Upload
ika-permata
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
politik
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Didalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” dimana
didalam negara unitaris (kesatuan) tidak ada satupun negara lain didalam
negara, yang berarti tidak ada kedaulatan lain dalam wilayah negara
indonesia selain daripada kedaulatan NKRI itu sendiri. Seperti dalam
kandungan pasal 25E UUD 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah
yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.”
Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan bentuk
kesatuan menimbulkan banyak sekali perbedaan yang syarat akan
perdebatan. Namun dengan slogan NKRI “Bhineka Tunggal Ika” dapat
mencerminkan kemajemukan bangsa Indonesia dengan tetap
mempertahankan persatuan dan kesatuan bagsa Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu sangat dibutuhkan suatu instrumen
demokrasi yaitu lembaga perwakilan salah satunya ialah DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), sebagai perwujudan kehendak rakyat dalam
menentukan kebijakan-kebijakan negara melalui peraturan perundang-
undangan. DPR seyogyanya memiliki kebesaran hati untuk bersatu dan
mementingkan hak rakyat. Namun di era Presiden Jokowi, didalam
lingkungan DPR-RI memiliki dua kubu sendiri yaitu Koalisi Merah Putih
(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Dengan adanya dua kubu yang
selalu ingin menang sendiri dan berdebat tidak ada ujungnya mengakibatkan
banyaknya masalah pembangunan dan masalah pemerintahan terbengkalai.
Sampai sekarang pembahasan alat kelengkapan negara belum juga selesa
oleh DPR.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hasil Pemilu Legislatif 2014?
b. Bagaimana sesungguhnya kedudukan DPR di dalam peraturan
perundang-undangan?
c. Bagaimana kronologis dari kisruh yang terjadi di DPR?
d. Bagaimana pemilihan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) di DPR?
BAB II
ISI
2.1. Hasil Pemilu Legislatif 2014
Rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara DPR dan DPD
akhirnya bisa selesai sesuai tepat waktu. KPU selanjutnya menetapkan hasil
pemilu legislatif. Hasilnya, PDIP meraih suara tertinggi.
“Menetapkan memutuskan keputsan KPU tentang hasil pemilu
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten kota secara
nasional dalam pemilu 2014,” kata komisi ketua KPU Husni Kamil Manik
di kantor KPU Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Keputusan KPU itu tertuang dalam nomor 411/kpts/KPU/2014
tentang penetapan hasil pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten kota secara nasional dalam pemilu 2014. Jumlah seluruh
suara sah: 124.972.491 suara. Berikut perolehan suara 12 partai politik
nasional:
1. Nasdem: 8.402.812 (6,72%)
2. PKB: 11.298.957 (9,04%)
3. PKS: 8.480.204 (6,79%)
4. PDIP: 23.681.471 (18,95%)
5. Golkar: 18.432.312 (14,75%)
6. Gerindra: 14.760.371 (11,81%)
7. Demokrat: 12.728.913 (10,19%)
8. PAN: 9.481.621 (7,59%)
9. PPP: 8.157.488 (6,53%)
10. Hanura: 6.579.498 (5,26%)
Diakses melalui detik.com
Pemilu legislatif untuk periode 2014-2019 berlangsung pda 9 April
2014 lalu yang akhirnya menetapkan anggota DPR dengan jumlah 560
anggota berdasarkan Keputusan KPU No. 416/KPTS/KPU Tanggal 14 Mei
2014. Berikut perolehan kursi 10 partai politik hasil Pemilu Legislatif 2014
dari 77 dapil :
1. PDI Perjuangan 109 kursi.
2. Golkar 91 kursi.
3. Gerindra 73 kursi.
4. Demokrat 61 kursi
5. PAN 49 kursi
6. PKB 47 kursi
7. PKS 40 kursi
8. PPP 39 kursi
9. NasDem 35 kursi
10. Hanura 16 kursi
Dari 10 partai yang lolos dalam Pemilu Legislatif terbagi menjadi dua
kubu yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) yang berisi Golkar, Gerindra, Partai
Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Demokrat.
Dengan jumlah anggota KMP adalah 314 anggota. Sedangan kubu lainnya
adalah Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang berisi PDIP, Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Nasdem, dan Hanura.
Dengan jumlah anggota KIH adalah 246 anggota.
2.2. Kedudukan DPR sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
Kedudukan DPR dalam urusan pemilihan anggota, tugas, hak dan
wewennag diatur sedemekian rupa melalui UUD 1945 dan Undang-Undang.
