34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, patogen, gulma, atau karena faktor- faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman. Akibat gangguan tersebut seorang peneliti dari india pernah menyatakan bahwa kerugian tanaman akibat gangguan gulma 33%, patogen 26%, serangan hama 20%, tikus 6%, dan kerusakan di penyimpanan sekitar 7%. Jika gangguan tanaman tersebut mengganggu secara serentak maka kerugian tanaman dapat mencapai 92%. Hal ini belum termasuk gangguan karena faktor lingkungan. Tanaman semusim seperti padi, kedelai, jagung dan sebagainya keadaan ekologinya berubah-ubah terus. Hal tersebut mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasit, dan patogen). Berbeda dengan tanaman tahunan yang ekosistemnya sudah stabil , sehingga keseimbangan populasi hama dan musuh alami terjadi, dan hama hampir tidak pernah meledak karena adanya musuh alami. Pada tanaman semusim, sering terjadi pemutusan masa bertanam yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami.jadi, perkembangan hama meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam. Bersamaan dengan itu orang lalu menggunakan pestisida secara berlebihan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya resistensi pada hama, kematian musuh alami, timbulnya hama baru karena tidak 1

Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, pemanenan,

hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, patogen, gulma, atau

karena faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman. Akibat gangguan tersebut

seorang peneliti dari india pernah menyatakan bahwa kerugian tanaman akibat gangguan gulma

33%, patogen 26%, serangan hama 20%, tikus 6%, dan kerusakan di penyimpanan sekitar 7%.

Jika gangguan tanaman tersebut mengganggu secara serentak maka kerugian tanaman dapat

mencapai 92%. Hal ini belum termasuk gangguan karena faktor lingkungan.

Tanaman semusim seperti padi, kedelai, jagung dan sebagainya keadaan ekologinya

berubah-ubah terus. Hal tersebut mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi

hama dan musuh alami (predator, parasit, dan patogen). Berbeda dengan tanaman tahunan yang

ekosistemnya sudah stabil , sehingga keseimbangan populasi hama dan musuh alami terjadi, dan

hama hampir tidak pernah meledak karena adanya musuh alami. Pada tanaman semusim, sering

terjadi pemutusan masa bertanam yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh

alami.jadi, perkembangan hama meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam.

Bersamaan dengan itu orang lalu menggunakan pestisida secara berlebihan yang akhirnya

mengakibatkan terjadinya resistensi pada hama, kematian musuh alami, timbulnya hama baru

karena tidak adanya musuh alami, dan hama berusaha meningkatkan keturunannya karena

generasinya terancam punah, terjadilah ledakan hama seperti wereng coklat pada padi.

Demikian besarnya peran gangguan tanaman bagi kehidupan manusia, tetapi masih

banyak orang yang belum sadar akan kerugian tersebut, pengetahuan tentang hama, patogen, dan

gulma dan cara pengendalianya masih belum banyak di ketahui.

Pada umumnya masih banyak petani yang belum tahu jelas perbedaan hama dan

penyakit, sehingga pada waktu akan memberantas hama keliru dengan mengatakan penyakit.

Akibatnya, obat yang di gunakan bisa keliru, misalnya memberantas ulat dengan fungisida,

Binatang di kelompokan dalam beberapa golongan penting yang dalam bahasa latin

disebut phylum. Di antaranya phylum chordata, yaitu binatang yang bertulang belakang,

misalnya: kera, babi hutan,tikus burung dan kalong. Phylum arthopoda. Phlum ini adalah

1

Page 2: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

phylum yang terbesar di banding dengan phylum yang lainya, binatang ini badanya beruas-ruas

(ber-segmen), misalnya tunggau dan serangga. Phylum annelida, misalnya : cacing tanah dan

nematoda. Phylum mollusca misalnya : siput dan bekicot.

1.2 Tujuan

Adapun yang menjdi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Ingin mengetahui apa yang dimadsud dengan Pengendalian OPT Secara Terpadu Sesuai

Konsep PHT.

2. Ingin mengahui apa yang dimaksud dengan Pencegahan OPT berkembang melalui

program Pengelolaan Lingkungan Sehat.

3. Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan pergiliran tanaman.

4. Ingin memgetahui Sanitasi Lingkungan Sehamparan

5. Ingin mengetahui pengertian dari Hygienic Farming

1.3 Manfaat

1. Terketahuinya pengendalian OPTsecara terpadu sesuai dengan konsep PHT.

2. Terketahuinya Pencegahan OPT berkembang melalui program Pengelolaan Lingkungan

Sehat.

3. Terktahuinya pengertian pergiliran tanaman

4. Dapat diketahuinya pengertian dari sanitasi lingkungakan sehamparan

5. Dapat diketahui pengertian dari Hygienic Farming

1.3 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penulisan makah ini adalah:

1. Bagaimana cara pengendalian OPT secara terpadu sesuai dengan konsep PHT.

2. Bagaimana cara Pencegahan OPT berkembang melalui program Pengelolaan Lingkungan

Sehat.

3. Apa yang dimadsud dengan pergiliran tanaman

4. Bagaimana dampak dari sanitasi lingkungakan sehamparan

5. Apa yang dimaksud dengan Hygienic Farmin.

2

Page 3: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian OPT Secara Terpadu Sesuai Konsep PHT

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah Sistem pengendalian hama yang dapat

dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi berbagai pengendalian yang

kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak negatif terhadap

lingkungan sekecil-kecilnya.

