Makalah Pengolahan Data Seismik - Aplikasi Fungsi Matematis - Bella Dinna Safitri 115090700111002

  • Upload
    bellads

  • View
    128

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH PENGOLAHAN DATA SEISMIKAPLIKASI FUNGSI MATEMATIS DALAM EKSPLORASI GEOFISIKA

Disusun oleh :Bella Dinna Safitri115090700111002

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

DAFTAR ISI

Daftar Isi2BAB I Pembahasan3BAB II Kesimpulan dan Saran152.1 Kesimpulan 152.2 Saran15Daftar Pustaka 16

BAB IPEMBAHASAN

Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer. Data-data gelombang seismik yang telah terekam, kemudian diproses atau diolah untuk suatu tujuan atau kepentingan tertentu. Misalnya, dengan menggunakan rekaman data seismik gempa bumi (tektonik) dapat ditentukan pusat dan kedalaman gempa bumi yang bersangkutan. Sedangkan pada gunung berapi dapat digunakan untuk memperkirakan jenis aktivitas gunung berapi tersebut, seperti gerakan magma, guguran lava padat, gejala-gejala akan terjadinya letusan dan lain-lain.Secara umum, tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat dinilai dari perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N) yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang direkam dibandingkan dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time).Dalam memperoleh kualitas rekaman seismik yang baik, pengolahan data seismik menggunakan berbagai operasi matematis untuk menganalisis suatu fungsi fisis. Berikut ini dijelaskan aplikasi fungsi matematis dalam pengolahan data seismik untuk berbagai terapan dalam bidang seismologi.1. Keterkaitan fungsi matematika dalam pemrosesan data seismikFungsi, dalam istilahmatematikaadalah pemetaan setiap anggota sebuahhimpunan(dinamakan sebagaidomain) kepada anggotahimpunanyang lain (dinamakan sebagaikodomain). Istilah ini berbeda pengertiannya dengan kata yang sama yang dipakai sehari-hari, seperti alatnya berfungsidengan baik.Konsepfungsi adalah salah satu konsep dasar darimatematikadan setiapilmukuantitatif. Istilah "fungsi", "pemetaan", "peta", "transformasi", dan "operator" biasanya dipakai secarasinonim.Anggota himpunan yang dipetakan dapat berupa apa saja (kata, orang, atau objek lain), namun biasanya yang dibahas adalah besaran matematika sepertibilangan riil. Contoh sebuah fungsi dengan domain dan kodomain himpunan bilangan riil adalahy = f(2x), yang menghubungkan suatu bilangan riil dengan bilangan riil lain yang dua kali lebih besar.Dalam bidang seismologi, fungsi matematis dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang sebagai pengolahan data seismik maupun teori dasar interpretasi untuk pemodelan bawah permukaan. Dalam pengolahan data seismik, terdapat aplikasi transformasi Radon. Transformasi Radon yang dalam istilah eksplorasi sering disebut Slant-Stack, merupakan salah suatu teknik pengolahan data seismik yang saat ini sedang banyak diteliti dan dikembangkan. Dengan transformasi Radon, data dua dimensi dari rekaman seismik pantul dalam kawasan (x,t), dipetakan kedalam kawasan (p,T), dimana p adalah Ray-parameter dan T adalah Intercept time. Didalam kawasan (p,T), pola-pola rekaman yang cukup komplek dalam kawasan (x,t) akan tampak lebih jelas dan sederhana, sehingga mempermudah untuk mengidentifikasi antara sinyal dan gangguan. Disamping itu pemetaan rekaman data seismik kedalam kawasan (p,r), akan mempermudah proses pemisahan beberapa gangguan yang ada dalam rekaman data. Transformasi Radon balik cukup sulit dilakukan secara langsung dari kawasan (p,T) ke kawasan (x,t). Oleh karena itu untuk melakukan transformasi Radon balik perlu melalui kawasan frekuensi (p,w). Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan transformasi Fourier cepat (Fast Fourier Transform) sebagai piranti pendukung dalam transformasi Radon maju dan balik. Dengan transformasi Radon, masalah pemisahan gelombang P dan S dalam seismik eksplorasi dapat dilakukan dengan mudah. Selain dari pada itu, transformasi Radon dapat digunakan untuk menghilangkan gelombang langsung serta gangguan acak yang ikut terekam dalam data seismik eksplorasi.Secara matematis, persamaan Transformasi Radon merupakan persamaan integral sebagai berikut :

