42
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS” Disusun oleh : 1. Andry Agustian Putra 2.Elsi Yunita 3. Ika Supianti 4.Maryadi 5. Muhamad Muhidin 6. Widya Eka Destriyana 7. Yanti Jumi Yanti 8. Yesi Darmiati 9. Yogi Hersovin Dosen pembimbing : Ns. Gusnilawati, S.Kep, M.Epid

Makalah Sinusitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmb

Citation preview

Page 1: Makalah Sinusitis

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS”

Disusun oleh :

1. Andry Agustian Putra

2. Elsi Yunita

3. Ika Supianti

4. Maryadi

5. Muhamad Muhidin

6. Widya Eka Destriyana

7. Yanti Jumi Yanti

8. Yesi Darmiati

9. Yogi Hersovin

Dosen pembimbing : Ns. Gusnilawati, S.Kep, M.Epid

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: Makalah Sinusitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan, karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya kami bisa menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

gangguan telinga hidung dan tenggorokan sinusitis pada mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah I dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih kepada orang tua kami, teman-teman kelompok yang telah membantu dalam

pembuatan tugas ini. Dan tidak lupa juga kami berterima kasih kepada Dosen yang

telah memberikan tugas ini agar kami bisa menjadi manusia yang kaya akan ilmu

pengetahuan.

Tujuan pembuatan ini agar kita semua mengetahui tentang gangguan pada

penyakit Sinusitis. Kami menyadari dalam pembuatan masih banyak kekurangan di

dalamnya. Maka dari itu kami meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan. Akhir

kata kami ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat.

Bengkulu, Oktober 2014

Penulis

Page 3: Makalah Sinusitis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………..

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….

C. TUJUAN…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….

A. PENGERTIAN SINUSITIS………………………………………………………

B. ETIOLOGI……………………………………………………………………….

C. MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………………

D. KOMPLIKASI…………………………………………………………………….

E. PATOFISIOLOGI………………………………………………………………...

F. PENATALAKSANAAN…………………………………………………………

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………………

BAB III ASKEP PADA PASIEN SINUSITIS…………………………………………..

A. PENGKAJIAN…………………………………………………………………..

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………………..

C. INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………………………

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………..

B. SARAN……………………………………………………………………………

BAB I

Page 4: Makalah Sinusitis

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir

menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas

yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap

beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan

bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu

pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi

ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien

(gangguan prostat) bagi laki-laki.

Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,

hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan

ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada

mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis

mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang

meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan

perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah

(87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).

Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak

respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis

saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus

menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.

Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu

cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test,

tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang

menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang

paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini

alergen penyebab dapat ditentukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana anatomi dari sinus?

Page 5: Makalah Sinusitis

2) Apa definisi dari sinusitis?

3) Apa manifestasi klinis dari sinusitis?

4) Bagaimana etiologi dari sinusitis?

5) Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?

6) Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?

7) Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?

8) Apa saja komplikasi dari sinusitis?

9) Bagaimana woc (web of caution) dari sinusitis?

10) Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis?

.

1.3 TUJUAN

1) Dapat mengetahui anatomi sinusitis

2) Dapat memahami definisi sinusitis.

3) Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.

4) Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.

5) Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.

6) Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis.

7) Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.

8) Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.

9) Dapat memahami woc (web of caution) dari sinusitis

10) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.

1.4 MANFAAT

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan

keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam

proses keperawatan

BAB II

Page 6: Makalah Sinusitis

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

Secara umum sinusitis berarti proses radang apapun yang mengenai sinus.Sinusitis

adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus (rongga udara yang terdapat di area wajah

yang terhubung dengan hidung).

Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus itu sendiri adalah

rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.

Sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan

lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri (Putri

rahza,2010 ). Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena

merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,

sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan cilia,

dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi

dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di

sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

Page 7: Makalah Sinusitis

Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus

terkena disebut pansinusitis. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembaban

hidung dan menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus terdiri dari 4 jenis :

a. Sinus frontal, terletak diatas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.

b. Sinus maxilary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung

c. Sinus etmhoid, terletak diantara mata, tepat dibelakang hidung

d. Sinus sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata.

