MAKALAH SOSIOLOGI
“ Institusi Sosial”:
Politik dan Pemerintahan
Kelompok 4Denia Ghaisani Awanis 1106016941
Adnan Taher 1106059991
Andreas Meiki S 1106058805
Universitas Indonesia 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah institusi berasal dari bahasa latin yakni instituere yang artinya adalah sesuatu
yang diwujudkan atau ditubuhkan. Ini artinya bahwa institusi adalah satu corak kegiatan atau
aktivitas manusia yang berwujud dan berterusan. Istilah ini begitu dikenal di kalangan sarjana
sains politik, karena institusi menjadi pusat dari segala kegiatan manusia. Pemahaman
mengenai institusi dipelopori oleh ahli sosiologi. Namun istilah ini diubah, disesuaikan dan
digunakan oleh ahli sains politik untuk menjelaskan kegiatan politik.
Dalam institusi dikenal berbagai macam institusi seperti institusi keluarga,
pendidikan, agama, ekonomi dan politik (pemerintahan). Institusi keluarga dikenal berbagai
pembedaan, yaitu antara keluarga yang yang bersistem konsanguinal dan keluarga yang
bersistem konjugal, antara keluarga orientasi dan keluarga prokreasi, dan antara keluarga
batih dan kelurga luas. Kita mengenal beberapa tipe keluarga luas, seperti joint family dan
keluarga luas virilokal. Semua masyarakat mengenal berbagai aturan mengenai siapa yang
boleh dan tidak boleh dinikah. Salah satu diantaranya ialah incest taboo (larangan hubungan
sumbang), yang melarang hubungan pernikahan dengan keluarga yang sangat dekat.1
Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli
sosiologi yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Dalam institusi agama
diartikan sebagai suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Sama halnya
dengan sosiologi ekonomi yang merupakan kajian sosiologis terhadap kompleksnya kegiatan
yang melibatkan produksi, konsumsi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa
yang bersifat langka.
Institusi politik adalah wujud daripada proses-proses sosial, terutamanya yang
mencoba mengatur susunan masyarakat. Sekaligus juga menggambarkan bahwa kepentingan
kumpulan-kumpulan manusia tertentu senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh mereka
melalui proses penyertaan dan penglibatan politik. Institusi politik bukan saja mencorakkan
tingkah laku pemegang kuasa tetapi ia juga mempengaruhi bagaimana organisasi sosial dapat
berinteraksi serta dapat bertindak mempertahankan kepentingan mereka.
1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi (Lembaga Penerbit FE UI, September 2000), hlm 61-62.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sesuatu sistem pemerintahan terdapat tiga institusi politik yang utama yaitu
badan legislatif, badan eksekutif dan badan kehakiman. Namun kita tidak boleh mensalah
artikan kewujudan institusi politik lain yang juga memainkan peranan dalam perjalanan
pemerintahan dalam sebuah negara. Antara lain adalah partai politik, birokrasi, tentara,
kumpulan pendesak, kumpulan berkepentingan dan lain sebagainya.
Membicarakan kepemimpinan tidaklah terlepas dari pembahasan mengenai kekuasaan
dan wewenang, karena kedua unsur ini melekat pada diri seorang pemimpin dalam
menjalankan perannya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi pihak lain agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang
kekuasaan. Kata kunci kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi. Kewenangan
(authority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok orang, yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.
Beberapa wewenang menurut Max Weber yaitu
1. Wewenang Kharismatik, wewenang yang didasarkan pada kelebihan pribadi
dalam bentuk penampilan seseorang tokoh yang memiliki kharisma/kelebihan,
kemampuan khusus yang memberi daya pesona sehingga masyarakat
mengakuinya sebagai pemimpin yang kharismatik. Wewenang ini tidak disadari
secara aspek legal, namun cenderung bersifat irrasional.