Sedangkan dalam interpretasi seismik, terdapat proses pemodelan inversi yang memanfaatkan fungsi matematis dekonvolusi. Inversi (perkalian antara percepatan dan densitas) adalah salah satu hal yang sangat penting di dalam melakukan karakterisasi reservoir. Inversi adalah proses pemodelan geofisika yang dilakukan untuk memprediksi informasi sifat fisis bumi berdasarkan informasi rekaman seismik yang diperoleh atau dengan kata lain merupakan suatu proses konversi dari data seismik menjadi data Impedansi Akustik.Dalam proses akuisisi data seismik, tras seismik konvensional S(t) didapatkan dari hasil konvolusi antara deret Koefisien Refleksi RC(t) dengan wavelet w(t):S(t) = RC(t)* w(t)Sebaliknya data seismik impedansi akustik di dapatkan dengan membagi atau dikenal dengan istilah dekonvolusi pada tras seismik dengan wavelet yang sesuai.RC(t) = (1/ w(t))* S(t) yang mana RC(t) = (AI2-AI1)/(AI2+AI1), dan 1/w(t) adalah inversi seismik.Tujuan dari inversi seismik ini adalah untuk mendapatkan kembali koefisien reflektifitas yang tak lain merupakan bidang batas antar laipsan batuan. Dalam proses inversi seismik ini, data seismik yang bersifat band limited frequency karena kehilangan kandungan frekuensi rendah dan tinggi akibat konvolusi dengan wavelet yang bersifat band limited, mendapatkan kembali kandungan frekuensi yang hilang tersebut denagn cara menambahkan kandungan frekuensi rendah dan tinggi yang diambil dari data log sumur, sehingga data seismik tersebut kembali menjadi broad band frequency. Hasil akhir dari inverse seismik adalah broad band impedance. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inverse seismik merupakan suatu usaha untuk merubah data seismik yang semula merupakan amplitudo sebagai fungsi waktu menjadi impedansi akustik sebagai fungsi waktu (gambar 1.1).

Gambar 1.1 Skema inversi yang memanfaatkan konvolusi dan dekonvolusi

Russel et al., (2005) mengembangkan pendekatan baru yang memungkinkan auntuk langsung membalikkan dari reflektifitas untuk impedansi P, impedansi S dan densitas. Dimulai dengan mendefinisikan variable baru Lp = ln(Zp) yang merupakan log impedansi akustik normal Zp.

atau ditulis dalam matriks : Rp = (1/2) DLP atau

Kemudian wavelet ditambahkan kedalam persamaan matriks : T = W.Rp atau

yang mana T adalah trace seismik dan W adalah wavelet seismik.

Operasi yang sama diterapkan untuk LS = ln(ZS) dan LD = ln(ZD) dimana Zs adalah impedansi S dan ZD adalah densitas. Sekarang persamaan Aki-Richards dapat dituliskan sebagai berikut :

Pada persamaan tersebut model seismik tracenya, T pada sudut sebagai fungsi impedansi dan densitas. Persamaan ini memungkinkan juga untuk diimplementasikan pada wavelet yang berbeda dengan sudut yang berbeda pula. Untuk mengestimasi impedansi P, impedansi S dan densitas harus dipertimbangkan fakta bahwa densitas dan impedansi saling terkait satu sama lain. Persamaan ini diharapkan dapat mewakili tren air (wet trend) dengan asumsi bahwa kondisi basah dapat dimodelkan sebagai rasio konstan antara Vp/Vs.

