36
MAKALAH KASUS 5 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKOLIOSIS KELOMPOK 11 SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145 SALAS AULADI 220110080138 SRI HANDINI PERTIWI 220110080105 SILVIA JUNIANTY 220110080097 SRI MELFA DAMANIK 220110080079 SELLA GITA ADITI 220110080052 SUSI HANIFAH 220110080035 SARAH RIDHASA F. 220110080013 TIARA RACHMAWATI 220110080118 TIARA TRI 220110080108 TRIANDINI 220110080095 TAMMY KUSMAYANTI 220110080053 TIARA ARUM KESUMA 220110080050 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

makalah skoliosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skoliosis

Citation preview

  • MAKALAH KASUS 5

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKOLIOSIS

    KELOMPOK 11

    SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145

    SALAS AULADI 220110080138

    SRI HANDINI PERTIWI 220110080105

    SILVIA JUNIANTY 220110080097

    SRI MELFA DAMANIK 220110080079

    SELLA GITA ADITI 220110080052

    SUSI HANIFAH 220110080035

    SARAH RIDHASA F. 220110080013

    TIARA RACHMAWATI 220110080118

    TIARA TRI 220110080108

    TRIANDINI 220110080095

    TAMMY KUSMAYANTI 220110080053

    TIARA ARUM KESUMA 220110080050

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    JATINANGOR

    2009

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit Skoliosis.

    Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata kuliah Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.

    Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

    Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

    Jatinangor, Januari 2010

    Penulis

  • LATAR BELAKANG

    Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior dan rotasional.

    Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosisidiopatik.

    Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/skoliosis-idiopatik.html)

  • KASUS

    An F (12 thn), berat badan 18 kg dipalpasi pada vertebra teraba tulang belakang melengkung, dada kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tmpak lebih tinggi dan menonjol. Saat ini klien tidak mengeluh apa pun selain ingin cepat dioperasi. Klien mengatakan jenuh dengan proses menunggu yang lama dan sedih meninggalkan sekolahnya.

    STEP I

    1. Skapula (Sri Handini) : tulang belakang dimana terdapat otot belikat (all)

    2. Posterior (Tiara T, Susi) : bagian belakang (Melva)

    STEP II

    1. Kenapa scapula kanan lebih tinggi dan menonjol? (Tiara T) 2. Diagnosa medis? (Sri Handini)

    3. Pengaruh terhadap masa pertumbuhan? (Siti Annisa)

    4. Masa awitan dari normal sampai jadi tidak normal? (Melva) 5. Penyebab tulang menjadi melengkung? (Tiara A) 6. Kenapa tidak menimbulkan gejala? (Susi) 7. Teknik operasi yang dilakukan? (Tiara A)

    8. Peran perawat agar klien tidak merasa jenuh? (Tiara T) 9. Terapi lain selain operasi dilihat dari factor usia? (Melva)

    10. Tindakan pasca operasi? (Sella)

    11. Farmakologi? (Sarah)

    12. Pencegahan penyakit? (Tammy)

    13. Hasil pemeriksaan diagnostic yang menunjang? (Silvia)

  • 14. Dampak ke system lain jika tidak dioperasi? (Sri Handini) 15. Diagnosa banding? (Sella)

    16. Berat badan klien sesuai umur? (Susi)

    17. Apakah factor usia mempengaruhi teknik operasi? (Tiara R)

    STEP III

    1. Karena didukung oleh pemberiaan beban melebihi kekuatan tulang, keadaan tulang yang melengkung menjadi factor pendukung (Tiara A)

    2. Skoliosis (all)

    3. Terhambat, sehingga pertumbuhan tulang abnormal

    4. LO

    5. LO

    6. Pertumbuhan abnormal tulang terjadi seiring dengan posisi tubuh klien (yang menjadi factor pendukung) terjadi penyakit (Tiara R)

