebutuhan bantuan

    adaptif untuk ADL seperti

    peralatan makan khusus atau

    kancing kait untuk berpakaian.

    Kolaborasi medikasi (obat)4 Obat berfungsi untuk mengurangi

    gejala yang muncul pada penyakit

    parkinson

    Dependen

    Melakukan tindakan pembedahan seperti

    Stereotactic procedure, Neural

    Transplantation dan Deep Brain

    Stimulation.2

    Pasien sudah tidak dapat dilakukan

    pengobatan dengan medikasi obat

    dan terapi (resisten dalam jumlah

    besar)

    Intervensi keperawatan diilakukan dengan sebaik-baiknya dan tidak

    menyimpang dari aspek legal etk yang terkait di dalamnya seperti:

    1. Autonomic

    Ketika pasien masih dapat diajak berkomunikasi secara verbal dengan

    baik, maka perawat harus memastikan bahwa seluruh keputusan

    mengenai perawatan itu benar dari diri pasien sendiri. Klien dengan

    parkinsons disease ini lebih sering pada lansia sehingga keputusan

    diambil oleh keluarga yang dipercaya (suami atau istri, anak) bila

    memang klien sudah tidak kooperatif untuk mengambil keputusan.

    2. Beneficence

    Perawat harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan

    holistic bagi klien dengan Parkinsons Disease ini, karena jika diliha

    dari manifestasinya seperti tremor, postur badan membungkuk, dll

    masyarakat atau bahkan keluarga mungkin saja menganggap hal itu

    wajar karena proses degenerative, tapi perawat harus tetap

    memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dasar

    klien. Perawat juga harus memperhatikan aspek psikologis pasien

    tersebut karena komplikasi lanjutan juga dapat berdampak pada

    psikologis

    3. Nonmaleficence

    Perawat tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan pada klien

  • 19

    dengan Parkinsons Disease ini karena mungkin saja terjadi

    komplikasi hingga perubahan kognitif, psikis, dll pada diri klien

    sehingga tidak bisa melindungi dirinya sendiri, perawat harus mampu

    memastikan bahwa tidak ada tindakan perawatan yang dilakukan

    untuk merugikan klien

    4. Confidentiality

    Perawat harus senantiasa membangun trust dengan klien sehingga

    dapat membantu juga dalam sisi psikologis klien tidak hanya dalam

    pemulihan fisiologis saja. Perawat harus mampu menjaga rahasia dan

    memelihara kepercayaan dari klien guna untuk kepentingan

    penyembuhan klien.

    (Kathleen S, 2010 & Arif M, 2011)

    Catatan:

    1. Latihan yang meningkatkan kekuatan otot dan latihan postural

    Latihan yang dapat dilakukan pada klien dengan Parkinsons Disease ada

    berbagai macam jenis, namun tetap harus dikonsultasikan dengan dokter dan

    therapist. Tujuan yang diharapkan dari latihan pada Parkinsons Disease adalah

    untuk menambah kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas. Pilih

    olahraga yang mampudimulai, dipertahankandandapattercapaitujuannya, sesuai

    dengan kemampuan dari klien tersebut.Contoh dari aktifitas fisik ringan yang

    bias dilakukan oleh klien dengan Parkinsons Disease adalah:

    Stretching atauperegangan.Peregangan yang ringan mampu membuat

    badan lebih bergerak. Klien juga bias melakukan peregangan walaupun

    sedang berada diatas Kasur. Pastikan untuk melakukan peregangan pada

    setiap waktu senjang. Pada setiap peregangan tahan 3 sampai 5

    hitungandengannapasdalam.

