28
MAKALAH CIRI DAN TUJUAN HIDUP SERTA TANGGUNG JAWAB MANUSIA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah umum yakni pendidilkan agama islam Disusun Oleh : Lubna 111610101008 Avinandri Mantrasari 111610101032 Lulu Rosima Putri 111610101041 Chusna Sekar 111610101045 Lia Martina 111610101046

makalah.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah.doc

MAKALAH

CIRI DAN TUJUAN HIDUP SERTA TANGGUNG JAWAB MANUSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah umum yakni pendidilkan

agama islam

Disusun Oleh :

Lubna 111610101008

Avinandri Mantrasari 111610101032

Lulu Rosima Putri 111610101041

Chusna Sekar 111610101045

Lia Martina 111610101046

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: makalah.doc

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk melengkapi salah satu tugas mata

kuliah umum yakni Ciri. Tanggung jawab serta tujuan hidup manusia. Banyak sekali

hambatan yang kami alami dalam pembuatan makalah ini, tetapi berkat dukungan

dari berbagai pihak maka kami bersyukur pada akhirnya dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak M. Itqon

Syauqi, S.Th.I selaku dosen pembimbing dan pengajar dalam mata kuliah pendidikan

agama ini yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan dan pengarahan

dalam menyelesaikan makalah ini di sela-sela kesibukan beliau.

Kamis juga berterimakasih kepada UPT Perspustakaan Uiversitas Jember

yang telah memberikan banyak bantuan dalam menyediakan buku-buku referensi dan

memberikan pinjaman, serta kakak tingkat dan juga teman-teman mahasiswa fakultas

kedokteran gigi angkatan 2011 serta seluruh teman-teman mahasiswa Universitas

jember yang telah banyak mendukung.

Tiada gading yang tak retak, bagitu pula kami sangat menyadari bahwa

dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami

sangat mangharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah

ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari, khususnya di kalangan

Universitas Jember.

Jember, Oktober 2012

Penyusun

Page 3: makalah.doc

PEMBAHASAN

A. Sifat dasar manusia dalam alquran

- pertama, manusia itu LEMAH

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)

- kedua, manusia itu GAMPANG TERPERDAYA

“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)

terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)

- ketiga, manusia itu LALAI

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur  1)

- keempat manusia itu PENAKUT / GAMPANG KHAWATIR

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan

Page 4: makalah.doc

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-

Baqarah 155)

- kelima, manusia itu BERSEDIH HATI

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang

Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-

benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka

akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada

mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62)

- keenam, manusia itu TERGESA-GESA

Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk

kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11)

- ketujuh, manusia itu SUKA MEMBANTAH

“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi

pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)

- kedepalan, manusia itu SUKA BERLEBIH-LEBIHAN

Page 5: makalah.doc

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam

keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan

bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),

seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)

bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui

batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S

Yunus : 12)

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (Q.S

al-Alaq : 6)

- kesembilan, manusia itu PELUPA

“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon

(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian

apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan

kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk

(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu

bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:

Page 6: makalah.doc

“Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;

sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8)

- kesepuluh, manusia itu SUKA BERKELUH-KESAH

“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij : 20)

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-

Fushshilat : 20)

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya

berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan

apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83)

- kesebelas, manusia itu KIKIR

“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-

perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,

karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.”

(Q.S. Al-Isra’ : 100)

- keduabelas, manusia itu SUKA MENGKUFURI NIKMAT

Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai

bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar

pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf  : 15)

Page 7: makalah.doc

sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada

Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)

- ketigabelas, manusia itu DZALIM dan BODOH

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat

itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu

oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ”

(Q.S al-Ahzab : 72)

- keempatbelas, manusia itu SUKA MENURUTI PRASANGKANYA

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.

Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai

kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka

kerjakan.” (Q.S Yunus 36)

- kelimabelas, manusia itu SUKA BERANGAN-ANGAN

Page 8: makalah.doc

“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin)

seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?”

Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan

menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh

angan-angan kosongsehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah

ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)

B. Tanggung jawab manusia menurut islam

a. Definisi Tanggung jawab

Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab timbul karena telah

diterima wewenang. Tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu

antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Jadi tanggung jawab

seimbang dengan wewenang. Manusia diserahi tugas hidup yang

merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-

Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas

kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta

pengelolaan dan pemeliharaan alam.

b. Tanggung jawab manusia

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu

hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an),

maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang

wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang

mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan

yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban

terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya,

sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi.

Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu

tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya

Page 9: makalah.doc

dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan

menambah kerugian mereka belaka”. Kedudukan manusia di muka bumi

sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang

bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan.

Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang

menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri

setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka

akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur

jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin:

4) yang artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya” Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap

semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh

karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat

memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia

sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna. Manusia dapat

memilih dua jalan (baik atau buruk), tetapi ia sendiri yang harus memper

tanggung-jawabkan perbuatannya. Manusia tidak membebani orang lain

untuk memikul dosanya, tidak juga orang lain dipikulkan keatas

pundaknya. Tetapi dalam AL-Quran surat Al-An’am ayat 164 dinyatakan

bahwah tanggung jawab tersebut akan dimintai pertanggung jawaban

apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu,seperti

pengetahuan,kemampuan, serta kesadaran. Dan seorang yang berdosa

tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan menyiksa

sebulum kami mengutus seorang rasul (QS Al-Isra’ 17:15). Allah tidak

membebani seorang kecuali sesuai dengan kemampuannya(QS Al-

Baqarah 2:286). Dari gabungan kedua ayat diatas, kita dapat memetik dua

kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:

o Manusia tidak dimintai untuk mempertanggung jawabkan apa

yang tidak diketahui atau tidak mampu dilakukannya.

Page 10: makalah.doc

o Manusia tidak dituntut untuk mempertanggung jawabkan apa

yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya.

Disisi lain, ditemukan ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertanggung

jawaban tersebut berkaitan dengan perbuatan yang disengaja, bukan gerak

refleks yang tidak melibatkan kehendak Allah.

Al-Quran secara tegas menyatakan:

Allah tidak akan meminta pertanggung-jawabanmu atas sumpah-sumpah

yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta pertanggung-

jawabanmu terhadap apa yang disengaja dengan hatimu (QS Al-Baqarah

2:225). Tetepi jika seseorang terpaksa, sedangkan ia tidak

menginginkannya, dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa

baginya.(QS Al-Baqarah 2:173). Dapat juga disimpulkan, bahwa karena

manusia diberi kemampuan untuk memilih, maka pertanggung-jawaban

berkaitan dengan niat dan kehendaknya. atas dasar itu pula, maka niat dan

kehendak seseorang mempunyai peran yang sangat besar dalam nilai amal

sekaligus dalam pertanggung-jawabanya.

Macam-macam tanggung jawab:

a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

sendiri manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup,

kemudian mati. Agar manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai

pengisi fase kehidupannya itu maka manusia tersebut atas namanya sendiri

dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada tanggung jawab terhadap

dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya dari masing-

masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan

hidupnya di dunia sebagai makhluk Tuhan. Contoh: Manusia mencari makan,

tidak lain adalah karena adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar

dapat melangsungkan hidupnya.

b. Tanggung jawab terhadap kelurga.

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-

anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. setiap anggota

Page 11: makalah.doc

keluarga wajib bertanggung-jawab kepada keluarganya. Tanggung-jawab itu

menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan

kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Untuk memenuhi

tanggung-jawab dalam keluarga diperlukan pengorbanan.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai

dengan kedudukan sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia

lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga

dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang lain

agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah

apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung-jawabkan

kepada masyarakat.

d. Tanggung-jawab terhadap Bangsa dan Negara.

Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga

negara suatu Negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah-laku

manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh

Negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunnya sendiri. Bila perbuatan

manusia itu salah, maka ia harus bertanggung-jawabkan kepada Negara.

e. Tanggung-jawab terhadap Tuhan.

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung

jawabmelainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung

jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas

dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui

berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera

diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia

masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan kutukan. 

Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka

meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap

Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya,

manusia perlu pengorbanan.

Page 12: makalah.doc

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus

dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka

bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka

bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk

mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia

bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di

muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan

menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan

manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan

yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-

hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang

tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar

batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan

peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia

diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang

diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya

adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa

yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan

menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu

tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba

allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan

tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang

menciptakannya.

Page 13: makalah.doc

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim

sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat

tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling

rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya”.

FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah

sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.

Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan

ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu

kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah

ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin : 54)

belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari

ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang

manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.

3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35)

Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain

melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa

yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak

Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan

saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum

Page 14: makalah.doc

mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi

manusia yang amat terbatas pikirannya.

Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya

tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu

Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang

kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?

Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.

Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri

Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia

adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara

yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting

Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.

Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak

pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara

memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata

Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat

terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.

Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus

dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia

Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang

menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah

namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang

melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling

mulia dimata Tuhan.

“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat

malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang

diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”

Page 15: makalah.doc

Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan

peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan

keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran

itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang

harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil

yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri,

barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari

seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia

berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain

tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam

kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun

sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah

menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.

C. Tujuan hidup manusia

Tujuan Hidup menurut pendapat filosofer :

a. Aristoteles : “Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan

(eudaimonia).”

Secara sederhana, pendapat yang dikemukakan oleh filosofer tersebut

memang ada benarnya. Seperti yang kita ketahui, di zaman yang sudah

dikenal dengan era globalisasi ini manusia lebih cenderung mencari

kebahagiaan dan cenderung menghindari kesedihan atau kesusahaan. Jika

memang mencari kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Salah satu yang

sering dianggap dapat mewujudkan kebahagiaan secara mutlak adalah jika

mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Karena itu tak jarang kita melihat

sekian banyak orang berlomba-lomba mendapatkan ketiga hal yang mendasar

tersebut. Pada akhirnya terjebak dalam gaya hidup hedonis bahkan menjadi

hamba dunia.

