Upload
anisa-hasanah
View
55
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
parkinson askep
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT PARKINSON Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Sistem Neurobehavior 1
Disusun oleh:
Kelompok 2 Tutor 10
Leni Sukmawati 220110120001
Syifa Nashuha 220110120025
Anisa Hasanah 220110120073
Ridha Ranailla 220110120121
FAKULTAS KEPERAWATAN
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Penyakit Parkinson dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
1. . selaku koordinator mata kuliah Bahasa Indonesia serta dosen yang
memberikan bimbingan kepada penulis.,
2. Orang tua penulis tercinta yang selalu memberikan doa restu dan dukungan
dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.,
3. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semu pihak demi perbaikan pada
masa mendatang.
Sumedang, 22 September 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
Daftar Tabel, Bagan, Gambar......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................... 3
2.1 Definisi...................................................................................................................... 3
2.2 Insidensi.................................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi................................................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................. 4
2.5 Pathway.................................................................................................................... 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON ................ 8
3.1 Pengkajian................................................................................................................. 8
3.2 Analisis Data............................................................................................................ 13
3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 15
3.4 Intervensi Keperawatan........................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 28
4.1 Simpulan................................................................................................................... 28
4.2 Saran......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... iv
LAMPIRAN.................................................................................................................. v
iii
DAFTAR TABEL, BAGAN, GAMBAR
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Parkinson..................................................................... 3
Bagan 2.1 Patofisiologi.................................................................................................7
Tabel 3.1 Format Biodata Pasien..................................................................................8
Tabel 3.2 Analisis Data................................................................................................13
Tabel 3.3 Tabel Intervensi........................................................................................... 16
Gambar 3.1................................................................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-
dua yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer (Iskandar, 2002). Penyakit
tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi.
Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. total kasus kematian akibat penyakit
parkinson di Indonesia menempati peringkat ke 12 di dunia atau peringkat ke 5 di
Asia dengan prevalasi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010).
Penyakit parkinson menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala
diantaranya gangguan intelek dan tingkah laku, demensia, penurunan daya ingat,
kelemahan otot, katalepsis (gerakan jadi lambat dan kaku) dan tremor (Iskandar,
2002). Katalepsi adalah kekakuan otot yang ditandai jika lengan bawah ditekuk atau
diluruskan oleh orang lain maka akan terasa kaku. Demensia adalah menurunnya
fungsi otak yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Penderita
parkinson juga akan mengalam tremor, yaitu suatu gerakan gemetar yang berirama
dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara
berulang-ulang.
Manifestasi parkinson diatas menyebabkan berbagai masalah pada pasien
seperti resiko tinggi cedera pada pasien, terganggunya aktifitas sehari hari,
terganggunya pemenuhan KDM pasien. Ketidaktahuan masyarakan tentang
pankinsone dapat memperburuk kondisi yang di alami. Oleh karena itu, tingginya
pervalasi parkinson di Indonesia dan kemungkinan masalah yang akan dialami
pasien sangat penting untuk kita mengetahui tentang penyakit parkinson seperti apa
itu parkinson, penyebab dan cara penceegahan melalui pendekatan proses
keperawan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari penyakit parkinson?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit parkinson?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit parkinson?
4. Bagaimana proses perjalanan penyakit parkinson?
2
5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap penyakit parkinson?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit parkinson?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum: Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma
serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit parkinson.
b. Tujuan khusus :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit parkinson.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit parkinson.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit parkinson.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit parkinson.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien parkinson.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien parkinson.
3
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi Penyakit Parkinson
Penyakit parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap
respon mesenfalon dan pergerakan regulasi (Fransisca, 2008). Penyakit parkinson
juga merupakan gangguan neurodegeneratif yang berhubungan dengan penurunan
mobilitas disebabkan oleh berkurangnya dopamin dan sentral nervus sistem saraf
pusat ( In Koo Chun et all, 2011)
2.2 Insidensi
Penyakit parkinson terjadi pada sekitar 2-3 % individu diatas 65 tahun dan
menurut penelitian bahwa prevalasinya lebih tinggi terkena pada populasi pria
(Cantuti Castelvetri et al, 2007 dalam Filip S et al, 2009). Penyakit tersebut
menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi. Penyakit
parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang indonesia dari total jumlah
penduduk sebesar 238.452.952. total kasus kematian akibat penyakit parkinson di
Indonesia menempati peringkat ke 12 di dunia atau peringkat ke 5 di Asia dengan
prevalasi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010).
2.3 Klasifikasi
Penyakit parkinson dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu (Kathleen, 2010
dan Donna D, 2009)
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Parkinson
Tingkat I Tingkat Ringan
Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan
Sedikit kelemahan
Tangan dan lengan bergetar
Tingkat II Tingkat Ringan
Kerusakan pada kedua belah tungkai dan lengan
Wajah seperti berkedok
Gaya berjalan diseret dan pelan
Tingkat III Tingkat Sedang
Gangguan jalan semakin meningkat
Tingkat IV Cacat Berat
Akinesia
Rigidity
4
Membutuhkan pendampingan
Tingkat V Ketergantungan penuh
2.4 Patofisiologi
Parkinson adalah penyakit yang menyerang lansia dan biasanya bersifat
idiopatik. Namun, berdasarkan penelitian ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit parkinson ini diantaranya faktor genetik,
atherosklerosis, infeksi virus, paparan radikal bebas yang berlebih, trauma kepala,
penggunaan kronik dari obat antipsikotik dan beberapa paparan lingkungan
(Suzzane, 2008).
Faktor lain yang dihubungkan dengan penyakit parkinson diantaranya
riwayat keluarga, pajanan pestisida, tinggal di pedesaan, bekerja sebagai petani dan
minum air sumur (Osborn, 2010).
Gejala timbul setelah intoksikasi dengan berbagai macam agen kimia
termasuk karbon monoksida dan mangan, dan produksi dari meperidin sintesis
analog, MPTP. Selain itu, ada beberapa obat yang dapat menyebabkan
parkinsonisme, diantaranya reserpin (serpasil), metildopa (aldomet), litium,
haloperidol (haldol), dan terapi klor-promazin (torazin). Penyebab lain yaitu
konsumsi ampetamin dan metampetamin, hidrosepalus, hipoksia, infeksi, struk,
tumor, dan trauma (St. Louis, 2007).