Seperti dalam pasal Pasal 19 ayat 1 “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dipilih melalui pemilihan umum.” dan ayat 2 “Susunan Dewan Perwakilan
Rakyat diatur dengan undang-undang.”
Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:
1. Fungsi Legislasi, yang artinya DPR berfungsi sebagai lembaga
pembuat undang-undang.
2. Fungsi Anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang
berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
3. Fungsi Pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan
pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-
undang.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai
berikut.
1. Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta
keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang
penting dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan
masyarakat.
2. Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak
DR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah
mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk
memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-komisi
yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
2.3. Kronologis kisruhnya DPR
Adanya pertarungan sengit saat pemilihan umum presiden dan wakil
presiden antara Prabowo dengan Jokowi memunculkan Koalisi Merah Putih
yang mengusung Prabowo Subiakto dan Koalisi Indonesia Hebat yang
mengusung Jokowi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia
telah menetapkan hasil Rapat Pleno Terbuka Penetapan Hasil Rekapitulasi
Penghitungan Suara dan Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden Terpilih Hasil Pemilu 2014, melalui Keputusan KPU Nomor
535/Kpts/KPU/Tahun 2014. Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik,
membacakan keputusan.
Adapun hasil penetapan rekapitulasi penghitungan suara yang telah
dilaksanakan, sebagai berikut : 1. Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden H. Prabowo Subianto dan Ir. H. M. Hatta Rajasa mendapatkan
jumlah suara sebesar 62.576.444 atau prosentase 46,85 %. 2. Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H.M. Jusuf
Kalla mendapatkan jumlah suara sebesar 70.997.833 atau prosentase 53,15
%. Diakses melalui kpu.go.id
Hasil rekapitulasi penghitungan suara ini mempunyai selisih sebesar
8.421.389 suara. Jumlah suara sah adalah sebesar 133.574.277, sedangkan
jumlah suara tidak sah sebesar 1.379.690, sehingga total jumlah suara sah
dan tidak sah sebesar 134.953.967. Kemengan Jokowi sebagai Presiden RI
periode 2014-2019 menimbulkan pertarungan kedua kubu semakin buruk.
Diakses melalui kpu.go.id
Ditumpahkan di ranah DPR-RI dengan sikap yang saling menolak
keputusan sama lain mengakibatkan banyaknya cacat fungsi. Diawali
dengan keputusan UU Pilkada Tidak Langsung oleh DPR yang kemudian
memunculkan banyak pro kontra di dalam DPR dan juga di masyarakat
luas. Hal ini berawal saat Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi resmi
menyerahkan pembahasan RUU Pilkada pada 6 Juni 2012. Sebelumnya,
pada 8 Februari 2012, Komisi Hukum DPR sepakat memilih membahas
RUU Pilkada. Diakses melalui simomot.com
Pemerintah mengusulkan hanya bupati dan wali kota saja dipilih
melalui pemilihan langsung. Mekanisme itu dimasukkan dalam Pasal 2
RUU Pilkada. Pasal itu menyebutkan gubernur dipilih oleh anggota DPRD
provinsi secara demokratis berdasarkan asas langsung, bebas, rahasia, jujur,
dan adil. Diakses melalui simomot.com
Parpol Koalisi Merah Putih berubah sikap setelah berakhirnya proses
pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Berdasar catatan Kompas, pada
pembahasan Mei 2014, tidak ada fraksi di DPR yang memilih mekanisme
pemilihan Gubernur oleh DPR. Namun, sikap parpol Koalisi Merah Putih
berubah pada 3 September 2014.
Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP, PKS, dan Partai Demokrat
memilih mekanisme pemilihan gubernur, bupati, serta wali kota oleh
DPRD. Awalnya, hanya Partai Demokrat dan PKB yang memilih
mekanisme dipilih oleh DPRD pada pembahasan Mei 2014. Sikap fraksi
lalu berubah pada September 2014. Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP, dan
Demokrat juga memilih mekanisme kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Diakses melalui simomot.com
2.4. Pemilihan Alat Kelengkapan Dewan (AKD)
Banyak yang mengira pasca pertemuan primus interperes masing-
masing kubu, diantaranya pertemuan Jokowi dengan Prabowo Subianto,
kemudian disusul temu kunjung Jusuf Kalla dengan Aburizal Bakrie (ARB),
lalu dengan Amien Rais. Bahwa perseteruan sengit Koalisi Merah Putih
(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) akan reda, dan kembali
mendingin.