    Latihan kekuatan. Menguatkan otot dan membantu berdiri lebih tegak,

    membantu koordinasi tubuh. Latihan ini juga dapat membuat tulang lebih

    kuat, resisten pada fraktur dan mengurangi resiko jatuh.Latihan juga dapat

    meningkatkan masa otot pada klien dengan Parkinsons Disease terlihat dari

    peningkatan kecepatan berjalan, kemampuan untuk menaiki tangga, dan

    mengatur keseimbangan. Klien bias melakukan latihan ini dirumah dengan

    menggunakan beban yang ringan atau bahkan menggunakan berat badan

    tubuh. Bila akan menggunakan beban yang lebih berat harus dengan

    pengawasan trainer atau fisioterapis

  • 20

    Aerobic conditioning. Latihan aerobic ini dapat membantu klien untuk

    menjaga keseimbangan dan kekuatan cardio dan paru-paru dan

    meningkatkan stamina. Contoh olahraga aerobic adalah berjalan, bersepeda,

    menari, berenang, dan lain-lain. Tujuan yang harus dicapai klien adalah

    melakukan olahraga selama 20 menit minimal 3 kali dalam satu minggu.

    Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter bila akan melakukan olahraga

    yang baru.

    Latihan dalam air/ aquatic exercise. Latihan dalam air yang dilakukan

    dalam air hangatakan memberikan manfaat yang besar bagi klien dengan

    Parkinsons Disease. Tekanan dalam air mampu membantu otot yang

    lemah, memperbaiki postur tubuh dan keseimbangan, serta membuat klien

    bebas bergerak tanpa adanya resiko jatuh. Latihan dalam air juga mampu

    meningkatkan gerak, memperbaiki tonus otot, dan mengurangi nyeri pada

    area otot.

    Range-of-motion therapy. Latihan ini dapat membantu pasien untuk

    meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas. Pada latihan ini, pasien dianjurkan

    untuk mengangkat tangan secara maksimal untuk membuat otot dan sendi

    bergerak. Jika pasien sudah kehilangan fleksibilitasnya, harus dilakukan

    terapi dengan mesinoleh teraphist untuk membantu dalam latihan ini.

    Latihan Treadmill

    Alternative forms of exercise (Yoga)

    Practice of movement strategies

    (everydayhealth.com, 20009 & parkinson.org, 2009)

    2. Surgical Management Parkinsons Disease

    a. Stereotactic procedure

    Thalamotomy dan pallidotomy efektif untuk mengurangi beberapa gejala

    dari Parkinsons Disease. Tindakan ini hanya dilakukan pada pasien yang

    sudah resisten terhadap obat antiparkinson walaupun sudah diberikan dalam

    dosis yang tinggi. Kontraindikasi dari tindakan ini adalah pada klien dengan

    dementia atau atypical Parkinsons Disease.

    Pada thalamotomy diberikan stimulus stereotactic elektrik untuk

    menghancurkan bagian thalamus tertentu untuk mengurangi tremor. Pada

    pallidotomy diberikan stimulus stereotactic elektrik untuk menghancurkan

    bagian ventral medial globus pallidus pada penyakit yang sudah lanjut.

  • 21

    Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memutuskan rantai saraf yang

    membuat adanya tremor, kekakuan otot, bradikinesia, dan meningkatkan

    fungsi motorik dan ADL dari klien. Komplikasi dari tindakan ini yaitu

    hemiparesis dan stroke, penurunan kognitif, berbicara, menelan, dan

    pengelihatan.

    Dilakukan CT scan, MRI, x-ray atau angiogram unuk memastikan area

    bedah benar. Prosedur ini hanya bisa dilakukan pada salah satu bagian otak

    saja, bila terjadi gangguan bilateral dianjurkan untuk ada interval 6 bulan

    baru bisa melakukan tindakan yang sama.

    b. Neural Transplantation

    Masih dalam pengembangan, transplantasi dilakukan dari sel neural, dari sel

    fetal, atau dari sum-sum tulang belakang.