    7. LO

    8. Membangun trust dengan klien, memberikan distraksi, kaji kebutuhan klien (all) 9. LO

    10. LO

    11. LO

    12. - merubah kebiasaan (saat berjalan, posisi duduk) - Jangan terlalu banyak membawa beban (all)

    13. LO

    14. Secara tidak langsung hanya pada musculoskeletal

    15. Deformitas khusus (lordosis, kifosis)

    16. LO

    17. LO

  • STEP IV (mind map)

    STEP V

    LO dan Mind Map

    - Kemungkinan sembuh berapa persen, mungkinkah kembali normal? (Melva)

    - Adakah kaitan BB dengan skoliosis? (Tiara T)

    - Pengaruh konsumsi vitamin D? (Triandini)

    SKOLIOSIS

    Klasifikasi Konsep penyakit

    (etiologi, manfes,)

    komplikasi

    patofisiologi

    Pem. diagnostik

    Penatalaksanaan

    medis

    ASKEP

    Health education

    Aspek legal etik

  • STEP VII (reporting)

    JAWABAN LEARNING OBJECT

    1. Tidak ada masa awitan karena pada kasus ini banyak didukung factor genetik

    2. Adanya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S atau pun huruf C. (Sri Handini)

    http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html

    3. Dalam operasi skoliosis, ada 2 metode:

    a. metode 1: pembedahan yang lurus dari atas sampai bawah b. metode 2: pembedahan miring, dari atas ke dada depan (Thorax)

    Metode mana yang akan digunakan adalah pertimbangan dokter ahli bedah dan spesialis skoliosis. Hasil pertimbangan akan dijelaskan pada pasien, dimana pasien diberi kesempatan untuk bertanya secara lebih detil. Material yang akan digunakan juga akan dijelaskan karena undang-undang kesehatan Jerman tidak membedakan pelayanan dalam operasi. Jadi, hanya material terbaik yang akan digunakan. (Sri Handini, Tiara R)

    (http://www.operasidijerman.com/skoliosis.html)

    Indikasi operasi :

    a. Operasi dilakukan apabila sudut leih dari 400 atau terjadi progresivitas dari sudut sebelum usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan melakukan follow up secara teratur.

    b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan

    c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil

  • d. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi deformitas rotasional dan deviasi lateral serta melakukan artrodesis pada seluruh kurva primer. Operasi yang paling sering dilakukan adalah operasi instrumentasi menurut Harrington. (Melva)

    http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=16025

    4. -Pengobatan konservatif terdiri atas :

    a. Observasi

    Observasi merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk menilai progresivitas dari sudut sehingga dapat diputuskan tindakan yang akan dilakukan.

    b. Latihan

    Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek.

    c. Pemasangan penyangga, seperti penyangga dari milwaukee atau penyangga dari boston. Pembuatan penyangga ini harus dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus untuk pembuatan penyangga skoliosis.

    d. Pemasangan bidai atau jaket badan menurut Risser

    Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan local (Tammy, Melva)

    - terapi fisik, pijatan, dan latihan oleh tenaga terlatih, termasuk yoga. Bagaimanapun, hal ini tidak dapat memperbaiki lekukan tulang belakang, namun dapat membantu peregangan otot punggung. (Siti Annisa)

    http://osteoporosis.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=1578

    - diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang. (Salas) -terapi diropatik (gerakan menarik, menekuk, menegakan tubuh). (Silvia)

  • 5. - Pemasangan Brace untuk menstabilkan tulang belakang. (Triandini)

    -Tindakan pasca operasi di Jerman, hari pertama setelah operasi bantu pasien menggerakan kaki dan berdiri oleh ahli gym, pada hari kedua dibantu berjalan dengan alat-alat gymnastic.