Page 16: makalah.doc

Tujuan Hidup menurut Islam :

Sedangkan menurut Islam, Islam mempunyai konsep yang lebih sempurna

dan jelas tentang tujuan hidup manusia ini. Allah SWT berfirman dalam Al

Quran:

ا (٥٦) َو�َم� ُت� َل�ْق َّن َخ� اْلِج� َو�اإلْنَس� ِإ�الْل�َي�ْعُب�ُد�َوِن�

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku." (Adz Dzariaat [51] : 56).

“Hai manusia, beribadahlah kepada Robbmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS. al-Baqoroh [2]:

21)

Ini adalah hal yang paling mendasar dalam konsep Islam tentang

tujuan hidup manusia. Yaitu tidak lain manusia diciptakan untuk beribadah

kepada Allah SWT. Dan manusia seharusnya tidak terjebak dengan tujuan-

tujuan dan pemuasan duniawi. Karena kehidupan di dunia ini hanyalah

sementara ( tidak kekal ) dan sesungguhnya kehidupan akhiratlah yang

merupakan suatu kehidupan yang benar-benar hidup ( kekal/abadi ).

Di zaman sekarang ini, banyak orang menafsirkan dan memaknai kebahagiaan

adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti mendapatkan harta, kekuasaan

atau kedudukan. Sudah semakin banyak orang yang melupakan apa arti

sesungguhnya dari kebahagiaan itu sendiri. Makna kebahagiaan menurut

Islam, kebahagiaan berarti kembalinya manusia kepada Allah atas dasar

ridlaNya. “Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (Inna

lillahi wa inna ilaihi raji’un). Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan hidup

manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Dan tujuan akhirnya adalah

Page 17: makalah.doc

untuk mendapatkan kebahagiaan. Ibadah yang dimaksud disini mempunyai

cakupan arti yang luas. Tidak hanya sebatas ibadah yang kita kenal. Yaitu,

shalat, zakat, shaum, dan haji. Secara sederhana dapat kita pahami, segala

sesuatu yang diniatkan lillahi ta’la dan tidak melanggar syariat maka ia

bernilai ibadah, inysa Allah. Yang sangat menarik di sini ternyata ibadah tidak

hanya bekerja secara sepihak. Akan tetapi mempunyai timbal balik bagi

manusia itu sendiri. Ibadah bukan hanya semata-mata kewajiban kita sebagai

seorang hamba kepada Sang Penciptanya.Ibadah mempunyai efek psikis yang

menjadi tujuan hidup dalam kacamata filsafat, yaitu ketenangan.Jika kita

benar-benar telah ikhlas dan benar-benar memahami hakikat ibadah itu

sendiri. Kita akan merasakan ketenangan setiap kali kita selesai menunaikan

ibadah. Artinya ibadah apapun itu bukan semata-mata gerak tubuh dalam

ritual khusus. Juga bukan semata menunaikan kewajiban. Rasulullah saw

bersabda, “Berdirilah Bilal, maka nyamankan kami dengan sholat” (H.R Abu

Dawud). Dalam riwayat lain “Wahai Bilal dirikanlah sholat (maksudnya

kumandangkanlah adzhan untuk panggilan sholat wajib) nyamankan kami

dengannya (denganshalat)." Dari hadis tersebut jelas menggambarkan

bahwasanya sholat (ibadah) membawa kenyamanan bagi yang

menunaikannya. Bahkan ketika ia meniggalkannya maka ia akan merasa

sedih. Sebaliknya ketika ia menunaikannya ia akan merasa bahagia.

Page 18: makalah.doc

KESIMPULAN

1. Manusia sebagai makhluk Allah SWT pada hakekatnya memiliki sifat

dasar menurut Al quran yakni lemah, gampang menyerah, lalai,

penakut/gampang khawatir, bersedih hati, tersesa-gesa, suka membantah,

suka berlebih-lebihan, pelupa, suka berkeluh kesah, kikir, suka

mengkufuri nikmat, dzalim dan bodoh, suka menuruti prasangka, suka

berangan-angan

2. Selain memliki sifat dasar manusia juga memiliki tanggung jawab dan

tujuan hidup. Tanggung jawab manusia meliputi tangung jawab sebagai

makhluk Allah SWT, tanggung jawab terhadapterhadap diri sendiri dan

tanggung jawab terhadap makhluk lain yang juga merupakan ciptaan

Allah

Page 19: makalah.doc

DAFTAR PUSTAKA

Ahzami, Samiun Jazuli. 2006. Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an. Alih bahasa, Sari Narulita; Miftahul Jannah, dkk. Jakarta : Gema Insani.

Disarikan dari kajian shubuh Mabit Ashabul Quran Masjid Salman ITB, 16 Muharram 1431dalam http://taufiqsuryo.wordpress.com/2010/01/01/15-sifat-manusia- dalam-al-quran/

Sumber :http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/11/22/lv2h9a-apa-yang-kita-cari-di-dunia-ini