    c. Deep Brain Stimulation

    Gambar 3.1 Deep Brain Stimulation

    Stimulasi ini dinilai lebih

    berpengaruh daripada tindakan lain,

    stimulus dapat diberikan secara

    unilateral maupun bilateral. Jadi

    akan diberikan stimulus yang

    dipasang secara langsung di bagian

    thalamus dan disambungkan ke

    pulse generator yang disimpan

    secara subkutan di area subclavicula

    atau bagian perut. Dari generator tersebut akan mengirimkan impulse

    elektrik berfrekuensi tinggi ke area thalamus sehingga elektroda tersebut

    dapat menghalangi alur syaraf yang menyebabkan tremor. Komplikasi dapat

    terjadi pada saat implantasi alat tersebut (Smeltzer S, 2008)

    3. Penkes Pada Penyakit Parkinson

    Pendidikan Kesehatan menurut Smeltzer tahun 2008 adalah sebagai berikut

    1. Menjelaskan penyakit parkinson dan mendiskusikan efek jangka

    panjang.

    2. Mengidentifikasi regimen medikasi dan menjelaskan efek dari medikasi

    dan bagaimana cara penggunaan obat.

  • 22

    3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai resiko cedera, cegah jatuh dan

    bagaimana cara mengimplementasikan di rumah.

    4. Deskripsikan kebutuhan nutrisi, pembatasan diet, manajemen dyspagia,

    dan cara untuk mencegah aspirasi.

    5. Memanage konstipasi : asupan cairan, dan bowel routines

    6. Memanage masalah berkemih : fungsi inkontinensia, retensi (perawatan

    kateter urin, perawatan kateter suprapubik)

    7. Jelaskan mengenai keuntungan dari program latihan harian

    8. Ajarkan cara berjalan dan menjaga keseimbangan yang aman.

    9. Menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara : latihan

    berbicara, teknik komunikasi dan latihan bernapas.

    10. Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi agar pasien dapat

    mengidentifikasi sendiri (Smeltzer Suzane, 2008).

    Selain pendidikan kesehatan diatas terdapat beberapa penkes lain yaitu:

    a. Meningkatkan aktiftas self-care

    Ajari dan dorong klien untuk meningkatkan self care pada kehidupan

    sehari-harinya, pastikan klien untuk berpartisipasi secara maksimal dalam

    hal ini. Modifikasi lingkungan yang aman dan bebas stress juga diperlukan

    untuk mengatasi keterbatasan fungsional tubuh. Misalnya di rumah sakit

    mungkin akan digunakan bedside rails atau mungkin diikatkan tali pada

    bagian bawah tempat tidur agar klien dapat bangun dari tempat tidur sendiri

    tanpa bantuan. Therapist akan mengkaji kebutuhan lain klien apabila

    dibutuhkan alat-alat khusus untuk di rumah.

    b. Meningkatkan Nutrisi

    Pada klien dengan Parkinsons Disease ini akan sulit untuk menjaga berat

    badan karena kalori dibakar pada karena kekakuan otot. Dan juga ada

    beberapa hal yang menyulitkan klien untuk makan, misalnya karena otot

    leher pasien yang melemah jadi klien akan sulit menelan dan mengunyah,

    sehingga klien beresiko untuk tersedak dan adanya penumpukan saliva di

    dalam mulut. Efek dari medikasi juga akan menyebabkan mulut kering yang

    bisa menurunkan nafsu makan.

    Monitor berat badan klien secara rutin setiap minggunya dengan asupan

    kalori yang adekuat. Anjurkan makanan yang semisolid, dalam porsi kecil

    tapi sering. Pada saat menelan anjurkan pasien sambil mengangkat sedikit

  • 23

    untuk mempermudah menelan dan menghindari terjadinya tersedak. Bila

    penyakit sudah lebih lanjut, maka perlu dilakukan nasogastric tube atau

    percutaneous endoscopic gastroscopy untuk menjaga agar nutrisi tetap

    adekuat. Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi bila diperlukan.