2. Wewenang Tradisional, yaitu wewenang yang didasarkan pada ikatan primordial,
keluargaan, kekuasaan, kedaerahan, adat dan agama. Penampilan pemimpin yang
memiliki wewenang tradisional ini memiliki wewenang yang lebih tinggi dari
kemampuan pribadinya. Wewenang tradisional bisa berubah dan hilang sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
3. Wewenang Legal Rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemampuan
dan kecakapan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturan perundang-undangan
yang berlaku. Pemimpin dengan wewenang legal rasional ini dipilih dan diangkat
melaluai aturan-aturan hukum, menjalankan kepemimpinannya menurut
3
birokrasi.2
Analisis teori mengenai kekuasaan di masyarakat ada tiga yakni teori pluralis, teori
power elit dan teori Marxist. Pada teori pluralis mencapai kekuasaan dengan melihat
kekuasaan pada group-group. Dimana pada setiap group itu memiliki hak veto. Hak veto ini
memiliki banyak keuntungan bagi setiap group-group itu sendiri. Dengan adanya hak veto
ini mereka bisa memblokade atau membatasi kesuksesan kelompok-kelompok yang lain.
Kelompok-kelompok lain ini kebebasannya dalam bertindak tidaklah bebas dan selalu
dibatasi oleh hak veto group-group itu. Mereka tidak bisa leluasa memaparkan pendapat,
karena kalau pun mereka mengeluarkan pendapat jika saja satu dari group-group penguasa
itu tidak menyetujui maka pendapat yang mereka usulkan itu akan sia-sia saja.3
Konsep power elit berpacu pada teori sosial konflik, teori ini dikemukakan oleh C.
Wright Mills (1956). Teori power elit ini memiliki beberapa anggota. Menurut Mills, kepala
anggota-anggota dari power elit memiliki 3 bidang yang kuat di Amerika yakni bidang
ekonomi, pemerintahan dan militer. Hanya orang-orang yang besar yang memiliki kekayaan
dan kekuasaan saja yang bisa menjadi penguasa di negara itu selebihnya tidak bisa. Mereka
yang memiliki kekuasaan dan kekayaan yang tinggi akan lebih leluasa dalam berpindah
tempat dari bidang satu ke bidang yang lain. Misalnya presiden George W Bush, beliau
memiliki kantor yang bisa disatukan dengan kabinet-kabinet yang dibuatnya. Teori ini kerap
dilakukan di negara berkembang sekalipun di negara maju. Di negara berkembang teori ini
lebih banyak digunakan, seperti di Indonesia. Mereka yang ingin menjadi penguasa haruslah
memiliki modal yang besar dan rekan yang banyak untuk mendukung misinya.
Teori ketiga adalah Teori Marxis yang mengacu pada analisis pengalaman politik
dengan istilah operasi dalam sistem ekonomi masyarakat. Kekayaan tidak dapat dihitung dan
justru melihat kebiasaan diantaranya institusi ekonomi. Dalam pemikiran Teori Marxis
pemikiran negara bersatu sehingga menghasilkan politik demokrasi. Tetapi kekuasaan fokus
hanya pada kekuasaan yang besar. Dalam teori ini secara garis besar lebih terkait dengan
ekonomi. Jumlah uang yang sedikit yang dimiliki orang sedikit berkontribusi. Teori ini
2 Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Oktober 2010), hlm 59-65.
3 J.J. Machionis, Ch. 17: Politics and governance, hlm 448-450.
4
hampir mirip dengan teori model elit. Tetapi dalam teori ini lebih menekankan pada lembaga
ekonomi. Kebiasaan institusi ekonomi jelas berperan dalam teori ini.
Dalam kasus pilkada Provinsi Banten yang masih menyisakan sejumlah masalah.
Calon kepala daerah yang kalah merasa ada keganjilan dalam rekapitulasi suara dan
penetapan calon terpilih. Sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) pun digelar untuk
menyelesaikannya. Sengketa pilkada Propinsi Banten digugat oleh tiga pasangan calon,
Wahidin Halim- Irna Narulita, Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki dan bakal calon independen
Dwi Jatmiko-Tjetjep Mulyadinata.
