17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” dimana didalam negara unitaris (kesatuan) tidak ada satupun negara lain didalam negara, yang berarti tidak ada kedaulatan lain dalam wilayah negara indonesia selain daripada kedaulatan NKRI itu sendiri. Seperti dalam kandungan pasal 25E UUD 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas- batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang- undang.” Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan bentuk kesatuan menimbulkan banyak sekali perbedaan yang syarat akan perdebatan. Namun dengan slogan NKRI “Bhineka Tunggal Ika” dapat mencerminkan kemajemukan bangsa Indonesia dengan tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan bagsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal itu sangat dibutuhkan suatu instrumen demokrasi yaitu lembaga perwakilan salah satunya ialah DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),

Makalah Politik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

politik

Citation preview

Page 1: Makalah Politik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Didalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa “Negara

Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” dimana

didalam negara unitaris (kesatuan) tidak ada satupun negara lain didalam

negara, yang berarti tidak ada kedaulatan lain dalam wilayah negara

indonesia selain daripada kedaulatan NKRI itu sendiri. Seperti dalam

kandungan pasal 25E UUD 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia

adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah

yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.”

Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan bentuk

kesatuan menimbulkan banyak sekali perbedaan yang syarat akan

perdebatan. Namun dengan slogan NKRI “Bhineka Tunggal Ika” dapat

mencerminkan kemajemukan bangsa Indonesia dengan tetap

mempertahankan persatuan dan kesatuan bagsa Indonesia.

Untuk mewujudkan hal itu sangat dibutuhkan suatu instrumen

demokrasi yaitu lembaga perwakilan salah satunya ialah DPR (Dewan

Perwakilan Rakyat), sebagai perwujudan kehendak rakyat dalam

menentukan kebijakan-kebijakan negara melalui peraturan perundang-

undangan. DPR seyogyanya memiliki kebesaran hati untuk bersatu dan

mementingkan hak rakyat. Namun di era Presiden Jokowi, didalam

lingkungan DPR-RI memiliki dua kubu sendiri yaitu Koalisi Merah Putih

(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Dengan adanya dua kubu yang

selalu ingin menang sendiri dan berdebat tidak ada ujungnya mengakibatkan

banyaknya masalah pembangunan dan masalah pemerintahan terbengkalai.

Sampai sekarang pembahasan alat kelengkapan negara belum juga selesa

oleh DPR.

Page 2: Makalah Politik

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana hasil Pemilu Legislatif 2014?

b. Bagaimana sesungguhnya kedudukan DPR di dalam peraturan

perundang-undangan?

c. Bagaimana kronologis dari kisruh yang terjadi di DPR?

d. Bagaimana pemilihan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) di DPR?

Page 3: Makalah Politik

BAB II

ISI

2.1. Hasil Pemilu Legislatif 2014

Rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara DPR dan DPD

akhirnya bisa selesai sesuai tepat waktu. KPU selanjutnya menetapkan hasil

pemilu legislatif. Hasilnya, PDIP meraih suara tertinggi.

“Menetapkan memutuskan keputsan KPU tentang hasil pemilu

anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten kota secara

nasional dalam pemilu 2014,” kata komisi ketua KPU Husni Kamil Manik

di kantor KPU Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat.

Keputusan KPU itu tertuang dalam nomor 411/kpts/KPU/2014

tentang penetapan hasil pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten kota secara nasional dalam pemilu 2014. Jumlah seluruh

suara sah: 124.972.491 suara. Berikut perolehan suara 12 partai politik

nasional:

1. Nasdem: 8.402.812 (6,72%)

2. PKB: 11.298.957 (9,04%)

3. PKS: 8.480.204 (6,79%)

4. PDIP: 23.681.471 (18,95%)

5. Golkar: 18.432.312 (14,75%)

6. Gerindra: 14.760.371 (11,81%)

7. Demokrat: 12.728.913 (10,19%)

8. PAN: 9.481.621 (7,59%)

9. PPP: 8.157.488 (6,53%)

10. Hanura: 6.579.498 (5,26%)

Diakses melalui detik.com

Pemilu legislatif untuk periode 2014-2019 berlangsung pda 9 April

2014 lalu yang akhirnya menetapkan anggota DPR dengan jumlah 560

anggota berdasarkan Keputusan KPU No. 416/KPTS/KPU Tanggal 14 Mei

Page 4: Makalah Politik

2014. Berikut perolehan kursi 10 partai politik hasil Pemilu Legislatif 2014

dari 77 dapil :

1. PDI Perjuangan 109 kursi.

2. Golkar 91 kursi.

3. Gerindra 73 kursi.

4. Demokrat 61 kursi

5. PAN 49 kursi

6. PKB 47 kursi

7. PKS 40 kursi

8. PPP 39 kursi

9. NasDem 35 kursi

10. Hanura 16 kursi

Dari 10 partai yang lolos dalam Pemilu Legislatif terbagi menjadi dua

kubu yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) yang berisi Golkar, Gerindra, Partai

Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Demokrat.

Dengan jumlah anggota KMP adalah 314 anggota. Sedangan kubu lainnya

adalah Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang berisi PDIP, Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Nasdem, dan Hanura.

Dengan jumlah anggota KIH adalah 246 anggota.

2.2. Kedudukan DPR sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

Kedudukan DPR dalam urusan pemilihan anggota, tugas, hak dan

wewennag diatur sedemekian rupa melalui UUD 1945 dan Undang-Undang.

Seperti dalam pasal Pasal 19 ayat 1 “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

dipilih melalui pemilihan umum.” dan ayat 2 “Susunan Dewan Perwakilan

Rakyat diatur dengan undang-undang.”

Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:

1. Fungsi Legislasi, yang artinya DPR berfungsi sebagai lembaga

pembuat undang-undang.

Page 5: Makalah Politik

2. Fungsi Anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang

berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN).

3. Fungsi Pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan

pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-

undang.

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai

berikut.

1. Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta

keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang

penting dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan

masyarakat.

2. Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan

penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah yang

diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak

DR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah

mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri

disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak

lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk

memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-komisi

yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.

2.3. Kronologis kisruhnya DPR

Adanya pertarungan sengit saat pemilihan umum presiden dan wakil

presiden antara Prabowo dengan Jokowi memunculkan Koalisi Merah Putih

yang mengusung Prabowo Subiakto dan Koalisi Indonesia Hebat yang

mengusung Jokowi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia

telah menetapkan hasil Rapat Pleno Terbuka Penetapan Hasil Rekapitulasi

Penghitungan Suara dan Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil

Presiden Terpilih Hasil Pemilu 2014, melalui Keputusan KPU Nomor

Page 6: Makalah Politik

535/Kpts/KPU/Tahun 2014. Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik,

membacakan keputusan.

Adapun hasil penetapan rekapitulasi penghitungan suara yang telah

dilaksanakan, sebagai berikut : 1. Pasangan Calon Presiden dan Wakil

Presiden H. Prabowo Subianto dan Ir. H. M. Hatta Rajasa mendapatkan

jumlah suara sebesar 62.576.444 atau prosentase 46,85 %. 2. Pasangan

Calon Presiden dan Wakil Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H.M. Jusuf

Kalla mendapatkan jumlah suara sebesar 70.997.833 atau prosentase 53,15

%. Diakses melalui kpu.go.id

Hasil rekapitulasi penghitungan suara ini mempunyai selisih sebesar

8.421.389 suara. Jumlah suara sah adalah sebesar 133.574.277, sedangkan

jumlah suara tidak sah sebesar 1.379.690, sehingga total jumlah suara sah

dan tidak sah sebesar 134.953.967. Kemengan Jokowi sebagai Presiden RI

periode 2014-2019 menimbulkan pertarungan kedua kubu semakin buruk.