Penyakit parkinson terjadi karena destruksi dari sel saraf dopaminergik di
substansia nigra dan basal ganglia. Substansia nigra memproduksi dopamin,
sedangkan basal ganglia memproduksi asetilkolin. Pada penyakit ini, terjadi
degenerasi dari jalur nigrostriatal dopaminergic yang akan menyebabkan
ketidakseimbangan ekskresi neurotransmitter, yakni penurunan dopamin dan
peningkatan asetilkolin yang mempengaruhi aktivitas motorik pada jalur
ekstrapiramidal di otak (serebral korteks, bangsal ganglia dan serebelum) sehingga
timbul gangguan kontrol pergerakan volunter dan tidak bisa menghasilkan gerakan
halus. Gangguan tersebut menimbulkan 4 manifestasi umum, yaitu kekakuan,
bradikinesia, tremor, dan ketidakseimbangan tubuh.
Tremor merupakan gejala awal untuk sekitar 70% dari orang dengan
Parkinson. Ini biasanya terjadi pada jari atau tangan ketika tangan sedang
beristirahat tetapi tidak ketika tangan sedang digunakan. Tangan akan goyang
berirama, biasanya 4-6 ketukan per detik, atau dengan cara "pil-rolling", seolah-
5
olah bergulir pil antara ibu jari dan jari telunjuk. Tremor juga bisa menjadi gejala
dari kondisi lain, sehingga dengan sendirinya itu tidak menunjukkan Parkinson.
Kekakuan merupakan tanda kedua yang meningkatkan resistensi terhadap
pergerakan pasif ketika ekstremitas bawah digerakkan. Kekakuan ditandai dengan
jerky quality, jika ada gerakan kontraksi yang terus menerus (cogwheel), maka otot
digerakkan secara pasif. Kekakuan disebabkan oleh gerakan otot yang tidak
terkontrol dan berkelanjutan yang menyebabkan otot lelah karena tonus otot
meningkat, badan bungkuk, nyeri kepala, ekstremitas atas, spinal, dan kaki,
masalah keperawatan yang muncul adalah hambatan mobilitas fisik.
Semakin tua, gerakan tubuh secara alami melambat. Tapi jika mereka
memiliki "gerakan tidak beraturan (bradikinesis)", tanda Parkinson, gerakan lambat
dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Ketika mereka ingin bergerak, tubuh
tidak dapat merespon segera, atau mereka mungkin tiba-tiba berhenti atau "freeze".
Berjalan labil dan wajah seperti bertopeng (shuffling gait dan mask face) kadang-
kadang ditemukan pada mereka dengan Parkinson yang disebabkan oleh
bradikinesis.
Orang dengan Parkinson cenderung untuk mempunyai postur membungkuk,
dengan bahu terkulai dan kepala mereka menjorok ke depan. Seiring dengan
masalah gerakan lain, mereka mungkin memiliki masalah dengan keseimbangan.
Hal ini meningkatkan risiko cedera.
Manifestasi sekunder dari penyakit parkinson ada pada basal ganglia, yang
sering memproduksi gejala otonom termasuk kelebihan dan tidak terkontrolnya
keringat, hipotensi ortostatik, inkontinensia urin, konstipasi, dan gangguan seksual.
Selain itu, terjadi perubahan psikis diantaranya demensia, depresi, gangguan tidur,
dan halusinasi yang menimbulkan masalah gangguan pola pikir. Mental penderita
parkinson juga mengalami perubahan, terlihat dari kognitif, persepsi, dan
penurunan memori, meskipun tidak selalu berdampak pada penurunan kecerdasan.
Penurunan dopamin di sistem limbik dapat menyebabkan masalah
psikologis pada penderita parkinson. Dopamin tersebut berbentuk norepinefrin dan
serotonin sehingga regulasi mood tidak adekuat dan muncul depresi, ansietas,
panik, yang menyebabkan masalah koping individu tidak efektif.
Kekakuan pada otot wajah dan leher menyebabkan dispagia (kesulitan
menelan), sialorea (ngiler), dan gangguan bicara yang menyebabkan perubahan
lebih kecil dan pelan (hipoponia) dan menimbulkan masalah kerusakan komunikasi
6
verbal. Karena pergerakan usus menurun akibat degenerasi dan efek samping obat
antiparkinson, maka konstipasi sering terjadi pada penderita parkinson. Kehilangan
berat badan juga terjadi akibat sulit menelan, kerusakan gastrointestinal, dan
gerakan berlebih (tremor, abnormal pergerakan involunter) sehingga timbul
masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
7
ETIOLOGI: Idiopatik
Faktor Resiko: genetik, aterosklerosis, virus, radikal bebas, trauma kepala, obat, anti psikotik
Destruksi / kerusakan di sel saraf dopaminergik di substansi nigra (Lewy Body)
Produksi dopamin
Produksi Acetylcholine (perangsang) dan dopamin (penghambat
sb neurotransmiter di korpus striatum tidak seimbang
Rangsang pd pusat aktivitas motorik: cerebelum,korteks serebral,
dan basal ganglia (jalurekstra piramidal) terganggu
ACH dopamin
Gerakan volunter yang dihasilkan
tidak terkontrol dan tidak halus
Gerakan otot berkontraksi terus
menerus (cogluheel rigidity)
Tonus otot
Otot lelah
Rigidity/kekakuan
Otot tidak bisa berkontraksi
dan relaksasi
Gerak melambat
/ brodykinesia
Hambatan
Mobilitas Fisik
dopamine di sistem lymbic
dopamine (norepinefrin & serotonin)
Mood regulation tidak adekuat
Depresi, ansietas, panik
Koping individu tidak efektif
dopamine di corticostriatal loop
dan disfungsi cholinergic system
Perubahan kepribadian, psikosis demensi, konfusi
Kognitif persepsi
Gangguan pola
pikir
Otot kaku dan fungsi
Muka Leher
Masked face
Hypomomia
berkedip
Perub
suara
Hipoponia
Kerusakan
Komunikasi Verbal
Sulit menelan
dysphagia
Ketidakseimban
gan Nutrisi:
Kurang dari
kebutuhan
Lengan
micrographia
Ngiler
dopamine di basal ganglia
repon otonom (involunter)
Keringat Respon GI
Retensi di GI
Kontipasi
Hipotensi
ortostatik
Libido
& tdk
dpt
ereksi
Frekue
nsi
miksi
Aliran darah ke
otak in adekuat
dizziness
Lightheadednes/black out
Seksual
disfunct
ion
Urinary
incontinen
tremor
Tremor saat istirahat /
kosentrasi dan stress
Energi yg dibutuhkan
Metabolisme anaerob
Nyeri Refleks
otot
Sulit mempertahankan
keseimbangan
Postural Instability
Badan bungkuk
(stooped posture)
Shuffling gait
(jalan susah
Resiko Cedera
Keterangan:
Masalah Keperawatan
Manifestasi Klinis
Komplikasi
2.5 Pathway
Bagan 2.1 Patofisiologi
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARKINSON
3.1 Pengkajian
A. Biodata Klien
Biodata klien meliputi seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Format Biodata Pasien
Nama
Umur lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada 50-an dan 60-an
Jenis Kelamin lebih sering pada laki laki
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku bangsa
Tanggal dan jam MRS
Nomor Register
Diagnosa Medik
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama: Hal yang serin menjadi keluhan utama pasien adalah
gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan
hilangnya refleks postural (Arif M, 2011)
Riwayat Kesehatan Sekarang:
Mengkaji riwayat kesehatan sekarang klien dengan PQRST:
(Ex- Keluhan utama: kaku otot)
P (Palliative/Provocative) : Kenapa bisa terjadi kaku otot? / Apa yang
menyebabkan terjadinya kaku otot?/ Upaya apa
yang dilakukan ketika timbul kaku otot?