Dalam sidang di Mahkamah Konstitusi, Ratu Atut Chosiyah pemenang pikada
Propinsi Banten dituduh melakukan money politik. Pilkada Provinsi Banten menyisakan
sejumlah masalah. Salah satunya adalah kecurangan pada pilkada Banten ada di nomor 1.
Apa kecurangannya, banyak hal misalnya membagi-bagi uang, sembako, bahkan sajadah,
kerudung sampai Al-quran, keterlibatan aparatur pemerintahan mengintimidasi pihak yang
berseberangan, keberpihakan PNS secara masif, keberpihakan penyelenggara pemilu pilkada
kepada salah satu pasangan calon, dan menemukan surat undangan pemilih dengan
dilampirkan gambar pasangan calon.
Calon kepala daerah yang kalah merasa ada keganjilan dalam rekapitulasi suara dan
penetapan calon terpilih. Sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi, sidang yang dipimpin
Ketua MK, Mahpud MD sempat diskors dan kembali dilanjutkan pukul 14.00 WIB. Sidang
ini dihadiri warga Banten yang memenuhi halaman luar dan dalam gedung MK. Di hadapan
majelis hakim saksi-saksi penggugat mengatakan pasangan nomor urut 1, Ratu Atut
Chosiyah- Rano Karno melakukan money politik untuk memenangkan pilkada. Tanggal 21
Bulan September ada kunjungan kerja di lapangan bola Desa Pangkalan, Kabupaten
Pandeglang. Waktu itu rombongan Ibu Atut melakukan kampanye secara besar-besaran
dalam mengumpulkan masyarakat yang juga dihadiri olah pak camat, kapolsek dan Danramil
serta para tokoh Ketua MUI dan tokoh masyarakat setempat. Waktu itu Ketua MUI dikasih
uang lima juta.
Kuasa hukum Atut-Rano, Artena Dahlan, membantah semua tudingan para penggugat
dalam sidang lanjutan ini. Dalam kesempatan itu masa pendukung Wahidin Halim-Irna
Narulita meminta Mahkamah Konstitusi bersikap adil dalam menangani sengketa pilkada
5
Banten. Sengketa pilkada Propinsi Banten digugat oleh tiga pasangan calon yakni Wahidin
Halim- Irna Narulita, Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki dan bakal calon independen Dwi
Jatmiko-Tjetjep Mulyadinata. Para penggugat keberatan dengan hasil rekapitulasi
penghitungan suara yang ditetapkan oleh KPU Banten karena menetapkan Ratu Atut
Chosiyah-Rano Karno sebagai pemenang.
Rencana gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh dua pasang calon gubernur
Banten yang kalah, dianggap mencederai pilihan rakyat. Angka kemenangan pasangan Atut-
Rano yang hampir mencapai 50 persen, dinilai telah memiliki legitimasi yang tinggi. Partai
Golkar, salah satu yang mengusung Atut-Rano, menilai kemenangan yang mencapai hampir
50 persen adalah fakta politik. Walau pengaduan ke MK adalah jalur yang sah, namun
menurutnya tidak bisa dijadikan alasan untuk menggugat hasil itu.
Politisi Golkar Tb. Ace Hasan Syadzili melalui rilis yang diterima Minggu
(30/10/2011). Dia menjelaskan, demokrasi menghajatkan legitimasi yang besar. Ketika
selisih suara begitu timpang, maka kekalahan harus diterima dengan lapang dada. Jangan
sampai ketika ditemui sedikit masalah lalu diekspresikan secara berlebihan sehingga
menutupi kenyataan amanah dan kepercayaan yang telah diberikan rakyat kepada Atut-Rano.
“Demokrasi itu pasti melahirkan yang menang dan kalah. Jangan sampai legitimasi
dan kepercayaan yang telah diberikan rakyat Banten dicoreng oleh pihak yang tidak siap
menerima kenyataan dalam demokrasi,“ ujarnya tegas. Masyarakat Banten, menurutnya telah
menunjukkan kematangan dalam berdemokrasi. Terbukti proses pemilu pilkada Banten yang
berjalan dengan sangat demokratis, terbuka, jujur, dan bebas dari praktek politik yang kotor.
