Upload
dion-prayoga
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
1/140
MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman
Nangka Beur it Kabupaten Subang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan
Oleh :
Hadi Permana
NIM. 41808985
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMASFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIABANDUNG
2013
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
2/140
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia Nya pada akhirnya
Peneliti dapat membuat dan menyelesaikan Skripsi dengan lancar.
Ada pun tujuan dari Penyusunan Skripsi ini adalah sebagai bukti bahwa
penulis telah melaksanakan penelitian sebagai syarat menempuh ujian sarjana
pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi kehumasan.
Dalam Penyusunan Skripsi ini penulis berharap semoga penelitian yang
akan dilakukan ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak penulis
khususnya dan terutama bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibunda dan Ayahanda Tercinta dan
peneliti memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang sudah membantu penulis dalam Penyusunan Skripsi ini. Dengan segala
kerendahan hati, saya sebagai penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
Yang Terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan
memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai
literatur bagi yang membutuhkan.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
3/140
vii
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M. Si, Selaku Ketua Program Studi IlmuKomunikasi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Dosen Wali dan
Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu penulis saat melakukan
kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan dan yang telah
banyak sekali memberikan arahan, waktu dan tempat untuk membimbing
penulis dari mulai bimbingan hingga penyusunan . Terimakasih juga atas
segala nasehat dan dorongan yang membuat penulis tidak henti-hentinya
berjuang dan terus semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. yang cukup
membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini, serta
banyak memberikan bimbingan, arahan dan nasehatnya agar penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
3. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi IlmuKomunikasi, yang telah memberikan ilmunya, nasehat, motivasi, arahan,
semangat hingga proses penelitian selesai.
4. Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi & PublicRelations: Rismawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P., S.I.Kom., Inggar
Prayoga, S.I.Kom., Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos.,
M.Si., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Yadi Supriadi, S.Sos., M. Phil,
Olih Solihin, S. Sos., M.Siserta seluruh dosen-dosen yang telah memberikan
ilmunya selama ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima
kasih yang tiada tara untuk segala jasanya serta dukungan yang telah
diberikan kepada peneliti selama ini.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
4/140
viii
5. Yth. Ibu Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu AstriIkawati., A.Md,.Kom., dan Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Selaku
Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM, yang telah
membantu kelancaran proses administrasi skripsi penulis dari pra hingga
pasca skripsi.
6. Bapak Guru Jojo selaku ketua pengurus pemakaman Nangka BeuritKabupaten Subang yang telah memberikan perizinanya bagi peneliti.
7. Pak Sailselaku pengurus pemakaman Nangka Beurit, yang telah meluangkanwaktunya bagi peneliti.
8. Keluarga Tercinta yang sudah memberikan dorongan baik itu materil maupunimmateril. Thanks for allIbu dan Bapak, selaku orang tua penulis yang sudah
banyak memberikan supportnya, doanya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini Love You.
9. My Brother Abib Pazua atas support dan kontribusinya meminjamkancomputerdan cannonnya..Nuhun pisanYuli Bayu Atuti. Walaupun tiap
malem suka,ganggu konsentrasi,,,but, I Love U So Much Kecerewetanmu
adalah motivasi bagi aku..:)
10.Sahabat-sahabat Humas 3 tersayang Indra Purnama, Indra Saputra,
Prasetya, Ligga, dll yang tidak bisa penulis sebut satu persatu..terimakasih
untuk kalian yang selalu mengingatkan dan sudah banyak membantu
penulis..kalian bakalan slalu jadi sahabat terbaik!
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
5/140
ix
Akhir kata, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan usulan penelitian ini. Jerih payah yang
tak ternilai ini akan penulis jadikan sebagai motivasi di masa yang akan
datang.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan usulan penelitian ini. Penulis berharap
semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
sekalian umumnya.
Bandung, Februari 2013
Peneliti
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
6/140
x
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
ABSTRACT............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABAL ...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Pertanyaan Makro .................................................................... 13
1.2.2. Pertanyaan Mikro ..................................................................... 14
1.3. Kegunaan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian .................................................................... 14
1.3.2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis .................................................................... 15
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
7/140
xi
1.4.2. Kegunaan Praktis ..................................................................... 15
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................... 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 19
2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya
2.1.1.1. Tinjauan Penelitian ........................................................... 19
2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.2.1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 21
2.1.2.2. Unsur Komunikasi ............................................................ 23
2.1.2.3. Tujuan Komunikasi .......................................................... 24
2.1.3.Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi2.1.3.1. Sejarah Kajian Etnografi Komunikasi ............................ 242.1.3.2. Definisi Etnografi ............................................................... 262.1.3.3. Metode Etnografi Untuk Penelitian Komunikasi............. 28
2.1.4.Tinjauan Tentang Komunikasi Transendental2.1.4.1. Pengertian Komunikasi Transendental ............................. 302.1.4.2. Hakikat Komunikasi Transendental ................................. 30
2.1.5.Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik2.1.5.1. Sejarah Interaksi Simbolik.................................................. 32
2.1.6.Tinjauan Tentang Simbol2.1.6.1. Pengertian Simbolik ......................................................... 412.1.6.2. Jenis-jenis Simbol................................................................ 452.1.6.3.
