86
MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU PILPRES 2019 DALAM ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH TEMPO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Faradhita Aushafiana Manaf NIM 11140510000078 JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M  

MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI

MENUJU PILPRES 2019 DALAM ILUSTRASI SAMPUL

MAJALAH TEMPO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Faradhita Aushafiana Manaf

NIM 11140510000078

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

 

Page 2: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI

MENUJU PILPRES 2019 DALAM ILUSTRASI SAMPUL

MAJALAH TEMPO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Faradhita Aushafiana Manaf

NIM 11140510000078

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

 

Page 3: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

 

Page 4: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

 

Page 5: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

 

Page 6: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

iv

ABSTRAK

Faradhita Aushafiana Manaf. Makna Kepemimpinan Islam Presiden Jokowi

Menuju Pilpres 2019 Dalam Ilustrasi Sampul Majalah Tempo

Setiap media memiliki kepentingan dan ideologi masing-masing. Hal ini

karena media ingin menciptakan realitas yang berasal dari realitas sosial dan juga

kultur yang ada di dalam masyarakat. Media menghasilkan produk-produk untuk

masyarakat sebagai cara untuk menyalurkan kepentingan media terhadap suatu

isu.

Hal tersebut seperti ditunjukan oleh Majalah Tempo yang menciptakan

kesadaran akan sebuah peristiwa yang memiliki keterkaitan satu sama lain melalui

ilustrasi sampul depan mengenai isu Pilpres 2019. Tampak bahwa Majalah Tempo

menerbitkan beberapa edisi terkait isu Pilpres 2019 di sepanjang tahun 2018.

Bahkan beberapa di antaranya juga menampilkan sosok Jokowi sebagai ilustrasi

sampul depan (cover) Majalah Tempo.

Melihat latar belakang di atas, tinjauan teoritis yang digunakan adalah

semiotika menurut Charles Sanders Peirce, yaitu dengan membedakan tanda atas

lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Apabila ketiga elemen makna

itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu

yang diwakili tanda tersebut. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk

merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya,

sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks

merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau

saling menghubungkan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah

ilustrasi sampul majalah Tempo edisi Agustus tahun 2018 yang menampilkan

sosok Presiden Jokowi terkait isu Pilpres 2019.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Majalah Tempo telah

menciptakan ideologi terhadap sosok kepemimpinan Jokowi terkait isu Pilpres

2019. Tampak ada kepentingan dibalik kesinambungan antara sampul depan

dengan laporan utama terkait isu Pilpres 2019 ini. Sebab, terlihat bahwa Tempo

sebenarnya ingin merespon adanya perubahan isu terhadap sosok kepemimpinan

Jokowi yang kini menjadi pro Islam melalui penandaan pada ilustrasi sampul

majalah edisi Agustus 2018.

Kata kunci: Konsep Kepemimpinan Dalam Islam, Semiotika, Majalah

Tempo

 

Page 7: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti diberikan kemudahan mulai

dari pembuatan proposal hingga penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

memberi pencerahan kepada umatnya, dari zaman zahiliyah menuju zaman penuh

ilmu seperti yang kita rasakan sekarang.

Alhamdulillah, peneliti telah menyelesaikan skripsi yang berjudul Makna

Kepemimpinan Islam Presiden Jokowi Menuju Pilpres 2019 Dalam Ilustrasi

Sampul Majalah Tempo sebagai tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, selain ucapan syukur yang dalam, saya juga mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief

Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed

Ph.D., M.A., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dra. Hj.

Roudhonah, M.Ag., serta wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr.

Suhaimi, M.Si.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah

menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing

peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas

bimbingan, ilmu, dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama

mengerjakan skripsi.

 

Page 8: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

vi

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang

namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti.

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis

untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Yang paling spesial untuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Anna

Febriana, S.Sos, dan Ayahanda Abdul Manaf, SE, serta saudara

kandung satu-satunya, kembaran penulis Faradhila Aushafiana Manaf

yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dukungan, doa

dan menjadi tempat berkeluh kesah sehingga akhirnya skripsi ini

selesai.

7. Segenap sahabat terdekat peneliti, Kurus Bareng (Ulfah Armanida,

Irna Syahputri, Fika Fensa, Nabilla Putri Maharani dan Angel Ibrahim)

dan teman terdekat peneliti, Aditya Agung Firmansyah dan Hilman

Rais, terima kasih telah memberikan semangat, perhatian dan

dukungan penuh terhadap peneliti, semoga kalian sukses kedepannya,

Aamiin.

8. Lembaga Otonom Dakwah dan Komunikasi Televisi (LO DNKTV)

yang telah memberikan ilmu jurnalistik dan broadcasting, serta

keahlian di bidang jurnalistik dan broadcasting, terima kasih kepada

General Manager DNKTV Bapak Dedi Fahrudin, M. I. Kom yang

telah memberikan ilmu tentang kepemipinan dan keorganisasian

selama peneliti aktif di DNKTV.

9. Teman-teman seperjuangan, DNKTV 5.0 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Terima kasih telah menyemangati satu sama lain dan

memberikan warna serta kenangan selama berorganisasi.

 

Page 9: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

vii

10. Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik satu organisasi DNKTV.

Terima kasih telah menjadi keluarga dan dan memberi pengalaman

serta kenangan selama berorganisasi.

11. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2014, terima kasih atas

waktu yang telah kita habiskan bersama di masa perkuliahan.

12. Teman-teman KKN Aksara 2017 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Terima kasih telah bekerjasama dan mengukir kenangan

bersama selama sebulan penuh di Desa Cibugel, Cisoka.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi

daam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka

dengan balasan yang setimpal.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan.

Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti

harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerangan bagi peneliti dan

bermanaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 4 Januari 2019

Faradhita Aushafiana Manaf

 

Page 10: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Batasan Masalah........................................................................................... 3

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 4

E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 4

F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10

A. Ideologi Media ........................................................................................... 10

B. Pemaknaan Dalam Cover ........................................................................... 16

1. Majalah ................................................................................................... 16

2. Sampul Majalah ...................................................................................... 18

3. Ilustrasi ................................................................................................... 21

4. Semiotika ................................................................................................ 22

5. Semiotika Komunikasi Visual ................................................................ 25

6. Semiotika Charles Sanders Peirce .......................................................... 29

C. Komunikasi Politik .................................................................................... 36

D. Kepemimpinan Dalam Pandangan Islam ................................................... 39

 

Page 11: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ix

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPO .......................................................... 46

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................................. 49

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 56

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 65

A. Kesimpulan ................................................................................................ 65

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN ......................................................................................................... 72

 

Page 12: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Semiotika Peirce, Saussure dan Barthes ..................................... 25

Table 2.2 Tiga Trikotomi Model Semiotik Peirce ...................................... 35

Tabel 4.1 Tanda-tanda dalam ilustrasi berdasarkan Klasifikasi Symbol… 50

Tabel 4.2 Tanda-tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Icon .......... 52

Tabel 4.3 Tanda dalam gambar berdasarkan Klasifikasi Index ................... 53

 

Page 13: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant (Triangle of Meaning) 31

Gambar 2.2 Struktur Triadik .......................................................................... 32

Gambar 4 Sampul Majalah Tempo Edisi 6-12 Agustus 2018 ........................ 49

 

Page 14: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk media massa yang dinikmati masyarakat dapat dikatakan

merupakan hasil dari produksi ideologi berdasarkan realitas sosial yang kemudian

menjadi realitas baru di masyarakat. Pengaruh kepentingan media menjadi salah

satu faktor munculnya ideologi media ini. Seperti pendapat Udi Rusadi yang

mengatakan bahwa secara teoritis dan filosofis, media bisa merepsentasikan

berbagai ideologi baik karena dimensi yang bersumber dari ketidaksadaran media

maupun ketidaksadaran sumber informasi media maupun karena dimensi bahasa.

Ideologi yang ada dalam media bisa merupakan proses reproduksi dari ideologi

yang ada dan bisa juga merupakan sebuah pertarungan ideologi kepentingan baik

politik, ekonomi maupun kultural. Dengan demikian, ideologi dalam media

mengandung arti bahwa dalam media dimuat berbagai macam ideologi di mana

media merupakan arena tempat berbagai ideologi dipresentasikan dan

didistribusikan, yang kemungkinan di antara ideologi saling berkonsentrasi atau

masing-masing berjuang untuk menjadi ideologi dominan.1

Ajang pemilihan umum, seperti Pilkada (Pemilihan Kepada Daerah), dan

terutama ajang Pilpres (Pemilihan Presiden) merupakan ajang yang ramai

dibicarakan oleh masyarakat, karena masyarakat merupakan fokus utama para

kandidat untuk diperebutkan hak pilihnya. Melihat bahwa Indonesia merupakan

Negara mayoritas muslim, untuk itu agama menjadi faktor utama dalam

menentukan calon pemimpin. Faktor itu yang kemudian membuat para kandidat

berlomba untuk menjadi pemimpin muslim yang layak dipilih. Berdasarkan pada

data Poltracking bulan Februari tahun 2018 dalam majalah Tempo edisi 4 Agustus

2018 bahwa faktor agama menduduki posisi pertama faktor yang paling

berpengaruh dalam memilih calon presiden dengan persentase sebesar 58,5%2

1 Dr. Udi Rusadi, M.S., Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.90 2 https://majalah.Tempo.co/read/155924/survei-membuktikan Diakses pada 27 Januari

pukul 21.04 WIB

 

Page 15: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

2

Aspek keislaman calon presiden Joko Widodo jadi sorotan sepanjang

kontes Pilpres 2019. Terlebih Jokowi pernah mendapat beberapa isu negatif

kampanye hitam, yaitu anti-Islam dan anti-ulama. Isu ini makin santer akibat

kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Kasus penistaan agama ini menimbulkan aksi besar-besaran yang disebut aksi

212. Aksi ini juga dikatakan sebagai gerakan oposan Presiden.

Berangkat dari isu tersebut, sepertinya Jokowi kini mulai mendekati

kelompok yang dulu menjadi oposan Presiden atau disebut dengan „kelompok

kanan‟, hal ini terlihat dari penentuan calon wakil presiden, Jokowi menggaet

Ma‟ruf Amin yang merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia, kemudian Jokowi

juga tampak banyak mengunjungi pondok pesantren menjelang Pilpres 2019, lalu

Jokowi juga menetapkan tanggal peringatan hari Santri. Langkah-langkah yang

dilakukan oleh Jokowi tersebut kemudian digunakan Jokowi untuk menepis isu

negatif terhadap dirinya yang diisukan anti-agama dan anti-ulama.

Melihat langkah-langkah tersebut menimbulkan perspektif bahwa Jokowi

kini mengambil kebijakan dengan mementingkan faktor Islam. Terlebih dengan

keputusan Jokowi memilih Ma‟ruf Amin daripada calon wakil presiden yang

cakap untuk menjawab tantangan zaman. Peran wakil presiden memang kurang

signifikan. Namun, dalam situasi krisis, wakil presiden sebenarnya juga bisa

menjadi sekondan bagi seorang presiden untuk mengatasi persoalan Negara.

Meskipun begitu, Jokowi ternyata masuk sebagai tokoh Islam dunia yang

berpengaruh, ini dikutip dalam media online BBC News yaitu Presiden Joko

Widodo kembali masuk dalam 500 Muslim paling berpengaruh di dunia versi

Royal Islamic Strategic Studies Center yang bermarkas di Amman, Yordania.3

Pemberitaan Jokowi menjelang Pilpres 2019 terus diterbitkan di sepanjang

2018 hingga memasuki 2019. Berbagai media memberitakan isu serupa. Tak luput

media cetak seperti majalah Tempo turut menyajikan berita terkait Pilpres 2019.

Bahkan isu tersebut menjadi ilustrasi sampul depan majalah Tempo. Berdasarkan

pengamatan peneliti dari bulan Januari hingga Agustus, ilustrasi sosok Jokowi

terkait dengan Pilpres 2019 muncul dalam sampul majalah Tempo di beberapa

edisi, yaitu; edisi 14 Januari 2018, edisi 4 Maret 2018, edisi 22 April 2018, edisi

3 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43797796 Diakses pada 27 Januari pukul 23.01

WIB

 

Page 16: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3

29 April 2018, edisi 3 Juni 2018, dan edisi 4 Agustus 2018. Selain menjadi

ilustrasi sampul majalah, sosok Jokowi terkait isu Pilpres 2019 juga menjadi

Laporan Utama di tiap edisi yang diterbitkan tersebut.

Isu agama yang melekat dalam ajang Pilpres ini, mendorong peneliti untuk

membongkar lebih dalam terkait makna sosok Jokowi sebagai pemimpin muslim.

Dalam isu ini, peneliti menaruh kecurigaan pada majalah Tempo, bahwa majalah

Tempo ingin menggiring pembaca untuk mengarah pada perubahan sikap

kepemimpinan Jokowi di kampanye Pilpres 2019 menjadi agamais demi

memperoleh banyak suara dari hak pilih muslim. Sebab, kini manuver politik

mulai terasa pada beberapa kelompok muslim yang tadinya oposan menjadi

sejalan dengan pemerintahan Jokowi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikatakan bahwa makna

citra kepemimpinan menjadi hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat

dalam ajang Pilpres, karena dapat mempengaruhi hak pilih masyarakat, terutama

dalam isu ini yaitu pemilih muslim, selain itu agar masyarakat juga tidak salah

tafsir dan tidak memperluas opini publik. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud

untuk mengetahui makna kepemimpinan Jokowi dengan mengacu pada konsep

pemimpin muslim. Untuk itu diperlukan pembahasan mendalam pada beberapa

edisi majalah Tempo, dan peneliti melakukan penelitian dengan judul: Makna

Kepemimpinan Islam Presiden Jokowi Menuju Pilpres 2019 Dalam Ilustrasi

Sampul Majalah Tempo.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih mendalam dan tidak meluas, maka peneliti hanya

membatasi penelitian pada ilustrasi sampul majalah Tempo edisi Agustus tahun

2018 yang menampilkan sosok Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yaitu

pada edisi 6 – 12 Agustus 2018. Selain itu, pemilihan edisi ini juga karena edisi

tersebut termasuk dalam edisi terbaru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang tertulis di atas, maka perumusan

masalah ini adalah:

 

Page 17: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

4

Bagaimana makna kepemimpinan presiden Jokowi pada ilustrasi sampul

majalah Tempo pada edisi 6 – 12 Agustus 2018 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian:

Mengetahui bagaimana makna kepemimpinan presiden Jokowi

pada ilustrasi sampul majalah Tempo pada edisi 6 – 12 Agustus 2018.

2. Manfaat Penelitian:

a. Manfaat Teoritis

1. Manfaat bagi Mahasiswa adalah menambah wawasan dan

pengetahuan lebih tentang media massa melalui majalah,

terutama untuk majalah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Tentu dalam sebuah ilustrasi sampul majalah

mengandung makna tersendiri yang perlu diketahui.

2. Manfaat bagi Universitas adalah semoga penelitian ini dapat

berguna dalam bidang kajian ilmu komunikasi, khususnya

media massa jurnalistik.

3. Manfaat bagi masyarakat adalah memberi wawasan mengenai

suatu makna pada ilustrasi sampul media cetak, agar tidak

terjadi kesalahan tafsir dalam melihat sebuah ilustrasi sampul

majalah.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam

penelitian serupa.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang dilakukan dalam penelitian ini adalah paradigma

konstruktivis yang bersifat subjectivist. Paradigma ini memiliki posisi

dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan.

Rancangan kontruktivis melihat pemberitaan media sebagai aktivitas

konstruksi sosial.4 Realitas sosial dipandang berdasarkan hasil

4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 3, (Jakarta: PT Raja

Grafindo), h.204

 

Page 18: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

5

konstruksi, bukan dari sesuatu yang natural. Peneliti menggunakan

paradigma konstruktivis karena ingin menginterpretasikan hasil

konstruksi dari permasalahan dalam penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang memusatkan pemikiran pada

prinsip-prinsip umum yang mendasari dalam dalam perwujudan sebuah

makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis

dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan

budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategori tertentu.5

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

kualitatif memusatkan pada perhatian pada gejala-gejala sosial yang ada

dalam masyarakat.6

3. Metode Penelitian

Menurut Sumbo, Peirce mengatakan, tanda dalam hubungan

dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon,

indeks, dan simbol.7

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah semiotika yang

bersifat kualitatif deskriptif sesuai dengan pendekatan kualitatif. Peneliti

mengunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce yang

menganggap semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang disebut

Triangle of Meaning, yaitu sign, object dan interpretant. Tanda

(representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain

dalam batasan-batasan tertentu dan mengacu pada sesuatu yang disebut

objek. Objek (Object) ialah sesuatu yang menjadi acuan, dapat mewakili

dan menggantikan sesuatu yang lain. Interpretasi (interpretant) ialah

pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda.8

5 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009) , h.23

6 Bogdan dan Biklen, Qualitative and Research for Education, an Introduction to Theory

and Methods (Boston: Allyn and Bacon. Inc, 1982), h.11 7 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.16-17

8 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12

 

Page 19: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

6

Menurut Charles Sanders Peirce, semiotika adalah tidak lain

daripada nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.