Masyarakat berpartisipasi aktif meluangkan waktu, pikiran, dan energinya dengan penuh
antusias memilih mereka yang terbaik. “Jangan proses demokrasi yang sudah berjalan baik
dan lancar ini dicederai oleh ketidakpuasan pasangan yang kurang beruntung,“ ujarnya
mengingatkan.4
Demi kebaikan Banten ke depan, mantan presiden mahasiswa UIN Jakarta ini
menyarankan Atut-Rano merangkul pihak-pihak atau masyarakat yang aspirasinya selama ini
tidak kepada Atut-Rano. Sementara yang kalah harus legowo karena inilah pilihan rakyat.
4 http://www.detiknews.com / Kemenangan Atut -Rano di Pilkada Banten digugat lawan-lawannya.
6
Meski begitu, Ace tidak menampik bahwa setiap calon memiliki hak untuk melakukan
gugatan ke MK sebagaimana dijamin konstitusi. “Tapi saya mempunyai keyakinan bahwa
gugatan tersebut tidak memiliki legitimasi yang kuat karena rakyat Banten sendiri telah
memberikan kepercayaan yang begitu besar kepada Atut-Rano,“ katanya.
Dari hasil tersebut pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno meraih 49,64
persen suara sah. Di urutan kedua ditempati oleh Wahidn Halim dan Irna Narulita dengan
perolehan 38,93 persen suara sah. Sementara pasangan Jazuli Juwaini dan Makmun Muzakki,
menempati urutan terakhir dengan perolehan 11,42 persen. Pasangan Ratu Atut dan Rano
Karno berhasil memenangkan pilkada Provinsi Banten di Kota dan Kabupaten Serang, Kota
Cilegon, Kabupaten Lebak, serta Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Pasangan ini hanya kalah di Kota Tangerang.
Kelompok kita menganalisis bahwa kasus pemilu pilkada pasangan Ratu Atut
Chosiyah dan Rano karno menang karena adanya sumber kekayaan dan kewenangan yang
peranannya cukup besar. Dalam kasus ini jika kita kaitkan dengan konsep, jelas berkaitan
satu sama lain. Dalam teori plural dimana hak veto juga berperan. Terbukti dengan adanya
surat undangan pemilih yang diberikan kepada para pegawai PNS. Sehingga pegawai PNS
setuju atau tidak setuju harus mau menerima dan menyetujui apa yang menjadi kehendak
Ratu Atut Chosiyah. Jika tidak maka yang akan terjadi adalah jabatan mereka akan dicabut
dan kalau pun tidak dicabut maka gaji mereka akan ditunda dan dipersulit dalam menjalankan
tugas kepegawaian mereka. Jadi mau tidak mau harus setuju dengan keinginan Ratu Atut
Chosiyah.
Teori model elit berkaitan erat dengan adanya kekuasaan penuh dan didukung dengan
modal kekayaan yang dimiliki oleh setiap penguasa. Dalam kasus ini teori model elit
berkaitan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah. Dimana Ratu Atut Choisiyah
memberikan sumbangan kepada rakyat berupa uang, sajadah, mukena, dan lain sebagainya
untuk menarik perhatian rakyat. Walaupun kekayaannya nanti akan terkuras setidaknya nanti
jika dia telah menjadi gubernur maka kekayaan dia akan balik.
Dalam teori ini kekayaan sangat besar peranannya karena dengan adanya kekayaan
kita bisa melakukan sesuatu hal yang kita inginkan walaupun kadang kalanya sering
bertentangan dengan nilai dan norma. Teori Marxis jika kita kaitkan dengan kasus pasangan
7
Ratu Atut dan Rano Karno, tidak terlalu berkaitan. Ada bagian satu sisi memperlihatkan
bagian keterkaitannya misalnya mereka melakukan kebiasaan mendatangi penduduk atau
rakyat dalam melalukan tindakan ekonomi seperti memberikan uang. Namun yang ditekan
dalam Teori Marxis adalah pada kebiasaan institusi ekonomi dalam bertindak.