Simbol-simbol Budaya Religi
............................................45
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
8/140
xii
2.1.7.Tinjauan Tentang Kebudayaan2.1.7.1. Pengertian Kebudayaan .................................................... 492.1.7.2. Unsur-unsur Kebudayaan.................................................... 50
2.1.8.Tinjauan Tentang Komunikator2.1.8.1. Pengertian dan Karakteristik Komunikastor..................... 652.1.8.2. Syarat-syarat Komunikator................................................. 672.1.8.3. Tugas Komunikator .......................................................... 70
2.1.9.Tinjauan Tentang Ziarah2.1.9.1. Sejarah Ziarah .................................................................. 732.1.9.2. Pengertian Ziarah ............................................................. 742.1.9.3. Tata Cara Ziarah .............................................................. 752.1.9.4. Fungsi Ziarah .................................................................... 762.1.9.5. Macam-macam Ziarah......................................................... 77
2.1.10.Tinjauan Tentang Pemakaman2.1.10.1. Pengertian Pemakaman .................................................. 78
2.1.11.Tinjauan Tentang Media2.1.11.1. Pengertian Media ........................................................... 792.1.11.2. Jenis-jenis Media ........................................................... 802.1.11.3. Fungsi Media ................................................................. 81
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Kerangka Teoritis ..................................................................... 81
2.2.2. Kerangka Konseptual ............................................................... 91
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
9/140
xiii
BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ........................................................................................... 95
3.1.1. Tinjauan Tentang Makam Nangka Beurit
3.1.1.1. Sejarah Makam Nangka Beurit ......................................... 95
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian ..................................................................... 101
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
3.2.2.1. Studi Pustaka .................................................................. 110
3.2.2.2. Studi Lapangan ............................................................... 112
3.2.3. Teknik Penentuan Informan
3.2.3.1. Informan Penelitian ........................................................ 115
3.2.3.2. Informan Kunci (Key Informan) ...................................... 117
3.2.4. Teknik Analisis Data ............................................................... 117
3.2.5. Teknik Pengujian Keabsahan Data ....................................... 119
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 1213.3.2. Waktu Penelitian ....................................................................... 122
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Identitas Informan dan Informan Kunci4.1.1. Informan Penelitian ................................................................. 1294.1.2. Informan Kunci ........................................................................ 135
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
10/140
xiv
4.2.1.Situasi Simbolik Makna Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupeten Subang ....................................................................... 138
4.2.1.1.Objek Fisik Benda ............................................................ 1394.2.1.2.Objek Sosial (Perilaku Manusia) .................................... 143
4.2.2. Produk Interaksi Sosial Makna Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupeten Subang ...................................................................... 146
4.2.3. Interpretasi Makna Ziarah Sebagai Media KomunikasiTransendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten
Subang .......................................................................................... 147
4.2.3.1.Tindakan Tertutup ............................................................ 1484.2.3.2.Tindakan Terbuka ............................................................ 150
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian4.3.1. Situasi Simbolik Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi
Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten Subang
...................................................................................................... 152
4.3.1.1.Objek Fisik Benda ............................................................ 152
4.3.1.2.Objek Sosial Perilaku Manusia ........................................ 1564.3.2. Produk Interaksi Sosial Makna Ziarah Sebagai Media
Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupeten Subang ....................................................................... 160
4.3.3. Interpretasi Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
11/140
xv
Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupeten
Subang .......................................................................................... 161
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ................................................................................................. 1685.2.Saran ........................................................................................................... 171
5.2.1. Saran Bagi Pengurus Pemakaman Nangka BeuritKabupaten Subang .................................................................... 171
5.2.2.Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................ 171
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 172
LAMPIRAN ........................................................................................................ 175
CURRICULLUM VITAE............................................................................................
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
12/140
xvi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Krangka penelitian pendekatan etnografi 105
Tabel 3.2 Data Informan Penelitian 116
Tabel 3.3 Informan Kunci 117
Tabel 4.1 Jadwal Wawancara Informan 129
Table 4.2 Jadwal Wawancara Informan Kunci 135
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
13/140
xvii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1. Makam Arya Wangsa Goparan 5
Gambar 4.1. Informan Penelitian (Dedi) 130
Gambar 4.2. Informan Penelitian (Rachman A) 131
Gambar 4.3. Informan Penelitian (Asepudin) 132
Gambar 4.4. Informan Penelitian (Nurdin) 133
Gambar 4.5. Informan Penelitian (Suherman) 134
Gambar 4.5. Informan Kunci Penelitian (Humaedi) 136
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
14/140
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Surat Penugasan Menjadi Pembimbing Skripsi 175
Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi 176
Lampiran 3 Lembar Revisi Seminar Usulan Penelitian 177
Lampiran 4 Surat izin penelitian 178
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Informan 179
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Informan Kunci 180
Lampiran 7 Pedoman Observasi 182
Lampiran 8 Transkip Observasi 183
Lampiran 9 Identitas Informan dan Informan Kunci 186
Lampiran 10 Hasil Wawancara Informan 192
Lampiran 11 Hasil Wawancara Informan Kunci 208
Lampiran 12 Dokumentasi 211
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
15/140
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang MasalahKomunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduaanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang
dapat dipahami oleh pihak lain.
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar atau primer manusia.
Komunikasi merupakan sarana interaksi antar manusia yang efektif.
Dinyatakan berinteraksi jika mereka yang terlibat masing-masing
melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia
disebut tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi menyangkut perasaan,
pikiran dan perbuatan manusia.