Berada dalam teks itu sendiri. Sebuah tanda mempunyai dua aspek yang

ditangkap oleh indra manusia yang disebut dengan signifier, bidang

penanda atau bentuk, dikatakan lebih lanjut bahwa penanda terletak pada

tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau

merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek,

dan sebagainya. Sedangkan aspek kedua disebut signified, bidang

petanda atau konsep atau makna, petanda terletak pada level of content

(tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan

ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna.9 Makna

yang diproduksi akan memberikan kontribusi di tiap unsur yang ada di

dalamnya.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah majalah Tempo sebagai pemuat

ilustrasi, sementara itu objek dari penelitian ini adalah ilustrasi dari

sampul majalah Tempo edisi April tahun 2018 yang menyajikan sosok

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkait pemberitaan menuju

Pilpres 2019. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada bulan Agustus ada

satu edisi di majalah Tempo yang menyajikan sosok Presiden Jokowi.

Judul pada ilustrasi sampul majalah Tempo yang akan diteliti, yaitu “Joko

Royo-royo. Dipersepsikan Tak Disokong Pemilih Muslim, Jokowi

Intensif Mendekati Ulama, Sebagian Tokoh Umat Lalu Berbalik Arah

(Edisi 6-12 Agustus 2018)”

5. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Juli hingga Desember 2018 dengan

mengamati produk majalah Tempo edisi Januari hingga Agustus 2018.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

9 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.11-13

 

Page 20: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

7

a. Dokumentasi

Dokumen adalah representasi dari arsip. Dokumen adalah

rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan.10

Dokumentasi juga bisa berupa data tertulis yang mengandung

keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang

masih aktual.11

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpukan data

yang berhubungan dengan penelitian berupa ilustrasi Presiden

Jokowi terkait Pilpres 2019 pada sampul majalah Tempo edisi

Agustus tahun 2018.

b. Studi Kepustakaan (Library Research)

Menurut Sarwono studi kepustakaan adalah mempelajari

berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang

sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai

masalah yang akan diteliti. Peranan studi kepustakaan sebelum

penelitian sangat penting sebab dengan melakukan kegiatan ini

hubungan antara masalah, penelitian-penelitian yang relevan dan

teori akan menjadi lebih jelas. Selain itu penelitian akan lebih

ditunjang, baik oleh teori-teori yang sudah ada maupun oleh bukti

nyata, yaitu hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan saran.12

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semiotika Charles Sanders Peirce, dimana studi semiotika mengambil

fokus penulisan pada seputar tanda, objek dan interpretasi.

8. Pedoman Penulisan

Pedoman dalam penulisan ini mengacu pada Keputusan Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

10

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004), h.97 11

Kunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, h.77 12

http://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-kepustakaan.html yang diakses

pada 2 Januari 2018 pukul 00.08

 

Page 21: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

8

F. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya terdapat penulisan yang berhubungan dengan semiotika

ilustrasi pada majalah dan menjadi insipirasi bagi penulis, yaitu:

1. Jurnal Online dengan judul “Citra Perempuan dalam Sampul Majalah

Popular pada No.301 Edisi November 2013” Vol 2-No.1, Februari 2015

oleh Yohanna Amanda, Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNRI.

2. Skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Kepemimpinan Presiden

Jokowi Pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra Tahun 2015” oleh Ahmad

Faathir, Mahasiswa bidang Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, yaitu penjabaran masalah yang

dibahas dalam penelitian ini, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, manfaat penelitian, landasan

teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Penulis menjelaskan serta menjabarkan isi penelitian yang

didapatkan dari studi kepustakaan dan teori yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu tinjauan umum tentang ideologi

media, majalah, sampul majalah, ilustrasi, semiotika,

semiotika komunikasi visual, semiotika Charles Sanders

Peirce, kepemimpinan dalam pandangan Islam, dan

komunikasi politik.

BAB III: GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Membahas profil Majalah Tempo yang saat ini merupakan

salah satu majalah berita di Indonesia. Sejarah berdirinya

Majalah Tempo, visi misi, dan susunan redaksional Majalah

Tempo.

 

Page 22: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

9

BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berupa hasil temuan dan data penelitian yang terkandung

pada ilustrasi sampul Majalah Tempo edisi 6 – 12 Agustus

2018.

BAB V: PEMBAHASAN

Bagian ini berisi analisis dan interpretasi sampul majalah

Tempo yang mengaitkan latar belakang, teori, dan

sebagainya.

BAB VI: PENUTUP

Pada bab terakhir skripsi ini berisi simpulan dan saran.

 

Page 23: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ideologi Media

Menurut Rulli Narullah, ideologi bisa diartikan sebagai sebuah ide dari

upaya-upaya pemaknaan terhadap realitas yang ada di sekitar khalayak.

Bagaimana makna itu beroperasi atas realitas dipengaruhi oleh sistem

kepercayaan kultural, sistem sosial, maupun aspek-aspek lainnya yang secara

utuh membentuk sudut pandang di dalam individu dan masyarakat. Di media,

ideologi sangat terlihat dari operasional media yang tidak terlepas dari

pengaruh internal maupun eksternal media1Raymond William

mengemukakan ada tiga definisi utama yang biasa digunakan, yaitu ideologi

sebagai sistem kepercayaan dari suatu kelompok atau kelas, ideologi sebagai

ilusi atau kesadaran palsu dan ideologi sebagai proses produksi makna.

Penjelasan definsi tersebut yaitu:2

a. Ideologi sebagai Sistem Kepercayaan

Pengertian pertama berasal dari para pakar psikologi yang

memandang ideologi sebagai pengorganisasian sikap sehingga menjadi

suatu bentuk atau pola yang koheren. Artinya, beberapa sikap mengenai

suatu objek yang satu sama lain terkait dan menjadi suatu kepercayaan

bersama, menjadi ideologi. Oleh karena itu, terbentuknya ideologi

ditentukan oleh kelompok atau masyarakat dan bukan hal yang spesifik

ditentukan individu tertentu.

b. Ideologi sebagai Ilusi atau Kesadaran Palsu

Ideologi dalam pengertian kedua yaitu sistem keyakinan yang

hanya menjadi sebuah ilusi, atau kesadaran palsu. Dalam pengertian ini

ideologi diciptakan oleh kelas yang berkuasa untuk melanggengkan

dominasinya terhadap kelompok kerja atau kelompok subordinat lainnya.

Caranya dengan melakukan pengendalian berbagai alat utama bagi para

1 Dr. Rulli Nasrullah,M.Si., Khalayak Media, Identitas, Ideologi, dan Perilaku pada Era

Digital, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), h.61 2 Dr. Udi Rusadi, M.S., Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.52-53

 

Page 24: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

11

pekerja yang tampak seperti alami dan seperti tampak suatu yang benar.

Dalam konteks ini, pihak yang berkuasa melakukan propaganda dan

memberikan “iming-iming” atau kebaikan, namun tidak pernah terwujud

sebagai kesadaran palsu.

c. Ideologi sebagai Proses Produksi Makna

Ideologi dalam konsep ketiga digunakan untuk menggambarkan

proses produksi makna. Dalam konteks ini sebagaimana pemikiran

Roland Barthes ideologi merupakan penanda yang memiliki makna

konotatif yang disebutnya retorika ideologi yang menjadi sumber

pemaknaan tataran kedua. Tataran pertama (first order signification)

ialah tahap pembentukan makna denotatif yang tahapannya melalui

interaksi antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Tataran

kedua (second order) merupakan tahapan pembentukan makna konotatif

dan mitos merupakan ideologi yang kegunaannya bisa diwujudkan.

Sama seperti pendapat Raymond William, pada definisi kedua yaitu

ideologi sebagai ilusi atau kesadaran palsu, Lukacs juga memiliki pandangan

yang sama terhadap pengertian ideologi sebagai kesadaran palsu, hal ini

didasari bahwa sesuatu itu benar jika sama dengan realitasnya. Apa yang ada

dalam realitas menjadi kebenaran bagi pikiran. Asumsi ini berimplikasi, jika

kenyataan merupakan rujukan kesadaran maka kesadaran adalah suatu yang

pasif dan tergantung pada realitas. Menurut Lukacs, kesadaran manusia

bersifat aktif, praktis dan dinamis membentuk suatu pemahaman. Antara

pemikiran dengan realitas tidak mutlak saling menentukan. Oleh karena itu,

ideologi juga bisa positif, karena pikiran bersifat dinamis.3

Sedangkan Thompson mencatat ada tiga arus utama teori yang

membahas ideologi. Pertama, ideologi sebagai sistem kepercayaan (ideology

as beliefe system). Mengutip pemikiran Martin Seliger, ideologi merupakan

aksi berorientasi pada satu set keyakinan yang mengorganisasi semua sistem.

Ideologi tidak hanya tentang keyakinan maupun penolakan (rejection), tetapi

juga sebagai nilai-nilai yang diejawantahkan, panduan, atau semacam

3 Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi, Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato Hingga

Bordieu, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003)

 

Page 25: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

12

pernyataan yang jelas dari norma moral kesadaran individu yang memberikan

legitimasi terhadap setiap aksi.

Kedua, ideologi sebagai rancangan rasional (ideology as rational

project). Teori ini meminjam pemikiran Alvin Gouldner yang memandang

ideologi bukan hanya sebagai objek potensial dalam ilmu sosial, melainkan

juga sebuah batasan yang berasal dari kelahiran simultan ideologi dan praktik

sosial baru atau masa-masa pencerahan sebagai respons akan kelahiran era

baru; dan sikap/sudut pandang yang mulai menggerus tradisi lama.

Kemunculan ideologi dalam konsepsi ini bisa dihubungkan dengan revolusi

dalam komunikasi, revolusi industri, dan bangkitnya kapitalisme.

Ketiga, ideologi sebagai relasi sosial (ideology as social relations)

dengan menggunakan pemikiran Paul Hirst bahwa ideologi bukan hanya

sebuah bentuk baku yang mucul dari relasi sosial. Pemikiran Hirst lebih pada

kritik terhadap pemikiran sosiolog Louis Althusser. Menurut Thompson,

ideologi merupakan hal yang heterogen dan kompleks yang tidak sekadar

dimunculkan menjadi dua aspek, seperti kapitalisme dan antikapitalisme.

Individu sebagai sebuah subjek kemudian tidak sekadar dilihat dalam level

fisik, tetapi ada entitas nonindividu lainnya, seperti lingkungan sekitar, pasar

modal, dan sekolah yang membuat relasi sosial menjadi nyata dari sekadar

pemikiran bahwa relasi tersebut sekadar imajinasi (imaginary relation).

Meski kritik Hirst lebih banyak pada aspek politik dan praktik hubungan

masyarakat-pemerintah, ideologi ditempatkan jauh dari sekadar dua sisi yang

saling berlawanan.4

McQuail berpendapat bahwa media merupakan sebuah institusi yang

lahir dalam kehidupan masyarakat secara sosiologis dan posisinya

dipengaruhi oleh perspektif mengenai masyarakat itu sendiri. Menurut teori

normatif, media memiliki hak dan tanggung jawab agar bisa memberikan

manfaat kepada individu dan masyarakat.5

4 Dr. Rulli Nasrullah,M.Si., Khalayak Media, Identitas, Ideologi, dan Perilaku pada Era

Digital, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), h.66-67 5 Denis McQuail, McQuail’s Mass Communications Theory. 6

th Edition, (Amsterdam: Sage

Publications, 2010)

 

Page 26: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

13

Jika merujuk pada Udi Rusadi, dalam media dimuat berbagai sajian

fakta atau opini ata juga ilusi dalam beragam bentuk bisa berbentuk berita,

iklan, drama, film, musik, atau talk show. Sumber dan pelaku atau aktor

dalam sajian tersebut bisa orang media atau orang-orang dari luar media.

Prosesnya bisa melalui aktivitas pencarian oleh media maupun melalui

aktivitas aktif dari sumber terhadap media. Apa yang disajikan media

mungkin sebuah realitas atau mungkin juga merupakan sebuah rangkaian

fiksi. Proses memediakan bahan baku isi media merupakan proses

representasi dari presentasi awal apakah sebuah realitas atau sebuah gagasan

atau fiksi. Dengan demikian, media telah menjadi arena untuk

merepresentasikan berbagai realitas atau gagasan atau fiksi.6

Sedangkan menurut Hall, untuk menjelaskan proses kerja sistem

representasi makna bisa dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu reflektif,

kesengajaan (intention), dan konstruksionis atau konstruktivisme. Berikut

penjelasan ketiga pendekatan tersebut:7

a. Pendekatan Reflektif

Fungsi bahasa ditempatkan sebagai cermin yang merefleksikan

realitas yang ada di depan cermin, jadi makna mengenai orang, benda

atau sebuah aktivitas sudah eksis di dunia melekat pada orang, benda

atau aktivitas tertentu. Cermin hanya merefleksikan realitas objek-objek

tadi sehingga orang yang melihat realitas melalui cermin tersebut menilai

sama dengan objek yang direfleksikannya.

b. Pendekatan Kesengajaan (intention)

Pendekatan yang memandang bahwa penulis atau pengarang atau

pihak yang memproduksi pesan dengan sengaja memberikan makna

tertentu. Dengan demikian, makna yang diterima atau dibaca adalah sama

dengan apa yang dimaksud oleh pembuatnya. Namun demikian, dalam

kenyataannya makna ungkapan melalui bahasa tidak bisa sepenuhnya

6 Dr. Udi Rusadi, M.S., Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.86 7 Stuart Hall, The Work of Representation in Stuart Hall (ed.) Representation: Cultural

Representations and Signifying Practices, (London: Sage Productions, 1997)

 

Page 27: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

14

dimonopoli atau harus selalu sesuai dengan makna pembuatnya sebagai

makna personal.

c. Pendekatan Konstruksionis atau Konstruktivisme

Sebagaimana pemahaman secara teoritis perspektif teori

konstruktivis, bahwa makna dalam bahasa tergantung pada konteks sosial

di dalam praktik bahasa itu sendiri. Setiap realitas yang tampil di

samping dunia materialnya ada dimensi simbolik, dan makna tidak

semata tergantung pada objek materialnya, tetapi juga tergantung fungsi

simboliknya, dan fungsi simbolik tersebut sangat tergantung pada

konteks sosial dan kulturnya.

Stuart Hall juga menambahkan bahwa terdapat dua fokus dalam kajian

media aspek ideologi dari paradigma kritikal, yaitu; (1) Produksi dan

transformasi diskursus ideologis yang diarahkan oleh teori-teori yang

berkaitan dengan aspek simbolik dan karakteristik bahasa dari diskursus

ideologis. Artinya, berusaha mengelaborasi ideologi yang ditemukan dalam

bahasa sebagai wahana artikulasi yang benar dan mutlak; (2) Konseptualisasi

ideologi dalam pembentukan lembaga sosial (social formation).

Udi Rusadi mengatakan bahwa secara teoritis dan filosofis, media bisa

merepsentasikan berbagai ideologi baik karena dimensi yang bersumber dari

ketidaksadaran media maupun ketidaksadaran sumber informasi media

maupun karena dimensi bahasa. Ideologi yang ada dalam media bisa

merupakan proses reproduksi dari ideologi yang ada dan bisa juga merupakan

sebuah pertarungan ideologi kepentingan baik politik, ekonomi maupun

kultural. Dengan demikian, ideologi dalam media mengandung arti bahwa

dalam media dimuat berbagai macam ideologi di mana media merupakan

arena tempat berbagai ideologi dipresentasikan dan didistribusikan, yang

kemungkinan di antara ideologi saling berkonsentrasi atau masing-masing

berjuang untuk menjadi ideologi dominan.8

Eriyanto berpendapat bahwa media berperan mendefinisikan bagaimana

realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas dijelaskan dengan cara

tertentu kepada khalayak. Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa

8 Dr. Udi Rusadi, M.S., Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.90

 

Page 28: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

15

melainkan juga aktor-aktor sosial. Dalam mendefinisikan realitas, fungsi

media dalam ideologi adalah sebagai mekanisme integrasi sosial. Media di

sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok dan mengontrol bagaimana nilai-

nilai kelompok itu dijalankan. Untuk mengintegrasikan masyarakat dalam tata

nilai yang sama pandangan atau nilai harus didefinisikan sehingga

keberadaannya diterima dan diyakini kebenarannya. Dalam hal ini media

dapat mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai kelompok

dan perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Perbuatan, sikap

atau nilai yang menyimpang tersebut bukan sesuatu yang alamiah (nature),

yang terjadi dengan sendirinya dan diterima begitu saja. Semua nilai dan

pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melainkan

dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut media secara aktif mendefinisikan

peristiwa dan realitas sehinga membentuk kenyataan apa yang layak, apa

yang baik, yang sesuai dan apa yang dipandang menyimpang.9

Terkait realitas, Rulli Nasrullah berperndapat bahwa dalam

mengkonstruksi realitas, pada kenyataannya media tidak sekadar

merepresentasikan realitas, tetapi sekaligus juga memproduksinya. Peristiwa

yang disampaikan kepada publik melalui media pada dasarnya merupakan

representasi yang dibentuk oleh (kepentingan) media yang dalam banyak

kasus media tidak menampilkan kenyataan apa adanya dari realitas suatu

peristiwa yang sesungguhnya terjadi di lapangan.10

Sedangkan Michel Foucault mengatakan bahwa istilah representasi

menunjuk pada bagaimana seseorang, kelompok, atau gagasan tertentu

ditampilkan dalam pembicaraan. Dalam konteks media massa, pembicaraan

adalah berita yang hadir dalam bentuk bahasa. Bahasa mempunyai

kemampuan untuk menghadirkan pemikiran melalui beberapa tahap yang

tersentral dalam proses representasi11

9 Umi Halwatis, Konstruksi Publikasi Nilai-Nilai Ideologi Dalam Pers (Media Massa),

Jurnal Online Dosen Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam STAIN Purwokerto, Vol. 2 No.

