Upload
lia-martina
View
53
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
CIRI DAN TUJUAN HIDUP SERTA TANGGUNG JAWAB MANUSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah umum yakni pendidilkan
agama islam
Disusun Oleh :
Lubna 111610101008
Avinandri Mantrasari 111610101032
Lulu Rosima Putri 111610101041
Chusna Sekar 111610101045
Lia Martina 111610101046
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah umum yakni Ciri. Tanggung jawab serta tujuan hidup manusia. Banyak sekali
hambatan yang kami alami dalam pembuatan makalah ini, tetapi berkat dukungan
dari berbagai pihak maka kami bersyukur pada akhirnya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak M. Itqon
Syauqi, S.Th.I selaku dosen pembimbing dan pengajar dalam mata kuliah pendidikan
agama ini yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan dan pengarahan
dalam menyelesaikan makalah ini di sela-sela kesibukan beliau.
Kamis juga berterimakasih kepada UPT Perspustakaan Uiversitas Jember
yang telah memberikan banyak bantuan dalam menyediakan buku-buku referensi dan
memberikan pinjaman, serta kakak tingkat dan juga teman-teman mahasiswa fakultas
kedokteran gigi angkatan 2011 serta seluruh teman-teman mahasiswa Universitas
jember yang telah banyak mendukung.
Tiada gading yang tak retak, bagitu pula kami sangat menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
sangat mangharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari, khususnya di kalangan
Universitas Jember.
Jember, Oktober 2012
Penyusun
PEMBAHASAN
A. Sifat dasar manusia dalam alquran
- pertama, manusia itu LEMAH
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)
- kedua, manusia itu GAMPANG TERPERDAYA
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)
- ketiga, manusia itu LALAI
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur 1)
- keempat manusia itu PENAKUT / GAMPANG KHAWATIR
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-
Baqarah 155)
- kelima, manusia itu BERSEDIH HATI
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-
benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka
akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62)
- keenam, manusia itu TERGESA-GESA
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11)
- ketujuh, manusia itu SUKA MEMBANTAH
“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi
pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)
- kedepalan, manusia itu SUKA BERLEBIH-LEBIHAN
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan
bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui
batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S
Yunus : 12)
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (Q.S
al-Alaq : 6)
- kesembilan, manusia itu PELUPA
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian
apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu
bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:
“Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8)
- kesepuluh, manusia itu SUKA BERKELUH-KESAH
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij : 20)
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa
malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-
Fushshilat : 20)
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan
apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83)
- kesebelas, manusia itu KIKIR
“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.”
(Q.S. Al-Isra’ : 100)
- keduabelas, manusia itu SUKA MENGKUFURI NIKMAT
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai
bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf : 15)
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada
Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)
- ketigabelas, manusia itu DZALIM dan BODOH
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ”
(Q.S al-Ahzab : 72)
- keempatbelas, manusia itu SUKA MENURUTI PRASANGKANYA
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (Q.S Yunus 36)
- kelimabelas, manusia itu SUKA BERANGAN-ANGAN
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin)
seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?”
Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan
menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh
angan-angan kosongsehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah
ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)
B. Tanggung jawab manusia menurut islam
a. Definisi Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab timbul karena telah
diterima wewenang. Tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu
antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Jadi tanggung jawab
seimbang dengan wewenang. Manusia diserahi tugas hidup yang
merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-
Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.
b. Tanggung jawab manusia
Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an),
maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang
wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan
yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban
terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya,
sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi.
Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya
dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”. Kedudukan manusia di muka bumi
sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang
bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan.
Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang
menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri
setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka
akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur
jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin:
4) yang artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya” Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap
semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh
karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia
sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna. Manusia dapat
memilih dua jalan (baik atau buruk), tetapi ia sendiri yang harus memper
tanggung-jawabkan perbuatannya. Manusia tidak membebani orang lain
untuk memikul dosanya, tidak juga orang lain dipikulkan keatas
pundaknya. Tetapi dalam AL-Quran surat Al-An’am ayat 164 dinyatakan
bahwah tanggung jawab tersebut akan dimintai pertanggung jawaban
apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu,seperti
pengetahuan,kemampuan, serta kesadaran. Dan seorang yang berdosa
tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan menyiksa
sebulum kami mengutus seorang rasul (QS Al-Isra’ 17:15). Allah tidak
membebani seorang kecuali sesuai dengan kemampuannya(QS Al-
Baqarah 2:286). Dari gabungan kedua ayat diatas, kita dapat memetik dua
kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:
o Manusia tidak dimintai untuk mempertanggung jawabkan apa
yang tidak diketahui atau tidak mampu dilakukannya.
o Manusia tidak dituntut untuk mempertanggung jawabkan apa
yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya.
