Click here to load reader
Upload
nha
View
248
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Pengantar Manajemen Perencaan
Citation preview
Makalah Pengantar Manajemen "PERENCANAAN"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya,
baik perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru, program penjualan produk
baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan(planning) merupakan proses dasar bagi
organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena
itu, perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan
proses-proses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini
merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan.
Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun
kegiatan di masyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena
fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama
dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini,
perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya
dengan firasat (dugaan).
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen tertentu dari proses
perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan. Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan dan menyajikan sejumlah
pendekatan untuk mengefektifkan perencanaan dari berbagai jenis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak
akan dapat berjalan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara garis besar diartikan sebagai proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkann rencana aktivitas kerja
organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan apa (what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), mengapa(why), dan
bagaimana (how). Jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-
kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan berjalan. Rencana dapat berupa rencana
informal atau secara formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan
merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana
tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
adalah merupakan bersama anggota korporasi, artinya setiap anggota harus mengetahui dan
menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi kesalahpahaman dan
menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Dalam sebuah perencanaan terdapat unsur-unsur perencanaan. Perencanaan yang baik harus
dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan. Unsur pertama
adalah tindakan apa yang harus dikerjakan, kedua ada sebabnya tindakan tersebut harus
dilakukan, ketiga dimana tindakan tersebut dilakukan, keempat kapan tindakan tersebut
dilakukan, kelima siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, dan yang terakhir bagaimana
cara melaksanakan tindakan tersebut.
Dalam sebuah perencanaan juga perlu memperhatikan sifat rencana yang baik. Sifat rencana
yang baik yakni :
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima
sehingga penafsiran yang berbeda-berbeda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya bila ada
perubahan maka tidak semua rencana diubah dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian
saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya
setiap harus ada dalam pertimbangan.
Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan faktor-faktor produksi kepada
siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan.
Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi.
. 2.2 Proses Perencanaan
Sebelum para manajer dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan, terlebih dahulu
mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi. Pada
tahap perencanaan para manajer menentukan apa yang akan dikerjakan, kapan akan
mengerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan siapa yang akan mengerjakannya.
Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan manajemen dan semakin meningkat
pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi, dimana perencanaan itu mempunyai kemungkinan
dampak yang paling besar pada keberhasilan organisasi. Pada tingkatan top manajer pada
umumnya mencurahkan hampir semua waktu perencanannya jauh ke masa depan dan pada
strategi-strategi dari seluruh organisasi. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah merencanakan
terutama untuk sub unit mereka sendiri dan untuk jangka waktu yang lebih pendek.
Terdapat pula beberapa variasi dalam tanggung jawab perencanaan yang tergantung pada
ukuran dan tujuan organisasi dan pada fungsi atau kegiatan khusus manajer. Organisasi yang
besar dan berskala internasional lebih menaruh perhatian pada perencanaan jangka panjang
daripada perusahaan lokal. Akan tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan
keseimbangan antara perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena
itu penting bagi para manajer untuk mengerti peranan perencanaan secara keseluruhan.
Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap
sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
2.3 Macam-Macam Perencanaan
Macam-macam perencanaan dalam pengantar manajemen dibagi menjadi 2 yaitu :
2.3.1 Perencanaan Organisasi
Perencanaan ini terdiri dari:
1. Perencanaan strategis
Rencana strategis yaitu rencana yang dikembangkan untuk mencapai tujuan strategis.
Tepatnya, rencana strategis adalah rencana umum yang mendasari keputusan alokasi sumber
daya, prioritas, dan langkah-langkah tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
2. Perencanaan taktis
Adalah rencana ditujukan untuk mencapai tujuan taktis, dikembangkan untuk
mengimplementasikan bagian tertentu dari rencana strategis. Rencana strategis pada umumnya
melibatkan manajemen tingkat atas dan menengah dan jika dibandingkan dengan rencana
strategis, memiliki jangka waktu yang lebih singkat dan suatu fokus yang lebih spesifik dan
nyata
3. Perencanaan operasional
Adalah rencana yang menitikberatkan pada perencanaan rencana taktis untuk mencapai
tujuan operasional. Dikembangkan oleh manajer tingkat menengah dan tingkat bawah, rencana
operasional memiliki fokus jangka pendek dan lingkup yang relatif lebih sempit. Masing-masing
rencana operasional berkenaan dengan suatu rangkaian kecil aktivitas. Kami menjelaskan
perencanaan dengan lebih mendekati pada bagian selanjutnya.
