Makalah Tiga Jam Hpm

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat diandalkan negara-negara di dunia untuk menggerakkan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi dalam negeri. Penanaman modal diharapkan pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang yang sangat menguntungkan bagi negara penerima modal (host state), karena dengan adanya penanaman modal modal asing ini, negara dan penerima asing dapat menjamin

mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi kepentingan publik 1. Undang-Undang Penanaman Modal merupakan salah melalui satu bagian dari paket perbaikan yang dikeluarkan kebijakan iklim investasi

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006

yang salah satu programnya adalah mengubah Undang-Undang (UU) Penanaman Modal yang memuat perluasan perlakuan prinsip-prinsip definisi sama investor dasar, antara lain: modal, transparansi, dan asing

domestik

(di luar Negative List), dan Dispute Settlement.1 M.Soenarajah,The International Law on ForeignInvestment,2nd edition,Cambridge University Press,Cambridge,2004,hlm.5

Paket perbaikan kebijakan ini didanai oleh Bank Dunia melalui utang program yaitu, Development Policy Loan jangka waktu yang

sangat lama akan mengakibatkan masyarakat terjauhkan dari peluang untuk mengakses tanah guna pertanian atas pertumbuhan masyarakat terus dan tanah negara, tingkat Di bertambah. sementara populasi sisi lain,

pemerintah seharusnya dapat belajar dari sejarah maraknya konflik, baik bersifat laten maupun terbuka sebagai Secara akibat dari sengketa agraria. Indonesia sehingga buruh tani ini dan kuantitatif, masyarakat lahan,

mayoritas merupakan petani. Namun, mayoritas mereka tidak mempunyai banyak petani utang dalam bergantung sebagai bentuk jangka technical pendek

dan perkebunan. (DPL) III sebesar US$ 600 juta, assistance yang 2006 adalah utang disepakati mulai

sejak

bulan Desember

berakhir pada bulan Maret 2007. Tanah mempunyai hubungan dan arti yang sangat vital terhadap kehidupan manusia. Dewasa ini, kajian tentang hubungan manusia dengan tanah semakin rumit dan kompleks sebab berbagai aspek lain juga terkait di dalamnya, seperti aspek hukum, politik dan demografi. Laju pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perkembangan teknologi yang cepat, mobilitas yang tinggi serta meningkatnya urbanisasi merupakan faktor-faktor yang memberi andil pada kerumitan tersebut 2. 2

Dalam global

menghadapi dan

perubahan

perekonomian dalam

keikutsertaan

Indonesia

berbagai kerjasama Internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional 3. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam untuk modal, baik oleh penanam di wilayah tempat modal negara untu dalam negeri maupun penanam modal asing melakukan usaha Republik Indonesia. Sebagai

melakukan investasi, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, antara lain: Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah; Upah buruh yang relative rendah; 3. Pasar yang sangat besar; 4. Lokasi yang sangat strategis; 5. Adanya kepentingan untuk mendorong iklim invesasi yang sehat; Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2007 tentang Penanaman modal tidak membedakan warga Negara asing dan warga Negara Indonesia dalam hal hak dan kewajibannya, sehingga tidak dipungkiri warga Negara asing dapat memperoleh fasilitas hak atas tanah yang dibutuhkannya untuk3 Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, LN. No. 67 Tahun 2007, TLN No. 4724, konsideran d.

kepentingan penanaman modal, yaitu berupa: Hak guna usaha Hak guna bangunan Hak pakai. Bahwa dalam Pasal 3 Ayat (1) huruf d UUPM dinyatakan sama yang bahwa tidak penanaman membedakan modal asal diselenggarakan berdasarkan asas perlakuan

negara, selanjutnya asas perlakuan asal

dalam Penjelasan Pasal 3 yang sama non peraturan dan tidak asas

Ayat (1) huruf d UUPM yang dimaksud dengan membedakan perlakuan undangan, dalam maupun negeri negara adalah

pelayanan baik dan antara

diskriminasi perundangasing satu

berdasarkan ketentuan

penanam modal dari

penanam modal

antara penanam modal

negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya. Berkenaan dengan pelaksanaan ketentuan UUPM tentang pemberian hak atas tanah bagi penanam modal baik berupa tidak perolehan dari maupun ketentuan peralihannya luput

berlakunya undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agrarian (UUPA) sebagai dasar hukum penguasaan tanah di Indonesia. Dalam Pasal 22 UUPM Ayat (1) huruf a, b, dan c Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007disebutkan:

Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa: Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan selama 60 (enam puluh) tahun dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh

lima) tahun; Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan

jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan; Hak Pakai (tujuh dapat puluh) diberikan dengan tahun dengan jumlah 70 cara dapat

diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun. Dengan jangka waktu yang cukup lama tersebut kemudian memunculkan pro dan kontra di dalam masyarakat Indonesia mengingat pasal 33 UUD 1945 adalah merupakan pasal ideologi dan politik ekonomi Indonesia, yang memuat tentang Hak Penguasaan Negara, utamanya dalam Pasal 33 Ayat (2) dan (3) UUD 1945. Bahwa Pasal 33 Ayat (2) UUD 1945 dalam ditentukan,

Cabang-cabang

produksi

yang

penting

bagi

negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bahwa Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; Bahwa pengertian cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak yang disebutkan di dalam Penjelasan Pasal 33 Ayat (2) UUD 1945 adalah Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-perorang. Sebab itu, perekonomian disusun bersama berdasar asas kekeluargaan. Bahwa kemudian atas keberatan tersebut diatas maka diajukan judicial review terhadap Undangundang nomor 25 tahun 2007 terkait dengan masalah jangkan waktu pemberian hak atas tanah kepada penanam modal asing, dimana dihasilkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21-22/PUUV/2007. Sehubungan dengan hal itu, dalam makalah ini akan dikaji tentang bagaimana hubungan tanah dengan penanaman modal dan dikaitkan dengan alasan-alasan diajukannya judicial review atas Undang-undang nomor 25 tahun 2007 terkait atas jangka waktu penggunaan hak atas tanah bagi penanam modal dan pertimbangan atas

keputusan

Mahkamah

Konsitusi

mengenai

masalah tersebut. IDENTIFIKASI MASALAH Bagaimana hubungan tanah dengan penanaman modal di Indonesia? Bagaimana implikasi terhadap penanaman modal di Indonesia setelah dikeluarkannya keputusan Mahkamah Konstiusi Nomor: 21-22/PUUV/2007 terhadap hak penguasaan tanah yang diberikan oleh undang-undang nomor 25 tahun 2007?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA Dikeluarkannya Undang-undang nomor 25

tahun 2007 tentang penanaman modal mengingat hukum penanaman modal yang telah berlaku selama kurang lebih 40 (empat puluh) tahun semakin mendesak Penanaman kebutuhan Modal Undang-Undang pengganti tentang Undangsebagai

Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1970 tentang Perubahan dan Tambahan UndangUndang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri yang selama ini merupakan dasar hukum bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional melalui konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak kepada kepentingan nasional 4. Setelah krisis moneter menerjang Indonesia pada tahun 1998/1999, daya saing ekonomi Untuk Indonesia terus menunjukkan penurunan.

merespons keadaan tersebut, pemerintah bersamasama dengan DPR pada tanggal 26 April 2007 telah menerbitkan Undang-undang nomor 25 tahun 20075

.Untuk

mewujudkan sesuai dengan

tujuan yang

negara

Republik oleh

Indonesia yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum diamanatkan konstitusi kita yaitu Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 dengan demikian penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan menciptakan kapasitas mendorong dan pertumbuhan lapangan ekonomi nasional, kerja, meningkatkan nasional,

pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan teknologi ekonomi pembangunan kerakyatan,

4 Diunduh dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454ABC759858774DF852/17683/UU25Tahun2007PenanamanModal.pdf Penjelasan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tanggal 20 Juli 2011. 5 Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2009,hlm.80

serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing 6. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga UndangUndang tentang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan dan tanggung koordinasi jawab dan penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dalamnya6 Ibid

perizinan,

pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di mengatur mengenai kelembagaan,

penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Undang-Undang ini mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah Bank meningkatkan antar Indonesia, dan 5 koordinasi antar tahun antar instansi dengan ayat 1 Pemerintah, instansi Pemerintah instansi 2007).