1 Januari-Juni 2014, h.173 10

Dr. Rulli Nasrullah,M.Si., Khalayak Media, Identitas, Ideologi, dan Perilaku pada Era

Digital, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), h.77 11

Michel Foucault, Order of Thing, Arkeologi Ilmu-Ilmu Kemanusiaan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h.89

 

Page 29: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

16

Menurut Ahmad Muttaqin, ideologi media massa yang takluk di bawah

cengkeraman kapitalisme membentuk sikap dan perilaku pekerja pers yang

memposisikan informasi semata-mata sebagai komoditas. Informasi tanpa

bobot komoditas dinilai jauh dari rasa ingin tahu (sense of curiosity). Padahal,

pemenuhan keingintahuan manusia itu pada umumnya sangat bergantung

kepada kemauan baik pengelola lembaga media massa dalam menyajikan

informasi. Ideologi kapitalistik yang saat ini menjadi kekuatan dominan

dalam industri media secara masif menjadi inti dari proses mobilisasi massa

ke arah konstruksi sosial yang berorentasi pada materialisme. Berita sebagai

produk utama media massa mengemas ideologi kapitalistik dalam bingkai

jurnalistik sehingga terkesan alamiah. Peristiswa atau realitas apapun yang

terliput media massa akan hadir kepada publik bukan dalam wujud apa

adanya tetapi telah terkonstruksi dalam wujud baru yang ideologis dan sarat

kepentingan kapital kelompok dominan.12

Bagi Eriyanto, media dapat menjadi sarana di mana suatu kelompok

mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Ini bukanlah

berarti media adalah kekuatan jahat yang secara sengaja merendahkan

masyarakat bawah. Proses bagaimana wacana mengenai bagaimana gambaran

masyarakat kelas bawah bisa buruk di media, berlangsung dalam proses yang

komplek. Proses marjinalisasi wacana itu berangsung secara wajar, apa

adanya, dan dihayati bersama. Khalayak tidak merasa dibodohi atau

dimanipulasi oleh media.13

B. Pemaknaan Dalam Cover

1. Majalah

Majalah yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta

dan peristiwa) secara lebih mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang

lebih lama. Majalah dapat diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan,

bulanan, bahkan dwi/triwulanan. Majalah terdiri atas: majalah umum

(untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang

12

Ahmad Muttaqin, Ideologi dan Keberpihakkan Media Massa, Jurnal Online Dosen

Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi STAIN Purwokerto, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2011 13

Acan Mahdi, Berita Sebagai Representasi Ideologi Media (Sebuah Telaah Kritis), Jurnal

Online Mahasiswa Bidang Ilmu Dakwah IAIN Pontianak, Vol. 9 No. 2 2015, h.211-212

 

Page 30: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

17

profesi/golongan/kalangan tertentu). Majalah dapat menjalani fungsi

memberi informasi, menghibur, atau mendidik. Halaman muka (cover)

dan foto dalam majalah diupayakan sebagai daya tarik.14

Menurut editor dari Project for Exellence in Journalism tahun

2004, bahwa Majalah sering menjadi pertanda dari perubahan. Ketika

perubahan besar sosial, ekonomi, atau teknologi mulai membentuk

kembali budaya, majalah sering menjadi media pertama yang bergerak,

dan struktur industri merupakan salah satu alasan. Tidak seperti surat

kabar, majalah merupakan yang paling tidak terikat pada wilayah

geografis tertentu, tetapi bukan berpusat pada kepentingan atau ceruk.15

Berdasarkan ENCYCLOPEDIA BRITANNICA: BRITANNICA.com

tahun 2000, terdapat sejumlah kategori majalah, yaitu; Majalah Umum,

Majalah-Majalah Berkualitas, Majalah Penerbangan (In-flight

Magazines), Majalah Berita, Majalah Kota, Majalah Religius, Majalah

Pria, Majalah Wanita, Shelter Magazine, Majalah Pertanian, Majalah

Olahraga, Jurnal Perdagangan, Majalah Perusahaan, Majalah Fraternal –

Organisasi Persaudaraan, Majalah Opini, Publikasi Alternatif dan

Majalah Khusus Lainnya.16

Majalah berita sendiri merupakan satu bentuk publikasi yang

mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan peliputan

mendalam (in-depth coverage) dan penulisan feature-mingguan personal,

majalah ini hendak menjangkau pembaca mingguan yang ingin mendapat

kedalaman pemberitaan dengan tingkat profesionalitas tertentu. Isi

majalah ininya kebanyakan ditulis dengan menggunakan pendekatan

feature. Majalah semacam ini tidak memberi banyak peluang bagi para

penulis cepat.

Fokus utama majalah berita adalah pada feature atau berita-feature

yang tidak terlalu menekankan ketepatan waktu–sudut pandang kapan–

tetapi lebih menekankan pada elemen berita lainnya seperti konsekuensi,

14

Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Ghalia Indonesia:2010). h.29-30 15

Apriadi Tamburaka, Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, (Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada, 2013), h.52 16

Septiawan Santana K, Jurnalisme KonTemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005). h.94

 

Page 31: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

18

kedekatan, human interest dan sudut pandang mengapa dan bagaimana

dari sudut peristiwa. Berita umumnya tampil dalam format feature. Akan

tetapi, jenis berita juga perlu dipertimbangkan dalam featurisasi ini. Isi

majalah berita sama dengan isi koran dan juga memuat feature-berita,

ringkasan berita, editorial, opini, laporan investigasi mendalam, sport,

dan berbagai informasi human interest lainnya. Gambar, seperti foto,

ilustrasi, kartun dan infografis juga dipakai.17

2. Sampul Majalah

Menurut Junaedhi, cover adalah lembaran kertas paling luar bagian

depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak.

Biasanya lebih tebal daripada kertas isi, dibuat berwarna warni, dan

dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian

pembaca. Karena orang tidak membaca seluruh dari isinya pada saat

membeli, maka peranan cover sering dianggap menampilkan citra dan

karakter perusahaan bersangkutan.18

Sedangkan menurut Ardianto dkk, cover adalah ibarat pakaian dan

aksesorisnya pada manusia. Cover majalah biasanya menggunakan kertas

yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya

cover suatu majalah sangat tergantung pada tipe majalahnya, serta

konsistensi atau keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri

khasnya.19

Jika merujuk pada John Morrish, sampul majalah adalah alat

penjualan yang paling menonjol dan berguna. Banyak publikasi yang

sangat baik yang rusak oleh ketidakmampuan jelas editor mereka untuk

sampai pada gaya sampul yang sesuai. Di sisi lain, sampul yang baik saja

tidak akan, dalam jangka panjang, menyimpan majalah tidak memadai.

Menemukan gaya sampul yang sesuai dan bertahan dengan itu dibuat

17

Tom E. Rolnicki, et, al., Pengantar Dasar Jurnalistik (Scholastic Journalism), (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h.305 18

Yohanna Amanda, Citra Perempuan dalam Sampul Majalah Popular pada No.310 Edisi

November 2013, Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNRI, Vol. 1 No.

2 Februari 2015, h.3-4 19

Retno Dyah Kusumastuti dan Marselin Diana, Analisis Semiotika Pada Cover Majalah

Tempo Edisi Tanggal 23 Februari-1 Maret 2015, Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UPN, Vol. 10 No. 2 2016, h.349

 

Page 32: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

19

tidak mudah oleh fakta yang tidak diragukan lagi bahwa sampul anda

adalah sesuatu yang setiap orang akan berpendapat, dari orang yang

datang untuk memperbaiki mesin fotokopi kepada direktur pengelola

anda. Sebagian besar pendapat ini sayangnya tidak ada hubungannya

dengan kenyataan. Survei ditemukan, sebagai contoh, pembaca lebih

memilih yang menarik, sampul yang menarik perhatian ke sampul yang

tidak menarik dan mereka tidak peduli dengan relevansi dari gambar ke

subjek. Mereka ingin mengetahui apa yang ada di majalah, penggunaan

garis sampul untuk tujuan ini. Tapi sebagian besar orang membeli

majalah biasa tidak memperdulikan sampulnya: secara spontan membeli

majalah yang tidak dikenal itu juga karena mereka akan pergi berlibur

atau, sedang berada dalam kasus judul spesialis, mereka menginginkan

itu sebagai referensi.20

Menurut Tom E. Rolnicki, salah satu ciri khas dari majalah berita

adalah desain sampulnya atau halaman 1 (satu). Berbeda dengan koran

siswa, yang biasanya menampilkan tiga atau lebih berita di halaman 1

(satu), majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus

utama. Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8,5 x 11

inci, menyebabkan fokus harus seperti itu, sebab jika dimuati tiga atau

empat berita, maka halaman itu akan tampak penuh dan padat.

Sampulnya mungkin berupa foto atau gambar lainnya. Sampul sering

juga dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di

dalam publikasi. Sering kali berita sampul (cover story) diletakkan di

halaman tengan atau dalam beberapa halaman liputan khusus yang tidak

berada di halaman awal. Pengenalan dan pengembangan berita sampul

dan fokus berita sebagai feature berita adalah dua ciri terpenting yang

membedakan majalah berita dari media berita lainnya.21

Ellen McCracken menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah

yaitu untuk membantu apa yang dibangun majalah tersebut dengan

melekatkan definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan foto

20

John Morrish, Magazine Editing, (New York: Routledge, 1996), h.166 21

Tom E. Rolnicki, et, al., Pengantar Dasar Jurnalistik (Scholastic Journalism), (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h.301

 

Page 33: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

20

atau ilustrasi. Kalimat, penekanan, warna, gambar visual, gambaran

tersembunyi dari karya yang dinikmati sampai pada posisi pada isi

sebuah majalah. Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari

sampulnya, tapi model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari

simbol yang ada pada sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat.

Sampul adalah hal yang paling penting dalam beriklan di dunia majalah,

dan lalu melalui perannya sebagai identitas daya, sistem semiotik, dan

kerangka. Hubungan saling memengaruhi dari fotografi, kata verbal, dan

teks yang berwarna dalam tiap sampul majalah menciptakan nilai yang

dimuat dalam pengertian kebudayaan tetapi bermaksud untu menarik

pengiklan dan meningkatkan penjualan. Sampul majalah menjalankan

peran sebagai pengenal aliran, sistem tanda, dan kerangka untuk meraih

hasil. Setiap peran yang dimainkan sangat dekat dengan hubungannya

dengan struktur komersial dari industri majalah dan akan menjadi

berbeda dengan tujuan majalah lain yaitu melakukan perubahan.22

Merujuk pada John Morrish, bahwa apa yang biasanya dikatakan

dalam penelitian adalah pembaca lebih memilih sampul yang kompeten

dari yang tidak kompeten. Sampul yang kompeten tidak akan terlihat

ramai. Itu akan terlihat cerah dan tidak suram. Itu akan memiliki angka

yang benar pada garis sampul, dan semua itu akan masuk akal.

Singkatnya, itu akan terlihat “benar”. Itu akan melekatkan kualitas

tertentu. Tapi kadang kualitas yang dicapai sebagian besar tidak relevan.

Sampul harus memiliki rasa percaya diri dan kekuatan dan harus

membenarkan semua keputusan estetika yang telah masuk ke dalam

penciptaannya. Tapi untuk sarana yang digunakan untuk mencapai efek

itu, hampir seperti itu, seperti kata William Goldman yang terkenal

tentang industri film, „tidak ada yang tahu apa-apa‟, tentu, setiap usaha

keras untuk mengikuti formula adalah salah arah.23

22

Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah

Gatra dan Tempo Tahun 2013, Skripsi Mahasiswa bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta September 2014, h.14 23

John Morrish, Magazine Editing, (New York: Routledge, 1996), h.167

 

Page 34: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

21

3. Ilustrasi

Menurut Adi Kusrianto, Ilustrasi secara harfiah berarti gambar

yang dipergunakan untuk mengilhami pembuat film untuk merealisir

sesuatu. Dalam desain grafis, ilustrasi merupakan subjek tersendiri yang

memiliki alur sejarah serta perkembangan yang spesifik atas jenis

kegiatan seni itu.24

Masih menurut Adi Kusrianto, definisi dari ilustrasi adalah seni

gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud

atau tujuan secara visual. Dalam perkembangannya, ilustrasi secara lebih

lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita,

tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong. Misalnya dalam majalah,

koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk macam-macam,

seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir ini

bahkan banyak dipakai image bitmap hingga karya foto.25

Menurut Tom E. Rolnicki, ilustrasi tidak hanya bisa dibuat oleh

staf. Staf bisa mencari seniman luar yang memiliki kemampuan beragam

untuk menambah presentasi visual. Mengizinkan illustrator membaca

berita atau teks akan bisa membuat mereka menciptakan ilustrasi yang

lebih relevan dengan isi berita. Bersama dengan presentasi headline yang

kuat, ilustrasi ini dapat menyegarkan dan menyenangkan. Menggunakan

berbagai macam bentuk ilustrasi juga akan memberi kejutan kepada

pembaca dan membuat isi lebih segar dan menarik. Ada banyak macam

ilustrasi dari kartun sampai karya artistik yang dapat dikordinasikan

dengan efektif dengan isi berita.26

Sedangkan menurut John Morrish, ilustrasi saat ini agak

ketinggalan zaman di majalah, yang memalukan karena dapat

memberikan sambutan perubahan kecepatan dan suasana hati.

Masalahnya adalah ilustrasi itu tidak netral: betapapun sulit atau agresif

seniman itu membuatnya, ilustrasi selalu memiliki udara yang lebih

24

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2009), h.110 25

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2009), h.140 26

Tom E. Rolnicki, et, al., Pengantar Dasar Jurnalistik (Scholastic Journalism), (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h.340

 

Page 35: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

22

„subjektif‟ daripada foto. Mereka memberi sepotong label sebagai fitur,

sebagai sesuatu yang didorong lebih oleh opinion dan analisis daripada

dengan reportase kaku. Mereka menciptakan efek jarak, membuat hal-hal

tampak tidak nyata. Tetapi mereka memiliki kegunaannya. Salah satu

jenis ilustrasi yang masih cukup banyak digunakan adalah karikatur,

yang merupakan cara yang baik untuk membuat „karakter‟ dari orang

yang diwawancara atau subjek profil yang mungkin agak hambar. Di sini

efeknya bisa bermacam-macam, mulai dari menyanjung hingga

mengherankan dan menghina, jadi seniman anda harus dipilih dengan

hati-hati.27

Adi Kusrianto berpendapat bahwa buku cerita dan majalah adalah

media yang membutuhkan ilustrasi.28

Ilustrasi tersebut akan

memudahkan pembaca untuk berilustrasi tentang tokoh atau cerita yang

ditulis dalam buku atau majalah. Adi juga menyebutkan beberapa fungsi

dari ilustrasi, yaitu:29

a. Memberikan gambaran tokoh atau karakter dalam cerita.

b. Menampilkan beberapa contoh item yang diterangkan dalam suatu

buku pelajaran (text book).

c. Memvisualisasi langkah-demi langkah pada sebuah instruksi dalam

panduan teknik.

d. Atau sekedar membuat pembaca tersenyum atau tertawa.

4. Semiotika

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan

segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya hubungannya

dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka

yang menggunakannya.30

27

John Morrish, Magazine Editing, (New York: Routledge, 1996), h.160-161 28

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2009), h.111

29

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2009), h.151-152 30

Rachmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006), h.263

 

Page 36: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

23

Semiotik sebagai ilmu berfungsi untuk mengungkapkan secara

keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun

nonverbal. Sebagai pengetahuan praktis, pemahaman terhadap kebenaran

tanda-tanda, khususnya yang dialami dalam kehidupan sehari-hari

berfungsi untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui efektivitas dan

efisiensi energi yang harus dikeluarkan.31

Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda.

Maka semiotika berarti ilmu yang mempelajari tentang tanda. Menurut

Piliang, semiotika adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur, jenis,

tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam

masyarakat.32

Menurut Preminger, ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial

atau masyarakat dan kebudayaannya itu merupakan tanda-tanda.