    c. Meningkatkan kemampuan menelan

    Kesulitan menelan sering terjadi pada pasien dengan Parkinsons Disease,

    ini bisa terjadi karena beberapa hal karena buruknya kontrol kepala, sulitnya

    mengunyah makanan menjadi bolus, tremor pada lidah, dan gangguan pada

    motilitas kerongkongan. Untuk mengatasi masalah ini klien dianjurkan

    untuk duduk dan mengangkat sedikit kepala pada saat makan untuk

    mempermudah proses menelan. Anjurkan makanan yang bertekstrur

    semisolid akan lebih mudah untuk ditelan. Pastikan klien untuk mengunyah,

    lalu menaruh makanan ditengah lidah, tutup bibir dan gigi, gerakkan lidah

    kearah atas dan belakang, lalu telan. Untuk mengurangi banyaknya saliva

    yang berkumpul dimulut, anjurkan klien untuk menelan secara sadar sambil

    menaikkan kepala. Massage otot muka dan otot leher sebelum makan akan

    memberikan stimulus yang baik bagi otot.

    d. Meningkatkan kemampuan komunikasi

    Kerusakan pada kemampuan berbicara juga sering terjadi ada klien dengan

    Parkinsons Disease. Suaranya low-pitched, suaranya melembut, dan

    berbicaranya sangat pelan. Klien dianjurkan untuk melihat jelas bibir lawan

    berbicara, berbicara dengan pengucapan semaksimal mungkin yang ia bisa,

    berbicara dengan kata yang singkat, menarik naas dalam sebelum memulai

    berbicara. Kolaborasi dengan speech-language pathologist (SLP)/ therapist

    bicara bila diperlukan. Namun bila klien sudah tidak bisa komunikasi secara

    verbal maka therapist untuk menggunakan alat/ metode komunikasi lain

    seperti papan, mechanical voice synthesizer, computer, personal digit

    assistant (PDA). Terkadang pada klien yang lansia tidak ingin memakai

    alat-alat elektronik.

    e. Dukungan psikososisal

    Klien dengan Parkinsons Disease akan mengalami penurunan kemampuan

    fisiologis tubuh dan juga perubahan penampilan tubuh, sehingga klien akan

    cenderung untuk merasa malu, bosan, kesepian. Perlu dilakukan kolaborasi

    dengan psikotheraist, atau medikasi bila sudah sampai ada taha depresi.

  • 24

    Untuk menghindati hal ini terjadi bantu klien atau keluarganya untuk terus

    mendampingi klien mencari kekuatan klien, memberikan terus semangat

    positif, klien ikut sertakan dalam kegiatan sosialisai misalnya dengan

    bertemu klien lain dengan penyakit yang sama sebagai rehabilitasi satu

    sama lain, dan adakan rekreasi sebagai salah satu hiburan bagi klien. Semua

    tindakan yang dilakukan mamu membuat klien merasa lebih baik dan

    meningkatkan kemampuan koping klien (Smeltzert S, 2008 dan Missouri

    St, 2010)

    4. Obat untuk Pasien Parkinson

    1. Pengobatan awal penyakit yang masih dini

    Tidak ada obat untuk menyembuhkan atau memperlambat proses penyakit.