2.3.2 Perencanaan Kontinjensi
Jenis perencanaan lain yang juga penting adalah perencanaan kontinjensi (contingency
planning) yaitu penentuan serangkaian tindakan alternatif jika suatu rencana tindakan secara
tidak terduga terganggu atau dianggap tidak sesuai lagi.
2.4. Bentuk - Bentuk Perencanaan
Seperti telah diuraikan di muka bahwa perencanaan ditetapkan sekarang dan dilaksanakan
serta digunakan untuk waktu yang akan datang. Dengan mendasarkan diri kepada pengertian ini,
maka perencanaan memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut :
1. Tujuan (Objective), merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan
untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Semua orang harus mengetahui
tujuan dalam organisasi yang hendak dicapainya, agar kegiatan-kegiatan yang dilakukannya
tidak saling bertentangan. Cara yang mereka tempuh dapat berbeda-beda sesuai dengan
pembagian tugas masing-masing orang.
2. Kebijaksanaan (Policy), adalah suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran
dalam mengambil keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Karena
kebijaksanaan ini biasanya tidak tertulis, maka sering kali sulit untuk dipahami oleh para
bawahan.
3. Strategi, merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat. Perlu diadakan
penyesuaian ini disebabkan oleh adanya berbagai macam reaksi. Oleh karena itu dalam membuat
strategi haruslah memperhatikan beberapa faktor seperti ketepatan waktu, ketepatan tindakan
yang akan dilakukan dan lain sebagainya.
4. Prosedur, merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Jadi,
prosedur ini lebih menitik beratkan pada suatu tindakan. Adanya prosedur akan lebih
memudahkan pelaksanaan semua aktivitas dalam organisasi.
5. Aturan (Rule), adalah suatu tindakan yang spesifik yang merupakan bagian dari prosedur.
Aturan-aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokkan menjadi satu golongan, disebut
prosedur.
6. Program, merupakan campuran antara kebijaksanaan, prosedur, aturan dan pemberian tugas
yang disertai dengan suatu anggaran (budget), semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.
Dalam organisasi biasanya program dibuat dua macam, yakni program umum dan program
khusus. Program umum meliputi seluruh organisasi, sedangkan program khusus hanya mencakup
kegiatan-kegiatan dari masing-masing bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
2.5. Kegunaan Perencanaan
Dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, perencanaan sangat penting sebab merupakan
fungsi dasar bagi fungsi-fungsi tersebut. Adapun kegunaan dari pada perencanaan adalah :
1. Mengurangi ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.
Waktu yang akan datang bersifat tidak statis, akan tetapi selalu bersifat dinamis dan
berubah-ubah, oleh karena itu diperlukan adanya perencanaan. Sebelum melakukan sesuatu
untuk waktu yang akan datang, lebih dulu dibuat suatu pedoman atau dasar atau standard dimana
standard ini dapat dipakai sebagai ukuran. Walaupun demikian sering terjadi bahwa kejadian-
kejadian di masa mendatang kurang sesuai atau timbul penyimpangan dari rencana semula.
Dalam hal ini, yang penting adalah memilih suatu cara yang dianggap paling tepat untuk
mencapai tujuan.
2. Mengarahkan Perhatian Pada Tujuan,
Perencanaan dibuat untuk digunakan sebagai penentu arah dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan mempunyai fungsi untuk
mengarahkan perhatian kepada tujuan tersebut. Perencanaan yang baik akan memberikan arah
dari masing-masing bagian dalam organisasi menuju kepada satu sasaran/tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Memperingan Biaya,
Dengan adanya perencanaan memungkinkan diadakan penghematan ongkos-ongkos,
sebab semua kegiatan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
4. Merupakan Sarana Untuk Mengadakan Pengawasan,
Hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang sulit untuk diukur keefektifannya tanpa
adanya perencanaan. Seperti telah di uraikan di muka, bahwa pengawasan dilakukan dengan
membandingkan apa yang telah dilakukan dengan apa yang telah direncanakan.