Dari ketiga teori diatas teori yang relevan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah
dan Rano Karno adalah teori model elit. Karena dalam teori ini yang ditekankan adalah
kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang dimiliki untuk mencapai sesuatu yang mereka
inginkan. Jika mereka telah memiliki dua hal ini maka mereka akan lebih leluasa dalam
bertindak apalagi menarik perhatian rakyat untuk memilih pasangan ini. Mereka akan mudah
untuk dapat merebut hati rakyat apalagi rakyat sekarang dalam kondisi yang lemah.
Maksudnya lemah dari segi ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Sebagai rakyat yang lemah
mereka tidak bisa sesuka hati dalam bertindak karena adanya orang yang lebih berkuasa.
Mereka harus taat serta patuh kepada penguasa yang notabennya memiliki kekayaan yang
berlimpah dan kekuasaan yang tinggi.
Dalam contohnya adalah pemberian uang, sembako, sajadah, dan lain sebagainya. Ini
dapat membuktikan bahwa pemilihan gubernur Banten ini mengikuti teori model elit,
kekayaan yang dimiliki Ratu Atut dan ketenaran yang dimiliki oleh Rano Karno membuat
kemenangan pada kedua pasangan ketua dan wakil ketua gubernur Banten tersebut.
Kemenangan ini dapat dilihat pula setelah Ratu Atut mengganndeng Rano Karno sebagai
pasangannya, masyarakat lainnya memilih Ratu Atut dikarenakan ketenaran yang ada pada
pasangan Ratu Atut itu sendiri yaitu Rano Karno.
Dalam pemilihan ini masyarakat Banten sudah bersikap demokratis, terbuka, dan
jujur, dalam pemilihan walaupun banyak yang terpaksa dalam memilih gubernur yang
diakibatkan imbalan-imbalan seperti kaos, uang, sembako, sajadah dan yang lainnya.
Pemikiran masyarakat belum terlalu terbuka karena mereka lebih mementingkan desakan-
desakan dari luar dan imbalan-imbalan yang menurutnya baik. Terutama pada masyarakat
yang kurang mampu, mereka lebih suka dengan pemberian dari kampanye tersebut. Padahal
mereka tidak memikirkan bagaimana kondisi Banten selanjutnya nanti. Sungguh miris
kondisi negara kita ini. Disinilah peran generasi muda yang bermoral, berpendidikan dan
bertingkah laku yang baik dibutuhkan demi Indonesia yang lebih baik ke depannya.
8
BAB III
KESIMPULAN
Institusi politik adalah perwujudan daripada proses-proses sosial terutama yang
mengatur susunan masyarakat. Sekaligus ini juga menggambarkan bahwa kepentingan
kumpulan-kumpulan manusia tertentu senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh mereka
melalui proses penyertaan dan penglibatan politik. Institusi politik bukan saja
menggambarkan tingkah laku pemegang kuasa tetapi ia juga mempengaruhi bagaimana
organisasi sosial dapat berinteraksi serta dapat bertindak mempertahankan kepentingan
mereka.
Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain
agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang kekuasaan. Kata kunci
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi. Kewenangan (authority) adalah
kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok orang, yang mempunyai dukungan atau
mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.
Beberapa wewenang menurut Max Weber yaitu wewenang kharismatik, wewenang
yang didasarkan pada kelebihan pribadi dalam bentuk penampilan seseorang tokoh yang
memiliki kharisma/kelebihan. Kedua, wewenang tradisional, yaitu wewenang yang
didasarkan pada ikatan primordial, keluargaan, kekuasaan, kedaerahan, adat dan agama.