Adapun definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers, seorang
pakar sosiologi Pedesaan Amerika membuat definisi :
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu
sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian
(Rogers dan Kincaid dalam Cangara, 2004 : 19).
Sejak kita lahir dan selama hidupnya manusia akan selalu terlibat
dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi
dalam berbagai konteks kehidupan manusia dan sebagai makhluk sosial,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
16/140
2
kita perlu berhubugan, bergaul dengan sesama manusia lain. Itu
merupakan sisi dinamis dari manusia. Hubungan yang dilakukan atau
dijalin setiap saat merupakan kegiatan berkomunikasi. Dalam ilmu
komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi yang dilakukan antara
manusia dengan Tuhannya, dalam ilmu komunikasl disebut komunikasi
transendental dan komunikasi ini dalam istilah Islam dikenal dengan
sebutan hablu minnallah dan habluminannas.
Komunikasi transendental memang tidak pernah dibahas secara
luas, cukup dikatakan bahwa komunikasi transendental adalah komunikasi
antara manusia dengan Tuhan, dan karenanya masuk dalam bidang agama.
Dedy Mulyana, pakar ilmu komunikasi, mengatakan bahwa, bentuk
komunikasi ini paling sedikit dibicarakan dalam disiplin ilmu komunikasi,
tetapi justru bentuk komunikasi inilah yang terpenting bagi manusia.
Karena keberhasilan manusia melakukannya tidak saja menentukan
nasibnya di dunia tetapi juga di akhirat.
Dalam komunikasi transendental, tanda-tanda atau lambang-
lambang Allah SWT lazim disebut ayat-ayat Allah. Dan ayat-ayat Allah
itu terbagi atas dua, yaitu ayat-ayat Quraniyah (firman Allah dalam
Alquran) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Ke dua ayat tersebut
saling mengisi dan menjelaskan. Karena dalam Alquran tercantum dengan
rinci bagaimana luasnya alam semesta yang bisa kita lihat dengan kasat
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
17/140
3
mata dan menjelaskan pula tentang alam barzah, alam akhirat, surga dan
neraka sebagai alam ghaib.
Makna komunikasi transendental biasa diartikan proses membagi
ide, informasi dan pesan dengan orang lain pada tempat dan waktu tertentu
serta berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat transenden (metafisik
dan pengalaman supranatural). Hingga komponen komunikasi seperti
siapa (what) bisa bersifat metafisik, isi (say what) juga berhubungan
dengan metafisik, demikin juga dengan kepada siapa (to whom) dan media
perantara (chanel) serta efeknya.
Pemakaman Nagka Beurit atau Makam Aria Wangsa Goparana
yang terletak di Blok Karang Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler,
Kecamatan Sagalaherang. Karena berada di Blok Karang Nangka Beurit,
maka situs ini lebih dikenal dengan sebutan Keramat Nangka Beurit.
Komplek makam berada di ujung kampung dekat areal persawahan
tepatnya pada koordinat 063959 Lintang Selatan dan 1073905 Bujur
Timur.
Untuk menuju makam, setelah melalui gerbang masuk berbentuk
gapura bentar yang berada di ujung kampung, kemudian melewati jalan
setapak yang sudah diplester. Di kanan jalan merupakan areal persawahan,
sedang di kiri jalan jurang sedalam sekitar 4 m. Pada jurang tersebut
terdapat banyak tumbuhan buah-buahan seperti durian, jambu air, nangka
dan juga pala. Jalan setapak yang harus dilalui ini jauhnya sekitar 500 m.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
18/140
4
Pada ujung jalan setapak sebelum sampai ke komplek makam terdapat
beberapa makam masyarakat. Kompleks makam Keramat Nangka Beurit
dikelilingi pagar dengan gerbang masuk terletak di bagian selatan
kompleks. Gerbang masuk berupa gapura berbentuk paduraksa dilengkapi
pintu besi. Di dalam kompleks terdapat pemakaman umum. Makam-
makam umum ada yang dilengkapi jirat ada pula yang tidak berjirat.
Makam yang tidak berjirat pada umumnya dilengkapi nisan batu pipih
panjang ada yang berbentuk seperti kujang. Pada bagian tenggara
kompleks makam terdapat beberapa makam yang berada pada lahan
berpagar tembok. Tokoh yang dimakamkan di bagian tersebut adalah para
juru kunci. Gerbang masuk ke komplek makam para juru kunci berupa
gapura paduraksa. Makam Aria Wangsa Goparana berada pada bagian
barat laut komplek makam. Makam berada pada bangunan cungkup
permanen dengan atap tumpang dari bahan genting. Pintu masuk cungkup
berada di sisi timur. Pada dinding sisi utara, barat, dan selatan terdapat
jendela kaca. Kondisi makam Aria Wangsa Goparana sulit dilihat karena
tertutup kain kelambu. Nisan makam dibungkus kain putih sehingga
bentuknya sulit diketahui. Di sebelah timur cungkup makam Aria Wangsa
Goparana terdapat bangunan mushala yang bernama Mushala Al-Ikhlas.