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi

yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.33

Menurut John Fiske, semiotika memiliki tiga wilayah kajian, yaitu:34

a. Tanda itu Sendiri

Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda

yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam

menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan

dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi

manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka

penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda

tersebut.

31

Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), h.105 32

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hypersemiotika: Kode , Gaya, dan Matinya Makna,

(Bandung: Matahri Pustaka, 2012), h.47 33

Pradopo, Rachmat Djoko, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h.119 34

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Penerj. Hapsari Dwiningtyas, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2014), h.66-67

 

Page 37: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

24

b. Kode-kode atau Sistem dimana Tanda-tanda di Organisasi

Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya,

atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang

tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.

c. Budaya Tempat Dimana Kode-kode dan Tanda-tanda

Beroperasi

Hal ini pada gilirannya tergantung pada penggunaan dari kode-

kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan membentuknya sendiri.

Tujuan analisis Semiotik yaitu upaya untuk menemukan makna

tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks,

iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat konstektual dan

bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda

merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana

pengguna tanda tersebut berada.35

Dapat dikatakan bahwa semiotik berguna untuk mengetahui apa

makna dibalik tanda-tanda yang tercipta dalam kehidupan manusia.

Menjelaskan bagaimana penafsiran arti dari tiap tanda yang muncul

dalam aktivitas manusia. Akankah faktor sosial dapat mempengaruhi arti

dari tanda-tanda tersebut.

Pemahaman semiotika sebagai ilmu dijelaskan ke dalam beberapa

teori oleh tokoh-tokoh terkenal, tiga di antaranya yaitu; Charles Sanders

Perice, Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes. Ketiga tokoh tersebut

memiliki karakter yang berbeda dalam pembahasan semiotika sebagai

ilmu. Perbedaan pemahaman dari ketiga tokoh tersebut dijelaskan

melalui tabel 2.1:

35

Rachmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006), h.264

 

Page 38: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

25

Tabel 2.1

Tabel semiotika Peirce, Saussure, dan Barthes

C.S Peirce F. De Saussure Roland Barthes

Sign (Tanda)

Object (Objek)

Interpretant (Interpretan)

Signifier (Penanda)

Signified (Pertanda)

Konotasi (Makna kultural)

Denotasi (Makna

sesungguhnya)

Mitos (Makna baru)

Kulturalis (Budaya) Linguistik (bahasa) Linguistik (bahasa)

5. Semiotika Komunikasi Visual

Semiotika visual (visual semiotics) pada dasarnya merupakan salah

sebuah bidang studi semiotika yang secara khusus menaruh minat pada

penyelidikan terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui

sarana indra lihatan (visual sense).36

Menurut Sumbo, Desain komunikasi visual adalah ilmu yang

mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang

diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah

elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf dan

tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna

menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada

target sasaran.37

Sedangkan menurut Adi Kusrianto, Komunikasi visual adalah

komunikasi menggunakan bahasa visual, di mana unsur dasar bahasa

visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah

segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan

arti, makna, atau pesan. Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan

visual:38

36

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.9 37

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.23 38

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2009), h.10

 

Page 39: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

26

a. Visual Language, yakni ilmu yang mempelajari bahasa visual.

Visualisasi, yakni kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan

informasi dalam bentuk visual.

b. Visualiser, yaitu orang yang pekerjaannya menangani masalah

visual atau mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam

suatu proyek desain.

c. Visual Effect membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu

keadaan atau kejadian yang sulit dilakukan manusia. Misalnya,

munculnya seekor dinosaurus atau monster lain yang luar biasa

besarnya, efek seolah-olah manusia sedang mendarat di sebuah

planet asing, dan sebagainya.

d. Visual Information adalah informasi melalui penglihatan,

misalnya lambaian tangan, senyuman, baju baru, mobil baru, dll.

e. Visual Litteracy, yaitu kumpulan atau daftar karya visual.

Warna juga berpengaruh dalam desain komunikasi visual. Berikut

merupakan makna warna dalam desain:39

a. Warna Merah

Makna dari warna merah sering dihubungkan dengan energi,

perang, kekuatan, tekad yang kuat, hasrat, dan cinta. Selain itu warna

merah mempunyai unsur emosional yang kuat. Warna ini tidak

hanya memiliki makna positif, namun juga bisa bermakna negatif

yaitu diindikasikan sebagai bahaya (tanda tegangan tinggi, rambu

lalu lintas, dll). Warna ini juga sangat mudah dilihat, itulah kenapa

warna ini sering digunakan sebagai tanda-tanda rambu lalu lintas,

tanda-tanda larangan, dan peralatan pemadaman api juga banyak

yang berwarna merah.

39

Achmad Basuki, Makna Warna dalam Desain, Presentasi Online Mahasiswa Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya

 

Page 40: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

27

b. Warna Coklat

Makna dari warna coklat yaitu melambangkan stabilitas dan

sering dihubungkan dengan hal-hal berbau kejantanan atau maskulin.

Sedangkan warna coklat kemerah-merahan sering dihubungkan

dengan musim panen dan gugur.

c. Warna Kuning

Makna Kuning sendiri adalah warna dari matahari terbit.

Sering dihubungkan dengan keceriaan, kebahagiaan, orang pandai,

dan energi. Warna kuning menghasilkan efek hangat,

membangkitkan kegembiraan, merangsang aktivitas mental, dan

membangkitkan energi. Warna ini juga sering dihubungkan dengan

nada peringatan. Dalam ilmu kelambangan, kuning diindikasikan

dengan kehormatan dan kesetiaan. Di sebagian kasus, kuning juga

sering dihubungkan dengan perasaan kecut hati/pengecut. Sedangkan

warna kuning kecokelatan melambangkan kebusukan, kerusakan,

penyakit dan rasa cemburu.

d. Warna Biru

Biru sendiri adalah warna langit dan lautan. Sering

dihubungkan dengan kedalaman dan stabilitas. Warna biru

melambangkan kepercayaan, kesetiaan, kebijaksanaan, kepercayaan

diri, kecerdasan, kepercayaan, kebenaran, dan surga. Warna ini juga

sering dihubungkan dengan kedamaian dan ketenangan. Dalam ilmu

kelambangan, warna biru digunakan untuk melambangkan kesalehan

dan ketulusan hati. Ketika biru dipadukan dengan warna hangat

seperti kuning dan merah, warna biru dapat melambangkan pengaruh

yang besar, dan rasa semangat. Sebagai contoh, biru-kuning-merah

adalah paduan warna yang pas untuk melambangkan „superhero‟.

e. Warna Hijau

Hijau sendiri adalah warna alam. Warna hijau melambangkan

pertumbuhan, harmoni, kesegaran, dan kesuburan. Hijau secara

emosional dapat berarti keamanan. Dalam ilmu kelambangan, hijau

 

Page 41: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

28

melambangkan pertumbuhan dan harapan. Sedangkan warna hijau

tua sering dihubungkan dengan uang, finansial, bank, ambisi,

ketamakan, dan kecemburuan.

f. Warna Hitam

Hitam sendiri adalah warna misterius yang dihubungkan

dengan ketakutan dan ketidaktahuan. Warna hitam melambangkan

kekuatan, elegan, formalitas/acara resmi, kejahatan, dan misteri.

Warna ini biasanya punya makna konotasi negatif. Tapi warna ini

merupakan kekuatan dan kekuasaan; juga sering dipakai untuk

menyampaikan kesan formal, elegan, dan bergensi (sepatu kulit

hitam, dasi hitam, Mercedes hitam, kacamata hitam). Dalam ilmu

kelambangan, warna hitam melambangkan dukacita.

g. Warna Putih

Warna putih sering dihubungkan dengan terang, kebaikan,

kemurnian, kesucian, dan keperawanan. Warna ini disarankan

sebagai warna „kesempurnaan‟. Warna putih berarti aman, murni,

dan bersih. Sebagai lawan dari warna hitam, putih biasanya

mempunyai makna konotasi yang positif. Warna putih dapat

melambangkan keberhasilan. Dalam ilmu kelambangan, putih

melambangkan kepercayaan dan kemurnian. Warna putih sangat

cocok dengan organisasi kemanusiaan. Malaikat juga biasanya

diimajinasikan memakai pakaian berwarna putih.

Menurut Umar Hadi, bahwa sebagai bahasa, desain komunikasi visual

adalah ungkapan ide dan pesan dari perancang kepada masyarakat yang dituju

melalui simbol-simbol berwujud gambar, warna dan tulisan. Ia akan

komunikatif apabila bahasa yang digunakannya itu mudah dimengerti oleh

khalayak sasarannya. Ia juga akan berkesan apabila dalam penyajiannya

tersebut terdapat suatu keunikan sehingga ia tampil secara istimewa, mudah

dibedakan dengan lainnya.40

40

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.32

 

Page 42: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

29

6. Semiotika Charles Sanders Peirce

Menurut Berger, Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya

semiotika (semiotics), baginya yang ahli filsafat dan logika, penalaran

manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat

bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika

dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.41

Kajian semiotik menurut Peirce yaitu penekanan pada logika dan

filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat. Yang dimaksud “tanda”

ini sangat luas, Peirce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon

(icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut:42

a. Lambang

Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya

merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional.

Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya konsensus

dari para pengguna tanda. Warna merah bagi masyarakat Indonesia

adalah lambang berani, mungkin di Amerika bukan.

b. Ikon

Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya

berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda

yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.

Patung kuda adalah ikon dari seekor kuda.

c. Indeks

Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya

timbul karena ada kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu

tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan

objeknya. Asap merupakan indeks dari adanya api.

Menurut Sumbo, Peirce mengatakan, tanda dalam hubungan

dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon,

indeks, dan simbol. Berikut penjelasan masing-masing tanda tersebut;43

41

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.11 42

Rachmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006), h.264 43

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.16-17

 

Page 43: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

30

a. Ikon

Tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula

dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama

dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan

Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat adalah ikon Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari

wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap

jempol Sultan adalah ikon dari ibu jari Sultan.

b. Indeks

Merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat

dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti.

Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak

telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati

tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan

seseorang yang menorehkan tanda tangan itu.

c. Simbol

Merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau

perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika

seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.

Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung

yang memiliki perlambangan yang kaya makna. Namun bagi orang

yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya,

Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.

Menurut Peirce, tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat

mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.44

Tanda akan selalu

mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek (denotatum).

Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi

bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi

interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima

tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap

44

Umberto Eco, A Theory of Semiotics, (Bloomington: Indiana University Press, 1979),

h.15

 

Page 44: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

31

dan pemahaman terjadi berkat Gorund, yaitu pengetahuan tentang sistem

tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan

Peirce terkenal dengan nama segi tiga semiotik.45

Menurut Sobur, Peirce berpendapat bahwa tanda “is something which

stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang

digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground.

Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam

hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar

hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan

dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.46

Teori segitiga atau triangle of meaning mengupas persoalan

bagaimanaa makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan

orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan antara tanda, objek, dan

interpretant digambarkan Peirce pada Gambar 2.147

Gambar 2.1

Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant (Triangle of Meaning)

Sign

Interpretant Object

Menurut Kris Budiman, relasi di antara representamen, objek, dan

interpretant ini membentuk sebuah struktur triadik, seperti pada Gambar 2.2

45

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h.12 46

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.41 47

Rachmat Kriyangtono, Teknis Praktis, Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis, Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:

Kencana, 2008), h.265-266

 

Page 45: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

32

Gambar 2.2

Struktur Triadik

Interpretant

Representamen Objek

Proses tiga-tingkat (three-fold process) di antara representamen,

objek, dan interpretant yang dikenal sebagai proses semiosis ini niscaya

menjadi objek kajian yang sesungguhnya dari setiap studi semiotika. Jika

interpretant, seperti dikatakan sebelumnya, tiada lain adalah tanda yang pada

gilirannya dapat berposisi sebagai representamen, di dalam struktur triadik

ini. Dengan kata lain, proses semiosis adalah sebuah rangkaian yang tidak

berujung pangkal, tanpa awal dan akhir: sebuah semiosis yang tanpa batas

(unlimited semiosis).48

Kris Budiman berpendapat, titik sentral dari semiotika Peirce adalah

sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi “menggantikan” (stands for) di

antara tanda dengan objeknya melalui interpretant, sebagaimana

dikemukakan sendiri oleh Peirce di dalam sebuah rumusannya yang terkenal,

representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi (perceptible) atau

material yang berfungsi sebagai tanda.49

Trikotomi pertama, berdasarkan representamen; Qualisign, Sinsign,

dan Legisign. Qualisign adalah suatu kualitas yang merupakan tanda,

walaupun pada dasarnya ia belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud

(embodied). Hawa panas yang kita rasakan pada tubuh di siang hari bolong di

dalam suatu ruangan, misalnya, adalah qualisign sejauh ia hanya “terasa”,

tidak/belum direpresentasikan dengan apa pun. Sinsign adalah suatu hal yang

ada (exist) secara aktual yang berupa tanda tunggal (diindikasikan lewat

48

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.74-76 49

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.74

 

Page 46: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

33

awalan sin-). Ia hanya dapat menjadi tanda melalui kualitas-kualitasnya

sehingga, dengan demikian, melibatkan sebuah atau beberapa qualisign.

Hawa panas yang kita rasakan tadi, apabila kemudian diungkapkan dengan

sepatah kata, panas, maka kata tersebut adalah sinsign. Sambil mengucapkan

kata itu, tangan kita mungkin secara spontan mengipas-ngipas. Gerakan

tangan mengipas-ngipas ini pun adalah sinsign yang merepresentasikan hawa

panas yang kita rasakan itu. Legisign adalah suatu hukum (law), seperangkat

kaidah atau prinsip yang merupakan tanda; setiap tanda konvensional

kebahasaan adalah legisign. Ungkapkan suatu hari yang panas adalah

legisign karena hanya dapat tersusun berkat adanya tata bahasa, khususnya

kaidah struktur frasa, di dalam bahasa Indonesia yang mengharuskan kata

benda (nomina) diletakkan mendahului kata sifat (adjektif) (N + Adj);

sementara di dalam bahasa Inggris, misalnya menjadi a hot day karena

adanya kaidah yang sebaliknya, yakni adjektif mendahului nomina (Adj +

N).50

Trikotomi kedua, berdasarkan objeknya; Ikon, Indeks, dan Simbol.

Ikon adalah tanda yang didasarkan atas “keserupaan” atau “kemiripan”

(resemblance) di antara representamen dan objeknya, entah objek tersebut

betul-betul eksis atau tidak. Akan tetapi, sesungguhnya ikon tidak semata-

mata mencakup citra-citra “realistis” seperti pada lukisan atau foto apa saja,

melainkan juga ekspresi-ekspresi semacam grafik-grafik, skema-skema, peta

geografis, persamaan matematis, bahkan metafora. Indeks adalah tanda yang

memiliki kaitan fisik, eksistensial, atau kausal di antara representamen dan

objeknya sehingga seolah-olah akan kehilangan kaakter yang menjadikannya

tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan. Simbol adalah tanda yang

representamennya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi

(unmotivated); simbol terbentuk melalui konvensi-konvensi atau kaidah-

kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara representamen dan objeknya,

yang oleh Ferdinand de Saussure dikatakan sebagai “sifat tanda yang arbiter”

(the “arbitrary character of the sign”).51

50

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.78-79 51

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.77-78

 

Page 47: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

34

Trikotomi ketiga, berdasarkan interpretannya; Rema (Rheme), Disen

(Dicisign), dan Argumen (Argument). Rema adalah suatu tanda kemungkinan

kualiatif (a sign of qualitative possibility), yakni tanda apa pun yang tidak

betul dan tidak pula salah. Sebuah huruf atau fonem yang berdiri sendiri

adalah rema, bahkan nyaris semua kata tunggal dari kelas kata apa pun, entah

kata kerja, kata benda, kata sifat, dan sebagainya adlah rema pula, kecuali

kata ya dan tidak atau benar dan salah. Tanda Disen atau dicisign adalah

tanda eksistensi aktual, suatu tanda faktual (a sign of fact), yang biasanya

berupa sebuah proposisi. Sebagai proposisi, disen adalah tanda yang bersifat

informasional seperti pada pernyataan Tom adalah seeokor kucing. Akan

tetapi, berbeda dengan rema, sebuah disen adalah betul atau salah, namun

tidak secara langsung memberi alasan mengapa begitu. Argumen adalah

tanda “hukum” (law) atau kaidah, suatu tanda nalar (a sign of reson), yang

didasari oleh leading principle yang menyatakan bahwa peralihan dari

premis-premis tertentu kepada kesimpulan tertentu adalah cenderung benar.

Apabila tanda disen Cuma menegaskan eksistensi sebuah objek, maka

argument mampu membuktikan kebenarannya. Contoh yang paling jelas dari

sebuah argument bisa dibaca pada silogisme:52

Semua kucing bermusuhan dengan tikus.

Tom adalah seekor kucing.

Maka, Tom kucing bermusuhan dengan Jerry tikus.