Q (Quality/Quantities : Seberapa berat kekakuan otot di rasakan? /
Seberapa banyak aktifitas yang terganggu akibat
kaku otot?
R (Region/Radiation) : Di daerah mana kaku otot dirasakan?
S (Scale/Severity) : Skala beratnya kaku otot terhadap aktifitas?
T (Time) : Sejak kapan timbul kaku otot? Berapa lama
timbul kaku otot?
9
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
militus, penyakit jantung, anemiaa, penggunaan obat obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat bat antikolinergik dalam jangka
waktu yang lama.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Walaupun penyakit parkinsor tidak ditemukan hubungan sebab genetik yang
jelas tetapi pengkajian riwayat penyakit keluarga terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi
penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
C. Data Biologis
1. Pola kehidupan Sehari hari
Pengkajian pola kehidupan meliputi nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi,
istirahat dan tidur serta personal hygiene. Data ini diperlukan untuk melihat
kebutuhan dasar mana yang terganggu pada pasien parkinson.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran.
Tanda-Tanda Vital
Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.
Pemeriksaan Menyeluruh
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan B1-B6
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
Inspeksi : ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi
sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi : ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
10
Perkusi, : ditemukan adanya suara resonan pada seluruh
lapangan paru.
Auskultasi, : ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas
berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering ditemukan pada klien
dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh
sistem saraf otonom.
c. B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung
pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan
pada status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu
melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
11
Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara
wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Sistem Motorik
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien
sering mengalami rigiditas deserebrasi.
Tonus otot ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan.
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan
sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami
12
inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,
dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan
aktivitas.
f. B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
(Arif M, 2011).
D. Data Psikologis
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya. Apakah ada dampak yang
timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, tanda depresi, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Lihat juga manifestasi yang
muncul seperti penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan),
manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi
akut) yang umumnya terjadi pada lansia.
E. Data Sosial dan Spiritual
Mengkaji adanya perubahan peran dan hubungan karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara, serta respon dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
13
F. Data Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan
dignosis Parkinson. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Pemeriksaan pencitraan yang dipakai untuk membantu
mengadakan diagnosis Parkinson adalah Positron Emission Tomography (PET)
dan Singel Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak dianjurkan sebagai
standar (George D, 2009).
3.2 Analisis Data
Tabel 3.2 Analisis Data
Data yang menyimpang Etiologi Masalah
DS: Klien mengatakan
sulit melakukan kegiatan.
DO: tonus otot menurun,
kaku otot saat di palpasi,
kekuatan otot menurun
dll, refleks hamer (-)
dopamin
Tonus otot
Otot lelah
Rigidity/kekakuan
Otot tidak bisa relaksasi dan
kontraksi
Gerak melambat/bradykinesia
Hambatan mobilitas fisik
Hambatan Mobilitas
fisik
DS: Klien mengatakan
sering gemetar, sering
terjatuh
DO: keseimbangan
pasien menurun, tremor
saat beraktifitas
Ach , dopamin
Tonus otot meningkat (tremor)
Otot lelah
Kekakuan (rigiditas)
Refleks otot , sulit
mempertahankan
keseimbangan
Ketidakseimbangan tubuh
Resiko cedera
Resiko Cedera
DS: Klien mengatakan dopamin
Perubahan nutrisi:
14
sulit makan, berat badan
berkurang
DO:
Kurus,
Berat badan kurang
20% berat badan
ideal,
pucat,
konjungtiva dan
membran mukosa
pucat.
Tonus otot
Otot lelah
Kekakuan otot
Otot wajah dan leher kaku
Sulit menelan
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Kurang dari
kebutuhan
DS: klien mengatakan
sulit memecahkan
masalah
DO:
Tidak dapat
mengekspresikan
perasaannya,
Bergerak dengan
bantuan dan/atau alat
Sulit tidur
Pemahaman prilaku
koping kurang adaptif
Kelelahan, sulit tidur.
dopamin di sistem limbik
dopamin (norephinephrin dan
serotonin)
Mood regulatin tidak adekuat
Depresi, ansietas, panik
Koping individu tidak efektif Koping individu tidak
efektif
DS: klien/keluarga
mengatakan adanya
kesuliatan dalam
berbicara.
DO:
Kata-kata sulit
dipahami
Pelo
Wajah kaku
dopamin ACH
Tonus otot lemah
Rigidity/kekakuan
Otot kaku dan fungsi otot
wajah dan otot
Perubahan suara
Hipoponia
Kerusakan komunkasi
verbal
15
Kerusakan komunikasi verbal
DS: Klien mengatakan
sulit BAB
DO:
BAB mengejan
berlebihan
Peristaltik usus <
normal
Sulit bergerak
dopamin di basal ganglia
respon autonom (involunter)
Respon GI menurun
Retensi di GI
konstipasi
Perubahan eliminasi
feses: Konstipasi
DS: Klien/Keluarga
mengatakan klien sering
bingung
DO:
Klien tidak fokus
Klien berbicara
sendiri
dopamin di corticostriatal
loop dan disfungsi cholinergic
system
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, konfusi
Kognitif persepsi
Gangguan pola pikir
Gangguan pola pikir
(bingung, halusinasi
dan delusi)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan
otot.
2. Resiko cedera berhubungan dengan tremor, kekakuan, terganggu koordinasi dan
keseimbangan.
3. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kesulitan
menelan dan menguyah, perlambatan dalam proses makan, keterbatasan untuk
makan sendiri.
4. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi
tubuh karena perkembangan penyakit.
5. Kerusakan komunkasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6. Perubahan eliminasi feses: Konstipasi berhubungan dengan kurang pemasukan
cairan diet dan imobilisasi.
16
7. Gangguan pola pikir (bingung, halusinasi dan delusi) berhubungan dengan
perubahan kognitif, dampak pengobatan, dan/atau infeksi (Kathleen S, 2010 &
Arif M, 2011)
3.4 Intervensi keperawatan
Tabel 3.3 Intervesi Keperawatan
Diagnosa Utama: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kekakuan dan kelemahan otot.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria :Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi Rasional
Independen
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
peningkatan kerusakan. Kaji secara
teratur fungsi motorik.
Sebagai acuan untuk tindakan
selanjutnya..
Lakukan program latihan yang
meningkatkan kekuatan otot.1
Meningkatkan koordinasi dan
ketangkasan, menurunkan
kekakuan otot dan mencegah
kontraktur bila otot tidak
digunakan.
Lakukan latihan postural.1 Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher
tertarik kedepan dan kebawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus :
Ajarkan untuk berkosentrasi pada
berjalan tegak, memandang lurus
kedepan, dan menggunakan cara
berjalan dengan dasar lebar
Teknik berjalan khusus dapat juga
dipelajari untuk mengimbangi
gaya berjalan menyeret dan
kecenderungan tubuh condong
kedepan.
17
(misalnya berjalan dengan kaki
terpisah).
Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan dengan diiringi musik
marching band atau lagu, karena
hal ini memberikan rangsangan
sensorik.
Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakan
rangka tulang rusuk dan transpor
oksigen untuk mengisi bagian
paru-paru yang kadar oksigennya
rendah.
Melakukan periode istirahat yang
sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan
kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot. mandi hangat dan masase
membantu otot-otot rileks saat
melakukan aktivitas pasif dan aktif
dan mengurangi nyeri otot akibat
spasme yang mengakibatkan
kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri, sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibilitas
sendi sesuai kemampuan.
Berikan penkes yang sesuai dengan
penyakit parkinson3
Kerana pasien tidak dilakukan
rawat inap sehingga diperlukan
pengetahuan untuk perawatan di
rumah
Interdependen (Kolaborasi)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatan kemampuan dalam
18
latihan fisik klien. mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik
oleh tim fisioterapis.
Berkonsultasi dengan terapis okupasi. dapat menilai kebutuhan bantuan
adaptif untuk ADL seperti
peralatan makan khusus atau
kancing kait untuk berpakaian.
Kolaborasi medikasi (obat)4 Obat berfungsi untuk mengurangi
gejala yang muncul pada penyakit
parkinson
Dependen
Melakukan tindakan pembedahan seperti
Stereotactic procedure, Neural
Transplantation dan Deep Brain
Stimulation.2
Pasien sudah tidak dapat dilakukan
pengobatan dengan medikasi obat
dan terapi (resisten dalam jumlah
besar)
Intervensi keperawatan diilakukan dengan sebaik-baiknya dan tidak
menyimpang dari aspek legal etk yang terkait di dalamnya seperti:
1. Autonomic
Ketika pasien masih dapat diajak berkomunikasi secara verbal dengan
baik, maka perawat harus memastikan bahwa seluruh keputusan
mengenai perawatan itu benar dari diri pasien sendiri. Klien dengan
parkinsons disease ini lebih sering pada lansia sehingga keputusan
diambil oleh keluarga yang dipercaya (suami atau istri, anak) bila
memang klien sudah tidak kooperatif untuk mengambil keputusan.
2. Beneficence
Perawat harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan
holistic bagi klien dengan Parkinsons Disease ini, karena jika diliha
dari manifestasinya seperti tremor, postur badan membungkuk, dll
masyarakat atau bahkan keluarga mungkin saja menganggap hal itu
wajar karena proses degenerative, tapi perawat harus tetap
memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dasar
klien. Perawat juga harus memperhatikan aspek psikologis pasien
tersebut karena komplikasi lanjutan juga dapat berdampak pada
psikologis
3. Nonmaleficence
Perawat tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan pada klien
19
dengan Parkinsons Disease ini karena mungkin saja terjadi
komplikasi hingga perubahan kognitif, psikis, dll pada diri klien
sehingga tidak bisa melindungi dirinya sendiri, perawat harus mampu
memastikan bahwa tidak ada tindakan perawatan yang dilakukan
untuk merugikan klien
4. Confidentiality
Perawat harus senantiasa membangun trust dengan klien sehingga
dapat membantu juga dalam sisi psikologis klien tidak hanya dalam
pemulihan fisiologis saja. Perawat harus mampu menjaga rahasia dan
memelihara kepercayaan dari klien guna untuk kepentingan
penyembuhan klien.
(Kathleen S, 2010 & Arif M, 2011)
Catatan:
1. Latihan yang meningkatkan kekuatan otot dan latihan postural
Latihan yang dapat dilakukan pada klien dengan Parkinsons Disease ada
berbagai macam jenis, namun tetap harus dikonsultasikan dengan dokter dan
therapist. Tujuan yang diharapkan dari latihan pada Parkinsons Disease adalah
untuk menambah kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas. Pilih
olahraga yang mampudimulai, dipertahankandandapattercapaitujuannya, sesuai
dengan kemampuan dari klien tersebut.Contoh dari aktifitas fisik ringan yang
bias dilakukan oleh klien dengan Parkinsons Disease adalah:
Stretching atauperegangan.Peregangan yang ringan mampu membuat
badan lebih bergerak. Klien juga bias melakukan peregangan walaupun
sedang berada diatas Kasur. Pastikan untuk melakukan peregangan pada
setiap waktu senjang. Pada setiap peregangan tahan 3 sampai 5
hitungandengannapasdalam.
Latihan kekuatan. Menguatkan otot dan membantu berdiri lebih tegak,
membantu koordinasi tubuh. Latihan ini juga dapat membuat tulang lebih
kuat, resisten pada fraktur dan mengurangi resiko jatuh.Latihan juga dapat
meningkatkan masa otot pada klien dengan Parkinsons Disease terlihat dari
peningkatan kecepatan berjalan, kemampuan untuk menaiki tangga, dan
mengatur keseimbangan. Klien bias melakukan latihan ini dirumah dengan
menggunakan beban yang ringan atau bahkan menggunakan berat badan
tubuh. Bila akan menggunakan beban yang lebih berat harus dengan
pengawasan trainer atau fisioterapis
20
Aerobic conditioning. Latihan aerobic ini dapat membantu klien untuk
menjaga keseimbangan dan kekuatan cardio dan paru-paru dan
meningkatkan stamina. Contoh olahraga aerobic adalah berjalan, bersepeda,
menari, berenang, dan lain-lain. Tujuan yang harus dicapai klien adalah
melakukan olahraga selama 20 menit minimal 3 kali dalam satu minggu.
Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter bila akan melakukan olahraga
yang baru.
Latihan dalam air/ aquatic exercise. Latihan dalam air yang dilakukan
dalam air hangatakan memberikan manfaat yang besar bagi klien dengan
Parkinsons Disease. Tekanan dalam air mampu membantu otot yang
lemah, memperbaiki postur tubuh dan keseimbangan, serta membuat klien
bebas bergerak tanpa adanya resiko jatuh. Latihan dalam air juga mampu
meningkatkan gerak, memperbaiki tonus otot, dan mengurangi nyeri pada
area otot.
Range-of-motion therapy. Latihan ini dapat membantu pasien untuk
meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas. Pada latihan ini, pasien dianjurkan
untuk mengangkat tangan secara maksimal untuk membuat otot dan sendi
bergerak. Jika pasien sudah kehilangan fleksibilitasnya, harus dilakukan
terapi dengan mesinoleh teraphist untuk membantu dalam latihan ini.
Latihan Treadmill
Alternative forms of exercise (Yoga)
Practice of movement strategies
(everydayhealth.com, 20009 & parkinson.org, 2009)
2. Surgical Management Parkinsons Disease
a. Stereotactic procedure
Thalamotomy dan pallidotomy efektif untuk mengurangi beberapa gejala
dari Parkinsons Disease. Tindakan ini hanya dilakukan pada pasien yang
sudah resisten terhadap obat antiparkinson walaupun sudah diberikan dalam
dosis yang tinggi. Kontraindikasi dari tindakan ini adalah pada klien dengan
dementia atau atypical Parkinsons Disease.
Pada thalamotomy diberikan stimulus stereotactic elektrik untuk
menghancurkan bagian thalamus tertentu untuk mengurangi tremor. Pada
pallidotomy diberikan stimulus stereotactic elektrik untuk menghancurkan
bagian ventral medial globus pallidus pada penyakit yang sudah lanjut.
21
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memutuskan rantai saraf yang
membuat adanya tremor, kekakuan otot, bradikinesia, dan meningkatkan
fungsi motorik dan ADL dari klien. Komplikasi dari tindakan ini yaitu
hemiparesis dan stroke, penurunan kognitif, berbicara, menelan, dan
pengelihatan.
Dilakukan CT scan, MRI, x-ray atau angiogram unuk memastikan area
bedah benar. Prosedur ini hanya bisa dilakukan pada salah satu bagian otak
saja, bila terjadi gangguan bilateral dianjurkan untuk ada interval 6 bulan
baru bisa melakukan tindakan yang sama.
b. Neural Transplantation
Masih dalam pengembangan, transplantasi dilakukan dari sel neural, dari sel
fetal, atau dari sum-sum tulang belakang.
c. Deep Brain Stimulation
Gambar 3.1 Deep Brain Stimulation
Stimulasi ini dinilai lebih
berpengaruh daripada tindakan lain,
stimulus dapat diberikan secara
unilateral maupun bilateral. Jadi
akan diberikan stimulus yang
dipasang secara langsung di bagian
thalamus dan disambungkan ke
pulse generator yang disimpan
secara subkutan di area subclavicula
atau bagian perut. Dari generator tersebut akan mengirimkan impulse
elektrik berfrekuensi tinggi ke area thalamus sehingga elektroda tersebut
dapat menghalangi alur syaraf yang menyebabkan tremor. Komplikasi dapat
terjadi pada saat implantasi alat tersebut (Smeltzer S, 2008)
3. Penkes Pada Penyakit Parkinson
Pendidikan Kesehatan menurut Smeltzer tahun 2008 adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan penyakit parkinson dan mendiskusikan efek jangka
panjang.
2. Mengidentifikasi regimen medikasi dan menjelaskan efek dari medikasi
dan bagaimana cara penggunaan obat.
22
3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai resiko cedera, cegah jatuh dan
bagaimana cara mengimplementasikan di rumah.
4. Deskripsikan kebutuhan nutrisi, pembatasan diet, manajemen dyspagia,
dan cara untuk mencegah aspirasi.
5. Memanage konstipasi : asupan cairan, dan bowel routines
6. Memanage masalah berkemih : fungsi inkontinensia, retensi (perawatan
kateter urin, perawatan kateter suprapubik)
7. Jelaskan mengenai keuntungan dari program latihan harian
8. Ajarkan cara berjalan dan menjaga keseimbangan yang aman.
9. Menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara : latihan
berbicara, teknik komunikasi dan latihan bernapas.
10. Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi agar pasien dapat
mengidentifikasi sendiri (Smeltzer Suzane, 2008).
Selain pendidikan kesehatan diatas terdapat beberapa penkes lain yaitu:
a. Meningkatkan aktiftas self-care
Ajari dan dorong klien untuk meningkatkan self care pada kehidupan
sehari-harinya, pastikan klien untuk berpartisipasi secara maksimal dalam
hal ini. Modifikasi lingkungan yang aman dan bebas stress juga diperlukan
untuk mengatasi keterbatasan fungsional tubuh. Misalnya di rumah sakit
mungkin akan digunakan bedside rails atau mungkin diikatkan tali pada
bagian bawah tempat tidur agar klien dapat bangun dari tempat tidur sendiri
tanpa bantuan. Therapist akan mengkaji kebutuhan lain klien apabila
dibutuhkan alat-alat khusus untuk di rumah.
b. Meningkatkan Nutrisi
Pada klien dengan Parkinsons Disease ini akan sulit untuk menjaga berat
badan karena kalori dibakar pada karena kekakuan otot. Dan juga ada
beberapa hal yang menyulitkan klien untuk makan, misalnya karena otot
leher pasien yang melemah jadi klien akan sulit menelan dan mengunyah,
sehingga klien beresiko untuk tersedak dan adanya penumpukan saliva di
dalam mulut. Efek dari medikasi juga akan menyebabkan mulut kering yang
bisa menurunkan nafsu makan.
