29
Makalah Perkembangan SIKNAS 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua iasi baik pemerintah, swasta, masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan sumber utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit. B. Rumusan Masalah KELOMPOK 6 Hal.1

Makalah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menjelaskan mengenai Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Citation preview

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan yang

proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua iasi baik pemerintah, swasta, masyarakat.

Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan sumber

utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.

Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan

yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era desentralisasi

berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat atau daerah,

sesuai dengan kebutuhan  dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan

program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan

otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya,   baik di tingkat dinas kesehatan dan

puskesmas mau pun rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah :

1. Apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional ?

2. Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?

3. Apakah kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ?

4. Bagaimana Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Saat sekarang ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetehahui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional!

2. Untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia!

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional!

4. Untuk menjelaskan perkembangan sistem informasi kesehatan nasional saat sekarang !

KELOMPOK 6 Hal.1

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh

tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangkapenyelengggaraan pelayanan kepada

masyarakat. Parturan perundangundanganyang menyebutkansistem informasikesehatan adalah

KepmenkesNomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang

kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan

pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua

Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi

kesehatandari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkanstate of the art

teknologiinformasiserta tidakberkaitan dengan sisteminformasinasional.Teknologiinformasidan

komunikasijugabelumdijabarkansecara detailsehinggadata yang disajikan tidaktepat dan tidak

tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer(Computer

Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulaipada akhir iasi 80’an. Salah satu

rumah sakit yang pada waktu itu telahmemanfaatkan iasic untuk mendukung operasionalnya

adalah RumahSakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri,

juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberaparumah sakit

pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM.Namun,tampaknya komputerisasi dalam

bidang per-rumah sakit-an, kurangmendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua

pihak.Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebihdisebabkan dalam

segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasifaktor-faktor penentu keberhasilan

(critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan

menyeluruh.

Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi didunia pelayanan

kesehatan. Hal ini semata-mata karena iasi pelayanankesehatan merupakan bagian dari sistem

yang lebih luas dalam masyarakatdan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi

sistem yanglebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektormempunyai

dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.

KELOMPOK 6 Hal.2

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

Dalam era seperti saat ini, begitu banyak iasi kehidupan yang tidakterlepas dari peran serta dan

penggunaan teknologi iasic, terkhusus padabidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,

kemajuan teknologiiasic, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras

berkembangdengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudahdari segi

pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun iasic cara untuk dapat

dilakukan melalui media iasic, dengancatatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk

mengiringi kemajuanteknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang

kitapakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.Rumah Sakit,

sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakatakan melayani traksaksi pasien dalam

kesehariannya. Pemberian layanan dantindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi

dan rasa nyaman bagipasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa

pasien.

Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis

tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetapdalam satu koordinasi

terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumahsakit juga harus mengelola dana untuk

membiayai operasionalnya. Melihatsituasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit

menggunakan sisikemajuan iasic, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalamupanya

membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secaramanual. Departemen

Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yangditandai dengan penduduknya yang

hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutuyang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri,

sertaditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai iasi pemerintahdalam upaya upaya

kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telahditetapkan tersebut, infrastruktur

pelayanan kesehatan telah dibangunsedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,

kabupaten danseterusnya sampai ke pelosok.Setiap unit infrastruktur pelayanan

kesehatantersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaianvisi dan

misi Depkes tersebut.Setiap jenjang tersebut memiliki sistemkesehatan yang yang saling terkait

mulai dari pelayanan kesehatan dasar didesa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.Jaringan

sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasiyang saling mendukung dan

KELOMPOK 6 Hal.3

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

terkait, sehingga setiap kegiatan dan programkesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh

masyarakat dapat diketahui,difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya.

2.2 Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun

ketidakkompakan antar badan kesehatan.Dalam melakukan pengembangan sistem informasi

secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau

pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi iasic.

Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi iasic dalam implementasinya disebut sebagai

Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Padapembahasan

selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis

iasic. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi iasic atau teknologi informasi dalam

sistem informasi suatu organisasi adalah :

a.Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.

b.Informasi yang tersedia, tidak relevan.

c.Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.

d.Informasi yang ada, tidak tepat waktu.

e.Terlalu banyak informasi.

f.Informasi yang tersedia, tidak akurat.

g.Adanya duplikasi data (data redundancy).

h.Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika

perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari bahwa pengembangan sistem

informasi tidak pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem

KELOMPOK 6 Hal.4

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang

baru. Oleh karena itu, sistem informasi memilikiumur layak guna. Panjang pendeknya umur

layak guna sistem informasitersebut ditentukan diantaranya oleh:

a.Perkembangan organisasi tersebut

b.Perkembangan teknologi informasi

c.Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.

2.3 Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di

Indonesia

DepartemenKesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang

disebutSIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai darikabupaten

sampai ke pusat.Namun demikian dengan keterbatasansumberdaya yang dimiliki, SIKNAS

belum berjalan sebagaimana mestinya.Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya

sistem informasikesehatan yang terintegrasi baik di dalam iasi kesehatan (antar program danantar

jenjang), dan di luar iasi kesehatan, yaitu dengan sistem jaringaninformasi pemerintah daerah

dan jaringan informasi di pusat.

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak Pelita I diatur

secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil dan Kandep.Dengan demikian di

beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakan komputerisasi.

Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi pada tahun 1997 – 1998

yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pengembangan SIKNAS, sehingga pada tahun

2001 pengembangan SIKNAS pelaksanaannya di Desentralisasi.Namun dengan desentralisasi

pelaksanaan SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan

belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan Pelaporan yang

ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh daerah.

Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan tentang

KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS melalui KEPMENKES NO.511 DI KAB/KOTA melalui

KEPMENKES NO.932 dengan konsep Pendekatan Baru dalam Pengembangan SIKNAS di Era

Otonomi Daerah.

Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada :

KELOMPOK 6 Hal.5

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

1.    Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.

2.    Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru

3.    Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah

4.    Pengembangan Teknologi & Sumber Daya

5.    Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen

6.    Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat

Indikator : telah terbentuk jaringan iasic online dari seluruh Dinkes Kabupaten/Kota ke

Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk komunikasi data & informasi secara

terintegrasi dalam kerangka Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

1. Indikator/Target Tahunan :

Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 80%

Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen Kesehatan.

Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi anatara 90 %

Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat, dan 100% UPT Pusat

dengan Departemen Kesehatan.

Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara

seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT Pusat dengan

Departemen Kesehatan

Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara seluruh

Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik pemerintah maupun

swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan

Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki manfaat yang

optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan Daerah untuk komitmen

dalam penyelenggaraannya.

KELOMPOK 6 Hal.6

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Berdasarkan

Perodenya)

2.4.1 Kelebihan

1. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan

Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building

blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen

(iasic blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah : 

1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan) 

2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi

Kesehatan) 

3. Health Workforce (Tenaga Medis) 

4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan) 

5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan) 

6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan) 

2. SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia 

Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu : 

1. Upaya Kesehatan 

2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 

3. Pembiayaan Kesehatan 

4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan 

5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 

6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan 

7. Pemberdayaan Masyarakat 

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu :

Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan

merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan,

informasi kesehatan dan ias kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan

upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil gunam dan mendukung penyelenggaraan

keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu. 

KELOMPOK 6 Hal.7

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

3. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan 

Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola

program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang

administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut : 

1. Mendukung manajemen kesehatan 

2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan 

3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas 

4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-

based decision) 

5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal 

6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi 

7. Membantu penilaian transparansi 

2.4.2 Kekurangan

1. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 

Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain : 

a. Faktor Pemerintah 

Standar SIK belum ada sampai saat 

Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 

Belum ada rencana kerja SIK nasional 

Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 

b. Fragmentasi 

Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau

kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan

tidak iasic dengan pusat. 

Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 

KELOMPOK 6 Hal.8

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan

dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal

ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien, format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda

dan belum standar secara nasional. 

c. Sumber daya masih minim 

2.4.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa

sebagai berikut : 

1. Era manual (sebelum 2005) 

2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011) 

3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda

sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan

Komunikasi – TIK). 

1. Era Manual (sebelum 2005) 

Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat

melalui berbagai jalan.

Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen

Kesehatan.

Bentuk data : agregat.

Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.

Sangat beragamnya bentuk laporan.

Validitas diragukan.

Data sulit diakses.

Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit

dioah dan dianalisis.

Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

KELOMPOK 6 Hal.9

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

2. Era Transisi (2005 – 2011) 

Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa

masih terfragmentasi).

Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.

Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.

Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012) 

Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).

Data iasic (disagregat).

Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di pusat

(e-Helath).

Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.

Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).

Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.

Lebih ramah lingkungan.

KELOMPOK 6 Hal.10

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

2.5 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat ini.2.5.1 Pendahuluan

Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai PELITA I melalui

sistem informasi  kesehatan nasional pada kantor wilayah kementerian kesehatan (KemenKes RI;

2007) semenjak diterapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai

kalangan menilai bahwa sistem informasi kesehatan. Kementerian kesehatan selalu mengeluh

bahwa input data dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah

mengatakan bahwa penerapan sistem inormasi kesehatan semenak era desentralisasi member

dampak yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas kesehatan

untuk mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer, tersedianya

jaringan LAN di dinas kesehatan mapun teknologi informasi lainnya.

Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk

dari era sentralisasi menjadi overlaps , hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten.kota.

melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijkan dan StrTEGI

pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan

pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota dikembangkan beragai

strategi, yaitu :

1. Integrasi  dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada;

2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;

3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah;

4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;

5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan

keputusan;

6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007

tentang pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa iasic dalam

setiap tahunnya; yaitu :

1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan

kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun 2007.

KELOMPOK 6 Hal.11

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 % dinas kesehatan

kabupaten/kota,  100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100 % unit

pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun 209.

3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas kesehatan

kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat kementeri an

kesehatan pada tahun 2010.

Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya mengembangkan

sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.Pengembangan sistem

informasi kesehatan daerah melalui software atau web. Seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan

sebagainya.

2.5.2 Sistem Informasi Kesehatan

Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan

proseur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai

sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam

perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu

diperlukan dalam pembuatan program kesehatan kulai dari analisis situasi, penentuan prioritas,

pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga

proses evaluasi.

Teknologi informasi member berbagai kemudahan dalam proses managemen di segala

bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara

lebih mudah, akurat dan fleksibel.Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan

teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.

WHO menilai bahwa investasi sistem sistem informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan,

memantau perkembangan dan meningkatkannya,

2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami serta melakukan

berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.

3. Penguatan evidence based dalam pengambilan kebijakan yang efektif, evaluasi dan inovasi

melalui penelitian.

4. Perbaikan dalam tata kelola, mobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara yang digunakan.

KELOMPOK 6 Hal.12

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :

1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan, iasi,

ekonomi dan demografi.

2. Input sistem kesehatan yang meliputi kebijakan, pembiayaan, simber daya dan organisasi.

3. Output sistem kesehatan, meliputi informasi, kemampuan pelayanan dan kualitas.

4. Hasil sistem kesehatan, meliputi pemanfaatan pelayanan.

5. Status kesehatan meliputi angkan kematian, kesakitan atau ketidakmampuan dan

kesejahteran.

2.5.3 PEMBAHASAN SIKNAS ONLINE

Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat dianalisa

beberapa hal sebagai berikut :

1. Integrated Sistem

Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping itu

berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas kuga

mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya informasi dan

berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem informasi yang

terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di

akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai

keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data, dapat dilihat bahwa data dan

informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau

kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya mengembangkan sistem informasi

sendiri.

            SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan

puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini

mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam hitungan

hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau

daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga

kebiakan dapat efektif dan efisien.

KELOMPOK 6 Hal.13

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

2. Kemampuan Daerah

Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem

informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah masih

memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan

tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem informasi

membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan perawatan dan

pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih banyak

puskesmas di daerah  yang sangat terbatas akses informasinya.

3. Pemanfaatan dan informasi

Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan

daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing-masing.Hal ini

karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh kabupaten/kota

sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.

4. Sumber daya manusia

Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang

merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga purna

waktu.

Kini Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari

440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan

Provinsi, melalui jaringan iasic (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah

memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah

printer di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah

dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1

buah printer.

