Upload
sasya-andriansyah
View
81
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah pulmo
Citation preview
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................................2
BAB II: LAPORAN KASUS ..................................................................................................3
BAB III: PEMBAHASAN ......................................................................................................6
3.1 Identitas ..................................................................................................................... 6
3.2 Masalah .......................................................................................................................6
3.3 Hipotesis..................................................................................................................... 6
3.4 Anamnesis .................................................................................................................. 7
3.5 Pemeriksaan fisik........................................................................................................ 7
3.6 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................12
3.7 Diagnosis ...................................................................................................................13
3.8 Patofisiologi ..............................................................................................................15
3.9 Penatalaksanaan.........................................................................................................16
3.10 Komplikasi................................................................................................................16
3.11 Prognosis ...................................................................................................................17
BAB IV: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................18
BAB V: KESIMPULAN ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................27
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bronkitis adalah peradangan (inflamasi dan iritasi) pada saluran napas bawah
(bronkus). Terdapat dua tipe bronkitis yaitu : bronkitis akut dan bronkitis kronik. Pada
bronkitis akut proses peradangannya baru saja terjadi dan dapat pulih dalam 2-3 minggu.
Sementara proses peradangan pada bronkitis kronik telah terjadi sebelumnya, dan ditandai
dengan adanya batuk produktif selama minimal 3 bulan dalam setahun atau paling tidak 2
tahun berturut-turut. Bronkitis akut dapat terjadi pada dewasa terutama pria >60 tahun dan
anak-anak <5 tahun. Secara epidemiologi, bronkitis akut merupakan penyakit yang sering
dijumpai di seluruh dunia dan merupakan salah satu dari lima alasan utama seseorang datang
ke dokter. Tidak terdapat perbedaan pada distribusi rasial, dan diduga bahwa bronkitis akut
lebih sering muncul pada status sosial ekonomi yang rendah dan pada orang yang tinggal di
daerah industri.
Bronkitis akut seringkali disebabkan oleh virus saluran napas, maka itu terjadi
kecenderungan orang akan terkena bronkitis akut setelah terkena infeksi saluran napas. Pada
jumlah yang lebih jarang, bronkitis akut dapat disebabkan oleh bakteri. Namun, frekuensi
etiologi tidak selalu sama karena berdasarkan kondisi geografis setempat. Selain itu penyebab
bronkitis akut ada yang bersifat non-infeksius seperti polutan. Gejala yang paling sering
ditemui antara lain : batuk kering (awal) yang beberapa hari kemudian batuk akan bersifat
mukoid, deman subfebris dan malaise. Diagnosa bronkitis akut berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia.
Bronkitis akut merupakan penyakit yang self limiting disease, maka tatalaksana
yang dilakukan pada pasien biasanya hanya bersifat simptomatik jika tidak ada tanda-tanda
infeksi sekunder. Pemberian minum air hangat yang banyak juga dianjurkan untuk membantu
pengeluaran dahak. Selain itu pemberian ekspetoran atau antitusif bersifat meredakan batuk
yang berlebihan.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Lembar 1
Saudara sedang bertugas di poli umum RS A. Datang seorang laki-laki umur 25 tahun
dengan keluhan batuk sejak 10 hari yang lalu
Lembar 2
Seorang laki-laki umur 25 tahun datang dengan keluhan utama batuk sejak 10 hari
yang lalu. Batuk awalnya kering. 1 minggu kemudian timbul dahak berwarna putih. Napas
terasa berat. Tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada muntah, tenggorokan tidak gatal,
tidak nyeri otot, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak ada nyeri dada.
Terdapat riwayat infeksi saluran napas atas 2 minggu yang lalu.
Riwayat batuk lama disangkal. Pasien tidak merokok. Riwayat hipertensi pada pasien
disangkal. Riwayat pengobatan disangkal. Tidak ada riwayat hipertensi dan batuk lama pada
orang tua pasien.
