92
VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI PEMBUATAN DETERJEN TABLET MO-GENT “Mobile Detergent” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI Disusun Oleh: 1. Nur Widi Kusumaningtyas F34070005 2. Eny Rohmayani F34070022 3. Anisa Rahmi Utami F34070043 4. Ditta Nirmala F34070046 5. Sabila Putri Dian F34070049 6. Agita Puspa Dewi F34070051 7. Riztiara Nurfitri F34070064 8. Julian Praditfa F34070071 9. Anza Julia Wahyu Putri F34070080 10. Eko Nopianto F34070102

Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI PEMBUATAN DETERJEN TABLET

MO-GENT “Mobile Detergent”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI

Disusun Oleh:

1. Nur Widi Kusumaningtyas F340700052. Eny Rohmayani F340700223. Anisa Rahmi Utami F340700434. Ditta Nirmala F340700465. Sabila Putri Dian F340700496. Agita Puspa Dewi F340700517. Riztiara Nurfitri F340700648. Julian Praditfa F340700719. Anza Julia Wahyu Putri F3407008010. Eko Nopianto F34070102

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2011

Page 2: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring meningkatnya jumlah populasi, mobilitas masyarakat yang tinggi,

serta diiringi dengan meningkatnya taraf hidup penduduk membuat semakin

tinggi pula kebutuhan domestik akan berbagai barang kebutuhan yang sifatnya

pokok dan sampingan, tak terkecuali kebutuhan akan detergent yang semakin

meningkat karena didasari oleh keinginan konsumen terhadap kebersihan dan

pakaian yang wangi. Hal itu membuat penggunaan detergen tiap harinya menjadi

kebutuhan sekunder yang sangat diperlukan konsumen/masyarakat untuk

membersihkan pakaian mereka. Namun, dengan meningkatnya penggunaan dan

ketergantungan masyarakat pada detergen tidak lepas dari efek buruk yang

dihasilkan, banyak bahan berbahaya yang terkandung di dalam detergen, seperti

pewangi sintetis, phthalates, dan pewarna buatan, termasuk dalam kategori

petrokimia, yaitu bahan kimia sintetis yang terbuat dari minyak bumi. Hal ini

menunjukkan bahwa bahan-bahan detergen sangat tidak ramah lingkungan karena

berasal dari sumber energi yang tidak bisa diperbaharui.

Belum lagi jika kita berbicara mengenai limbahnya. Air limbah bekas

cucian, shampo dan sabun disebut juga greywater, biasanya dibuang sembarangan

ke selokan, yang kemudian akan bermuara di sungai dan laut. Penggunaan ABS

sebagai surfaktan dalam detergen merupakan penyebab dari penumpukan limbah

rumah tangga di sungai dan laut. Busa menumpuk yang dihasilkan ABS ini sulit

terurai oleh mikroorganisme sehingga membuat air sungai dan laut menjadi

kekurangan oksigen sehingga membahayakan kelangsungan biota yang hidup di

dalamnya. Bukan hanya mati, biota sungai dan laut juga bisa cacat akibat mutasi

gen.

Berdasarkan data resmi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta

2008, sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta

penduduk Jabodetabek dan 1600 industri setiap hari digelontorkan ke laut dari 13

sungai besar mulai dari Sungai Kamal hingga Cakung. Itu belum termasuk beban

500 ribu ton sampah per tahun yang menjadi polutan beracun perairan Teluk

Jakarta. Menurut Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo Ir

2

Page 3: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Soemedi Wasisto, SH, MM., limbah cair yang dibuang penduduk Solo

diperkirakan sekitar 75.000 m³ setiap harinya dari sekitar 150.000 rumah tangga.

Bukan hanya terjadi di Jakarta, masalah serupa juga terjadi di seluruh dunia. Hal

ini perlu diperhatikan oleh banyak masyarakat/konsumen untuk menggunakan

detergen yang lebih ramah lingkungan untuk tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

Dengan timbulnya berbagai masalah lingkungan tersebut, dan

meningkatnya green consumers kami optimis dapat memasuki market share

detergen ramah lingkungan berbentuk tablet yang telah dikuasai dipasaran dengan

mengangkat mobile detergent ramah lingkungan 3 in 1 yaitu pembersih, pewangi

dan pelembut yang praktis digunakan bahkan mudah dibawa kemana-mana

dengan bentuk padatan berbentuk tablet effervescent, tentunya dengan berbagai

keunggulan dan kepraktisan pencucian. Detergen ini akan kami beri nama MO-

GENT (singkatan dari Mobile Detergent) menggunakan formulasi baru

surfactant jenis MES (metil ester sulfonat) yang bersifat biodegradable sehingga

limbahnya dapat terdegradasi langsung oleh alam dan tidak terakumulasi. Hal

inilah yang menjadi ide kelompok kami untuk berupaya melakukan valuasi dan

komersialisasi produk detergen tablet ramah lingkungan, agar menjadi produk

detergen ramah lingkungan yang ekonomis sehingga penggunaan detergen ini

dapat didapatkan dengan terjangkau dan mudah, ditambah lagi dengan bentuk

tablet yang dapat dijadikan takaran dalam penggunaan banyaknya detergen dalam

pencucian.

Dalam makalah ini, kami akan membahas bahan baku serta teknologi

proses pembuatan detergen tablet dan cara valuasi serta komersialisasi produk

deterjen tablet ini. Diharapkan agar MO-GENT akan menjadi jawaban akan

kebutuhan masyarakat dengan mobilitas tinggi yang memiliki kesadaran akan

pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, dimulai dari hal kecil disekitar kita.

B. Perumusan Masalah

Berbagai masalah yang mendasari pembuatan MO-GENT detergen tablet

ini adalah :

1. Adanya kebutuhan akan bentuk detergen yang praktis dan mudah

dibawa saat bepergian

3

Page 4: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

2. Adanya kebutuhan akan detergen yang mudah dalam penakaran

sehingga lebih mudah dipakai

3. Adanya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan, dimulain dari tingkat rumah tangga.

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah

1. Menjelaskan jenis bahan baku dan proses pembuatan MO-GENT

2. Menjelaskan berbagai manfaat dan keunggulan dari produk MO-

GENT

3. Membahas aspek valuasi dan komersialisasi MO-GENT

D. Ruang Lingkup

Pembahasan pada makalah ini meliputi

1. Pengertian Detergen dan MES

2. Bahan Baku dan Formulasi Detergen Tablet

3. Teknologi Proses pembuatan Detergen Tablet

4. Metode Komersialisasi Detergen Tablet

5. Metode Valuasi Detergen Tablet

E. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini diantaranya agar:

1. Pembaca dapat mengetahui bahan baku dan cara pembuatan MO-

GENT

2. Pembaca dapat mengetahui manfaat dan keunggulan yang

ditawarkan oleh produk MO-GENT

3. Pembaca mengetahui aspek komersialisasi dan valuasi yang

diterapkan MO-GENT untuk menarik konsumen.

4

Page 5: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian detergen

Detergen berasal dari kata detergree yang merupakan bahasa latin yang

berarti membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun.

Kelebihannya dibandingkan sabun adalah bisa mengatasi air sadah dan larutan

asam, serta harganya lebih murah. Detergen sering disebut dengan istilah detergen

sintetis yang mana detergen yang di buat berasal dari bahan-bahan sintetis (Luis,

1994).

Detergen adalah kelompok kimia yang mengandung gugus hidrofobik pada

bagian ekor dan gugus hidrofilik pada bagian kepala. Kelompok umum dari

molekul ini adalah surfaktan. Surfaktan dapat berinteraksi dengan air dengan

berbagai cara yang masing-masing dimodifikasi dengan jaringan ikatan hidrogen

dari air. Ketika terjadi reduksi gaya kohesif pada air, maka terjadi pula reduksi

tegangan permukaan .

Detergen yang dikenal sekarang adalah detergen sintetik. Rumus kimia

detergen sintetik menyerupai rumus kimia sabun. Detergen sintetik merupakan

garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+)

dengan R=alkil, C12- C18. Sedangkan sabun adalah garam logam alkali (biasanya

garam natrium) dari asam-asam lemak rantai panjang (RCOO- Na+) dengan

R=alkil, C12- C18 (Fessenden dan Fessenden, 1995).

Ketidakuntungan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah, yang

mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Ba, Fe, dan Fe. Kation-

kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam

karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut

(Sastrohamidjojo, 2005).

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel

pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang

menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat

rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh

karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

5

Page 6: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

B. Sejarah dan perkembangan detergen

Detergen pertama kali disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium

dari alkil hidrogen sulfat. Alkohol berantai panjang di buat dengan cara

penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan

dengan asam sulfat menghasilkan alkil hidrogen sulfat dan kemudian dinetralkan

dengan basa.

CH3(CH2)10CH2OH + HOSO2OH CH3(CH2)10CH2OSO2OH + H2O

Laurel Alkohol Asam Sulfat Lauril Hidrogen Sulfat

O

CH3-(CH2)10CH2 O S O - Na+ + H2O

O

Natrium Lauril Sulfat

Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal

dari asam kuat, larutannya netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak

mengendap dalam larutannya, sehingga dapat di pakai dengan air lunak atau air

sadah.

Pada masa kini, detergen yang umum digunakan ialah alkil benzene

sulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus

dengan jumlah karbon 10-14 direaksikan dengan benzene dan katalis Friedeft-

Craft (AlCl3 atau HF) akan membentuk ikatan alkil benzene. Sulfonasi dan

penetralan dengan basa akan melengkapi proses ini. Rantai alkil sebaliknya tidak

bercabang. Alkil benzene sulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat diuraikan

jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat

pada tahin 1950-an berupa buih pada unit-unit penjernihan serta di sungai dan di

danau-danau. Sejak tahun 1965 digunakan benzene sulfonat yang tak bercabang.

Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan

tidak berakumulasi di lingkungan kita (Hart, 1998).

Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas

dalam bentuk produk-produk seperti:

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo,

sabun cuci tangan, dll.

6

Page 7: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling

populer di masyarakat.

3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk

penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,

pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

C. Penggolongan detergen

Berdasarkan dapat tidaknya zat aktif terdegradasi, detergen terbagi menjadi

dua bagian yaitu, detergen keras dan detergen lunak.

1. Detergen Keras

Detergen ini mengandung zat aktif yang sukar dirusak oleh mikroorganisme

meskipun bahan itu telah di pakai dan telah di buang. Hal ini diakibatkan adanya

rantai cabang pada atom karbon, akibatnya zat tersebut masih aktif dan jenis inilah

yang dapat menyebabkan pencemaran air, seperti Alkil Benzene Sulfonat (ABS).

2. Detergen Lunak

Detergen ini mengandung zat aktif yang relative mudah untuk di rusak

mikroorganisme karena umumnya zat aktif ini memiliki rantai karbon yang tidak

bercabang, sehingga setelah dipakai, zat aktif ini akan rusak, contohnya Linier

Alkil Benzene Sulfonat (LAS) (Schwartz, 1958).

Berdasarkan bentuk fisiknya, detergen dibedakan menjadi:

1. Detergen Cair

Secara umum, detergen cair hampir sama dengan detergen bubuk. Hal yang

membedakan hanyalah bentuknya: bubuk dan cair. Produk ini banyak digunakan

di laundry modern menggunakan mesin cuci kapasitas besar dengan teknologi

yang canggih.

2. Detergen Krim

Detergen krim bentuknya hampir sama dengan sabun colek, tetapi kandungan

formula keduanya berbeda. Di luar negeri, produk biasnaya tidak dijual dalam

partai kecil, tetapi dijual dalam partai besar (kemasan 25 kg).

7

Page 8: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

3. Detergen bubuk

Berdasarkan keadaan butirannya, detergen bubuk dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu detergen bubuk berongga dan detergen bubuk padat atau masif. Perbedaan

bentuk butiran kedua kelompok detergen tersebut disebabkan oleh perbedaan

dalam proses pembuatannya. Ditinjau dari efektivitasnya untuk mencuci, kedua

bentuk detergen tersebut dapat dikatakan sama.

Detergen bubuk berongga

Detergen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya mempunyai rongga.

Butiran detergen yang berongga dapat dianalogikan dengan bentuk bola sepak

yang didalamnya rongga. Ini berarti butiran detergen jenis ini mempunyai

volume per satuan berat yang besar karena adanya rongga tersebut. Butiran

detergen jenis berongga dihasilkan oleh proses spray drying.

Kelebihan detergen bubuk berongga dibandingkan dengan detergen bubuk

padat adalah volumenya lebih besar. Dengan berat yang sama, detergen bubuk

dengan butiran berongga tampak lebih banyak dibandingkan dengan detergen

padat. Selain kelebihan yang dipunyainya, detergen berongga mempunyai

kelemahan. Untuk membuat detergen berongga diperlukan investasi yang

besar karena harga mesin yang digunakan (spray dryer) sangat mahal, yaitu

mencapai nilai miliaran rupiah. Dengan kondisi ini, pembuatan detergen

berongga tidak dapat diaplikasikan untuk skala dan home industry (industri

rumah tangga), baik skala kecil maupun menengah. Sebagian besar detergen

bubuk yang dipasarkan ke kondumen termasuk dalam golongan detergen

bubuk berongga.