Seluruh bangunan di kompleks makam ini merupakan bangunan baru yang
pemugarannya dilaksanakan pada 25 Maret 1984 dan peresmiannya pada
27 Mei 1984.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
19/140
5
Arya Wangsa Goparana adalah tokoh penyebar Islam di
Sagalaherang. Tokoh ini merupakan putera Sunan Wanaperi, raja kerajaan
Talaga. Di Talaga, Arya Wangsa Goparana merupakan orang pertama
yang memeluk Islam. Ketika itu ia mendapat pelajaran dari Sunan
Gunungjati. Pada tahun 1530 ia mengadakan perjalanan ke arah barat
dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya
meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan
Limbangan. Ketika itu kawasan ini merupakan wilayah kerajaan
Sumedang Larang. Arya Wangsa Goparana menurunkan lima orang putera
yaitu Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara,
Cakradiparana, dan Yudamanggala. Putera Arya Wangsa Goparana ini
kemudian menyebar ke daerah Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon),
Cikundul dan tempat-tempat lain. Di tempat yang baru, keturunan Arya
Wangsa Goparana banyak yang menjadi orang penting seperti bupati dan
ulama besar.
Gambar 1.1.
Makam Arya Wangsa Goparana
Sumber : www.google.com
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
20/140
6
Makam Keramat Nangka Beurit merupakan salah salah satu
fenomena warisan budaya yang keadaannya masih terjaga sampai saat ini,
dan keadaannya dijadikan sebagai tempat media ziarah bagi pengunjung
yang datang ke pemakaman keramat ini.
Seperti yang telah dijelaskan olehBoove dan Thi ll ,bahwa definisi
budaya adalah :
system sharingatas symbol-simbol kepercayaan, sikap, nilai-nilai,
harapan dan norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini, semuaanggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang
bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi serta
cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Seorang Esposito dalam karya fontumentalnya (Ensiklopedi
Oxford: Dunia Islam Modern). Menyatakan hasil risetnya tentang ziarah
kubur sebagai hal yang pernah dilakukan umat islam zaman dahulu dan
memiliki kecenderungan dilakukan sampai saat ini oleh golongan Islam
yang masih menyakini tentang wasiah atau perantara orang-orang suci
(Esposito, 2001:196). Umumnya umat Islam yang mempercayai hal itu
dalam hidupnya dalam waktu tertentu berkunjung ke pemakaman tertentu
yang dianggap sebagai orang suci semasa hidupnya. Seperti halnya makam
Nangka Beurit Kabupaten Subang, yang sering dikunjungi oleh
masyarakat untuk melakukan tradisi berziarah.
Pada masyarakat tertentu, tradisi yang berkaitan dengan peristiwa
kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya
termasuk budaya ziarah kubur ternyata memiliki banyak ragamnya.
berbagai tradisi itu secara turun temurun dilestarikan oleh para
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
21/140
7
penduduknya dengan berbagai motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari
pandangan hidup masyarakat pada umumnya. Dalam pandangan
masyarakat yang sering melakukan ziarah kubur, diantaranya bahwa roh
orang suci itu memiliki daya melindungi alam. Berikut merupakan
padangan masyarakat mengenai ziarah yang telah diperjelas oleh
Koentijaraningarat :
Orang suci yang meninggal, arwahnya tetap memiliki daya sakti,yaitu dapat memberikan pertolongan kepada orang yang masih
hidup sehingga anak cucu yang masih hidup senantiasa berusaha
untuk tetap berhubungan dan memujanya. (Koentijaraninggrat,
1984:185).
Hal ini desebabkan dalam pandangan masyarakat umumnya roh
yang meninggal itu bersifat abadi. Pada pernyataan tersebut peneliti
memfokuskan objek pemakaman Nangka Beurit sebagai tempat berziarah,
yang dijadikan sebagai media transendental. Fenomena ini dijadikan
sebagai kebudayaan bagi masyarakat yang melakukan ritual ziarah dengan
tujuan mendoakan, adanya tujuan atau harapan, merupakan peribadatan
kepada Tuhan dan sebagai budaya yang turun-temurun.
Ziarah dijadikan media sebagai makna penyampaikan pesan-pesan
yang bersifat verbaldan non verbal. Pemanfaatan media-media tradisional
tentu saja tidak terlepas dari fungsinya masing-masing. Media tradisional
dipergunakan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-
pesan tertentu, dimana pemanfaatan media-media berfungsi untuk
mentransmisikan pesan, menghibur, mendidik, mempengaruhi, juga
mentransmisikan warisan sosial dan budaya dari suatu generasi ke generasi
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
22/140
8
berikutnya. Pesan-pesan tersebut ditransmisikan melalui simbol-simbol
bahasa, warna, gerak, dan sebagainya yang memiliki makna.
Makna yang terekspresikan secara langsung dapat diamati lewat
bahasa, sedangkan yang tersembunyi bisa diamati melalui kata-kata secara
tidak langsung dan juga melalui perilaku serta dari sumber yang diamati
seperti simbol-simbol. Menurut James P. Spradley (1997 : 121) dan
dikutip oleh Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi, bahwa:
Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.
(Sobur, 2006 : 177)
Menurut Clifford Geertz(1922 : 51) dan dijelaskan kembali oleh
Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi, bahwa: Makna hanya
dapat disimpan di dalam simbol. (Sobur, 2006 : 177)
Sekalipun demikian, didalam setiap masyarakat, orang tetap
menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah
laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta
untuk memahami dunia tempat mereka hidup.
