17
Pengertian Puasa Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26: ا.ً مْ وَ صِ ن مْ حَ ّ ر لِ لُ تْ رَ ذَ ن يِ ّ نِ “sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”[1] “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”[2] Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil. Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu : ِ هِ # بَ دَ رَ ا و(( َ ّ مِ م ا(( َ هِ رْ يَ غَ وِ اع(( َ مِ # جْ ل َ وِ # تْ رُ ّ 2 (( ش ل َ وِ ل(( ْ كَ 7 لْ ِ نَ عُ ; اكَ (( سْ مِ ْ لَ ٬ ِ عْ وُ رْ 2 (( شَ مْ ل ِ ه(( ْ # جَ وْ ل يَ لَ عِ ار(( َ هَ ّ لن ِ ي ف٬ ِ و(( ْ لغَ ّ ل ِ نَ عُ ; اكَ (( سْ مِ ْ ل َ ; ك((ِ ل دُ ع((َ # بْ P تَ يَ وٍ صْ وُ صْ خَ مٍ تْ قَ و يِ فِ هْ وُ رْ كَ مْ ل َ وِ مَ ّ رَ حُ مْ ل ِ مَ لَ كْ ل َ نِ م اَ هِ رْ يَ غَ وِ 2 تَ قَ ّ ر ل َ و٬ ٍ هَ صْ وُ صْ خَ مَ طِ 7 َ رَ 2 شِ # ب۰ “Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan. [3] Dasar hukum pelaksanaannya Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah: a. Firman Allah Swt., : َ نْ وُ قَ ّ بَ P تْ مُ كَ ّ لَ عَ لْ مُ كِ لْ # بَ قْ نِ مَ نْ يِ ذَ ّ ل يَ لَ عَ # تِ تُ ك اَ مَ كُ امَ يِ ّ ص ل ُ مُ كْ يَ لَ عَ # تِ تُ ك ْ وُ نَ م~ َ نْ يِ ذَ ّ ل اَ هُ ّ يَ 7 اَ ن۰ Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183). b. Sabda Nabi Saw., :

Makalah tentang Puasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi Islam

Citation preview

Page 1: Makalah tentang Puasa

Pengertian PuasaPuasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

. ا و�م� ص� ح�من� ل�لر� ت� ن�ذ�ر� إ�ن�ي“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”[1]            “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.            Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”[2]            Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil. Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :

ب�ه� د� و�ر� ا م� م� ا و�غ�ي�ر�ه� اع� م� ال�ج� و� ب� ر� و�الش# ك�ل�ا�أل� ع�ن� اك� �م�س� ه� ٬ا�إل� ال�و�ج� ع�ل�ي ار� الن�ه� في�

ع� و� ر� ه� ٬ال�م�ش� و� ك�ر� ال�م� و� م� ر� ال�م�ح� م� ال�ك�ال� م�ن� ا و�غ�ي�ر�ه� ف�ث� و�الر� ال�لغ�و� ع�ن� اك� �م�س� اإل� ذل�ك� ي�ت�ب�ع� و�و�ص< ص� م�خ� و�ق�ت< ة< ٬ف�ي و�ص� ص� م�خ� ئ�ط� ا ر� ۰ب�ش�

“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan.[3]

Dasar hukum pelaksanaannyaPuasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah:a.       Firman Allah Swt., :

و�ن� ت�ت�ق� ل�ع�ل�ك�م� ب�ل�ك�م� ق� م�ن� ال�ذ�ي�ن� ع�ل�ي ك�ت�ب� ا ك�م� ي�ام� الص� ع�ل�ي�ك�م� ك�ت�ب� ا ن�و� آم� ال�ذ�ي�ن� ا ي#ه�� ۰ي�اأ

Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).b.      Sabda Nabi Saw., :

: الله� ا�ال� آلا�له� أ�ن� اد�ة� ه� ش� م�س< خ� ع�ل�ي م� ال� ا�إل�س� الله� ٬ب�ن�ي� و�ل� س� ر� د�ا م� م�ح� أ�ن� ام� ٬و� إ�ق� و�ة� ال� ك�اة� ٬الص� الز� �ي�ت�اء� إ ان� ٬و� م�ض� ر� و�م� ال�ب�ي�ت� ٬و�ص� ج� ۰و�ح�

“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).[4]            Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu puasa  di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.            Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.