B. ETIOLOGI

1. Pada sinus akut, yaitu : infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian

atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).

2. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal

tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat

akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak

berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi

infeksi sinus akut.

3. Infeksi jamur

Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem

kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

4. Peradangan menahun pada saluran hidung pada penderita rhinitis alergi dan juga

penderita rhinitis vasomotor

5. Septum nasi yang bengkok

6. Tonsilitis yang kronik

7. Pada sinusitis kronik, yaitu : sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh

1. Alergi

2. Caries dentis (gigi graham atas)

3. Septum nasi yang bengkok sehingga mengganggu aliran mukosa

4. Benda asing di hidung dan sinus paranasal

Page 8: Makalah Sinusitis

5. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

C. PATOFISOLOGI

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar

(mucociliary clearance) didalam kompleks osteo-meatal.Sinus dilapisi oleh sel epitel

respiratorius.Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous

superficial dan lapisan serous profunda.Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk

membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandung zat zat yang berfungsi

sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara

pernafasan.Cairan mucus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlah nya

berlebihan.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pathogenesis terjadinya sinusitis yaitu

apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan

terjadinya hipooksigenasi yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan

cairan mucus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi

mucus yang kurang baik pada sinus.

Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri

(anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya

rusak. Pada pulpa yang terbuka, kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa

sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium

menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses

periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan abses

alveolar.Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa

sinus.Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan

akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan dengan tiga faktor,

yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari faktor ini

akan merubah sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis.

WOC Sinusitis

VirusBakteriJamur

Page 9: Makalah Sinusitis

Stimulus sel sel goblet dan sel mukosa

Breathing

Peradangan lapisan rongga

BoneBowel

Aktivitas seluler meningkat

Metabolisme meningkat

fungsi penghidu

Akumulasi secret berlebih dan edema

Peningkatan metabolisme

Adanya agen infeksi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Akumulasi secret pada saluran pernafasan

produksi mukus Nafsu makan

Intoleransi aktivitas

Malaise

Pemecahan Karbohidrat, lemak, dan protein lebih banyak BB

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intake nutrisi berkurangBadan tampak kurus

D. MANIFESTASI KLINIK

Makrofag menangkap benda asing yang masuk ke tubuh

Infeksi saluran pernafasan atas

Merangsang pengeluaran mediator kimia

Edema

BradikiniProstalglandin

Peningkatan set. point

Suhu tubuh

Nyeri

Peningkatan tekanan

Resiko kekurangan

cairan

Page 10: Makalah Sinusitis

Berdasarkan waktu terjadi :

1. Sinusitis akut

Hidung tersumbat , ingus kental atau terasa lender dibelakang hidung yang turun ke

tenggorokan

Rasa nyeri tekan pada wajah , pipi antara kedua mata dibelakang mata

Bengkak dipipi

2. Sinus kronis

Disebabkan obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema membrane mukosa

Batuk karena tetesan konstan rabas kental kea arah nasofaring

Sakit kepala kronis pada daerah periorbital dan nyeri wajah

Kaku kuduk merupakan tanda potensi komplikasi

Berdasarkan tempat terjadinya :

1. Sinus Maksila akut

Demam, pusing

Ingus kental di hidung

Hidung tersumbat

Nyeri tekan di pipi

Ingus mengalir ke nasofaring, kental, kadang-kadang berbau

Kadang-kadang ingus bercampur adarah

2. Sinus ethmoid akut

Ingus kental di hidung dan nasofaring

Nyeri di antara dua mata

Pusing

3. Sinus Frontal akut

Demam

Sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari

Ingus kental

Penciuman berkurang

4. Sinus sphenoid akut

Nyeri di bola mata

Sakit kepala

Page 11: Makalah Sinusitis

Ingus di nosofaring

E. KOMPLIKASI

Osteomielitis dan abses subperiosteal

Kelainan mata : abses ( lipatan mata bengkak ), demam , bola mata tak dapat

bergerak ,kebutaan.