    Kebanyakan ahli setuju bahwa pengobatan penyakit Parkinson tidak boleh

    menunggu sampai pasien mengalami beberapa"cacat fungsional".Konsep

    kunci di sini adalah arti kata "fungsional" karena cacat fungsional mungkin

    berbeda dengan orang pada umumnya. Itu berarti bahwa pasien mengalami

    kesulitan atau tidak dapat melakukan sesuatu yang penting untuk

    kesejahteraan atau kepentingannya. Cacat fungsional, bagaimanapun,tidak

    hanya diukur dalam suatu pekerjaan. Hobi atau kegiatan olahraga menjadi

    sangat penting bagi orang-orang dan harus masuk ke dalam pertimbangan

    apakah pasien secara fungsional terganggu atau tidak

    2. Medikasi untuk penyakit Parkinson

    a. Levodopa

    Obat yang paling penting dan paling efektif untuk mengobati gejala

    penyakit Parkinson adalah levodopa dan hampir setiap pasien

    mengonsumsi obat ini. Levodopa adalah asam amino yang berasal dari

    protein dalam makanan dan melintas dari saluran usus ke dalam darah

    dan akhirnya ke otak. Setelah diotak, levodopa akan diubah menjadi

    dopamin, neurokimia yang berkurang pada pasien dengan penyakit

    parkinson. Mengonsumsi levodopa dapat mengembalikan jumlah

    dopamin disubstansia nigra dan striatum ke tingkat normal dan dengan

    demikian mengurangi gejala dan tanda penyakit. Levodopa membantu

    pada sebagian besar pasien. Mual adalah efek samping yang paling

    umum dialami oleh pasien yang mengonsumsi levodopa. Dengan

    ketekunan, sebagian besar pasien dapat mengatasi masalah ini karena

  • 25

    sekitar 50% dari pasien yang mengonsumsi levodopa mengalami

    fluktuasi motorik dan diskinesia.

    b. Levodopa/carbidopa (Sinemet )

    Karena efek samping dari levodopa adalah mual, maka dikombinasikan

    dengan carbidova. Mual terjadi karena efek perubahan levodopa ke

    dopamine di otak yang langsung menstimulasi ke pusat muntah.

    Carbidova menghalangi konversi levodopa di otak, jadi hanya terjadi di

    usus kemudian ke dalam darah. Sehingga mengurangi mual muntah.

    Dengan begitu, levodopa tetap terjamin masuk ke dalam otak. Dosis

    yang digunakan lebih sedikit, daripada hanya menggunakan levodopa

    saja. Carbidova ada 2 macam yaitu standar atau immediate-releasedan

    kontrol-release. Standar-release diserap lebih cepat daripada kontrol-

    release yang membutuhkan waktu beberapa jam. Setelah gejala berhenti,

    banyak pasien yang berpindah dari pengobatan standar ke kontrol-

    release.

    c. Monamine oxidase inhibitors: selegiline (Deprenyl, Eldepryl,

    Zelapar) and rasagiline (Azilect)

    Dengan mengganggu salah satu enzim yang memecah

    dopamin(monoamine oxidase, atauMAO-B), selegilin atau rasagilin

    dapat meningkatkan dan memperpanjang efek dari setiap molekul

    dopamin. Obat ini dapat memperlambat perkembangan penyakit

    Parkinson, tapi masih dalam penelitian lebih lanjut. Pasien merasa lebih

    puas ketika mengonsumsi selegilin dan rasagilin yang di kombinasikan

    dengan levodopa. Beberapa pasien mengalami kesulitan tidur setelah

    mengonsumsi selegilin. Oleh karena itu,biasanya diberikan saat sarapan

    dan makan siang, tetapi tidak pada waktu malam hari. Pada pasien tahap

    lajut, kombinasi selegilin rasagilin dan levodopa dapat membantu pasien

    yang mengalami kegagalan pada penggunaan levodopa tunggal dan juga

    dapat mengurangi gejala diskenesis. FDA (Foods and Drugs Association)

    menyarankan bahwa penggunaan rasagaline harus diawasi karena dengan

    cepat menurunkan kadar tiramin. Secara teoritis, menurun dan

    meningkatnya kadar tiramin dapat menyebabkan peningkatan darah yang

    tidak terkontrol dan mungkin bisa terjadi stroke. Makanan yang harus

  • 26

    dihindari diantaranya keju yang sudah lama disimpan, bir, anggur merah,

    hati, produk acar, sosis, dan semua produk fermentasi.

    d. Dopamin agonist

    Saat ini ada 2 agonist yang disetujui penggunaannya diantaranya

    pramipexole (Mirapex) dan ropinirol (Requip). Obat ini bekerja

    seperti layaknya dopamin dan dopamin reseptor di striatum. Agen ini

    tidak sekuat levodopa dan biasanya obat ini digunakan untuk pasien yang

    mengalami kegagalan (end-of-dose) pada penggunaan levodopa tunggal.