Perlindungan tanaman merupakan bagian dari sistem budidaya tanaman yang bertujuan

untuk membatasi kehilangan hasil akibat serangan OPT menjadi seminimal mungkin, sehingga

diperoleh kwalitas dan kwantitas produksi yang baik. Sejak Pelita III pemerintah telah

menetapkan sistem PHT sebagai kebijakan dasar bagi setiapprogram perlindungan tanaman,

dasar hukum PHT tertera pada GBHN II dan GBHN IV serta Inpres 3/1986 yang kemudian lebih

dimantapkan melalui UU No.12/1992 tentang sistem Budidaya Tanaman ( Anonimous, 1994).

Konsep PHT merupakan suatu konsep atau cara pendekatan pengendalian hama yang

secara prinsip berbeda dengan konsep pengendalian hama konvensional yang selama ini sangata

tergantung pada pestisida. Konsep ini timbul dan berkembang di seluruh dunia kerena kesadaran

manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat bagi lingkungan hidup dan

kesejahteraan masyarakat. Konsep PHT sangat selaras dengan pertanian berkelanjutan, yaitu

pertanian yang memenuhi kebutuhan kini tanpa berdampak negative atas sumber daya fisik yang

ada, sehingga tidak membahayakan kapasitas dan potensi pertanian masa depan untuk

memuaskan aspirasi kebendaan dan lingkungan generasi mendatang. Dalam pertanian

berkelanjutan mencakup konsep antara lain;

1. Meminimumkan ketergantungan pada energi, mineral dan sumber daya kimiawi yang

tidak terbarukan

2. Produksi pertanian mantap tinggi

3. Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat

4. Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan

5. Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang

berlebihan (Anonimous, 2004 ).

6. Harus mempertahankan kecukupan habitat bagi kehidupan alami,

3

Page 4: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

7. konservasi sumber daya genetik dalam species tumbuhan dan hewan yang diperlukan

pertanian

8. sistem pertanian harus mampu mempertahankan produksi sepanjang waktu menghadapi

tekanan-tekanan ekologi, sosial dan ekonomi, dan

9. kegiatan produksi jangan sampai menguras sumber daya terbarukan.

Secara ekonomi kebijakan pemerintah sebelum tahun 1989 memberikan subsidi yang

besar untuk Pestisida sebesar antara 100 – 150 juta US$ atau sekitar 150 milyar rupiah pertahun,

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kembali

efisiensi dan efektifitas pengendalian serta untuk membatasi pencemaran lingkungan maka

kebijakan dan pengendalian secara konvensional harus dirubah menjadi pengendalian

berdasarkan konsep dan prinsip PHT. Kemudian secara bertahap subsidi pestisida di cabut, dan

baru tahun 1989 subsidi tersebut sepenuhnya dicabut, metoda yang cukup baik dan mudah

dilaksanakan melalui pola Sekolah Lapang PHT ( SLPHT) dengan menganut pola pendidikan

orang dewasa yaitu belajar dari pengalaman sendiri langsung di lapang (Anonimous,2004).

Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu : Petani,Komoditi dasil

pertanian dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian berlangsung, disamping

pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan produksi serta

pendapatan petani, pengembangan komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor

yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan pembinaan

terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya

dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah ( Kusnadi, 1980).

Sejalan dengan kemajuan teknologi maupun perkembangan struktur sosial, ekonomi dan

budaya teknologi baru di pedesaan dapat membantu warga desa dalam meningkatkan

usahataninya dalam arti memperbesar hasil, meningkatkan pengelolaan untuk mendapatkan atau

nafkah dalam usahataninya tersebut atau dalam usahatani lainnya, sedangkan teknologi adalah

merupakan pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam menggali sumber daya

alam dan memanfatkanya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka ( Anonimous,1988).

Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah upaya yang terencana dan

terkoordinasi untuk melembagakan penerapan prinsip-prinsip PHT oleh petani dalam

usahataninya serta memasyarakatkan pengertian-pengertian PHT dikalangan masyarakat umum

dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4

Page 5: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat

serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan menggunakan salah satu atau lebih

dari berbagai teknik pengendalia yang dikembangkan dalam satu kesatuan, untuk mencegah

timbulnya kerugian secara ekonomis dan erusakan lingkungan hidup. (Anonimous, 1994)

Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah :

1. Menjamin kemantapan swasembada pangan.

2. Menumbuhkan Kreativitas, dinamika dan kepemimpinan petani.

3. Terselenggaranya dukungan yang kuat atas upaya para petani dalam menyebarluaskan

penerapan PHT sehingga dapat tercipta pemabngunan pertanian yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

Usaha pokok Pengendalian Hama Terpadu (PHT):

1. Mengembangkan sumberdaya manusia antara lain menyelenggarakan pendidikan formal

dan non formal bagi petani dengan pola Sekolah Lapangan PHT, dan pelatihan bagi

petugas terkait yakni Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), Penyuluh Pertanian dan

Instansi terkait lainya.

2. Mengadakan studi-studi lapangan dan penelitian yang memberikan dukungan atas

strategi, pengembangan metode, dan penerapan PHT untuk tanaman padi dan palawija

lainya.

3. Memperkuat kebijaksanaan, pengaturan dan penyelenggaraan pengawasan terhadap

pengadaan, pembuatan, peredaran serta pemakaian pestisida yang berwawasan

lingkungan.

4. Memasyarakatkan pengembangan konsep PHT di Indonesia

2.2 Pencegahan OPT berkembang melalui program Pengelolaan Lingkungan Sehat

Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi

tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama

sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan

dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau

menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis,

biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan

pertnian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat.

5

Page 6: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

1. Pengendalian Fisik Dan Mekanik

Pengendalian fisik dan mekanik memiki tujuan langsung dan tidak langsung. Diantaranya

mematikan hama, menggangu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain dan diluar

pestisida, dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang

sesuai bagi kehidupan hama.

Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk

mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya

yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh

tentang ekologi serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan

terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin

Pengendalian secara fisik dan mekanik antara lain adalah dengan cara penggunaan

penghalang fisik, pembakaran, Organisme Penganggu Tanaman pemanasan, gelombang suara,

radiasi cahaya, lampu perangkap, pengapasan, dan lain – lain. Pengendalian hama dan gulma

secara manual atau dengan menggunakan alat dan mesin pertanian juga dapat digolongkan

sebagai cara pengendalian mekanik.

Cara pembasmian hama dan penyakit secara fisik-mekanik

1. Pemangkasan lokal ; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil

pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu

dilakukan pembakaran.

2. Penggunaan penghalang fisik ; sering dilakukan untuk melindungi tanaman dari serangan

hama hewan besar, seperti babi hutan. Tanaman juga kadang harus dipagari agar

terhindar dari ternak ruminansia. Buah – buahan seperti mangga (Mangifera indica),

belimbing (averrhoa carambola), dan jambu biji (psidium guajava) sering dibungkus

untuk menghindari serangan lalat buah Bactrocera spp.

3. Ditebang ; jika intensitas serangan tinggi (hampir semua bagian tanaman diserang/>70 %

bagian tanaman diserang) atau sudah sangat parah dan tanaman berumur lebih dari 5

tahun, maka dilakukan tebangan D2 penyakit. Prosedur penebangan mengikuti prosedur

tebangan yang sudah ada.

4. Pembakaran ; dilakukan sebagai upaya pembasmian hama atau patogen pada tanaman

yang tidak mungkin lagi dapat diselamatkan. Pembakaran gulma juga sering dilakukan

petani. Pembakaran sebagai upaya pengendalian hama, patogen, dan gulma harus

6

Page 7: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa musuh alami hama dan mikroorganisme

yang bermanfaat perlu untuk dilindungi.

5. Pemanasan ; dilakukan untuk pengendalian hama atau patogen yang menyerang hasil

tanaman yang disimpan di gudang. Pemanasan tidak dapat dilakukan terhadap tanaman

yang sedang aktif tumbuh, karena pemanasan dapat meyebabkan denaturasi enzim

sehingga mengganngu metabolisme tanaman.

6. Pemberian abu kayu pada serangan rayap

7. Pengambilan menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan belalang,

dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.

8. Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-Jawa) pada hama belalang.

9. Penggunaan suara ; sebagai cara pengendalian hama lebih bersifat pengendalian sesaat,

misalnya dilakukan untuk mengusir burung yang sedang atau hendak menyerang

tanaman. Pengendalian dengan suara atau bunyi – bunyian ini harus dilakukan secara

aktif oleh petani karena efektivitasnya yang bersifat sesaat tersebut.

10. Cara lain mengoyang-goyangkan pohon, menyikat, mencuci, memisahkan bagian

tanaman terseranga, memukul, mengunakan alat penghisap serangga, dll.

2. Dengan Mengunakan Musuh Alami (Predator)

Musuh alami merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT),

sehingga penelitian pemanfaatan musuh alami (predator, parasitoid dan patogen) sangat penting

untuk mendukung keberhasilan pengendalian hama tanaman yang berwawasan lingkungan.

Mengunakan insetisida yang berlebihan akan merussak keseimbangan alami. Serangga

yang bermanfaat terbasmi bersama-sama dengan serangga penggangu. Tetapi serangan serangga

penggangu lebih tahan terhaap serangga yang bermanfaat.hasilnya lebih besar kerugian yang

terjadi lebih bayak serangga yang menjadi resisten.

Hama dan penyakit tanaman dapat ditekan dengan mempertahankan keseimbangan

ekologi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mendorong perkembangan musuh alami. Tanaman

yang kuat dan sehat serta kondisi lahan yang bersih merupakan bentuk pemeliharaan yang

bersifat pencegahan. Tanaman yang pertumbuhanya sehat mempunyai kemampuan yang lebih

baik dan menekan serangan hama dan penyakit dari pada tanaman yang kurang sehat.

Oleh: Herminanto, Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto Filum Arthropoda sebagian

7

Page 8: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

berperan sebagai mangsa dari sejumlah hewan predator yang terdiri atas arthropoda lain dan

spesies bukan arthropoda. Ikan dan kadal memangsa nyamuk, katak besar mengkonsumsi

scarabidae, burung mynah memakan belalang, itik memakan wereng dsb.

Menurut ahli hama yang pernah mendatangkan predator dan prasit kutu loncat dari

Hawaii ini, dengan musuh alami produksi tanaman tetap mantap, lingkungan dan petani tetap

sehat. Dan subsidi pemerintah bisa dikurangi.

Sebagian predator nampak gesit, pemburu yang rakus, secara aktif mencari mangsa di

tanah atau pada vegetasi, seperti dilakukan oleh kumbang buas, serangga sayap jala (lacewing)

dan tungau, atau menangkap mangsa ketika terbang seperti dilakukan oleh capung (dragonfly)

dan lalat perompak (robberfly). Lalat predator lain, Ischiodon scutellaris, larvanya bertindak

sebagai predator dan dewasa hidup mengonsumsi nektar.

Kebanyakan spesies bersifat predator pada stadia muda maupun dewasa, namun ada yang

menjadi predator pada stadia larva saja, sedangkan imago mengkonsumsi madu atau lainnya.

Adapula spesies bukan predator terutama betina, mencari mangsa untuk larvanya dengan

meletakkan telur di dekat mangsa, karena larva sering tidak dapat mencari pakan sendiri. Lalat

syrphidae misalnya, meletakkan telur di dekat koloni aphids yang berguna sebagai sumber

makanan saat telur menetas menjadi larva yang buta dan tidak berkaki.