Detergen bubuk padat/masif

Bentuk butiran detergen bubuk padat/masif dapat dianalogikan degan

bola tolak peluru, yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga

tidak berongga. Butiran detergen yang padat merupakan hasil olahan proses

pencampuran kering (dry mixing). Proses dry mixing dapat dibagi menjadi

dua, yaitu dry mixing granulation (DMG process) dan simple dry mixing

(metode campur kering sederhana = CKS).

Kelebihan detergen bubuk padat, yaitu untuk membuatnya tidak

diperlukan modal besar karena alatnya termasuk sederhana dan berharga

8

Page 9: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

murah. Kekurangannya adalah karena bentuknya padat maka volumenya tidak

besar sehingga jumlahnya terlihat sedikit.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, detergen dibedakan menjadi :

1. Cationic detergents

Detergen yang memiliki kutub positif disebut sebagai cationic detergents.

Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga

mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan di rumah

sakit. Kebanyakan detergen jenis ini adalah turunan dari ammonia.

2. Anionic detergents

Detergen jenis ini adalah merupakan detergen yang memiliki gugus ion

negatif.

3. Neutral atau Non-Ionic Detergents

Nonionic detergents banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring.

Karena detergen jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, detergen jenis

ini tidak bereaksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Nonionic detergents

kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic detergents.

D. Komponen penyusun detergen

Komponen penyusun detergen diantaranya adalah:

1. Surfaktan

Detergen termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut dengan

surfaktan (surface active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan

tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung

hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan satu ujung hidrofobik.

Porsi hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom

karbon atau lebih agar efektif (Ralp, 1982).

Gambar 1. Lambang Umum untuk Suatu Surfaktan

9

Page 10: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Molekul-molekul dan ion-ion yang diadsorbsi pada antar muka

dinamakan surface aktive agent atau surfaktan. Nama lainnya adalah amfifil,

yang menunjukkan bahwa molekul atau ion tersebut mempunyai affinitas

tertentu terhadap baik solven polar maupun non polar. Tergantung dari jumlah

dan sifat dari gugus-gugus polar dan non polar yang ada padanya, amfifil

dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak) atau bersifat

seimbang diantara dua sifat yang ekstrim tersebut.

Sebagai contoh, alkohol-alkohol berantai lurus, amina-amina dan asam

asam semuanya adalah amfifil yang sifatnya dapat berubah dari hidrofilik atau

lipofilik jika jumlah atom-atom karbon dalam rantai alkilnya bertambah. Oleh

karena itu, etil akohol dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan.

Sebagai bandingan, kelarutan amil akohol dalam air sangat berkurang, sedang

setil alkohol dapat dikatakan bersifat lipofilik dan tidak larut dalam air

(Moechtar, Drs. Apt. 1989)

Rosen (1978) menggolongkan surfaktan dari segi struktur kimianya

atau berdasarkan sifat gugus hidrofilik dan gugus hidrofobiknya. Surfaktan

memiliki rantai atom karbon yang panjang yang merupakan bagian yang

hidrofobik. Oleh karena adanya kedua bagian ini dalam suatu senyawa maka

disebut dengan ampifilik (Myers, D. 2006)

a. Surfaktan anionik

Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada

permukaannya mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan

anionik adalah Linier Alkil Benzene Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS),

Alkohol Eter Sulfat (AES), Alpha Olefin Sulfonat (AOS).

b. Surfaktan kationik

Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada

permukaannya mengandung muatan positif. Surfaktan ini terionisasi dalam air

serta bagian aktif pada permukaannya adalah bagian kationnya. Contoh jenis

surfaktan ini adalah ammonium kuarterner.

10

Page 11: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

c. Surfaktan nonionik

Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik

yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan

apapun, contohnya: alkohol etoksilat, polioksietilen (R-OCH2CH) (Luis, S.

1994).

d. Surfaktan ampoterik

Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di

dalam larutan, jadi surfaktan ini mengandung muatan negatip maupun muatan

positip pada bagian aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN+

(CH3)2CH2CH2SO3- (Myers, D. 2006)

Surfaktan-surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan

mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan ini

dengan menaruh kepalakepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-

ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.

2. Builder (Bahan Penguat)

Builder adalah suatu bahan yang dapat menambah kerja dari bahan

penurun tegangan permukaan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab

kesadahan air. Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara

mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat

berkonsentrasi pada fungsi utamanya.

Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar

proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu

mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.

Dalam pembuatan detergen, builder sering ditambahkan dengan

maksud menambah kekuatan daya cuci dan mencegah mengendapnya kembali

kotoran-kotoran yang terdapat pada pakaian yang akan dicuci. Contohnya:

Sodium Tri Poli Phosphat (STPP), Nitril Tri Acetat (NTA).

3. Filler (Pengisi / Pengental)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.

Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar

volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata-

mata ditinjau dari aspek ekonomis. Namun selain digunakan sebagai

11

Page 12: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

pembantu proses, bahan pengisi ini juga berfungsi meningkatkan kekuatan

ionik dalam larutan pencuci. Pada umumnya sebagai bahan pengisi digunakan

Sodium Sulfat (Na2SO4) (Permono. Ajar. 2002).

4. Additives ( Bahan Tambahan)

Bahan tambahan (additives) digunakan untuk membuat produk lebih

menarik, misalnya pewangi, pemutih, pelembut, pewarna, dan lain sebagainya.

Bahan ini tidak berhubungan langsung dengan daya cuci detergen, bahan ini

ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

5. Air

Kualitas air yang digunakan adalah air yang dapat di minum yang

berarti air yang bebas kandungan air dari bakteri berbahaya dan

ketidakmurnian kimiawi. Air ini harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Kadar air

menunjukkan banyaknya terdapat dalam suatu bahan, kadar air maksimum

sebesar 15% (Sastrohamidjojo, H. 2005).

E. Surfaktan MES

Surfaktan merupakan zat aktif penurun tegangan permukaan yang dapat

diproduksi secara sintetis kimiawi atau biokimiawi. Surfaktan memiliki gugus

hidrolik dan hidrofobik dalam satu molekul. Pembentukan film pada antar muka

fasa menyebabkan terjadinya penurunan energi antar muka. Surfaktan

dimanfaatkan sebagai bahan penggumpal, pembasah, pembusa dan emulsifier oleh

industri farmasi, industri kosmetika, industri kimia, industri pertanian serta

industri pangan (Suryani et al., 2002).

Menurut Matheson (1996), kelompok surfaktan terbesar yang diproduksi dan

digunakan oleh berbagai industri (dalam jumlah) adalah surfaktan anionik.

Karakteristiknya yang hidrofilik disebabkan karena adanya gugus ionic yang

cukup besar, yang biasanya berupa grup sulfat atau sulfonat. Beberapa contoh

surfaktan anionik yaitu alkilbenzen sulfonat linear (LAS), alkohol sulfat (AS),

alkohol eter sulfonat (AES), alfa olefin sulfonat (AOS), paraffin (secondary

alkane sulfonate, SAS), dan metil ester sulfonat (MES). Jenis-jenis surfaktan

tersebut diperoleh melalui tahapan sulfonasi atau sulfatasi.

12

Page 13: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Metil ester sulfonat merupakan surfaktan anionik yaitu surfaktan yang

bermuatan negative pada gugus hidrofiliknya atau bagian aktif permukaan

(surface active). Struktur kimia metil ester sulfonat (MES) adalah sebagai berikut

(Watkins, 2001):

Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan

baku pembuatan metil ester sulfonat (MES) adalah kelompok minyak nabati

seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, stearin sawit, minyak

kedelai atau tallow. Metil ester sulfonat dari minyak nabati yang mengandung

atom karbon C10, C12, dan C14 biasa digunakan untuk light duty diswashing

detergent, sedangkan MES dari minyak nabati dengan atom karbon C16-C18 dan

tallow biasa digunakan untuk detergen bubuk dan detergen cair (liquid laundry

detergent).

Menurut Matheson (1996), metil ester sulfonat (MES) telah mulai

dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada produk-produk pembersih (washing and

cleaning products). Pemanfaatan surfaktan jenis ini pada beberapa produk adalah

karena metil ester sulfonat memperlihatkan karakteristik dispersi yang baik, sifat

detergensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan yang tinggi

(hard water) dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C14, C16, dan C18

memberikan tingkat detergensi terbaik serta bersifat mudah didegradasi (good

biodegradability). Jika dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES

menunjukkan beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang

lebih rendah daya detergensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat

mempertahankan aktivitas enzim yang lebih baik, toleransi yang lebih baik

terhadap keberadaan kalsium, dan kandungan garam (disalt) lebih rendah.

Menurut Hui (1996), pada dasarnya metil ester sulfonat (MES) digunakan

sebagai surfaktan anionik pengganti LAS dan FAES (Fatty alcohol ether sulfate).

Metil ester sulfonat (MES) diklaim memiliki beberapa manfaat diantaranya sifat

13

O

R―CH―C―OCH3

Page 14: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

deterjensinya baik pada konsentrasi rendah, beban terhadap lingkungan lebih

rendah, merupakan pasokan yang baik untuk bahan yang berkualitas tinggi.

Bentuk dari produk metil ester sulfonat (MES) menurut MacArthur et al.,

(1998) sangatlah penting, karena adanya kesulitan khusus dalam memformulasi

metil ester sulfonat (MES) ke dalam sistem alkalin yang mengandung air. Metil

ester sulfonat (MES) memperlihatkan stabilitas hidrolitik yang kurang baik pada

pH yang tinggi dibandingkan dengan surfaktan anionik yang umum seperti linear

alkilbenzen (LAB) sodium sulfonat. Sebagai contoh, ketika formulasi heavy duty

laundry tertentu mengandung metil ester sulfonat (MES) di spray dried, maka

fraksi metil ester sulfonat (MES) yang besar akan didegradasi ke bentuk di-salt

selama proses pengeringan, sehingga hasil produknya memiliki stabilitas umur

simpan yang buruk.

MacArthur et al., (1998) menambahkan bahwa untuk memproduksi produk-

produk yang formulanya mengandung metil ester sulfonat (MES) dibutuhkan

teknologi yang cukup dan diusahakan metil ester sulfonat (MES) ada dalam

bentuk fisik yang sesuai. Sebagai contoh, ketika menggunakan metil ester

sulfonat (MES) dalam laundry detergent granules, teknologi yang menarik adalah

aglomerasi, yang secara substansial berada dalam kondisi kering (kelembaban

kurang dari 2%), untuk selanjutnya metil ester sulfonat (MES) bubuk dicampur

dengan builder yang diinginkan dan ingridient lain dalam formulasi.

Daya detergensi linear alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS) dan

MES selain dipengaruhi oleh panjang rantai karbon juga dipengaruhi oleh

kesadahan air yang digunakan. Semakin panjang rantai karbon asam lemak, maka

daya detergensinya semakin meningkat. Metil ester sulfonat (MES) palmitat (C16)

mempunyai daya detergensi paling tinggi dibandingkan dengan LAS dan AS yaitu

sekitar 76%, sedangkan LAS dan AS masing-masing hanya sebesar 70% dan

60%. Semakin tinggi kesadahan air yang digunakan, maka daya detergensi LAS,

AS, dan MES semakin rendah. Pada tingkat kesadahan 360 ppm CaCO3 daya

detergensi dari MES lebih tinggi (56%) dibandingkan dengan LAS (20%) dan AS

(38%) (Yamane and Miyawaki, 1990).