Kelainan intracranial : meningitis abses otak , sakit kepala hebat, kesadaran menurun

Kelainan paru : bronchitis, asma

Rhinitis akut, laryngitis,trakeitis dan pneumonia

F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan sinusitis maksila akut

Antibiotic selama 5-7 hari

Obat tetes hidung

Obat terhadap demam dan rasa nyeri

Pengobatan sinusitis etmoid akut

Antibiotic untuk 5-7 hari

Obat terhadap demam dan nyeri

Obat tetes hidung

Pengobatan sinusitis fontal akut

Antibiotic selama 5-7 hari

Obat terhadap demam dan nyeri

Obat tetes hidung

Pengobatan sinusitis sfhenoid akut

Antibiotic untuk 5-7 hari

Obat terhadap nyeri

2. Pencucian sinus paranasal :

a. Pada sinus maksila

Page 12: Makalah Sinusitis

Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan larutan garam

fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya memasukkan kapas yang telah diteteskan

xilokain dan adrenalin ke daerah meatus inferior.Setelah 5 menit, kapas dikeluarkan, lalu

dengan trokar ditusuk di bawah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas luar

mata.Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus, maka jarum trokar

dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di dalam sinus maksila.Pipa itu

dihubungkan dengan semprit yang berisi larutan garam fisiologis, atau dengan balon yang

khusus untuk pencucian sinus itu.

Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk membuka mulut. Air cucian

sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung di tempat bengkok.

Tindakan ini diulang 3 hari kemudian.Karena sudah ada lubang fungsi, maka

untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi tindakan seperti ini dapat

menimbulkan kemungkinan trokar menembus melewati sinus ke jaringan lunak pipi,dasar

mata tertusuk karena arah penusukan salah, emboli udara karena setelah menyemprot

dengan air disemprotkan udara dengan maksud mengeluarkan seluruh cairn yang telah

dimasukkan serta perdarahan karena konka inferior tertusuk. Lubang fungsi ini dapat

diperbesar, dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan memakai alat, yaitu

busi.Tindakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di kamar bedah, dengan pasien yang

diberi anastesi.

b. Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid

Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah dengan pasien

ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Kedalam hidung diteteskan HCL

efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus menyebut “kek-kek” supaya HCL efedrin yang diteteskan

tidak masuk ke dalam mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak dibawah ( yaitu sinus

paranasal, oleh karena kepala diletakkan ebih rendah dari badan). Ke dalam lubang

hidung dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan dengan alat pengisap untuk

menampung ingus yang terisap dari sinus.Pada pipa gelas itu dibuat lubang yang dapat

ditutup dan dibuka dengan ujung jari jempol. Pada waktu lubang ditutup maka akan

terisap ingus dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup.

Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali seminggu.

3. Tindakan pembedahan

Page 13: Makalah Sinusitis

Pembedahan, dilakukan :

a. bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.

b. bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.

Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan) dengan CT scan.

Macam pembedahan sinus paranasal

1.Sinus maksila

a. Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan sinus maksila di

bagian lateral konka inferior.Gunanya ialah untuk mengalirkan nanah dan ingus yang

terkumpul di sinus maksila.

b. Operasi Caldwell-Luc

Operasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus tulang pipi. Supaya

tidak terdapat cacat di muka, maka insisis dilakukan di bawah bibir, di bagian superior

( atas ) akar gigi geraham 1 dan 2. Kemudian jaringan diatas tulang pipi diangkat kearah

superior, sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang disebut fosa

kanina.Dengan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan demikian rongga sinus maksila

kelihatan.Dengan cunam pemotong tulang lubang itu diperbesar.Isi sinus maksila

dibersihkan. Seringkali akan terdapat jaringan granulasi atau polip di dalam sinus

maksila. Setelah sinus bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat

anthrostom.Bila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka dimasukkan

tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya disalurkan melalui antrostomi ke

luar rongga hidung.Kemudian luka insisi dijahit.

