17

Click here to load reader

Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sosiologi

Citation preview

Page 1: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

MAKALAH SOSIOLOGI

“ Institusi Sosial”:

Politik dan Pemerintahan

Kelompok 4Denia Ghaisani Awanis 1106016941

Adnan Taher 1106059991

Andreas Meiki S 1106058805

Universitas Indonesia 2011

1

Page 2: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah institusi berasal dari bahasa latin yakni instituere yang artinya adalah sesuatu

yang diwujudkan atau ditubuhkan. Ini artinya bahwa institusi adalah satu corak kegiatan atau

aktivitas manusia yang berwujud dan berterusan. Istilah ini begitu dikenal di kalangan sarjana

sains politik, karena institusi menjadi pusat dari segala kegiatan manusia. Pemahaman

mengenai institusi dipelopori oleh ahli sosiologi. Namun istilah ini diubah, disesuaikan dan

digunakan oleh ahli sains politik untuk menjelaskan kegiatan politik.

Dalam institusi dikenal berbagai macam institusi seperti institusi keluarga,

pendidikan, agama, ekonomi dan politik (pemerintahan). Institusi keluarga dikenal berbagai

pembedaan, yaitu antara keluarga yang yang bersistem konsanguinal dan keluarga yang

bersistem konjugal, antara keluarga orientasi dan keluarga prokreasi, dan antara keluarga

batih dan kelurga luas. Kita mengenal beberapa tipe keluarga luas, seperti joint family dan

keluarga luas virilokal. Semua masyarakat mengenal berbagai aturan mengenai siapa yang

boleh dan tidak boleh dinikah. Salah satu diantaranya ialah incest taboo (larangan hubungan

sumbang), yang melarang hubungan pernikahan dengan keluarga yang sangat dekat.1

Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli

sosiologi yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Dalam institusi agama

diartikan sebagai suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Sama halnya

dengan sosiologi ekonomi yang merupakan kajian sosiologis terhadap kompleksnya kegiatan

yang melibatkan produksi, konsumsi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa

yang bersifat langka.

Institusi politik adalah wujud daripada proses-proses sosial, terutamanya yang

mencoba mengatur susunan masyarakat. Sekaligus juga menggambarkan bahwa kepentingan

kumpulan-kumpulan manusia tertentu senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh mereka

melalui proses penyertaan dan penglibatan politik. Institusi politik bukan saja mencorakkan

tingkah laku pemegang kuasa tetapi ia juga mempengaruhi bagaimana organisasi sosial dapat

berinteraksi serta dapat bertindak mempertahankan kepentingan mereka.

1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi (Lembaga Penerbit FE UI, September 2000), hlm 61-62.

2

Page 3: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam sesuatu sistem pemerintahan terdapat tiga institusi politik yang utama yaitu

badan legislatif, badan eksekutif dan badan kehakiman. Namun kita tidak boleh mensalah

artikan kewujudan institusi politik lain yang juga memainkan peranan dalam perjalanan

pemerintahan dalam sebuah negara. Antara lain adalah partai politik, birokrasi, tentara,

kumpulan pendesak, kumpulan berkepentingan dan lain sebagainya.

Membicarakan kepemimpinan tidaklah terlepas dari pembahasan mengenai kekuasaan

dan wewenang, karena kedua unsur ini melekat pada diri seorang pemimpin dalam

menjalankan perannya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi pihak lain agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang

kekuasaan. Kata kunci kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi. Kewenangan

(authority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok orang, yang

mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.

Beberapa wewenang menurut Max Weber yaitu

1. Wewenang Kharismatik, wewenang yang didasarkan pada kelebihan pribadi

dalam bentuk penampilan seseorang tokoh yang memiliki kharisma/kelebihan,

kemampuan khusus yang memberi daya pesona sehingga masyarakat

mengakuinya sebagai pemimpin yang kharismatik. Wewenang ini tidak disadari

secara aspek legal, namun cenderung bersifat irrasional.