    -Di Ukraina, tindakan pasca operasi, yaitu pasien berbaring selama 6 bulan dan dibalut gips. (Sri Handini)

    6. Hasil foto rontgen:

    gambar: http://hanum01.wordpress.com/2008/10/06/apa-sih-skoliosis-itu/vv

    Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. (Susi)

    http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html

    7.Dampak ke system lain :

    -Sistem pernafasan : Volume paru mngecil, sehingga sulit bernafas

    -Sistem kardiovaskuler : jantung kesulitan memompa darah

  • -Sistem musculoskeletal : resiko kehilangan desintas tulang. (Melva)

    -Sistem saraf : penekanan saraf tulang belakang bila kurva > 40o sehingga mnimbulkan nyeri. (Tiara A)

    8. Diagnosa banding

    Kiposis / Kyphosis

    Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok

    Lordosis

    Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.

    Sublubrikasi

    Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan. (Tiara A)

    http://organisasi.org/macam-jenis-gangguan-pada-tulang-dan-sendi-tulang-manusia-pengertian-arti-definisi-penyakit

    Spinal muskulas arthropy

    Cerebral palsy muscular dystrophis. (Silvia)

    9. Usia 12 tahun, BB rata-rata (dalam kilogram): 44 (laki-laki) 46 (perempuan), Batas bawah (dalam kilogram): 35 (laki-laki) 36 (perempuan), Batas atas (dalam kilogram): 56 (laki-laki) 61,5 (perempuan). (Tiara T)

    http://medicastore.com/penyakit/756/Tabel_Tinggi_Badan_-_Berat_Badan.html

    Rumusnya :

  • 7-12 tahun= Usia (tahun) x 7 52

    = (12x7)-52 = sekitar 32 kg (Susi)

    http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/05/20/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/

    10. Faktor usia mempengaruhi operasi :

    a)Infantile : dari lahir-3 tahun.

    Penatalaksanaan yang utama pada scoliosis infantile adalah non bedah, untuk pasien dengan resolving type yaitu dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive type maka penggunaan gips atau brace merupakan pilihan. Pada anak-anak yang masih muda, pemberian gips secara bertahap dengan anestesi umum sampai cukup besar untuk ortoshis. Interval antara penggunaan gips ditentukan dengan pertumbuhan rata-rata anak tapi biasanya penggantian gips dibutuhkan selama 2-3 bulan. Penggunaan penyangga (brace) di pakai sampai terjadi stabilisasi kurva minimal 2 tahun. Penggunaan brace dapat dengan jenis Milwaukee Brace (Cervical-Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis) atau Boston Brace (Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis). Jika kurva besar atau bertambah walaupun dengan orthosis, pembedahan stabilisasi tetap dibutuhkan. Jika pembedahan dibutuhkan, arthrodesis anterior dan posterior dapat dipertimbangkan, termasuk hanya struktural atau kurva primer. Gabungan antara arthrodesis anterior dan posterior perlu untuk mencegah crankshaft phenomenon. Jika tekhnik memungkinkan, batang subkutaneus dapat dipertimbangkan.

    b)Anak-anak : 3 tahun 10 tahun

    Walaupun cenderung progresif dan membutuhkan pembedahan, skoliosis juvenil ditangani sesuai pedoman yang sama terhadap skoliosis adolescent. Untuk kurva yang kurang dari 200 maka dilakukan observasi dengan pemeriksaan radiologi PA tegak setiap 4-6 bulan. Tanda adanya progresif pada radiologi jika terdapat perubahan paling sedikit 5-70 sehingga dibutuhkan Brace. Jika kurva tidak progresif maka observasi diteruskan sampai skelet matur. Walaupun banyak literatur yang menunjukkan pengobatan orthotik pada scoliosis juvenile, Milwaukee brace tetap diprioritaskan. TLSO biasanya digunakan untuk kurva thorakal dengan apeks pada