2.3 Peramalan OPT Untuk Antisipasi Pencegahan Dan Pengendalian

Perlindungan tanaman sebagai bagian integral dari sistem produksi tanaman, mempunyai

peran dalam mendukung keberhasilan proses produksi tanaman, terutama dalam memantapkan

produktivitas melalui upaya penekanan kehilangan hasil akibat serangan OPT, meningkatkan

kualitas hasil yang memiliki daya saing tinggi dan aman dikonsumsi, serta menciptakan suatu

sistem produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Faktor lainnya yaitu iklim dan cuaca, selain menyebabkan bencana alam baik banjir

maupun kekeringan, juga mempengaruhi perkembangan OPT, terutama terhadap intensitas

serangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal perlu diupayakan

tindakan pengendalian tepat sesuai prinsip PHT dengan melibatkan berbagai pihak terkait

terutama kelompok tani secara terencana dan berkesinambungan( dari berbagai sumber 2010)

Bila tanaman padi muda terserang, menjadi berwarna kuning, pertumbuhan terhambat

dan tanaman kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman menjadi putih, kering dan

8

Page 9: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi

oleh jamur, yang berkembang pada sekresi embun madu serangga. Serangga hama wereng coklat

di Indonesia telah diketahui sejak sebelum perang dunia ke-II dengan luas daerah serangan yang

terbatas.

1. Perubahan Biotipe

Perubahan biotipe wereng coklat ini sebenarnya terjadi melalui seleksi alam. Dalam

pertanaman padi yang intensif, penggunaan insektisida yang tidak tepat mematikan musuh alami

tapi tidak mematikan telur dan nimfa wereng secara keseluruhan. Wereng yang selamat

merupakan wereng yang secara genetik memang terseleksi dari lingkungan yang tidak

menguntungkan. Hal ini mungkin terjadi karena populasi wereng coklat yang tinggi

menyebabkan keragaman genetik yang berbeda. Intensifikasi dengan varietas lokal yang unggul,

memunculkan biotipe I yang dapat memusokan sawah. Kemudian diperkenalkan IR 26, dengan

gen resistensi Bph 1 ( Bph = Brown Plant Hopper ), tapi kemudian muncul biotipe 2 .

Selanjutnya dikenalkan IR 36 dengan gen resisten Bph 2 yang semula resisten terhadap biotipe 2

ternyata bisa dipatahkan dengan muculnya biotipe 3 yang latent.

Lalu diper-kenalkan IR 56 dengan gen resisten Bph 3, tetapi kembali pertanaman yang

monokultur dan terus-menerus meng-akibatkan gen resisten Bph 3 patah kembali. Kemudian

diperkenalkan IR 64 dengan gen resistens Bph 4 yang tahan terhadap serangan wereng coklat

biotipe 3 sampai sekarang.

Jadi dari penjelasan diatas bisa diambil kesimpulan jika pengunaan pestisida terus-

menerus secara tidak tepat waktu dan guana akan memunculkan hama dan penyakit yang lebih

kebal dan meningkatkan populsinya semakin banyak. Salah satunya cara adalah dengan

melakuakan PHT yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah pengendaliah hama dengan cara

fisik dan mekanik dan secara biologi maupun memanfaaatkan musih alamai.

3. Pencegahan

Tindakan pencegahan yang hanya mengandalkan sepenuhnya pada pengendalian wereng

pada penanaman varietas tahan saja, ternyata tidak mencegah eksplosi serangan. Harus diikuti

tindakan lain, seperti pergiliran antar varietas dan antar tanaman. Sedangkan peng-gunaan

insektisida, hanya dibatasi pada saat diperlukan, tapi bukan untuk pencegahan. Varietas padi

yang tahan saat ini baru mampu dibuat dari satu gen resisten saja. Memang resistensinya sangat

tinggi terhadap serangan wereng, tetapi tidak bisa bertahan lama karena sifat wereng yang hanya

9

Page 10: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

makan padi dengan keraganan genetik yang tinggi. Sampai saat ini sudah empat gen resisten

wereng coklat yang ditemukan yaitu Bph 1, Bph 2, Bph 3 dan Bph 4.

Penggunaan pestisida selalu membawa empat resiko yakni resistensi terhadap hama dan

penyakit, munculnya hama dan penyakit baru akibat matinya musuh alami, resurjensi ( hama

penyakit tersebut makin meningkat populasinya, juga disebabkan oleh matinya musuh alami

akibat pestisida yang disemprotkan ) dan keracunan lingkungan. Setelah sekitar lima puluh tahun

pestisida diperkenalkan, kini ditemukan pestisida generasi ketiga yang cara kerjanya tidak

langsung mematikan serangga, tetapi merusak atau mengganggu proses fisiologis serangga.

Salah satunya adalah buprofezin, yang dihasilkan Jepang, Mampu menahan telur wereng

menetas dan nimfanya berganti kulit. Karena tidak bisa berganti kulit, padahal nimfa ini perlu

bertambah besar untuk menjadi dewasa, maka nimfa tersebut akan mati.

Namun demikian pestisida ini mempunyai kendala utama yakni saat pemberiannya yang

harus tepat. Hal ini berhubungan dengan periode migrasi wereng dewasa bersayap panjang

(makro-ptera) pada awal pem-bentukan anakan. Setelah menetap, wereng coklat mulai

berkembang biak satu atau dua generasi pada tanaman padi stadia vegetataif, tergantung saat

migrasinya jika terjadi 2-3 Minggu Setelah Tanam ( MST ), imigran berkembang biak dua

generasi.

Puncak populasi nimfa generasi pertama dan ke dua berturut-turut muncul pada umur

padi 5-6 MST dan 10-11 MST. Bila imigrasi terjadi setelah padi umur 5-6 MST, puncak populasi

nimfa hanya satu kali, yaitu 9-10 MST. Serangga dewasa yang muncul setelah padi berumur 7

MST, umumnya bersayap pendek (brak-hiptera) yang tidak dapat bermigrasi dan bertelur

ditempat asal. Setelah itu, akibat tekanan populasi, yang muncul adalah makroptera yang

jumlahnya meningkat saat tanaman memasuki stadium pembungaan.