2.6. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan
Langkah-langkah yang harus diambil untuk menyusun perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan
Dibuat tujuan secara umum kemudian baru di pecah-pecah menjadi beberapa tujuan untuk
masing-masing bagian.Tujuan menggambarkan tentang apa yang diharapkan dapat dicapai dan
merupakan suatu titik akhir tentang apa yang dikerjakan.Selain itu tujuan menggambarkan pula
tentang apa yang harus dicapai setelah dibuatnya pola kerja(network) dari pada
kebijakan,strategi,prosedur,aturan,anggaran dan program.
2. Menyusun anggapan-anggapan (premising)
Menciptakan,mencari kesesuaian penggunaan dan menyebarkan anggapan perencanaan.Langkah
ini merupakan salah satu prinsip pokok dari perencanaan akan lebih tekoordinir apabila makin
banyak individu yang terlibat didalam perencanaan,dimana mereka berusaha untuk mengetahui
dan menggunakan anggapan secara acak.Anggapan yang dicari adalah anggapan yang
diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap suatu rencana.
3. Menentukan berbagai alternative tindakan
Ada cara-cara yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan dan ada pula ada yang sudah
sesuai.Agar tujuan tercapai sebaiknya dipilih cara-cara yang sesuai.
4. Mengadakan penilaian terhadap alternatif tindakan yang sudah dipilih.
Dalam langkah keempat ini dilakukan usaha-usaha untuk mencari alternatif mana yang akan
memberikan hasil maksimal dengan pengeluaran tertentu.
5. Mengambil keputusan
Setelah diadakan penilaian dengan mengadakan pembanding serta pertimbangan-pertimbangan
yang masak terhadap berbagai alternatif, barulah diambil keputusan tentang alternatif mana yang
diharapkan dapat mencapai tujuan.
6. Menyusun rencana pendukung
Di buatnya suatu perencanaan membutuhkan dukungan dari perencanaan yang lain. Contohnya
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) telah memutuskan untuk menambah kereta api baru
pada jalur-jalur di jawa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan angkutan kepada
masyarakat.Adanya rencana tersebut PJKA masih harus merencanakan jumlah kebutuhan tenaga
kerja yang melayani Kereta api tersebut , pemeliharaan, jadwal perjalanan.
2.7 Faktor Faktor yang membatasi perencanaan
Selain kebaikan, perencanaan juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Adanya kelemahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempunyai sifat membatasi perencanaan antara lain :
1. Sulitnya Mencari Anggapan Secara Teiliti
Kesulitan mencari anggapan secara teliti merupakan salah satu faktor yang membatasi
perencanaan. Keadaan mendatang yang penuh dengan ketidak pastian sulit untuk diramalkan
secara pasti dan tepat. Oleh karena itu anggapan-anggapan yang tepat pun sulit untuk ditentukan.
Sedapat mungkin diusahakan untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan namun
demikian kesalahan-kesalahan masih mungkin terjadi.
2. Perubahan Yang Sangat Cepat
Suatu kehidupan yang bersifat dinamis dapat dikatakan baik. Akan tetapi, jika perubahan
yang terjadi terlalu cepat, maka dapat menimbulkan berbagai kesulitan dalam menyusun suatu
perencanaan.jadi perubahan yang sangat cepat dapat membatasi perencanaan.
3. Kekakuan Internal
Kekakuan internal merupakan kekakuan yang tercipta dan berasal dari dalam organisasi
perusahaan dapat berupa kekakuan psikologis kekakuan karena adanya prosedur kebijaksanaan,
serta kekakuan sumberdaya dan dana.
a. Kekakuan Psikologis
Kadang - kadang orang kalau sudah mempunyai suatu pendapat sulit untuk di ubah demikian
pula cara berfikirnya. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa keadaan bersifat tidak statis
akan tetapi dinamis yang menuntut pula cara berfikir secara dinamis.
b. Kekakuan karena adanya prosedur kebijaksanaan
Sekali prosedur dan kebijaksanaan ini dibuat dan dapat diterima oleh orang banyak, maka
sulitlah untuk diubah. Ini disebabkan karena adanya perubahan akan menuntut pula adanya
penyesuaian. Sedangkan penyesuaian sangat mempengaruhi mereka secara psikologis.
c. Kekakuan sumber daya dan dana
Sekali modal ditanamkan pada aktiva tetap, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan di waktu mendatang menjadi sangat terbatas. Sedangkan investasi itu sendiri
seharusnya merupakan anggapan perencanaan.