2. Sinus etmoid

Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan dari dalam hidung

(intranasal) atau dengan membuat insisi di batas hidung dengan pipi (ekstranasal).

a. Etmoidektomi intranasal

Tindakan dilakukan dengan pasien dibius umum ( anastesia). Dapat juga dengan

bius lokal (analgesia). Setelah konka media di dorong ke tengah, maka dengan cunam sel

etmoid yang terbesar ( bula etmoid ) dibuka. Polip yang ditemukan dikeluarkan sampai

bersih. Sekarang tindakan ini dilakukan dengan menggunakan endoskop, seh igga apa

yang akan dikerjakan dapat dilihat dengan baik. Perawatan pasca-bedah yang terpenting

ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan

Page 14: Makalah Sinusitis

b.Etmoidektomi ekstranasal

Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di daerah itu sinus etmoid

dibuka, kemudian dibersihkan.

3. Sinus frontal

Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian. Insisi dibuat

seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi kemudian diteruskan ke atas

alis.Tulang frontal dibuka dengan pahat atau bor, kemudian dibersihkan.Salurannya ke

hidung diperikasa, dan bila tersumbat, dibersihkan.Setelah rongga sinus frontal bersih,

luka insisi dijahit, dan diberi perban-tekan.Perban dibuka setelah seminggu. Seringkali

pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama dengan sinus etmoid, yang

disebut fronto-etmoidektomi.

4. Sinus sfenoid

Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah dengan memakai

endoskop. Biasanya bersama dengan pembersihan sinus etmoid dan muara sinus maksila

serta muara sinus frontal, yang disebut Bedah Endoskopi Sinus Fungsional.

Bedah endoskopi sinus fungsional ( FESS=functional endoscopic sinus surgery). Cara

pemeriksaan ini ialah dengan mempergunakan endoskop, tanpa melakukan insisis di kulit

muka.

Endoskop dimasukkan ke dalam rongga hidung.Karena endoskop ini dihubungkan

dengan monitor (seperti televisi), maka dokter juga melakukan pembedahan tidak perlu

melihat kedalam endoskop, tetapi cukup dengan melihat monitor.

Dengan bantuan endoskop dapat dibersihkan daerah muara sinus, seperti daerah

meatus medius untuk sinus maksila, sinus etmoid anterior dan sinus frontal.

Endoskop juga dapat dimasukkan kedalam sinus etmoid anterior dan posterior untuk

membuka sel-sel sinus etmoid.Kemudian dapat diteruskan kedalam sinus sfenoid yang

terletak dibelakang sinus etmoid apabila di CT scan terdapat kelainan di sinus

sfenoid.Sekitar sinus yang sakit dibersihakan, dilihat juga muara sinus-sinus yang lain.

Setelah selesai, rongga hidung di tampoan untuk mencegah perdarahan. Tampon dicabut

pada hari ketiga

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Page 15: Makalah Sinusitis

1) Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis

maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di

meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah

tampak keluar dari meatus superior.

2) Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

3) Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)

4) Transiluminasi (diaphanoscopia)

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi

bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding

sisi yang normal.

5) X Foto sinus paranasalis:

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan

Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air

fluid level) pada sinus yang sakit.Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang

petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan

kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini

terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.Posisi

Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal,

sphenoid dan etmoid.

6) Pemeriksaan CT –Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan

sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak :

penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu

atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus

kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :

a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada pemeriksaan

CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan polip yang

terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid

level.

b. Polip yang mengisi ruang sinus

Page 16: Makalah Sinusitis

c. Polip antrokoanal

d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan

lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang

berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.

7) Pemeriksaan di setiap sinus

a. Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat

terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak membengkak

(edema) dan merah (hiperemis).Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di

nasofaring.

Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut

dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal gambar

bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang

terang atau tidak tampak.Untuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat

perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah

(bilateral ).

b. Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan

hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.

c. Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar

gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus

frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap pada

sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah

sinus frontal berselubung.

d. Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen

Page 17: Makalah Sinusitis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SINUSITIS

Page 18: Makalah Sinusitis

A. PENGKAJIAN

1. Biodata Pasien

Nama

Umur

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita mengeluh hidung tersumbat ,kepala pusing, badan terasa panas

3. Keluhan Utama

Penderita mengeluh nyeri kepala sinus ,tenggorokkan

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien Pernah Menderita Penyakit Akut dan Perdarahan hidung atau trauma

Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

Pernah menderita Sakit gigi graham

5. Riwayat Keluarga

Adakah penyakit yang diderita keluarga yang ada hubungannya dengan penyakit klien

sekarang

6. Riwayat spikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien

Interpersonal: Hubungan dengan orang lain

7. Pola Fungsi Kesehatan

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek

samping

Pola nutrisi dan metabolisme

Page 19: Makalah Sinusitis

Biasanya nafsu makan klien berkurang karna terjadi gangguan pada hidung

Pola sensorik

Daya penciuman klien terganggu karna hidung buntu akibat pilek terusmenerus( baik

purulen serous, muko purulen)

8. Pemeriksaan Fisik

Status Kesehatan Umum

Keadaan umum, tanda vital

Pemeriksaan Fisik dan Fokus hidung

Nyeri tekan pada sinus , rinuskopi(mukosa merah dan bengkak)

B1 (Breath) Pernafasan

Pola Nafas : Tidak Teratur

Suara Nafas : ronkhi

Sesak Nafas : ya

Batuk : Tidak

Retaksi otot bantu nafas : ya

B2( Blood )Kardiovaskuler

Irama jantung : Normal

Nyeri dada : tidak

Bunyi jantung : normal

B3(Brain) Persyarafan

Penglihatan : Normal

Pendengaran :Normal

Penciuman : ada gangguan

Kesadaran : Compos mentis

B4 (Bladder) Perkemihan : Normal

B5(Bowel) : Nafsu makan menurun , porsi makan menurun dan bb

turun

B6(Bone) : Kelemahan otot

B. DIAGNOSA

Page 20: Makalah Sinusitis

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksin jalan nafas oleh penumpukan lendir

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus

makan menurun sekunder dari peradangan sinus

4) Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang

berkaitan dengan demam

5) Intoleransi aktivitas b.d

6) Gangguan pola tidur b.d

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan nafas

tidak efektif b/d

obstruksin jalan nafas

oleh penumpukan

lendir

Tujuan : Jalan nafas

efektif setelah

secret

(seous,purulen)

dikeluarkan

Kriteria :

- Klien tidak

bernafas lagi

melalui mulut

- Jalan nafas

kembali normal

terutama hidung

a) kaji

penumpukan

secret yang ada

b) Observasi

tanda-tanda

vital.

c) Koaborasi

dengan tim

medis untuk

pembersihan

sekret

a) Mengetahui

tingkat

keparahan dan

tindakan

selanjutnya

b) Mengetahui

perkembangan

klien sebelum

dilakukan

operasi

c) Kerjasama

untuk

menghilangka

n penumpukan

secret/masalah

2 Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan

dengan peradangan

Tujuan : Nyeri klien

berkurang atau

hilang

Kaji tingkat

nyeri

Jelaskan sebab

Mengetahui

tingkat nyeri

klien dalam

Page 21: Makalah Sinusitis

pada hidung Kriteria hasil :

- Klien

mengungkapakan

nyeri yang

dirasakan berkurang

atau hilang

- Klien tidak

menyeringai

kesakitan

dan akibat nyeri

pada klien serta

keluarganya

Ajarkan tehnik

relaksasi dan

distraksi

Observasi tanda

tanda vital dan

keluhan klien

Kolaborasi

dngan tim medis

:

1) Terapi

konservatif :

- obat

Acetaminopen;

Aspirin,

dekongestan

hidung

- Drainase sinus

2) Pembedahan :

- Irigasi Antral :

Untuk sinusitis

maksilaris

- Operasi

Cadwell Luc

menentukan

tindakan

selanjutnya

Dengan sebab

dan akibat

nyeri

diharapkan

klien

berpartisipasi

dalam

perawatan

untuk

mengurangi

nyeri

Klien

mengetahui

tehnik distraksi

dn relaksasi

sehinggga

dapat

mempraktekka

nnya bila

mengalami

nyeri

Mengetahui

keadaan umum

dan

perkembangan

kondisi klien.

Menghilangka

n /mengurangi

Page 22: Makalah Sinusitis

keluhan nyeri

klien

3. Gangguan pemenuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

berhubungan dengan

nafus makan menurun

sekunder dari

peradangan sinus

Tujuan : kebutuhan

nutrisi klien dapat

terpenuhi

Kriteria :

- Klien

menghabiskan porsi

makannya

- Berat badan tetap

(seperti sebelum

sakit ) atau

bertambah

kaji pemenuhan

kebutuhan

nutrisi klien

Jelaskan

pentingnya

makanan bagi

proses

penyembuhan

Catat intake dan

output makanan

klien

Anjurkan

makan sediki-

sedikit tapi

sering

Sajikan

makanan secara

menarik

Ciptakan

suasana yang

menyenangkan,l

ingkungan yang

bebas dari bau

selama waktu

makan

Berikan

perawatan mulut

sebelum dan

sesudah

Mengetahui

kekurangan

nutrisi klien

Dengan

pengetahuan

yang baik

tentang nutrisi

akan

memotivasi

meningkatkan

pemenuhan

nutrisi

Mengetahui

perkembangan

pemenuhan

nutrisi klien

Dengan sedikit

tapi sering

mengurangi

penekanan

yang

berlebihan

pada lambung

Meningkatkan

selera makan

klien

Bau-bauan dan

pemandangan

yang tidak

Page 23: Makalah Sinusitis

makakan

Bersikan atas

meja sebelum

makanan di

hidangkan

Jangan gunakan

pengharum atau

diodoran

ruangan yang

terlalu

menyengat

Lakukan fisio

terapi dada dan

nebulizer

selambat

lambatnya 1 jam

sebelum makaan

Berikan tempat

yang tepat untuk

membuang tisu

yang mungkin

berisi

sekret/yang

berasal dari

batuk atau dari

hidung

Berikan terapi

intra vena sesuai

dengan anjuran

dan lakukan

tindakan

menyenangkan

selama waktu

makaan dapat

menyebapkan

anoreksia.

Obat –obatan

saluran

pernapasan

yang di

berikan segera

setelah makan

dapat

mencetuskan

mual dan

munta.

Untuk

mengatasi

masalah

dehidrasi

pasien.

Page 24: Makalah Sinusitis

perawatan serta

pencegahhan.do

rong pasien

untuk minum

minimal 3 liter

cairan per

hari,jika pasien

tidak

mendapatkan

infus

4. Defisit volume cairan

b/d peningkatan

kehilangan cairan

akibat diaforesis yang

berkaitan dengan

demam

Tujuan:

Menunjukkan

keseimbangan

cairan dengan

parameter

individual yang

tepat, mis:

membran mukosa

lembab, turgor kulit

baik, pengisian

kapiler cepat, tanda

vital stabil.

Kaji perubahan

tanda vital,

contoh:

peningkatan

suhu/demam

memanjang,

takikardia,

hipotensi

ortostatik.

Kaji turgor

kulit,

kelembaban

membran

mukosa (bibir,

lidah).

Pantau masukan

dan haluaran,

catat warna,

karakter urine.