Page 2: Makalah tentang Puasa

Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu manfaat jasmaniah.Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk kesehatan. Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu dengan niat berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka puasanya adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak mendapat manfaat rohaniah.[5]

Hukum & Hikmah

Ulama Mahzab Maliki Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.2. Puasa sunnah (mandub)3. Puasa makruh4. Puasa haram

Yang Pertama Ialah Puasa Wajib (Fardhu)

Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan.

Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada’ dan demikian pula yang dikerjakan secara qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa puasa nazar itu puasa wajib bukan puasa fardhu.

Puasa ramadhan dan dalil dasarnya

Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa. Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu setengah tahun setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah Al-qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt :

) البقرة القران فيه انزل الذي رمضان ١٨٥شهر

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)

Yang kedua ialah puasa sunnah (mandub)

Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.

Berikut contoh-contoh puasa sunnat:

Page 3: Makalah tentang Puasa

–          Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya

Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.

–          Puasa hari arafah

Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu disebut hari ‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji.

–          Puasa hari senin dan kamis

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi.

–          Puasa 6 hari di bulan syawal

Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak dengan tanpa syarat-syarat

–          Puasa sehari dan berbuka sehari

Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu macam puasa sunnah yang lebih utama.

–          Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.

Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga kalangan imam-imam madzhab.

Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang disunnahkan .

–          Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya

Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.

Yang Ketiga Ialah Puasa Makruh

Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.

Yang keempat ialah puasa haram

Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu

Page 4: Makalah tentang Puasa

mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :

Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban (idul adha)

Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal ini(fiqih empat madzhab hal 385)

Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau sedang beri’tikaf.

Hikmah

Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani.

Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.

Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.

Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.

2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,dan amal-amal sunat.

3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan silaturahmi.

4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.

Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

Page 5: Makalah tentang Puasa

7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang mengandung dosa.

8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-

nikmat yang diberikan pada kita.

Dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah puasa yang lain baik di dalam bidang kesehatan dan lain-lain.

Syarat PuasaSyarat-syarat wajib berpuasaa.       Islamb.      Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa ; tetapi apabila kuat mengerjakannya, boleh diajak berpuasa sebagai latihan.c.       Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)d.      Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang sudah tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah.

2.      Syarat-syarat sahnya puasaa.       Islam.b.      Tamyiz.c.       Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari yang ia tinggalkan.d.      Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan Ramadhan[8] ; seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah, hari syak, yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

Rukun Puasa1.      Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan. Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.2.      Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

ي�ط� ال�خ� ل�ك�م� ي�ت�ب�ي�ن� ت�ي ح� ا ب�و� ر� و�اش� ا ك�ل�و� و� ل�ك�م� الله� ك�ت�ب� ا م� ا اب�ت�غ�و� و� و�ه�ن� ر� ب�اش� ال�ئن� ف�ال�ي�ل إ�ل�ي ي�ام� الص� ا و� ت�م#

� أ ث�م� ر� ج� ال�ف� م�ن� د� و� س�� األ� ي�ط� ال�خ� م�ن� �ب�ي�ض� ۰األ�

Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.            Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan gelapnya malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya : “hingga nyata benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali hitam dan seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal

Page 6: Makalah tentang Puasa

dan saya amat-amati di waktu malam dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui Rasulullah Saw dan saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :

ار� الن�ه� ب�ي�اض� و� الل�ي�ل� اد� و� س� ذل�ك� ا �ن�م� إArtinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”.[9]

Yang membatalkan puasa1.      Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan, minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika karena lupa, tiadalah yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung atau lainnya yang serupa, tidak membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui lobang rongga badan.2.      Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.3.      Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi wajib mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.4.      Jima’ pada siang hari.5.      Gila walaupun sebentar.6.      Mabuk atau pingsan sepanjang hari.7.      Murtad, yakni keluar dari agama Islam.[10]Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada siang hari di bulan Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan hubungan kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain itu ia wajib membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw. :

الله� و�ل� س� ر� ت�ي ت�ف� اس� ف� ان� م�ض� ر� ف�ي ت�ه�� أ ر� ب�ام� ع� و�ق� ال� ج� ر� ن�

أ� ع�ن�ه� الله� ض�ي� ر� ة� ي�ر� ر� ه� ب�يأ� ع�ن�

ذل�ك� ع�ن� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الله� ل�ي : ٬ص� ب�ة� ق� ر� د� ت�ج� ه�ل� ال� ق� .  ف� ي�ام�: ص� ت�ط�ي�ع� ت�س� و�ه�ل� ال� ال� ؟ق�

ي�ن� ر� ه� (. ؟ ش� ( . مسلم: . رواه ك�ي�ن�ا م�س� ت�ي�ن� س� ط�ع�م�أ� ف� ال� ال� ق�

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak. Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah makan orang-orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim). [11]

Hal-hal sunnat dalam berpuasa1.      Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah terbenam.2.      Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.3.      Berdoa sewaktu berbuka puasa.4.      Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.5.      Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.6.      Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.7.      Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.8.      Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar) karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.[12]

Page 7: Makalah tentang Puasa

Cara melaksanakan puasa

1. NIAT UNTUK PUASASebelum melaksanakan puasa, kita wajib berniat terlebih dahulu. Puasa kita niatkan sebelum terbit fajar, berdasarkan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam

(( �ه� ل �ام� ص�ي � ف�ال ��ف�ج�ر ال �ل� ق�ب �ام� الص$ي ��ج�م�ع ي �م� ل ((م�ن�

“Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”

Khusus untuk puasa yang sunnah, kita boleh berniat puasa setelah fajar terbit apabila sebelumnya kita belum makan. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke ‘Aisyah pada selain bulan Romadhon, kemudian beliau bersabda:

(( �م+ ص�ائ $ي �ن ف�إ / �ال إ و� ؟ �ء+ غ�د�ا �م� �د�ك ن �ع (( ه�ل�

“Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa” (HR. Muslim).

2. WAKTU PUASA

Puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga hilangnya siang dengan datangnya malam, dengan kata lain hilangnya bundaran matahari di ufuk.

Dalilnya adalah:

ل�ى� إ �ام� الص$ي �م=وا ت� أ �م/ ث ��ف�ج�ر ال م�ن� �و�د س�

� �أل ا ��ط ي �خ� ال م�ن� �ض� �ي �ب �أل ا �ط� ي �خ� ال �م� �ك ل /ن� �ي �ب �ت ي /ى ح�ت �وا ب ر� و�اش� �وا �ل و�ك��ل /ي الل

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (Al-Baqarah: 187)

3. SAHUR

Adik-adik, hendaknya sebelum melaksanakan ibadah puasa, kita makan sahur terlebih dahulu. Kita disunahkan untuk mengakhirkan makan sahur sesaat menjelang tibanya waktu subuh. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik berikut:

“Kami makan sahur bersama Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat” Aku tanyakan (kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Makan sahur yang diperintahkan oleh Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memiliki beberapa hikmah, antara lain:

1. Membedakan puasa kita dengan puasanya Ahul Kitab (orang Yahudi dan Nashoro):Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( �ر ح� الس/ �ة� �ل أك ، ��اب �ك�ت ال �ه�ل� أ � �ام و�ص�ي �ا �ام�ن ص�ي �ن� �ي ب م�ا ((ف�ص�ل�

“Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur” (HR. Muslim)

Page 8: Makalah tentang Puasa

2. Makan Sahur adalah Barokah

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( Qة� ك �ر� ب �ح�و�ر الس= ف�ي �ن/ ف�إ و�ا ح/ر� �س� (( ت

“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Dengan makan sahur, berarti kita telah mengikuti sunnahnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, sahur juga akan menguatkan badan, menambah semangat, serta membuat puasa menjadi lebih ringan.

Adik-adikku sayang, sebagian kaum muslimin memiliki kebiasaan yang jelek ketika sahur. Mereka biasanya melakukan sahur dalam waktu yang lama sebelum subuh tiba, kemudian tidur lagi sampai subuh berlalu. Ini mengakibatkan mereka jatuh kepada beberapa kesalahan:1. Berpuasa sebelum waktunya2. Meninggalkan shalat jamaah3. Terkadang karena tidurnya terlalu nyenyak, mereka bangun kesiangan dan kehilangan sholat sama sekali

Oleh karena itu hendaknya waktu sahur kita akhirkan dan sebaiknya setelah sahur, kita jangan tidur lagi. Persiapkanlah diri kita untuk shalat subuh yang akan segera tiba.

4. PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA

Adik-adik, barokallahu fiikum. Kalian harus mengetahui perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa. Di antara perkara-perkara tersebut kita adalah:

1. Makan dan MinumApabila kita makan atau minum di siang hari sewaktu puasa, maka puasa kita batal. Kecuali jika kita lupa sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah membatalkan puasa kita. Kita bisa melanjutkan puasa kita secara sempurna.

Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,

(( . ق�اه� و�س� الله� ط�ع�م�ه�� أ /م�ا �ن ف�إ ص�و�م�ه� �م� �ت �ي ف�ل ، ر�ب� ش� و�

� أ �ل� �ك ف�أ ، Vم� ص�ائ و�ه�و� �س�ي� ن ((م�ن�

“Jika seseorang lupa ketika ia berpuasa, lalu dia makan dan minum, maka hendaklah menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

2. Muntah dengan SengajaMuntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam:

(( ��ق�ض �ي ف�ل �ق�اء� ت اس� ��ن و�إ ق�ض�اء+ ��ه �ي ع�ل �س� �ي ف�ل �م+ ص�ائ و�ه�و� ق�ي�ء+ ع�ه� ذ�ر� (( م�ن�

“Barangsiapa yang terpaksa muntah, maka tidak wajib baginya untuk mengqadha (mengganti) puasanya, dan barangsiapa muntah dengan sengaja, maka wajib baginya mengqadha puasanya”.

Page 9: Makalah tentang Puasa

Sebenarnya ada beberapa hal lain yang bisa membatalkan puasa. Insya Allah kalian bisa mempelajarinya ketika kalian beranjak dewasa.

5. PERKARA YANG WAJIB DITINGGALKAN KETIKA PUASA

Adik-adik, selain menjaga mulut kita dari makan dan minum, ketika berpuasa kita juga harus menjaga mulut kita dari berkata-kata kotor, keji dan dusta. Perbuatan ini memang tidak boleh kita lakukan baik di ketika berpuasa ataupun tidak. Namun hal ini lebih ditekankan lagi apabila kita sedang berpuasa.

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�ه� )) اب ر� و�ش� ط�ع�ام�ه� �د�ع� ي �ن� أ ح�اج�ة+ �Vه �ل ل �س� �ي ف�ل ��ه ب �ع�م�ل� و�ال �و�ر الز= ق�و�ل� �د�ع� ي �م� ل ((م�ن�

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah Azza wa Jalla tidaklah butuh atas perbuatannya meninggalkan makan dan minum” (HR. Al-Bukhori)

ف�ق�ل� )) �ك� �ي ع�ل �و�ج�ه�ل� ا ح�د+� أ �ك� اب س� �ن� ف�إ �ف�ث و�الر/ �/غ�و الل م�ن� �ام� الص/ي /م�ا �ن إ �ب ر� و�الش/ ��ل ك

� �أل ا م�ن� �ام� الص$ي �س� �ي ل�م+ , ص�ائ $ي �ن إ �م+ ص�ائ $ي �ن (( إ

“Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu atau tidak mengetahui perkaramu, maka, katakanlah: Aku sedang puasa, aku sedang puasa”

Oleh karena itu, jagalah lisanmu dari berkata-kata yang kotor, keji dan dusta agar puasamu tidak sia-sia, sebagaimana sabda Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,

(( ��ع�ط�ش و�ال ��ج�و�ع ال ��ام�ه ص�ي م�ن� ح�ظ=ه� b �م ص�ائ ب/ (( و�ر�

“Berapa banyak orang yang puasa, bagian dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)”

6. YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA PUASA1. BersiwakKalian tahu siwak kan? Siwak itu kayu berukuran kecil yang dipergunakan untuk membersihkan gigi. Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya untuk membersihkan gigi kita, terutama ketika akan sholat.

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

(( bة� ص�ال �ل/ ك �د� ن �ع �و�اك �الس$ ب �ه�م� ت م�ر�� �ي أل م/ت

� أ ع�ل�ى ق/ �ش� أ �ن� أ � �و�ال ((ل

“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan sholat” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

2. Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke dalam Hidung ketika Berwudhu)Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh di dalam melakukan istinsyaq. Namun beliau melarang untuk berlebih-lebihan apabila sedang berpuasa. Beliau bersabda,

(( Q �ما ص�ائ �و�ن� �ك ت ن�� أ / �ال إ �اق �ش� �ن ت �س� �إل ا ف�ي �غ� �ال ((و�ب

Page 10: Makalah tentang Puasa

“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali dalam keadaan puasa”

3. Mengguyurkan Air ke Atas Kepala karena Panas atau HausApabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita diperbolehkan untuk mengguyurkan air ke kepala kita. Dalilnya adalah hadits,

�الله و�ل� س� ر� �ان� ر$ ك �ح� ال م�ن� و�� أ ��ع�ط�ش ال م�ن� �م+ ص�ائ و�ه�و� �ه �س

� أ ر� ع�ل�ى �م�اء� ال �ص�ب= ي

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan.