  • T8 atau dibawah. Pada awalnya, brace digunakan full-time (23 jam perhari) kemudian dikurangi secara berangsur-angsur. Bagaimanapun, pasien harus tetap berhati-hati adanya tanda progresivitas, jika terdapat progresivitas maka program brace full-time dilanjutkan kembali. . Pembedahan dilakukan pada kurva >500, dapat digunakan dengan subcutaneous rod, multihook segmental system atau spinal fusion. Spinal fusion dapat dilakukan dengan anterior dan posterior perlu untuk mencegah crankshaft phenomenon.

    c)Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yang paling umum ) Skoliosis Idiopatik adolescent terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, scoliosis jenis ini paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai scoliosis idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan rotasional dan deviasi lateraral pada radiologi ( < 10 derajat dapat dikatakan normal). (Sella) http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/skoliosis-idiopatik.html

    - *Operasi skoliosis adalah operasi besar dimana risiko tidak berhasil dan komplikasi bisa diperhitungkan antara 50% sampai 1%. Komplikasi operasi yang dapat timbul adalah kehilangan darah, paru-paru terluka, tulang-tulang iga patah, lever dan jantung terganggu, bahkan sampai terjadi kelumpuhan. *Risiko-risiko ini harus sedapat mungkin diperkecil dengan alat-alat yang canggih dan pengetahuan struktur ilmiah dari tulang. Dibedakan dengan 10 tahun yang lalu, risiko operasi skoliosis di Jerman sekarang ini sangatlah minimal (di bawah 1%), dibandingkan dengan di negara-negara lainnya. (Silvia, Tiara T) (http://www.operasidijerman.com/skoliosis.html)

    - Kaitan BB dengan skoliosis :

    Didukung oleh dampak ke system pencernaan sehingga nafsu makan menurun. (Siti Annisa)

    - Pengaruh konsumsi vitamin D :

    Vitamin D berguna untuk pertumbuhan tulang yang mempengaruhi skoliosis. (Sarah, Tiara R)

  • MIND MAP

    A. ANATOMI FISIOLOGI TULANG BLAKANG

    RUAS-RUAS TULANG BELAKANG Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri dari beebrapa bagian :

    Badan ruas. Merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak di sebelah depan.

    Lengkung ruas. Bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak di sebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa tonjolan, yaitu : - Prosesus spinosus/taju duri, terdapat di tengah-tengah lengkung ruas,

    menonjol ke belakang.

    - Prosesus tranversum/taju sayap, terdapat di samping kiri dan kanan lengkung

    ruas.

    - Prosesus artukularis/taju penyendi, membentuk persendian dengan ruas tulang

    belakang.

    Fungsi ruas tulang belakang :

    1. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain 2. Melindungi alat halus yang ada di dalamnya (sumsum tulang) 3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul 4. Menentukan sikap tubuh.

  • Bagian-bagian dari ruas tulang belakang :

    Vertebra servikalis 7 ruas. Mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lalunya saraf yang disebut foramen transversalis. Ruas pertama tulang servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut aksis yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke kanan. Ruas ke-7

    mempunyai taju yang disebut prosesus prominan.Vertebra torakalis terdiri dari 12 ruas. Badan

    ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung. Pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan kanan membentuk persendian dengan tulang iga. Vertebra

    lumbalis terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak. Bagian ruas ke-5 agak menonjol di sebut promontorium.Vertebra sakralis terdiri dari 5 ruas.

    Ruas-ruasnya menjadi satu, sehingga menyerupai sebuah tulang. Di samping kiri dan kanan terdapat lubang-lubang kecil 5 buah yang disebut foramen sakralis. Vertebra koksigialis terdiri

    dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut juga os koksigialis.

  • B. KONSEP PENYAKIT

    1. Definisi Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

    Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang

  • seperti jaringan lunak sekitarnya[1] dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Skoliosis ini biasanya membentuk kurva C atau kurva S.

    Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.