Piliang berpendapat bahwa model triadik Peirce memperlihatkan tiga

elemen utama pembentuk tanda, yaitu representamen (sesuatu yang

merepresentasikan sesuatu yang lain), objek (sesuatu yang direpresentasikan)

dan interpretant (interpretasi seseorang tentang tanda. Model triadik ini

diuraikan elemen-elemennya secara lebih detail pada Tabel 2.253

52

Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.81 53

Angga Satria Perkasa, Representasi Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Ilustrasi Sampul

Majalah Tempo Tahun 2016-2017, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Jakarta, 2017, h.51

 

Page 48: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

35

Peirce mengembangkan seluruh klasifikasinya itu berdasarkan tiga

kategori universal berikut.54

a. Kepertamaan (firstness)

Mode berada (mode of being) sebagaimana adanya, positif, dan

tidak mengacu kepada sesuatu yang lain. Ia adalah kategori dari perasaan

yang tak-terefleksikan (unreflected feeling), semata-mata potensial, bebas

dan langsung; kualitas yang terbedakan (undifferentiated quality) dan

tak-tergantung.

b. Keduaan (secondness)

Mencakup relasi pertama dengan yang kedua. Ia merupakan

kategori perbandingan (comparison), faktisitas (facticity), tindakan,

realitas, dan pengalaman dalam ruang dan waktu.

c. Ketigaan (thirdness)

Menghantar yang kedua ke dalam hubungannya dengan yang

ketiga. Ia adalah kategori mediasi, kebiasaan (habit), ingatan, kontinuitas,

sintesis, komunikasi (semiosis), representasi, dan tanda-tanda.

Tabel 2.2

Tiga Trikotomi Model Semiotik Peirce

Trikotomi Representamen Objek Interpretan

Kategori

Firstness Qualisigin Ikon Rheme

Otonom atau berdiri

sendiri

˗ Proper sign ˗ Kopi ˗ Class name

˗ Tanda

potensial ˗ Tiruan ˗ Proper name

˗ Kepertamaan ˗ Keserupaan ˗ Masih

Terisolasi Dari

Konteks

˗ Apa adanya ˗ Kesamaan

˗ Kualitas

54 Kris Budiman, Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:

Jalasutra, 2011), h.76-77

 

Page 49: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

36

Secondness Sinsign Indeks Dicent

Dihubungkan dengan

realitas

˗ Token ˗ Penunjukan Tanda eksistensi

aktual ˗ Pengalaman ˗ Kausal

˗ Perilaku

˗ Perbandingan

Thirdness

Legisign Simbol Argument

Dihubungkan dengan

aturan, konvensi,

atau kode

˗ Tipe ˗ Konvensi Gabungan dan

dua premis ˗ Memori ˗ Kesepakatan

˗ Sintesis

˗ Mediasi

˗ Komunikasi

C. Komunikasi Politik

Menurut Hafied Cangara, komunikasi politik dapat diartikan sebagai

suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap

aktivitas politik. Komunikasi memiliki pesan yang bermuatan politik,

sehingga untuk membedakan antara satu disiplin dengan disiplin lainnya

dalam studi ilmu komunikasi, terletak pada sifat atau isi pesannya.55

Sedangkan menurut Meadow dalam Nimmo tahun 2004 yang dikutip

dalam Hafied tahun 2016 membuat definisi bahwa “political communication

refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent

have been shaped by or have consequences for political system.” Di sini

Meadow memberikan tekanan bahwa simbol-simbol atau pesan yang

disampaikan itu secara signifikan dibentuk atau memiliki konsekuensi

terhadap sistem politik.56

Doris Gaber dalam tulisannya Political Language tahun 1981 yang

dikutip dalam Hafied tahun 2016 mengingatkan bahwa komunikasi politik

tidak hanya retorika, tetapi juga mencakup simbol-simbol bahasa, seperti

bahasa tubuh serta tindakan-tindakan politik, misalnya boikot, protes, dan

55

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.30 56

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.29

 

Page 50: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

37

unjuk rasa. Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat

dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-

simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau

kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau

cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang

menjadi target politik.57

Sasaran atau target politik daripada komunikasi politik menurut Hafied

adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam

bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan

umum. Sedangkan komunikator politik diperankan oleh partai politik, bahkan

lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif.58

1. Kampanye (Campaign)

Kampanye menurut Kotler dan Roberto dalam Hafied Cangara

tahun 2016 adalah “Campaign is an organized effort conducted by one

group (the change agent) which intends to persuade others (the target

adopters), to accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes,

practices and behavior”. Kampanye ialah sebuah upaya yang

diorganisasi oleh satu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk

memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau

membuang ide, sikap dan perilaku tertentu.59

Sedangkan menurut Richard A. Joslyn dalam Swanson tahun 1990

yang dikutip dalam Hafied tahun 2016, kampanye politik tidak ada

bedanya dengan sebuah adegan drama yang dipentaskan oleh para aktor-

aktor politik.60

Sama seperti pendapat Richard, kampanye sebagai adegan drama

juga dibahas oleh Deddy Mulyana dalam bukunya, yaitu pada

pembahasan kampanye politik sebagai teater, Deddy Mulyana

57

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.30 58

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.31-32 59

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.245 60

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.246

 

Page 51: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

38

mengambil satu paradigma dramaturgis Erving Goffman, dimana

menurut teori ini, manusia belajar memainkan berbagai peran dan

mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini,

menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan apa mereka, serta

mendefinisikan situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku

pun berlangsung dalam konteks identitas sosial, makna dan definisi

situasi tersebut.61

Peran tersebut yang kemudian Deddy Mulyana bahas lebih spesifik

dengan sebutan pengelolaan citra-diri, yaitu di dalam dunia politik,

terutama yang melibatkan elite politik, pengelolaan kesan ini lebih

dominan. Pada zaman Orde Baru, misalnya, sebagian pejabat sipil dan

militer mengenakan peci dan sorban (menjadi kyai dadakan) ketika

melakukan kunjungan silaturahmi ke pesantren-pesantren, menjelang

pemilu, untuk memperoleh dukungan politik (bagi Golkar).62

Menurut Nimmo dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Tjun

Surjaman, terdapat tuga tujuan kampanye berdasarkan konteks

antarpartai, yaitu; Pertama, ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan

alami pengikut suatu partai dan agar mereka memilih sesuai dengan

kesetiaan itu; kedua, ada kegiatan untuk menjajaki warga Negara yang

tidak terikat pada partai dan, menurut istilah Kenneth Burke untuk

menciptakan pengidentifikasi di antara golongan independen; ketiga, ada

kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk

mengalihkan kepercayaan dan nilai anggota partai, melainkan untuk

meyakinkan rakyat bahwa keadaan akan lebih baik jika dalam kampanye

ini mereka memilih kandidat dari partai lain.63

2. Kampanye Hitam – Kampanye Negatif

Menurut Hafied, kampanye hitam adalah kampanye yang

dilakukan oleh suatu pihak untuk menyerang lawannya dengan meniup

61

Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi, Membedah Visi dan Gaya

Komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.71 62

Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi, Membedah Visi dan Gaya

Komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.72 63

Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media, diterjemahkan oleh

Tjun Surjaman, (Bandung: Remadja Karya, 1989), h.219

 

Page 52: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

39

isu bohong, informasi yang sengaja diedarkan lebih banyak bohongnya

daripada benarnya. Kampanye hitam menurut Hukum Kekebalan

Momentum, “Black Campaign adalah suatu model atau perilaku atau

cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah,

mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang

dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai politik

atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya”.

Dalam hubungannya dengan pemilu presiden dan wakil presiden hampir

semua calon presiden diterpa isu kampanye hitam.64

D. Kepemimpinan Dalam Pandangan Islam

1. Teori Kepemimpinan

Menurut Kartono, teori Kepemimpinan adalah penggeneralisasian

satu seri perilaku pemimpin beserta konsep-konsep kepemimpinannya

dengan menampilkan latar belakang historis kemunculan pemimpin dan

kepemimpinan, sebab-musabab penampilannya di tengah khalayak

ramai, tipe dan gayanya, persyaratan kepemimpinan dan untuk menjadi

pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas- tugas pokok, dan etika

profesi kepemimpinan.65

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas

tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk

menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai satu

sasaran tertentu. Jadi, pemimpin itu harus memiliki satu atau beberapa

kelebihan, sehingga dia mendapat pengakuan dan respek dari para

pengikutnya, serta dipatuhi segala perintahnya.66

Sedangkan menurut Thohlah Hasan pemimpin adalah orang yang

mempunyai wewenang dan hak untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang

64

Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), h.318 65

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal Itu?,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h.44 66

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal Itu?,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h.44

 

Page 53: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

40

dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.

Sedangkan pengertian kepemimpinan dapat dibedakan antara

kepemimpinan sebagai “status” dan kepemimpinan sebagai “proses

sosial”. Kepemimpinan sebagai status, merupakan suatu kompleks dari

hak-hak dan kewajiban-kewajiban, yang dapat dimiliki oleh seseorang

atau suatu badan. Dan kepemimpinan sebagai proses sosial, mencakup

segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan, yang dapat

menggerakan tindakan warga masyarakat atau pengikutnya.67

2. Teori Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Islam adalah pemegang prinsip-prinsip yang

bersumber dari sejumlah konsep yang apabila dianggap remeh atau

dilupakan maka akan sia-sia atau hilang. Sebaliknya, apabila dipegang

dan dijadikan acuan maka akan membawa kebaikan dan berarti da‟wah

telah ditegakkan berdasarkan pada kemurnian aqidah dan akhlaq yang

mulia.68

Istilah yang sering dihubungkan dengan konsep negara dan

pemerintahan adalah khilafah dan imamah. Dua istilah yang terkait erat

dengan persoalan kepemimpinan, pertama, imamah yang kemudian

popular di kalangan syi‟ah, dan kedua, khilafat yang terkenal di kalangan

sunni. Walaupun demikian, kedua konsep yang menjadi ciri khas masing-

masing sunni dan syi‟ah mengandung prinsip yang berbeda. Khilafat

dalam perspektif sunni didasarkan pada dua rukun utama, yaitu

konsensus (ijma) dan pemberian legitimasi (bai‟ah). Sedangkan imamah

dalam persepektif syi‟ah menekankan dua rukun lain, yaitu: kekuasaan

imam (wilayah) dan kesucian imam (ismah).69

Istilah Imamah dalam bahasa Arab dan kepemimpinan dan bahasa

Indonesia merupakan kata yang erat kaitannya dengan persoalan politik

pemerintahan. Dalam bahasa Arab kata Imamah yang berasal dari kata

67

Muhammad Tholhah Hasan, Islam & Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Lantabora Press, 2005), h.247 68

Musthafa Muhammad Thahhan, Model kepemimpinan dalam amal islami, (Jakarta:

Robbani Press, 1985), h.21 69

Ahmad Faathir, Analisis Semiotika Kepemimpinan Presiden Jokowi Pada Ilustrasi

Sampul Majalah Gatra Tahun 2015, Skripsi Mahasiswa bidang Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.32

 

Page 54: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

41

imam berarti “pemimpin”, dan “pemuka” atau orang menjadi pimpinan.

Sejak awal istilah imam digunakan guna menyebut seseorang yang

memimpin (amma) shalat berjamaan di antara para partisan (ma;maum).

Pada saat itu, tidak sedikit pun pola pemikiran kaum muslimin tentang

keterkaitan istilah imam dengan kepemimpinan negara. Namun dalam

perjalanan historisnya, ketika khulafaurrasyidin memegang tampuk

kepemimpinan, mereka tidak hanya berperan sebagai tokoh agama, ahli

hukum dan imam shalat, tetapi juga kepala negara yang bertugas

mengatur dan mengurus persoalan-persoalan pemerintahan, maka sejak

itu pula gelar imam tidak lagi khusus bagi para imam shalat, tetapi juga

kata imam sering dikonotasikan sebagai pemimpin kenegaraan atau

presiden. Dari kenyataan historis tersebut, istilah imam kemudian sering

diidentikkan dengan khalifah, sultham amir, kepala negara, dan presiden.

Oleh karenanya, imam adalah seorang yang diikuti oleh suatu kaum.

Kata imam lebih banyak digunakan untuk orang yang membawa kepada

kebaikan, seperti pemimpin shalat, pemimpin agama.70

Hidayat Nur Wahid mengutip lima terminologi tentang

kepemimpinan berdasarkan Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai rujukan

pertama dan utama umat Islam telah menampilkan, yaitu:71

a. Al-Imam

(perhatikan QS. 25: 74), bentuk jamaknya adalah al-aimmah

sebagaimana disebutkan dalam hadits Shahih Bukhari dan Muslim.

Imam artinya pemimpin yang berada di depan (amam). Istilah ini

juga sangat populer dipergunakan selain untuk kepemimpinan politik

dan intelektual, ia juga populer dipakai untuk kepemimpinan dalam

shalat berjama‟ah. Ungkapan ini dalam bahasa Arab tampil dengan

bentuk isim fa‟il (subjek). Tetapi dalam bahasa Arab ungkapan ini

juga berarti objek (makmum). Oleh karenanya mengomentari ayat

25:74 itu, Imam Ibnul Qayyim menyampaikan dengan ungkapan,

70

Ahmad Faathir, Analisis Semiotika Kepemimpinan Presiden Jokowi Pada Ilustrasi

Sampul Majalah Gatra Tahun 2015, Skripsi Mahasiswa bidang Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.34 71

Hidayat Nur Wahid, Mengelola Masa Transisi menuju masyarakat madani, (Ciputat:

Fikri, 2004), h.165-166

 

Page 55: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

42

“Ya Allah jadikanlah kami makmum bagi orang-orang yang

bertakwa.” Karena seorang pemimpin berada dalam posisi imam,

maka dari itu haruslah bersiap berada di depan atau di belakang

bersama orang-orang bertakwa, dan bahkan ia harus siap untuk

menjadi imam maupun makmum dalam shalat dengan segala hikmah

yang terkandung dalamnya.

b. Al-Khalifah

bermakna pemimpin yang mewakili, menggantikan, dan siap

diganti oleh pelanjutnya (QS. 2:30). Karenanya para Khulafa‟ ar-

Rasyidun selain menggantikan Rasulullah s.a.w sebagai pemimpin,

mereka juga menlanjutkan risalah beliau, bahkan siap dan rela bila

kepemimpinannya dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berikutnya.

Dalam terminologi ini, seorang pemimpin haruslah dalam posisi

tidak melanggengkan kekuasaannya, melainkan ia selalu beraktifitas

bijak termasuk mempersiapkan keberlanjutan kepemimpinan

berikutnya.

c. Al-Malik

Artinya raja. Hanya saja Al-Qur‟an sekaligus mengaitkan

status ini dengan hakikat kerajaan yang sepenuhnya adalah milik

Allah saja. Sementara kekuasaan kerajaan yang diberikan kepada

manusia hanyalah bersifat nisbi yang semestinya digunakan untuk

merelisir kemaslahatan kehidupan. Di antara kemaslahatan tersebut

adalah memunculkan kesentausaan bagi sang Raja dan bagi

rakyatnya dengan sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan

Allah SWT. Karenanya Allah menegaskan bahwa Dia-lah Raja dari

para raja. Oleh karenanya para raja di dunia itu haruslah

menselaraskan diri dengan hakikat kekuasaan yang mereka miliki

dan tidak melampauinya agar tidak muncul kehinaan dan kezaliman

bagi kemanusiaan.

d. Al-Amir

Artinya seorang pemimpin yang dapat memerintah. Ia pun

berarti ism maf‟ul (objek) sehingga bermakna pemimpin yang dapat

 

Page 56: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

43

dikoreksi oleh rakyatnya atau diperintah untuk memperbaiki diri

oleh rakyatnya. Seorang pemimpin dalam terminologi ini adalah

seorang pemberani dan berwibawa, sehingga ia dapat efektif

memerintah melalui perintahnya yang ditaati rakyat , ketika perintah

itu benar. Ia dapat berlapang dada untuk menerima perintah dari

rakyat melalui koreksi mereka. Dengan cara ini, kehidupan

kepemimpinan di suatu negeri akan membawa manfaat yang besar

bagi kehidupan bangsa dan efektifnya penyelenggaraan negara.

e. Ar-Ra‟i

Artinya adalah pemimpin yang senantiasa memberikan

perhatian kepada ra‟iyah (rakyat) (HR.Bukhari Muslim). Dalam

hadits Rasulullah s.a.w sering mengingatkan bahwa peran

kepemimpinan yang selalu peduli kepada rakyatnya itu ada di

seluruh level kepemimpinan. Beliau pun mengaitkan secara langsung

korelasi positif timbal balik antara ra‟i dan ra‟iyyah-nya. Keakraban

semacam ini lah yang bila dilakukan seorang pemimpin tentu akan

menciptakan iklim kepemimpinan yang penuh empati, keperdulian

dan kedekatan dengan rakyat.