2. Wewenang Tradisional, yaitu wewenang yang didasarkan pada ikatan primordial,

keluargaan, kekuasaan, kedaerahan, adat dan agama. Penampilan pemimpin yang

memiliki wewenang tradisional ini memiliki wewenang yang lebih tinggi dari

kemampuan pribadinya. Wewenang tradisional bisa berubah dan hilang sesuai

dengan perkembangan masyarakat.

3. Wewenang Legal Rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemampuan

dan kecakapan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturan perundang-undangan

yang berlaku. Pemimpin dengan wewenang legal rasional ini dipilih dan diangkat

melaluai aturan-aturan hukum, menjalankan kepemimpinannya menurut

3

Page 4: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

birokrasi.2

Analisis teori mengenai kekuasaan di masyarakat ada tiga yakni teori pluralis, teori

power elit dan teori Marxist. Pada teori pluralis mencapai kekuasaan dengan melihat

kekuasaan pada group-group. Dimana pada setiap group itu memiliki hak veto. Hak veto ini

memiliki banyak keuntungan bagi setiap group-group itu sendiri. Dengan adanya hak veto

ini mereka bisa memblokade atau membatasi kesuksesan kelompok-kelompok yang lain.

Kelompok-kelompok lain ini kebebasannya dalam bertindak tidaklah bebas dan selalu

dibatasi oleh hak veto group-group itu. Mereka tidak bisa leluasa memaparkan pendapat,

karena kalau pun mereka mengeluarkan pendapat jika saja satu dari group-group penguasa

itu tidak menyetujui maka pendapat yang mereka usulkan itu akan sia-sia saja.3

Konsep power elit berpacu pada teori sosial konflik, teori ini dikemukakan oleh C.

Wright Mills (1956). Teori power elit ini memiliki beberapa anggota. Menurut Mills, kepala

anggota-anggota dari power elit memiliki 3 bidang yang kuat di Amerika yakni bidang

ekonomi, pemerintahan dan militer. Hanya orang-orang yang besar yang memiliki kekayaan

dan kekuasaan saja yang bisa menjadi penguasa di negara itu selebihnya tidak bisa. Mereka

yang memiliki kekuasaan dan kekayaan yang tinggi akan lebih leluasa dalam berpindah

tempat dari bidang satu ke bidang yang lain. Misalnya presiden George W Bush, beliau

memiliki kantor yang bisa disatukan dengan kabinet-kabinet yang dibuatnya. Teori ini kerap

dilakukan di negara berkembang sekalipun di negara maju. Di negara berkembang teori ini

lebih banyak digunakan, seperti di Indonesia. Mereka yang ingin menjadi penguasa haruslah

memiliki modal yang besar dan rekan yang banyak untuk mendukung misinya.

Teori ketiga adalah Teori Marxis yang mengacu pada analisis pengalaman politik

dengan istilah operasi dalam sistem ekonomi masyarakat. Kekayaan tidak dapat dihitung dan

justru melihat kebiasaan diantaranya institusi ekonomi. Dalam pemikiran Teori Marxis

pemikiran negara bersatu sehingga menghasilkan politik demokrasi. Tetapi kekuasaan fokus

hanya pada kekuasaan yang besar. Dalam teori ini secara garis besar lebih terkait dengan

ekonomi. Jumlah uang yang sedikit yang dimiliki orang sedikit berkontribusi. Teori ini

2 Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Oktober 2010), hlm 59-65.

3 J.J. Machionis, Ch. 17: Politics and governance, hlm 448-450.

4

Page 5: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

hampir mirip dengan teori model elit. Tetapi dalam teori ini lebih menekankan pada lembaga

ekonomi. Kebiasaan institusi ekonomi jelas berperan dalam teori ini.

Dalam kasus pilkada Provinsi Banten yang masih menyisakan sejumlah masalah.

Calon kepala daerah yang kalah merasa ada keganjilan dalam rekapitulasi suara dan

penetapan calon terpilih. Sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) pun digelar untuk

menyelesaikannya. Sengketa pilkada Propinsi  Banten digugat oleh tiga pasangan calon,

Wahidin Halim- Irna Narulita, Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki dan bakal calon independen

Dwi Jatmiko-Tjetjep Mulyadinata.