    (http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan.htmlvvv)

    Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakitDapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang)

    (httpwww.klikdokter.comillnessdetail180.htm)

    2. Etiologi a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam

    pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau

    kelumpuhan akibat penyakit berikut: - Cerebral palsy - Distrofi otot - Polio - Osteoporosis juvenil

    c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui. (www.medicastore.com) d. Faktor genetik

    Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan

  • scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit scoliosis.

    e. Faktor hormonal.

    Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.

    f. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.

    g. Abnormalitas Jaringan. Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.

    (Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3. Jakarta : EGC dan Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC)

    3. Factor resiko Sampai saat ini berbagai hasil penelitian pun masih simpang siur. Meski demikian, para ahli sependapat bahwa ada faktor-faktor yang membuat seseorang memiliki risiko lebih besar terkena skoliosis daripada orang lain.

    Berbagai faktor tersebut antara lain:

    Jenis kelamin.

    Dari banyak kasus, kaum Hawa lebih banyak terserang skoliosis daripada kaum

  • Adam. Selain itu, derajat lengkungan pada wanita biasanya lebih parah dibandingkan pada kaum pria. Alasan mengapa hal ini terjadi masih belum diketahui dengan pasti\

    Usia.

    Penyakit skoliosis ini lebih banyak menyerang remaja perempuan karena berhubungan dengan faktor genetik. Lakilaki dengan prosentase sekitar 4060 persen ( Ketut, 2006). Senada dengan hal tersebut, penyakit ini banyak diketemukan dalam usia remaja dimana saat remaja terjadi percepatan dari pertumbuhan Biasanya penyakit ini dirasakan pada umur sekitar 10 tahun sampai umur pertumbuhan tulang berhenti ( Soetjiningsih, 2004).

    Derajat lengkung tulang. Semakin besar derajatnya, semakin besar kemungkinan bertambah parah dan susah untuk ditangani

    Lokasi.

    Lekukan yang terjadi pada tulang punggung bagian bawah lebih kecil kemungkinan bertambah parah, dibandingkan dengan lekukan pada tulang punggung bagian atas.

    Gangguan tulang punggung bawaan. Anak yang lahir dengan skoliosis (skoliosis kongenital) sangat berpeluang untuk bertambah parah keadaannya.

    kelainan saraf, keturunan, dan penyakit infeksi

    (httpwww.klikdokter.comillnessdetail180.htm) dan http://www.parenting.co.id/article/article_detail.asp?catid=3&id=80)

    4. Manifestasi klinis Gejalanya berupa:

    tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

    bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

    nyeri punggung

    kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

  • skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.

    http://www.blogcatalog.com/blog/yang-terlintas di benakku/040459e8e3dbce4864fb6d12c567e746

    Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal. Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok. Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas. Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri. Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.

    5. Klasifikasi

    Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :

    (i) Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik (ii) Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau keganasan (iii) Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis

    c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah (i) Actual shortening (ii) Apparent shortening :

  • 1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek 2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang

    Sruktural : Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang punggung

    a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis (i) Bayi : dari lahir 3 tahun (ii) Anak-anak : 4 9 tahun (iii) Remaja : 10 19 tahun (akhir masa pertumbuhan) (iV) Dewasa : > 19 tahun

    b. Osteopatik (i) Kongenital (didapat sejak lahir)

    1. Terlokalisasi :

    a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae) b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

    2. General : a. Osteogenesis imperfecta

    b. Arachnodactily (ii) Didapat

    1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma 2. Rickets dan osteomalasia 3. Emfisema, thoracoplasty

    c. Neuropatik

    (i) Kongenital 1. Spina bifida 2. Neurofibromatosis

    (ii) Didapat 1. Poliomielitis

    2. Paraplegia

    3. Cerebral palsy 4. Friedreichs ataxia 5. Syringomielia

  • (http://www.klikdokter.com/illness/detail/180)

    Klasifikasi umum lain dari skoliosis : Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung.

    Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya. Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.

    Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.

    Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit. Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor. Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.

  • Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) : Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 40 Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41

    (Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Jakarta: EGC.\)

    Klasifikasi berdasarkan Tipe lengkungan skoliosis

    C. KOMPLIKASI

    System pernafasan Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. bengkoknya tulang belakang juga bisa mengakibatkan volume paru paru ataupun rongga dada jadi berkurang karena sebagian bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru paru. (Ketut, 2007).

    System kardiovaskuler Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru, namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru

  • akan mudah terjadi. jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.

    System musculoskeletal Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses degenerasi yang lebih dini. Daerah yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave) akan lebih cepat mengalami proses degenerasi ini. Pada kenyataannya skoliosis akan menjadi problem yang perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang.

    System pencernaan sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak tulang, sehingga kerja peristaltic usus kian menurun

    System neuromuskuler berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susah untuk fokus, dan lain sebagainya

    Physicians guide to the diagnosis of scoliosis. Available from URL: Hyperlink http://medstat.med.utah.edu/scoliosis/H&P.html

    D. PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting : 1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan 2. Mempertahankan fungsi respirasi

    3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis 4. Kosmetik

  • Pengobatan Tujuan pengobatan :

    1. mencegah progresivitas skoliosis ringan sampai sedang. 2. melakukan koreksi dan stabilisasi pada skoliosis yang lebih berat jenis pengobatan

    yang disesuaikan dengan penyebab, onset terjadinya, umur penderita, besarnya kurva dan progresivitas skoliosis.

    1. Pengobatan konservatif Hampir semua skoliosis dapat ditangani dengan terapi konservatif. Pengobatan konservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan pertumbuhan tulang. Prinsip pengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi, penekanan lokal atau semacam kombinasi. Pengobatan konservatif terdiri atas :

    a. Observasi Observasi merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk menilai progresivitas dari sudut sehingga dapat diputuskan tindakan yang akan dilakukan.

    b. Latihan Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek.

    c. Pemasangan penyangga, seperti penyangga dari milwaukee atau penyangga dari boston. Pembuatan penyangga ini harus dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus untuk pembuatan penyangga skoliosis.

    d. Pemasangan bidai atau jaket badan menurut Risser Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan local

  • Terapi Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai The three Os adalah :

    1. Observasi Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu 40-45 derajat pada anak

    yang sedang tumbuh

    - Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis

  • Teknik operasi cukup dilakukan dengan menyemen tulang belakang melalui penyuntikan atau dikenal dengan vertebroplasty. Cara itu dapat mengurangi rasa sakit dan proses penyembuhannya pun tergolong singkat, sekitar Sebelum ada teknik vertebroplasty, operasi tulang belakang dilakukan dengan cara pembedahan selebar 14 sampai 16 milimeter. Dengan proses itu, pasien mesti menjalani proses penyembuhan selama empat sampai lima hari. Anak-anak yang tidak ada respon dengan brace, yang lengkungannya >45 derajat atau yang mempunyai keluhan termasuk kelainan fisik, nyeri dan gangguan jantung atau paru, sebaiknya langsung dioperasi. Umumnya operasi yang dilakukan adalah fusi tulang belakang dari belakang (posterior spinal fusion) dengan menggunakan internal metal fixation hingga fusi tulang terjadi. Tidak semua skoliosis dilakukan operasi.

    F. ASUHAN KEPERAWATAN

    - Pengkajian 1. Pengumpulan Data

    a. Biodata 1) Nama : Anak F 2) Usia : 12 tahun 3) Alamat : - 4) Jenis Kelamin : Laki-laki 5) Pendidikan : - 6) Agama : - 7) Suku Bangsa : - 8) Tanggal pengkajian : - 9) Diagnosa Medis : skoliosis

    b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama : jenuh pada proses hospitalisasi

    dalam menunggu proses operasi

  • 2) Riwayat Kesehatan Sekarang : tulang kanan melengkung, dada kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol

    3) Riwayat Kesehatan Dahulu : - c. Pemerikasaan Fisik

    1) Inspeksi : dada kanan posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol.

