Upload
vathur
View
260
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
1/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia
merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki
akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-
ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di
Makkah menjurus kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan danpenghayatan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya
melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam
mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Bilal bin Rabah tidak
berganjak imannya walaupun diseksa dan ditindih dengan batu besar di tengah
padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh
iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan
jelas bahawa pendidikan akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar
mereka dapat mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman
globalisasi yang penuh dengan cabaran dalam segenap penjuru terutamanya internet
dan teknologi maklumat yang berkembang dengan begitu pesat sekali.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan aqidah ?
- Bagaimana aqidah yang benar dalam Islam ?
- Apa manfaat dari aqidah Islam ?
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
2/21
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia
adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut
terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan
buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pokok utama.
Pertama: Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada
kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas.
Kedua: Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan
seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau
diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah
itu ada dua, Pertama: Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah
yang benar. Kedua: Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah
SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya
ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti
Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka
amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna
yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya: "Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya." Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama Aqidah Secara
Etimologi Aqidah berasal dari kata 'aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa
yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan "Dia mempunyai aqidah yang benar"
berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah Secara Syara' Yaitu
iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
3/21
3
Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga
sebagai rukun iman. Syari'at terbagi menjadi dua: i'tiqadiyah dan amaliyah.
I'tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti
i'tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya,
juga beri'tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok
agama). Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara
amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini
disebut far'iyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas i'tiqadiyah. Benar dan
rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i'tiqadiyah. Maka aqidah yang
benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal.
Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: "Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan
janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-
Kahfi: 110) "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Az-Zumar: 65)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar: 2-3) Ayat-ayat di
atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak
diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Shallallaahu alaihi
wa Salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang
didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan
meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah
Subhannahu wa Ta'ala: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu', ." (An-
Nahl: 36) Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: "Wahai
kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya." (Al-A'raf: 59,
65, 73, 85) Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu'aib dan
seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi'tsah- Nabi Shallallaahu alaihi
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
4/21
4
wa Salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu
merupakan landasan bangunan Islam. Para da'i dan para pelurus agama dalam setiap
masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai
dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak
kepada seluruh perintah agama yang lain.
B. Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka
kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan
karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin
kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya
yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara
ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan
adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang
menguasai Aqidah Islamiyah adalah:
Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik
bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan
suka maupun duka.
Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang
rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati.
Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap
kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda
antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata,
antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi
Allah SWT.
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
5/21
5
C. Aqidah Islam: Persoalan Tertinggi dalam Hidup
Sebelumnya datangnya Islam bangsa Arab adalah bangsa yang tidak
diperhitungkan di mata dunia. Namun, setelah Rasulullah saw datang dengan
risalah Islam mereka pun menjadi mulia dan terhormat; bukan hanya dari sisi
keperibadian mereka, namun juga negara dan peradaban yang mereka bangunkan.
Hal tersebut setidaknya tercermin dari pernyataan Umar bin al-Khaththab ra.:
Kami dulunya adalah kaum yang paling hina. Lalu Allah memuliakan kami dengan
Islam. Kerana itu, jika kami mencari kemuliaan selain dari apa yang dengannya Allah
telah muliakan kami maka Ia pasti menghinakan kami (HR al-Hakim; ia
mensahihkannya dan disepakati oleh ad-Dzahabi).
Berbeza halnya dengan umat Islam saat ini. Meski akidah Islam tetap ada pada
diri mereka, mereka masih mengalami kemunduran dalam berbagai bidang
kehidupan. Padahal mereka sesungguhnya adalah umat terbaik yang dikeluarkan
untuk manusia (lihat QS Ali Imran [3]: 110).
Salah satu penyebabnya adalah akidah Islam yang saat ini mereka anut tidak lagi
difungsikan sebagaimana mestinya. Hal tersebut setidaknya terlihat pada tiga hal.
Pertama: hilangnya ikatan akidah dengan pemikiran dan sistem Islam sehingga
akidah tersebut tidak produktif. Kedua: hilangnya hubungan antara akidah dengan
Hari Kiamat. Akibatnya, umat tidak berupaya agar kehidupan mereka diarahkan
untuk menggapai indahnya kehidupan syurga dan menjauhi pedihnya azab neraka
dengan berlomba-lomba meraih redha Allah SWT. Ketiga: akidah Islam juga tidak
lagi dijadikan sebagai pengikat ukhuwah di kalangan umat Islam sehingga merekaterpecah-belah dalam berbagai bangsa dan negara.