7. BERBUKA PUASA

Ketika matahari telah terbenam dan malam hari pun tiba, kita sudah diperbolehkan untuk makan dan minum. Bahkan kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

�ف�ط�ر� )) ال �و�ا ل ع�ج/ م�ا bر� ي �خ� ب /اس� الن ال� �ز� ي � (( ال

“Senantiasa manusia berada di dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berbukalah dengan Buah KurmaPada saat berbuka, kita disunnahkan untuk membatalkan puasa kita dengan kurma, baik yang basah maupun yang kering. Namun apabila tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana kebiasaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,

bو�ات ح�س� ح�س�ى �ن� �ك ي �م� ل �ن� ف�إ bات �م�ر� ت ف�ع�ل�ى bات� ط�ب ر� �ن� �ك ي �م� ل �ن� ف�إ �ص�ل$ي� ي ن�� أ �ل� ق�ب bات� ط�ب ر� ع�ل�ى �ف�ط�ر� ي �ن� كا

bم�اء م�ن�

“Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthob) sebelum sholat. Apabila tidak ada yang basah, maka beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika tidak ada juga, maka beliau minum dengan satu tegukan air”

Setelah berbuka (membatalkan puasa) secukupnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk shalat maghrib.

Meng-qadha’ puasa Ramadhan

Barang siapa berkewajiban meng-qadha’ puasa Ramadhan karena membatalkannya secara sengaja, atau karena suatu sebab dari beberapa sebab terdahulu, maka ia berkewajiban meng-qadha’ sebagai pengganti hari-hari yang ia batalkan dan ia qadha’ pada masa yang diperbolehkan melakukan puasa sunnah. Jadi tidak dianggap mencukupi meng-qadha’ puasa Ramadhan pada hari-hari yang dilarang berpuasa padanya. Seperti hari raya, baik idul fitri maupun idul adha’. Juga tidak dianggap mencukupi pada hari-hari yang memang ditentukan untuk berpuasa fardhu, seperti bulan ramadhan yang sedang tiba waktunya, hari-hari nazar yang ditentukan, misalnya ia bernazar akan berpuasa sepuluh hari diawal bulan bulan Dzulqo’dah. Jadi meng-qadha’ puasa ramadhan pada hari-hari itu tidak bisa dinilai mencukupi. Sebab telah ditentukan untuk nazar. Demikianlah menurut kalangan ulama Malikiyah dan Syafi’iyyah.

Page 11: Makalah tentang Puasa

Begitu juga tidak bisa mencukupi melakukan qadha’ pada bulan Ramadhan yang sedang tiba saatnya. Sebab bulan tersebut ditentukan untuk menunaikan kewajiban puasa secara khusus. Jadi tidak bisa untuk dibuat melakukan puasa selainnya. Melakukan puasa qadha’ dianggap sah pada hari syak, karena pada hari itu melakukan puasa sunnah dianggap sah. Ketentuan meng-qadha’ ialah dengan cara mengikuti jumlah puasa yang terluput(tertinggal), bukan mengikuti hilal atau tanggal bulan. Jadi kalau seseorang meninggalkan puasa selama 30 hari atau sebulan penuh, maka ia harus meng-qadha(berpuasa) selama 30 hari juga. Jika dalam bulan yang ia puasa tersebut ada 29 hari, maka ia harus menambah 1 hari lagi.

Bagi yang mempunyai kewajiban meng-qadha’ puasa disunnahkan untuk segera meng-qadha’ puasanya. Disunnahkan juga agar dilakukan secara berturut-turut dalam melakukannya. Dan berkewajiban juga meng-qadha’ secara segera apabila Ramadhan yang selanjutnya akan segera tiba. Barang siapa mengundur-undur qadha’ hingga bulan Ramadhan keduanya tiba maka ia berkewajiban membayar fidyah sebagai tambahan atas kewajiban meng-qadha’. Yang dimaksud fidyah ialah memberi makanan orang miskin untuk setiap hari dari hari-hari qadha’. Ukurannya ialah sebagaimana yang diberikan kepada orang miskin dalam kifarat.