Disisi lain, ditemukan ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertanggung
jawaban tersebut berkaitan dengan perbuatan yang disengaja, bukan gerak
refleks yang tidak melibatkan kehendak Allah.
Al-Quran secara tegas menyatakan:
Allah tidak akan meminta pertanggung-jawabanmu atas sumpah-sumpah
yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta pertanggung-
jawabanmu terhadap apa yang disengaja dengan hatimu (QS Al-Baqarah
2:225). Tetepi jika seseorang terpaksa, sedangkan ia tidak
menginginkannya, dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya.(QS Al-Baqarah 2:173). Dapat juga disimpulkan, bahwa karena
manusia diberi kemampuan untuk memilih, maka pertanggung-jawaban
berkaitan dengan niat dan kehendaknya. atas dasar itu pula, maka niat dan
kehendak seseorang mempunyai peran yang sangat besar dalam nilai amal
sekaligus dalam pertanggung-jawabanya.
Macam-macam tanggung jawab:
a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
sendiri manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup,
kemudian mati. Agar manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai
pengisi fase kehidupannya itu maka manusia tersebut atas namanya sendiri
dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya dari masing-
masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan
hidupnya di dunia sebagai makhluk Tuhan. Contoh: Manusia mencari makan,
tidak lain adalah karena adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar
dapat melangsungkan hidupnya.
b. Tanggung jawab terhadap kelurga.
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-
anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. setiap anggota
keluarga wajib bertanggung-jawab kepada keluarganya. Tanggung-jawab itu
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan
kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Untuk memenuhi
tanggung-jawab dalam keluarga diperlukan pengorbanan.
c. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai
dengan kedudukan sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia
lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga
dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang lain
agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah
apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung-jawabkan
kepada masyarakat.
d. Tanggung-jawab terhadap Bangsa dan Negara.
Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga
negara suatu Negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah-laku
manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh
Negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunnya sendiri. Bila perbuatan
manusia itu salah, maka ia harus bertanggung-jawabkan kepada Negara.
e. Tanggung-jawab terhadap Tuhan.
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung
jawabmelainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung
jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas
dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera
diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia
masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan kutukan.
Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka
meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap
Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya,
manusia perlu pengorbanan.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-
hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang
tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar
batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan
peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia
diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa
yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba
allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang
menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim
sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling
rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan
ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu
kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin : 54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari
ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang
manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35)
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain
melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa
yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak
Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan
saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum
mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi
manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya
tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu
Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang
kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?
Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri
Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia
adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara
yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting
Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak
pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara
memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata
Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat
terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus
dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia
Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang
menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah
namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang
melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling
mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat
malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang
diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan
peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan
keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran
itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang
harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil
yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri,
barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari
seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia
berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain
tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam
kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun
sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah
menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.
C. Tujuan hidup manusia
Tujuan Hidup menurut pendapat filosofer :
a. Aristoteles : “Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan
(eudaimonia).”
Secara sederhana, pendapat yang dikemukakan oleh filosofer tersebut
memang ada benarnya. Seperti yang kita ketahui, di zaman yang sudah
dikenal dengan era globalisasi ini manusia lebih cenderung mencari
kebahagiaan dan cenderung menghindari kesedihan atau kesusahaan. Jika
memang mencari kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Salah satu yang
sering dianggap dapat mewujudkan kebahagiaan secara mutlak adalah jika
mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Karena itu tak jarang kita melihat
sekian banyak orang berlomba-lomba mendapatkan ketiga hal yang mendasar
tersebut. Pada akhirnya terjebak dalam gaya hidup hedonis bahkan menjadi
hamba dunia.
Tujuan Hidup menurut Islam :
Sedangkan menurut Islam, Islam mempunyai konsep yang lebih sempurna
dan jelas tentang tujuan hidup manusia ini. Allah SWT berfirman dalam Al
Quran:
ا (٥٦) َو�َم� ُت� َل�ْق َّن َخ� اْلِج� َو�اإلْنَس� ِإ�الْل�َي�ْعُب�ُد�َوِن�
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (Adz Dzariaat [51] : 56).