Lembar 3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan, tidak pucat
Tensi darah : 120/80
Nadi : 80x/menit, regular, kuat, isi cukup
Frekuensi napas : 24x/menit, tipe abdominotorakal
Suhu tubuh : 380C
BB : 65 kg
TB : 168 m
JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar
3
Toraks:
Inspeksi : Toraks simetris, iktus cordis normal
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : S1-S2 normal, murmur (-), suara napas vesikuler, ronki (+)/(+),
wheezing (-)/(-)
Abdomen dan Ekstremitas: tidak ditemukan kelainan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 14 g/dL
Eritrosit : 5 Juta
Leukosit : 7000/µL
Hitung Jenis : 0/1/3/30/60/6
Trombosit : 200.000
LED : 3 mm/jam
Hematokrit : 42%
Hasil Foto Toraks
4
5
BAB III
PEMBAHASAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
II. MASALAH
- Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 10 hari yang lalu, dapat
dikategorikan sebagai batuk akut. Batuk awalnya kering, seminggu kemudian
batuk disertai berdahak warna putih.
- Terdapat riwayat infeksi saluran napas atas 2 minggu yang lalu.
III. HIPOTESIS
Batuk bisa disebabkan ada gangguan di paru atau non-paru:
1. Iritan : Asap, Rokok, SO, Gas di tempat kerja
2. Mekanik : Aspirasi, Post Nasal Drip, Benda asing dalam saluran nafas
3. Penyakit Paru Obstruktif : Bronkitis kronis, Asma, Emfisema, Bronkiektasis
4. Penyakit Paru Restriktif : Penyakit Kolagen, penyakit granulomatosa
5. Infeksi : Laringitis, Bronkitis akut, Pneumonia, Pleuritis
6. Tumor
7. Psikogenik
8. Obat-obatan : Captopril
9. GI Trat : GERD
Masalah Hipotesis
Batuk BatukAkut ( < 3 Minggu )
ISPA
6
BronkitisAkut
Sinusitis Viral
Aspirasibendaasing
LVHF
Batuk Sub Akut ( >3 – 8 Minggu )
Post ISPA
TB Paru
Sinusitis bakterialis
Asma
Batuk Kronis
GERD
Pertussis
ACE inhibitor
PPOK
Smokers
IV. ANAMNESIS
- Apakah ada gejala lain yang menyertai?
- Apakah batuk disertai dahak? Bagaimana konsistensinya?
- Apakah pasien seorang perokok?
- Bagaimana riwayat pengobatan pasien? Apakah pernah mengonsumsi obat-obatan
golongan Ace Inhibitor?
- Bagaimana riwayat penyakit dahulu apakah pernah menderita hipertensi?
- Bagaimana riwayat penyakit di keluarga?
V. PEMERIKSAAN FISIK 2
Hasil Pasien Keadaan Normal Interpretasi
Keadaan umum Tampak sakit
ringan, tidak
pucat
Tidak pucat menandakan pada pasien tidak ada
anemia.
Tekanan darah 120/80 mmHg Normal.
7
Kriteria tekanan darah (menurut JNC VII) :
Nadi 80x/menit,
regular, kuat, isi
cukup
60 – 100 x/menit,
reguler, kuat, isi
cukup
Normal.
Pernapasan 24 x/menit, tipe
abdominotorakal
14 – 18 x/menit, tipe
abdominotorakal
Takipnea. Pada anamnesis
diketahui adanya dada berat,
hal ini kemungkinan juga
menunjukkan adanya
dispnea, hal ini dapat
disebabkan karena adanya
inflamasi pada bronkus yang
menyebabkan menyempitnya
saluran pernapasan sehingga
pasien merasa susah untuk
bernapas dan meningkatkan
frekuensi pernapasan untuk
mencukupi kebutuhan O2
tubuh.
Jenis pernapasan pria adalah
abdominotorakal yaitu lebih
menonjol gerak dinding
perutnya dibanding dada.