Ketiga, wewenang legal rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemampuan dan
kecakapan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturanm perundang-undangan yang
berlaku. Pemimpin dengan wewenang legal rasional ini dipilih dan diangkat melaluai aturan-
aturan hukum, menjalankan kepemimpinannya menurut birokrasi.
Pada teori pluralis mencapai kekuasaan dengan melihat kekuasaan pada group-group.
Dimana pada setiap group itu memiliki hak veto. Hak veto ini memiliki banyak keuntungan
bagi setiap group-group itu sendiri. Dengan adanya hak veto ini mereka bisa memblokade
atau membatasi kesuksesan kelompok-kelompok yang lain. Kelompok-kelompok lain ini
kebebasannya untuk bertindak tidak bebas dan selalu dibatasi oleh hak veto group-group itu.
Konsep power elit berpacu pada teori sosial konflik, teori ini dikemukakan oleh C.
Wright Mills (1956). Teori power elit ini memiliki beberapa anggota. Menurut Mills, kepala
9
anggota-anggota dari power elit memiliki 3 bidang yang kuat di Amerika yakni bidang
ekonomi, pemerintahan dan militer. Hanya orang-orang yang besar yang memiliki kekayaan
dan kekuasaan lah yang bisa menjadi penguasa di negara itu. Mereka yang memiliki
kekuasaan dan kekayaan yang tinggi lebih leluasa dalam berpindah tempat dari bidang satu
ke bidang yang lain.
Teori ketiga adalah Teori Marxis yang mengacu pada analisis pengalaman politik
dengan istilah operasi dalam sistem ekonomi masyarakat. Kekayaan tidak dapat dihitung dan
justru melihat kebiasaan diantaranya institusi ekonomi. Dalam pemikiran Teori Marxis
pemikiran negara bersatu sehingga menghasilkan politik demokrasi. Tetapi kekuasaan fokus
hanya pada kekuasaan yang besar. Dalam teori ini secara garis besar lebih terkait dengan
ekonomi.
Dari ketiga teori diatas teori yang relevan dengan kasus pasangan Ratu Atut Chosiyah
dan Rano Karno adalah teori model elit. Karena dalam teori yang ditekankan adalah
kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang dimiliki untuk mencapai sesuatu yang mereka
inginkan. Jika mereka telah memiliki dua hal ini maka mereka akan lebih leluasa dalam
bertindak apalagi menarik perhatian rakyat untuk memiilih pasangan ini. Mereka akan mudah
untuk dapat merebut hati rakyat apalagi rakyat sekarang dalam kondisi yang lemah.
Maksudnya lemah dari segi ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
Seperti contohnya adalah pemberian uang, sembako, sajadah, dan lain sebagainya. Ini
dapat membuktikan bahwa pemilihan gubernur Banten ini mengikuti teori model elit,
kekayaan yang dimiliki Ratu Atut dan ketenaran yang dimiliki oleh Rano Karno membuat
kemenangan pada kedua pasangan ketua dan wakil ketua gubernur Banten tersebut.
Kemenangan ini dapat dilihat pula setelah Ratu Atut mengganndeng Rano Karno sebagai
pasangannya, masyarakat lainnya memilih Ratu Atut di karenakan ketenaran yang ada pada
pasangan Ratu Atut itu sendiri yaitu Rano Karno.
Pemikiran masyarakat belum terlalu terbuka karena mereka lebih mementingkan
desakan dari luar dan imbalan-imbalan yang menurutnya baik. Padahal mereka tidak
memikirkan bagaimana kondisi Banten selanjutnya nanti. Sungguh miris kondisi negara kita
ini. Disinilah peran generasi muda yang bermoral, berpendidikan dan bertingkah laku yang
baik dibutuhkan demi Indonesia yang lebih baik ke depannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI,
September 2000.
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, Oktober 2010.
J.J. Machionis, Ch. 17: Politics and governance, 2000.
http://www.detiknews.com / Kemenangan Atut -Rano di Pilkada Banten digugat lawan-lawannya .
diakses 15 November 2011
11