Veitzal Rivai menyebutkan sekurangnya ada enam ciri

kepemimpinan dalam Islam, yaitu:72

a. Setia kepada Allah

Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan

kepada Allah, artinya bahwa kepemimpinan yang dijalankan itu

adalah merupakan perwujudan dari pada kesetiaan seseorang kepada

Allah SWT, bukan karena ambisi ingin menjadi pemimpin, jadi

semua prilaku kepemimpinannya itu adalah tunduk terhadap semua

aturan hukum atau aturan syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT.

b. Tujuan Islam secara menyeluruh

Pemimpin harus mampu melihat bahwa tujuan organisasi

bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, apalagi kepentingan

orang perorang, akan tetapi disampingkan untuk kepentingan

72

Mulkanasir, Kepemimpinan Dakwah, (Ciputat: Dakwah Press, 2015), h.99-103

 

Page 57: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

44

 

Page 58: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

45

menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma‟ruf dan mencegah dari

perbuatan mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.73

e. Bermusyawarah dan tidak sombong

Merupakan prinsip dasar kepemimpinan Islam adalah

terlaksananya musyawarah sebagai sarana untuk menyelesaikan

masalah dalam kepemipinan. Dengan prinsip dasar ini akan

memunculkan sikap adil dan memberikan kebebasan berfikir kepada

semua pihak dalam lingkup kepemipinannya. Oleh karena itu

pemimpin Islam bukanlah kepemipinan tirani yang mengabaikan

proses koordinasi. Namun bermusyawarah dengan pihak terkait yang

dilaksanakan secara terbuka dan obyektif dengan menjunjung tinggi

rasa saling menghormati merupakan prinsip yang harus

dipertahankan. Dengan melaksanakan prinsip musyawarah ini akan

menghasilkan keputusan yang lebih adil seadil-adilnya, karena

melalui prinsip ini akan mampu menciptakan kebebasan berfikir,

menciptakan keterbukaan dan kebesaran hati untuk saling menerima

adanya pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, walaupun,

kemungkinan munculnya saling kritik dan saling menasihati satu

sama lain sedemikian rupa. Akibat menggunakan prinsip inilah maka

para pengikut atau para bawahan merasa senang mendiskusikan

persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama.

f. Disiplin, konsisten, dan konsekuen

Disiplin, konsisten, dan konsekuen merupakan ciri

kepemimpinan dalam Islam. Sikap dan sifat ini tentunya akan

diwujudkan dalm semua tindakan atau perbuatan dalam

melaksanakan kepemiminannya, ia akan selalu memegang janji,

ucapan dan perbuatannya, karena ia yakin benar bahwa Allah SWT

melihat semua apa yang diucapkan yaitu, yang ia tidak mampu

melanggarnya.

73

Al-Qur‟an dan Terjemahannya , Surat Al-Hajj (22):41

 

Page 59: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

46

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPO

Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap

terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat

itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya

Tempo diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di

atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu ( zaman

Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol

pers).1

Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin

mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya

kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut.

Puncaknya, pada 21 Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh

pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras

mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal kapal bekas dari Jerman

Timur.2

Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di

Tempo dan tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal

perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit

kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.3

Menurut Geonawan (Pemimpin Redaksi saat itu) karena kata ini mudah

diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media

berkala yang jarak terbitnya longgar yakni mingguan. Mungkin juga karena dekat

dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time, sekaligus sambil

berolok-olok yang sudah terkenal. Edisi perdana majalah Tempo terbit pada 6

Maret 1971.4

1 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.26

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah 2 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.26

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah 3 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.26

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah 4 Ahamad Algifari, Analisis Semiotika Terhadap Foto Habitus Habib Karya Dwianto

Wibowo Pada Majalah Tempo Edisi 13-19 September 2010, skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2017, h.50

 

Page 60: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

47

Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia

media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdana go public dan mengubah

namanya menjadi PT Tempo Inti Media Tbk. (Perseroan) sebagai penerbit majalah

Tempo yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan Koran

Tempo yang berkompetisi di media harian.5

Saat ini, produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industri

informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan ( majalah Tempo, Koran

Tempo, Koran Tempo Makassar, Tempo English, Travelounge, Komunika, dan

Aha! Aku Tahu), Digital (Tempo.co, Data dan Riset (Pusat Data dan Analisa

Tempo), Percetakan (Temprint), Penyiaran (Tempo TV dan Tempo Channel),

Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event Organizer (Impressario dan

Tempo Komunitas), Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan Building

Management (Temprint Graha Delapan).6

Dalam sebuah media yang besar, tentu terdapat visi dan misi yang akan

meningkatkan kinerja dan profesionalisme lembaga tersebut. Visi majalah Tempo

sendiri adalah menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk

berpikir dan berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai

kecerdasan dan perbedaan. Sedangkan misi majalah Tempo adalah menghasilkan

produk multimedia yang independen dan bebas dari segala tekanan dengan

menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda, menghasilkan

produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik, menjadi tempat

kerja yang sehat dan menyejahterakan serta mencerminkan keragaman Indonesia,

memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah kepada semua

pemangku kepentingan, menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah

artistik, intelektual, dan dunia bisnis melalui pengingkatan ide-ide baru, bahasa,

dan tampilan visual yang baik, menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multemedia

dan pendukungnya.7

5 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.26

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah 6 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.26

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah 7 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul 00.29

WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/visi

 

Page 61: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

48

Visi dan misi yang telah diterapkan oleh seluruh awak media dalam

keredaksian majalah Tempo, lantas tidak membebaskan Tempo dari isu miring

yang membuat kepercayaan Tempo di kalangan masyarakat sedikit goyah. Seperti

isu tiga tahun lalu yang mengabarkan bahwa Tempo dilaporkan atas berita bohong

dan fitnah terhadap salah satu organisasi masyarakat. Arif (Pemimpin Redaksi

kala itu) pun angkat bicara bahwa Tempo selalu melaksanakan kerja jurnalistik

yang profesional, data selalu dicek dan diverifikasi berulang-ulang, serta sudah

sesuai dengan kode etik pers yang tercantum dalam Undang-Undang Pers. Semua

yang diamanatkan telah dipenuhi oleh Tempo.8

Dalam pengamatan peneliti, majalah Tempo merupakan majalah berita

yang cepat dalam memberitakan suatu isu. Bahkan bisa dibilang media-media

online tidak sedikit berkiblat dari isu yang dimunculkan oleh situs Tempo.

Terutama dalam perkembangan isu politik nasional, tak tanggung-tanggung dalam

situs online, Tempo memberitakan isu tersebut dalam beberapa sudut pandang di

dalam satu hari penerbitan. Tempo juga selalu cover both side dalam penyajian

narasumber, sehingga berita yang dimuat dalam Tempo tidak berat sebelah atau

berpihak ke satu sisi saja. Tak heran hingga kini Tempo menjadi situs berita yang

bisa dibilang banyak dikunjungi dalam dunia cyber.

Untuk mengetahui susunan redaksi majalah Tempo, dapat dilihat pada

lampiran.9

8Artikel ini diakses pada 6 November 2018 pukul 22.27 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2015/07/11/16344751/Dituding.Buat.Berita.Bohong.Ini.Koment

ar.Pemred.Tempo.. 9 Tempo Media Group, “Kelompok Tempo Media”, artikel ini diakes pada 7 Oktober pukul

23.53 WIB dari https://www.Tempo.co/about

 

Page 62: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

 

Page 63: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

50

dua orang pria memakai atasan putih polos. Pria pertama adalah Presiden Joko

Widodo (Jokowi) yang sedang melilitkan serban putih di kepalanya dan pria

kedua merupakan ilustrasi pria hitam beserban dan bergamis putih yang sedang

membawa megafon. Di bagian tengah bawah sampul terdapat judul besar “JOKO

ROYO-ROYO”, kemudian ditambah pada bagian bawah judul yaitu

“dipersepsikan tak disokong pemilih muslim, Jokowi intensif mendekati ulama,

sebagian tokoh umat lalu berbalik arah”.

Terkait isu Pilpres 2019, pada edisi ini selain menyajikan ilustrasi pada

sampul majalah yang sepertinya tampak menampilkan sosok Jokowi, Tempo juga

memuat empat judul Laporan Utama yang membahas isu tersebut. Tentu dalam

sebuah media cetak majalah, laporan utama menjadi bagian yang penting

layaknya headline pada media cetak surat kabar.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan penandaan yang mengacu pada

kajian semiotik menurut Peirce yaitu penekanan pada logika dan filosofi dari

tanda-tanda yang ada di masyarakat. Yang dimaksud “tanda” ini sangat luas,

Peirce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index),

maka peneliti akan mengklasifikasi penandaan pada ilustrasi berdasarkan

perbedaan yang disebutkan oleh Perice tersebut:

Tabel 4.1

Tanda-tanda dalam ilustrasi berdasarkan Klasifikasi Symbol

Klasifikasi Tanda Kode Keterangan

Symbol

Pria pertama (kiri) A Sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Pria hitam (kanan) B

Warna hitam merupakan warna

misterius yang dihubungkan dengan

ketidaktahuan.

Pria hitam beserban dan bergamis

merupakan simbol ketokohan muslim

yang identitasnya disamarkan.

Serban putih C

Warna putih memiliki makna

kesucian. Di Indonesia warna putih

identik dengan Islam.

 

Page 64: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

51

Menurut KBBI, serban adalah kain

ikat kepala yang lebar (yang dipakai

oleh orang Arab, haji, dan

sebagainya), sedangkan di Indonesia

serban identik dengan atribut yang

dikenakan oleh tokoh Islam seperti

ulama.

Gamis putih D

Warna putih memiliki makna

kesucian. Di Indonesia warna putih

identik dengan Islam.

Menurut KBBI, gamis adalah baju

yang panjangnya semata kaki atau

lebih menyerupai kemeja dengan

potongan longgar. Di Indonesia, gamis

identik dengan atribut yang biasa

dikenakan oleh tokoh Islam seperti

ulama.

Megafon E

Menurut KBBI, megafon adalah alat

berbentuk corong untuk mengeraskan

suara dan mengatur arah suara itu.

Di Indonesia, dalam konsteks politik,

megafon identik dengan adanya aksi

massa, dimana aksi massa adalah

tempat menyampaikan aspirasi agar

didengar oleh masyarakat luas.

Dari tabel 4.1 di atas, simbol warna hitam pada ilustrasi merujuk pada

identitas tokoh pria yang disamarkan. Simbol warna putih pada tanda serban dan

gamis di Indonesia diidentikan dengan Islam, karena berdasarkan hadits Nabi

yang berbunyi, ”Ath-thahuuru syatrul iimaan…” (HR. Ahmad, Muslim, dan

Tirmidzi) ”Bersuci [thaharah] itu setengah daripada iman…”. Selain itu, warna

putih juga identik dengan pakaian agamis, seperti pendapat desainer Restu

 

Page 65: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

52

Anggraini yang mengatakan bahwa baju Lebaran warna putih selalu ramai dipakai

saat Lebaran. Bahkan menurutnya baju Lebaran warna putih menjadi item fashion

yang wajib dimiliki di Hari Raya.95

Contoh lain, yaitu pada saat melaksanakan

ibadah Haji, seluruh umat muslim diwajibkan berihram, yang mana kain ihram itu

berwarna putih. Serban dan gamis sebagai simbol ketokohan muslim, berdasarkan

sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia, delapan dari sembilan wali yang

dikenal dengan sebutan Walisongo identik mengenakan serban, yaitu Sunan

Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan

Gunungjati, Sunan Muria dan Sunan Drajat. Kemudian berdasarkan beberapa

ulama di Indonesia seperti Habib Rizieq Shihab, Habib Umar bin Hafidz Yaman,

dan Ustadz Tengku Zulkarnain juga identik mengenakan serban.

Tabel 4.2

Tanda-tanda dalam ilustrasi berdasarkan Klasifikasi Icon

Klasifikasi Tanda Kode Keterangan

Icon

Pria pertama (kiri) A Menunjukkan sosok pemimpin atau

sosok yang memiliki kepemimpinan

Pria kedua (kanan) B

Menunjukkan sosok pria yang

memiliki kesetaraan dengan sosok pria

disampingnya.

Serban putih C Menunjukkan benda yang disebut

serban.

Gamis putih D Menunjukkan benda berupa pakaian

yang disebut gamis.

Megafon E Menunjukkan benda yang berupa alat

pengeras suara.

Judul Sampul

“Joko Royo-royo” F

Di Indonesia, kata “joko” merujuk

pada nama orang.

Kata “ijo royo-royo” merujuk pada

warna hijau. Dalam sampul majalah

ini, warna hijau menjadi warna latar

95

https://wolipop.detik.com/hijab-update/d-3529053/baju-lebaran-warna-putih-masih-tren-

atau-sudah-kuno-ini-kata-desainer Diakses pada 25 Februari pukul 21.30 WIB

 

Page 66: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

53

belakang sampul yang diasumsikan

mengarah pada teks judul sampul

“Joko Royo-royo”, yang mana “ijo”

seringkali disematkan pada “ijo royo-

royo”.

Dari tabel 4.2 di atas, penjelasan warna hijau pada latar belakang sampul

sebenarnya ingin menegaskan pada pemaknaan “Joko Royo-royo”, karena kata

“Joko” dipadukan dengan idiom “Ijo Royo-royo”, sehingga menjadi “Joko Royo-

royo”. Kata “Joko” merujuk pada sosok seorang Presiden Jokowi di Indonesia.

Pemenggalan nama panggilan “Joko” yang sebenarnya tidak familiar untuk

masyarakat Indonesia dibandingkan dengan pemenggalan nama panggilan

“Jokowi”, karena tampaknya Tempo memilih kata “Joko” sebagai sebuah fungsi

estetika dalam sastra dengan menggunakan rima yang sama berakhiran –o pada

judul sampul.

Tabel 4.3

Tanda-tanda dalam ilustrasi berdasarkan Klasifikasi Index

Klasifikasi Tanda Kode Keterangan

Index

Pria pertama

beserban dan

berbaju putih

sambil melilitkan

serban ke kepala

(kiri)

A, C

Menunjukkan sosok kepemimpinan

Jokowi yang tampaknya memiliki sisi

religius dengan mengenakan atasan

berwarna putih dan serban di kepala.

Pria hitam

beserban dan

bergamis putih

sambil membawa

megafon (kanan)

B, D, E

Menunjukkan sosok yang memiliki

sisi kesolehan seseorang dalam agama.

Ilustrasi pria hitam yang membawa

megafon ini juga merujuk pada

kelompok Islam yang pernah

melakukan aksi.

Judul Sampul F Melalui keterkaitan makna dengan

 

Page 67: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

54

“Joko Royo-royo” istilah “ijo royo-royo”, dalam konteks

politik, maka “ijo royo-royo”

mengarah pada suatu kekuatan politik

yang bersifat merujuk pada kekuatan

Islam.

Dari tabel 4.3 di atas, Index pria pertama merujuk pada sosok

kepemimpinan Jokowi yang tampak religius. Dalam hal ini, Tempo tampak ingin

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam sosok kepemimpinan Jokowi yang

sekarang dengan yang dulu. Terlebih dulu sempat beredar di masyarakat

mengenai isu kepemimpinan Jokowi yang disebut anti-Islam. Melalui ilustrasi ini,

dapat diasumsikan bahwa isu tersebut tidak benar dan kini Jokowi menunjukkan

bahwa Jokowi merupakan pemimpin yang religius. Indeks pria hitam dengan

atribut muslim dengan megafon tersebut tidak merujuk pada satu tokoh atau orang

tertentu, tapi melalui penggambaran fisik indeks tersebut merujuk pada sosok

yang disamarkan. Icon megafon yang ada dalam indeks tersebut menegaskan

bahwa tokoh yang disamarkan ini merupakan sosok dalam kelompok Islam yang

pernah melakukan aksi. Aksi yang dilakukan oleh umat Islam terbesar yang

pernah terjadi adalah Aksi 212. Aksi 212 adalah aksi yang tidak sedikit

melibatkan masyarakat muslim hingga ulama-ulama yang menyalurkan aspirasi

mereka secara besar-besaran terkait penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok.