Sistem simbol dan makna tersebut dapat diaplikasikan melalui
interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik menurut Mulyana dan
dikutip dalam bukunya Alex Sobur yang berjudul Semiotika
Komunikasi, adalah: Suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manuisa,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
23/140
9
yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (Sobur,
2006 : 197)
Sedangkan menurut Engkus Kuswarno dalam bukunya
Etnografi Komunikasimengatakan bahwa:
Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi
secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan
masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antara individu
berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitassosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa
individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu
itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh,
vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai
maksud dan disebut dengan simbol. (Engkus Kuswarno, 2011 :
22)
Adapun menurut teoritisi interaksi simbolik yang dipaparkan
dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karya Deddy Mulyana
bahwa:
Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan
menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia
menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang
mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan
juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini
terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.
(Deddy Mulyana, 2010 : 71)
Dari beberapa esensi mengenai interaksi simbolik di atas, secara
tidak langsung memberitahukan bahwa hidup agaknya memang digerakan
oleh simbol-simbol, dibentuk oleh simbol-simbol, dan dirayakan dengan
simbol-simbol dan itu yang menjadikan suatu aktivitas sebagai ciri khas
manusia termasuk aktivitas budaya.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
24/140
10
Dalam masyarakat, kebudayaan sering diartikan sebagai the
general body of the arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat,
seni rupa, ilmu pengetahuan dan filsafat, atau bagian-bagian yang indah
dari kehidupan manusia, sedangkan menurut para ahli kebudayaan
diartikan sebagai berikut :
Pengertian paling tua atas kebudayaan diajukan oleh Edward
Burnett Tylordalam karyanya berjudul Primitive Culturedan dikutip
oleh Alo Liliweri, dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar
Komunikasi Antar Budaya yang menyatakan bahwa: Kebudayaan
adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang
dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. (Liliweri, 2004
: 107).
Menurut Selo Soemarjandan Soelaeman Soemardidalam buku
yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar karya Soerjono Soekanto,
kebudayaan didefinisikan sebagai berikut :
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar,
agar kekuatan serta hasil dapat diabadikan untuk keperluan
masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2007 : 151)
Dikatakan (Geertz, dalam Susanto, 1992:57) dan dikutip kembali
oleh Alex Sobur, dalam buku Semiotika Komunikasi:
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
25/140
11
Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang
dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah.
Kebudayaan adalah sistem dari konsep-konsep yang diwariskandan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana
manusia berkomunikasi, mengekalkan dan memperkembangkan
pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap
kehidupan ini. (Alex Sobur, 2006 : 178)
Kearifan terlahir dari nilai-nilai dan perilaku dalam tatanan
kehidupan masyarakat dalam proses yang tidak singkat dan
keberlangsungannya dimediakan secara turun temurun. Kearifan lokal
(local wisdom) merupakan kebijaksanaan yang dipraktekkan dalam
berkehidupan masyarakat di suatu kawasan dengan menerapkan
pengetahuan-pengetahuan lokal sesuai dengan watak dan perilaku
masyarakatnya. Kearifan lokal ini disebut juga sebagai kearifan
tradisional. Menurut Nina H. Lubis,dalam bukunya Sejarah dan Budaya
Politik, Kearifan tradisional didefinisikan sebagai berikut :
"Kearifan tradisional atau kearifan lokal adalah sesuatu yang
berakar pada masa lalu dalam kehidupan tradisional lokal yang
dijadikan rujukan tatanan kehidupan dan kebudayaan lokal masing-
masing. Setiap kelompok memiliki kearifan lokal tersendiri untuk
memelihara kesatuan integritas dan juga jati diri kelompok atau
kaumnya. Kearifan tradisional artinya wawasan atau cara pandang
menyeluruh yang bersumber dari tradisi kehidupan. (Nina H.Lubis, 2002 : 221)
Ajip Rosidi dalam bukunya yang berjudul Kearifan Lokal,
mengatakan bahwa istilah Kearifan Lokal merupakan terjemahan dari
Local Genius. Local Geniussendiri diperkenalkan pertama kali oleh
Quaritch Wales pada tahun 1948-1949 dengan arti : Kemampuan
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
26/140
12
kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada
waktu kebudayaan itu berhubungan. (Rosidi, 2011 : 29)
Bertolak dari penjelasan secara keseluruhan yang telah
dikemukakan di atas. peneliti menyadari bahwa pentingnya keberadaan
kebudayaan dalam suatu daerah, karena kebudayaan merupakan fakta
kompleks yang selain memiliki kekhasan pada batas tertentu juga
memiliki ciri yang bersifat universal dan menyangkut semua aspek
kehidupan manusia yang disampaikan melalui suatu media ataupun
interaksi, tetapi dewasa ini terdapat kecenderungan memudarnya nilai-nilai
budaya pada setiap segi kehidupan masyarakat, khususnya budaya ziarah
yang dijadikan sebagai media komunikasi transcendental.
Pada zaman dahulu orang menganggap ziarah sebagai kunjungan
yang merujuk pada aktivitas mengunjungi pemakaman dengan maksud
mendoakan bagi yang sudah meninggal dan mengingat akan kematiannya.
Dalam hal ini Eposito (2001:195) berdasarkan dokumen kaum Sunni, pada
suatu waktu antara periode 610 dan 622, Nabi jelas-jelas melarang
mengunjungi pemakaman dikarenakan bobot praktik tersebut cenderung
berlebihan. Seperti menangis di samping kuburan atau menatapi orang
yang sudah tiada, mengelus-elus kuburan, bahkan sampai aksi menampar
pipi dan merobek pakaian (Bukhori, janaiz, hadis 382) Kegiatan yang
berlebihan semacam itulah yang samapai pada akhirnya muncul
pelanggaran praktik ziarah kubur.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
27/140
13
Spradley menjelaskan focus perhatian etnografi adalah pada apa
yang individu dalam suatu masyarakat lakukan (prilaku), kemudian apa
yang mereka bicarakan (bahasa), dan trakhir apakah ada hubungan antara
prilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyrakat tersebut,
sebaik apa yang mereka buat atau mereka pakai sehari-hari (artifak).