    2) Palpasi : teraba tulang kanan menlengkung 3) Perkusi : - 4) Auskultasi : -

    Pada pemeriksaan fisis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain :

    - Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

    Berdiri tegak, untuk melihat adanya :

    - Asimetri bahu, leher, tulang iga, pinggul, scapula

    - Plum line (kesegarisan antara leher dan pinggul) - Body arm distance (jarak antar lengan dengan badan)

    Membungkuk, untuk melihat adanya : 1. Rotasi (perputaran dari tulang punggung) 2. Derajat pembungkukan (kifosis) 3. Mengukur perbedaan panjang tungkai bawah (leg length discrepancy)

    Mencari :

    1. Kelenturan sendi 2. Sinus-sinus pada kulit 3. Hairy patches

    4. Palpable midline defects

    - Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

  • - Mengkaji sistem persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi - Mengkaji system otot

    Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

    - Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson). - Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

    Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

    - Analisis data

    Data yang menyimpang Etiologi Masalah

    DS : -

    DO: tulang belakang melengkung, Dada kanan posterior menonjol, disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol

    Skoliosislengkungan berbentuk C/Sprosesus spinosus berputar kea rah lengkung dan iga merapat ke arah cembungdeviasi semakin bertambah ke sisi cekung dan iga semakin terdorong ke belakang penonjolan daerah torakal/ hump

    Gangguan mobilitas

    DS: - Skoliosismenekan system pencernaanvolume lambung menurun asupan

    Ketidakseimbangan nutrisi

  • DO: BB 18 kg

    nutrisi

    DO: tulang belakang melengkung,

    Dada kanan posterior menonjol, disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol

    Skoliosislengkungan berbentuk C/Sketidakseimbangan klavikula dekstra dan sinistra serta bagian punggung superiormempengaruhi Stabilitas tulang belakang dan pergerakan pinggul

    Gangguan proses tumbuh kembang

    Skoliosislengkungan berbentuk C/Sketidakseimbangan klavikula dekstra dan sinistra serta bagian punggung superiorvetebrata teraba tulang yang melengkung, dada kanan posterior menonjol, dan scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol mempengaruhi cara berjalan

    Gangguan body image

    DS: klien mengatakan jenuh dengan proses yang menunggu lama dn sedih meninggalkan sekolahnya

    Skoliosis proses hospitalisasi yang lama

    Ansietas

    Gangguan parenting

  • G. P

    Skoliosismenekan system syaraf pada tulang punggungmembawa impuls ke otak

    Resiko nyeri

    Skoliosis menekan rongga toraksmenurunkan complains paru dan kerja jantung

    Resiko pola nafas tak efektif

  • G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.

    Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.

    Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

    1. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobbs angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut

    2. Rontgen tulang belakang X-Ray Proyeksi

    Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang meliputi :

    a. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan skoliosis

    b. Foto AP telungkup

  • c. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan setelah dilakukan bending

    d. Foto pelvik AP

    MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari

    vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra

    paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.

    Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering

    bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat.

    Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas

    kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal.

    Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis

    iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka

    dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.

    Derajat Risser adalah sebagai berikut :

    Grade 0 : tidak ada ossifikasi,

    grade 1 : penulangan mencapai 25%,

    grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,

    grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,

    grade 4 : penulangan mencapai 76%

    grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.

    (http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan.htmlvvv)

    H. HEALTH EDUCATION Latihan sangat dianjurkan untuk mencegah bertambah besarnya lengkungan. Salah satu contoh latihan tersebut adalah Tung Mei Massage. Tung Mei Massage adalah terapi jasmani perpaduan antara gerakan pijat spesifik anmo massage dan sejenis teknik gerakan chiropatic, seperti menekuk, menarik, serta meregangkan tubuh. Terapi ini tetap memakai panduan medis, seperti hasil roentgen dari penderita skoliosis. Agar Tak Kembali Bengkok berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh penderita skoliosis :

  • Bila bangun dari posisi berbaring, dianjurkan memiringkan tubuh terlebih dulu, barulah bangkit perlahan.