Indeks kata “Joko Royo-royo” pada sampul, berasal dari kata “royo-royo” yang

biasa disematkan mengikuti kata “ijo royo-royo” yang berarti tumbuh subur dan

berkembang dengan daunnya hijau segar penuh keteduhan. Namun, apabila dilihat

dalam konteks politik, setelah Pemilu 1992 politik di Indonesia diisi dengan

kekuatan Islam. Seperti halnya banyak anggota ICMI (Ikatan Cendikiawan

Muslim Indonesia) yang menjadi menteri dalam kabinet saat itu. Di kalangan

militer pun, muncul sayap petinggi yang menampakkan kedekatan pada Islam,

seperti Jenderal Hartono, Jenderal Feisal Tanjung, Syarwan Hamid, dan Prabowo

Subianto. Hartono memiliki kedekatan khusus dengan putri pertama Soeharto, Siti

Hardianti Rukmana (Tutut), dalam kiprah politik saat itu. Tutut yang mulanya

asyik membangun kerajaan bisnis, kemudian mengenakan simbol Islam, yakni

 

Page 68: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

55

kerudung, dalam berpolitik. Gerakan Islamisasi yang dilakukan Soeharto tersebut

kemudian dikenal dengan istilah “ijo royo-royo”. Maka istilah “ijo royo-royo”

selalu merujuk pada kekuatan politik Islam, sehingga merujuk pada kelompok

dengan identitas keagamaan, dalam hal ini adalah kelompok Islam.96

96

https://www.jitunews.com/read/59361/berpeci-dan-gunakan-gelar-haji-jadi-trigger-barat-

jatuhkan-soeharto Diakses pada 27 Februari pukul 19.59 WIB

 

Page 69: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

56

BAB V

PEMBAHASAN

Melalui ketiga klasifikasi tanda-tanda pada bab sebelumnya, yaitu Symbol,

Icon, dan Index, tampak Tempo ingin mencoba mengkonstruksi sebuah makna

melalui tanda-tanda yang terdapat pada ilustrasi sampul majalah edisi ini. Tempo

ingin memunculkan sebuah makna tentang sosok pemimpin yang religius atau

dalam pemimpin yang pro Islam. Untuk itu, Tempo menggunakan strategi

pengemasan tanda dengan cara menggunakan ikon-ikon, simbol-simbol dan

indeks yang merujuk pada komunitas muslim, seperti serban, gamis, megafon,

latar warna hijau pada sampul dan teks pada judul. Makna yang dimunculkan oleh

Tempo paling kuat ditunjukkan oleh teks “JOKO ROYO-ROYO” yang terdapat

pada judul, karena teks tersebut diletakkan di tengah halaman dengan ukuran yang

cukup besar, serta menggunakan tinta berwarna hitam yang kontras dengan warna

ikon-ikon di belakangnya yang berwarna putih. Sehingga pembaca dapat dengan

mudah tertuju pada teks tersebut.

Konstruksi makna dalam sebuah media massa, tidak hanya ingin menarik

perhatian pembaca atau konsumen, tapi juga ingin menciptakan sebuah ideologi,

sehingga media tampak ingin menggiring opini pembaca ke dalam sebuah opini

tertentu terkait suatu isu yang diangkat dalam sebuah produk yang dihasilkan oleh

media.

Seperti yang dikatakan oleh Udi Rusadi bahwa ideologi yang ada dalam

media bisa merupakan proses reproduksi dari ideologi yang ada dan bisa juga

merupakan sebuah pertarungan ideologi kepentingan baik politik, ekonomi

maupun kultural. Melalui ilustrasi yang disajikan oleh Tempo, muncul asumsi

bahwa Tempo ingin menampilkan kepentingan politik pada satu partai tertentu,

karena hanya terlihat satu kandidat yang ditampilkan dalam ilustrasi ini.

Merujuk pada penjelasan klasifikasi Index pada tabel 4.3, teks “JOKO

ROYO-ROYO” sebagai indeks tampak menggantikan istilah “ijo royo-royo” yang

bermakna tumbuh subur dan berkembang. Tempo menggunakan fungsi estetika

penulisan rima, sehingga kata “Joko” berdiri sebagai pengganti kata “Ijo”. Tempo

 

Page 70: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

57

tampak ingin menunjukkan bahwa Jokowi ingin melakukan gerakan

“penghijauan” dalam politik, “penghijauan” yang dimaksud adalah adanya strategi

politik yang tidak jauh berbeda dengan masa akhir orde baru, dimana kala itu

muncul istilah “ijo royo-royo” karena politik di Indonesia diisi dengan kekuatan

Islam.

Fakta yang terjadi saat ini, tampak Jokowi mulai melibatkan tokoh-tokoh

Islam yang tidak sedikit, agar pemerintahan Jokowi kelak dapat mewakili

masyarakat muslim. Tentu strategi ini cukup menjanjikan karena Indonesia berisi

mayoritas masyarakat muslim. Selain Indonesia berisi mayoritas masyarakat

muslim, faktor agama juga memang menjadi faktor yang paling berpengaruh.

Berdasarkan pada data Poltracking bulan Februari tahun 2018 dalam laporan

utama majalah Tempo edisi 4 Agustus 2018 dicantumkan bahwa faktor agama

menduduki posisi pertama faktor yang paling berpengaruh dalam memilih calon

presiden dengan persentase sebesar 58,5%1. Tak dapat dipungkiri jika Jokowi

akan mengisi kepemerintahannya dengan tokoh-tokoh muslim, karena faktor

agama masih menjadi peringkat teratas bagi masyarakat Indonesia. Ini yang

nantinya diharapkan oleh Jokowi dan timnya agar mendapat banyak hak pilih dari

masyarakat muslim untuk beralih memilih Jokowi.

Selain makna dari teks judul tersebut, usaha Jokowi untuk menjadi

pemimpin yang pro terhadap umat juga terlihat dari konstruksi tanda yang

dilakukan oleh Tempo dalam klasifikasi icon, merujuk penjelasan klasifikasi Icon

pada tabel 4.2, tanda pria hitam beserban dan bergamis menggambarkan simbol

ketokohan muslim yang identitasnya disamarkan. Kemudian tanda serban dan

gamis putih juga menunjukkan sisi kesolehan dan tingkat keagamaan seseorang,

ditambah makna warna putih yaitu suci, dan tanda megafon yang menunjukkan

adanya aksi massa. Melalui keterangan yang merujuk penjelasan klasifikasi Icon

pada tabel 4.2, muncul keterkaitan keterangan dalam tanda-tanda yang merujuk

penjelasan klasifikasi Index pada tabel 4.3 yaitu klasifikasi indeks, maka

penggambaran sosok pria hitam beserban dan bergamis putih yang sedang

memegang megafon memiliki makna bahwa tokoh yang disamarkan ini

merupakan sosok dalam kelompok Islam yang pernah melakukan aksi.

1 https://majalah.Tempo.co/read/155924/survei-membuktikan Diakses pada 27 Januari

pukul 21.04 WIB

 

Page 71: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

58

Hal tersebut diperkuat oleh keterangan serban dan gamis yang merujuk

penjelasan klasifikasi Symbol pada tabel 4.1, yaitu pemakaian serban dan gamis di

Indonesia merupakan simbol ketokohan muslim, dan identik dengan atribut yang

dikenakan oleh ulama, seperti kutipan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak

Imin) dalam detik.com yang mengatakan bahwa di Nahdlatul Ulama, mereka yang

mengenakan serban sudah masuk kategori senior.2 Dapat dikatakan bahwa serban

merupakan atribut yang cukup memiliki nilai tertentu di kalangan masyarakat,

bahkan level kyai pun dikatakan sungkan untuk mengenakan atribut tersebut.

Pemakaian serban justru lebih indentik dengan atribut yang dikenakan oleh ulama.

Selain itu, dapat dilihat pula bahwa pemakaian serban memang bukan

menjadi budaya muslim Indonesia seperti halnya budaya muslim Arab. Hal ini

terjadi kemungkinan karena pemakaian serban sendiri merupakan suatu hal yang

sunnah. Seperti kutipan dalam muslim.or.id yang menyebutkan bahwa para ulama

berbeda pendapat mengenai hukum pemakaian serban, apakah mubah saja

ataukah sunnah. sebagian ulama menyatakan hukumnya sunnah, dalam rangka

meneladani Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.3 Maka tampak bahwa pemakaian

serban bukan merupakan suatu hal yang wajib, hal itu yang kemudian membuat

tidak semua muslim di Indonesia memakai serban, melainkan hanya beberapa saja

dan biasanya para ulama yang memakai serban tersebut. Berdasarkan penjelasan

tersebut, tampaknya Tempo dengan tegas ingin mengatakan bahwa sosok pria

hitam yang disamarkan identitas biologisnya itu merupakan perwujudan dari

sosok tokoh Islam.

Lalu keterangan tanda megafon yang merujuk penjelasan klasifikasi

Symbol pada tabel 4.1, megafon menunjukkan adanya aksi massa. Terkait aksi

massa yang menunjukkan adanya kekuatan Islam adalah Aksi 212. Aksi 212

adalah aksi yang tidak sedikit melibatkan masyarakat muslim hingga ulama-ulama

yang menyalurkan aspirasi mereka secara besar-besaran terkait penistaan agama

yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Seperti yang dikutip dalam

Tribunnews.com, bahwa Aksi 212 merupakan aksi damai umat Islam atau Aksi

2 https://news.detik.com/berita/4127979/cak-imin-bandingkan-tradisi-berserban-di-nu-

dengan-fpi Diakses paa 28 Januari pukul 17.00 WIB 3 https://muslim.or.id/21115-memakai-sorban-disunnahkan.html Diakses pada 28 Januari

pukul 17.39 WIB

 

Page 72: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

59

Bela umat Islam yang kemudian melahirkan istilah Reuni Akbar 212 (2

Desember).4 Berdasarkan ilustrasi sosok pria hitam muslim yang membawa

megafon tersebut, tampak Tempo ingin menggambarkan bahwa sosok pria yang

disamarkan tersebut merupakan tokoh muslim atau bahkan ulama yang tergabung

ke dalam Aksi 212.

Jokowi dinilai tidak pro dengan Aksi 212 dan dalam pemberitaan di

beberapa media pasca Aksi 212, banyak yang berasumsi bahwa Jokowi tidak pro

dengan kelompok 212 yang identik dengan muslim. Untuk itu, peneliti melihat

bahwa cara Tempo mengkonstruksi dengan menyandingkan Jokowi dengan tokoh

Islam yang tampak merupakan demonstran 212 itu untuk melihat bahwa Jokowi

dan kelompok 212 itu tidak beseberangan.

Penggambaran Tempo dengan menyandingkan Jokowi bersama dengan

tokoh Islam yang tampak merupakan demonstran 212 itu karena banyak yang

mengatakan bahwa Jokowi merupakan pemimpin yang anti-ulama. Hal itu

bermula akibat rasa kecewa para demonstran terhadap Jokowi yang tidak hadir

dalam demonstrasi pada 4 November 2016. Kemudian berlanjut dengan Aksi Bela

Islam Jilid 2 yang digelar pada 2 Desember 2017 atau disebut Aksi 212. Pada aksi

tersebut banyak sekali ulama yang hadir, namun kedatangan ulama-ulama dan

demonstran lainnya itu justru ditolak oleh pihak istana, maka semakin

memperkuat kampanye hitam terhadap Jokowi bahwa Jokowi merupakan

pemimpin yang anti-ulama. Kampanye hitam menurut Hafied adalah kampanye

yang dilakukan oleh suatu pihak untuk menyerang lawannya dengan meniup isu

bohong, informasi yang sengaja diedarkan lebih banyak bohongnya daripada

benarnya. Kampanye hitam terhadap Jokowi yang muncul dan berkembang di

masyarakat, di antaranya, yaitu; isu berbau agama seperti anti-Islam, anti-ulama,

hingga isu berbau komunis seperti Jokowi diisukan sebagai salah satu pejuang

PKI. Faktor lain yang yang menyebabkan kampanye hitam tersebut santer akibat

muncul isu yang mengatakan bahwa Aksi 212 malah diisukan menjadi upaya

makar oleh beberapa pihak dalam pemerintahan Jokowi, seperti pendapat Ustaz

Felix Siauw dalam SindoNews.com, bahwa ketika umat Islam menuntut keadilan

melalui Aksi Bela Islam karena Alquran dinista, kepolisian dan aparat berwenang

4 http://www.tribunnews.com/nasional/2018/12/04/enam-perbedaan-aksi-212-di-era-

gubernur-ahok-dan-anies-baswedan Diakses pada 31 Januari pukul 16.39 WIB

 

Page 73: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

60

lainnya malah menuding upaya makar. Felix juga menambahkan bahwa akan

wajar apabila orang merasa jika penguasa merupakan sosok yang anti-Islam.5

Dengan demikian, tampak bahwa ketika Tempo mengkonstruksi penandaan dalam

ilustrasi Jokowi seakan-akan berpakaian seperti ulama, sebenarnya Tempo ingin

mengklarifikasi bahwa Jokowi tidak memiliki hubungan yang baik dengan ulama.

Selain untuk mengklarifikasi bahwa terdapat ketidakharmonisan di antara

Jokowi dan sosok demonstrasn 212 tersebut, Tempo juga inign menunjukkan

bahwa Jokowi kini tampak memberi batasan bahwa Jokowi bukan lagi sosok yang

disandingkan dengan Ahok, yang mana berdasarkan pembahasan sebelumnya,

Ahok memicu citra negatif terhadap Jokowi hingga memunculkan stigma bahwa

Jokowi anti-Islam. Untuk itu, Jokowi digambarkan sedang mengenakan kemeja

putih, bukan kemeja kotak-kotak, seperti apa yang diketahui pada masa Pilgub

2012, Jokowi bersama timnya memiliki ciri khas dengan kemeja kotak-kotak

berwarna biru, merah, dan putih. Namun, pada ilustrasi tersebut Tempo tidak

menyimbolkan Jokowi dengan kemeja tersebut, melainkan dengan kemeja putih.

Penggambaran Tempo terhadap sosok Jokowi yang tampak religius itu,

diperkuat dengan realitas yang menandakan bahwa Jokowi merupakan pemimpin

yang pro umat, ditandai dengan usaha-usaha Jokowi terkait umat Islam, kemudian

peneliti mengkategorikan usaha-usaha Jokowi ke dalam terminologi dan ciri

pemimpin dalam Islam, yaitu:

Jokowi kini mendekati kelompok muslim untuk menghapus istilah kata

“musuh” dengan ulama-ulama. Realitas yang ada yaitu Jokowi menggaet Ma‟ruf

Amin sebagai wakillnya dan kini Jokowi lebih sering mengunjungi pesantren-

pesantren. Seperti kutipan Zainul pada salah satu laporan utama majalah Tempo

edisi 4 Agustus 2018 dengan judul Pindah Haluan Kawan Sejalan, bahwa

Jokowi sempat berpesan agar Zainul membantunya mendekati ulama anti-

pemerintah. Zainul juga menambahkan bahwa Zainul siap untuk menjembatani

Jokowi dengan kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Melalui

laporan utama yang dimuat oleh Tempo pada edisi ini, terdapat kesinambungan

antara makna ilsutrasi sampul dengan isi laporan utama, tampak Tempo ingin

mengatakan bahwa Jokowi kini memang tengah mendekati kelompok muslim

5 https://nasional.sindonews.com/read/1203662/12/ustaz-felix-siauw-ungkap-indikasi-

pemerintahan-jokowi-anti-islam-1494296485 Diakses pada 28 Januari pukul 16.33 WIB

 

Page 74: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

61

khususnya para ulama yang dulu oposan terhadap dirinya dan kepemerintahannya,

seperti halnya Zainul Majdi yang merupakan salah satu pendukung gerakan 2

Desember 2016 atau yang lebih dikenal dengan sebagai aksi 212 dan juga ketua

tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Nusa Tenggara Barat, kini

Zainul justru berbalik arah mendukung Jokowi. Usaha Jokowi untuk mendekati

kelompok muslim mencerminkan ciri pemimpin Islam yang disebutkan oleh

Veitzal Rivai, yaitu Tujuan Islam secara menyeluruh, yang mana pemimpin harus

mampu melihat bahwa tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan

kelompok, apalagi kepentingan orang perorang, akan tetapi disampingkan untuk

kepentingan kelompok, orang perorangan juga dalam rangka memenuhi

kepentingan dalam lingkup yang lebih luas yaitu kepentingan Islam secara

keseluruhan. Untuk memenuhi kepentingan Islam secara keseluruhan di

Indonesia, maka Jokowi merasa harus menjalin ikatan yang baik dengan

kelompok muslim. Laporan utama dalam majalah Tempo di edisi yang diteliti ini

menunjukkan bahwa Tempo ingin menegaskan bahwa realitas yang ada adalah

benar bahwa Jokowi sedang berupaya untuk menciptakan frekuensi yang sama

dengan tokoh-tokoh ulama. Untuk itu, Tempo menyandingkan Jokowi dengan

sosok pria yang tampak merupakan demonstrasn 212 tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan realitas yang ada Jokowi juga membuat

keputusan untuk menetapkan Perpres Hari Santri, dan mendukung ekonomi umat

Islam, dengan didirikannya 40 bank wakaf mikro di basis-masis massa Muslim

Indonesia. Usaha-usaha tersebut mencerminkan salah satu terminologi

kepemimpinan berdasarkan Al Qur‟an dan As Sunnah, yaitu Ar-Ra‟i, yang artinya

pemimpin yang senantiasa memberikan perhatian kepada ra‟iyah (rakyat)

(HR.Bukhari Muslim).

Usaha-usaha yang dilakukan Jokowi dan mencirikan kepemimpinan dalam

Islam tersebut dilakukan untuk menepis semua kampanye hitam terhadap dirinya,

seperti pendapat Jokowi pada saat diwawancarai oleh Detik.com, Jokowi

mengatakan bahwa Jokowi masih berumur empat tahun, sehingga tidak mungkin

menjadi aktivis PKI. Jokowi juga menepis bahwa dirinya bermusuhan dengan

 

Page 75: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

62

ulama, karena tiap minggu Jokowi berkunjung ke pondok pesantren.6 Yang mana

berdasarkan sejarah Indonesia, PKI merupakan partai yang bermusuhan dengan

umat Islam. Oleh karena itu dalam konteks ini, pilihan gambar ilustrasi yang

digunakan oleh Tempo justru ingin menunjukkan bahwa Jokowi terlepas dari isu-

isu dalam kampanye hitam.

