28
MAKALAH Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Dosen pengampu : Muhammad Djasuli,SE. ,MSI. ,QIA. Disusun oleh : Rara Wedya Syana 130221100092 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura 2015 KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makalah Psp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psp

Citation preview

Page 1: Makalah Psp

MAKALAHStandar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Dosen pengampu : Muhammad Djasuli,SE. ,MSI. ,QIA.

Disusun oleh :

Rara Wedya Syana                  130221100092

Jurusan AkuntansiFakultas  Ekonomi dan BisnisUniversitas Trunojoyo Madura

2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah S.A.W karena berkah rahmat serta hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai “Standar Pemeriksaan Keuangan (SPKN)” dengan tepat waktu.

Page 2: Makalah Psp

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah akuntansi sektor publik 1 yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah ini. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang memberi bantuan, dorongan, dan arahan kepada penyusun. Ucapan terimakasih tersebut saya sampaikan kepada:

1.       Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

2.       Kedua orang tua saya yang selalu memberi semangat untuk saya dalam menyelesaikan tugas ini.3.       Dosen Pengampu mata kuliah akuntansi sektor publik 1.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat saya nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bangkalan, 02 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................iDaftar Isi...........................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUANI.I. Latar Belakang...........................................................................................................1I.II. Rumusan Masalah.....................................................................................................1I.III. Tujuan......................................................................................................................1BAB II PEMBAHASANII.I. Definisi SPAP dan SPKN dalam audit.....................................................................3II.II. Berlaku untuk siapa sajakah standar profesional pemeriksaan keuangan negara...3II.III. Macam – macam Pemeriksaan..............................................................................3II.IV. Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)................................................................4II.V. Kedudukan dan peran SPKN terhadap tugas dan peran BPK................................8II.VI. Kedudukan dan peran SPKN terhadap tata peraturan perundang-undangan........9II.VII. Kedudukan dan peran SPKN terhadap standar profesi........................................9II.VIII. SPKN merupakan SPAP Plus...........................................................................10II.IX. Pemahaman SPKN untuk pelaksanaan pemeriksaan...........................................10II.X. Karakteristik SPKN...............................................................................................11II.XI. Perbandingan antara SPKN dan ISSAI (International Standards of Supreme Audit Institutions)....................................................................................................................11II.XII. Perbedaan SPKN dan SPAP...............................................................................13II.XIII. Kendala Penerapan SPKN.................................................................................14BAB III PENUTUPIII.I. Kesimpulan..............................................................................................................16III.II Saran........................................................................................................................16Daftar Pustaka

Page 3: Makalah Psp

BAB IPENDAHULUAN

I.I. Latar BelakangDalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007.            SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya.I.II. Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan SPAP dan SPKN dalam audit?2.      Berlaku untuk siapa sajakah standar profesional pemeriksaan keuangan negara?3.      Sebutkan dan jelaskan macam-macam pemeriksaan?4.      Sebutkan dan jelaskan Pernyataan Standar Pemerikaan (PSP)?5.      Jelaskan yang dimaksud dengan kedudukan dan peran SPKN terhadap tugas dan peran BPK?6.      Jelaskan yang dimaksud dengan kedudukan dan peran SPKN terhadap tata peraturan perundang-

undangan?7.      Jelaskan yang dimaksud dengan kedudukan dan peran SPKN terhadap standar profesi?8.      Mengapa SPKN dapat dikatakan sebagai SPAP plus?9.      Jelaskan pemahaman SPKN untuk pelaksanaan pemeriksaan?10.  Sebutkan dan jelaskan karakteristik SPKN?11.  Jelaskan perbandingan antara SPKN dan ISSAI (International Standards of Supreme Audit

Institutions)?12.  Perbedaan antara SPKN dan SPAP?13.  Kendala penerapan SPKN?

I.III. Tujuan1. Agar mengetahui definisi dari SPAP dan SPKN.2. Untuk mengetahui siapa saja yang menggunakan standar profesional pemeriksaan keuangan negara.3. Untuk mengetahui macam – macam pemeriksaan.4. Untuk mengetahui mengenai Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP).5. Untuk mengetahui kedudukan dan peran SPKN terhadap tugas dan peran BPK.6. Untuk mengetahui kedudukan dan peran SPKN terhadap tata peraturan perundang-undangan.7. Untuk mengetahui kedudukan dan peran SPKN terhadap standar profesi.8. Untuk mengetahui alasan mengapa SPKN dapat dikatakan sebagai SPAP plus.9. Agar mendapat pemahaman mengenai SPKN untuk pelaksanaan pemeriksaan.