Pemerintah dengan pemerintah daerah (pasal 27 Undang-undang semangat nomor Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan daerah otonomi daerah. Pemerintah atau bersama-sama dengan instansi

lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi luasnya urusan dan untuk pelayanan mengatur penanaman dan mengurus dan modal. sendiri modal tugas Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluaspenyelenggaraan asas otonomi penanaman daerah

berdasarkan

pembantuan atau dekonsentrasi. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat diukur dari kecepatan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal dengan biaya yang berdaya saing. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi, Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang

terbuka dengan persyaratan (pasal 12 Undangundang Nomor 25 tahun 2007), termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi 7. Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain: Pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu (pasal 25 ayat 5 Undang-undang Nomor 25 tahun 2007). Dengan sistem itu,sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah perizinan dapat dan menciptakan penyederhanaan

percepatan penyelesaiannya. Adanya Badan Koordinasi Penanaman Modal yang diberi tugas mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanaman penanam modal (pasal 27 ayat 2 Undang-undang nomor 25 tahun 2007). Badan Koordinasi Penanaman Modal dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Jabaran tugas pokok dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal pada modal, fasilitas dasarnya memperkuat peran badan tersebut guna mengatasi meningkatkan hambatan kepastian penanaman pemberian

kepada penanam modal, dan memperkuat peran penanam modal. Peningkatan peran penanaman modal tersebut harus tetap tahap dan dalam nasional koridor yang kebijakan direncanakan kestabilan7 ibid

pembangunan dengan makroekonomi

memperhatian keseimbangan

ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan governance). Adanya Fasilitas penanaman modal yang diberikan dengan mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan fasilitas negara lain. Pentingnya ini kepastian mendorong penanaman modal yang baik (good corporate

pengaturan secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal (pasal 26 undang-undang nomor 25 tahun 2007), fasilitas hak atas tanah, imigrasi (pasal 21, 23 undang-undang nomor 25 tahun 2007), dan fasilitas perizinan impor (pasal 21,24 undang-undang nomor 25 tahun 2007). Meskipun demikian, pemberian fasilitas penanaman modal tersebut juga diberikan sebagai upaya mendorong penyerapan tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang lebih menguntungkan kepada penanam modal yang menggunakan barang modal atau mesin atau di peralatan produksi dan dalam di negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal daerah tertinggal daerah dengan infrastruktur terbatas yang akan diatur lebih terperinci dalam ketentuan peraturan perundangundangan. Undang-Undang ini juga memberikan ruang kepada Pemerintah untuk mengambil kebijakan guna

mengantisipasi berbagai perjanjian internasional yang terjadi dan sekaligus untuk mendorong kerja sama internasional lainnya guna memperbesar peluang pasar regional dan internasional bagi produk barang dan jasa dari Indonesia. Undang-Undang ini juga mengatur hak pengalihan aset dan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hukum, kewajiban fiskal, dan kewajiban sosial yang harus diselesaikan oleh penanam modal. Kemungkinan timbulnya sengketa antara penanam modal dan Pemerintah juga diantisipasi UndangUndang ini dengan pengaturan mengenai penyelesaian sengketa. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap perusahaan dan 25 penerapan yang prinsip sehat, tanggung tata kelola memberikan jawab sosial Modal). modal

penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, melaksanakan tahun 2007 perusahaan (Pasal 14-17 Undang-undang nomor tentang Penanaman penanam Pengaturan tanggung jawab

diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundangundangan. Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi

antarbangsa yang semakin ketat sehingga guna mendorong Indonesia integrasi dalam perekonomian berbagai Indonesia sama menuju perekonomian global dengan keterlibatan kerja internasional yang terkait dengan penanaman modal, baik secara bilateral, regional maupun multilateral (World Trade Organization/WTO), menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus dihadapi dan ditaati. HAK PENGUASAAN ATAS TANAH MENURUT UUPA Di dalam UUPA diatur dan sekaligus ditetapkan mengenai jejang atau urutan hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional antara lain yaitu : 1. Hak Bangsa Indonesia; 2. Hak Menguasai dari Negara; 3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat; 4. Hak-hak Perorangan/Individu. Biarpun bermacam-macam, tetapi semua hak penguasaan serangkaian atas tanah yang berisikan dan/atau wewenang, kewajiban

larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolak pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah. Dengan adanya Hak Menguasai dari negara sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA, yaitu

bahwa : atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung organisasi maka didalamnya kekuasaan atas dasar itu pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh negara sebagai seluruh ketentuan masyarakat.