Metil ester sulfonat (C16) bersifat lebih mudah terbiodegradasi dibandingkan

dengan LAS dan AS. Pada hari ke-5, MES (C16) terbiodegradasi sempurna dan

14

Page 15: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

tidak meninggalkan residu karbon organic, sedangkan AS terbiodegradasi secara

sempurna setelah hari ke-5, sedangkan LAS walaupun senyawa tersebut

mengandung rantai karbon pendek tetapi relatif lebih sulit terbiodegradasi secara

sempurna. Hal ini disebabkan karena LAS mengandung senyawa karbon aromatic

(rantai karbon berbentuk cincin). Biodegradasi maksimum dari LAS terjadi

setelah hari ke-10 dengan menghasilkan residu C organik sebesar 34% (Yamane

and Miyawaki, 1990). Karakteristik surfaktan metil ester sulfonat (MES)

komersial dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Karakteristik Metil Ester Sulfonat

Spesifikasi MES (C16-C18)

Metil ester sulfonat, (% b/b) a

Disodium karboksi sulfonat (di-salt), (% b/b) a

Air, (% b/b) a

Nilai pH a

Warna Klett, 5% aktif (MES + di-salt) a

Tegangan permukaan (mN/m) b

Tegangan antar muka (mN/m) b

83,0

3,5

2,3

5,3

45

39,0 – 40,2

8,4 – 9,7

Sumber : a Sheats (2002)

b Pore (1993)

F. Tablet Effervescent

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digunakan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa (Anonim, 1995)a. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam

ukuran, berat, kekerasan, ketebalan dan daya hancurnya dan dalam aspek lainnya

tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Tablet effervescent adalah sediaan tablet yang dibuat dengan cara

pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti

asam sitrat atau asam tartaratdan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan

dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat

sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas

karbondioksida (CO2) serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung

dalam waktu satu menit atau kurang. Adapun reaksi yang terjadi, sebagai berikut :

15

Page 16: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

H3C6H5O7 . H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

Asam sitrat Na bikarbonat Na sitrat air karbondioksida

H2C4H4O6 + 3NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

Asam tartrat Na bikarbonat Na tartrat air karbondioksida

Keunggulan tablet effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan

larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat. Selain itu juga

dapat menghasilkan larutan jernih ketika Pada sediaan effervescent timbul

kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Menurut Ansar,

dkk (2006), keberadaan airdalam tablet effervescent dapat berperan sebagai

pemicu terjadinya reaksi effervescing sebelum pelarutan, sehingga ketika

dilarutkan, reaksi antara komponen asam dan basa .berjalan lambat dan reaksinya

hampir jenuh. Hal ini ditunjukkan dengan lamanya waktu diperlukan oleh tablet

untuk larut secara sempurna dan menjadi bagian yang tersuspensi, sehingga tidak

tampak adanya partikel di dalam larutan. Adapun kerugian dari tablet effervescent

adalah harganya yang relatif mahal dan fasilitas produksi yang khusus.

G. Formulasi Detergen

Menurut Hui (1996), pada dasarnya metil ester sulfonat (MES) digunakan

sebagai surfaktan anionik pengganti LAS dan FAES (Fatty alcohol ether sulfate).

Metil ester sulfonat (MES) diklaim memiliki beberapa manfaat diantaranya sifat

deterjensinya baik pada konsentrasi rendah, beban terhadap lingkungan lebih

rendah, merupakan pasokan yang baik untuk bahan yang berkualitas tinggi.

Bentuk dari produk metil ester sulfonat (MES) menurut MacArthur et al.,

(1998) sangatlah penting, karena adanya kesulitan khusus dalam memformulasi

metil ester sulfonat (MES) ke dalam sistem alkalin yang mengandung air. Metil

ester sulfonat (MES) memperlihatkan stabilitas hidrolitik yang kurang baik pada

pH yang tinggi dibandingkan dengan surfaktan anionik yang umum seperti linear

alkilbenzen (LAB) sodium sulfonat. Sebagai contoh, ketika formulasi heavy duty

laundry tertentu mengandung metil ester sulfonat (MES) di spray dried, maka

fraksi metil ester sulfonat (MES) yang besar akan didegradasi ke bentuk di-salt

16

Page 17: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

selama proses pengeringan, sehingga hasil produknya memiliki stabilitas umur

simpan yang buruk.

MacArthur et al., (1998) menambahkan bahwa untuk memproduksi produk-

produk yang formulanya mengandung metil ester sulfonat (MES) dibutuhkan

teknologi yang cukup dan diusahakan metil ester sulfonat (MES) ada dalam

bentuk fisik yang sesuai. Sebagai contoh, ketika menggunakan metil ester

sulfonat (MES) dalam laundry detergent granules, teknologi yang menarik adalah

aglomerasi, yang secara substansial berada dalam kondisi kering (kelembaban

kurang dari 2%), untuk selanjutnya metil ester sulfonat (MES) bubuk dicampur

dengan builder yang diinginkan dan ingridient lain dalam formulasi.

Menurut Adami dan Moretti (1996), pada saat memformulasi detergen ada

beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah sifat yang

diinginkan (ditentukan oleh specific duty), jenis dan kisaran komponen, serta

kesetimbangan komponen. Tetapi pada dasarnya semua jenis detergen bubuk

diformulasikan dengan mengandung komponen-komponen pokok seperti

surfaktan, builder, bleaches, filler dan, specific additives. Contoh formulasi

detergen bubuk yang banyak digunakan di Eropa di sajikan pada Tabel 2.

Surfaktan (surface active agent) merupakan senyawa yang dapat menurunkan

tegangan permukaan. Surfaktan adalah komponen yang berpengaruh penting

terhadap sifat-sifat larutan aqueous dalam hubungannya dengan wetting,

pembusaan, pendispersi padatan, emulsifying oil, dan penghilang kotoran dari

kain. Heavy duty laundry detergent yang modern untuk mesin cuci dengan drum

horizontal harus memiliki minimal dua surfaktan, satu macam builder, bleaching

17

Page 18: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

system, enzim, antiredeposition agent, penstabil busa dan kontrol aditif,

flourescent whitening agent atau optical brigtener, penghambat korosi, parfum,

dyestuff dan filler (Porter, 1997).

Menurut INFORM (1998), surfaktan dan builder memberikan sifat bulki

dalam formulasi detergen rumah tangga, dan aditif seperti enzim, polimer, dan

bleaching system memiliki peranan penting dalam cleaning performance. Builder

dan surfaktan berturut-turut menempati posisi pertama dan kedua dalam

ingredient detergen di USA. Jumlah pemakaian aditif pada formula produk

detergen di USA secara detail disajikan pada Tabel 3.

Menurut Gupta dan Wiese (1992) kombinasi antara builder dan surfaktan

akan memberikan efek sinergisme untuk mendorong efesiensi deterjensi dan

pembersihan secara total dibandingkan jika digunakan sendiri -sendiri. Beberapa

sifat dan karakteristik penting yang harus dimiliki oleh senyawa-senyawa sebagai

builder adalah:

Memiliki kemampuan mengontrol tingkat kesadahan air dan ion – ion

logam lainnya.

Berkontribusi terhadap alkalinitas produk akhir.

Memiliki kapasitas buffer pada kisaran pH yang cukup.

Memiliki kemampuan untuk deflokulasi.

Berkesesuaian dengan formulasi ingredient dan aditif detergen lainnya.

Aman terhadap konsumen.

18

Page 19: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Aseptabilitas lingkungan cukup baik.

Dapat diproses.

Biaya /performance cukup baik.

Beberapa jenis builder yang sudah banyak digunakan dalam formulasi

detergen baik tunggal maupun dikombinasikan dengan builder lain untuk

memberikan sifat unik pada produk akhir menurut Gupta dan Wiese (1992) antara

lain adalah: tetrasodium pyrophosphate (Na4P2O7-TSPP), silikat (baik sodium

maupun potasium silikat), karbonat (Na2CO3), zeolit, dan sodium nitrilotriacetate

(N(CH2COONa)3.H2O – NTA).

Menurut Gupta dan Wiese (1992) selain builder dan surfaktan, dalam

formulasi detergen juga ditambahkan sejumlah aditif yang memberikan fungsi

khusus lainnya. Beberapa aditif yang sudah digunakan secara luas antara lain

adalah: sodium sulfate (Na2SO4), sodium chloride (NaCl), sodium

carboxymethylcellulose (NaCMC), optical brightener, hydrotrope, enzim dan

anticaking agent.

Menurut Hui (1996) ada beberapa faktor yang mempengaruhi deterjensi

antara lain adalah konsentrasi dan struktur surfaktan, tingkat kesadahan dan

adanya builder, serta kotoran alami dan substrat. Faktor penting lainnya adalah

temperatur mencuci; jangka waktu proses mencuci; reaksi mekanik; jumlah relatif

kotoran, substrat; serta kondisi bilasan.

Hubungan antara penghilangan kotoran dengan konsentrasi surfaktan secara

umum akan membentuk sigmoid. Dimana mula-mula penghilangan kotoran pada

air akan berjalan lambat tanpa adanya penambahan surfaktan kemudian

meningkat secara bertahap ketika detergensi sedikit dipengaruhi dengan

peningkatan konsentrasi surfaktan (Hui, 1996)

Struktur kimia surfaktan merupakan salah satu faktor penting yang

berpengaruh terhadap keefektifan detersif. Diantara asam lemak sabun dan alkil

sulfat rantai lurus, detergensi optimum (pada kondisi pencucian biasa) terjadi pada

panjang rantai sekitar 16 atom karbon. Tetapi secara umum, detergensi optimum

terjadi pada atom karbon 12-16 pada rantai hidropobik, dengan nilai HLB

(hydrophile-lipophile balance) sekitar 12 (Hui, 1996)

19

Page 20: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Adanya ion logam berat, terutama kalsium dan magnesium, mempunyai

pengaruh terhadap pencucian karena dapat menurunkan detergensi. Detergensi

dapat diperbaiki dengan penambahan surfaktan dalam jumlah tertentu. Dalam

formulasi tradisional yang didalamnya terkandung surfaktan anionik atau sabun,

kain dapat dibersihkan dengan baik melalui pencucian hanya jika konsentrasi

kalsium diturunkan sampai <0,01 mM (Hui, 1996)

Hubungan antara kekuatan pembusaan dengan detergensi selalu menjadi hal

yang menarik, dimana kekuatan pembusaan menurut kebanyakan pikiran

konsumen berhubungan dengan tingginya tingkat detergensi. Padahal, busa tidak

berhubungan langsung dengan detergensi dalam sistem pencucian biasa, dan tidak

memperbaiki pembersihan dalam mesin cuci laundry maupun rumah tangga.

Tingkat pembusaan yang berlebihan dapat menyebabkan surface active cleaning

agent tertentu membentuk konsentrat dalam busa, sehingga mengurangi kontak

dengan kain yang akan dibersihkan (Hui, 1996). Ilustrasi detergen dalam

membersihkan kotoran disajikan pada Gambar

Gambar . Ilustrasi pengikatan kotoran oleh detergen

(www.chemistry.co.nz)

Gambar diatas mengilustrasikan bagaimana pengikatan kotoran pada

permukaan suatu benda oleh surfaktan sebagai komponen utama dalam formulasi

detergen. (a) Kondisi pada saat kotoran menempel pada permukaan suatu benda,

(b) Kotoran diikat oleh molekul-molekul surfaktan, (c) Permukaan suatu benda

20

Page 21: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

telah bersih dari kotoran, (d) Molekul-molekul surfaktan menjaga agar kotoran

yang telah diikat tidak menempel kembali pada permukaan suatu benda.

H. Teknologi Proses Produksi

Menurut Ansel (1989), tablet effervescent dibuat memakai dua metode

umum antara lain :

a. Metode granulasi kering

Dalam metode ini, molekul air yang ada pada setiap molekul asam

bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Sebelum serbuk-

serbuk dicampur atau diaduk, kristal asam sitrat dijadikan serbuk, baru dicampur

dengan serbuk-serbuk lainnya setelah disalurkan lewat ayakan no.60 untuk

memantapkan keseragaman atau meratanya pencampuran. Setelah selesai

pengadukan, serbuk diletakkan diatas lempeng atau gelas atau nampan yang

sesuai dalam sebuah oven atau pemanas lainnya yang sesuai dan sebelumnya oven

ini dipanaskan antara 33,8 - 40°C selama proses pembuatan serbuk dibolak-balik

dengan menggunakan spatel tahan asam. Serbuk ini dikeluarkan dari oven dan

diremas melalui suatu ayakan tahan asam untuk membuat granul-granul seperti

yang diinginkan. Ketika semua adonan telah melalui ayakan, granul-granul ini

segera mengering pada suhu tidak lebih dari 54°C dan segera dipindahkan ke

wadah lalu disimpan secara cepat dan rapat.

b. Metode granulasi basah

Metode granulasi basah tidak perlu air kristal asam sitrat akan tetapi

digunakan air yang ditambahkan ke dalam pelarut (seperti alkohol) yang

digunakan sebagai unsur pelembab granul. Begitu cairan yang cukup ditambahkan

(sebagian) untuk mengolah adonan yang tepat, baru granul diolah dan

dikeringkan. Dalam pembuatan tablet effervescent, hal yang harus diperhatikan

yaitu bagaimana menentukan formula yang tepat sehingga sediaan yang

dihasilkan dapat menghasilkan pembuih yang efektif dan tablet yang stabil.

Kesulitan dalam pembuatan tablet effervescent ini yaitu mengendalikan

kelembaban ruangan yang digunakan untuk pembuatan tablet. Semakin tinggi

kelembaban, maka semakin sulit dalam penabletan. Karena dengan tingginya

kelembaban, maka asam basa yang ada dalam tablet akan lebih cepat bereaksi

21

Page 22: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

sehingga tablet yang dihasilkan akan lebih cepat lembek, untuk itu kelembaban

relatif 40% harus tetap terjaga.