4. Kekakuan Eksternal
Kekakuan eksternal ini sangat sulit untuk dikendalikan dan diawasi oleh para manager
karena sangat berkaitan dengan masalah-masalah social-politik, teknologi, kebudayaan, geografi,
perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian faktor tersebut sangat membatasi suatu
perencanaan.
5. Waktu dan Biaya
Waktu yang harus dikeluarkan untuk menyusun suatu peramalan, menilai berbagai
alternative atau aspek-aspek lain dari perencanaan dapat dikatakan tidak terbatas. Namun
kemampuan manusia untuk mengguanakan waktu yang ada sangat terbatas. Oleh karena itu perlu
diadakan prioritas mana yang perlu dkerjakan lebih dahulu. Jadi waktu yang tersedia untuk
menyusun perencanaan pun terbatas. Fator biaya perlu juga diperhatikan dalam menyusun
perencanaan. Faktor biaya ini sangat berkaitan dengan waktu. Makin lama waktu yang
dibutuhkan makin besar pula biayanya. Demikian pula sebaliknya yang dibutuhkan tidak terlalu
lama biayanya pun akan lebih rendah.
2.8 Hambatan dalam Penetapan dan Tujuan dan Perencanaan
1. Tujuan yang Tidak Tepat
Tujuan yang tidak tepat mempunyai banyak bentuk. Membayar deviden yang besar kepada
pemegang saham mungkin tidak jika dananya didapatkan dengan mengorbankan penelitian dan
pengembangan tujuan mungkin juga tidak tepat jika tujuan tersebut tidak dapat dicapai. Jika
Kmart menetapkan tujuan untuk memperoleh lebih banyak pendapatan dibanding Wal-Mart
tahun depan, karyawan perusahaan mungkin. Tujuan juga tidak tepat jika tujuan itu menepatkan
terlalu banyak penekanan pada ukuran kuantitatif maupun kualitatif dari keberhasilan.
2. Sistem Penghargaan yang Tidak Tepat
Dalam beberapa lingkungan, sistem penghargaan yang tidak tepat merupakan hambatan
dalam penetapan tujuan dan perencanaan.
3. Lingkungan yang Dinamis dan Kompleks
Sifat dari suatu lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi penetapan tujuan dan
perencanaan yang efektif. Perubahan yang cepat, inovasi teknologi, dan persaingan yang ketat
juga dapat meningkatkan kesulitan bagi suatu organisasi untuk secara akurat mengukur
kesempatan dan ancaman di masa mendatang
4. Keengganan untuk Menetapkan Tujuan
Hambatan lain terhadap perencanaan yang efektif adalah tujuan bagi mereka sendiri dan
untuk unit-unit yang merupakan tanggung jawab mereka. Alasan untuk ini mungkin adalah
kurangnya rasa percaya diri atau takut akan kegagalan. Jika seorang manajer menetapkan suatu
tujuan spesifik, ringkas, dan berhubungan dengan waktu, maka apakah ia mencapai atau tidak
mencapai tujuan tersebut akan tampak nyata. Manajer yang secara sadar atau tidak sadar
berusaha untuk menghindari tingkat tanggung jawab ini lebih mungkin untuk menghindari usaha
perencanaan organisasi. Pfizer, suatu perusahaan farmasi besar, mengalami masalah karena
manajernya tidak menetapkan tujuan untuk penelitian dan pengembangan. Sebagai akibatnya,
organisasi tersebut jauh tertinggal di belakang karena manajer tidak memiliki cara untuk
mengetahui seberapa efektif usaha penelitian dan pengembangan mereka sebenarnya.