Sedangkan jenis pernapasan
wanita adalah sebaliknya.
8
Suhu tubuh 38ᵒC Subfebris. Dapat disebabkan karena adanya infeksi
namun karena sudah terjadi beberapa hari dan hanya
demam ringan sehingga pada anamnesis pasien tidak
merasa adanya demam.
Berat badan 65 kg Normal.
Pengukuran BMI pasien ini, 65 : (1,68)² = 23,03.
Kelompok kami masih mentoleransi lebihnya 0,1
dari normal, sehingga kami menggolongkan pasien
ini berat badan normal.
Pengukuran berat (dan tinggi) badan dapat untuk
menentukan status gizi, menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkan, dan memantau perkembangan
penyakit.
Tinggi badan 168 cm
JVP Normal Normal. Vena jugularis diperiksa untuk menentukan
tingginya tekanan di atrium kanan yang dapat
ditetapkan dengan melihat tingginya kolom pengisian
darah di vena jugularis. Bila JVP lebih tinggi dari 5 +
9
3 cmH2O, JVP dianggap meningkat dan dijumpai
pada dekompensasi kordis kanan, perikarditis
konstriktiva, insufisiensi katup trikuspidalis (TI) atau
karena adanya tumor di mediastinum yang menekan
VCS. Semakin tinggi JVP, semakin berat keadaan
sakitnya.
KGB Tidak ada
pembesaran
Normal.
TORAKS
Inspeksi Toraks simetris,
iktus kordis
normal
Normal.
Pada toraks yang normal tampak simetris, potongan
melintang toraks berbentuk elips, diameter antero-
posterior : lateral = 5 : 7, sela iga tidak terlalu lebar
atau sempit, iga – iga tidak terlalu horisontal atau
terlalu vertikal, angulus subcosta = 70ᵒ - 90ᵒ.
Lokasi pada orang dewasa normal 1-2cm sebelah
medial dari garis midklavikularis kiri di sela iga V.
Iktus yang terletak lebih lateral dari normal terdapat
pada dekompensasi kordis kiri, efusi pleura kanan,
fibrosis atau atelektasis paru kiri. Iktus yang terletak
lebih medial daripada normal terdapat pada efusi
pleura kiri, fibrosis atau atelektasis paru kanan. Pada
pasien iktus kordis normal, sehingga penyakit-
penyakit diatas (penyebab abnormalitas iktus kordis)
dapat disingkirkan.
Palpasi Vocal fremitus
normal
Normal.
Pasien diminta untuk mengucapkan kata-kata apa
saja misalnya tujuh puluh tujuh berulang-ulang dan
getarannya pada dinding toraks diraba oleh kedua
telapak tangan yang diletakkan masing-masing pada
10
hemitoraks secara simetris. Pada pasien didapatkan
hasil normal, karena pada saat pemeriksaan dirasakan
getaran suara pasien pada dinding toraks (vocal
fremitus) dirasakan sama kuatnya pada tempat-
tempat simetris.
Bila vocal fremitus melemah pada salah satu sisi,
mungkin penyebabnya adalah adanya efusi pleura,
emfisema, pneumotoraks atau atelektasis obstruktif.
Bila vocal fremitus mengeras pada salah satu
sisi/tempat, kemungkinan karena adanya infiltrat,
konsolidasi, atelektasis kompresif atau tumor paru
pada bagian itu.
Perkusi Sonor di seluruh
lapang paru
Normal.
Bunyi perkusi sonor adalah bunyi yang kurang
nyaring dibandingkan bunyi hipersonor, yaitu bunyi
nyaring bernada rendah. Merupakan bunyi perkusi
pada dinding toraks dengan kavum pleura dan
jaringan paru yang normal dan dapat ditemukan pada
bronkitis.