Page 4: Makalah Psp

10. Untuk mengetahui karakteristik atau ciri – ciri dari SPKN.11. Untuk mengetahui perbandingan antara SPKN dan ISSAI (International Standards of Supreme Audit Institutions).12. Untuk mengetahui perbedaan antara SPKN dan SPAP.13. Untuk mengetahui kendala penerapan SPKN.

BAB IIPEMBAHASAN

1.      Apakah yang dimaksud dengan SPAP dan SPKN dalam audit?Standart Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP ) adalah  Standart Profesional yang diterbitkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang digunakan oleh Akuntan Publik  dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swsta (diluar Keuangan Negara), Standart ini merupakan standart profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam pemeriksaan sesuai standart profesional yang telah ditetapkan. sedangakan;

Standart Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)  adalah :  Standart Profesional yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia  yang digunakan oleh Akuntan   dalam melakukan pemeriksaan atas EntitasPemerintah yang mengelola keuangan negara, Standart ini merupakan standart profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam pemeriksaan sesuai standart profesional yang telah ditetapkan. 

Dengan demikian kedua Standart Profesional tersebut digunakan akuntan publik dalam melakukan pemeriksaan, Jika sedang mengaudit entitas swasta (non keuangan negara) maka standart profesional yang digunakan menggunakan standart SPAP,  sedangkan jika dapat proyek memeriksa entitas pemerintah maka standart yang digunakan dalam pemeriksaan menggunakan Standart profesional SPKN.Kedua standart tersebut  sangat bermanfaat dan digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam melaksanakan audit.

Page 5: Makalah Psp

2.      Standar profesional pemeriksaan keuangan negaraStandar Pemeriksaan ini berlaku untuk:a.BPK.b.Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama BPK. Standar Pemeriksaan ini dapat digunakan oleh aparat pengawas intern pemerintah termasuk satuan pengawasan intern maupun pihak lainnya sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

3.      Macam – macam Pemeriksaan1.Pemeriksaan KeuanganPemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.2.Pemeriksaan KinerjaPemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa. 

3.Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.

4.      Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)a)      PSP 01 : STANDAR UMUM

Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.Beberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai berikut:I. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan;II. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya;III. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksawajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama;IV. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).

b)      PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGANUntuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI, berikut ini:

Page 6: Makalah Psp

a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya;b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit;SPKN juga memberikan standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:a. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan;b. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnyaserta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan;c. (1)Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan terjadi;(2) Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atauketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan;d. Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan;e. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, danpelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadibukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung opini, temuan,simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.

c)      PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGANUntuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif (PSAP).b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

Page 7: Makalah Psp

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya;c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit;d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapatsecara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:a. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN;b. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan;c. Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan;d. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan;e. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut;f. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d)     PSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJAUntuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai;b. Staf harus disupervisi dengan baik;c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa;d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

e)      PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJAUntuk pelaporan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap hasil

Page 8: Makalah Psp

pemeriksaan;b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:i. pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN ,ii. tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan ,iii. hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi ,iv. tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan,v. pelaporan informasi rahasia apabila ada ,vi. Pernyataan bahwa Pemeriksaan Dilakukan Sesuai dengan SPKN;c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin;d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f)       PSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTUUntuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya;b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.SPKN juga memberi standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:a. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepadamanajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan;b. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal yang diperiksa;c. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang pengendalian intern yang sifatnya material terhadap hal yang diperiksa;d. (1)Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berdampak material terhadap hal yang diperiksa.(2)Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila ditemukan indikasikecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara material mempengaruhi hal yang diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap halyang diperiksa.(3)Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan apabila ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan

Page 9: Makalah Psp

untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan;e. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa.

g)      PSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTUUntuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan;b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur;c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi;d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:a. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN;b. Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:i. kelemahan pengendalian internal yang berkaitan dengan hal yang diperiksa,ii. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangantermasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yangmengandung unsur tindak pidana yang terkait dengan hal yang diperiksa,iii. ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa;c. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan;d. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut;e. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.      Kedudukan dan peran SPKN terhadap tugas dan peran BPKSPKN merupakan patokan bagi pemeriksa. Pemeriksa adalah profesi yang bernaung