tersebut, negara berwenang untuk menentukan hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh dan atau diberikan kepada perseorangan dan badan hukum yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menyatakan bahwa: atas dasar Hak yang Menguasai dimaksud dari negara Pasal hak 2 atas sebagaimana ditentukan dalam

adanya

macam-macam

permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, maka negara menentukan hak-hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, yaitu: 1. Hak Milik; 2. Hak Guna Usaha; 3. Hak Guna Bangunan; 4. Hak Pakai; 5. Hak Sewa; 6. Hak Membuka Tanah; 7. Hak Memungut Hasil Hutan; 8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-

hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang- undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebut dalam Pasal 53. Dalam penulisan makalah ini penulis hanya akan menguraikan hak atas tanah yang berkaitan secara langsung dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu Hak Milik dan Hak Pakai. a. Hak Milik a.1. Pengertian dan Sifat Hak Milik Menurut Pasal 20 UUPA yang dimaksud dengan Hak Milik adalah: Hak turun- temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai atas tanah dengan mengingat fungsi sosial, yang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hak Milik adalah hak yang terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti bahwa hak tersebut merupakan hak mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat sebagai Hak Eigendom. Dengan demikian, maka Hak Milik mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1) Turun-temurun; Artinya Hak Milik atas tanah dimaksud dapat beralih karena hukum dari seseorang pemilik tanah yang meninggal dunia kepada ahli warisnya. 2) Terkuat; Artinya bahwa Hak Milik atas tanah tersebut yang paling kuat diantara Hak-hak atas tanah yang lain. 3) Terpenuh; Artinya bahwa Hak Milik atas tanah tersebut dapat

digunakan untuk usaha pertanian dan juga untuk mendirikan bangunan. 4) Dapat beralih dan dialihkan; 5) Dapat dijadikan jaminan dengan dibebani Hak Tanggungan; 6) Jangka waktu tidak terbatas. B. Subyek dan Obyek Hak Milik Sesuai dengan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UUPA, maka yang dapat mempunyai Hak Milik adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Badan-badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No. 38 Tahun 1963 yang meliputi : 1. Bank-bank yang didirikan oleh Negara; 2. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958; 3. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria aetelah mendengar Menteri Agama. sedangkan menurut Pasal 21 ayat (3) UUPA, menentukan bahwa : Orang asing yang sesudah berlakunya undangundang ini memperoleh Hak Milik, karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran demikian pula harta warga karena negara perkawinan,

Indonesia kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu, di dalam jangka waktu satu

tahun

sejak

diperolehnya

hak

tersebut Hak

atau Milik

hilangnya

kewarganegaraan

itu,

tersebut tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum, dengan ketentuan Hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung. C. Terjadinya Hak Milik Menurut Pasal 22 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa Terjadinya Hak Milik menurut Hukum Adat diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan dalam ayat (2) dinyatakan bahwa selain cara sebagaimana diatur dalam ayat (1), Hak Milik dapat terjadi karena : a. Penetapan Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; b. Ketentuan undang-undang. b. 1.2.2. Hak Pakai b.1. Pengertian Hak Pakai Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (1) UUPA yang dimaksud dengan Hak Pakai adalah : Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang langsung dikuasai Negara atau tanah milik orang lain, oleh yang memberi yang wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya pejbat berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan

ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini. Selanjutnya dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, yang dimaksud Hak Pakai pengertiannya adalah sama dengan pengertian yang diatur dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) UUPA. b.2. Subyek dan Obyek Hak Pakai Sesuai dengan ketentuan Pasal 42 UUPA yang dapat mempunyai atau subyek Hak Pakai adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia; c. Badan Hukum yang didirikan menurut hokum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; d. Badan Hukum di Asing yang mempunyai menurut perwakilan Indonesia. Sedangkan

ketentuan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang berhak menjadi subyek Hak Pakai adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Badan Hukum yang didirikan menurut hokum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; c. Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen dan Pemerintah Daerah; d. Badan-badan keagamaan dan sosial; e. Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia; f. Badan Hukum Asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; g. Perwakilan Negara asing dan perwakilan badan internasional.