Disini peneliti tertarik untuk dapat meneliti mengenai Makna
Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental (Studi Etnografi
Komunikasi Mengenai Ziarah di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang), dimana disini peneliti ingin memberikan penjelasan
mengenai adanya suatu tradisi ziarah yang sering dilakukan oleh
masyarakat sebagai budaya yang dijadikan tradisi komunikasi
transendental bagi yang berkunjung ke pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang.
1.2. Rumusan MasalahDalam penelitian ini, peneliti dapat merumuskan masalah
berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya, yakni :
1.2.1.Pertanyaan MakroBerdasarkan masalah diatas maka didapat pertanyaan makro
dalam penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :
Bagaimana Makna Ziarah Sebagai Media Komunikasi
Transendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten
Subang?
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
28/140
14
1.2.2.Pertanyaan Mikro
Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari
fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan
subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai Pertanyaan Mikro.
Dimana Pertanyaan Mikro akan dijabarkan seperti dibawah ini :
1. Bagaimana Situasi Simbolik Ziarah Sebagai Media KomunikasiTransendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang?
2. Bagaimana Produk Interaksi Sosial Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang?
3. Bagaimana Interpretasi Ziarah Sebagai Media KomunikasiTransendental di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang?
1.3. Kegunaan Penelitian1.3.1.Maksud Penelitian
Adapun disini peneliti memiliki maksud dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menguraikan, mengenai Makna Ziarah Sebagai
Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang.
1.3.2.Tujuan PenelitianBekaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka adapun tujuan
dari dilakukannya penelitian ini adalah :
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
29/140
15
1. Untuk Mengetahui Situasi Simbolik Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang.
2. Untuk Mengetahui Produk Interaksi Sosial Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang.
3. Untuk Mengetahui Interpretasi Ziarah Sebagai MediaKomunikasi Transendental di Pemakaman Nangka Beurit
Kabupaten Subang.
1.4. Kegunaan Penelitian1.4.1.Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi
bahan pengembangan ilmiah terutama bagi ilmu komunikasi khususnya
mengenai makna ziarah sebagai media komunikasi transendental serta
pengembangan ilmiah bagi ilmu sosial akan keberadaan budaya yang
ada dalam sosialitas kita, yang salah satu contoh nyatanya mengenai
ziarah sebagai media komunikasi.
1.4.2.Kegunaan Praktis
Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritisnya
peneliti pun memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang
dilakukan. Yaitu :
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
30/140
16
a) Kegunaan untuk PenelitiDengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat dan kegunaannya bagi peneliti. Dijadikan, sebagai
pengalaman dan pembelajaran dalam mengaplikasikan pemahaman
mengenai Ilmu Komunikasi secara umum dan Komunikasi
Transendental.
b) Kegunaan untuk AkademikAdapun manfaat dan kegunaannya bagi Akademisi.
Dijadikan, sebagai literature bagi mahasiswa secara umum, dan
bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, terutama bagi
para peneliti selanjutnya dengan kajian penelitian yang sama.
c) Kegunaan untuk MasyarakatDapat memberikan bahan masukan yang positif bagi
masyarakat baik dari segi informasi ataupun dari segi evaluasi.
Khususnya untuk yang melakukan Ziarah di Pemakaman Nangka
Beurit Kabupaten Subang.
1.5. Sistematika PenulisanPenulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dalam memberikan
gambarakn secara sistematis, maka peneliti menyusun susuan skripsi ke
dalam lima bab, yaitu :
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
31/140
17
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I peneliti menguraikan Latar belakang masalah,
Rumusan masalah, Pertanyaan makro, Pertanyaan mikro, Maksud dan
Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Lokasi dan waktu penelitian,
Sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek
teoritis dalam mengkaji tinjauan mengenai komunikasi meliputi ;
Pengertian komunikasi, Unsur-unsur komunikasi, Tujuan komunikasi.
Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi ; Sejarah Kajian Etnografi
Komunikasi, Definisi Etnografi, Metode Etnografi Untuk Penelitian
Etnografi. Tinjauan tentang komunikasi transendental ; Pengertian
komunikasi transendental, Hakikat komunikasi transendental, Tinjauan
tentang interaksi simbolik ; Sejarah Interaksi Simbolik. Tinjauan tentang
simbol : pengertian simbol, Jenis-jenis simbol. Tinjauan Tentang
Kebudayaan : Unsur-unsur Kebudayaan. Tinjauan tentang Komunikator ;
Pengertian dan karakteristik komunikator, Syarat-syarat komunikator,
Tugas komunikator. Tinjauan tentang ziarah secara umum dan khusus ;
Sejarah ziarah, pengertian ziarah secara umum dan khusus, tata cara
berziarah, macam-macam ziarah. Tinjauan tentang pemakaman secara
khusus dan umum; Pengertian pemakaman, Tinjauan tentang media ;
Pengertian media, jenis-jenis madia, Fungsi media. Kerangka pemikiran.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
32/140
18
BAB III OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini peneliti memberikan gambaran tentang sejarah
Makam Nangka Beurit Kabupaten Subang, Struktur organisasi yang ada di
pemakaman. Tinjauan Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang,
Tinjauan Ziarah secara Umum dan Khusus, Metode penelitian, Teknik
pengumpulan data, Teknik penentuan informan, Teknik analisa data, serta
Lokasi dan Waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai informan,
deskripsi hasil penelitian, dan deskripsi hasil penelitian mengenai Makna
Ziarah Sebagai Media Komunikasi Transendental di Pemakaman Nangka
Beurit Kabupaten Subang. Di bab ini peneliti menjelaskan hasil
penelitian yang terdiri dari gambaran data yang didalamnya
mengelompokkan data-data yang telah didapat oleh peneliti, dan
menganalisa data dilakukan peneliti dengan memperoleh hasil wawancara
peneliti dengan informan dan key informanpenelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini, peneliti menguraikan mengenai kesimpulan
dan saran yang diperoleh peneliti dari keseluruhan hasil penelitian yang
telah dilakukan.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
33/140
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
2.1.1.1.Tinjauan PenelitianDalam penelitian skripsi Asep Mamun, 2007. Dengan
judul (Persepsi Masyarakat terhadap Ziarah Kubur: Studi
Kasus atas Masyarakat Aeng Panas) Institut Dirasat Islamiyah
Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep Madura. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa ziarah kubur merupakan
anjuran Rasulullah SAW. Penelitian ini memfokuskan pada tiga
hal yaitu : (1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap ziarah
kubur? (2) Apakah motivasi yang mendorong masyarakat
melakukan ziarah kubur? (3) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan
ziarah kubur?.
Menurut beberapa teori bahwa persepsi orang melakukan
ziarah kubur adalah : (1) Untuk mendapatkan keselamatan, (2)
Adanya tradisi yang ada di masyarakat (3) Menjadi ajang bisnis.
Adapun motivasi orang berziarah kubur adalah : (1) Untuk
mengingat kematian, (2) Mendoakan Mayat (mayit), (3) Adanya
keyakinan bahwa ziarah kubur dapat mendatangkan ketenangan
batin dan (4) Sebagai ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan tata
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
34/140
20
cara pelaksanaan ziarah kubur ialah : (1) Bertindak sopan di area
perkuburan, (2) Mendoakan si Mayit, (3) Mengucapkan salam dan
(4) Menghadap kiblat.
Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, penulis
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif lapangan dengan
jenis penelitian studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini
adalah masyarakat Aeng Panas yang diambl lewat sampel. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan
studi dokumentasi.Sedangkan analisis data adalah analisis tematik.
Dari panggilan data dilapangan ditemukan bahwa persepsi
masyarakat Aeng Panas terhadap ziarah kubur adalah : (1) Sebagai
kegiatan mendatangi kuburan, (2) Mendoakan si mayit dan (4)
Sebagai ibadah kepada Allah SWT. Adapun motivasi masyarakat
Aeng Panas melakukan ziarah kubur adalah : (1) Mencari
keberkahan, (2) Berharap hajatnya segera dikabulkan Oleh Tuhan,
(3) Mendoakan si Mayit, (4) Untuk mengingat kematian, (5)
Mencari ketenangan batin dan (6) Untuk mengatasi problematika
hidup. Sedangkan tata cara yang dilakukan oleh masyarakat Aeng
Panas dalam melakukan ziarah kubur adalah : (1) Membersihkan
badan sebelum ziarah, (2) Suci dari hadast, (3) Mengucapkan
salam, (4) Tawasul kepada Rasulullah, sanak kerabat dan si Mayit
itu sendiri, (5) Membaca beberapa surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-
Falaq, An-Nas, Tahlil dan Yasin dan (6) Membaca doa.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
35/140
21
2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.2.1.Pengertian Komunikasi
Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan
mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi,
antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antarras, membina
kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.
Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-
permasalahan yang timbul akibat komunikasi.Manusia tidak bisa
hidup sendirian.Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama
manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan
hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus
hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil
rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri, bisa
berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten
atau kota, provinsi, dan Negara.
Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing
individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi antara proses
interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan
pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran
dan perasaan dalam bentuk percakapan.
Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan
(message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
36/140
22
(communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan atau
pesan disebut komunikan (communicate). Untuk lebih jelasnya,
maka komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan
komunikasi terdiri dari dua aspek.Pertama isi pesan ( the content of
the message), kedua lambang (symbol).Konkretnya isi pesan itu
adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. (Effendy,
2003:27)
Adapun pengertian komunikasi secara etimologis berasal
dari bahasa Latin Communicatio. Istilah ini bersumber dari kata
Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya sama
makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan.
Jika tidak ada kesamaan makna antara kedua aktor
komunikasi (Communicatin Actors) yakni komunikator dan
komunikan. Dengan kata lain apabila seorang komunikan tidak
mampu mengerti dan memahami pesan yang disampaikan oleh
komunikator, maka komunikasi tidak akan terjadi.
Scrhamm menyatakan bahwa field of experience atau
bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk
terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
37/140
23
akan berlangsung lancar dan sebaliknya, jika pengalaman
komunikator tidak sama dengan pengalaman komunikan, maka
akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, dengan kata
lain situasi yang terjadi tidak komunikatif atau misscommunication.