Auskultasi S1-S2 normal,
murmur (-),
suara napas
vesikuler, ronki
(+)/(+),
wheezing (-)/(-)
Abnormal pada ronki dimana seharusnya ronki (-)/(-)
dan pada auskultasi lainnya normal.
Ronki adalah suara tambahan pada suara napas yang
disebabkan oleh cairan eksudat atau transudat atau
darah di dalam lumen bronkus atau bronkiolus. Bila
cairan itu bersifat encer, maka yang terdengar ronki
basah. Tetapi bila karena proses penguapan atau
oksidasi maka cairan menjadi liatm yang terdengar
adalah ronki kering. Tergantung dalam lumen
bronkus mana cairan itu terdapat (bronkus besar,
sedang atau kecil atau bronkiolus) ronki basah dapat
terdengar kasar, sedang, atau halus sedangkan ronki
11
kering dapat terdengar sibilant (halus dan
melengking). Tetapi bila kavitas dengan sedikit
cairan encer didalamnya, mungkin dapat terdengar
juga suatu ronki basah yang bersifat kasar.
Pada pasien ini, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik lainnya dan penunjang, kami diagnosis
Bronkitis Akut sehingga kemungkinan ronki yang
didapat pada pemeriksaan adalah ronki basah kasar.
S1-S2 yang normal menandakan tidak adanya
kelainan pada katup jantung.
Suara napas vesikular didengar di daerah perifer
dada. Nada lebih tinggi dari pada suara napas sub
bronkial. Fase inspirasi : ekspirasi = 3 : 1. Berasal
dari udara inspirasi ekspirasi di bronkus kecil atau
bronkiolus.
Abdomen Tidak
ditemukan
kelainan
Normal
Ekstremitas
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Interpretasi
Hb
(N: 14-18 gr/dl)
14 gr/dl Normal
Eritrosit
(N: 4,6–6,2 juta/mm3)
5 juta/mm3 Normal
Leukosit
(N: 5–10 ribu/mm3)
7000 /mm3 Normal
Hitung jenis 0 / 1 / 3 / 30 / 60 / 6 Neutrofil segmen
12
(N: 0-1 / 1-3 / 2-8 / 50-
70 / 20-40 / 2-8)
menurun, limfosit
meningkat. Hal tersebut
dapat dikarenakan
infeksi virus
Trombosit
(N: 150-350 ribu/mcl)
200 ribu/mcl Normal
LED
(N: 0-10 mm/jam)
3 mm/jam Normal
Hematokrit
(N: 40-52 %)
42 % Normal
FOTO RONTGEN
- CTR <50 %, tidak adanya kardiomegali
- Lapangan paru bersih kiri dan kanan
- Trakea berada di tengah
- Pleura dan bronkus tidak terlihat
- Sinus costophrenikus lancip, tidak adanya cairan
- Corakan bronkovaskular meningkat
Karena pada inflamasi akut aliran darah akan meningkat dan terjadi hiperemi.
- Tinggi diafragma normal
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Bronkitis Akut
Bronkitis Akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang
ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3
minggu. Sebagian besar bronkitis akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Diagnosis bronkitis akut ini
ditegakkan berdasarkan berbagai kriteria yang meliputi anamnesis , pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang . Pada anamnesis pasien didapatkan adanya gejala batuk selama 10
13
hari, batuk awalnya kering, 1 minggu kemudian timbul dahak berwarna putih. Napas terasa
berat. Tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada muntah, tenggorokan tidak gatal, tidak
nyeri otot, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak ada nyeri dada. Terdapat riwayat infeksi saluran
napas atas 2 minggu yang lalu. Riwayat batuk lama disangkal. Pasien tidak merokok.