Diakses melalui kpu.go.id

Ditumpahkan di ranah DPR-RI dengan sikap yang saling menolak

keputusan sama lain mengakibatkan banyaknya cacat fungsi. Diawali

dengan keputusan UU Pilkada Tidak Langsung oleh DPR yang kemudian

memunculkan banyak pro kontra di dalam DPR dan juga di masyarakat

luas. Hal ini berawal saat Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi resmi

menyerahkan pembahasan RUU Pilkada pada 6 Juni 2012. Sebelumnya,

pada 8 Februari 2012, Komisi Hukum DPR sepakat memilih membahas

RUU Pilkada. Diakses melalui simomot.com

Pemerintah mengusulkan hanya bupati dan wali kota saja dipilih

melalui pemilihan langsung. Mekanisme itu dimasukkan dalam Pasal 2

RUU Pilkada. Pasal itu menyebutkan gubernur dipilih oleh anggota DPRD

provinsi secara demokratis berdasarkan asas langsung, bebas, rahasia, jujur,

dan adil. Diakses melalui simomot.com

Parpol Koalisi Merah Putih berubah sikap setelah berakhirnya proses

pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Berdasar catatan Kompas, pada

pembahasan Mei 2014, tidak ada fraksi di DPR yang memilih mekanisme

Page 7: Makalah Politik

pemilihan Gubernur oleh DPR. Namun, sikap parpol Koalisi Merah Putih

berubah pada 3 September 2014.

Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP, PKS, dan Partai Demokrat

memilih mekanisme pemilihan gubernur, bupati, serta wali kota oleh

DPRD. Awalnya, hanya Partai Demokrat dan PKB yang memilih

mekanisme dipilih oleh DPRD pada pembahasan Mei 2014. Sikap fraksi

lalu berubah pada September 2014. Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP, dan

Demokrat juga memilih mekanisme kepala daerah dipilih oleh DPRD.

Diakses melalui simomot.com

2.4. Pemilihan Alat Kelengkapan Dewan (AKD)

Banyak yang mengira pasca pertemuan primus interperes masing-

masing kubu, diantaranya pertemuan Jokowi dengan Prabowo Subianto,

kemudian disusul temu kunjung Jusuf Kalla dengan Aburizal Bakrie (ARB),

lalu dengan Amien Rais. Bahwa perseteruan sengit Koalisi Merah Putih

(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) akan reda, dan kembali

mendingin.

Nyatanya, prediksi itu kemudian nampaknya meleset dari perkiraan-

perkiraan sebelumnya. Justru sebaliknya yang terjadi, kedua kubu kembali

bersitegang dalam memperebutkan jatah pimpinan alat kelengkapan DPR.

Babakan kerunyaman DPR ini, bisa dikatakan merupakan episode

perseteruan sebelumnya, mulai dari kisruh pemilihan pimpinan DPR,

pemilihan Pimpinan MPR, hingga yang muncul sekarang adalah perebutan

posisi strategis Alat Kelengkapan Dewan (AKD).

Jurus sapu bersih yang diperagakan koalisi pro-Prabowo Subianto

dalam memborong kursi pimpinan komisi DPR jelas mengabaikan realitas

pilihan politik di masyarakat. Pada pemilihan legislatif yang lalu, rakyat

telah memutuskan PDI Perjuangan sebagai pemenang. Kemudian, mayoritas

pemilih juga telah menahbiskan Jokowi sebagai Presiden. Ironisnya, gara-

gara gagal melobi koalisi pro-Prabowo, koalisi pro-Jokowi tak meraih satu

pun kursi pimpinan di parlemen. Setelah memborong lima kursi pimpinan

Page 8: Makalah Politik

DPR, koalisi pro-Prabowo pun menyikat semua paket pimpinan 11 komisi

di DPR. Diakses melalui tempo.com

Pangkal kekisruhan ini tak lepas dari kegagalan koalisi fraksi

pendukung Jokowi dalam mengawal lahirnya Undang-Undang tentang

MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Dalam dua siklus pemilu sebelumnya,