“Hai manusia, beribadahlah kepada Robbmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS. al-Baqoroh [2]:
21)
Ini adalah hal yang paling mendasar dalam konsep Islam tentang
tujuan hidup manusia. Yaitu tidak lain manusia diciptakan untuk beribadah
kepada Allah SWT. Dan manusia seharusnya tidak terjebak dengan tujuan-
tujuan dan pemuasan duniawi. Karena kehidupan di dunia ini hanyalah
sementara ( tidak kekal ) dan sesungguhnya kehidupan akhiratlah yang
merupakan suatu kehidupan yang benar-benar hidup ( kekal/abadi ).
Di zaman sekarang ini, banyak orang menafsirkan dan memaknai kebahagiaan
adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti mendapatkan harta, kekuasaan
atau kedudukan. Sudah semakin banyak orang yang melupakan apa arti
sesungguhnya dari kebahagiaan itu sendiri. Makna kebahagiaan menurut
Islam, kebahagiaan berarti kembalinya manusia kepada Allah atas dasar
ridlaNya. “Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un). Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan hidup
manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Dan tujuan akhirnya adalah
untuk mendapatkan kebahagiaan. Ibadah yang dimaksud disini mempunyai
cakupan arti yang luas. Tidak hanya sebatas ibadah yang kita kenal. Yaitu,
shalat, zakat, shaum, dan haji. Secara sederhana dapat kita pahami, segala
sesuatu yang diniatkan lillahi ta’la dan tidak melanggar syariat maka ia
bernilai ibadah, inysa Allah. Yang sangat menarik di sini ternyata ibadah tidak
hanya bekerja secara sepihak. Akan tetapi mempunyai timbal balik bagi
manusia itu sendiri. Ibadah bukan hanya semata-mata kewajiban kita sebagai
seorang hamba kepada Sang Penciptanya.Ibadah mempunyai efek psikis yang
menjadi tujuan hidup dalam kacamata filsafat, yaitu ketenangan.Jika kita
benar-benar telah ikhlas dan benar-benar memahami hakikat ibadah itu
sendiri. Kita akan merasakan ketenangan setiap kali kita selesai menunaikan
ibadah. Artinya ibadah apapun itu bukan semata-mata gerak tubuh dalam
ritual khusus. Juga bukan semata menunaikan kewajiban. Rasulullah saw
bersabda, “Berdirilah Bilal, maka nyamankan kami dengan sholat” (H.R Abu
Dawud). Dalam riwayat lain “Wahai Bilal dirikanlah sholat (maksudnya
kumandangkanlah adzhan untuk panggilan sholat wajib) nyamankan kami
dengannya (denganshalat)." Dari hadis tersebut jelas menggambarkan
bahwasanya sholat (ibadah) membawa kenyamanan bagi yang
menunaikannya. Bahkan ketika ia meniggalkannya maka ia akan merasa
sedih. Sebaliknya ketika ia menunaikannya ia akan merasa bahagia.
KESIMPULAN
1. Manusia sebagai makhluk Allah SWT pada hakekatnya memiliki sifat
dasar menurut Al quran yakni lemah, gampang menyerah, lalai,
penakut/gampang khawatir, bersedih hati, tersesa-gesa, suka membantah,
suka berlebih-lebihan, pelupa, suka berkeluh kesah, kikir, suka
mengkufuri nikmat, dzalim dan bodoh, suka menuruti prasangka, suka
berangan-angan
2. Selain memliki sifat dasar manusia juga memiliki tanggung jawab dan
tujuan hidup. Tanggung jawab manusia meliputi tangung jawab sebagai
makhluk Allah SWT, tanggung jawab terhadapterhadap diri sendiri dan
tanggung jawab terhadap makhluk lain yang juga merupakan ciptaan
Allah
DAFTAR PUSTAKA
Ahzami, Samiun Jazuli. 2006. Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an. Alih bahasa, Sari Narulita; Miftahul Jannah, dkk. Jakarta : Gema Insani.
Disarikan dari kajian shubuh Mabit Ashabul Quran Masjid Salman ITB, 16 Muharram 1431dalam http://taufiqsuryo.wordpress.com/2010/01/01/15-sifat-manusia- dalam-al-quran/
Sumber :http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/11/22/lv2h9a-apa-yang-kita-cari-di-dunia-ini