Makroptera inilah yang bermigrasi mencari tanaman padi muda baru di dalam

jangkauannya. In-sektisida selain buprofezin, yaitu yang berbahan aktif karbonat digunakan pada

saat padi berumur 8-11 MST. Di sinilah tampak pentingnya pengamat-an hama, untuk

mendeteksi jumlah populasi wereng coklat dewasa

2.4 Rotasi Tanaman / Multiple Cropping

Prinsif dari pergiliran tanaman adalah memutuskan daur hidup hama tertentu berdasarkan

ruang dan waktu tanaman inang. Pemutusan daur hidup mengunakan tanaman bukan iniang

10

Page 11: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

merupakan salah stu cara dalam menurunkan serangan hama. Menanam jenis hama secara

bergilir akan menurunkan serangan hama, disamping itu, perlu dipilih tanaman yang mempunyai

resiko serangan hama yang redah.

Cara terbaik untuk memilih tanaman yang akan bergilir adalah mengunakan tanaman

jenis berbeda. Pergiliran tanaman cukup efektif dalam menekan serangan hama yang berasal dari

dalam tanah termasuk nematode dll.

Cara penanaman yang tepat akan mencegah kemungkinan akan terjadinya serangn hama.

Pada umumnya ledakan serangan hama selalu berhubungan dengan kondisi alam tetentu. Untuk

itu harus dihindara saat tanama dan saat tanaman lemah terhadap serangan hama yang bersamaan

kemungkinan terjadi serangan ledakan hama. Dalam hal itu diperlukan pengetahua daur hidup

hama untuk menentukan saat tanam yang tepat dan sekaligus mengendalikan hama. Karena tidak

ada rumusan yang pasti dalam usaha preventif dalam pengendalian ham, maka pengamatan

secara bekala sangat iperlukan dalam untuk mengetahui ledankan serangan hama.

Kebanyakan para petani di Asia Tenggra yang masih melaksanakan pertanaia secara

tradisional, hanya melaksanakan penanaman satu kali, selama musim penghujan untuk

memotong daur hidup hama pengerek batang. Didiberapa Negara Afrika petani hanya menanam

jagung dipuncak penghujan. Apabila hujan sedikit maka tanaman jagung peka akan serangan

resiko tingi terhadap hama pengerek batang.

2.5 Penggunaan Pestisida Secara Rasional

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah bagaimana cara mengatasi masalah OPT

tersebut dengan pestisida sintetis. Di satu pihak dengan pestisida sintetis, maka kehilangan hasil

akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di pihak lain, tanpa

pestisida kimia akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat

dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju,

tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi

syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.

Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun, menghambat

pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang biakan, mempengaruhi

hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lainnya

11

Page 12: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

yang mempengaruhi OPT. Tidak kita pungkiri bahwa dengan pestisida sintetis telah berhasil

menghantarkan sektor pertanian menuju terjadinya “revolusi hijau”, yang ditandai dengan

peningkatan hasil panen dan pendapatan petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa

mencapai swasembada pangan pada tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai

adalah berproduksi cepat dan tinggi, sehingga diperlukan teknologi masukan tinggi diataranya

penggunaaan varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan

penyakit dengan obat-obatan kimia.

Pada tahun ini konsepsi untuk menanggulangi OPT ialah pendekatan UNILATERAL,

yaitu menggunakan satu cara saja, PESTISIDA. Ketika itu pestisida sangat dipercaya sebagai

“ASURANSI” keberhasilan produksi; tanpa pestisida produksi sulit atau tidak akan berhasil.

Karena itu pestisida disubsidi sampai sekitar 80 % dari harganya, hingga petani dapat

membelinya dengan harga “murah”. Sistem penyalurannyapun diatur sangat rapih dari pusat

sampai ke daerah-daerah. Pestisida diaplikasikan menurut jadwal yang telah ditentukan, tidak

memperhitungkan ada hama atau tidak.

Pemikiran ketika itu ialah “melindungi” tanaman dari kemungkinan serangan hama.

Promosi pestisida yang dilakukan oleh para pengusaha pestisida sangat gencar melalui

demontrasi dan kampanye. Para petani diberi penyuluhan yang intensif, bahwa hama-hama harus

diberantas dengan insektisida. Dalam perlombaan hasil intensifikasi, frekuensi penyemprotan

dijadikan kriteria, makin banyak nyemprot, makin tinggi nilainya.

Konsekuensi Lingkungan Dari Penggunaan Pestisida. Ternyata, puncak kejayaan

pestisida sekitar tahun 1984-1985 telah membawa dampak yang sangat dahsyat terhadap

ekosistem yang ada. Meskipun penggunaan pestisida makin ditingkatkan , masalah hama-hama

terutama wereng tidak dapat diatasi, malah makin mengganas. Kita tidak sadar, bahwa

mengganasnya hama wereng tersebut akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Pestisida

juga menimbulkam masalah lingkungan seperti matinya makhluk bukan sasaran (ikan, ular,

katak, belut, bebek, ayam, cacing tanah dan serangga penyerbuk) dan musuh alami (predator,

parasitoid), residu pestisida dalam bahan makanan, pencemaran air, tanah, udara dan keracunan

pada manusia serta ongkos produksi yang sangat mahal dan sia-sia.