Page 10: Makalah Psp

dibawah organisasi pemeriksa. Organisasi pemeriksa dijalankan oleh manajemen organisasi. Inilah karakter khusus dari suatu organisasi pemeriksa sebagai organisasi profesi yaitu dibangun dengan dualisme jalur. Jalur pertama yang menjalankan peran utama keberadaan organisasi selanjutnya kita sebut sebagai jalur profesi, sedangkan jalur kedua adalah jalur pengerak/ manajemen organisasi yang selanjutnya kita sebut sebagai jalur struktur. Kedua jalur ini jelas berbeda namun tetap saling beririsan sehingga sulit untuk dipisahkan ibarat seperti dua sisi mata uang. Namun, ketika dua jalur ini sudah berbaur dan tidak lagi dapat dibedakan maka organisasi profesi berada pada titik kronis. 

Lahirnya SPKN diperuntukkan bagi BPK. BPK merupakan organisasi Profesi. Dengan demikian baik jalur profesi dan jalur struktur yang ada di BPK harus mengacu pada SPKN. Peruntukkan menjadikan SPKN sebagai patokan diantara dua jalur ini jelas sangat berbeda. Bagi jalur profesi, SPKN jelas menjadi patokannya dalam melaksnakan tugas pemeriksaan. Namun bagi jalur struktur, SPKN ini harus dijadikan patokan untuk mengarahkan kegiatannya agar dapat mendukung dan menunjang tugas utama organisasi yaitu pemeriksaan. Dengan demikian, SPKN haruslah menjadi poros dalam gerak sentrifugal yang harus terbentuk dari semua elemen organisasi BPK yang tugas utamanya sebagai pemeriksa keuangan negara.

Gerak sentrifugal yang terbentuk jelas merupakan daya dorong kemajuan organisasi yang luar biasa menuju visi BPK. Hanya dengan arah tujuan yang sama maka visi itu tidak hanya sebagai mimpi. Nafas ini dirasakan dalam substansi SPKN. SPKN menyatakan bahwa penanggung jawab pemeriksaan keuangan adalah pemeriksa yang memilki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Dengan demikian, penangung jawab pemeriksa bukanlah pihak yang berada dalam jalur struktur tetapi dalam jalur profesi. Hasil pemeriksaan keuangan yang telah ditandatangani oleh penangung jawab pemeriksaan tersebut tidak dapat didistribuskan apabila tidak masuk ke dalam jalur struktur organisasi. Oleh karenaya yang memiliki peran sebagai penambah nilai atas hasil pemeriksaan adalah apabila dapat didistribuskan kepada pihak yang akan menindaklanjutinya. Itulah peran surat pendistribusian yang diterbitkan oleh pihak jalur struktur. Untuk menerbitkan surat pendistribusian atau surat keluar itu tentunya perlu mekanisme organisasi yang dijalankan untuk tujuan itu. Ini menunjukkan bahwa SPKN harus digunakan oleh semua elemen organisasi BPK sebagaimana dimanatkan oleh Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 tersebut.

6.      Kedudukan dan peran SPKN terhadap tata peraturan perundang-undangan SPKN terlahir sebagai amanat eksplisit dari UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Sebagaimana maksud UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Tata Peraturan Perundang-undangan maka SPKN ditetapkan dengan Peraturan BPK yang memiliki kekuatan hukum mengikat. Oleh karena itu, SPKN ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007. Peraturan BPK tentang SPKN ini merupakan peraturan BPK perdana pasca reformasi peraturan perundang-undangan yang ada.

Dengan demikian, sejak ditetapkannya Peraturan BPK ini dan dimuatnya dalam Lembaran Negara, SPKN ini akan mengikat BPK maupun pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Inilah tonggak sejarah dimulainya reformasi

Page 11: Makalah Psp

terhadap pemeriksaan yang dilakukan BPK setelah 60 tahun pelaksanaan tugas konstitusionalnya. Dengan demikian, diharapkan hasil pemeriksaan BPK dapat lebih berkualitas yaitu memberikan nilai tambah yang positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selanjutnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.