Dalam sidang di Mahkamah Konstitusi, Ratu Atut Chosiyah pemenang pikada

Propinsi Banten dituduh melakukan money politik. Pilkada Provinsi Banten menyisakan

sejumlah masalah. Salah satunya adalah kecurangan pada pilkada Banten ada di nomor 1.

Apa kecurangannya, banyak hal misalnya membagi-bagi uang, sembako, bahkan sajadah,

kerudung sampai Al-quran, keterlibatan aparatur pemerintahan mengintimidasi pihak yang

berseberangan, keberpihakan PNS secara masif, keberpihakan penyelenggara pemilu pilkada

kepada salah satu pasangan calon, dan menemukan surat undangan pemilih dengan

dilampirkan gambar pasangan calon.

Calon kepala daerah yang kalah merasa ada keganjilan dalam rekapitulasi suara dan

penetapan calon terpilih. Sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi, sidang yang dipimpin

Ketua MK, Mahpud MD sempat diskors dan kembali dilanjutkan pukul 14.00 WIB. Sidang

ini dihadiri warga Banten yang memenuhi halaman luar dan dalam gedung MK. Di hadapan

majelis hakim saksi-saksi penggugat mengatakan pasangan nomor urut 1, Ratu Atut

Chosiyah- Rano Karno melakukan money politik untuk memenangkan pilkada. Tanggal 21

Bulan September ada kunjungan kerja di lapangan bola Desa Pangkalan, Kabupaten

Pandeglang. Waktu itu  rombongan Ibu Atut melakukan kampanye secara besar-besaran

dalam mengumpulkan masyarakat  yang juga dihadiri olah pak camat, kapolsek dan Danramil

serta para tokoh Ketua MUI dan tokoh masyarakat setempat. Waktu  itu Ketua MUI  dikasih

uang lima juta.

Kuasa hukum Atut-Rano, Artena Dahlan, membantah semua tudingan para penggugat

dalam sidang lanjutan ini. Dalam kesempatan itu masa pendukung Wahidin Halim-Irna

Narulita meminta Mahkamah Konstitusi bersikap adil  dalam menangani sengketa pilkada

5

Page 6: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

Banten. Sengketa pilkada Propinsi  Banten digugat oleh tiga pasangan calon yakni Wahidin

Halim- Irna Narulita, Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki dan bakal calon independen Dwi

Jatmiko-Tjetjep Mulyadinata. Para penggugat keberatan dengan hasil rekapitulasi

penghitungan suara yang ditetapkan oleh KPU Banten karena menetapkan Ratu Atut

Chosiyah-Rano Karno sebagai pemenang.

Rencana gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh dua pasang calon gubernur

Banten yang kalah, dianggap mencederai pilihan rakyat. Angka kemenangan pasangan Atut-

Rano yang hampir mencapai 50 persen, dinilai telah memiliki legitimasi yang tinggi. Partai

Golkar, salah satu yang mengusung Atut-Rano, menilai kemenangan yang mencapai hampir

50 persen adalah fakta politik. Walau pengaduan ke MK adalah jalur yang sah, namun

menurutnya tidak bisa dijadikan alasan untuk menggugat hasil itu.

Politisi Golkar Tb. Ace Hasan Syadzili melalui rilis yang diterima Minggu

(30/10/2011). Dia menjelaskan, demokrasi menghajatkan legitimasi yang besar. Ketika

selisih suara begitu timpang, maka kekalahan harus diterima dengan lapang dada. Jangan

sampai ketika ditemui sedikit masalah lalu diekspresikan secara berlebihan sehingga

menutupi kenyataan amanah dan kepercayaan yang telah diberikan rakyat kepada Atut-Rano.