Tentunya timbul pertanyaan, dimana letak pestisida dalam konsep PHT. Apakah Pestisida

masih diperlukan ? Jawabannya masih diperlukan tetapi sangat selektif tetapi sasaran kualitas

12

Page 13: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

dan kuantitas produksi pertanian masih tetap tinggi. Pestisida hanya diperlukan pada waktu

mekanisme kesetimbangan ekosistem terganggu oleh sesuatu sebab yang mengakibatkan

populasi hama meningkat sampai melalui ambang ekonomi. Selama populasi hama masih berada

di bawah ambang ekonomi, maka penggunaan pestisida secara rasional ekonomik dianggap

mendatangkan kerugian dan secara ekologik penggunaan pestisida pada aras tersebut akan

mengganggu bekerjanya proses pengendalian alami.

Peramalan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit. Peramalan terhadap serangan hama

penyakit untuk mengetahui dinamika populasi HPT yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

menentukan cara pengendalian HPT. Pengendalian HPT berpedoman pada ambang kendali

dimaksudkan untuk menentukan saat pengendalian HPT secara tepat, memberikan hasil yang

maksimal dan menghemat penggunaan pestisida.

Pengendalian Hama Penyakit Secara Biologi Secara alami tiap spesies memiliki musuh

alami (predator, parasit, dan patogen) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama

tanaman. Peningkatan penggunaan pestisida hayati dengan bahan aktifnya jasad renik penyebab

penyakit hama khususnya serangga akan mengurangi ketergantungan terhadap insektisida

kimiawi.

2.6 Sanitasi Lingkungan Sehamparan

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang

disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung

dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia.

Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan

limbah, pengelolaan sampah, kontrol vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah,

sanitasi makanan, serta pencemaran udara.

Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di

Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit

menular di masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit

degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah,  Diare, Kusta, serta

Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.

13

Page 14: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

Sanitasi sehamparan dalam bidang pertanian yanitu diaman merupakan salah satu

tindakan manusaia yang besifaat bersih dan tidak mengunakan bahan asptik seperti pestisida

dalam menjaga kebersihan lingkunagn yang ada seperti contonya:

1. Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat

1. Membersihkan dan memperbaiki lingkungan di sekitar areal pertanaman padi, seperti:

semak belukar, tanggul-      tanggul saluran irigasi dan pematang sawah sehingga tikus

merasa tidak nyaman untuk berlindung dan berkembang biak.

2. Memperkecil ukuran pematang sawah (tinggi dan lebar + 30 cm) dapat menghambat

perkembangan populasi tikus      karena tikus tidak nyaman untuk membuat sarang

2. Kultur teknis

Musim tanam yang teratur dan terjalinnya kebersamaan antar petani dalam setiap

kelompok tani serta kebersamaan antar kelompok tani dalam satu hamparan sehingga tumbuh

kebiasaan bertanam serentak, penanaman varietas yang sama setiap musim (waktu panennya

sama), pengaturan pola tanam, waktu tanam, dan jarak tanam.

1. Pengaturan pola tanam. Pada lahan sawah irigasi dilakukan pergiliran tanaman, seperti:

padi-padi-palawija,      padi- padi- bera, padi-palawija ikan-padi. Ini akan mengakibatkan

terganggunya siklus hidup tikus akibat      terbatasnya ketersediaan makanan.

2. Pengaturan waktu tanam. Penanaman padi sawah yang serentak pada satu hamparan

(minimal 100 hektar) dapat      meminimalkan kerusakan karena serangannya tidak

terkonsentrasi pada satu lokasi tetapi tersebar sehingga      kerusakan rata-rata akan lebih

rendah

3. Pengaturan jarak tanam. Bertujuan menciptakan lingkungan terbuka sehingga tikus tidak

merasa puas dalam mencari     makanan. Penanaman padi agak jarang atau sistem tanam

jajar legowo (bershaf) kurang disukai oleh tikus sawah (suasana terang) karena takut

adanya musuh alami (predator).

14

Page 15: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

3. Fisik dan mekanis

Secara fisik dengan mengubah lingkungan fisik seperti: suhu, kelembaban, cahaya, air,

dll sehingga tikus menjadi jera atau mengalami kematian karena adanya perubahan faktor fisik.

Secara mekanis, dengan menangkap dan membunuh tikus secara langsung atau menggunakan

alat seperti cangkul, kayu pemukul, alat perangkap, penyembur api (solder) dan emposan atau

fumigasi. Kelebihan cara ini, yaitu:

(1) sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal;

(2) Dapat menurunkan populasi tikus secara nyata; dan

(3) meningkatkan kebersamaan petani.

Sedangkan kelemahan cara ini, yaitu:

(1) memerlukan tenaga kerja relatif banyak;

(2) memerlukan kebersamaan antar petani; dan

(3) menimbulkan kerusakan lingkungan seperti terbongkarnya pematang sawah, rusaknya

saluran irigasi, tanggul, dsb.

4. Biologis

Musuh alami tikus biasanya adalah: burung hantu, ular, anjing, dan kucing. Numun,

musuh alami ini pada sawah irigasi sudah jarang ditemukan.

5. Kimiawi

Petani sudah banyak mengetahui pengendalian secara kimiawi ini, seperti rodentisida,

fumigasi, dll. Namun cara ini hanya dianjurkan bila populasi tikus sangat tinggi dan cara lain

sudah dilaksanakan.

2.7 Penerapan Hygienic Farming

Sanitasi mencakup kebiasaan sikap hidup dan tindakan aseptik dan bersih terhadap benda

termasuk manusia yang akan kontak langsung dan tidak langsung dengan roduk pangan. Hygiene

Pada dasarnya sama dengan dengan sanitasi, hanya berbeda dalam sejarah perkembangannya.

Dalam industri pangan (pengolahan hasil perkebunan), sanitasi meliputi kegiatan yang

berhubungan dengan produksi makanan; meliputi pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan

bahan mentah, perlengkapan suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari

15

Page 16: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

peralatan, pekerja dan hama pada semua tahap selama pengolahan, pengemasan dan

penggudangan produk akhir.