7.      Kedudukan dan peran SPKN terhadap standar profesiLahirnya SPKN menjadi warna sehingga melengkapi standarisasi pelaksanaan tugas profesi yang ada. Selama ini sektor swasta telah lebih maju di bandingkan sektor publik. Dalam pengelolaan keuangan sektor privat (atau lebih banyak swasta yang terlibat) telah dikenal Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan di bidang pemeriksaannya telah dikenal Standar profesional Akuntan Publik (SPAP) yang keduanya telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagi organisasi profesi yang ada dan diakui sampai saat ini.

Di sektor publik, dalam pengelolaan keuangan khususnya pemerintahan, pemerintah telah menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005. oleh karenanya dengan ditetapkannya SPKN dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 melengkapi satandar yang ada tersebut. Terhadap penggunaan standar-standar tersebut dapat digambarkan bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya menggunakan dualisme standar yaitu SAP digunakan untuk pengelolaan sektor publik di pemerintahan sebagai kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Sedangkan kekayaan negara yang dipisahkan yang dikelola oleh BUMN/ BUMD/ pihak lain tetap menggunakan SAK demi menjaga peran pemerintah untuk langsung berinvestasi dan membentuk iklim ekonomi yang sehat. Namun SPKN tetap digunakan untuk semua keuangan negara baik pemeriksaan atas pengelolaan kekayaan oleh Pemerintah maupun oleh BUMN/ BUMD.

8.      SPKN merupakan SPAP Plus Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK. Karakter pemeriksaan BPK tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan terhadap kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukanan waspada atas penyimpangan lainnya. Pengujian terhadap ‘Kepatuhan atas peraturan perundang-undangan’ merupakan nilai tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang membedakan pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP. Oleh karenanya, tidak salah kalau kita sebut pemeriksaan BPK RI adalah pemeriksaan Plus atau pemeriksaan bernilai tambah. Namun pemeriksaan atas kepatuhan tersebut harus dipertimbangkan juga bahwa Pemeriksaan atas kepatuhan merupakan bagian dari pemeriksaan utamanya; yaitu pemeriksaan atas Laporan Keuangan. Jadi menurut pendapat kami, pengujian atas kepatuhan tersebut merupakan ‘tambahan’ bukan utama. Sehingga seyogyanya tidak mereduksi atau bahkan mengeliminasi makna output dari pemeriksaan laporan keuangan yang hanya berupa opini. Adalah terlalu riskan jika auditor diharuskan untuk menjadikan hasil pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan, dan perundang-undangan sebagai satu kesatuan dengan opini atas laporan keuangan. Karena tak ada satu auditor pun yang ‘berani’ untuk menyatakan semua yang dilakukan auditee patuh atau tidak patuh pada peraturan perundang-undangan kecuali auditor yang mungkin ‘nekad’. Memang image yang terbentuk saat ini, jika pemeriksaan itu pasti menemukan penyimpangan atas peraturan perundang-undangan mengingat (1)

Page 12: Makalah Psp

buruknya SPI dan atau moral pelaku; dan (2) jangan menutup mata jika banyak kriteria peraturan perundang-undangan yang digunakan BPK tidak sejalan dengan apa yang dijadikan dasar oleh auditee. Namun kami optimis, pada suatu saat, akan ada auditee yang patuh sehingga tidak ada lagi penyimpangan (bukankah ini adalah cerminan efektivitas audit BPK). Berdasarkan pandangan tersebut maka konsepsi SPKN menghendaki pemeriksa (1) harus merancang prosedur audit untuk menemukan ketidakpatuhan dalam kerangka audit utamanya (artinya seiring dengan sample yang diambil dalam audit laporan keuangan – transaksi di luar sample belum tentu dapat dicover). Hal inilah dimuat dalam PSP tentang Standar Pekerjaan Lapangan Pemeiksaan Keuangan. (2) harus membuat laporan kepatuhan hanya jika ditemukan adanya penyimpangan. Jika tidak ditemukan penyimpangan maka laporan ini tidak dibuat daripada dibuat namun dilaporkan ’tidak ada penyimpangan yang ditemukan’. Inilah pendekatan negatif dari laporan kepatuhan yang menyajikan ketidakpatuhan bukan kepatuhan.