Menjelang Pilpres 2019 seperti ini, tentu semua kandidat ingin terlihat

baik di mata masyarakat. Mengacu pada pendapat Goffman dalam buku Deddy

Mulyana mengenai Kampanye Politik sebagai Teater, yaitu ketika manusia

berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin “mengelola” kesan yang ia harapkan

tumbuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap orang melakukan

“pertunjukan” bagi orang lain. Kehidupan diibaratkan teater, interaksi sosial di

atas pangung yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor.

Seringkali sang aktor melakukan pengelolaan kesan (impression management) itu

tanpa sadar, namun adakalanya di mata orang lain, atau demi kepentingan

finansial atau politik tertentu. Ada satu penjelasan terkait pengelolaan diri tersebut

yang disebut dengan pengelolaan citra-diri, berdasarkan pendapat Deddy Mulyana

dalam buku Komunikasi Politik Politik Komunikasi, yaitu dalam dunia politik,

terutama yang melibatkan elite politik, pengelolaan kesan ini lebih dominan. Pada

zaman Orde Baru, misalnya, sebagian pejabat sipil dan militer mengenakan peci

dan serban (menjadi kyai dadakan) ketika melakukan kunjungan silaturahmi ke

pesantren-pesantren, menjelang pemilu, untuk memperoleh dukungan politik (bagi

Golkar). Untuk itu, cara Tempo menggambarkan sosok Jokowi dalam ilsutrasi

sebenarnya ingin membalikan wacana sebelumnya, bahwa kini Jokowi merupakan

sosok pemimpin yang memiliki citra positif dan Tempo juga ingin mengatakan

bahwa menjelang Pilpres 2019 Jokowi sedang menjalankan peran sebagai

pemimpin yang pro umat (Islam). Tampak tujuan Jokowi tak hanya ingin

memberikan kesan yang sesuai dengan keinginan kelompok muslim, namun

Jokowi juga ingin meraih dukungan besar dari kelompok muslim.

Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis semiotika visual,

karena berdasarkan pendapat Sumbo tentang semiotika visual yaitu ilmu yang

mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan

6 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4265652/jokowi-waspadai-4-isu-ini-jelang-

pilpres-2019 Diakses pada 28 Januari pukul 16.59 WIB

 

Page 76: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

63

dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis

yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan

layout yang berguna untuk menyampaikan pesan kepada konsumen. Dalam

sampul majalah ini terdapat ilustrasi, dimana Tempo membuat ilustrasi

sedemikian rupa yang berisikan tanda dan makna yang nantinya dapat menjadi

sebuah pesan.

Di dalam ilustrasi sampul majalah Tempo juga berisikan unsur tipografi

dengan warna yang dikonstruk sedemikian rupa pada bagian judul, sehingga

Tempo mengharapkan pembaca dapat fokus tertuju pada judul yang disajikan oleh

Tempo di tiap edisi. Sama seperti edisi yang diteliti kali ini, Tempo tampak

menjadikan judul menjadi fokus utama dalam ilustrasi yang disajikan.

Berdasarkan pemamparan unsur-unsur yang terdapat pada kajian semiotika

visual, maka menjadi sesuai apabila semiotika visual digunakan untuk

menganalisis penelitian ini. Untuk itu dalam penelitian ini diuraikan makna yang

terdapat dalam sampul tersebut melalui pembagian suatu tanda yang terdapat pada

gambar ke dalam klasifikasi berdasarkan kajian semiotik menurut Peirce yaitu

penekanan pada logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat. Yang

dimaksud “tanda” ini sangat luas, Peirce membedakan tanda atas lambang

(symbol), ikon (icon), dan indeks (index).

Merujuk pada pendapat dari Ellen McCracken yang menjelaskan bahwa

fungsi dari sampul majalah yaitu untuk membantu apa yang dibangun majalah

tersebut dengan melekatkan definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan

foto atau ilustrasi. Maka melalui ilustrasi pada edisi ini, Tempo ingin menjalankan

fungsi sampul majalah dengan baik. Tampak dari kesinambungan antara ilustrasi,

berita utama dan judul pada sampul yang memiliki benang merah antara satu

dengan yang lain. Benang merah ini lah yang kemudian dapat ditarik untuk

menyimpulkan sebuah makna besar dari ilsutrasi ini. Maka makna yang ingin

disampaikan oleh Tempo melalui ilustrasi majalah pada edisi 6 – 12 Agustus 2018

adalah sosok Jokowi merupakan sosok pemimpin yang pro umat, terlihat dari

peran yang dimainkan oleh Jokowi sebagai sosok pemimpin yang pro umat

(Islam) melalui kesinambungan antara tanda-tanda yang muncul pada ilustrasi

dengan realitas yang ada di masyarakat. Maka Tempo sebenarnya ingin merespon

 

Page 77: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

64

adanya perubahan isu terhadap sosok kepemimpinan Jokowi yang dulu diisukan

sebagai pemimpin anti-Islam dan kini menjadi pemimpin yang pro umat (Islam).

Berdasarkan pendapat Foucault yang memandang bahwa ada keterkaitan

makna yang diungkapkan dari sebuah teks dengan kekuasaan dan pengetahuan,

dalam konteks ini, melalui bahasa (teks dan gambar) yang dipakai oleh Tempo,

Tempo sebagai media mencoba untuk mendominasi cara berpikir pembaca

terhadap makna sosok kepemimpinan Jokowi yang ingin dibentuk oleh Tempo.

Sehingga dapat dikatakan, kekuatan makna berada pada visual yang terdapat pada

tanda-tanda yang ditampilkan, dan ideologi media mempunyai peran besar untuk

menggiring opini publik.

 

Page 78: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

65

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis peneliti pada ilustrasi sampul majalah Tempo edisi

6 – 12 Agustus 2018 dengan dengan menggunakan analisis semiotika Charles

Sanders Peirce. Peneliti mengklasifikasi tanda atas lambang (symbol), ikon

(icon), dan indeks (index). Peneliti menemukan benang merah dari ketiga

klasifikasi tersebut, dimana keterangan dari tiap tanda dari klasifikasi satu dan

yang lainnya memiliki kesinambungan dan menghasilkan makna. Selain itu,

peneliti juga mendapati bahwa Tempo telah menciptakan ideologi terhadap

sosok Jokowi terkait isu Pilpres 2019, terlihat dari adanya kesinambungan

antara ilustrasi sampul depan majalah dengan laporan utama yang ada di

dalam majalah tersebut.

Maka makna yang ingin disampaikan oleh Tempo melalui ilustrasi

majalah pada edisi 6 – 12 Agustus 2018 adalah sosok Jokowi merupakan

sosok pemimpin yang pro umat, terlihat dari peran yang dimainkan oleh

Jokowi sebagai sosok pemimpin yang pro umat (Islam) melalui

kesinambungan antara tanda-tanda yang muncul pada ilustrasi dengan realitas

yang ada di masyarakat. Maka Tempo sebenarnya ingin merespon adanya

perubahan isu terhadap sosok kepemimpinan Jokowi yang dulu diisukan

sebagai pemimpin anti-Islam dan kini menjadi pemimpin yang pro umat

(Islam).

B. Saran

1. Untuk media massa pada umumnya dan Majalah Tempo khususnya,

sebagai media massa dimana yang mempunyai fungsi menyalurkan

informasi dan sebagai kontrol sosial, diharapkan dapat mempertahankan

atau lebih memberikan inovasi serta relevansi dalam membuat ilustrasi-

ilustrasi yang melibatkan seorang sosok maupun tokoh menjadi sebuah

sampul majalah, sehingga dapat memberikan kesinambungan antara

sampul majalah dan isi berita, sehingga tidak dapat memicu multitafsir

terhadap para khalayak pembaca.

 

Page 79: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

66

2. Khalayak juga diharapkan dapat menjadi pembaca yang cerdas dan kritis

dalam melihat sebuah ilustrasi pada produk yang dihasilkan oleh media.

Sebab, tidak sedikit media yang memiliki kepentingan, sehingga media

menciptakan ideologi yang berasal dari realitas sosial dan kultur.

 

Page 80: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amir Piliang, Yasraf. Semiotika dan Hypersemiotika: Kode , Gaya, dan Matinya

Makna. Bandung: Matahri Pustaka, 2012.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penulisan Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.

Bogdan dan Biklen, Qualitative and Research for Education, an Introduction to

Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Inc, 1982.

Budiman, Kris. Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.

Yogyakarta: Jalasutra, 2011.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke 3. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2009.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016.

De Angelis, Barbara. Self Confidence: Percaya Diri Sumber Kesuksesan dan

Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1997.

Djoko, Rachmat dan Pradopo. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.Fiske, John. Pengantar

Ilmu Komunikasi, Penerj. Hapsari Dwiningtyas. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2014.

Eco, Umberto. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press,

1979.

Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi, Penerj. Hapsari Dwiningtyas, (Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 2014.

Foucault, Michel. Order of Thing, Arkeologi Ilmu-Ilmu Kemanusiaan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Hall, Stuart. The Work of Representation in Stuart Hall (ed.) Representation:

Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage

Productions, 1997.

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal

Itu?. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.

 

Page 81: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

68

Krisyangtono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh

Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi

Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006.

Kunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek.

Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit

Andi, 2009.

Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004.

McQuail, Denis. McQuail’s Mass Communications Theory. 6th Edition.

Amsterdam: Sage Publications, 2010.

Morrish, John. Magazine Editing. New York: Routledge, 1996.

Muhammad Thahhan, Musthafa. Model kepemimpinan dalam amal islami.

Jakarta: Robbani Press, 1985.

Mulkanasir. Kepemimpinan Dakwah. Ciputat: Dakwah Press, 2015.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi, Membedah Visi dan

Gaya Komunikasi Praktisi Politik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013.

Nasrullah, Rulli. Khalayak Media, Identitas, Ideologi, dan Perilaku pada Era

Digital. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media,

diterjemahkan oleh Tjun Surjaman. Bandung: Remadja Karya, 1989.

Nur Wahid, Hidayat. Mengelola Masa Transisi menuju masyarakat madani.

Ciputat: Fikri, 2004.

Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif.

Rolnicki, Tom E., et, al., Pengantar Dasar Jurnalistik (Scholastic Journalism).

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Rusadi, M.S., Udi. Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan

Metode. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015.

Santana K, Septiawan. Jurnalisme KonTemporer. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

 

Page 82: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

69

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2008.

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011.

Syamsul M. Romli, Asep. Jurnalistik Praktis. Bandung: PT. Rosdakarya, 2004.

Tamburaka, Apriadi. Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013.

Takwin, Bagus. Akar-akar Ideologi, Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari

Plato Hingga Bordieu. Yogyakarta: Jalasutra, 2003.

Tholhah Hasan, Muhammad. Islam & Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Lantabora Press, 2005.

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Wardhani, Diah. Media Relation, Sarana Pembangunan Reputasi Organisasi.

Jakarta: Graham Ilmu, 2008.

Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Ghalia Indonesia, 2010.

Jurnal

Acan Mahdi, Berita Sebagai Representasi Ideologi Media (Sebuah Telaah Kritis),

Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Dakwah IAIN Pontianak, Vol. 9

No. 2 2015.

Ahmad Muttaqin, Ideologi dan Keberpihakkan Media Massa, Jurnal Online

Dosen Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi STAIN Purwokerto, Vol. 5

No. 2 Juli-Desember 2011.

Retno Dyah Kusumastuti dan Marselin Diana, Analisis Semiotika Pada Cover

Majalah Tempo Edisi Tanggal 23 Februari-1 Maret 2015, Jurnal Online

Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN, Vol. 10 No. 2 2016.

Umi Halwati, Konstruksi Publikasi Nilai-Nilai Ideologi Dalam Pers (Media

Massa), Jurnal Online Dosen Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam

STAIN Purwokerto, Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2014.

Yohanna Amanda, Citra Perempuan dalam Sampul Majalah Popular pada

No.310 Edisi November 2013, Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UNRI, Vol. 1 No. 2 Februari 2015.

 

Page 83: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

70

Skripsi

Angga Satria Perkasa, Representasi Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Ilustrasi

Sampul Majalah Tempo Tahun 2016-2017, skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2017.

Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara

Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013, Skripsi Mahasiswa bidang Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta

September 2014.

Ahamad Algifari, Analisis Semiotika Terhadapt Foto Habitus Habib Karya

Dwianto Wibowo Pada Majalah Tempo Edisi 13-19 September 2010,

skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,

2017.

Artikel

Artikel diakses pada 2 Januari 2018 pukul 00.08 WIB dari

http://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-kepustakaan.html

Tempo Media Group, “Kelompok Tempo Media”, artikel ini diakes pada 7

Oktober pukul 23.53 WIB dari https://www.Tempo.co/about\

Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakes pada 8 Oktober pukul

00.26 WIB dari https://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah

Artikel ini diakses pada 6 November 2018 pukul 22.27 WIB dari

https://nasional.kompas.com/read/2015/07/11/16344751/Dituding.Buat.Be

rita.Bohong.Ini.Komentar.Pemred.Tempo..

Artikel ini diakses pada 27 Januari 2018 pukul 21.04 WIB dari

https://majalah.Tempo.co/read/155924/survei-membuktikan

Artikel ini diakses pada 27 Januari 2018 pukul 23.01 WIB dari

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43797796

Artikel ini diakses pada 28 Januari 2018 pukul 16.33 WIB dari

https://nasional.sindonews.com/read/1203662/12/ustaz-felix-siauw-

ungkap-indikasi-pemerintahan-jokowi-anti-islam-1494296485

 

Page 84: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

71

Artikel ini diakses pada 28 Januari 2018 pukul 16.35 WIB dari

https://nasional.sindonews.com/read/1203646/13/ustaz-felix-sayangkan-

aksi-bela-islam-dibalas-pembubaran-hti-1494293651

Artikel ini diakses pada 28 Januari 2018 pukul 16.59 WIB dari

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4265652/jokowi-waspadai-4-

isu-ini-jelang-pilpres-2019

Artikel ini diakses pada 28 Januari 2018 pukul 17.00 WIB dari

https://news.detik.com/berita/4127979/cak-imin-bandingkan-tradisi-

berserban-di-nu-dengan-fpi

Artikel ini diakses pada 28 Januari 2018 pukul 17.39 WIB dari

https://muslim.or.id/21115-memakai-sorban-disunnahkan.html

Artikel ini diakses pada 29 Januari 2018 pukul 12.54 WIB dari

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161205091436-20-

177377/menghitung-jumlah-peserta-aksi212-di-jantung-jakarta

Artikel ini diakses pada 25 Februari pukul 21.30 WIB dari

https://wolipop.detik.com/hijab-update/d-3529053/baju-lebaran-warna-

putih-masih-tren-atau-sudah-kuno-ini-kata-desainer

Lain-lain

Achmad Basuki, Makna Warna dalam Desain, Presentasi Online Mahasiswa

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Al-Qur‟an dan Terjemahannya , Surat Al-Hajj (22):41

 

Page 85: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

72

LAMPIRAN

Susunan Redaksional Majalah Tempo

1. Pemimpin Redaksi Arif Zulkifli

2. Redaktur Eksekutif Setri Yarsa

3. Nasional Dan Hukum:

- Redaktur Pelaksana Bagja Hidayat

- Redaktur Utama Anton Aprianto

- Redaktur Abdul Manan, Anton Septian, Rusman

Paraqbueq

- Staf Redaksi I Wayang Agus Purnomo, Syailendra

Persada, Linda Novi Trianita

4. Ekonomi Dan Media:

- Redaktur Pelaksana Yangdhri Arvian

- Staf Redaksi Khairul Anam, Praga Utama

5. Investigasi

- Redaktur Mustafa Silalahi, Stefanus Teguh Edi

Pramono

- Staf Redaksi Erwan Hermawan, Istman Muhtarom

6. Internasional

- Redaktur Pelaksana Kurniawan

- Redaktur Mahardika Satria Hadi

 

Page 86: MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAM PRESIDEN JOKOWI MENUJU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45620/1/FARADHITA... · Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

73

7. Seni & Intermezo

- Redaktur Pelaksana Seno Joko Suyono

- Redaktur Utama Nurdin Kalim

- Staf Redaksi Moyang Kasih Dewi Merdeka, Prihandoko

8. Sains, Sport & Kolom

- Redaktur Pelaksana Yos Rizal Suriaji

- Redaktur Utama Firman Atmakusuma

- Redaktur Irfan Budiman

- Staf Redaksi Gabriel Wahyu Titiyoga, Nur Haryangto,

Indra Wijaya

9. Gaya Hidup

- Redaktur Pelaksana Sapto Yunus

- Redaktur Reza Maulana

- Staf Redaksi Raymundus Rikang Rw, Nur Alfiyah