Nyatanya, prediksi itu kemudian nampaknya meleset dari perkiraan-
perkiraan sebelumnya. Justru sebaliknya yang terjadi, kedua kubu kembali
bersitegang dalam memperebutkan jatah pimpinan alat kelengkapan DPR.
Babakan kerunyaman DPR ini, bisa dikatakan merupakan episode
perseteruan sebelumnya, mulai dari kisruh pemilihan pimpinan DPR,
pemilihan Pimpinan MPR, hingga yang muncul sekarang adalah perebutan
posisi strategis Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
Jurus sapu bersih yang diperagakan koalisi pro-Prabowo Subianto
dalam memborong kursi pimpinan komisi DPR jelas mengabaikan realitas
pilihan politik di masyarakat. Pada pemilihan legislatif yang lalu, rakyat
telah memutuskan PDI Perjuangan sebagai pemenang. Kemudian, mayoritas
pemilih juga telah menahbiskan Jokowi sebagai Presiden. Ironisnya, gara-
gara gagal melobi koalisi pro-Prabowo, koalisi pro-Jokowi tak meraih satu
pun kursi pimpinan di parlemen. Setelah memborong lima kursi pimpinan
DPR, koalisi pro-Prabowo pun menyikat semua paket pimpinan 11 komisi
di DPR. Diakses melalui tempo.com
Pangkal kekisruhan ini tak lepas dari kegagalan koalisi fraksi
pendukung Jokowi dalam mengawal lahirnya Undang-Undang tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Dalam dua siklus pemilu sebelumnya,
kursi pimpinan DPR otomatis menjadi hak partai pemenang pemilu secara
proporsional. Lewat Undang-Undang MD3 pengganti itu, kursi pimpinan
DPR diperebutkan lagi dengan sistem paket. Diakses melalui tempo.com
Berdasarkan agenda, pada sidang paripurna akan dilakukan pemilihan
pimpinan AKD yang terdiri dari Komisi, Bamus, Baleg, BURT, BKSAP
dan Mahkamah Kehormatan Dewan. Pemilihan pimpinan komisi dan Alat
Kelengkapan Dewan (AKD) DPR RI tetap berlangsung tanpa kehadiran
fraksi PDI Perjuangan, PKB, Nasdem, dan Hanura. Keempat fraksi ini
tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Diakses melalui jpnn.com
Ketidakpuasan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) terhadap kebutusan
kubu KMP mengakibatkan KIH tetap menginginkan pengocokan ulang
kembali dalam pemilihan pimpinan Komisi dan Alat Kepemimpinan Dewan
(AKD). Hal ini berkaitan dengan lima komisi yang ditawarkan Koalisi
Merah Putih (KMP) kepada KIH untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di parlemen.
Dengan tidak adanya titik temu diantara kedua kubu, maka dua versi
sidang paripurna sudah berlangsung di DPR, Selasa 4 November 2014.
Sidang tersebut dilaksanakan oleh para anggota DPR yang terbagi dalam
kubu Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih. Kedua sidang sama-
sama dimulai pukul 09.00 WIB.
Sidang paripurna yang akan digelar oleh Koalisi Merah Putih
mengagendakan penetapan nomenklatur dan mitra kerja. Sebelumnya,
sudah diadakan rapat konsultasi yang menentukan nama dan pembagian
mitra kerja untuk sebelas komisi yang ada. Fraksi Koalisi Indonesia hebat
tak hadir dalam rapat konsultasi itu. Diakses melalui kompas.com
Adapun DPR dengan kepemimpinan dan anggota dari Koalisi
Indonesia Hebat akan menggelar rapat paripurna dengan agenda penetapan
distribusi alat kelengkapan dewan secara proporsional. Sebelum agenda
rapat paripurna ini, Koalisi Indonesia Hebat juga sudah menggelar rapat
konsultasi yang menghasilkan keputusan pimpinan AKD dibagi
proporsional berdasarkan raihan kursi setiap parpol, termasuk untuk parpol
yang tergabung di Koalisi Merah Putih.
PDI-P sebagai pemilik kursi terbesar mendapat jatah pimpinan
terbanyak, adapun Partai Hanura yang memiliki kursi paling minim juga
akan mendapatkan paling sedikit pimpinan AKD. Pembagian tersebut
diklaim sebagai sesuatu yang adil meskipun Koalisi Merah Putih tak
menghadiri rapat konsultasi itu.