Bagaimana peranan sanitasi?. Dalam industri pengolahan hasil perkebunan sanitasi

memegang peranan penting, karena sangat berkaitan dengan tuntutan pasar yang menghendaki

produk dengan sifat aman, tidak mudah terkontaminasi, stabil selama penyimpanan, bernilai gizi

tinggi, serta memenuhi standar identitas dan higienis.(tanggung jawab industri)

Pencemaran dalam Pengolahan makanan tercemar adalah: Makanan yang baik

sebagian/keseluruhan kotor, busuk, hancur sehingga tidak dapat dikonsumsi. Makanan yang

diolah, dikemas atau disimpan dibawah kondisi yang tidak bersih sehingga dapat terkontaminasi

dan menyebabkan kesehatan terganggu bila dikonsumsi. Makanan yang bersumber dari produk

hewan berpenyakit dari hewan yang sudah mati selain akibat penyemblihan.

Bentuk Cemaran Pencemaran/kontaminan pada produk pangan atau produk hasil

perkebunan secara khusus dapat disebabkan karena bahan pencemar fisik, kimia dan biologi.

Kontaminasi adalah peristiwa masuknya bahan asing: tanah, sisa pemungutan hasil, serangga,

benda asing, mikroorganisme, bahan kimia yang mengadakan kontak dengan hasil olah sehingga

dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.

a. Jadi apa saja sih yang menjadi sumber kontaminan?

1. Bahan dasar/bahan baku

2. Peralatan

3. Pekerja

4. Udara

5. Air

6. Limbah

7. Serangga dan tikus

b. Jadi siapakah yang punya tanggung jawab tersebut?

Orang yang bekerja di bagian sortasi

Orang yang bekerja di bagian produksi

Orang yang bekerja di bagian packaging

16

Page 17: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

Orang yang bekerja di bagian……..

Semua orang yang bekerja dalam industri

Lingkungan yang bersih merupakan tanggung jawab semua orang yang bekerja dalam

industri

2.8 Pengkayaan Populasi Parasit, Predator, Kompetitor.

Adapun cara pengkayaan parasit, predator dan kompotitior adalah dengan

mempertahankan lingkungan daur hidupnya sesuai dengan apa yang ingginkan. Salah satu

tujuan pengkayaan parasit, perdator maupun kompotitor adalah pengendalian hama dan penyakit

yang ramah lingkungan seperti pengunaan pestisida yang secara rasional artinya dalam

pemberian psetisida harus dilahat abang ekonomi dari hama dan penyakit tersebut dan usahakan

mengunakan pestisida tepat guna atau pas sasaran. Karena ditakutkan jiga tidak mengunakan

pestisida secara tidak tepat guna dan tidak ramah lingkungan bisa membunuh serangga- serangga

yang tidak dininginan padahal dia sangat berperan dalam membasmi hama dan penyakit (musuh

alami).

Keseimbangan ekosistem itu sendiri terjadi pada masa dimana hewan herbivora

(pemakan tumbuhan) tidak terlalu banyak memakan tumbuhan, pemangsa tidak memangsa

secara berlebihan dan juga parasit tidak membunuh secara besar-besaran populasi inangnya.

Penggunaan pestisida yang berlebihan saat ini sedikit banyak telah merubah keseimbangan

ekosistem yang ada diantaranya : hama sasaran menjadi lebih kuat, makin punahnya musuh

alami dari musuh sasaran serta menurunnya jumlah jasad renik dalam tanah sebagai

dekompositor/pengurai benda mati menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kesuburan

tanah. Bila keadaan tersebut dibiarkan maka bukan tidak mungkin pada ekosistem tanaman

tersebut populasi hama maupun penyakitnya semakin bertambah sebagai dampak dari

penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Disadari atau tidak, dampak pengendalian kimiawi

yang dilakukan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan sangat berpengaruh

besar pada keseimbangan ekosistem.

1. Pentingnya PredatorKeberadaan dan pentingnya predator dalam ekosistemnya dapat kita lihat kasus sebagai

berikut : saat kita memulai menanam padi, maka saat itu juga kita memulai menciptakan sebuah komunitas baru pada areal penanaman padi. Pada saat bersamaan kita tidak hanya menanam padi melainkan juga hama penghisap bulir, penggerek batang, penyakit malai, penyakit busuk malai, predator Lycosa pesudoannulata, Pederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang

17

Page 18: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

coccinella yang semuanya terkait dengan tanaman padi yang kita tanam. Begitu pula halnya dengan tanaman perkebunan yang dibudidayakan.

Penggunaan pestisida yang berlebihan, berspektrum luas dan tidak selektif disertai tehnik budidaya yang kurang baik akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, karena tidak hanya hama saja melainkan semua pemangsanya pun turut musnah. Dan bila terjadi ledakan populasi hama yang baru, jumlah predator yang ada tidak mencukupi sehingga pengendalian biologis tidak akan efektif.

Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar mendukung peran dan jumlah musuh alaminya.

18

Page 19: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlindungan tanaman merupakan bagian dari sistem budidaya tanaman yang bertujuan

untuk membatasi kehilangan hasil akibat serangan OPT menjadi seminimal mungkin, sehingga

diperoleh kwalitas dan kwantitas produksi yang baik.

Konsep PHT merupakan suatu konsep atau cara pendekatan pengendalian hama yang

secara prinsip berbeda dengan konsep pengendalian hama konvensional yang selama ini sangata

tergantung pada pestisida.