kursi pimpinan DPR otomatis menjadi hak partai pemenang pemilu secara

proporsional. Lewat Undang-Undang MD3 pengganti itu, kursi pimpinan

DPR diperebutkan lagi dengan sistem paket. Diakses melalui tempo.com

Berdasarkan agenda, pada sidang paripurna akan dilakukan pemilihan

pimpinan AKD yang terdiri dari Komisi, Bamus, Baleg, BURT, BKSAP

dan Mahkamah Kehormatan Dewan. Pemilihan pimpinan komisi dan Alat

Kelengkapan Dewan (AKD) DPR RI tetap berlangsung tanpa kehadiran

fraksi PDI Perjuangan, PKB, Nasdem, dan Hanura. Keempat fraksi ini

tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Diakses melalui jpnn.com

Ketidakpuasan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) terhadap kebutusan

kubu KMP mengakibatkan KIH tetap menginginkan pengocokan ulang

kembali dalam pemilihan pimpinan Komisi dan Alat Kepemimpinan Dewan

(AKD). Hal ini berkaitan dengan lima komisi yang ditawarkan Koalisi

Merah Putih (KMP) kepada KIH untuk menyelesaikan permasalahan yang

terjadi di parlemen.

Dengan tidak adanya titik temu diantara kedua kubu, maka dua versi

sidang paripurna sudah berlangsung di DPR, Selasa 4 November 2014.

Sidang tersebut dilaksanakan oleh para anggota DPR yang terbagi dalam

kubu Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih. Kedua sidang sama-

sama dimulai pukul 09.00 WIB.

Sidang paripurna yang akan digelar oleh Koalisi Merah Putih

mengagendakan penetapan nomenklatur dan mitra kerja. Sebelumnya,

sudah diadakan rapat konsultasi yang menentukan nama dan pembagian

mitra kerja untuk sebelas komisi yang ada. Fraksi Koalisi Indonesia hebat

tak hadir dalam rapat konsultasi itu. Diakses melalui kompas.com

Page 9: Makalah Politik

Adapun DPR dengan kepemimpinan dan anggota dari Koalisi

Indonesia Hebat akan menggelar rapat paripurna dengan agenda penetapan

distribusi alat kelengkapan dewan secara proporsional. Sebelum agenda

rapat paripurna ini, Koalisi Indonesia Hebat juga sudah menggelar rapat

konsultasi yang menghasilkan keputusan pimpinan AKD dibagi

proporsional berdasarkan raihan kursi setiap parpol, termasuk untuk parpol

yang tergabung di Koalisi Merah Putih.

PDI-P sebagai pemilik kursi terbesar mendapat jatah pimpinan

terbanyak, adapun Partai Hanura yang memiliki kursi paling minim juga

akan mendapatkan paling sedikit pimpinan AKD. Pembagian tersebut

diklaim sebagai sesuatu yang adil meskipun Koalisi Merah Putih tak

menghadiri rapat konsultasi itu.

Rencana pembentukan DPR tandingan yang diinisiasi PDI Perjuangan

diduga bagian dari strategi pengalihan konsentrasi agar dewan tidak terus

memelototi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang perlu segera

dikawal. Berita tentang munculnya formasi pimpinan tandingan di DPR RI

yang dimotori PDIP ini sungguh mengganggu saraf masyarakat.

Munculnya parlemen ganda yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan

masyarakat merupakan peristiwa yang pertama kali terjadi Indonesia.