Kemudian dengan persamaan Gardner (Russel et al., 2005) hubungan antara densitas dan impedansi P adalah :

2. Contoh dan studi kasus aplikasi suatu fungsi matematika dalam suatu pengolahan data seismik pada bidang eksplorasi geothermal, oil and gas, dan volcano seismologi :a. GeothermalMikroseismik adalah sebuah terobosan baru dalam keilmuan geofisika yang dengan keunggulannya mampu mengancam keberlangsungan metode seismik konvensional. Prinsipnya adalah geophone ditanam pada kedalaman tertentu. Sumber mikroseismik yang paling banyak adalah dari peristiwa kompaksi yang diakibatkan adanya overburden. Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga dapat mendeteksi terjadinya peristiwa overburden yang penting diperhatikan dalam eksplorasi geofisika.Pada mikroseismik tidak terjadi pembatasan panjang gelombang sumber seperti pada seismik refleksi konvensional, sehingga dapat memberikan banyak informasi tambahan, salah satunya adalah lebih mudah dalam mendeteksi sesar. Hal ini dikarenakan mikroseismik dapat melihat diskontinuitas dan kesalahan akibat aliran fluida. Informasi sesar juga diperlukan dalam kinerja reservoir karena dapat mengubah arah migrasi hidrokarbon.Pengolahan data seismik untuk eksplorasi geothermal ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Silas M. Simiyu dengan judul Application of Micro-seismic Methods to Geothermal Exploration : Examples from The Kenya Rift. Hasil dari studi untuk lapangan geothermal menunjukkan memungkinnya pemetaan resource untuk eksplorasi geothermal dan monitoring reservoir. Variasi rasio Vp/Vs berhubungan dengan fase fluida yang mana nilai rendah berhubungan dengan penurunan kecepatan P-wave dalam area dengan tekanan pro tinggi, aliran kalor tinggi, fracturing, dan saturasi gas dalam reservoir.Untuk mengevaluasi magnitudo seismik pada eksplorasi geothermal, digunakan persamaan matematis sebagai berikut :

Program analisis menghitung matriks kovarians 4x4 dari penyelesaiaan persamaan dan menurunkan error ellipsoid dan error horizontal dan vertikal. Perhitungan error membutuhkan estimasi variansi dari waktu kedatangan sebagai berikut :

keterangan :

b. Oil and gasDalam eksplorasi oil and gas, pengolahan data seismik sangat penting untuk didapatkan rekaman seismik yang baik. Pengolahan data seismik tersebut menyangkut berbagai fungsi matematis. Salah satu tahapan dalam pengolahan data seismik dalam ekslorasi oil and gas adalah dekonvolusi. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan wavelet seismik sehingga yang tersisa hanya estimasi dari reflektifitas lapisan bumi. Secara garis besar metode dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deterministik dan statistik. Dekonvolusi deterministik adalah dekonvolusi menggunakan operator filter yang sudah diketahui atau didesain untuk menampilkan suatu bentuk tertentu. Contoh dekonvolusi deterministik adalah spiking deconvolution. Sementara jika disain filter tidak diketahui, dapat diperoleh secara statistik dari data itu sendiri. Metode ini disebut dekonvolusi statistik. Contoh dekonvolusi statistik adalah dekonvolusi prediktif.Dekonvolusi berkaitan erat dengan konvolusi. Secara umum konvolusi didefinisikan sebagai cara untuk mengkombinasikan dua buah deret angka yang menghasilkan deret angka yang ketiga.Didalam dunia seismik deret-deret angka tersebut adalahwaveletsumber gelombang,reflektivitas bumi, danrekaman seismik.Secara matematis, konvolusi adalah integralyang mencerminkan jumlah lingkupan dari sebuah fungsiayang digeser atas fungsibsehingga menghasilkan fungsic. Konvolusi dilambangkan dengan asterisk (*). Sehingga,a*b=cberarti fungsiadikonvolusikan dengan fungsibmenghasilkan fungsic. Konvolusi dari dua fungsiadan fungsibdalan rentang terbatas [0, t] diberikan oleh :

Contoh:a= [1, 2, 3] danb= [4,5,6] makaa*b:

Sehinggaa*badalah(4,13,28,27,18).Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa jumlah elemencadalah jumlah elemenaditambah jumlah elemenbdikurangi 1 atau (3+3-1 = 5). Konvolusi dikawasan waktu (time domain) ekuivalen dengan perkalian dikawasan frekuensi dan sebaliknya konvolusi dikawasan frekuensi ekuivalen dengan perkalian dikawasan waktu.Dekonvolusi dilakukan dengan melakukan konvolusi antara data seismik dengan sebuah filter. Ada beberapa macam filter sebagai berikut :(1) Filter frekuensiTujuan dari filter frekuensi adalah untuk menghilangkan komponen frekuensi yang menggangu pada data seismik dan meloloskan data yang diinginkan. Gelombang permukaan (ground roll), contohnya, biasanya diamati sebagai suatu event frekuensi rendah dengan amplitudo yang besar dan dapat dipisahkan dengan filter frekuensi.Filter frekuensi dilakukan dalam kawasan frekuensi. Transformasi Fourier dibutuhkan sebelum filtering dan Transformasi Fourier Balik diaplikasikan sesudahnya. Kedua transformasi tersebut biasanya merupakan rutin filter. Dengan menentukan frekuensicutt-offdanslopedari taper antarafull-rejectdanfull-pass, maka sinyal dapat dipisahkan menurut frekuensi yang diinginkan. Taper seharusnya didisain untuk menghindari efek batas (boundary effect).Kemiringan taper pada frekuensi rendah seharusnya lebih tajam dibanding kemiringan pada frekuensi tinggi.(2) Filter F-KFiltering dalam kawawan frekuensi-angka gelombang (F-K) juga disebut filter kecepatan. Semua energi seismik yang berasal dari source dengan kecepatan perambatan yang sama yang melewatieventmiring. Transformasi Fourier 2D dibutuhkan untuk mentransformasi data ke dalam kawasan f-k. Pertama, transformasi Fourier mengubah kawasan waktu ke dalam kawasan frekuensi. Kedua, mentransformasi kawasan spasial ke dalam kawasan angka gelombang k. Seperti halnya frekuensi adalah kebalikan dari perioda, maka angka gelombang (atau) adalah kebalikan dari panjang gelombang.Transformasi Fourier kontinu 2D dari suatu fungsi spasial f(x,y) didefinisikan dengan:

dimanaF(1,2) adalah fungsi dalam domain frekwensif(x,y) adalah fungsi spasial atau citra dan 2 adalah frekwensi radial 0 2.Transformasi Fourier semacam ini disebut dengan continuous fourier transform, dan sulit dikomputasi karena ada operasi integral dan sifat kontinunya itu sendiri.(3) Filter WienerDalam filter Wiener biasanya digunakan model dekonvolusi prediktif. Dekonvolusi prediktif mengasumsikan x(t) sebagai masukan dan (t + ) merupakan nilai prediktif pada waktu tertentu, yang mana adalah prediction lag. Hal ini dapat menunjukkan bahwa filter digunakan untuk mengestimasi x(t + ) yang dapat dihitung menggunakan persamaan matriks yang ditunjukkan sebagai berikut :

Jika ditentukan 5 titik masukan deret waktu xi yang mana i = 0,1,2,3,4 dan = 2, autokorelasi dari xi dihitung sebagai berikut :

Sedangkan crosscorelation antara keluaran x(t+2) dan masukan x(t) ditunjukkan sebagai berikut :

Dengan membandingkan perhitungan untuk autokorelasi dan crosscorelation, serta mengingat ahwa gi = ri + , r = 2, dan 0,1,2,3,4, persamaan matriks untuk dekonvolusi prediktif dapat ditulis sebagai berikut :

Sedangkan koefisien filter prediksi ai, yang mana i = 0,1,2,3,4, dapat dihitung melalui matriks tersebut. Keluaran dari filter prediksi (t) dengan masukan untuk menghitung keluaran y(t) adalah sebagai berikut :

Sehingga dapat dilakukan prediksi bentuk waktu dari masukan dengan keluaran yang merupakan estimasi dari deret xi + , yang mana = 2. Deret error prediksi ditunjukkan sebagai berikut :

Hasil dari matriks tersebut menunjukkan bahwa deret error dapat ditentukan secara langsung dengan konvolusi deret masukan dengan koefisien filter (1,0,-a0,-a1,-a2,-a3,-a4) seperti ditunjukkan sebagai berikut :