Dengan demikian, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 subyek Hak Pakai lebih diperluas lagi apabila dibandingkan dengan yang diatur dalam UUPA. Untuk Obyek Hak Pakai UUPA tidak mengaturnya, sedangkan yang menjadi obyek Hak Pakai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 adalah: a. Tanah Negara; b. Tanah hak Pengelolaan; c. Tanah Hak Milik. BAB III PEMBAHASAN Hubungan Tanah dengan Penanaman Modal di

Indonesia Pengaturan mengenai penyediaan dan pemberian hak atas tanah untuk penanaman modal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peraturan perusahaanperundangperusahaan akan tanah dan sekaligus dapat terselenggara menurut undangan yang berlaku. Perusahaan-perusahaan penanam modal yang membutuhkan tanah untuk keperluan kegiatannya dilarang untuk melakukan pembelian, pembebasan hak dan lain-lain bentuk penguasaan permohonan tanah yang sebelum untuk mengajukan melakukan diajukan

kegiatan usahanya disetujui oleh pemerintah. Hak-hak atas tanah yang dibutuhkan oleh

penanam modal telah disediakan oleh UUPA dalam ketentuan pasal 16 ayat (1) UUPA yaitu hak guna usaha, gak guna bangunan dan hak pakai.

Implikasi Terhadap Penanaman Modal di Indonesia setelah Dikeluarkannya Keputusan Mahkamah Konstiusi Nomor: Hak Penguasaan Penanaman ModalMenyatakan: Pasal 22 Ayat (1) sepanjang menyangkut kata-kata di muka sekaligus danberupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di mukasekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun; b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun; Pasal 22 Ayat (2) sepanjang menyangkut kata-kata di muka sekaligus; Pasal 22 Ayat (4) sepanjang menyangkut kata-kata sekaligus di muka; Undang-Undang Penanaman Negara. Dengan dibatalkannya Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Republik Modal (Lembaran Negara

21-22/PUU-V/2007 Terhadap Tanah yang Diberikan oleh

Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang

Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Nomor 4724) bertentangan dengan UUD 1945; Menyatakan: Pasal 22 Ayat (1) sepanjang menyangkut kata-kata di muka sekaligus danberupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun; b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun; Pasal 22 Ayat (2) sepanjang menyangkut kata-kata di muka sekaligus; Pasal 22 Ayat (4) sepanjang menyangkut kata-kata sekaligus di muka; UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sehingga Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 dimaksud menjadi berbunyi: (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal. (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan dan diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain:

a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing; b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan; c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas; d. penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum. (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak. (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Menyatakan permohonan para Pemohon ditolak untuk selebihnya; Dengan dinyatakan tidak berlaku maka terkait dengan pasal 22 UUPM tidak mempunyai kekuatan mengikat dan yang berlaku adalah undang-undang ini. Sebenarnya yang menjadi permasalahan diajukannya judicial review bukan ada pada pengaturan jangka waktu pemberian hak pengelolaan tanahnya tetapi

pada pengawasan dan komitmen dari pemerintah sendiri. Walaupun dengan jangka waktu yang lama diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal asing, kalau pemerintah dapat memaksimalkan pengawasan terhadap penanaman modal di Indonesia maka tidak akan ada yang menjadi masalah.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN Pengaturan mengenai penyediaan dan pemberian hak atas tanah untuk penanaman modal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peraturan perusahaanperundangperusahaan akan tanah dan sekaligus dapat terselenggara menurut undangan yang berlaku. Perusahaan-perusahaan penanam modal yang membutuhkan tanah untuk keperluan kegiatannya dilarang untuk melakukan pembelian, pembebasan hak dan lain-lain bentuk penguasaan permohonan tanah yang sebelum untuk mengajukan melakukan diajukan

kegiatan usahanya disetujui oleh pemerintah.Dengan dinyatakan tidak berlaku maka terkait dengan pasal 22 UUPM tidak mempunyai kekuatan mengikat dan yang berlaku adalah undang-undang ini. Sebenarnya yang menjadi permasalahan diajukannya judicial review bukan ada pada pengaturan jangka waktu pemberian hak pengelolaan tanahnya tetapi pada pengawasan dan komitmen dari pemerintah sendiri. Walaupun dengan jangka waktu yang lama diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal asing, kalau pemerintah dapat memaksimalkan pengawasan terhadap penanaman modal di Indonesia maka tidak akan ada yang menjadi masalah.

DAFTAR PUSTAKA M.Soenarajah,The International Law on ForeignInvestment,2nd edition,Cambridge University Press,Cambridge,2004, Diunduh dari 454ABC759858774DF852/17683/UU25Tahun2007PenanamanModal.p df Penjelasan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tanggal 20 Juli 2011. Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2009, Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, LN. No. 67 Tahun 2007, TLN No. 4724, konsideran d. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-