Indonesia memiliki dua parlemen, parlemen dari Koalisi Merah Putih

(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). "Baru kali ini ada parlemen

ganda," kata Guru Besar dan Pengamat Tata Negara dari Universitas

Khatolik Parahyangan (Unpar). Menurutnya, peristiwa ini jangan dianggap

sebuah lelucon. Ini sebuah polemik yang harus segera diselesaikan. Diakses

melalui republika.com

Asep memaparkan, kasus parlemen ganda ini akan menimbulkan

kekacauan terus menerus di Indonesia. "Jangan-jangan nanti muncul

presiden tandingan," kata Asep. Asep merasa khawatir jika masalah ini tidak

diselesaikan oleh kedua belah pihak dengan baik. Diakses melalui

republika.com

Page 10: Makalah Politik

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DPR menrupakan lembaga negara sebagai wadah bagi masyarakat

untuk menyuarakan aspirasinya melalui wakil-wakil rakyat yang dipilih

melalui Pemilihan Umum setiap lima tahun sekali.

Dari 10 partai yang lolos dalam Pemilu Legislatif terbagi menjadi dua

kubu yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) yang berisi Golkar, Gerindra,

PAN, PKS, dan Demokrat. Dengan jumlah anggota KMP adalah 314

anggota. Sedangan kubu lainnya adalah Koalisi Indonesia Hebat (KIH)

yang berisi PDIP, PKB, PPP, Nasdem, dan Hanura. Dengan jumlah

anggota KIH adalah 246 anggota.

Babakan kerunyaman DPR ini, bisa dikatakan merupakan episode

perseteruan sebelumnya, mulai dari kisruh pemilihan pimpinan DPR,

pemilihan Pimpinan MPR, hingga yang muncul sekarang adalah

perebutan posisi strategis Alat Kelengkapan Dewan (AKD).

3.2. Saran

Seharusnya PDI Perjuangan tidak melakukan hal ekstrim tersebut. Dan

harus juga legowo karena faktanya kalah dalam perebutan alat

kelengkapan dewan. Kalau semua sikap dan ekspresi atas kekalahan

politik diwujudkan dengan membentuk tandingan rakyatlah yang jadi

korban.

Agar kisruh tak berkepanjangan, tak ada pilihan lain, kedua kubu harus

duduk bersama membuka lagi pintu musyawarah. Berkukuh pada posisi

masing-masing hanya memboroskan energi. Harus diingat, dalam

sistem pemerintahan kita, posisi DPR bukan monster yang setiap saat

bisa menyandera pemerintah. Lembaga legislatif semestinya menjadi

penyeimbang yang sehat agar eksekutif bisa bekerja dan bekerja.

Page 11: Makalah Politik

REFERENSI

http://news.detik.com/read/2014/05/09/235801/2578775/1562/ini-hasil-resmi-pemilu-legislatif-2014 diakses pada 13 November 2014

http://news.detik.com/read/2004/11/09/092238/238515/10/agung-iklan-di-koran-beberkan-kronologi-kisruh-dpr diakses pada 13 November 2014

http://simomot.com/2014/09/11/ini-kronologi-kisruh-pilkada-dipilih-dprd/ diakses pada 13 November 2014

http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2014/3433/KPU-Tetapkan-Hasil-Pemilu-Presiden-dan-Wakil-Presiden-2014 diakses pada 13 November 2014

http://www.tempo.co/read/opiniKT/2014/11/01/8492/Kisruh-Pemilihan-Pimpinan-DPR diakses pada 18 November 2014

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/dpr-kisruh/ diakses pada 18 November 2014

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/10/31/neaqo2-baru-kali-ini-ada-parlemen-ganda diakses pada 18 November 2014

http://nasional.kompas.com/read/2014/11/04/11274811/Rapat.Paripurna.DPR.Kembali.Digelar.Tanpa.Koalisi.Pendukung.Jokowi diakses pada 18 November 2014

http://nasional.kompas.com/read/2014/11/04/05110021/Pagi.Ini.Ada.Dua.Versi.Sidang.Paripurna.di.DPR diakses pada 18 November 2014