Deret (a0,a1,a2,a3,a4) sebagai filter prediksi dan deret (1,0,-a0,-a1,-a2,-a3,-a4) disebut sebagai filter error prediksi. Dengan mengaplikasikan hal tersebut pada deret masukan, filter akan menghasilkan deret error dalam proses prediksi. Filter prediksi menghasilkan komponen prediksi dari tras seismik dan juga menghasilkan bagian yang tidak dapat diprediksikan, sehingga deret error merupakan hasil deret refleksi (Yilmaz, 1998). Filter n-long prediction dan long prediction lag dapat dihitung sebagai berikut :

c. Volkanologi seismologiData geofisika deformasi dan seismik hingga saat ini masih merupakan komponen utama dalam monitoring gunungapi. Sehubungan dengan hal tersebut maka eksploitasi pengolahan data secara lebih spesifik akan sangat berguna. Pengolahan data seismik untuk gunungapi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Jufriadi, Sukir Maryanto, Adi Susilo, B. Heri Purwanto, M.Hendrasto dengan judul Analisis Sinyal Seismik untuk Mengetahui Proses Internal Gunung Ijen Jawa Timur.Analisis sinyal seimik pada gunungapi dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan sinyal seismik yang satu dengan yang lain, sehingga dapat diteliti proses internal yang terjadi pada gunungapi tersebut (dalam hal ini merupakan Gunung Ijem). Pada analisis karakteristik ini, pertama yang dilakukan adalah menganalisis bahwa event terpilih dari semua stasiun diduga berasal dari sumber yang sama dengan membandingkan pola waveform, spektral ataupun spektrumnya, seperti Gambar 1.2,

Gambar 1.2 Kemiripan spektral event 20111201025723

Dari Gambar 1.2, dapat dilihat bahwa ketiga spektral terlihat memiliki pola spektral yang sama, sehingga bisa dinyatakan bahwa sinyal seismik yang terekam oleh ketiga stasiun berasal dari sumber yang sama. Data rekaman seismik yang terbukti berasal dari sumberer yang sama kemudian dianalisis berdasarkan waveform dengan menggunakan software swarm untuk mengetahui waktu tiba gelombang P, waktu tiba gelombang S, amplitudo, frekuensi dominan, spektrum, dan energi gelombang seismik, seperti pada gambar 1.3,

Gambar 1.3 Kenampakan sinyal, spektral, dan spektrum Gempa Vulkanik

Penentuan posisi sumber gempa menyangkut pada 2 hal penting, yaitu posisi sumber pada kedalaman tertentu, yang sering disebut sebagai hiposenter dan posisi di permukaan, yang tegak lurus dengan posisi hiposenter, yang sering disebut sebagai episenter. Metode penentuannya adalah dengan menganalisis beda waktu tiba gelombang P dan S antar masing-masing stasiun, sesuai dengan persamaan berikut :

dengan : i = 1, 2, 3, dan 4 (stasiun ke-i)

(X,Y,Z)0 = koordinat sumber gempa yang tidak diketahui, (X,Y,Z)I = koordinat stasiun seismograf, k = koefisien jarak yang tidak diketahui. ti= waktu tiba gelombang P, t0 = waktu terjadinya gempa yang tidak diketahui. Konstanta jarak (k) merupakan konstanta Omori, yang digunakan dalam perhitungan hiposenter, dirumuskan sebagai berikut :

Dengan cara matematis ini, sebelumnya harus ditentukan terlebih dulu koordinat masing-masing stasiun dan dianggap semua stasiun tersebut terletak pada satu bidang datar. Untuk memudahkan perhitungan dan menghindari kesalahan yang selalu timbul, pada waktu akan dilakukan pengamatan dipilih dulu stasiun seismik yang hampir sama ketinggiannya atau bila mungkin yang terdapat pada ketinggian yang sama. Bila hal ini tidak mungkin, dapat diambil ketinggian rata-rata dan dari ketinggian tersebut kedalaman gempa mulai dihitung.Untuk memudahkan penjelasan, diumpamakan koordinat titik sumber adalah S yaitu Xi, Yi, Zi. Dan koordinat stasiun diumpamakan titik H yaitu X,Y,Z. Dengan kedua koordinat tersebut, dapat dihitung panjang garis SH atau D, yaitu :