Monitor berat badan klien secara rutin setiap minggunya dengan asupan
kalori yang adekuat. Anjurkan makanan yang semisolid, dalam porsi kecil
tapi sering. Pada saat menelan anjurkan pasien sambil mengangkat sedikit
23
untuk mempermudah menelan dan menghindari terjadinya tersedak. Bila
penyakit sudah lebih lanjut, maka perlu dilakukan nasogastric tube atau
percutaneous endoscopic gastroscopy untuk menjaga agar nutrisi tetap
adekuat. Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi bila diperlukan.
c. Meningkatkan kemampuan menelan
Kesulitan menelan sering terjadi pada pasien dengan Parkinsons Disease,
ini bisa terjadi karena beberapa hal karena buruknya kontrol kepala, sulitnya
mengunyah makanan menjadi bolus, tremor pada lidah, dan gangguan pada
motilitas kerongkongan. Untuk mengatasi masalah ini klien dianjurkan
untuk duduk dan mengangkat sedikit kepala pada saat makan untuk
mempermudah proses menelan. Anjurkan makanan yang bertekstrur
semisolid akan lebih mudah untuk ditelan. Pastikan klien untuk mengunyah,
lalu menaruh makanan ditengah lidah, tutup bibir dan gigi, gerakkan lidah
kearah atas dan belakang, lalu telan. Untuk mengurangi banyaknya saliva
yang berkumpul dimulut, anjurkan klien untuk menelan secara sadar sambil
menaikkan kepala. Massage otot muka dan otot leher sebelum makan akan
memberikan stimulus yang baik bagi otot.
d. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Kerusakan pada kemampuan berbicara juga sering terjadi ada klien dengan
Parkinsons Disease. Suaranya low-pitched, suaranya melembut, dan
berbicaranya sangat pelan. Klien dianjurkan untuk melihat jelas bibir lawan
berbicara, berbicara dengan pengucapan semaksimal mungkin yang ia bisa,
berbicara dengan kata yang singkat, menarik naas dalam sebelum memulai
berbicara. Kolaborasi dengan speech-language pathologist (SLP)/ therapist
bicara bila diperlukan. Namun bila klien sudah tidak bisa komunikasi secara
verbal maka therapist untuk menggunakan alat/ metode komunikasi lain
seperti papan, mechanical voice synthesizer, computer, personal digit
assistant (PDA). Terkadang pada klien yang lansia tidak ingin memakai
alat-alat elektronik.
e. Dukungan psikososisal
Klien dengan Parkinsons Disease akan mengalami penurunan kemampuan
fisiologis tubuh dan juga perubahan penampilan tubuh, sehingga klien akan
cenderung untuk merasa malu, bosan, kesepian. Perlu dilakukan kolaborasi
dengan psikotheraist, atau medikasi bila sudah sampai ada taha depresi.
24
Untuk menghindati hal ini terjadi bantu klien atau keluarganya untuk terus
mendampingi klien mencari kekuatan klien, memberikan terus semangat
positif, klien ikut sertakan dalam kegiatan sosialisai misalnya dengan
bertemu klien lain dengan penyakit yang sama sebagai rehabilitasi satu
sama lain, dan adakan rekreasi sebagai salah satu hiburan bagi klien. Semua
tindakan yang dilakukan mamu membuat klien merasa lebih baik dan
meningkatkan kemampuan koping klien (Smeltzert S, 2008 dan Missouri
St, 2010)
4. Obat untuk Pasien Parkinson
1. Pengobatan awal penyakit yang masih dini
Tidak ada obat untuk menyembuhkan atau memperlambat proses penyakit.
Kebanyakan ahli setuju bahwa pengobatan penyakit Parkinson tidak boleh
menunggu sampai pasien mengalami beberapa"cacat fungsional".Konsep
kunci di sini adalah arti kata "fungsional" karena cacat fungsional mungkin
berbeda dengan orang pada umumnya. Itu berarti bahwa pasien mengalami
kesulitan atau tidak dapat melakukan sesuatu yang penting untuk
kesejahteraan atau kepentingannya. Cacat fungsional, bagaimanapun,tidak
hanya diukur dalam suatu pekerjaan. Hobi atau kegiatan olahraga menjadi
sangat penting bagi orang-orang dan harus masuk ke dalam pertimbangan
apakah pasien secara fungsional terganggu atau tidak
2. Medikasi untuk penyakit Parkinson
a. Levodopa
Obat yang paling penting dan paling efektif untuk mengobati gejala
penyakit Parkinson adalah levodopa dan hampir setiap pasien
mengonsumsi obat ini. Levodopa adalah asam amino yang berasal dari
protein dalam makanan dan melintas dari saluran usus ke dalam darah
dan akhirnya ke otak. Setelah diotak, levodopa akan diubah menjadi
dopamin, neurokimia yang berkurang pada pasien dengan penyakit
parkinson. Mengonsumsi levodopa dapat mengembalikan jumlah
dopamin disubstansia nigra dan striatum ke tingkat normal dan dengan
demikian mengurangi gejala dan tanda penyakit. Levodopa membantu
pada sebagian besar pasien. Mual adalah efek samping yang paling
umum dialami oleh pasien yang mengonsumsi levodopa. Dengan
ketekunan, sebagian besar pasien dapat mengatasi masalah ini karena
25
sekitar 50% dari pasien yang mengonsumsi levodopa mengalami
fluktuasi motorik dan diskinesia.
b. Levodopa/carbidopa (Sinemet )
Karena efek samping dari levodopa adalah mual, maka dikombinasikan
dengan carbidova. Mual terjadi karena efek perubahan levodopa ke
dopamine di otak yang langsung menstimulasi ke pusat muntah.
Carbidova menghalangi konversi levodopa di otak, jadi hanya terjadi di
usus kemudian ke dalam darah. Sehingga mengurangi mual muntah.