    Obat ini juga dapat digunakan pada awal sebagai langkah untuk

    menunda penggunaan levodopa. Efek samping mayor dari penggunaan

    agonist ini diantaranya, mual, mimpi buruk, halusinasi dan dapat

    menyebabkan serangan kantuk yang mendadak. Ada juga yang

    melaporkan bahwa mengalami obsesi seksual, hobi diluar kendali dan

    gangguan makan.

    e. Antikolinergik

    Obat-obatan antikolinergik termasuk yang paling awal digunakan untuk

    mengobati parkinson bahkan sebelum era levodopa. Yang termasuk

    kedalam kelas antikolinergik adalah trihexyphenidyl (Artane),

    benztropine (Cogentin), danbiperiden (Akineton). Satu lagi,

    ethopropazine (Parsidol atau Parsitandi Kanada) adalah tidak lagi

    tersedia di AS, tetapi masih tersediadi Kanada. Obat ini tidak bekerja

    langsung pada dopamin tetapi bertindak untuk memblokir efek dari

    neurotransmitter lain yakni asetilkolin. Memblokir ketidakseimbangan

    yang dihasilkan dari dopamin yang menurun dan meningkatnya

    asetilkolin. Obat ini benar-benar efektif untuk mengurangi tremor. Hati-

    hati penggunaan obat ini pada pasien yang lebih tua. Efek samping

    mayor dari obat ini adalah mulut kering, penurunan memori,

    kebingungan, penglihatan kabur, kesulitan buang air kecil dan

    memburuknya sembelit.

    f. Amantadine (symmetrel) : amantadine memiliki aktifitas seperti

    antikolinergik, dapat membantu melepaskan dopamin dan bahkan

    mungkin memiliki efek pada neurotransmitter di basal ganglia. Terapi ini

    sebagai terapi awal sebelum penggunaan levodopa. Efek samping dari

    penggunaan obat ini adalah perubahan warna kulit biasanya pada kaki

  • 27

    pada bagian bawah yang disebut livedo reticularis serta pembengkakan

    ankle.

    g. Beta-blocking agen : beta-blockers seperti propanolol (inderal). Obat ini

    jarang digunakan. Beta blocker ini digunakan untuk mengurangi gejala

    tremor saat beristirahat. Efek samping dari penggunaan obat ini adalah

    tekanan darah rendah, denyut jantung lambat dan depresi.

    h. COMT Inhibitors:

    Tolcapone (Tasmar) dan entacapone(Comtan), adalah catechol-O-

    methyltransferase (COMT) inhibitor. Stalevo adalah kombinasi

    carbidopa/levodo pada entacapone. Cara kerja inhibitor COMT

    berhubungan dengan levodopa (Sinemet) untuk mencegah kerusakan

    yang ditimbulkan levodopadi dalam usus. Dengan menghalangi

    enzimCOMT, inhibitor COMT membantu levodopa lebih cepat

    mencapai otak, di mana ia diubah menjadi dopamin untuk mengontrol

    gejala penyakit parkinson. Entacapone adalah obat adjuvant yang ringan

    sedangkan tolcapone bekerja lebih lama dan lebih baik pada fluktuasi

    yang lebih lanjut. Karena risiko langkadari liver injury terkait dengan

    penggunaan tolcapone, FDA menyarankan semua pasien yang memakai

    tolcapone memiliki tes fungsi hati dilakukan setiap 2-4 minggu selama

    enam bulan pertama setelah mengkonsumsi obat. (APDA, 2010)

  • 28

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Simpulan

    Parkinsons Disease adalah suatu penyakit neurodegenerative idiopatik yang

    menyebabkan turunnya produksi dopamine di otak sehingga terjadi

    ketidakseimbangan fungsi motorik tubuh seperti kekakuan, bradikinesia, tremor,

    dan ketidakseimbangan tubuh dari gejala tersebut kebutuhan yang paling terganggu

    adalah mobilitas fisik sehingga timbul masalah keperawatan utama pada parkinson

    yaitu hambatan mobilitas fisik. Tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan

    untuk melatih otot seperti olahraga, massage, dan lain-lain. Selain itu juga

    dilakukan kolaborasi dengan phisioterapi untuk memperbaiki fungsi motorik klien.