Analisis dengan cara diatas memerlukan ketelitian pembacaan beda waktu tiba antara gelombang P dan S, atau lebih dikenal dengan istilah (S-P). Sehingga akan didapatkan posisi hiposenter yang akurat. Dimana posisi hiposenter ini akan mempengaruhi bagaimana analisis terhadap pergerakan magma dari masing-masing tipe gempa vulkanik sebagai dasar untuk mengetahui bagaimana proses internal yang terjadi di Gunungapi Ijen. Penjalaran gelombang seismik dalam aplikasi gunungapi dapat dinyatakan dalam bentuk umum persamaan gelombang, misalkan persamaan dalam kasus perjalaran gelombang 1-D dapat dinyatakan dalam persamaan diferensial parsial orde 2 bersama kondisi syarat batas dan awal berikut (Powers,1999) :

Solusi persamaan elastodinamik di atas dapat dinyatakan dalam persamaan potensial displacement(dapat juga dinyatakan dalam vektor potensial displacement) secara berturutturut untuk gelombang P dan S (Lay dan Wallace, 1995) :

Dimana F(t) adalah gaya sumber, = kecepatan gelombang P = dan = kecepatan gelombang , = modulus rigiditas, = konstanta Lame, = densitas medium perambatan gelombang, misalnya potensial displacement kompresi Ap= Ap k (untuk kasus gaya sumber gempa berarah sumbu z), As = As k dimana hubungan antara potensial displacementdengan displacement itu sendiri adalah sebagai berikut :

Persamaan diferensial orde 2 potensial displacementdi atas mempunyai solusi dalam bentuk integral konvolusi berikut (Lay dan Wallace, 1995) :

Dalam kasus data seismik, yaitu sumber gempa berasal dari gempa gunungapi, fungsi F(t)dapat dihubungkan dengan bentuk sinyal sumber gunungapi. Dinamika erupsi gunungapi diharapkan diperoleh dengan cara mengetahui variasi besar dan arah gaya maupun stress (momen tensor) dari sumber gempa gunungapi yang mengakibatkan erupsi. Dalam Gunawan (2008) telah dicontohkan alternatif solusi persamaan (1) dalam bentuk diskritisasi persamaan diferensial. Pada pembahasan subbab berikutnya akan diturunkan hubungan parameter-parameter sumber gempa dengan besarnya displacement(seismogram) yang terekam di permukaan secara analitik.Displacement akibat gelombang seismik tipe P (kompresi) dapat dinyatakan sebagai berikut (Stein dan Wysession, 2003) :

keterangan :cp: ***3*r : densitas medium (batuan) r : jarak antara sumber gempa dan stasion perekam gempa : kecepatan gelombang seismik kompresi t : waktu M/t : seismic moment rate function atau source time function

Untuk gelombang S (shear wave) displacement dinyatakan dalam udan u :

keterangan :cp : ***3*r : densitas medium (batuan) r : jarak antara sumber gempa dan stasion perekam gempa : kecepatan gelombang seismik kompresit : waktu M/t : seismic moment rate function atau source time function

BAB IIKESIMPULAN DAN SARAN

2.1 KesimpulanFungsi, dalam istilahmatematikamerupakan pemetaan setiap anggota sebuahhimpunan(dinamakan sebagaidomain) kepada anggotahimpunan yang lain (dinamakan sebagaikodomain). Dalam aplikasi di bidang seismologi, fungsi matematis sangat berkaitan dengan proses pengolahan data maupun pemodelan bawah permukaan untuk interpretasi data seismik. Aplikasi tersebut biasanya terdapat dalam bidang eksplorasi geothermal, oil and gas, dan volkano seismologi.

2.2 RekomendasiDiharapkan dengan pengetahuan mengenai aplikasi fungsi matematis dalam bidang seismologi dapat menjadi dasar pengetahuan secara teori untuk pengolahan data maupun interpretasi.

Daftar Pustaka

Gunawan, H. 2008. Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasar Pengembangan Pemodelan Analitik dan Diskrit. Buletin Vulkanologi.Lay, T dan Wallace, T.C. 1995. Modern global Seismology. Academic Press, 521 pp.Powers, D.L. 1999. Boundary value problems. Harcourt-Academic Press,528 pp.Russell, et al. 2005. AVO Workshop Part 1 & 2. A CGG Veritas Company, CGG Veritas.Stein, S., dan Wysession, M. 2003. An Introduction to Seismology, Earthquake, and Earth Structure. Blackwell Publishing, 498 pp.