Dengan begitu, levodopa tetap terjamin masuk ke dalam otak. Dosis
yang digunakan lebih sedikit, daripada hanya menggunakan levodopa
saja. Carbidova ada 2 macam yaitu standar atau immediate-releasedan
kontrol-release. Standar-release diserap lebih cepat daripada kontrol-
release yang membutuhkan waktu beberapa jam. Setelah gejala berhenti,
banyak pasien yang berpindah dari pengobatan standar ke kontrol-
release.
c. Monamine oxidase inhibitors: selegiline (Deprenyl, Eldepryl,
Zelapar) and rasagiline (Azilect)
Dengan mengganggu salah satu enzim yang memecah
dopamin(monoamine oxidase, atauMAO-B), selegilin atau rasagilin
dapat meningkatkan dan memperpanjang efek dari setiap molekul
dopamin. Obat ini dapat memperlambat perkembangan penyakit
Parkinson, tapi masih dalam penelitian lebih lanjut. Pasien merasa lebih
puas ketika mengonsumsi selegilin dan rasagilin yang di kombinasikan
dengan levodopa. Beberapa pasien mengalami kesulitan tidur setelah
mengonsumsi selegilin. Oleh karena itu,biasanya diberikan saat sarapan
dan makan siang, tetapi tidak pada waktu malam hari. Pada pasien tahap
lajut, kombinasi selegilin rasagilin dan levodopa dapat membantu pasien
yang mengalami kegagalan pada penggunaan levodopa tunggal dan juga
dapat mengurangi gejala diskenesis. FDA (Foods and Drugs Association)
menyarankan bahwa penggunaan rasagaline harus diawasi karena dengan
cepat menurunkan kadar tiramin. Secara teoritis, menurun dan
meningkatnya kadar tiramin dapat menyebabkan peningkatan darah yang
tidak terkontrol dan mungkin bisa terjadi stroke. Makanan yang harus
26
dihindari diantaranya keju yang sudah lama disimpan, bir, anggur merah,
hati, produk acar, sosis, dan semua produk fermentasi.
d. Dopamin agonist
Saat ini ada 2 agonist yang disetujui penggunaannya diantaranya
pramipexole (Mirapex) dan ropinirol (Requip). Obat ini bekerja
seperti layaknya dopamin dan dopamin reseptor di striatum. Agen ini
tidak sekuat levodopa dan biasanya obat ini digunakan untuk pasien yang
mengalami kegagalan (end-of-dose) pada penggunaan levodopa tunggal.
Obat ini juga dapat digunakan pada awal sebagai langkah untuk
menunda penggunaan levodopa. Efek samping mayor dari penggunaan
agonist ini diantaranya, mual, mimpi buruk, halusinasi dan dapat
menyebabkan serangan kantuk yang mendadak. Ada juga yang
melaporkan bahwa mengalami obsesi seksual, hobi diluar kendali dan
gangguan makan.
e. Antikolinergik
Obat-obatan antikolinergik termasuk yang paling awal digunakan untuk
mengobati parkinson bahkan sebelum era levodopa. Yang termasuk
kedalam kelas antikolinergik adalah trihexyphenidyl (Artane),
benztropine (Cogentin), danbiperiden (Akineton). Satu lagi,
ethopropazine (Parsidol atau Parsitandi Kanada) adalah tidak lagi
tersedia di AS, tetapi masih tersediadi Kanada. Obat ini tidak bekerja
langsung pada dopamin tetapi bertindak untuk memblokir efek dari
neurotransmitter lain yakni asetilkolin. Memblokir ketidakseimbangan
yang dihasilkan dari dopamin yang menurun dan meningkatnya
asetilkolin. Obat ini benar-benar efektif untuk mengurangi tremor. Hati-
hati penggunaan obat ini pada pasien yang lebih tua. Efek samping
mayor dari obat ini adalah mulut kering, penurunan memori,
kebingungan, penglihatan kabur, kesulitan buang air kecil dan
memburuknya sembelit.
f. Amantadine (symmetrel) : amantadine memiliki aktifitas seperti
antikolinergik, dapat membantu melepaskan dopamin dan bahkan
mungkin memiliki efek pada neurotransmitter di basal ganglia. Terapi ini
sebagai terapi awal sebelum penggunaan levodopa. Efek samping dari
penggunaan obat ini adalah perubahan warna kulit biasanya pada kaki
27
pada bagian bawah yang disebut livedo reticularis serta pembengkakan
ankle.
g. Beta-blocking agen : beta-blockers seperti propanolol (inderal). Obat ini
jarang digunakan. Beta blocker ini digunakan untuk mengurangi gejala
tremor saat beristirahat. Efek samping dari penggunaan obat ini adalah
tekanan darah rendah, denyut jantung lambat dan depresi.
h. COMT Inhibitors:
Tolcapone (Tasmar) dan entacapone(Comtan), adalah catechol-O-
methyltransferase (COMT) inhibitor. Stalevo adalah kombinasi
carbidopa/levodo pada entacapone. Cara kerja inhibitor COMT
berhubungan dengan levodopa (Sinemet) untuk mencegah kerusakan
yang ditimbulkan levodopadi dalam usus. Dengan menghalangi
enzimCOMT, inhibitor COMT membantu levodopa lebih cepat
mencapai otak, di mana ia diubah menjadi dopamin untuk mengontrol
gejala penyakit parkinson. Entacapone adalah obat adjuvant yang ringan
sedangkan tolcapone bekerja lebih lama dan lebih baik pada fluktuasi
yang lebih lanjut. Karena risiko langkadari liver injury terkait dengan
penggunaan tolcapone, FDA menyarankan semua pasien yang memakai
tolcapone memiliki tes fungsi hati dilakukan setiap 2-4 minggu selama
enam bulan pertama setelah mengkonsumsi obat. (APDA, 2010)
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Parkinsons Disease adalah suatu penyakit neurodegenerative idiopatik yang
menyebabkan turunnya produksi dopamine di otak sehingga terjadi
ketidakseimbangan fungsi motorik tubuh seperti kekakuan, bradikinesia, tremor,
dan ketidakseimbangan tubuh dari gejala tersebut kebutuhan yang paling terganggu
adalah mobilitas fisik sehingga timbul masalah keperawatan utama pada parkinson
yaitu hambatan mobilitas fisik. Tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan
untuk melatih otot seperti olahraga, massage, dan lain-lain. Selain itu juga
dilakukan kolaborasi dengan phisioterapi untuk memperbaiki fungsi motorik klien.
Disertai juga dengan pemberian medikasi untuk mengurangi gejala. Namun, bila
pengobatan tersebut tidak berhasil dianjurkan untuk dilakukan tindakan
pembedahan salah satunya Deep Brain Stimulation
4.2 Saran
Penyakit parkinson merupakan penyakit 2 terbanyak pada penyakit saraf.
Manifestasi yang ditimbulkan pun sangat mengganggu aktifitas penderita sehingga
untuk mengelola masalah yang muncul dan kemungkinan komplikasi yang terjadi
diperlukan penanganan dan pencegahan oleh karena itu penulis menyarankan agar
lebih banyak dilakukan penelitian untuk mengurangi masalah yang muncul dan
mencegah terjadinya parkinson.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Browner, Nina. 2009. Neuroprotective Benefits of Exercise. Dalam
http://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-
Benefits-of-Exercise diakses pada tanggal 24 September 2014 jam 09:15 WIB
D, Donna et al. 2009. Medical Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. USA:
Elsevier. Hal 965-969
Dewanto, George. 2009. Panduan Paktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC. Hal 148
In Koo Chun et all. 2011. Design & Evaluation of Levodopa Methyl Ester Intranasal
Delivery System. Korea: Jurnal of Parkinsons Disease.