    Tidak boleh membungkukkan badan.

    Jika membungkukkan badan, posisi tubuh harus jongkok--bila ingin mengambil sesuatu.

    Tidak boleh mengangkat barang atau beban berat selama menjalani terapi, terutama bila masih ada rasa sakit.

    Saat kondisi sudah membaik, bukan berarti bisa beraktivitas sembarangan.

    Herniated nucleus pulposus dan skoliosis tidak bisa sembuh total serta ada risiko terulang lagi bila ada faktor pemicunya, seperti jatuh, mengangkat beban terlalu berat, atau salah melakukan gerakan tubuh.

    Scoliosis. Available from URL: http://www.keepkidshealthy.com/welcome/ conditions/scoliosis.html

    I. ASPEK ETIK DAN LEGAL Respect for autonomi, yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko,

    bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan, termasuk dalam menentukan dan mengatur dirinya sendiri. Dalam hal ini perawat memberikan penjelasan yang sebenarnya tetntang penyakit yang diderita kepada pasien dan keluarganya, serta membrikan pilihan tentang perawatan yang dipilih oelh pasien dan keluarganya, misal: tempat perwatan dan jenis perawatan.

    Non-malaficence, mendikusikan risiko dan masalah denga klien perawat dan tim kesehatan dalam pemberian perawatan, perawat berhati-hati terhadap penyakit pasien agar tidak terjadi atau bertambah parahnya penyakit pasien. Perawat dalam melakukan perawatan kepada klien hindari hal-hal yang menyebabkan injuri, misalnya dalam merubah posisi klien saat istirahat jangan sampai membahayakan terutama daerah perut yang buncit akibat limpa yang membesar.

    Beneficence, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien, serta merahasiakan tentang penyakit yang diderita kepada orang lain.

  • Justice, dengan tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi, dsb. tetapi diperlukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Oleh karena itu, perawat memberikan perawatan yang memenahg harus didapat.

    inform concent Perawat harus memberikan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, misalnya kapan tindkaan itu akan diberikan, apa tujuannya dari pemberian tindakan itu, apa manfaatnya, apa resiko yang akan timbul dari tindakan itu, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, apa yang harus dipersiapkan klien,,dan lain-lain

  • KESIMPULAN

    Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di bagi menjadi dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan. Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa di lakukan yaitu Rontgen tulang belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih, di kenal sebagai The Three O's adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan mobilitas fisik, ketidakseimbangan nutrisi, gangguan tumbuh kembang, gangguan body image, ansietas, gangguan parenting, resiko nyeri, dan resiko pola nafas tidak efektif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Mutaqqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Trauma Sistem Muskuloskeletal. EGC : Jakarta.

    Brenda, Suzanne.Keperawatan Medikal Bedah vol 3.2002.EGC: Jakarta.

    Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. 2nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders, 1996 : 270-91

    Miller F, Horne N, Crofton SJ. Tuberculosis in Bone and Joint. In : Clinical Tuberculosis.2nd ed.: London : Macmillan Education Ltd, 1999 : 62-6.

    Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics.

    http://pustakaunpad.ac.id

    http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html

    http://www.operasidijerman.com/skoliosis.htmlhttp://syafaka4wl.multiply.com/jornal/item/102/Nyeri lumbal

    http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=16025

    http://osteoporosis.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=1578

    http://hanum01.wordpress.com/2008/10/06/apa-sih-skoliosis-itu/vv

    http://organisasi.org/macam-jenis-gangguan-pada-tulang-dan-sendi-tulang-manusia-pengertian-arti-definisi-penyakit