–         Cara mengeluarkan fidyah

Maksud Fidyah ialah satu cupak makanan asasi tempatan yang disedekahkan kepada fakir miskin mewakilli satu hari yang tertinggal puasa Ramadhan padanya. Makanan asasi masyarakat Malaysia adalah beras, maka wajib menyedekahkan secupak beras kepada fakir miskin bagi mewakili sehari puasa. Ukuran secupak beras secara lebih kurang sebanyak 670gram. Contohnya sipulan telah meninggalkan puasanya sebanyak 5 hari, maka dia wajib membayar Fidyahnya sebanyak 5 cupak beras kepada fakir miskin. Firman Allah yang bermaksud :

“(Puasa Yang Diwajibkan itu ialah beberapa hari Yang tertentu; maka sesiapa di antara kamu Yang sakit, atau Dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari Yang dibuka) itu pada hari-hari Yang lain; dan wajib atas orang-orang Yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya) membayar Fidyah Iaitu memberi makan orang miskin. maka sesiapa Yang Dengan sukarela memberikan (bayaran Fidyah) lebih dari Yang ditentukan itu, maka itu adalah suatu kebaikan baginya; dan (Walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu daripada memberi Fidyah), kalau kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 184)

Fidyah dikenakan kepada orang yang tidak mampu berpuasa dan memang tidak boleh berpuasa lagi. Maka dengan itu Islam telah memberikan keringanan (rukshoh) kepada mereka yang tidak boleh berpuasa dengan cara membayar Fidyah yaitu memberikan secupak beras kepada orang fakir miskin. Begitu juga kepada orang yang meninggalkan puasa dan tidak menggantikan puasanya sehingga menjelang puasa Ramadhan kembali (setahun), maka dengan itu mereka dikehendaki berpuasa dan juga wajib memberikan secupak beras kepada fakir miskin. Begitu juga pada tahun seterusnya. Fidyah akan naik setiap tahun selagi mana orang tersebut tidak menggantikan puasanya.

Peringatan bagi Orang yang Sengaja Membatalkan Puasa Pada zaman ini kita sering melihat banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban yang agung ini. Jika kita lihat di bulan Ramadhan di jalan-jalan ataupun tempat-tempat umum, banyak orang yang mengaku muslim tidak melakukan kewajiban ini atau sengaja membatalkannya. Mereka malah terang-terangan makan dan minum di tengah-tengah saudara

Page 12: Makalah tentang Puasa

mereka yang sedang berpuasa tanpa merasa berdosa sama sekali. Padahal mereka adalah orang-orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan tidak punya halangan sama sekali. Mereka adalah orang-orang yang bukan sedang bepergian jauh, bukan sedang berbaring di tempat tidur karena sakit dan bukan pula orang yang sedang mendapatkan halangan haidh atau nifas. Mereka semua adalah orang yang mampu untuk berpuasa. Sebagai peringatan bagi saudara-saudaraku ini yang masih saja enggan untuk menahan lapar dan dahaga pada bulan yang diwajibkan puasa bagi mereka, kami bawakan sebuah kisah dari sahabat Abu Umamah Al Bahiliradhiyallahu ‘anhu. Beliau (Abu Umamah) menuturkan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata,”Naiklah”. Lalu kukatakan,”Sesungguhnya aku tidak mampu.” Kemudian keduanya berkata,”Kami akan memudahkanmu”. Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras. Lalu  aku bertanya,”Suara apa itu?” Mereka menjawab,”Itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.” Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (Abu Umamah) bertanya,”Siapakah mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.” (HR. An Nasa’i dalam Al Kubra, sanadnya shahih. Lihat Shifat Shaum Nabi, hal. 25). Lihatlah siksaan bagi orang yang membatalkan puasa dengan sengaja dalam hadits ini, maka bagaimana lagi dengan orang yang enggan berpuasa sejak awal Ramadhan dan tidak pernah berpuasa sama sekali. Renungkanlah hal ini, wahai saudaraku!!