Riwayat hipertensi pada pasien disangkal. Riwayat pengobatan disangkal. Tidak ada riwayat
hipertensi dan batuk lama pada orang tua pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil yang menunjukan bahwa keadaan umum pasien
tampak sakit ringan, tidak pucat. Tekanan darah normal 120/80, Nadi normal 80x/menit,
regular, kuat, isi cukup, Frekuensi napas takipnea 24x/menit, tipe abdominotorakal, Suhu
tubuh subfebris 380C, BB/TB 65 kg/168m, JVP normal, tidak ada pembesaran kelenjar. Pada
inspeksi didapatkan toraks simetris dan iktus cordis normal, Palpasi ditemukan vocal fremitus
normal, Perkusi terdengar sonor diseluruh lapang paru, Auskultasi didapatkan S1-S2 normal,
murmur (-), suara napas vesikuler, ronki (+)/(+), wheezing (-)/(-), Abdomen dan Ekstremitas:
tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan penujang darah rutin didapatkan adanya neutrofil segmen yang menurun
dan limfosit yang meningkat. Hal tersebut bisa dikarenakan adanya infeksi virus.3
Diagnosis Banding
1. ISPA
Infeksi saluran Pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit
parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Tanda-tanda klinis Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak
teratur(apnea), Retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Pada sistem cardial adalah:
tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. Pada sistem
cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma. Pada hal umum adalah :letih dan berkeringat banyak.4
14
2. Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut
pneumonia.
Setengah dari kejadian Pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada
balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi
terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian.5
VIII. PATOFISIOLOGI
Bronkitis adalah suatu inflamasi yang terjadi pada saluran bronkial yaitu saluran udara
yang berfungsi membawa oksigen ke dalam paru – paru. Inflamasi ini dapat menyebabkan
batuk yang disertai lendir serta sesak napas, mengi, dan rasa tidak nyaman pada dada.
Virus pernapasan adalah penyebab paling umum dari terjadinya bronkitis akut seperti
influenza A dan B, parainfluenza, virus RSV, dan coronavirus.6 Selain itu beberapa
mikrorganisme lain selain virus seperti Chlamydia pneumoniae, Streptococcus pneumoniae,
Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae juga dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya bronkitis akut walaupun frekuensi nya lebih jarang terjadi.
Selama episode bronkitis akut, infeksi pada epitel tracheobronkial baik oleh virus , bakteri
maupun mikroorganisme lain menyebabkan terjadinya kerusakan pada epitel tersebut.Hal ini
menyebabkan dilepaskannya mediator proinflamasi local yaitu PMN.7 Pelepasan mediator
proinflamasi local ini menyebabkan sel-sel dari lapisan bronkus-jaringan yang teriritasi dan
selaput lendir menjadi hyperemic dan membengkak.Pembengkakan ini mengurangi fungsi
mukosiliar yang terdapat pada bronkial. Akibatnya, saluran udara tersumbat oleh debris dan
proses iritasi meningkat. Sebagai respon terhadap hal ini terjadilah hiperresponsitivitas dari
bronkus yang menyebabkan sekresi mucus yang berlebihan dan menyebabkan batuk.8
15
IX. PENATALAKSANAAN 9
1. Medikamentosa
Pada pasien dengan bronkitis akut kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus. Oleh
sebab itu tidak dibutuhkan antibiotik kecuali pasien dengan usia lanjut, ada infeksi
sekunder. Pada pasien bronkitis akut penatalaksanaannya adalah secara simptomatik.
Oleh sebab itu, tatalaksana yang sesuai dengan kasus ini adalah:
Ekspektoran (merangsang pengeluaran sputum)
Mukolitik (mengencerkan sekret)
Bronkodilator (mengatasi nafas berat/sesak) mis: albuterol inhalasi
(Salbutamol)
2. Non-Medikamentosa
Eliminasi pencetus batuk
Hidrasi (terapi cairan)
Istirahat cukup
Oksigen
X. KOMPLIKASI
1. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis. Radang pada parenkim paru. Bronchitis
sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran
nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
2. Pleuritis. Radang pada pleura. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
3. Septikemia. Disebabkan oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering
menjadi penyebab kematian karena dapat terjadi metastasis abses di otak.