Hitung

keseimbangan

Peningkatan

suhu/memanja

ngnya demam

meningkatkan

laju metabolik

dan kehilangan

cairan melalui

evaporasi. TD

ortostatik

berubah dan

peningkatan

takikardia

menunjukkan

kekurangan

cairan

sistemik.

Indikator

langsung

keadekuatan

volume cairan,

meskipun

Page 25: Makalah Sinusitis

cairan.

Waspadai

kehilangan yang

tak tampak.

Anjurkan pasien

untuk minum 2

sampai 3 liter

cairan sehari

(kecuali ada

kontraindikasi).

membran

mukosa mulut

mungkin

kering karena

napas mulut

dan oksigen

tambahan.

Memberikan

informasi

tentang

keadekuatan

volume cairan

dan kebutuhan

penggantian.

Pemenuhan

kebutuhan

dasar cairan,

menurunkan

risiko

dehidrasi.

5. Intoleransi aktivitas b.d NOC:

-Energi

conversation

-Self care:ADLS

Kriteria Hasil :

-Berpartisipasi

dalam aktivitas

tanpa disertai

peningkatan

tekanan darah,

nadi,dan RR.

Observasi

adanya tanda

kerja fisik

(takikardi,

palpitasi,

takipnea,

dispnea, napas

pendek,

hiperpnea, sesak

napas, pusing,

kunang-kunang,

Untuk

merencanakan

istirahat yang

tepat

Untuk

meningkatkan

nilai dasar

perbandingan

selama periode

aktivitas

Untuk

Page 26: Makalah Sinusitis

-Mampu melakukan

aktivitas sehari-

hari(ADLS) secara

mandiri.

berkeringat) dan

keletihan

Ukur tanda vital

selama periode

istirahat

Antisipasi dan

bantu dalam

aktivitas

kehidupan

sehari-hari yang

mungkin diluar

batas toleransi

anak

Rencanakan

aktivitas

keperawatan

mencegah

kelelehanUntu

k mencegah

kebosanan dan

menarik diri

Istirahat yg

cukup berguna

untuk

mempercepat

pemulihan

kemanpuan

6 Gangguan pola tidur

b.d

Setelah diberikan

asuhankeperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan kualitas

tidur pasien

membaik dengan

kriteria hasil:

-Durasi tidur

pasienmeningkat

dari 2 ke 4

-Pola tidur

membaik dari level

2 ke level 4

-Kualitas tidur klien

meningkat dari

Tentukankebutu

han tidur pasien

Tentukan efek

pengobatan

yang diterima

pasien terhadap

pola tidurnya

Pantau pola

tidur dan durasi

tidur klien

Sesuaikan

lingkungan

tidur pasien

Dengan

mengetahui

kebutuhan

tidur pasien,

perawat dapat

mengawasi

pasien untuk

tidur sesuai

kebutuhannya

Beberapa

pengobatan

yang diterima

pasien bisa

mempengaruhi

pola tidur

Page 27: Makalah Sinusitis

level 2 ke level 4

-Efisiensi tidur

klien meningkat

dari level 2 kelevel

4

-Klien dapat tidur

malam dengan

konsisten

-Klien merasa pulih

setelahtidur 

-Klien bangun tidur

padawaktu yang

sesuai

pasien

Untuk

memastikan

klien tidur

dengan pola

dan durasi

yang tepat

Kondisi

lingkungan

yang nyaman

dan kondusif

akan

memudahkan

klien untuk

tidur dengan

lebih baik

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis

maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih

dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.

Page 28: Makalah Sinusitis

B. SARAN

Bagi Mahasiswa sebaiknya mampu memahami bagaimana penyakit sinus yang

terdiri dari macam-macam jenis berdasarkan tempatnya

Bagi Perawat mampu memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien yang

terkena penyakit sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner , Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. 2002. Jakarta: EGC

Nurbaiti, H Iskandar. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat. 1993.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pearson, W Bruce, dkk. Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan. 1993. Jakarta: EGC