Pada proses pembuatan detergent tablet ini akan digunakan metode kering

untuk menghasilkan bentuk yang seragam. Pada proses pembuatan tablet

effervescent ini dibutuhkan ruangan khusus dengan RH 34% dan suhu 20oC.

Proses pencampuran bahan harus dilakukan secara cepat supaya bahan tidak

terpapar terlalu lama mengingat bahan yang digunakan bersifat hidroskopis.

Formulasi detergent tablet effervescent dibuat sesuai dengan formula yang

ditunjukkan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4. Formulasi Detergent Tablet MO-GENT

No. Bahan Persentase (%)1 Surfaktan MES 302 Builder dan cobuilder 253 Bleaching agent dan Aktivator 54 Bahan Pengisi 15

5

Aditif- Pewangi- Pelembut- Enzim, dll

10

6Asam sitrat dan natrium bikarbonat.

15

Bahan-bahan pada tabel diatas dicampur secara merata. Campuran diaduk

sampai homogen kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70ºC selama 45

menit. Campuran diayak dengan ukuran mesh 40, campuran diaduk sampai

homogen dan dicetak menggunakan mesin cetak tablet single punch (Korch type

EKO).

Untuk mengetahui kualitas tablet yang telah dicetak, maka dilakukan uji

sifat fisik tablet yang meliputi, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan

waktu larut.

Keseragaman bobot.

Dua puluh tablet effervescent ditimbang satu persatu dengan neraca

elektrik. Kemudian dihitung harga rata-rata (x_ ), Standar Deviasi (SD) dan

persen penyimpangan bobot. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan

persyaratan yang ada dalam Farmakope Indonesia (Anonim, 1979).

22

Page 23: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Kekerasan.

Sebuah tablet diletakkan pada alat hardness tester (Vanguard type YD-2)

Alat ini secara otomatis akan menentukan kekerasan tablet yang kemudian

hasilnya dapat dilihat dari angka yang muncul pada alat tersebut. Dilakukan

terhadap 10 tablet.

Kerapuhan.

Dua puluh tablet dibebas debukan dengan aspirator kemudian ditimbang

lalu

dimasukkan ke friability tester (Erweka type T-200) Alat dihidupkan dan

diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Setelah selesai tablet

dikeluarkan dari alat dibebas debukan dan ditimbang lagi. Dihitung persentase

bobot tablet yang berkurang dari bobot tablet mula-mula.

Waktu larut.

Sebuah tablet dimasukkan ke dalam air dengan volume 200 ml pada suhu

sekitar 25°C. Waktu dicatat dengan stop watch sampai tablet hancur dan larut

semua.

I. Metode Komersialisasi

Market oriented merupakan pendekatan yang digunakan dalam

mengembangkan usaha-usaha bisnis. Artinya, komersialisasi dilakukan

berdasarkan adanya kebutuhan pasar. Berbagai jenis teknologi yang ditawarkan

harus mampu menawarkan peningkatan efisiensi pada tingkat harga yang layak.

Di samping aspek teknologi, pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat

penting artinya agar produk deterjen tablet yang diciptakan mampu secara

potensial memiliki pasar utama (captive market). Untuk itu diperlukan strategi

mengamankan pasar produk/teknologi melalui keterkaitan yang erat antara

produsen dan konsumen.

1. Strategi Pemasaran

(a) Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau

mengelompokan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogeny atau

memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian

23

Page 24: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

maupun gaya hidup (Kotler et al, 2003). Selanjutnya Thompson (2000)

menyatakan bahwa tantangan dalam pemasaran adalah untuk mengidentifikasi

pasar potensial yang menguntungkan untuk dilayani karena jarang sekali satu

program pemasaran dapat memuaskan pasar yang heterogen yang berbeda selera

dan karakteristik untuk itu diperlukan segmentasi pasar.

Kotler et al. (2003) juga menyatakan bahwa segmentasi adalah melihat

pasar secara kreatif, segmentasi merupakan seni mengidentifikasi dan

memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar. Pada saat yang sama

segmentasi merupakan ilmu (science) untuk memandang pasar berdasarkan

variable geografis, demografis, psikologis, dan perilaku.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi

memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan. Segmentasi tersebut memiliki

peran penting karena beberapa alasan ; pertama,segmentasi memungkinkan

perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan

membagi pasar menjadi segmen-segmen akan memberikan gambaran bagi

perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu

segmentasi memungkinkan perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas

mengenai peta kompetensi serta menentukan posisi pasar perusahaan (Kotler et al,

2003).

Segementasi pasar terdiri sari usaha untuk mengidentifikasi sebuah

kelompok menjadi sebuah kelompok yang memiliki kesamaan. Segmentasi

merupakan cara tengah antara mass marketing dengan individu. Dalam

segmentasi pasar orang yang berbeda dalam satu segmen diasumsikan benar-benar

memiliki kesamaan, padahal tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki

persamaan dalam suatu hal (Kotler, 2003).

Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai

kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen kedalam satuan-satuan

pasar yang bersifat homogen. Menurut Sriyanto (2008), mengsegmentasi pasar

konsumen adalah dengan cara sebagai berikut :

Segmentasi Geografis, membagi pasar menjadi unit-unit geografis yang

berbeda-beda seperti negara, wilayah negara bagian, kabupaten, kota, atau

pemukiman.

24

Page 25: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Segmentasi Demografis, upaya membagi pasar manjadi sejumlah kelompok

berdasarkan variabel-variabel seperti usia, gander, ukuran keluarga, siklus

hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan

kebangsaan.

Segmentasi Psikografis, upaya membagi pembeli menjadi kelompok-

kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup atau

karakteristik kepribadian.

Segmentasi Perilaku, upaya membagi suatu pasar kesejumlah kelompok

berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan konsumen

terhadap suatu produk. Persyaratan agar segmentasi efektif yaitu :

Terukur

Dapat dijangkau

Subtansial

Dapat dibedakan

Dapat dilakukan tindakan tertentu

(b) Market Targeting

Penetapan target pasar adalah dengan cara sebagai berikut :

1. Mengevaluasi Segmen Pasar

Ukuran dan pertumbuhan segmen

Daya tarik structural segmen

Tujuan dan sumber daya perusahaan

2. Memilih Segmen Pasar

Pemasaran tanpa diferensiasi (Pemasaran massal)

Strategi peliputan pasar dimana perusahaan mungkin memutuskan

untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap-tiap

segmen pasar, dan masuk ke pasar secara keseluruhan dengan satu

tawaran.

Pemasaran yang terdiferensiasi

Strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan

untuk menetapkan beberapa segmen pasar atau relung pasar dan

mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen.

Pemasaran terkonsentrasi

25

Page 26: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memilih untuk

meraih pangsa pasar yang besar pada satu atau beberapa subpasar.

3. Memilih strategi Peliput Pasar

Sumber daya yang dimiliki perusahaan

Tahapan produk dalam daur hidup

Homogenitas Pasar (Sriyanto, 2008)

Selain itu, terdapat istilah consumer responses (respon konsumen) yang

terdiri dari benefit segmentation (segmentasi manfaat) yaitu pengelompokan yang

didasarkan kepada manfaat yang diharapkan konsumen dari suatu produk atau

jasa, use occasion (saat pemakaian) dan brand atau merek. Dengan ini konsumen

akan dikelompokan berdasarkan respon mereka terhadap produk atau jasa, seperti

ada konsumen yang mementingkan kualitas dan ada konsumen yang

mementingkan harga yang murah.

Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasar, selanjutnya

adalah mengevaluasi beragam segmen tersebut untuk memutuskan segmen mana

yang menjadi target market. Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda

perusahaan harus melihat dua faktor yaitu daya tarik pasar secara keseluruhan

serta tujuan dan resource perusahaan (Kotler dan Armstrong, 2003).

Selanjutnya Kotler et al (2003) menyatakan ada tiga kriteria yang harus

dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang

akan dijadikan target. Pertama, perusahaan harus memastikan bahwa segmen

pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi

perusahaan. Perusahaaan dapat saja memilih segmen yang kecil pada saat

sekarang namun segmen itu mempunyai prospek menguntungkan dimasa datang.

Sehubungan dengan hal ini, perusahaan harus menelaah kompetisi yang ada di

sector tersebut dan potensinya untuk tumbuh karena akan berkaitan juga dengan

ukuran dan pertumbuhan target segmen perusahaan.

Kedua adalah bahwa strategi targetting itu harus didasarkan pada

keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif

merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan

keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih sehingga

26

Page 27: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

memberikan value bagi konsumen. Untuk menghasilkan value yang unggul tidak

cukup hanya memiliki sumber daya yang memadai tetapi harus didukung dengan

kapabilitas, kompetensi inti, dan keunggulan kompetitif untuk melaksanakan

diferensiasi yang ditujukan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Perusahaan

juga harus menganalisis dari dekat apakah segmen pasar yang dipilih telah sejalan

dan mendukung tujuan jangka panjang perusahaan.

Ketiga adalah bahwa segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada

situasi persaingannya. Perusahan harus memepertimbangkan situasi persaingan

yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting

perusahaan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan disini antara lain intensitas

persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri,

keberadaan produk-produk pengganti, kehadiran produk-produk komplementer,

serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.

(c) Positioning

Positioning merupakan reason for being yaitu bagaimana mendefinisikan

identitas dan kepribadian perusahaan di benak konsumen. Perusahaan harus

mempunyai kredibilitas di benak konsumen untuk itu konsumen perlu dibimbing.

Positioning tidak sekedar membujuk dan menciptakan citra dalam benak

pelanggan, tetapi juga bagaimana merebut kepercayaan pelanggan. Positioning

menyangkut menciptakan being dalam benak konsumen dan membimbing mereka

dengan penuh kreadibilitas. Selanjutnya positioning merupakan sebuah janji yang

dibuat perusahaan kepada konsumen. Janji tersebut harus ditepati dan kemampuan

perusahaan untuk menepati janji merupakan bagian yang vital dan strategi. Karena

alasan inilah, positioning yang tepat merupakan hal yang krusial bagi keberhasilan

akhir perusahaan.

Kotler et al (2003) menyatakan ada tempat kriteria yang dapat dilakukan

perusahaan untuk menentukan positioning. Pertama adalah kajian terhadap

konsumen (customer). Disini positioning harus mendeskripsikan value bagi

konsumen karena positioning mendeskripsikan value yang unggul. Selain itu

positioning merupakan penentu penting bagi konsumen pada saat memutuskan

untuk membeli.

27

Page 28: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Kriteria kedua didasarkan atas kajian pada kapabilitasan perusahaan

(company). Disini positioning harus mencerminkan kekuatan dan keunggulan

kompetitif perusahaan. Seperti lokasi yang strategis. Kriteria ketiga didasarkan

atas kajian pada pesaing (competitor).Disini positioning harus bersifat unik,

sehingga dengan mudah dapat mendiferensiasikan diri dari para pesaing. Kriteria

keempat didasarkan atas kajian terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan

bisnis (change). Dikatakan bahwa positioning harus berkelanjutan dan harus

relefan dengan berbagai perubahan lingkungan bisnis. Positioning pada

hakikatnya adalah menanamkan sebuah persepsi, identitas dan kepribadian di

dalam benak konsumen. Untuk itu agar positioning kuat maka perusahaan harus

selalu konsisten dan tidak berubah. Karena persepsi, identitas dan kepribadian

yang terus menerus berubah akan menimbulkan kebingungan di benak dan

pemahaman mereka akan tawaran perusahaan akan kehilangan fokus.

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari “kekuatan”/strengths,

“kelemahan”/weaknesses, “kesempatan”/opportunities, dan “ancaman”/threats)

adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari

spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal

yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset

pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan

menggunakan data perusahaan-perusahaan Fortune 500.

28

Page 29: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

BAB III

METODE VALUASI

Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan

dengan cara melakukan prediksi atau hasil yang akan didapat (Turner, 2000).

Valuasi bermanfaat dalam melakukan analisis pendahuluan (portfolio),

pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi. Menurut

Turner (2000), terdapat enam metode valuasi teknologi, antara lain :

1. Standarisasi Industri (Industry Standards)

Standarisasi industri (Industry standards) yaitu mendesain sebuah

database dari kesepakatan-kesepakatan kerja sama komersialisasi teknologi baru

yang sudah pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode ini merupakan

sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan yang lainnya.

Metode ini juga dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual

atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu

berdasarkan jenis dan kualitasnya.

2. Perankingan (Rating atau Ranking)

Perankingan (rating atau ranking) yaitu membandingkan kesepakatan

perjanjian komersialisasi teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini

memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah terdokumentasikan.

Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah terdokumentasikan, maka

kesepakatan teknologi yang mempunyai kesamaan dapat dibandingkan dengan

kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya

metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.

3. Ibu Jari (Rules of Thumb)

Ibu jari (rules of thumb) yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data

pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan

panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada

berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini

mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan

ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah

negosiasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama

sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.