“Demokrasi itu pasti melahirkan yang menang dan kalah. Jangan sampai legitimasi

dan kepercayaan yang telah diberikan rakyat Banten dicoreng oleh pihak yang tidak siap

menerima kenyataan dalam demokrasi,“ ujarnya tegas. Masyarakat Banten, menurutnya telah

menunjukkan kematangan dalam berdemokrasi. Terbukti proses pemilu pilkada Banten yang

berjalan dengan sangat demokratis, terbuka, jujur, dan bebas dari praktek politik yang kotor.

Masyarakat berpartisipasi aktif meluangkan waktu, pikiran, dan energinya dengan penuh

antusias memilih mereka yang terbaik. “Jangan proses demokrasi yang sudah berjalan baik

dan lancar ini dicederai oleh ketidakpuasan pasangan yang kurang beruntung,“ ujarnya

mengingatkan.4

Demi kebaikan Banten ke depan, mantan presiden mahasiswa UIN Jakarta ini

menyarankan Atut-Rano merangkul pihak-pihak atau masyarakat yang aspirasinya selama ini

tidak kepada Atut-Rano. Sementara yang kalah harus legowo karena inilah pilihan rakyat.

4 http://www.detiknews.com / Kemenangan Atut -Rano di Pilkada Banten digugat lawan-lawannya.

6

Page 7: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

Meski begitu, Ace tidak menampik bahwa setiap calon memiliki hak untuk melakukan

gugatan ke MK sebagaimana dijamin konstitusi. “Tapi saya mempunyai keyakinan bahwa

gugatan tersebut tidak memiliki legitimasi yang kuat karena rakyat Banten sendiri telah

memberikan kepercayaan yang begitu besar kepada Atut-Rano,“ katanya.

Dari hasil tersebut pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno meraih 49,64

persen suara sah. Di urutan kedua ditempati oleh Wahidn Halim dan Irna Narulita dengan

perolehan 38,93 persen suara sah. Sementara pasangan Jazuli Juwaini dan Makmun Muzakki,

menempati urutan terakhir dengan perolehan 11,42 persen. Pasangan Ratu Atut dan Rano

Karno berhasil memenangkan pilkada Provinsi Banten di Kota dan Kabupaten Serang, Kota

Cilegon, Kabupaten Lebak, serta Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Pasangan ini hanya kalah di Kota Tangerang.

Kelompok kita menganalisis bahwa kasus pemilu pilkada pasangan Ratu Atut

Chosiyah dan Rano karno menang karena adanya sumber kekayaan dan kewenangan yang

peranannya cukup besar. Dalam kasus ini jika kita kaitkan dengan konsep, jelas berkaitan

satu sama lain. Dalam teori plural dimana hak veto juga berperan. Terbukti dengan adanya

surat undangan pemilih yang diberikan kepada para pegawai PNS. Sehingga pegawai PNS

setuju atau tidak setuju harus mau menerima dan menyetujui apa yang menjadi kehendak

Ratu Atut Chosiyah. Jika tidak maka yang akan terjadi adalah jabatan mereka akan dicabut

dan kalau pun tidak dicabut maka gaji mereka akan ditunda dan dipersulit dalam menjalankan

tugas kepegawaian mereka. Jadi mau tidak mau harus setuju dengan keinginan Ratu Atut

Chosiyah.

Teori model elit berkaitan erat dengan adanya kekuasaan penuh dan didukung dengan

modal kekayaan yang dimiliki oleh setiap penguasa. Dalam kasus ini teori model elit

berkaitan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah. Dimana Ratu Atut Choisiyah

memberikan sumbangan kepada rakyat berupa uang, sajadah, mukena, dan lain sebagainya

untuk menarik perhatian rakyat. Walaupun kekayaannya nanti akan terkuras setidaknya nanti

jika dia telah menjadi gubernur maka kekayaan dia akan balik.

Dalam teori ini kekayaan sangat besar peranannya karena dengan adanya kekayaan

kita bisa melakukan sesuatu hal yang kita inginkan walaupun kadang kalanya sering

bertentangan dengan nilai dan norma. Teori Marxis jika kita kaitkan dengan kasus pasangan

7

Page 8: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

Ratu Atut dan Rano Karno, tidak terlalu berkaitan. Ada bagian satu sisi memperlihatkan

bagian keterkaitannya misalnya mereka melakukan kebiasaan mendatangi penduduk atau

rakyat dalam melalukan tindakan ekonomi seperti memberikan uang. Namun yang ditekan

dalam Teori Marxis adalah pada kebiasaan institusi ekonomi dalam bertindak.