Pengembangan jaringan iasic Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini

telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun

2007.Untuk mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes telah meminta

kepada Dinas-dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus yang

KELOMPOK 6 Hal.14

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

mengelola Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-petugas yang

ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari di Bandung pada bulan

Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran

Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang

Evidence Based di Seluruh Indonesia”.

A. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan

Langkah Departemen Keseshatan dalam mengembangkan SIKNAS ONLINE harus

mendapat sebuah penghargaan dan dukungan semua pihak. Pengembangan jaringan iasic Sistem

Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri

Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS ONLINE mempunya tujuan untuk

mengintegrasikan semua komunikasi data yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta

menghapus hirarki antar instansi.Sebenarnya pengembangan SIKNAS ONLINE ini dilakukan

sejak PELITA I tetapi pada saat itu masih bersifat sentralistis.

Berdasarkan informasi dari Departemen Kesehatan melalui situsnya tanggal 15 Januari

2008 Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari 440

Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan Provinsi,

melalui jaringan iasic (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang

perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di

Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5

buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.

Jaringan iasic yang dirancang oleh Departemen Kesehatan ini merupakan upaya untuk

memfasilitasi dan memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).

Jaringan iasic (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan untuk keperluan Komunikasi Data

Terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data (intranet dan internet). Diluar dari

permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk keperluan-keperluan lain.

Seharusnya kebijakan dari pusat ditindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di

daerah.Ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

melaksanakan SIKNAS online ini.Berdasarkan presentase dari bapak kepala Pusat Data dan

Informasi Departemen Kesehatan Bambang Hartono dalam pelatihan SIKNAS online di

Bandung yang dilaksanakan pada bulan November 2007 menjelaskan peran tersebut. Peran pusat

KELOMPOK 6 Hal.15

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

yaitu ; menerbitkan kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya yang sejenis dalam rangka

SIKNAS/SIKDA, membantu pengadaan beberapa perangkat untuk membangun jaringan

nasional online sebagai pemicu dan pemacu, membangun jaringan nasional online dan

membayarkan sewa jaringannya sebagai pemicu dan pemacu, menyediakan software “iasic”

untuk komunikasi data, melatih petugas pengelola SIKNAS online (pusat, provinsi, dan

kab/kota), mengupayakan insentif untuk pengelola SIKNAS online sebagai pemicu bagi adanya

tunjangan jabatan fungsional oleh daerah, membantu dan mengkoordinasikan penerapan

aplikasi-aplikasi misalnya konsultasi eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, dan

membantu melakukan advokasi kepada stakeholders daerah utk pengembangan SIKDA.

Sedangkan untuk daerah perannya yaitu menjabarkan kebijakan, standar, pedoman, dan

lainnya sejenis jika diperlukan dan menetapkan surat keputusan Gubernur / Bupati / Walikota

atau Peraturan Daerah, melengkapi perangkat keras iasic untuk Dinas Kesehatan dan jaringan

wilayahnya termasuk unit pelaksanan teknisnya, membangun jaringan online wilayahnya yaitu

jaringan antara Dinas Kesehatan dan unit pelaksanan teknisnya serta swasta, mengembangkan

software “iasic” dan software untuk komunikasi data dalam jaringan wilayahnya, merekrut

petugas pengelola SIKNAS online yang fulltime, mengangkat mereka ke dalam jababatan

fungsional dan membayar tunjangannya, mengembangkan dan menerapkan aplikasi-aplikasi

diantarannya informasi eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, terutama untuk

wilayahnya, memantau, mengevaluasi dan mengembangan SIKDA (Provinsi: SIKDA Provinsi,

Kabupaten/Kota: SIKDA Kabupaten/Kota).

B.   Pentingnya Master Plan SIKNAS online

Hal yang harus dilakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan Departemen

Kesehatan adalah dengan membuat Master Plan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Nasional disetiap daerah . Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16 Nopember 2006 seorang

pakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Gadjah Mada minat Sistem Informasi Kesehatan menjelaskan tentang pentingnya master plan

sistem informasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai konsultan di berbagai perusahaan.