29

Page 30: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

4. Discounted Cash Flow (DCF)

Discounted cash flow (DCF) yaitu penentuan nilai sekarang dari semua

aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value

(NPV). Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk Adjusted Hurdle

Rate (RAHR) atau niali k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu

pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan.

5. Monte Carlo and Real Option

Monte carlo and real option yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan

pada aliran kas dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada

metode ini, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai

perkiraan dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko.

Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan berbagai macam

kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika

berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek

ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dan

tingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai

Risk Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua proyek

bernilai ekonomi menguntungkan karena adanyan faktor B/(1+k) n, yaitu nilai n

yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam

berbagai macam kemungkinan.

6. Pelelangan (Auctions)

Pelelangan (auctions) yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan

yang sedang dilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerja sama

komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode standarisasi

industri yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang

sudah pernah dilakukan dan mempunyai kesamaan dengan teknologi yang sedang

dinilai.

Valuasi akan menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak

mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan

untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat

aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru, maka akan semakin

30

Page 31: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari

teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat

menggantikan teknologi tersebut, sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit

dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut.

31

Page 32: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

BAB IV

METODE KOMERSIALISASI

Metode komersialisasi yang digunakan pada industri deterjen tablet ini

dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Gambar 1. Metode Implementasi Strategi Pemasaran

1. Penentuan Target Pasar

Penetapan target pasar merupakan langkah pertama dalam strategi

pemasaran. Target pasar dipilih berdasarkan segmen-segmen pasar yang

ditentukan.

2. Identifikasi alternatif-alternatif basis untuk segmentasi

Pada tahap ini pihak manajemen pemasaran mengidentifikasi segmen-

segmen pasar yang berpotensi untuk dimasuki oleh produk deterjen tablet.

32

Penentuan Pasar

Identifikasi alternatif-alternatif basis untuk segmentasi

Memilih basis terbaik untuk segmentasi

Mengidentifiksi dan memilih segmen pasar

Mengembangkan positioning bagi pasar sasaran

Menyusun bauran pemasaran

Page 33: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Manajemen perusahaan menentukan utnuk menetapkan beberapa segmen pasar

atau relung pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing

segmen.

3. Memilih basis terbaik untuk segmentasi

Pihak manajeman harus mempertimbangkan faktor-faktor yang penting

dalam penentuan segmen pasar yang akan dipilih

4. Mengidentifikasi dan memilih segmen pasar

Segmen-segmen yang diidentifikasi dipersempit untuk mendapatkan

segmen yang tepat kemudian ditetapkan segmen mana saja yang dipilih.

5. Mengembangkan positioning bagi pasar sasaran

Segmen yang dipilih merupakan pasar sasaran tempat produk akan dijual.

Sebelum itu manajemen pemasaran harus mengembangkan positioning agar

produk memiliki keistimewaan di benak konsumen.

6. Menyusun bauran pemasaran

Bauran pemasaran meliputi price, product, place, dan promotion. Bauran

pemasaran ini harus ditentukan agar pasar sasaran menjadi lebih jelas dan

terstruktur.

Komersialisasi adalah proses mengenalkan produk atau jasa baru kepada

penyalur dan kemudian pembeli akhir dari produk tersebut. Tujuan tahap

komersialisasi adalah untuk membujuk konsumen agar bersedia untuk membeli

produk yang ditawarkan. Langkah yang ditempuh dengan cara menanamkan nilai-

nilai kesadaran akan pentingnya kelestarian dalam diri masyarakat melalui inovasi

produk deterjen ramah lingkungan.

Produk deterjen tablet ramah lingkungan dengan nama brand “MOGENT

adalah produk deterjen yang diciptakan dalam bentuk tablet sehingga mudah

digunakan dan dapat dibawa kemanapun. Bahan yang digunakan yaitu surfaktan

Linier Alkilbenzen Sulfonat, bahan besifat biodegradable yang ramah lingkungan.

Selain itu produk ini merupakan produk 3 in 1 (pembersih, pelembut, dan

pewangi).

Segmentasi pasar kami adalah konsumen yang menginginkan produk

berkualitas tinggi yang bersifat ramah lingkungan, life style, membantu orang-

orang merasa nyaman, dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan

33

Page 34: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

memberikan pelayanan yang baik bagi orang lain. Profit yang diperoleh dari

produk kita didapat dari produknya yang praktis dan kondisi lingkungan yang

semakin buruk serta semakin banyak orang yang sadar akan kelestarian

lingkungan sehingga beralih dan semakin banyak menggunakan produk kami.

34

Page 35: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

V. PEMBAHASAN

A. Komersialisasi

1. Penentuan Pasar

Dalam mengkomersialisasikan produk mobile detergent, hal

pertama yang dilakukan adalah scanning market attractiveness atau suatu

langkah penentuan pasar dengan cara mengamati kondisi pasar yang akan

dimasuki dan menetapkan ukuran pasar untuk produk mobile detergent ini

dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang mungkin terjadi, baik

dari dalam maupun dari luar (pesaing, misalnya).

Market growth and size

Produk mobile detergent ini diciptakan khusus bagi

masyarakat kalangan menengah ke atas, namun memungkinkan

juga untuk kalangan menengah ke bawah dalam perkembangannya

ke depan, sebab produk kami merupakan produk deterjen ramah

lingkungan dalam bentuk tablet effervescent. Dimana produk kami

ini menggabungkan 3 fungsi sekaligus, yaitu pembersih, pewangi,

dan pelembut. Hal lain yang ditonjolkan dari produk kami ini

adalah nilai kepraktisan dalam penggunaannya dan ramah

lingkungan. Nilai kepraktisan tercipta karena bentuknya yang

berupa tablet effervescent sehingga akan lebih pas dari segi takaran

(tidak repot dalam hal penggunaan). Sedangkan untuk aspek ramah

lingkungan, kami menginovasi kandungan utama deterjen dengan

menggunakan surfaktan jenis MES (metil ester sulfonat) yang

bersifat biodegradable. Sifatnya yang mudah terurai dalam tanah

inilah yang akan menjadi inti keunggulan produk deterjen kami.

Pengukuran laju pertumbuhan pasar dan ukuran dari produk

mobile detergent kami ini dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu:

1. Semakin bertambahnya jumlah masyarakat yang

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dalam kehidupan

sehari-hari melalui penggunaan produk-produk yang ramah

lingkungan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa tindakan,

35

Page 36: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

seperti mulai munculnya minimarket yang menyediakan plastik

belanjaan dari bahan yang mudah terurai di tanah dan tentu saja

produk mobile detergent kami yang berusaha mengakomodasi

kebutuhan mencuci masyarakat.

2. Gaya hidup masyarakat yang semakin menginginkan

kepraktisan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk

mencuci pakaian. Dari segi kepraktisan, produk kami hadir

dalam bentuk tablet effervescent yang mudah digunakan tanpa

harus repot mengurusi takaran deterjen dan juga bersifat

multifungsi sebagai pembersih, pewangi, dan pelembut.

3. Kemajuan di berbagai aspek kehidupan mendorong terciptanya

kehidupan yang tanpa batas, sehingga bepergian ke tempat

yang jauh dalam selang waktu yang singkat menjadi hal yang

lumrah terjadi. Bagi sebagian kalangan yang sering melakukan

perjalanan, pakaian kotor menjadi suatu masalah apabila di

tempat tujuan perjalanan sulit mendapatkan jasa binatu yang

terpercaya. Produk kami hadir untuk mengakomodasi hal ini,

dengan membuat deterjen dalam bentuk dan kemasan yang

mudah dibawa ke mana-mana (mobile)

Entry border

Hambatan yang sekiranya akan kami hadapi dalam

komersialisi mobile detergent ini, yaitu pola pikir atau mind set

masyarakat Indonesia dalam hal mencuci pakaian adalah suatu hal

yang bukan merupakan life style atau hal yang biasa saja dan

merupakan aktifitas rutin. Dengan kata lain, walau dengan

pemberian tambahan teknologi apapun mencuci pakaian

merupakan hal yang tidak berkesan modern.

Produk substitusi

Sejauh ini produk deterjen lain yang dapat menggantikan

produk kami belum dapat ditemukan di Indonesia, kecuali di luar

negeri. Di luar negeri penggunaan deterjen dalam bentuk tablet

effervescent sudah biasa dilakukan, terutama pada jasa binatu.

36

Page 37: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Sehingga apabila kami mengintroduksi mobile detergent ini, maka

kami akan menjadi produsen deterjen tablet yang pertama di

Indonesia.

Kompetitor utama

Pesaing utama produk deterjen ramah lingkungan kami

adalah produsen deterjen bubuk yang juga menjual produknya

dengan konsep ramah lingkungan. Produsen ini dapat dikatakan

telah mempunyai pangsa pasar yang luas di pasar deterjen

Indonesia. Namun kami akan tetap berusaha mengunggulinya

dengan memperkuat inovasi melalui pembiayaan divisi research

and development secara maksimal. Hal ini berfungsi untuk

mengakomodasi perbaikan-perbaikan, baik yang datangnya dari

kritik dan saran konsumen maupun dari penggalian inovasi internal

perusahaan.

2. Selling Points

Produk mobile detergent kami ini merupakan suatu produk inovasi

deterjen ramah lingkungan dalam bentuk tablet effervescent. Produk kami

juga merupakan deterjen yang sifatnya multifungsi yang menggabungkan

pembersih, pewangi, dan pelembut. Keunggulan yang ingin kami usung

dari produk deterjen ini adalah aspek ramah lingkungan, praktis dalam hal

takaran dan sifatnya yang multifungsi, serta mobile atau mudah dibawa

bepergian. Segmen pasar kami adalah membidik kalangan masyarakat

yang sering bepergian dan terkendala dengan masalah jasa binatu di

tempat tujuan perjalanan.

3. Evaluasi dan Adaptasi

a. Pengevaluasian penerimaan konsumen deterjen terhadap inovasi

teknologi proses mobile detergent berdasarkan data hasil CMR

(Customer Market Research)

37

Page 38: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

b. Melakukan evalusi produk untuk meningkatkan kualitas dan

penerimaan konsumen terhadap produk mobile detergent yang

dihasilkan dari inovasi teknologi proses tersebut

c. Melakukan perbaikan terhadap proses-proses produksi yang kurang

efektif dan efisien

d. Penetapan SOP dalam kegiatan produksi mobile detergent sehingga

kinerja proses dapat sesuai dengan yang diharapkan dan menghasilkan

produk yang berkualitas tinggi

e. Studi terhadap produk sejenis yang umum digunakan di luar negeri

dengan menerapkan keunggulan-keunggulan yang mungkin dan dapat

diadaptasi di Indonesia

4. Kelayakan Teknis dan Komersil

Secara teknis, mobile detergent ini layak dan mungkin untuk

dikembangkan serta diproduksi di Indonesia. Hal ini didukung oleh

kenyataan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan kelestarian

lingkungan semakin meningkat dewasa ini. Salah satunya adalah

kesadaran akan semakin tercemarnya air tanah oleh bahan deterjen yang

sulit terurai secara alami, dimana air tanah merupakan sumber kehidupan

banyak makhuk hidup. Lalu dengan mengacu pada industri deterjen tablet

yang lebih dulu marak di luar negeri, kami akan mengembangkan produk

dengan melakukan berbagai adaptasi agar produk akhir yang kami

hasilkan cocok untuk aplikasi masyarakat di Indonesia.

Selain itu perkembangan di berbagai aspek kehidupan membuat

hidup manusia semakin tanpa batas, termasuk semakin seringnya manusia

melakukan perjalanan jarak jauh. Dalam hal perjalanan jarak jauh, pakaian

kotor merupakan masalah tersendiri yang cukup perlu mendapat perhatian,

terlebih bila sulit mendapatkan jasa binatu yang terpercaya di tempat

tujuan perjalanan. Sehingga masyarakat merasa akan lebih baik apabila

mencuci pakaian dilakukan sendiri. Untuk hal tersebut, maka produk

mobile detergent kami hadir dengan kemudahan dan kepraktisan

penggunaan.

38

Page 39: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Produk kami memang bukan produk deterjen dengan harga yang

murah karena menggunakan bahan dasar surfaktan MES (metil ester

sulfonat) yang lebih mudah terurai secara alami dalam tanah, dimana

bahan dasar ini telah mengalami pengembangan produk (dengan berdasar

pada evaluasi dan masukan konsumen serta pengembangan oleh divisi

Research and Development) sedemikian rupa hingga siap untuk

diluncurkan ke konsumen. Bisa dibilang bahan dasar MES yang kami

gunakan ini masih jarang digunakan untuk produk deterjen konvensional,

sebab busa yang dihasilkan lebih sedikit dibanding dengan surfaktan biasa.