Dari ketiga teori diatas teori yang relevan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah

dan Rano Karno adalah teori model elit. Karena dalam teori ini yang ditekankan adalah

kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang dimiliki untuk mencapai sesuatu yang mereka

inginkan. Jika mereka telah memiliki dua hal ini maka mereka akan lebih leluasa dalam

bertindak apalagi menarik perhatian rakyat untuk memilih pasangan ini. Mereka akan mudah

untuk dapat merebut hati rakyat apalagi rakyat sekarang dalam kondisi yang lemah.

Maksudnya lemah dari segi ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Sebagai rakyat yang lemah

mereka tidak bisa sesuka hati dalam bertindak karena adanya orang yang lebih berkuasa.

Mereka harus taat serta patuh kepada penguasa yang notabennya memiliki kekayaan yang

berlimpah dan kekuasaan yang tinggi.

Dalam contohnya adalah pemberian uang, sembako, sajadah, dan lain sebagainya. Ini

dapat membuktikan bahwa pemilihan gubernur Banten ini mengikuti teori model elit,

kekayaan yang dimiliki Ratu Atut dan ketenaran yang dimiliki oleh Rano Karno membuat

kemenangan pada kedua pasangan ketua dan wakil ketua gubernur Banten tersebut.

Kemenangan ini dapat dilihat pula setelah Ratu Atut mengganndeng Rano Karno sebagai

pasangannya, masyarakat lainnya memilih Ratu Atut dikarenakan ketenaran yang ada pada

pasangan Ratu Atut itu sendiri yaitu Rano Karno.

Dalam pemilihan ini masyarakat Banten sudah bersikap demokratis, terbuka, dan

jujur, dalam pemilihan walaupun banyak yang terpaksa dalam memilih gubernur yang

diakibatkan imbalan-imbalan seperti kaos, uang, sembako, sajadah dan yang lainnya.

Pemikiran masyarakat belum terlalu terbuka karena mereka lebih mementingkan desakan-

desakan dari luar dan imbalan-imbalan yang menurutnya baik. Terutama pada masyarakat

yang kurang mampu, mereka lebih suka dengan pemberian dari kampanye tersebut. Padahal

mereka tidak memikirkan bagaimana kondisi Banten selanjutnya nanti. Sungguh miris

kondisi negara kita ini. Disinilah peran generasi muda yang bermoral, berpendidikan dan

bertingkah laku yang baik dibutuhkan demi Indonesia yang lebih baik ke depannya.

8

Page 9: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

BAB III

KESIMPULAN

Institusi politik adalah perwujudan daripada proses-proses sosial terutama yang

mengatur susunan masyarakat. Sekaligus ini juga menggambarkan bahwa kepentingan

kumpulan-kumpulan manusia tertentu senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh mereka

melalui proses penyertaan dan penglibatan politik. Institusi politik bukan saja

menggambarkan tingkah laku pemegang kuasa tetapi ia juga mempengaruhi bagaimana

organisasi sosial dapat berinteraksi serta dapat bertindak mempertahankan kepentingan

mereka.

Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain

agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang kekuasaan. Kata kunci

kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi. Kewenangan (authority) adalah

kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok orang, yang mempunyai dukungan atau

mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.

Beberapa wewenang menurut Max Weber yaitu wewenang kharismatik, wewenang

yang didasarkan pada kelebihan pribadi dalam bentuk penampilan seseorang tokoh yang

memiliki kharisma/kelebihan. Kedua, wewenang tradisional, yaitu wewenang yang

didasarkan pada ikatan primordial, keluargaan, kekuasaan, kedaerahan, adat dan agama.