Beliau menemukan banyak perusahaan yang tidak mempunyai master plan sistem informasi dan

langsung mengembangkan sistem informasi dengan bantuan sataf teknologi informasi (TI) baik

internal maupun dengan bantuan vendor (Eksternal).Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-

KELOMPOK 6 Hal.16

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

sekat sistem informasi dalam suatu perusahaan karena masing-masing bagian mengembangkan

sistem informasinya sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin besar, maka semakin

sulit pula dalam pengintegrasian antar satu sistem, sehingga output yang didapatkan pun

berbeda-beda pula.

Dalam tulisannya beliau menganalogikan pentingnya pembuatan master plan ini ibarat

membangun sebuah rumah, karena sangat riskan apabila membangun sebuah rumah tanpa

adanya gambar rencana pembangunannya. Beliau juga menjelaskan mengenai pengertian master

plan sistem informasi yaitu suatu perencanaan jangka panjang dalam pengembangan SI di

perusahaan tersebut, yang dengan baik ias menterjemahkan keinginan baik dari manajemen

(Sistem Owner), pengguna (Sistem User) maupun perubahan – perubahan yang terjadi di dalam

maupun di luar organisasi.

Dalam bukunya World Health Organization (WHO) berjudul “Developing Health Management

Information Sistem : A Practical Guide For Developing Countries” menyebutkan ada 10 langkah

dalam mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan yaitu :

1.     Meninjau kembali sistem yang telah berjalan, dengan prinsip bahwa jangan merubah sistem

yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-kelemahan dari

sistem yang telah ada.

2.     Gambarkan kebutuhan- kebutuhan data yang relavan dari unit –unit dalam sistem kesehatan,

dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda dalam suatu sistem

kesehatan mempunyai peran- peran yang berbeda – beda pula, oleh karena itu keperluan data

berbeda – beda pula. Tidak semua data yang dibutuhkan siap dalam pengumpulan data

rutin.Data yang tidak sering dibutuhkan atau diperlukan hanya untuk bagian dari populasi

dapat dihasilkan melalui studi-studi khusus dan survey sampel.

3.     Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif, dengan prinsip

bahwa tidak semua data yang dikumpulkan pada suatu tingkatan tertentu diperlukan dan

disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan data yang lebih rinci pencariannya

langsung ke sumber data, dan persyaratan pelaporan ke tingkatan yang lebih tinggi sebaiknya

dicari ke tingkatan yang lebih rendah.

4.     Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip kemampuan

pengumpul data yang akan ditugaskan dengan mengisi formulir yang harus dipertimbangkan

KELOMPOK 6 Hal.17

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

dalam mengembangkan pengumpul data. Kebanyakan pengumpulan data yang efektif dan

perangkat pelaporan adalah yang sederhanan dan lebih singkat.

5.     Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data, dengan prinsip bahwa

arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya sebaiknya konsisten

dengan sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan untuk analisis data erta

pemanfaatannya.

6.     Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan pengguna

data, dengan prinsip program-program pelatihan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan

tingkatan kelompok yang akan dilatih.

7.     Melakukan pre test dan jika diperlukan melakukan perancangan ulang sistem untuk

pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip sebelum sistem

diuji sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum selama pelaksanaannya.

8.     Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil akhir dari

monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari-cari kesalahan, dan lebih

mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem bekerja, serta mengidentifikasi apa

yang menjadi penyebab masalah sebagai dasar untuk meningkatkan sistem.

9.     Mengembangkan penyebaran data yang efektif dan mekanisme umpan balik, dengan prinsip

bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada penghasil data agar terus

menerus menyediakan data adalah dengan memberikan feedback yang positif dan negative

mengenai keadaan data yang mereka berikan.

10.  Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa pengembangan

sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan kemajuan., hal ini merupakan

suatu usaha yang dinamis di mana para manajer dan para pekerja berusaha memberikan

kemajuan terus menerus.

BAB 3

KELOMPOK 6 Hal.18

Makalah Perkembangan SIKNAS 2014

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini

telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

2. SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data yang

terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.

3.2 Saran

1. Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes dengan

menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya fasilitas

tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes

Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di

seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat

meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.

2. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

sistem informasi kesehatan

3. Lebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem informasi

yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah

KELOMPOK 6 Hal.19