9.      Pemahaman SPKN untuk pelaksanaan pemeriksaan Hal yang terpenting dari sebuah proses penyusunan SPKN bukanlah terletak pada kualitas SPKN-nya melainkan terletak pada kesuksesan dalam penerapannya. Oleh karenanya segala kegiatan yang dapat memungkinkan terlaksananya SPKN ini secara benar dan konsekuen harus dilakukan. Inilah tugas kita bersama. Untuk impelementasi itulah dibutuhkan pemahan yang utuh dan tidak parsial atas SPKN. Media sederhana yang dapat dilakukan untuk memulai suatu pemahaman terhadap SPKN adalah melalui sosialisais. Namun, kadang kala sosialisais tidak berjalan efektif karena hanya sekedar penyampaian. Untuk itu, perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat membuat pihak memahami makna SPKN tersebut sehingga tahu apa yang akan dilaksnakaan. Sosialisasi tidak hanya diperuntukkann bagi (1) auditor BPK yang bertujuan agar SPKN dapat diaplikasikan dalam pemeriksaan sehingga outputnya seuai SPKN; (2) auditee BPK bertujuan untuk membantu auditee agar dapat membantu dalam memahami hasil pemeriksaan Auditor BPK; (3) akademisi/ profesi/ dan pemerhati bertujuan untuk mendapat masukan dalam pengembangan baik bersifat koreksi maupun bersifat beradaptasi dengan kondisi terkini. Dengan sinergisitas hasil sosialisasi ketiga pihak tersebut secara baik maka kualitas pemeriksaan BPK RI yang bernilai tambah bagi pihak yang diperiksa dapat terwujud. Ingat pemeriksan bernilai tambah ditentukan oleh tiga faktor simultan dari baiknya kualitas (1) hasil pemeriksaan; (2) kemmapuan untuk memahami hasil pemeriksaan; (3) tindak lanjut atas hasil pemeriksan setelah diadaptasikan dengan kondisi.

Selain itu, penerapan atas SPKN kadang memungkinkan terjadi pebedaan interpretasi dalam memahami SPKN. Dari semua perbedaan yang taerjadi maka pendapat atau interpretasi pihak penyusunalah yang harus diunggulkan. Oleh karenanya diterbitkan interpretasi atas SPKN. Terhadap kondisi yang sedang berkembang dan belum diatur dalam SPKN, sambil menunggu perbaikan atau tambahan untuk SPKN, dapat dibuatkan dulu Buletin atas hal ini.

10.  beberapa karakteristik SPKN, yakni:(1)   Merupakan harmonisasi dari berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan keuangan

negara.(2)   Bukan sesuatu yang langsung benar, atau hanya bersifat benar sementara, sehingga mengalami

pembaharuan sepanjang waktu.

Page 13: Makalah Psp

(3)   Menggunakan paradigma multidimensi.11.  Perbandingan antara SPKN dan ISSAI (International Standards of Supreme Audit Institutions)

No. Aspek Perbandingan

SPKN BPK ISSAI INTOSAI

1 Sistematika Standar

Terdiri dari 8 Lampiran, terdiri dari 1 Lampiran berisi Pendahuluan, dan 7 lampiran Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP).

4 level:

       Level 1 - Founding Principles (ISSAI 1);

       Level 2 – Prerequisites for the functioning of SAIs (ISSAI 10-40);

       Level 3 – Fundamental Auditing Principles (ISSAI 100-400);

       Level 4 – Auditing Guidelines (ISSAI 1000-5499).

2 Materi Standar Hanya menjelaskan standar dan pedoman pemeriksaan (level 3 dan level 4 dalam ISSAI). Prinsip pokok dan panduan audit tidak dipisah dalam level, tetapi disatukan dalam beberapa PSP melalui pembedaan per jenis pemeriksaan.

Tidak hanya menjelaskan prinsip pokok dan panduan audit, dilengkapi juga dengan prinsip pendirian dan prasyarat fungsi SAI (level 1 dan level 2). Prinsip pokok dan panduan audit dipisah ke dalam 2 level.

3 Prinsip Pokok Lampiran 1: Pendahuluan. Antara lain dijelaskan mengenai tujuan, landasan hukum, standar profesional (kode etik), penerapan, akuntabilitas, jenis pemeriksaan, tanggung jawab stakeholder, hubungan antar standar, dan sistematika standar audit.