Ketiga, wewenang legal rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemampuan dan

kecakapan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturanm perundang-undangan yang

berlaku. Pemimpin dengan wewenang legal rasional ini dipilih dan diangkat melaluai aturan-

aturan hukum, menjalankan kepemimpinannya menurut birokrasi.

Pada teori pluralis mencapai kekuasaan dengan melihat kekuasaan pada group-group.

Dimana pada setiap group itu memiliki hak veto. Hak veto ini memiliki banyak keuntungan

bagi setiap group-group itu sendiri. Dengan adanya hak veto ini mereka bisa memblokade

atau membatasi kesuksesan kelompok-kelompok yang lain. Kelompok-kelompok lain ini

kebebasannya untuk bertindak tidak bebas dan selalu dibatasi oleh hak veto group-group itu.

Konsep power elit berpacu pada teori sosial konflik, teori ini dikemukakan oleh C.

Wright Mills (1956). Teori power elit ini memiliki beberapa anggota. Menurut Mills, kepala

9

Page 10: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

anggota-anggota dari power elit memiliki 3 bidang yang kuat di Amerika yakni bidang

ekonomi, pemerintahan dan militer. Hanya orang-orang yang besar yang memiliki kekayaan

dan kekuasaan lah yang bisa menjadi penguasa di negara itu. Mereka yang memiliki

kekuasaan dan kekayaan yang tinggi lebih leluasa dalam berpindah tempat dari bidang satu

ke bidang yang lain.

Teori ketiga adalah Teori Marxis yang mengacu pada analisis pengalaman politik

dengan istilah operasi dalam sistem ekonomi masyarakat. Kekayaan tidak dapat dihitung dan

justru melihat kebiasaan diantaranya institusi ekonomi. Dalam pemikiran Teori Marxis

pemikiran negara bersatu sehingga menghasilkan politik demokrasi. Tetapi kekuasaan fokus

hanya pada kekuasaan yang besar. Dalam teori ini secara garis besar lebih terkait dengan

ekonomi.

Dari ketiga teori diatas teori yang relevan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah

dan Rano Karno adalah teori model elit. Karena dalam teori yang ditekankan adalah

kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang dimiliki untuk mencapai sesuatu yang mereka

inginkan. Jika mereka telah memiliki dua hal ini maka mereka akan lebih leluasa dalam

bertindak apalagi menarik perhatian rakyat untuk memiilih pasangan ini. Mereka akan mudah

untuk dapat merebut hati rakyat apalagi rakyat sekarang dalam kondisi yang lemah.

Maksudnya lemah dari segi ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

Seperti contohnya adalah pemberian uang, sembako, sajadah, dan lain sebagainya. Ini

dapat membuktikan bahwa pemilihan gubernur Banten ini mengikuti teori model elit,

kekayaan yang dimiliki Ratu Atut dan ketenaran yang dimiliki oleh Rano Karno membuat

kemenangan pada kedua pasangan ketua dan wakil ketua gubernur Banten tersebut.

Kemenangan ini dapat dilihat pula setelah Ratu Atut mengganndeng Rano Karno sebagai

pasangannya, masyarakat lainnya memilih Ratu Atut di karenakan ketenaran yang ada pada

pasangan Ratu Atut itu sendiri yaitu Rano Karno.

Pemikiran masyarakat belum terlalu terbuka karena mereka lebih mementingkan

desakan dari luar dan imbalan-imbalan yang menurutnya baik. Padahal mereka tidak

memikirkan bagaimana kondisi Banten selanjutnya nanti. Sungguh miris kondisi negara kita

ini. Disinilah peran generasi muda yang bermoral, berpendidikan dan bertingkah laku yang

baik dibutuhkan demi Indonesia yang lebih baik ke depannya.

10

Page 11: Makalah Sosiologi Kelompok 4 Pis o

DAFTAR PUSTAKA

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI,

September 2000.

Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, Oktober 2010.

J.J. Machionis, Ch. 17: Politics and governance, 2000.

http://www.detiknews.com / Kemenangan Atut -Rano di Pilkada Banten digugat lawan-lawannya .

diakses 15 November 2011

11