Selain itu, inovasi dari segi multifungsi dan bentuknya yang paktis pun

berkontribusi terhadap keunggulan produk kami, dimana gabungan dari

semua keunggulan produk berujung pada harga jual tinggi yang tentunya

sebanding dengan segala manfaat dan keunggulan dari produk mobile

detergent kami.

5. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan

(Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman

(Treat) dalam spekulasi bisnis produk. Berikut merupakan tabel analisis

SWOT yang akan menjadi pertimbangan dalam komersialisasi produk

mobile detergent kami, yaitu:

Kekuatan

1. Praktis

2. Multifungsi

3. Pionir deterjen tablet

effervescent di Indonesia

Kelemahan

1. Harga relatif mahal

2. Investasi pendirian pabrik yang

tinggi

Peluang Ancaman

39

Page 40: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

1. Belum adanya produsen

deterjen tablet di Indonesia

2. Semakin maraknya kampanye

cinta lingkungan, sehingga

dapat dimanfaatkan untuk kerja

sama pengedukasian masyarakat

1. Persaingan yang ketat dalam

industri deterjen

2. Sifat produk yang occasional

(hanya untuk travelling)

6. Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaran

Strategi pengembangan atau modifikasi produk ini sesuai dengan kondisi

pasar yang berada pada kurva kedewasaan. Dengan menghasilkan produk tablet

deterjen berbentuk effervescent ramah lingkungan (Mobile Detergent) berkualitas

tinggi dengan atribut yang lebih lengkap, diharapkan dapat memenuhi

kecendrungan preferensi konsumen ke arah kualitas produk yang lebih baik.

Konsep yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pemasarannya

adalah konsep pemasaran. Berbagai upaya dilakukan untuk memberikan

keputusan kepada konsumen yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Oleh karena itu, hal pertama yang penting dalam perumusan konsep

dan strategi pemasaran adalah identifikasi konsumen secara rinci beserta

kebutuhannya melalui pengisian kuisioner.

Perumusan konsep pemasaran dimulai dengan melakukan segmentasi.

Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-

kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku

yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah.

Segmentasi pasar untuk pemasaran produk deterjen tablet ramah lingkungan ini

dibagi ke dalam beberapa variabel, yaitu pendapatan, gaya hidup, dan geografis.

Penjelasan mengenai masing-masing variabel tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

A. Pendapatan

Golongan Menengah (Pendapatan Rp. 2.000.000-5.000.000)

Kelebihan : Mempunyai daya beli yang cukup baik dan jumlah

40

Page 41: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

populasi asyarakat yang besar.

Kelemahan : Tidak loyal terhadap suatu produk dan keadaan finansial

masyarakat dari golongan menengah cukup labil.

Kesempatan : Dengan jumlah populasi masyarakat pada golongan ini

yang cukup besar merupakan pasar yang sangat potensial.

Ancaman : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh

kompetitor apalagi bila harganya lebih murah.

Golongan Atas (Pendapatan > Rp. 5.000.000)

Kelebihan : Daya beli masyarakat pada golongan ini sangat tinggi dan

sangat loyal terhadap suatu produk.

Kelemahan : Jumlah masyarakat golongan ini sangat sedikit dan selalu

menginginkan adanya inovasi baru terhadap produk.

Kesempatan : Dengan daya beli yang tinggi dan populasi yang terus

meningkat, maka masyarakat golongan ini merupakan

pasar yang sangat potensial.

Ancaman : Mudah tertarik dengan produk lain yang memiliki inovasi

baru yang lebih bagus.

B. Gaya Hidup

Modern (Gaya hidup yang selalu mengikuti tren masa kini dan

kepraktisan)

Kelebihan : Tertarik pada inovasi produk yang mengutamakan gaya

hidup yang modern, praktis, dan aman terhadap

lingkungan.

Kelemahan : Tidak loyal terhadap suatu produk.

Kesempatan : Pasar yang sangat potensial.

Ancaman : Selalu menuntut adanya inovasi.

Tradisional (Gaya hidup sederhana dan mengutamakan produk yang

murah )

Kelebihan : Loyal terhadap suatu produk.

Kelemahan : Menyukai produk yang murah dan banyak jumlahnya.

Kesempatan : Jumlah populasi yang tinggi dapat diubah pemikirannya

untuk mulai mengadopsi gaya hidup modern.

41

Page 42: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Ancaman : Banyaknya produk pengganti dari berbagai kompetitor di

pasaran.

C. Geografis

Kota Besar (Kota dengan aktivitas penduduknya yang heterogen dan

padat)

Kelebihan : Daya beli yang tinggi dengan mengadopsi gaya hidup

modern terkini.

Kelemahan : Cepat bosan dan tidak loyal terhadap suatu produk.

Kesempatan : Pasar yang sangat potensial dan memberikan keuntungan

yang besar.

Ancaman : Selalu menuntut produk yang lebih inovatif dari produk

sebelumnya.

Kota Kecil (Kota dengan aktivitas penduduk yang tidak terlalu padat dan

sibuk)

Kelebihan : Loyal terhadap suatu produk.

Kelemahan : Distribusi barang yang cukup sulit disertai daya beli yang

kurang.

Kesempatan : Dengan jumlah populasi masyarakat pada golongan ini

yang cukup besar merupakan pasar yang sangat potensial.

Ancaman : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh

kompetitor apalagi bila harganya lebih murah.

Berdasarkan hasil segmentasi dan evaluasi dapat diketahui target segmen

pasar yang paling sesuai untuk produk ini adalah konsumen atau masyarakat

dengan pendapatan menengah dan atas yang mengadopsi gaya hidup modern yang

peduli akan pentingnya menjaga lingkungan hidup yang tinggal di wilayah kota-

kota besar di Indonesia. Sehingga, dengan sendirinya produk ini akan

memposisikan dirinya sebagai produk yang praktis, berkualitas, dan ramah

terhadap lingkungan. Dengan penerapan target segmen secara jelas, selanjutnya

dapat diterapkan strategi fokus atau spesialisasi selektif dengan memberikan

42

Page 43: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan target segmen yang

telah ditetapkan.

Kepuasan konsumen akan tercipta apabila ada keselarasan antara atribut

produk tablet deterjen berbentuk effervescent ramah lingkungan yang ditawarkan

dengan atribut produk deterjen yang diharapkan konsumen. Untuk memberikan

kepuasan bagi konsumen, perusahaan tidak harus menggembor-gemborkan

produk dengan kualitas paling tinggi, atribut paling lengkap, dan harga paling

murah, melainkan cukup dengan menawarkan produk yang sesuai dengan

keinginan dan persepsi konsumen. Efektifitas pelayanan dan kepuasan konsumen

dapat ditingkatkan dengan menerapkan strategi yang tepat untuk masing-masing

segmen, meliputi:

1. Strategi saluran pemasaran

Target segmen pada produk ini memiliki perilaku pembelian yang

berbeda. Konsumen ekonomi menengah atas yang mengutamakan gaya

hidup dan kenyamanan dapat membeli produk “Mobile Detergent” di

supermarket, sedangkan konsumen menengah yang lebih mengutamakan

harga terjangkau dan jarak yang lebih dekat dibandingkan kenyamanan

dan gaya hidup dapat membeli produk ini di minimarket terdekat.

2. Strategi atribut produk

Produk Mobile Detergent yang dipasarkan menggunakan kemasan

kaleng dengan tutup tube yang menjamin kualitas produk hingga ke tangan

konsumen. Informasi standar yang harus dicantumkan dalam kemasan

antara lain merek produk, komposisi, manfaat produk, nama perusahaan,

nomor izin usaha, cara pemakaian, tanggal produksi, dan tanggal

kadaluarsa.

Produk MO-GENT yang dipasarkan melalui supermarket,

sebenarnya hampir sama dengan yang dipasarkan di mini market, selain

memenuhi kualitas standar SNI dan persepsi konsumen, harus dilengkapi

dengan atribut lain. Atribut-atribut tambahan, khususnya terkait dengan

positioning produk sebagai deterjen tablet ramah lingkungan dan

berkualitas tinggi untuk kelas menengah dan atas. Produk dikemas dalam

kemasan 10 tablet, dengan takaran 450 mg per tablet, satu tablet dapat

43

Page 44: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

digunakan untuk mencuci pakaian dalam 10 liter air (± pakaian satu

keluarga dengan anggota 4 orang). Produk MO-GENT akan dikemas

dalam kemasan kaleng dengan desain dan warna yang menarik. Info

kemasan yang harus dicantumkan antara lain merek produk, nama

perusahaan, nomor izin usaha, manfaat produk, tanggal produksi, tanggal

kadaluarsa, komposisi, dan cara pemakaian.

3. Strategi harga

Pada saluran pemasaran di minimarket dan supermarket yang

bersifat oligopoli, harga menjadi salah satu hal yang cukup menentukan

dalam persaingan. Produk ini akan dijual di supermarket atau mini market,

karena pangsa pasar yang dituju adalah kalangan menengah ke atas.

Produsen memiliki cukup kekuatan untuk menetapkan harga pasar, karena

merupakan produsen satu-satunya dari produk deterjen tablet (belum

terdapat pesaing). Harga yang diberikan untuk produk di pasaran adalah

Rp. 20.000, yang akan dipromosikan dengan jargon “Harga tidak pernah

bohong” karena produk deterjen ini merupakan produk yang unik,

sehingga tidak mengedepankan keunggulan dari sisi harga yang lebih

murah.

4. Strategi promosi

Promosi dan advertising merupakan salah satu ujung tombak dari

pemasaran. Ditengah persaingan yang ketat dan banyaknya merek deterjen

yang beredar di pasaran, maka fungsi promosi dan advertising untuk

menonjolkan produk Mobile Detergent diantara semua merek minyak

deterjen yang ada amatlah penting. Salah satu hal yang sangat terkait

dengan promosi dan pembentukan image adalah merek produk.

Promosi dan advertising harus sesuai dengan target pasar dan saluran

pemasaran. Masing-masing target dan saluran pemasaran memiliki karakteristik

sendiri mengenai keterkaitan terhadap advertising. Pada supermarket atau

minimarket, promosi dan advertising merupakan sesuatu yang sangat penting.

Media yang sering digunakan sebagai sarana promosi adalah kemasan produk

yang menarik dan brosur produk yang memuat gambar dan harga produk,

44

Page 45: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

sedangkan bentuk promosi yang utama dilakukan berupa diskon atau potongan

harga.

Selain itu, ada pula metode-metode promosi yang perlu dilakukan untuk

membangun suatu program penjualan yang efektif, misalnya dengan beriklan di

media cetak dan elektronik, mengikuti pameran dan bazaar, promosi kepada

konsumen, dan sebagainya.

Strategi Komersialisasi

Komersialisasi produk tablet deterjen berbentuk effervescent ramah

lingkungan (Mobile Detergent) dilakukan dengan penjualan secara putus atau

penjualan yang dilakukan secara independent yang sesuai dengan kuantitas

produksi.

B. Valuasi

1. Metode Standar Industri

Industri standar adalah salah satu metode valuasi teknologi dengan prinsip

perbandingan dengan industri lain. Metode ini juga dapat dilakukan dengan

membuat perjanjian atau agreement mengenai teknologi lain yang serupa dengan

teknologi yang dimiliki.

Perhitungan nilai valuasi dengan metode industri standar dilakukan dengan

membandingkan teknologi yang kita miliki dengan teknologi yang telah

digunakan oleh industri lainnya. Dalam kasus ini, kita membandingkannya

dengan industri deterjen lain yang sama-sama menghasilkan deterjen yang

berfungsi sebagai pembersih dan pelembut. Poin yang berbeda adalah pada proses

pembentukan hasil jadinya, komponen surfaktannya, serta fungsi tambahan yang

dibentuk untuk deterjen ini. deterjen ini tidak hanya berfungsi sebagi pelembut

dan pembersih, namun juga berfungsi sebagai pewangi. Selain itu, deterjen yang

dihasilkan berupa deterjen tablet effervescent. Surfaktan yang digunakan pada

deterjen ini juga merupakan surfaktan yang bersifat ramah lingkungan, sehingga

deterjen yang dihasilkan juga bersifat ramah lingkungan.

Melalui pendekatan biaya akan ada selisih nilai dari cost dan benefit yang

didapatkan dari kedua industri deterjen yang dibandingkan. Industri deterjen yang

telah ada, seperti produk deterjen Softener So Klin masih merupakan produk

45

Page 46: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

deterjen yang memiliki double function, yaitu sebagai pembersih dan pelembut.