Lalu bagaimana caranya menjadikan umat Islam kembali bangkit dengan akidah
Islam yang mereka anut? Pertanyaan tersebut dapat ditemukan jawabannya dalam
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
6/21
6
Kitab Nizhm al-Islm bab Tharq al-imn karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
rahimahullah, yang akan ditelaah lebih lanjut dalam tulisan ini.
a) Asas Kebangkitan
Bab Tharq al-Imn dalam buku ini bermaksud menjelaskan bagaimana
membangkitkan umat Islam dari kemudurannya dengan cara yang benar.
Kebangkitan yang hakiki menurut Syaikh An-Nabhani bukanlah berupa kemajuan
dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, akhlak ataupun ketenteraan; namun
pada peningkatan taraf berpikir. Pemikiran menjadi hal utama kerana ia yang
menentukan baik-buruknya tingkah laku seseorang atau umat dalam menjalani
kehidupannya. Selain itu, kemajuan dalam bidang-bidang di atas dapat dengan mudah
diperoleh jika telah terjadi peningkatan taraf berpikir pada diri mereka. Namun
demikian, peningkatan taraf berpikir yang dimaksud bukan sekadar kerana adanya
perubahan dan peningkatan apa yang difikirkan, misalnya dari sekadar memikirkan
diri sendiri lalu meningkat dengan memikirkan keluarga atau umat manusia. Selama
peningkatan taraf berfikir tersebut tidak dibangun oleh satu pandangan hidup tertentu
maka perubahan yang dihasilkan tidak akan berkekalan kerana mudah berubah, tidak
mampu memberikan ketenangan hidup serta tidak dapat memecahkan berbagai
persoalan hidup manusia. Dengan demikian, orang tersebut tidak akan pernah
bangkit. Lalu pemikiran apa yang dapat membangkitkan manusia? An-Nabhani
menjelaskan bahawa pemikiran tersebut adalah akidah, yakni pemikiran yang
menyeluruh tentang:
Manusia, alam semesta dan kehidupan; apakah ketiganya diciptakan atau tidak.
Sebelum kehidupan; apakah ada pencipta atau tidak.
Setelah kehidupan; apakah ada Hari Kiamat atau tidak.
Hubungan manusia, alam dan kehidupan dengan sebelum dan setelah kehidupan;
jika memang ada pencipta, bagaimana hubungannya dengan manusia di dunia; jika
ada Hari kemudian, bagaimana hubungannya dengan kehidupan manusia di alam
ini.
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
7/21
7
Dengan cakupan pemikiran yang mendasar (assiyyah) dan menyeluruh
(syumliyyah) tersebut, maka akan dapat dibangun di atasnya berbagai pemikiran
cabang, yakni pemikiran dapat memberikan jawapan atas segala persoalan hidup
manusia sehingga manusia dapat mengalami kemajuan dan kebangkitan. Meski
demikian, pemikiran yang menyeluruh tersebut belum menjamin bahawa kebangkitan
yang dihasilkan adalah kebangkitan yang benar. Oleh kerana itu, pemikiran tersebut
harus memenuhi dua kriteria. Pertama: harus sesuai dengan akal sehingga seseorang
merasa puas dengan hujah (dalil) yang menjadi dasar pemikiran tersebut. Kedua:
sesuai dengan fitrah manusia, yakni harus dapat memenuhi naluri beragama (gharzah
at-tadayyun) pada diri manusia, yakni adanya sifat lemah dan terbatas pada dirinya
sehingga ia memerlukan pelindung dan pengatur. Dengan demikian maka pemikiran
tersebut mampu memberikan ketenangan pada dirinya. Agar pemikiran di atas dapat
memuaskan akal dan memenuhi naluri beragama pada diri manusia maka untuk
mencapainya harus ditempuh dengan proses berpikir secara jernih (al-fikr al-
mustanr). Proses berfikir yang jernih adalah proses berfikir yang mendalam (amq)
tentang suatu objek di atas, dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya, dan yang
berhubungan dengannya untuk mencapai hasil yang benar. Pentingnya proses berfikir
jernih tersebut kerana pemikiran yang akan diperoleh tersebut akan menjadi asas
kehidupan dan pandangan hidup sehingga ia memustahilkan adanya kesalahan sekecil
apapun. Kesalahan hanya mungkin terjadi pada pemikiran cabang yang berasal dari
asas tersebut.