    Disertai juga dengan pemberian medikasi untuk mengurangi gejala. Namun, bila

    pengobatan tersebut tidak berhasil dianjurkan untuk dilakukan tindakan

    pembedahan salah satunya Deep Brain Stimulation

    4.2 Saran

    Penyakit parkinson merupakan penyakit 2 terbanyak pada penyakit saraf.

    Manifestasi yang ditimbulkan pun sangat mengganggu aktifitas penderita sehingga

    untuk mengelola masalah yang muncul dan kemungkinan komplikasi yang terjadi

    diperlukan penanganan dan pencegahan oleh karena itu penulis menyarankan agar

    lebih banyak dilakukan penelitian untuk mengurangi masalah yang muncul dan

    mencegah terjadinya parkinson.

  • iv

    DAFTAR PUSTAKA

    Browner, Nina. 2009. Neuroprotective Benefits of Exercise. Dalam

    http://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-

    Benefits-of-Exercise diakses pada tanggal 24 September 2014 jam 09:15 WIB

    D, Donna et al. 2009. Medical Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. USA:

    Elsevier. Hal 965-969

    Dewanto, George. 2009. Panduan Paktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:

    EGC. Hal 148

    In Koo Chun et all. 2011. Design & Evaluation of Levodopa Methyl Ester Intranasal

    Delivery System. Korea: Jurnal of Parkinsons Disease.

    Japardi I. 2002. Penyakit Degeneratif pada Medula Spinalis. Pada

    http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi39.pdf diakses pada

    tanggal 23 September 2014

    Lawrence I, Golbe. 2010. Parkinsons Disease Handbook.USA: America Parkinson

    Disease Associatio. www.apdaparkinson.org/userfiles/files/PDHBRev09Repr10.pdf

    diakses pada tanggal 23 September 2014 jam 12:55 WIB

    Noviani, E. 2010. Hubungan Antara Merokok dengan Penyakit Parkinson di RSUD Prof.

    DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. 4,(2). 81-86

    Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

    Jakarta: Salemba Medika. Hal 180-192

    Osborn, Kathleen S. 2010. Medical-Surgical Nursing : Preparation For Practice. USA :

    Pearson Education. Inc.

    Smeltzer, Suzane. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. USA : Library of Congress

    Cataloging-Publication Data.

    St. Louis, Missouri. 2010. Medical-Surgical Nursing : Patient-Centered Collaborative Care.

    USA : Elsevier. Inc.

    Thompshon, Dennis. 6/10/2009. Exercise: A Helpful Parkinson's

    Treatment.http://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-

    parkinsons-disease.aspx diakses pada tanggal 24 September 2014 jam 09:21 WIB

    White Louis dan Gena Duncan. 2002. Medical-Surgical Nursing An Integrated Approach.

    Columbia : DELMAR.

    http://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-Benefits-of-Exercisehttp://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-Benefits-of-Exercisehttp://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi39.pdfhttp://www.apdaparkinson.org/userfiles/files/PDHBRev09Repr10.pdfhttp://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-parkinsons-disease.aspxhttp://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-parkinsons-disease.aspx
  • LAMPIRAN

    SOAL SOAL KUIS

    1. Apa yang anda ketahui tentang parkinsons disease ?

    Jawaban : Penyakit parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak

    terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi (Fransisca, 2008). Penyakit

    parkinson juga merupakan gangguan neurodegeneratif yang berhubungan dengan

    penurunan mobilitas disebabkan oleh berkurangnya dopamin dan sentral nervus sistem

    saraf pusat ( In Koo Chun et all, 2011)

    2. Apa penyebab utama dari parkinsons disease ?

    Jawaban : Penyakit parkinson terjadi karena destruksi dari sel saraf dopaminergik di

    substansia nigra dan basal ganglia. Substansia nigra memproduksi dopamin, sedangkan

    basal ganglia memproduksi asetilkolin. Pada penyakit ini, terjadi degenerasi dari jalur

    nigrostriatal dopaminergic yang akan menyebabkan ketidakseimbangan ekskresi

    neurotransmitter, yakni penurunan dopamin dan peningkatan asetilkolin yang

    mempengaruhi aktivitas motorik pada jalur ekstrapiramidal di otak (serebral korteks,

    bangsal ganglia dan serebelum) sehingga timbul gangguan kontrol pergerakan volunter

    dan tidak bisa menghasilkan gerakan halus.