Konsep ini timbul dan berkembang di seluruh dunia kerena kesadaran manusia terhadap

bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat bagi lingkungan hidup dan kesejahteraan

masyarakat. Konsep PHT sangat selaras dengan pertanian berkelanjutan, yaitu pertanian yang

memenuhi kebutuhan kini tanpa berdampak negative atas sumber daya fisik yang ada, sehingga

tidak membahayakan kapasitas dan potensi pertanian masa depan untuk memuaskan aspirasi

kebendaan dan lingkungan generasi mendatang.

Adapun pengendalian OPT secara konsep pemberantasan maha terpadu adalah dengan

pengendalian fisik dan mekaik, secara alami(mengunakan musuh alami dan biologi).

Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk

mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya

yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh

tentang ekologi serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan

terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin

Pengendalian secara fisik dan mekanik antara lain adalah dengan cara penggunaan

penghalang fisik, pembakaran, Organisme Penganggu Tanaman pemanasan, gelombang suara,

radiasi cahaya, lampu perangkap, pengapasan, dan lain – lain. Pengendalian hama dan gulma

secara manual atau dengan menggunakan alat dan mesin pertanian juga dapat digolongkan

sebagai cara pengendalian mekanik.

Musuh alami merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT),

sehingga penelitian pemanfaatan musuh alami (predator, parasitoid dan patogen) sangat penting

untuk mendukung keberhasilan pengendalian hama tanaman yang berwawasan lingkungan.

Mengunakan insetisida yang berlebihan akan merussak keseimbangan alami. Serangga

19

Page 20: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

yang bermanfaat terbasmi bersama-sama dengan serangga penggangu. Tetapi serangan serangga

penggangu lebih tahan terhaap serangga yang bermanfaat.hasilnya lebih besar kerugian yang

terjadi lebih bayak serangga yang menjadi resisten.

Prinsif dari pergiliran tanaman adalah memutuskan daur hidup hama tertentu berdasarkan

ruang dan waktu tanaman inang. Pemutusan daur hidup mengunakan tanaman bukan iniang

merupakan salah stu cara dalam menurunkan serangan hama. Menanam jenis hama secara

bergilir akan menurunkan serangan hama, disamping itu, perlu dipilih tanaman yang mempunyai

resikoserangan hama yang redah.

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang

disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung

dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia.

Pestisida hanya diperlukan pada waktu mekanisme kesetimbangan ekosistem terganggu

oleh sesuatu sebab yang mengakibatkan populasi hama meningkat sampai melalui ambang

ekonomi. Selama populasi hama masih berada di bawah ambang ekonomi, maka penggunaan

pestisida secara rasional ekonomik dianggap mendatangkan kerugian dan secara ekologik

penggunaan pestisida pada aras tersebut akan mengganggu bekerjanya proses pengendalian

alami.

Adapun cara pengkayaan parasit, predator dan kompotitior adalah dengan

mempertahankan lingkungan daur hidupnya supaya sesuai dengan apa yang dia ingginkan.

Salah satu cara pengkayaan parasit, perdati maupun mompotitor adalah pengendalian hama dan

penyakit yang ramah lingkungan seperti pengunaan pestisida yang secara rasional artinya dalam

pemberian psettisida harus dilahat abang ekonomi dari hama dan penyakit tersebut dan usahakan

mengunakan pestisida tepat guna atau pas sasaran. Karena ditakutkan jiga tidak mengunakan

pestisida secara tidak tepat guna dan tidak ramah lingkungan bisa membunuh serangga- serangga

yang tidak dininginan padahal dia sangat berperan dalam membasmi hama dan penyakit (musuh

alami)

Hygiene Pada dasarnya sama dengan dengan sanitasi, hanya berbeda dalam sejarah

perkembangannya. Dalam industri pangan (pengolahan hasil perkebunan), sanitasi meliputi

kegiatan yang berhubungan dengan produksi makanan; meliputi pengawasan mutu bahan

mentah, penyimpanan bahan mentah, perlengkapan suplai air yang baik, pencegahan

20

Page 21: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

kontaminasi makanan dari peralatan, pekerja dan hama pada semua tahap selama pengolahan,

pengemasan dan

3.2 Saran

Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi

tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama

sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan

dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau

menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis,

biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan

pertnian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat. Adapun cara pengendalian

OPT yang tepat guna adalah dengan memperharikan keadaan lingkungan, salah satunya adalah

dengan cara PHT yang berbasis lingkunagan yang sehat.

21

Page 22: Makalah Pengeloooan Tanah Marianao

DAFTAR PUSTAKA

Anonim .Rabu, 22 Juli 2009 17:09. Penerapan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

(online) http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/berita/4-info-aktual/206-penerapan-

konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht-pada-demplot-kentang-di-sembalun (diakses 01

mei 2011 gorontalo)

Anonim, 19 Agustus 2010.Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT ) (Online)

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/08/konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht.html 1

mei 2011.(diaksese 01 mei 2011 gorontalo).

Anonim. Wednesday, March 18, 2009. Rotasi Tanaman. (Online). Http://Hp-

Tanaman.Blogspot.Com/2009/03/Rotasi-Tanaman.Html. (Diakses 01 Mei 2011

Gorontalo)

Anonim. April 7, 2009 . Mengenal Predator Diantara Hama Serangga. (online) http://totonunsri.blogsome.com/2009/04/07/mengenal-predator-diantara-hama-serangga/. (Gorontalo/02 mei/ 2011).

Agus Budi Setyono. Ir. 26 April 2009 . Kajian Pestisida Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan

Serta Alternatif Solusinya. (Online).

Http://Nirhono.Wordpress.Com/2009/06/02/Pestisida-Terhadap-Lingkungan-Dan-

Kesehatan/(Diakses 01 Mey 2011 Gorontalo).

Sutanto, Ranchman. 2002. Penerapan Tanaman Organic. Jakarta. Penerbit Kanisus

22