b) Dalil Akidah
Kerana objek akidah di atas berkaitan dengan penetapan (itsbt) tentang
hakikat sesuatu secara pasti maka ia pun harus dilandasi oleh dalil yang menyakinkan
(qathi) sehingga apa yang diyakini tersebut memang sesuai dengan realiti. Oleh
kerana itu, akidah yang juga diistilahkan dengan iman didefinisikan sebagai at-
tashdq al-jzim al-muthbiq li al-wqi (pembenaran secara pasti yang sesuai dengan
realiti dan didasarkan pada dalil). Syaikh an-Nabhani kemudian menjelaskan
bagaimana akidah Islam dibuktikan dengan proses berfikir yang jernih dengan
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
8/21
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
9/21
9
diyakini. Untuk itulah diutus seorang rasul yang dibekali mukjizat sehingga setiap
orang yang menyaksikan mukjizat tersebut dengan proses berfikir yang jernih yakin
bahawa ia adalah utusan sang pencipta. Kehadiran seorang rasul juga merupakan cara
untuk memenuhi naluri pada manusia untuk beribadah kepada pencipta tersebut dan
adanya aturan yang mengatur dirinya yang penuh dengan kelemahan dan
keterbatasan.
Di dalam Islam, rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw dan
mukjizatnya adalah al-Quran. Al-Quran juga berfungsi sebagai petunjuk kepada umat
manusia tentang bagaimana menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan
Penciptanya, Allah SWT. Penetapan bahwa al-Quran berasal dari Allah juga dengan
menggunakan akal kerana terbukti tidak seorang pun yang dapat menandingi
kehebatan gaya bahasanya baik oleh orang Arab hatta Nabi Muhammad saw.
sekalipun.
Setelah terbentuk keyakinan terhadap al-Quran maka secara automatik seluruh
isi kandungannya akan diyakini; seperti keimanan terhadap para nabi dan rasul
sebelum Muhammad saw beserta kitab suci mereka, keimanan kepada Malaikat, dan
keimanan pada kehidupan setelah dunia ini, yakni Hari Kiamat. Dengan demikian,
terjawab sudah pemikiran tentang kehidupan setelah dunia, yakni akhirat, dan
hubungannya dengan kehidupan manusia di dunia, iaitu bahawa manusia akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan di dunia ini apakah sesuai
dengan aturan Allah SWT atau tidak. Bagi yang taat diganjarkan syurga, sementara
yang ingkar akan dibalas dengan siksa neraka.
c) Output
Kerana sifatnya yang mendasar dan menyeluruh serta diperoleh dengan proses
berfikir yang jernih sehingga memberikan pembenaran yang pasti, maka akidah Islam
merupakan landasan yang sangat kuat yang menghasilkan berbagai pemikiran cabang
dalam seluruh kehidupan manusia. Dengan kata lain, akidah Islam merupakan
landasan ideologi yang didefinisikan sebagai akidah yang diperoleh melalui proses
berfikir yang melahirkan sistem kehidupan. Dengan sifat tersebut, seseorang yang
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
10/21
10
meyakini akidah Islam akan tunduk pada seluruh hukum-hukum yang bersumber dari
akidah tersebut, yakni syariah Islam secara menyeluruh tanpa membezakan antara
satu dengan yang lain seperti antara solat dan Khilafah, zakat dan jihad fi sabilillah,
thaharah dan qishsh, dll. Seseorang yang meyakini akidah Islam yang benar akan
menjadikan akidah tersebut sebagai dasar bagi seluruh pemikiran (aqliyyah) dan
kejiwaan (nafsiyyah)-nya. Ia pun akan berupaya untuk menerapkan seluruh hukum-
hukum yang terpancar dari akidahnya dalam sebuah negara kerana metod
kebangkitan hanya dapat diraih dengan menerapkan suatu pemerintahan yang
berdasarkan akidah. Inilah yang terjadi pada bangsa Arab yang bangkit dengan Islam
yang dibawa oleh Rasulullah saw yang kemudian diterapkan pada suatu negara. Hal
ini sebagaimana yang terjadi pada Eropha dan Uni Soviet yang masing-masing
bangkit dengan idea sekularisme dan materialisme yang diterapkan dalam
pemerintahanmeski dua yang terakhir tidak menghasilkan kebangkitan yang benar,
kerana akidah yang dijadikan asas adalah akidah yang salah. Namun yang pasti, hal
tersebut menjadi bukti bahawa adanya akidah semata belum cukup untuk melahirkan
kebangkitan tanpa adanya negara.
D. Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam
seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang
tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan
penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya
penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya:
1) Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya
pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi
bahkan menentang aqidah yang benar.
2) Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah
yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan
menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang
artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
11/21
11
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."
3) Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi
yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila
tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4) Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang
sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara
dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena
menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia d9engan Allah.
Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai
ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah
dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan
para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya: "Dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr."
5) Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau
terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para
pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus
menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6) Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad
SAW telah memperingatkan yang artinya: "Setiap anak terlahirkan berdasarkan
fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya,
atau memajusikannya" (HR: Bukhari). Apabila anak terlepas dari bimbingan
orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang
menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
12/21
12
7) Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu
dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi
mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah
bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh
negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan
mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat
berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita,
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya: "Dan barangsiapa yang
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya: "Barangsiapa yang
mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan."
E. Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri
karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham,
kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan
para sahabat yang artinya berbunyi: "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -
pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah
karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari
dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
13/21
13
Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh
Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih
Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena
terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan
dalam karya mereka.
Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-
pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul
Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah
Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu
mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama
sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya:
Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin.
Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan
salaf.
F. Pentingnya Aqidah
"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69)
Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan
bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga
orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada
hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal
yang menciptakannya? Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan
selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya.
Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut
hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
14/21
14
semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul
Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu
Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di
Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul.
Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir
serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan
Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian
ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti
kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi
adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini
menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju
surga.
G. Sebab Timbulnya Konflik Masyarakat Beragama
Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat
dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat.
Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat
beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan
hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Pada bagian ini akan diuraikan
sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di
Indonesia dalam perspektif sosiologi agama. Hendropuspito mengemukakan bahwa
paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari
agama. Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti
konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat
hal, yaitu:
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpzhttp://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpz7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
15/21
15
Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-
masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari
benturan itu. Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang
ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan
penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat
(subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama
sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan
itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed
religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa
superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran
sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan
keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di
samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan
hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas
umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir
tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu
agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras. Karena
itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan
Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang
permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama
menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam
masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di
Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama
Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik
fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
16/21
16
yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa
yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan
Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah
kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa.
Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu
terjadinya konflik.
Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan
perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat
dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan
budaya modern. Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama
Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok
yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana
atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau
modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat
atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya
konflik antar kelompok agama di Indonesia.
Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat
agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan
agama. Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah
beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan
mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas diIndonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas
daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu,
di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami
kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
17/21
17
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanAkidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia
merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki
akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-
ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di
Makkah menjurus kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan dan
penghayatan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya
melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam
mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
B. SaranDengan adanya aqidah islam yang benar ini diharapkan bisa menjadi pedoman
untuk berbuat yang lebih baik dan sebagai penuntun hidup sesuai dengan sunah
Rasulullah SAW dan Al Quran.
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
18/21
18
DAFTAR PUSTAKA
- Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
- Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka
- Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung:
Rosdakarya.
- Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
- www. Perpustkaan-Islam.com
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
19/21
19
MAKALAH FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK ANTAR AGAMA
Di susun Oleh :
Nama : Yani Ayu W.
Kelas : XI AP 2
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
20/21
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah,
Faktor Terjadinya Konflik Antar Umat Beragama ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materimateri yang ada. Materi
materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam
belajar. Serta siswa juga dapat memahami nilainilai dasar yang direfleksikan dalam
berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu
menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar.
Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi
yang dimiliki,
7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK
21/21
21
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi . ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah .. 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian aqidah 2B. Faedah memepelajari aqidah .. 4C. Aqidah islam ... 5D. Bahaya penyimpangan pada aqidah 10E. Perkembangan aqidah . 12F. Pentingnya aqidah ... 13G. Sebab timbulnya konflik . 14
BAB III Penutup
A. Kesimpulan . 17B. Saran 17
Daftar Pustaka