Rencana pembentukan DPR tandingan yang diinisiasi PDI Perjuangan
diduga bagian dari strategi pengalihan konsentrasi agar dewan tidak terus
memelototi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang perlu segera
dikawal. Berita tentang munculnya formasi pimpinan tandingan di DPR RI
yang dimotori PDIP ini sungguh mengganggu saraf masyarakat.
Munculnya parlemen ganda yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan
masyarakat merupakan peristiwa yang pertama kali terjadi Indonesia.
Indonesia memiliki dua parlemen, parlemen dari Koalisi Merah Putih
(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). "Baru kali ini ada parlemen
ganda," kata Guru Besar dan Pengamat Tata Negara dari Universitas
Khatolik Parahyangan (Unpar). Menurutnya, peristiwa ini jangan dianggap
sebuah lelucon. Ini sebuah polemik yang harus segera diselesaikan. Diakses
melalui republika.com
Asep memaparkan, kasus parlemen ganda ini akan menimbulkan
kekacauan terus menerus di Indonesia. "Jangan-jangan nanti muncul
presiden tandingan," kata Asep. Asep merasa khawatir jika masalah ini tidak
diselesaikan oleh kedua belah pihak dengan baik. Diakses melalui
republika.com
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DPR menrupakan lembaga negara sebagai wadah bagi masyarakat
untuk menyuarakan aspirasinya melalui wakil-wakil rakyat yang dipilih
melalui Pemilihan Umum setiap lima tahun sekali.
Dari 10 partai yang lolos dalam Pemilu Legislatif terbagi menjadi dua
kubu yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) yang berisi Golkar, Gerindra,
PAN, PKS, dan Demokrat. Dengan jumlah anggota KMP adalah 314
anggota. Sedangan kubu lainnya adalah Koalisi Indonesia Hebat (KIH)
yang berisi PDIP, PKB, PPP, Nasdem, dan Hanura. Dengan jumlah
anggota KIH adalah 246 anggota.
Babakan kerunyaman DPR ini, bisa dikatakan merupakan episode
perseteruan sebelumnya, mulai dari kisruh pemilihan pimpinan DPR,
pemilihan Pimpinan MPR, hingga yang muncul sekarang adalah
perebutan posisi strategis Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
3.2. Saran
Seharusnya PDI Perjuangan tidak melakukan hal ekstrim tersebut. Dan
harus juga legowo karena faktanya kalah dalam perebutan alat
kelengkapan dewan. Kalau semua sikap dan ekspresi atas kekalahan
politik diwujudkan dengan membentuk tandingan rakyatlah yang jadi
korban.
Agar kisruh tak berkepanjangan, tak ada pilihan lain, kedua kubu harus
duduk bersama membuka lagi pintu musyawarah. Berkukuh pada posisi
masing-masing hanya memboroskan energi. Harus diingat, dalam
sistem pemerintahan kita, posisi DPR bukan monster yang setiap saat
bisa menyandera pemerintah. Lembaga legislatif semestinya menjadi
penyeimbang yang sehat agar eksekutif bisa bekerja dan bekerja.
REFERENSI
http://news.detik.com/read/2014/05/09/235801/2578775/1562/ini-hasil-resmi-pemilu-legislatif-2014 diakses pada 13 November 2014
http://news.detik.com/read/2004/11/09/092238/238515/10/agung-iklan-di-koran-beberkan-kronologi-kisruh-dpr diakses pada 13 November 2014
http://simomot.com/2014/09/11/ini-kronologi-kisruh-pilkada-dipilih-dprd/ diakses pada 13 November 2014
http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2014/3433/KPU-Tetapkan-Hasil-Pemilu-Presiden-dan-Wakil-Presiden-2014 diakses pada 13 November 2014
http://www.tempo.co/read/opiniKT/2014/11/01/8492/Kisruh-Pemilihan-Pimpinan-DPR diakses pada 18 November 2014
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/dpr-kisruh/ diakses pada 18 November 2014
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/10/31/neaqo2-baru-kali-ini-ada-parlemen-ganda diakses pada 18 November 2014
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/04/11274811/Rapat.Paripurna.DPR.Kembali.Digelar.Tanpa.Koalisi.Pendukung.Jokowi diakses pada 18 November 2014
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/04/05110021/Pagi.Ini.Ada.Dua.Versi.Sidang.Paripurna.di.DPR diakses pada 18 November 2014