5. Penolakan terhadap Perubahan
Hambatan lain dalam menetapkan tujuan dan perencanaan adalah penolakan terhadap
perubahan. Perencanaan pada intinya terkait dengan perubahan sesuatu dalam organisasi. Avon
Products hampir membuat dirinya sendiri bangkrut beberapa tahun yang lalu karena perusahaan
bersikeras melanjutkan kebijakan pembayaran deviden yang besar kepada para pemegang
sahamnya. Ketika laba mulai turun, manajer menolak memotong deviden dan mulai melakukan
pinjaman untuk membayar deviden tersebut. Hutang perusahaan meningkat dari $3 juta menjadi
$1,1 miliar dalam waktu delapan tahun. Pada akhirnya, manajer terpaksa menyelesaikan masalah
dan memotong deviden.
6. Keterbatasan
Keterbatasan (constraints) yang membatasi apa yang dapat dilakukan organisasi merupakan
hambatan utama yang lain.
2.9 Mengatasi Hambatan
1. Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk memperlancar penetapan tujuan dan proses perencanaan adalah
dengan maksud dasarnya. Manajer seharusnya juga mengetahui bahwa terdapat keterbatasan
pada efektivitas penetapan tujuan dan pembuatan rencana.Dan penetapan tujuan dan perencanaan
yang efektif tidak selalu memastikan keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian diharapkan
dari waktu ke waktu.
2. Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan dan rencana tersebut harus
dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam organisasi. Setiap orang yang terlibat dalam
proses perencanaan seharusnya tahu landasan apa yang mendasari strategi fungsional, dan
bagaimana strategi-strategi tersebut diintegrasikan dan dikoordinasikan. Orang-orang yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar
pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang hampir selalu memiliki
informasi yang berharga untuk disumbangkan / dan karena mereka yang akan
mengimplementasikan rencana / keterlibatan mereka sangat penting orang biasanya lebih
berkomitmen pada rencana yang pembentukannya mereka bantu. Bahkan ketika suatu organisasi
agar bersifat sentralistis atau menggunakan staf perencanaan, manajer dari berbagai tingkat
dalam organisasi seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan.
3. Konsistensi /revisi /dan pembaruan
Tujuan seharusnya konsisten baik secara horizontal maupun secara vertikal konsistensi
horizontal berarti bahwa tujuan seharusnya konsisten diseluruh organisasi / dari satu departemen
ke departemen lainnya. Konsistensi vertikal berarti bahwa tujuan seharusnya konsisten dari
atas hingga ke bawah organisasi : tujuan stategis, taktis, dan operasional harus selaras. Karena
penetapan tujuan dan perencanaan merupakan proses yang dinamis, tujuan dan perencanaan juga
harus direvisi dan diperbarui secara berkala. Banyak organisasi melihat perlunya merevisi dan
memperbarui dengan frekuensi yang semakin sering.
4. Sistem Penghargaan yang Efektif
Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan baik karena menetapkan tujuan dan
rencana yang efektif, maupun karena berhasil mencapainya. Karena kegagalan terkadang berasal
dari faktor-faktor di luar pengendalian manajemen, orang seharusnya dipastikan bahwa
kegagalan dalam mencapai tujuan tidak akan selalu memiliki konsekuensi hukuman.
2.10 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama
dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision). Defenisi-defenisi
Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
a. GRThery
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari
dua atau lebih alternatif yang ada.
Harold Koontz dan Cyril ODonnel Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-
alternatif mengenai sesuatu cara bertindak adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat
dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.
b. Theo
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak.
Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh
manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan
pemecahan masalah.
c. Drs.H.Malayu
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah
alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
d. Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran
proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku
organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
2.10.1 Tipe-tipe Keputusan
1. Keputusan Auto Generated
Keputusan semacam ini diambil dengan cepat dan kurang memperhatikan.,
mempertimbangkan data, informasi, fakta, dan lapangan keputusannya.
Keputusan auto generated ini kurang baik, sebab resikonya tinggi.
2. Keputusan Induced
Keputusan induced diambil berdasarkan scientific managemen atau managemen
ilmiah, sehingga keputusan itu logis, ideal, rasional untuk dilaksanakan dan
resikonya relative kecil, cuma proses pengambilan keputusan lebih lambat.
2.10.2 Proses Pembuatan Keputusan
1. Pemahaman dan perumusan masalah
manajer harus menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian
mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2. Pengumpulan dan analisa data yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat
keputusan yang tepat.
3. Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecenderungan membuat keputusan yang
cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap alternatif yang dipergunakan
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan
dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistik serta menilai seberapa baik alternatif
yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan alternatif terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidaksempurnaan
kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6. Implementasi keputusan
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang
diperlukan, serta menugaskan wewenang dan tanggung jawab pelaksana tugas, dengan
memperhatikan resiko dan ketidakpastian terhadap keputusan yang diambil.
7. Evaluasi atas hasil keputusan
Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan
lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
2.10.3 Pengambilan Keputusan
1) Syarat pengambilan keputusan
Untuk mengambil keputusan yang baik dan tepat tidaklah mudah harus mempertimbangkan
berbagai faktor yang ada terutama faktor-faktor yang mempunyai hubungan langsung maupun
tidak terhadap pengambilan keputusan tersebut. Pengambilan keputusan yang efektif
memerlukan adanya pemilihan tindakan yang rasional. Untuk bertindak maupun mengambil
keputusan secara rasional tersebut membutuhkan beberapa syarat, antara lain:
a. Harus berusaha untuk dapat mencapai suatu tujuan yang tidak terpenuhi tanpa melalui tindakan
yang positif.
b. Harus dapat mengetahui dangan jelas tentang tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai beserta
segala kekurangannya.
c. Harus mempunyai kemampuan untuk mengadakan analisis dan penilaian berbagai alternative
sesuai dengan tuntutan-tuntutan untuk mencapai tujuan.
d. Harus bersikap optimis dan mempunyai kemauan yang kuat untuk memilih alternative yang
paling baik.
2) Alat pengambil keputusan
Untuk mengambil keputusan yang rasional perlu digunakan alat-alat seperti operation
research, teori probabilitas dan linear programming. Selain ketiga macam alat pengambilan
keputusan diatas masih terdapat beberapa teknik yang dipakai untuk memperbaiki kualitas
pengambilan keputusan pada keadaan yang sifatnya tidak pasti tetapi masih berada didalam
batas-batas kewajaran. Alat-alat tersebut adalah :
1. Analisis rasio
Setiap keputusan yang di ambil dapat didasarkan pada interaksi beberapa variable kritis,
beberapa diantaranya merupakan unsur ketidakpastian dan sebagian yang lain mungkin memiliki
tingkat probabilitas yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan untuk memasarkan produk baru
kepasar misalnya, tergantung kepada beberapa variable kritis berikut :
a. Biaya pengenalan,
b. Biaya produksi
c. Investasi modal yang dibutuhkan
d. Harga dan
e. Market share yang dapat dicapai.
Sebagai contoh, biaya pengenalan, biaya operasi dan biaya investasi masing-masing
mempunyai kemungkinan 90% teliti, perkiraan harga 79% betul, dan market share 60% betul.
Dari angka-angka tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa probabilitas semua variable kritis
hanya sebesar 30,6% (angka 30,6% dicari 0,9 x 0,9 x 0,9 x 0,7 x 0,6).
2. Pohon keputusan(decision tree)
Cara lain yang dapat ditempuh untuk menganalisa keputusan adalah dengan jalan melihat
berbagai kemungkinan arah yang dapat di ambil dari berbagai jenis keputusan. Masalah ini tidak
dapat dilepaskan dari kondisi waktu yang akan datang. Jadi, suatu keputusan yang diambil dapat
menimbulkan berbagai akibat dan kemungkinan.
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama
dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini,
perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis, bukan hanya
dengan firasat (dugaan).
Dalam perencanaan terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan organisasi
dan perencanaan kontijensi. Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3 yaitu perencanaan
strategis, taktis dan operasional. Adapun kerangka waktu dalam perencanaan organisasi yaitu
sebagai berikut : rencana jangka panjang, jangkah menengah, dan jangka pendek.
Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan. Hambatan
tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang tidak tepat, penolakan
terhadap perubahan dan keterbatasan.
Perencanaan sangat dikaitkan dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
tidaklah mudah dibutuhkan berbagai alasan-alasan yang bisa menentukan keputusan tersebut.
Dalam merencanakan suatu keputusan semua harus berorientasi kearah yang bisa
menguntungkan satu sama lain dan harus melihat kekurangan-kekurangan yang akan putuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE Yogyakarta
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga Jakarta
Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga Jakarta
http://mbegedut.blogspot.com/2011/09/contoh-makalah-perencanaan-dalam.html