Sedangkan produk deterjen tablet merupakan produk yang memiliki multifungsi

yaitu sebagai pembersih, pewangi, dan pelembut. Selain itu sifatnya yang ramah

lingkungan serta bentuk produk yang berupa tablet effervescent menjadi nilai

tambah dari produk deterjen yang telah ada sebelumnya. Namun, deterjen tablet

ramah lingkungan ini memiliki teknologi proses yang lebih mudah dibandingkan

dengan teknologi proses dari produk yang sudah ada tersebut. Deterjen tablet

menggunakan surfaktan metil ester sulfonat (MES) sebagai komposisi

deterjennya, yang mana MES ini bersifat lebih mudah terbiodegradasi

dibandingkan dengan surfaktan lain. Komposisi deterjen tablet inilah yang

membuatnya dapat menghasilkan produk deterjen inovasi baru yang ramah

lingkungan dan bernilai tambah lebih tinggi dibanding deterjen tablet biasa.

2. Metode Rules of Thumb

Metode rules of thumb yaitu metode yang mengidentifikasikan dan

menggunakan data pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules

of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan

berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai

teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan

cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari

metode ini adalah negoisasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki

pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.

Valuasi teknologi dengan metode ini membutuhkan informasi terkait

mengenai nilai tambah yang dapat diberikan oleh inovasi produk. Dalam hal ini,

aspek yang dikaji adalah nilai tambah dari inovasi bentuk produk deterjen, yaitu

tablet effervescent serta multifungsinya produk, dan sifat ramah lingkungan

produk. Metode rules of thumb ini menggunakan cara mentotalkan harga

teknologi dari produk deterjen tablet ini yang dapat dihitung melalui biaya yang

dibutuhkan dalam pembuatan produk serta biaya ide teknologi baru untuk produk

ini. Setelah itu, diberikan ‘rules 25%’ yang mana maksudnya adalah dari total harga

teknologi ditambah 25% dari total untuk harga teknologi secara keseluruhan.

Perhitungan biaya teknologi menggunakan metode ini dapat dilihat di bawah ini:

NO. Item Biaya (Rp)

46

Page 47: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

1. Biaya Penelitian 70.000.000

2. Biaya Peralatan 150.000.000

3. Biaya Utilitas 50.000.000

4.Biaya Pemasaran dan

Promosi100.000.000

5. Biaya Paten 5.000.000

6. Biaya Ide Teknologi 350.000.000

Total 725.000.000

rules 25% 181.250.000

Total Harga Teknologi 906.250.000

Sehingga, dari hasil perhitungan menggunakan metode rules of thumb

diatas, diperoleh hasil harga teknologi produk deterjen tablet ramah lingkungan

sebesar Rp. 906.500.000,-.

BAB VI

ANALISIS DAMPAK DAN RESIKO USAHA

A. Dampak Terhadap Masyarakat Sekitar

1. Dampak pemasaran terhadap masyarakat

47

Page 48: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Produk mobile detergent kami ini memiliki target pasar kalangan

menengah ke atas. Efek yang timbul dari pemasaran produk kami merupakan

dampak secara tidak langsung, sebab produk kami adalah produk yang sangat

mengedepankan aspek keramahan lingkungan. Dengan dijualnya produk kami di

pasaran, maka kami turut berperan dalam melestarikan lingkungan.

Selain itu prinsip keramahan lingkungan yang diusung oleh produk kami

juga dapat berdampak pada penanaman nilai cinta lingkungan terhadap

masyarakat. Perilaku reduce, reuse, dan recycle akan menjadi lebih tertanam di

masyarakat. Pemasaran produk kami yang menggandeng kerja sama dengan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yaitu Greenpeace.

2. Dampak produksi dan teknologi terhadap masyarakat

Teknologi pembuatan deterjen tablet effervescent ramah lingkungan ini

turut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan tidak mengganggu

kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar. Dikarenakan produk kami tidak

menghasilkan limbah yang berbahaya dan merusak lingkungan (biodegradable).

Selain itu industri kami juga akan melakukan rekrutmen di universitas-

universitas dalam rangka menjaring lulusan yang berkompeten di bidangnya

sehingga akan mendukung pengembangan industri kami.

3. Dampak organisasi dan SDM terhadap masyarakat

Dari sisi manajemen, perusahaan ini mempekerjakan para pegawai yang

terampil dan ahli dalam bidang proses produksi deterjen tablet ramah lingkungan.

Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan ini mempunyai struktur organisasi

yang disusun berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dengan Manajer

Umum/CEO/Direktur sebagai pimpinan puncak. Industri mobile detergent ini juga

memiliki program pemberdayaan masyarakat melalui program Corporate Social

Responsibility (CSR) yang bertujuan untuk membangun dan mendorong

kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik. Hal ini terealisasi dengan berbagai

program sosial dalam pengembangan softskill masyarakat melalui pelatihan serta

pendirian fasilitas umum serta berbagai gerakan peduli lingkungan, seperti

penanaman pohon untuk menyerap emisi karbon pun dilakukan untuk menunjang

kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dampak positif yang diharapkan adalah

48

Page 49: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

terciptanya masyarakat madani yang cerdas, mandiri, serta peka terhadap

lingkungan sekitar.

B. Analisis Resiko Usaha

Risk Management (Manajemen Resiko) pada dasarnya adalah proses

menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk

mengenali, mengukur, dan mengelola resiko secara lebih transparan. Sebagai

sebuah proses menyeluruh Risk Management menyentuh hampir setiap aspek

aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk

menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima

seorang karyawan baru.

Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan suatu proses

membangun kesadaran tentang resiko di seluruh komponen organisasi, suatu

proses pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh

Risk Management tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri

pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap resiko).

Sebagai sebuah proses, kerangka kerja Risk Management pada dasarnya

terbagi dalam tiga tahapan kerja :

i. Identifikasi Resiko, adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas

resiko dan komponen resiko yang melekat pada suatu aktivitas atau transaksi

yang diarahkan kepada proses pengukuran serta pengelolaan resiko yang

tepat. Identifikasi Resiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses

Risk Management dibangun.

ii. Pengukuran Resiko, adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan

untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu resiko,

baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan

kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut

akan menjadi dasar bagi pengelolaan resiko yang terarah dan berhasil guna.

iii. Pengelolaan Resiko pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan

untuk meminimalisasi tingkat resiko yang dihadapi sampai pada batas yang

dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi resiko ini

49

Page 50: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

dilakukan dengan menerapkan langkah langkah yang diarahkan pada turunnya

(angka) hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuran resiko.

Konsep Pengelolaan Resiko bertujuan untuk mencapai :

1. Meningkatkan kualitas dan prediktabilitas dari pendapatan perusahaan

(earning) untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham

(shareholder value)

2. Mengurangi kemungkinan munculnya tekanan pada kemampuan

keuangan (financial distress)

3. Mempertahankan marjin operasi (operating margin)

C. Resiko Finansial (Keuangan)

Resiko Finansial adalah resiko yang diterima oleh investor akibat dari

ketidakmampuan emiten saham atau obligasi memenuhi kewajiban pembayaran

dividen atau bunga serta pokok investasi. Resiko finansial terjadi jika proyek

engineering tidak berjalan sesuai dengan rencana, atau jika tidak selesai tepat

pada waktunya dan tidak sesuai dengan biaya yang dianggarkan. Sehingga dalam

suatu proyek perlu perhitungan yang matang dalam penganggaran dan

perencanaan pendapatan untuk memenuhi kewajiban kepada kreditor atau

pemegang saham.

Resiko finansial yang paling utama dihadapi perusahaan adalah volatilitas

nilai tukar mata uang, struktur finansial yang kurang mendukung, pengelolaan kas

yang lemah, aset yang rusak, dan penarikan tagihan yang kurang efektif.

Perusahaan dapat mengatasi hal-hal ini dengan menerapkan sejumlah

kebijakan untuk meningkatkan struktur finansial, yang mencakup:

mengetatkan prosedur pengelolaan kas;

memastikan jaminan asuransi aktiva tetap secara memadai;

menerapkan kebijakan kredit yang hati-hati dan konsisten kepada pelanggan;

dan

kontrol dan pengawasan level persediaan.

D. Resiko Operasional

50

Page 51: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Resiko operasional merupakan resiko yang memberikan dampak secara

langsung bagi operasional perusahaan. Resiko operasional dapat memberikan

kerugian keuangan namun dapat pula tidak berdampak langsung pada kerugian

keuangan perusahaan. Beberapa resiko yang termasuk dalam resiko operasional di

antaranya pasokan kebutuhan baku, masih terbatasnya produksi MES dari industri

kelapa sawit, harga kelapa sawit yang fuktuatif, adanya pemogokan kerja,

ketidakpatuhan karyawan dalam melaksanakan prosedur standar operasi, maupun

adanya kegagalan penanganan lingkungan.

Resiko operasional merupakan potensi kerugian yang timbul akibat tidak

berfungsinya sistem dan proses internal, ketidakmampuan karyawan serta

manajemen, atau kegagalan operasional yang timbul dari faktor eksternal. Tujuan

dari manajemen resiko operasional adalah memastikan bahwa perusahaan

memiliki kebijakan, perangkat dan praktek yang tepat untuk menghindari

kegagalan maupun meminimumkan kerugian.

Kepastian pasokan bahan baku merupakan hal yang krusial bagi

operasional pabrik MO-GENT ini. Kapasitas kebutuhan MES sebagai bahan baku

pokok pembuatan deterjen tablet ini adalah 2,2 kg per hari sehingga apabila telah

dicampur dengan bahan baku lainnya, akan menghasilkan 10.000 deterjen tablet

dengan berat 4,5 mg per tablet . Kebutuhan bahan baku ini harus dipasok dari

produksi MES pada industri kelapa sawit, yang saat ini produksinya belum terlalu

banyak, karena belum banyak digunakan oleh industri lainnya.

BAB VII

RENCANA FINANSIAL

51

Page 52: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

A. Rencana Investasi Industri Deterjen Tablet MO-GENT

URAIAN JUMLAH SATUAN HARGA SATUAN TOTAL ()

1. Tanah 1200 m2 80.000 96.000.000

2. Bangunan

a. Pagar 180 m 100.000 18.000.000

a. Kantor 150 m2 500.000 75.000.000

b. Tempat produksi 500 m2 600.000 300.000.000

c. Tempat pengemasan &

labeling80 m2 300.000 24.000.000

d. Lahan pengolahan limbah 200 m2 150.000 350.000

e. Halaman 200 m2 100.000 2.000.000

Subtotal 418.000.000

3. Perlengkapan kantor

a. Kursi dan meja tamu Satu set 560.000 560.000

b. Lemari arsip Tiga set 200.000 600.000

c. Computer Dua set 5.000.000 10.000.000

d. Kursi & meja kerja Dua pasang 150.000 300.000

e. Rak buku Satu buah 300.000 300.000

f. ATK Satu set 800.000 800.000

Subtotal 12.560.000

4. Mesin dan peralatan

a. Oven Pemanas Dua buah 60.000.000 120.000.000

b. Spray Dryer Dua buah 125.000.000 250.000.000

c. Mixing machine Dua buah 35.000.000 70.000.000

d. Mesin Cetak tablet Dua buah 80.000.000 160.000.000

e. Packing machine Dua buah 75.000.000 150.000.000

f. Genset Satu buah 20.000.000 20.000.000

g. Peralatan pendukung produksi Satu set 12.500.000 4.500.000

h. Konveyor Satu set 30.000.000 30.000.000

i. Instalasi, dsb Satu set 40.000.000 40.000.000

j. Perlengkapan QC Satu set 7.500.000 7.500.000

52

Page 53: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

k. Pengolahan Limbah Satu set 74.000.000 74.000.000

Subtotal 934.000.000

Biaya pra-investasi 8.760.000

Total Biaya Investasi 1.469.320.000

B. Rencana Biaya Operasional Industri Deterjen Tablet MO-GENT

Rincian Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja (terlampir)

Biaya Operasional MO-GENT

No. Deksripsi BiayaBiaya 1 tahun

A. Biaya Tetap

1 Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung 416.150.000,00

2 Pemeliharaan 29.386.400,00

3 Asuransi 22.039.800,00

4 Biaya Overhead 8.760.000,00

subtotal 476.336.200,00

B. Biaya Variabel  

1 Bahan Baku 1.849.392.000,00

2 Gaji Tenaga Kerja Langsung 125.425.000,00

3 Biaya Operasional Bahan Bakar dan Listrik 45.000.000,00

4 Biaya Pemasaran 30.000.000,00

5 Biaya Teknologi 36.250.000,00

6 Biaya Pengolahan Limbah 750.000,00

subtotal 2.086.817.000,00

Total 2.563.153.200,00

C. Biaya Teknologi dan Utilitas

No Deskripsi Biaya

  Biaya Penelitian 70.000.000,00

  Biaya Peralatan 150.000.000,00

  Biaya Utilitas 50.000.000,00

  Biaya Pemasaran dan Promosi 100.000.000,00

  Biaya Paten 5.000.000,00

  Biaya Ide Teknologi 350.000.000,00

TOTAL 725.000.000,00

Rules 25% 181.250.000,00

Harga Teknologi 906.250.000,00

D. Proyeksi Sumber Dana

53

Page 54: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Modal yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini adalah sebesar Rp

1.469.320.000 Kebutuhan dalam menjalankan usaha ini diperoleh dari modal

patungan Rp 469.320.000,00 dan dianggap sebagai saham pribadi dimana yang

menanamkan saham terbanyak, maka akan mendapatkan keuntungan terbnyak

pula. Selain itu, pinjaman dari kreditor (Bank) sebesar Rp. 1.000.000.000,00

dengan bunga yang rendah dan akan dikembalikan sekitar 5 tahun. Biaya

selanjutnya akan dipenuhi oleh pemasukan seiring dengan menaiknya angka

penjualan produk.

E. Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) dan Harga Jual MO-GENT

Harga pokok adalah semua biaya untuk pembuatan produk (biaya

produksi), dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Harga jual merupakan

harga pokok ditambah keuntungan 20 % dari harga pokok dan pajak penjualan.

Harga pokok :

= Rp 2563.153.200/ 360.000 botol/th = Rp 7.119,87/botol

Harga Jual :

= Rp. 7.119,87 + % keuntungan

= Rp 7.119,87 + (20% x Rp. 7.199,87) = Rp 9.967,818

Harga jual ini akan ditambah dengan biaya riset dan paten teknologi, biaya

pemasaran, dan sebagainya sehingga harga jual MO-GENT dipasaran adalah Rp.

20.000 per botol isi 10 tablet.

F. Rencana Penerimaan dan Keuntungan

Asumsi harga di pasaran Rp 20.000,00/botol

Pendapatan bersih : 20.000,00 x 360.000 botol/tahun

= Rp 7.200.000.000/th

Keuntungan kotor : pendapatan – Biaya total

= Rp. 7.200.000.000 – Rp. 2.563.153.200 = Rp 4.636.846.000/th

Keuntungan bersih : keuntungan kotor – Pps

= Rp 4.636.846.000 – (15% x 4.636.846.000)

= Rp. 3.941.319.780/th

54

Page 55: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Untuk menentukan harga pokok produksi produk ini, terlebih dahulu

diuraikan kebutuhan produksi selama tahun. Kemudian diasumsikan berapa

jumlah yang akan digunakan dan dikalikan dengan harga per unit yang

diperoleh dari asumsi harga di pasaran. Harga pokok produksi MO-GENT

adalah sebesar Rp 7.119,87. Dari harga pokok produksi tersebut kemudian

ditentukan target keuntungan yang ingin dicapai. Pada umumnya, keuntungan

adalah sebesar 20 - 30%. Mo-GENT menetapkan keuntungan sebesar 20%

dari HPP sehingga jika ditambah biaya riset dan teknologi di dapat harga jual

sebesar Rp 20.000,00/botol.

MO-GENT membuat target jumlah kapasitas produksi per tahun sebesar

360.000 botol. Sehingga jika dikalikan dengan harga jual akan didapatkan

total penerimaan sebesar Rp. 7.200.000.000 dengan keuntungan bersih

(setelah dikurangi biaya operasional dan pajak) sebesar = Rp.

3.941.319.780/th.

G. Waktu Pengembalian Modal

Waktu pengembalian modal, digunakan untuk mengetahui berapa lama

modal awal tertanam dalam proyek. Waktu pengembalian modal adalah

investasi yang tertanam dibagi dengan keuntungan bersih tahunan dan

penyusutan, sehingga waktu pengembalian modal kurang dari satu tahun.

(perhitungan terlampir)

55

Page 56: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

BAB VIII

KESIMPULAN

Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk deterjen yang

praktis dan ramah lingkungan, maka produsen dituntut untuk mencari

produk deterjen yang memudahkan pekerjaan sehari-hari, dan tidak

menimbulkan bahaya bagi lingkungan sekitar. MO-GENT atau Mobile

Detergent hadir sebagai jawaban akan kebutuhan tersebut.

MO-GENT merupakan sebuah bentuk deterjen 3 in 1 (pembersih,

pewangi, dan pelembut) dengan bentuk tablet, yang telah ditakar sesuai

dengan kebutuhan sehari-hari, sehingga praktis (tidak perlu mengira-ngira)

baik untuk digunakan di rumah tangga maupun untuk yang bepergian.

Selain karena bentuknya, MO-GENT memiliki keunggulan karena

merupakan sebuah paket lengkap (+ pewangi dan pelembut) sehingga

pakaian lebih mudah disetrika.

Selain praktis, deterjen ini pun memiliki keunggulan, yaitu

berbahan baku MES (metil ester sulfonat) yang merupakan surfaktan

ramah lingkungan (biodegradable) sehingga tidak menimbulkan

pencemaran air.

Secara finansial Mo-GENT merupakan investasi yang

Dari berbagai keunggulan diatas, maka MO-GENT merupakan

sebuah produk yang berpotensi untuk dikembangkan. Dengan strategi

valuasi dan komersialisasi yang tepat, maka produk ini akan dikenal dan

digunakan oleh masyarakat luas, sehingga dapat mendukung dan

memudahkan kegiatan mencuci, baik dalam rumah tangga maupun untuk

bepergian.

56

Page 57: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

DAFTAR PUSTAKA

Adami, I dan F. Moretti. 1996. Drying and agglomeration processes for

traditional and concentrated detergent ponders. In: Soap and Detergent: A

Theotritical an Practical Review. Spitz, L. (Ed.). Champaign, Illinois :

AOAC Press.

Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jilid 2. Ed. Ke-

3.Terjemahan : A. H. Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.

George T. Austin. 1996. Industri Proses Kimia. Edisi ke-5. Jilid 1. Penerbit

Erlangga : Jakarta.

Gupta, S. Dan Wiese, D. 1992. Soap, Fatty Acid, and Synthetic Detergent. Di

dalam Riegel’s Handbook of Industrial Chemistrty. Ninth ed. James A

(ed). New York : Van Nostrand Reinhold.

Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. Vol. 3. . United State :

A Wiley -Interscience Publication. John Wiley & Sons, Inc.

INFORM. 1998. Additives to Improves Performance. INFORM 9 (10): 925 –

935.

Hart, Harold. 1998. Kimia Organik. Edisi ke Enam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Luis, S. 1994. Soap and Detergents ; A Theoretical and Practical Review. New

York : AOCS Press.

Mac Arthur, B.W., B. Brooks, W. B. Sheats and N.C. Foster. 1998. Meeting

Challenge of Methylester Sulfonation. USA : Chemithon Corp.

Matheson, K. L. 1996. Formulation of Household and Industrial Detergents.

Dalam soap and Detergents : A Theoterical and Practical Review. Spitz,

L. (Ed). Champaign, Illinois : AOCS Press.

Moechtar, Drs. Apt. 1989. Farmasi Fisika (bagian larutan dan sistem dispersi).

Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Myers, D. 2006. Surfactant Science and Technology. 3rd edition. New Jersey :

Jhon Wiley and Son, Inc.

Permono. Ajar. 2002 . Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

57

Page 58: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Pore, J. 1993. Oils and Fat Manual. Andover, Uk, Paris, New York : Intercept

Ltd.

Porter, M.R. 1997. Anionic Detergent. Di dalam Lipid Technologies and

Applications. Frank D.G and Ferd B.P (Ed.). New York : Marcel Dekker

Inc.

Ralp, J. Fessenden. 1982. Kimia Organik, Edisi ke empat, Jilid II, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik, (stereokimia, karbohidrat, lemak, dan

protein). Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Schwartz, A.M. 1958. Surface Aktive Agents and Detergents. New York :

Interscience Publisher, Inc.

Sheats,W B. and B.W. Mac Arthur. 2002. Methyl Ester Sulfonate Products. The

Chemithon Corporation. http://www.chemithon.com.

Suryani, A, I. Sailah, dan E. Hambali. 2002. Teknologi Emulsi. Bogor :

Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB.

Watkins, C. 2001. All Eyes are on Texas. Inform 12 : 1152-1159

58

Page 59: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Lampiran 1. Rincian Biaya Bahan Baku

59

Biaya Bahan Baku Produksi per hari : 1000 kemasanProduksi per bulan : 30.000 kemasanRendemen MES cair ke serbuk = 60%

No. Bahan-bahanKebutuhan/

hariKebutuhan

/bulanHarga Satuan

Biaya/bulan Biaya/tahun

1 Bahan BakuSurfaktan MES (kg) 17,6 528,00 20.000,00 10.560.000,00 126.720.000,00Builder 10 300,00 4.000,00 1.200.000,00 14.400.000,00Filler 1,8 54,00 3.000,00 162.000,00 1.944.000,00Bleaching Agent dan Activator 5,4 162,00 7.000,00 1.134.000,00 13.608.000,00Aditif 3,6 108,00 25.000,00 2.700.000,00 32.400.000,00Asam Bikarbonat 5,4 162,00 30.000,00 4.860.000,00 58.320.000,00

2 KemasanAlumunium 750 22.500,00 600,00 13.500.000,00 162.000.000,00Kaleng 2000 60.000,00 2.000,00 120.000.000,00 1.440.000.000,00

1.849.392.000,00TOTAL

Page 60: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Lampiran 2. Rincian Biaya Tenaga Kerja

60

No. DeskripsiJumlah (orang)

Gaji/bulan Total Gaji/bulan Gaji/tahun Tunjangan Total Gaji/tahun

1 Direktur Utama 1 4.000.000,00 4.000.000,00 48.000.000,00 1.000.000,00 49.000.000,002 Manager Produksi 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,003 Manager Pemasaran 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,004 Manager HRD, Personalia, dan Umum 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,005 Manager Logistik 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,006 Manager Keuangan 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,007 Manager QC 1 2.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 400.000,00 24.400.000,008 Staf Produksi 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,009 Staf Pemasaran 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,00

10 Staf HRD, Personalia, dan Umum 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,0011 Staf QC 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,0012 Staf Logistik 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,0013 Staf Keuangan 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,0014 Akunting dan Administrasi 2 1.000.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 250.000,00 24.250.000,0015 Sekretaris 1 800.000,00 800.000,00 9.600.000,00 200.000,00 9.800.000,0016 Petugas Keamanan 3 500.000,00 1.500.000,00 18.000.000,00 150.000,00 18.150.000,0017 Cleaning Service 3 300.000,00 900.000,00 10.800.000,00 100.000,00 10.900.000,0018 Supir 2 500.000,00 1.000.000,00 12.000.000,00 150.000,00 12.150.000,00

Subtotal 30 34.200.000,00 410.400.000,00 5.750.000,00 416.150.000,00

1 Operator 6 750.000,00 4.500.000,00 54.000.000,00 150.000,00 54.150.000,002 Pekerja Gudang 2 500.000,00 1.000.000,00 12.000.000,00 100.000,00 12.100.000,00

Helper Produksi 4 500.000,00 2.000.000,00 24.000.000,00 100.000,00 24.100.000,00Pekerja Packing 3 500.000,00 1.500.000,00 18.000.000,00 100.000,00 18.100.000,00QC 2 700.000,00 1.400.000,00 16.800.000,00 175.000,00 16.975.000,00

17 2.950.000,00 10.400.000,00 124.800.000,00 625.000,00 125.425.000,0047 44.600.000,00 535.200.000,00 6.375.000,00 541.575.000,00

A. Tenaga Kerja Tidak Langsung

B. Tenaga Kerja Langsung

SubtotalTotal

Page 61: Makalah VKT Kelompok (Mogent)

Lampiran 3. Perhitungan Laba Rugi

61

1 2 3 4 51 Produk(kemasan) 360.000,00 396.000,00 435.600,00 479.160,00 527.076,002 Harga jual/kemasan (Rp) 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00

Total penerimaan 7.200.000.000,00 7.920.000.000,00 8.712.000.000,00 9.583.200.000,00 10.541.520.000,00

1 Biaya Tetap 476.336.200,00 476.336.200,00 476.336.200,00 476.336.200,00 476.336.200,002 Biaya Variabel 2.086.817.000,00 2.295.498.700,00 2.525.048.570,00 2.777.553.427,00 3.055.308.769,70

Total biaya operasi 2.563.153.200,00 2.771.834.900,00 3.001.384.770,00 3.253.889.627,00 3.531.644.969,704.636.846.800,00 5.148.165.100,00 5.710.615.230,00 6.329.310.373,00 7.009.875.030,30

695.527.020,00 772.224.765,00 856.592.284,50 949.396.555,95 1.051.481.254,55(3.941.319.780,00) 4.375.940.335,00 4.854.022.945,50 5.379.913.817,05 5.958.393.775,76

1,1215.937.885.723,75 TOTAL LABA 16.626.951.093,31

1,1416.626.951.093,31-3.941.319.780,00

4,220,088369779

7507408361876,85209

PPNilai BEPProduksi BEP

E. Laba BersihDF 12%NPVIRRJumlah PV Positif

Net B/CJumlah PV Negatif

TahunDeskripsiA. Penerimaan

B. Biaya Operasi

C. Laba KotorD. Pajak