    3. Sebutkan faktor resiko terjadinya penyakit parkinson ?

    Jawaban : riwayat keluarga, pajanan pestisida, tinggal di pedesaan, bekerja sebagai

    petani, minum air sumur, atherosklerosis, infeksi virus, paparan radikal bebas yang

    berlebih, Selain itu, ada beberapa obat yang dapat menyebabkan parkinsonisme,

    diantaranya reserpin (serpasil), metildopa (aldomet), litium, haloperidol (haldol), dan

    terapi klor-promazin (torazin).

    4. Sebutkan tanda dan gejala yang sering muncul pada penyakit parkinson ?

    Jawaban : penyakit parkinson menimbulkan 4 manifestasi umum, yaitu kekakuan,

    bradikinesia, tremor, dan ketidakseimbangan tubuh.

    5. Mengapa terjadi kekakuan pada parkinsons disease ?

    Jawaban : Kekakuan disebabkan oleh gerakan otot yang tidak terkontrol dan

    berkelanjutan yang menyebabkan otot lelah karena tonus otot meningkat, badan

    bungkuk, nyeri kepala, ekstremitas atas, spinal, dan kaki.

    6. Sebutkan masalah keperawatan yang muncul dari manifestasi tersebut ?

    Jawaban : hambatan mobilitas fisik.

    7. Sebutkan komplikasi dari penyakit parkinson ?

  • Jawaban : konstipasi, gangguan seksual, hipotensi orthostatic, depresi, halusinasi,

    demensia, inkontinensia urinary, kesulitan menelan (dyspagia), perubahan suara

    (hipoponia).

    8. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mengetahui seseorang terkena

    parkinson ?

    Jawaban : diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gelaja uatam yang muncul

    yakni, rigidity, bradykinesia, postural imbalance, tremor. Tidak ada pemeriksaan

    laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan dignosis Parkinson. Tujuan

    pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan pencitraan

    yang dipakai untuk membantu mengadakan diagnosis Parkinson adalah Positron

    Emission Tomography (PET) dan Singel Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak

    dianjurkan sebagai standar.

    9. Apa tiga intervensi keperawatan dari masalah keperawatan utama yang sering muncul

    pada penyakit parkinson ?

    - Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot

    - Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur

    fungsi motorik.

    - Anjurkan mandi hangat dan masase otot.

    - Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

    10. Apa pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada parkinsons disease ? (Minimal

    3)

    Pendidikan Kesehatan

    1. Menjelaskan penyakit parkinson dan mendiskusikan efek jangka panjang.

    2. Mengidentifikasi regimen medikasi dan menjelaskan efek dari medikasi dan

    bagaimana cara penggunaan obat.

    3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai resiko cedera, cegah jatuh dan

    bagaimana cara mengimplementasikan di rumah.

    4. Deskripsikan kebutuhan nutrisi, pembatasan diet, manajemen dyspagia, dan cara

    untuk mencegah aspirasi.

    5. Memanage konstipasi : asupan cairan, dan bowel routines

    6. Memanage masalah berkemih : fungsi inkontinensia, retensi (perawatan kateter

    urin, perawatan kateter suprapubik)

    7. Jelaskan mengenai keuntungan dari program latihan harian

    8. Ajarkan cara berjalan dan menjaga keseimbangan yang aman.

  • 9. Menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara : latihan berbicara,

    teknik komunikasi dan latihan bernapas.

    10. Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi agar pasien dapat mengidentifikasi

    sendiri (Smeltzer Suzane, 2008).