Level 3 – ISSAI 100: Basic Principles. Merupakan asumsi dasar, premis yang konsisten, prinsip-prinsip logis dan persyaratan yang membantu dalam

Page 14: Makalah Psp

mengembangkan standar audit dan melayani auditor dalam membentuk opini dan laporan mereka, terutama dalam kasus di mana tidak ada standar khusus berlaku.

4 Standar Umum Lampiran 2 - PSP 01: Standar Umum. Mengatur persyaratan kemampuan/keahlian, independensi, penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama, dan pengendalian mutu.

Level 3 – ISSAI 200: General Standards. Menjelaskan tentang standar umum dalam audit pemerintahan/sektor publik dan standar dengan signifikansi etik.

5 Standar Pelaksanaan (Field Standards)

Lampiran 3 – PSP 02: Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan. Lampiran 5 – PSP 04: Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja. Lampiran 7 – PSP 06: Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. Mengatur pelaksanaan untuk ketiga jenis pemeriksaan, meliputi antara lain hubungan dengan SPAP, komunikasi pemeriksa, pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya, pendeteksianfraud dan abuse,pengembangan temuan pemeriksaan, dokumentasi pemeriksaan, pemberlakuan standar, dan pengendalian intern.

Level 3 – ISSAI 300: Fields Standards. Level 4 – ISSAI 5000-5499: Audit implementation guidelines.

Tujuan dari standar pelaksaan ini adalah menetapkan kriteria atau kerangka keseluruhan untuk langkah atau tindakan yang bertujuan, sistematis dan seimbang yang harus diikuti auditor. Standar lapangan membangun kerangka kerja untuk melakukan dan mengelola pekerjaan audit. Standar pelaksanaan ini dijabarkan lebih lanjut dalam panduan

Page 15: Makalah Psp

audit keuangan, audit kepatuhan, dan audit kinerja.

6 Standar Pelaporan (Reporting Standards)

Lampiran 4 – PSP 03: Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan. Lampiran 6 – PSP 05: Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja. Lampiran 8 – PSP 07: Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. Mengatur pelaporan untuk ketiga jenis pemeriksaan, meliputi antara lain pelaporan tentang hubungan dengan SPAP, pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan, kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengendalian intern, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, informasi rahasia, penerbitan dan pendistribusian laporan pemeriksaan, dan pemberlakuan standar. Selain itu diatur juga mengenai bentuk laporan, isi laporan, dan unsur-unsur kualitas laporan.

Level 3 – ISSAI 400: Reporting Standards. Level 4 – ISSAI 5000-5499: Audit implementation guidelines.

Standar ini tidak dimaksudkan untuk menetapkan aturan dalam melaporkan setiap situasi khusus. Standar ini untuk membantu, bukan untuk menggantikan pertimbangan bijaksana dari auditor dalam membuat opini atau laporan. Standar pelaporan ini dijabarkan lebih lanjut dalam panduan audit keuangan, audit kepatuhan, dan audit kinerja.

12.  Perbedaan SPKN dan SPAPNo. Keterangan SPKN SPAP

1. Ruang Lingkup -    Berlaku bagi pemeriksa BPK ataupun kantor akuntan public yang melakukan kegiatan pemeriksaan pengelolaan keuangan negara

-       Berlaku bagi seluruh akuntan publik dalam melakukan kegiatan pelayanan jasa di sektor swasta

2. Kegiatan yang -       Pemeriksaan keuangan -       Auditing

Page 16: Makalah Psp

diatur -       Pemeriksaan Kinerja

-       Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

-       Atestasi

-       Akuntansi dan review

-       Konsultasi

Dalam hal ini SPAP memiliki pengaturan lingkup bidang  yang lebih luas daripada SPKN

3. Pengendalian Mutu -       Hanya sedikit disinggung dalam standar umum

        diatur secara khusus dalam suatu kumpulan standar tersendiri

4. Standar pelaksanaan-       adanya perencanaan dan supervisi

-       pemahaman atas SPI

-       perolehan bukti yang kompeten

-       pengkomunikasian infomasi oleh pemeriksa

-       pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya

-       merancang pemeriksaan untuk mendeteksi adanya penyimpangan, kecurangan dan ketidakpatutan