Japardi I. 2002. Penyakit Degeneratif pada Medula Spinalis. Pada
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi39.pdf diakses pada
tanggal 23 September 2014
Lawrence I, Golbe. 2010. Parkinsons Disease Handbook.USA: America Parkinson
Disease Associatio. www.apdaparkinson.org/userfiles/files/PDHBRev09Repr10.pdf
diakses pada tanggal 23 September 2014 jam 12:55 WIB
Noviani, E. 2010. Hubungan Antara Merokok dengan Penyakit Parkinson di RSUD Prof.
DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. 4,(2). 81-86
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika. Hal 180-192
Osborn, Kathleen S. 2010. Medical-Surgical Nursing : Preparation For Practice. USA :
Pearson Education. Inc.
Smeltzer, Suzane. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. USA : Library of Congress
Cataloging-Publication Data.
St. Louis, Missouri. 2010. Medical-Surgical Nursing : Patient-Centered Collaborative Care.
USA : Elsevier. Inc.
Thompshon, Dennis. 6/10/2009. Exercise: A Helpful Parkinson's
Treatment.http://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-
parkinsons-disease.aspx diakses pada tanggal 24 September 2014 jam 09:21 WIB
White Louis dan Gena Duncan. 2002. Medical-Surgical Nursing An Integrated Approach.
Columbia : DELMAR.
http://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-Benefits-of-Exercisehttp://www.parkinson.org/Parkinson-s-Disease/Treatment/Exercise/Neuroprotective-Benefits-of-Exercisehttp://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi39.pdfhttp://www.apdaparkinson.org/userfiles/files/PDHBRev09Repr10.pdfhttp://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-parkinsons-disease.aspxhttp://www.everydayhealth.com/parkinsons-disease/exercising-with-parkinsons-disease.aspxLAMPIRAN
SOAL SOAL KUIS
1. Apa yang anda ketahui tentang parkinsons disease ?
Jawaban : Penyakit parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi (Fransisca, 2008). Penyakit
parkinson juga merupakan gangguan neurodegeneratif yang berhubungan dengan
penurunan mobilitas disebabkan oleh berkurangnya dopamin dan sentral nervus sistem
saraf pusat ( In Koo Chun et all, 2011)
2. Apa penyebab utama dari parkinsons disease ?
Jawaban : Penyakit parkinson terjadi karena destruksi dari sel saraf dopaminergik di
substansia nigra dan basal ganglia. Substansia nigra memproduksi dopamin, sedangkan
basal ganglia memproduksi asetilkolin. Pada penyakit ini, terjadi degenerasi dari jalur
nigrostriatal dopaminergic yang akan menyebabkan ketidakseimbangan ekskresi
neurotransmitter, yakni penurunan dopamin dan peningkatan asetilkolin yang
mempengaruhi aktivitas motorik pada jalur ekstrapiramidal di otak (serebral korteks,
bangsal ganglia dan serebelum) sehingga timbul gangguan kontrol pergerakan volunter
dan tidak bisa menghasilkan gerakan halus.
3. Sebutkan faktor resiko terjadinya penyakit parkinson ?
Jawaban : riwayat keluarga, pajanan pestisida, tinggal di pedesaan, bekerja sebagai
petani, minum air sumur, atherosklerosis, infeksi virus, paparan radikal bebas yang
berlebih, Selain itu, ada beberapa obat yang dapat menyebabkan parkinsonisme,
diantaranya reserpin (serpasil), metildopa (aldomet), litium, haloperidol (haldol), dan
terapi klor-promazin (torazin).
4. Sebutkan tanda dan gejala yang sering muncul pada penyakit parkinson ?
Jawaban : penyakit parkinson menimbulkan 4 manifestasi umum, yaitu kekakuan,
bradikinesia, tremor, dan ketidakseimbangan tubuh.
5. Mengapa terjadi kekakuan pada parkinsons disease ?
Jawaban : Kekakuan disebabkan oleh gerakan otot yang tidak terkontrol dan
berkelanjutan yang menyebabkan otot lelah karena tonus otot meningkat, badan
bungkuk, nyeri kepala, ekstremitas atas, spinal, dan kaki.
6. Sebutkan masalah keperawatan yang muncul dari manifestasi tersebut ?
Jawaban : hambatan mobilitas fisik.
7. Sebutkan komplikasi dari penyakit parkinson ?
Jawaban : konstipasi, gangguan seksual, hipotensi orthostatic, depresi, halusinasi,
demensia, inkontinensia urinary, kesulitan menelan (dyspagia), perubahan suara
(hipoponia).
8. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mengetahui seseorang terkena
parkinson ?
Jawaban : diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gelaja uatam yang muncul
yakni, rigidity, bradykinesia, postural imbalance, tremor. Tidak ada pemeriksaan
laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan dignosis Parkinson. Tujuan
pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan pencitraan
yang dipakai untuk membantu mengadakan diagnosis Parkinson adalah Positron
Emission Tomography (PET) dan Singel Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak
dianjurkan sebagai standar.
9. Apa tiga intervensi keperawatan dari masalah keperawatan utama yang sering muncul
pada penyakit parkinson ?
- Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot
- Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur
fungsi motorik.
- Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
10. Apa pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada parkinsons disease ? (Minimal
3)
Pendidikan Kesehatan
1. Menjelaskan penyakit parkinson dan mendiskusikan efek jangka panjang.
2. Mengidentifikasi regimen medikasi dan menjelaskan efek dari medikasi dan
bagaimana cara penggunaan obat.
3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai resiko cedera, cegah jatuh dan
bagaimana cara mengimplementasikan di rumah.
4. Deskripsikan kebutuhan nutrisi, pembatasan diet, manajemen dyspagia, dan cara
untuk mencegah aspirasi.
5. Memanage konstipasi : asupan cairan, dan bowel routines
6. Memanage masalah berkemih : fungsi inkontinensia, retensi (perawatan kateter
urin, perawatan kateter suprapubik)
7. Jelaskan mengenai keuntungan dari program latihan harian
8. Ajarkan cara berjalan dan menjaga keseimbangan yang aman.
9. Menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara : latihan berbicara,
teknik komunikasi dan latihan bernapas.
10. Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi agar pasien dapat mengidentifikasi
sendiri (Smeltzer Suzane, 2008).