4. Bronkiektasi. Pelebaran bronkus abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastis dan muskular dinding bronkus. Pada bronkitis akut yang sering
mengalami infeksi berulang dapat terjadi hal ini.
5. Empiema. Pada bronkitis akut dapat terjadi pleuritis. Dari pleuritis dapat berkembang
menjadi empiema yaitu terdapatnya pus dalam rongga pleura.
16
6. Abses paru. Lesi paru supuratif disertai dengan nekrosis jaringan di dalamnya. Oleh
karena septikemia maka dapat menyebabkan abses paru.
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad funtionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Pada pasien bronkitis akut memiliki prognosis yang baik karena pada dasarnya infeksi virus
erupakan merupakan self-limiting disease dan jika dilakukan penatalaksanaan yang tepat,
komplikasi jarang terjadi.
17
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI & HISTOLOGI TRAKTUS RESPIRATORIUS
HIDUNG
Ø Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini
dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam
rongga hidung.
Ø Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang
yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan
penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis
terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.
SALURAN PERNAPASAN
Ø Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya
dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-
laringeal)
Ø Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk
ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama
18
oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan
disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu
disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis
tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid,
berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang
rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir
yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis.
Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas
laring sewaktu menelan.
Ø Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju
keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakangnya tidak
bersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari
tulang belakang.
Ø Bronkus Principalis
Terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah
cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.
19
Bronkus kiri lebih panjang daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri
pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
PARU-PARU
Paru-Paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada.
Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ
yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga
toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,
permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang
belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
Ø Lobus paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi
tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di
dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
Ø Bronkus Pulmonaris
Trakea terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum
masuk paru-paru. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari
trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi
epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya
tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium
yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan
pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
Ø Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
20
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari
ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran
bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-
belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung
udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah
merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua
vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi
oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan
oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk
pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri
pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan
darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah dibawa dari setiap
paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka
dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
Ø Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut:
· Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru
· Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
· Bronkus primer yang bercabang
· Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru.
· Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior.
· Pebuluh limfe dan kelenjar limfe
· Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpatis
· Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura
viseralis erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan
lobus satu dari yang lain. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang
menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura
21
servikalis. Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit cairan untuk mengurangi
gesekan ketika respirasi.
B. FISIOLOGI PERNAPASAN10
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan
mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan
dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
C. BRONKITIS AKUT
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada saluran napas bawah (bronkus). Pada
bronchitis akut biasanya proses inflamasi berlangsung 3 minggu. Etiologi dari bronchitis akut
umumnya adalah infeksi virus seperti rhinovirus, coronavirus, virus influenza dan
adenovirus. Selain itu, mikroorganisme yang dapat menyebabkan bronchitis akut yaitu
Mycoplasma, Chlamydia dan Bordetella pertussis.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan frekuensi bronchitis akut di
masyarakat yaitu :
1. Status ekonomi rendah
2. Kawasan industry
3. Anak usia <5 tahun atau >60 tahun.
Bronkitis akut menyebabkan secret mucus yang berlebihan, bronki membengkak,
disfungsi silia yang menghambat aliran udara ekspirasi. Manifestasi klinis yan ditimbulkan
bronchitis akut yaitu demam (low grade), batuk kering yang menjadi mukoid atau purulen
dengan banyak mucus dan bisa disertai dengan kesulitan bernafas. Penegakan diagnosis
22
bronchitis akut cukup dengan gejala klinis, pemeriksaan laboraturium dan radiografi hanya
menunjang penegakan diagnosis.
Penderita bronchitis akut harus lebih banyak istirahat dan menghindari kelelahan,
mengkonsumsi makanan yang bergizi, menghindari debu atau zat-zat kimia yang dapat
menyebabkan inflamasi bronkus serta menghentikan kebiasaan buruk merokok yang
merupakan faktor presipitasi dari bronchitis akut. Prognosis pada bronchitis akut adalah baik
apabila tidak disertai dengan penyakit penyerta komorbid pada penderita.
D. PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru yang bisa disebabkan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur atau parasit dengan gejala klinis batuk, demam tinggi
disertai dengan adanya nafas cepat dan kesulitan bernafas. Pada pemeriksaan fisik tergantung
luas kesi di paru. Dari inspeksi terlihat tertinggal saat bernafas, pada palpasi didapatkan
fremitus suara mengeras, saat diperkusi adalah redup dan auskultasi didapatkan hasil
bronkovesikuler dan ronki. Cara penularan pneumonia yaitu inokulasi, inhalasi, hematogen
atau kolonisasi.
Patogenesis dari pneumonia adalah sebagai berikut :
23
Host
Mikroorganisme Lingkungan
Faktor resiko :
Alkohol
Merokok
Penyakit kronik
(Jantung, paru)
Obstruksi bronkus
Imunosupresi
Drug abuse
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis salah satunya
adalah gambaran radiologis. Pada foto toraks PA ditemukan infiltrate-konsolidasi dengan “air
bronchogram” interstitial serta gambaran kavitas. Foto toraks juga dapat menjadi petunjuk
diagnosis etiologi seperti jika ditemukan pneumonia lobaris, infeksi disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae dan adanya infiltrat bilateral biasanya disebabkan oleh infeksi
Pseudomonas aeruginosa.
E. MEKANISME BATUK
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase
kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase
iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah
udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang
akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara
dalam kecepatan tertentu.11
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat
ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi
jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian
lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai
50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini.
Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat
menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar
akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.
Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis selama,
fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk
24
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama
0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 100
mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan
manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang
didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi
paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.12
Gambar 2. Fase Batuk
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan
keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan
suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu
3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap.
25
Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan
pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami dengan menganalisa anamnesis,
pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, dan setelah
mengkaji masalah yang ada, dapat disimpulkan dari Laki-laki yang berusia 25 tahun ini
menderita bronkitis akut. Bronkitis akut umumnya self limiting disease, secara umum pasien
hanya perlu banyak istirahat, minum banyak non kafein (jus dan air) serta hidrasi yang
adekuat ditambah pengobatan yang bersifat simptomatik. Prognosis untuk pasien ini berupa
ad bonam karena bronkitis akut yang umumnya bersifat self limiting disease serta tidak
ditemukannya komorbid pada pasien ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Acute Bronchitis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/297108-
overview#a0156. Accessed on 6th June 2013.
2. Natadidjaja H. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam. In: Saputra L,
editor. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher; 2012.p.30-144
3. Bronkitis akut. Available at: http://paru-paru.com/bronkitis-akut/. Accessed on 5th
June 2013.
4. Makalah Bronkitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf. Accessed
on 5th June 2013.
5. Bronkitis Akut. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27273/4/Chapter%20II.pdf. Accessed
on 5th June 2013.
6. Knutson D, Braun C. Diagnosis and management of acute bronchitis. Am Fam
Physician. May 15 2002;65(10):2039-44.
7. Wilson WR,Sande MA.Current diagnosis & treatment in infectious diseases.New
York:McGraw Hill;2001.p.118
27
8. Sethi S, Murphy TF. Infection in the pathogenesis and course of chronic obstructive
pulmonary disease. N Engl J Med. Nov 27 2008;359(22):2355-65.
9. Wilson WR, Hendry NK, Sande MA, etc. Diagnosis&Treatment in infectious disease.
Rochester. 2001: Lange.p.119
10. Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
11. Yoga Aditama T. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi FK UI, Unit Paru
RS Persahabatan, Jakarta. 1993.
12. F. Dennis McCool. Global Physiology and Pathophysiology of
Cough.CHEST January 2006 vol. 129 no. 1 suppl 48S-53S
28