-       pengembangan temuan

-       pendokumentasian proses pemeriksaan

Pada standar auditing dalam SPAP standar pelaksanaan meliputi :

         adanya perencanaan dan supervise

        Pemahaman atas SPI

        Perolehan bukti yang kompeten

SPKN mengadopsi standar pelaksanaan yang terdapat pada standar auditing SPAP dengan memberikan beberapa tambahan

5. Standar Pelaporan -       Pengungkapan prinsip akuntansi yang digunakan

-       Pengungkapan atas penerapan

Pada standar auditing SPAP standar pelaporannya adalah :

-       Pengungkapan prinsip akuntansi

Page 17: Makalah Psp

prnsip akuntansi yang digunakan

-       Pengungkapan informatif atas laporan yang diperiksa harus memadai

-       Pernyataan pemeriksa atas keseluruhan hasil pemeriksaan

-       Peryataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan

-       Pelaporan tentang kepatuhan terhadap Undang Undang

-       Pelaporan kondisi SPI obyek pemeriksaan

-       Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang bertanggungjawab

-       Pelaporan mengenai informasi rahasia

-       Penerbitan dan Pendistribusian laporan

yang digunakan

-       Pengungkapan atas penerapan prnsip akuntansi yang digunakan

-       Pengungkapan informatif atas laporan yang diperiksa harus memadai

Pernyataan pemeriksa atas keseluruhan hasil pemeriksaan

SPKN mengadopsi standar pelaporan dalam standar auditing dalam SPAP dengan memberikan beberapa tambahan

13.  Kendala Penerapan SPKNDalam penerapannya ada beberapa kendala yang ditemui oleh penulis, antara lain :

-          Pelaksanaan peer review yang diatur dalam standar umum belum direncanakan secara konsisten dan hasilnya tidak dipublikasikan secara luas

-          Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atas nama BPK akan mengalami kesulitan karena adanya dua standar yang mengikat

-          Penetapan kriteria pelaksanaan pemeriksaan kinerja ditetapkan oleh pemeriksa pada saat menjelang proses pemeriksaan bisa mengakibatkan pemeriksaan menjadi tidak obyektif karena bisa terjadi ketidaksingkronan dengan sasaran kinerja yang ditetapkan oleh obyek pemeriksaan

-          Standar pelaporan informasi rahasia belum didukung dengan sanksi yang tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas pembocoran infomasi tersebut. Contoh terbaru adalah kebocoran hasil temuan audit investigasi atas kasus bank century tidak jelas proses pencarian pihak yg bertanggungjawab atas kebocoran informasi tersebut.

Page 18: Makalah Psp

BAB IIIPENUTUP

III.I. KesimpulanBerdasarkan tulisan di atas maka saya mengambil kesimpulan bahwa Standar dalam

pemeriksaan laporan keuangan sangat penting dan perlu disamakan agar tidak terjadi penyalahgunaan atau kesalahan dalam laporam keuangan dan juga dapat mempermudah suatu instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan.

Dengan adanya standart yang telah ditetapkan maka tidak akan ada dua atau lebih macam standar sehingga hanya ada satu pedoman atau acuan dalam hal standar pemeriksaan laporan keuangan. Standar pemeriksaan laporan keuangan sangat dibutuhkan karena instansi pemerintah rentan akan permasalahan korupsi, kolusi, serta rendahnya tingkat efisiensi dan efektivitas yang mampu ditunjukkan oleh pemerintah. Audit terhadap sektor publik harus memiliki standar yang jelas dan  tegas agar dipatuhi oleh instansi pemerintah.III.II Saran            Dengan adanya standart yang telah ditetapkan untuk instansi sektor publik maupun privat harus menggunakan standart yang telah ditetapkan tanpa pengecualian.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Peraturan BPK nomor 01 tahun 2p0072.      http://criskuntadi.blogspot.com/3.      http://kapswd.blogspot.com/2012/08/apakah-yang-dimaksud-spap-dan-spkn.html4.      https://wiraswadesi.wordpress.com/2011/10/25/standar-pemeriksaan-keuangan-negara/5.      http://bintimuchsini.blogspot.com/6.     https://www.academia.edu/7252646/

Perbandingan_Standar_Profesional_Akuntan_Publik_SPAP_dan_Standar_Pemeriksaan_Keuangan_Negara_SPKN_

7.      https://www.academia.edu/6101734/perbedaan_spap_dan_spkn