(Effendy, 2003:24)
2.1.2.2. Unsur Komunikasi
Proses komunikasi adalah dimana proses terjadinya
interaksi antara komunikator dan komunikan. Laswell dalam buku
Onong Uchjana Effendy Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
memberikan definisi atau pengertian komunikasi sebagai proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Dari definisi tersebut
menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni :
1. Who (siapa) : siapa yang mengkomunikasikan atau siapakomunikator yang menyampaikan pesan/infromasi kepada
komunikan.
2.
Says What (berkata apa) : apa yang dikatakan oleh
komunkator kepada komunikan.
3. In Which Channel (melalui saluran apa) : melalui saluranapa yang digunakan oleh komunikator dalam
menyampaikan informasi atau pesannya kepada
komunikan.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
38/140
24
4. With What Effect (dengan efek apa) : efek apa yangditimbulkan oleh isi pesan atau informasi yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003:253)
Jadi, komunikasi adalah sebagai proses atau tindakan
menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke
penerima (the receiver), melalui suatu medium (channel) yang
biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini,
komunikasi haruslah bersifat disengaja (intentional) serta
membawa perubahan.
2.1.2.3.Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri menurut buku
Onong Uchjana Effendy yang berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi,yaitu :
a. Mengubah sikap (to change the attitude)b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the
opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)d.
Mengubah masyarakat (to change the society)(Effendy, 2003:55)
2.1.3 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi2.1.3.1. Sejarah Kajian Etnografi Komunikasi
Etnografi komunikasi adalah suatu kajian mengenai pola-
pola komunikasi sebuah komunitas budaya. Secara makro kajian
ini adalah bagian dari etnografi.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
39/140
25
Etnografi komunikasi (ethnography of communication)
merupakan pengembangan dari Etnografi berbicara (Ethnography
of speaking), yang dikemukakan oleh Dell Hymes pada tahun 1962
(Ibrahim, 1994:5). Pengkajian Etnografi komunikasi ditujukan
pada kajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu
masyarakat, yaitu mengenai cara-cara bagaimana bahasa
dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda
kebudayaannya.
Thomas R. Lindlof dan Briyan C. Taylor, dalam bukunya
Qualitative Communicatin Research Methold, menyatakan
Ethnografi of Communication (EOC) cocnceptualizes
communication as a countinous flow of information, rather than as
segmented exchanges message (Lindlof & Taylor, 2002:44).
Dalam pernyataan tersebut, Lindof dan Taylor menegaskan bahwa
konsep komunikasi merupakan arus informasi yang
berkesinambungan, bukan sekedar pertukaran pesan antar
komponennya semata.
Etnografi komunikasi berakar pada istilah bahasa dan
interaksi sosial dalam aturan penelitian kulaitatif komunikasi.
Penelitiannya mengikuti tradisi psikologi, sosiologi, linguisitik,
dan antropologi. Etnografi komunikasi difokuskan pada kode-kode
budaya dan ritual-ritual.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
40/140
26
2.1.3.2. Definisi EtnografiIstilah Etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dangrafhy
(menguraikan), jadi etnografi yang dimaksud adalah usaha untuk
menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan (Meleong,
1990:13). Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang
meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam
deskrifsi kebudayaan (Spardley, 1997:12).
Etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya
secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang material
seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dan
sebagainya) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman,
kepercayaan, norma dan sistem nilai kelompok yang diteliti.
Uraian tebal (thick description) merupakan ciri utama etnografi
(Mulyana, 2003:161).
Etnografi komunikasi merupakan penerapan metode
etnografis pada pola komunikasi yang bermakna baik
menggunakan tuturan verbal maupun isyarat, bahasa tubuh atau
tanda nonverbal dalam sebuah kelompok. Di sini, seorang penafsir
mencoba memberikan pengertian bagi beragam bentuk komunikasi
yang digunakan oleh anggota kelompok atau budaya. Sebelum
istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah
etnografi berbicara (ethnography of speaking) lebih awal diacu
sebagai pemerian pemakaian bahasa lisan. Etnografi komunikasi
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
41/140
27
menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus
komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi
tulis (writing) serta komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh
(kinesics), atau tanda (signing).
Istilah etnography of speakingawalnya diperkenalkan oleh
seorang pakar antropologi dan sekaligus pakar linguistik Amerika,
Dell Hymes. Hymes memprihatinkan karya para pakar antropologi
dan linguistik yang melupakan wilayah komunikasi manusia yang
luas dan penting. Para antropolog telah lama melakukan kajian
etnografis tentang aspek-aspek budaya seperti sistem kekerabatan,
pandangan tradisional tentang obat-obatan dan penyembuhan
penyakit, persoalan bahasa diperlakukan di bawah aspek lain, yaitu
sebagai sarana untuk memperoleh topik-topik lain dari bahasa.
Banyak buku yang mengkaji tentang perbandingan agama,
perbandingan politik dan sebagainya, tetapi tidak ada buku tentang
perbandingan wicara dari berbagai suku. Para linguis, menurutnya
juga terlalu mementingkan bahasa sebagai sistem abstrak. Mereka
terpaku untuk memerikan dan menjelaskan struktur kalimat yang
dianggap gramatikal oleh penutur asli. Namun, bagaimana orang
menggunakan kalimat itu apakah berbeda dengan kalimat lain,
apakah kalimat itu menyuruh orang lain, atau memamerkan ujaran
saja, dianggap di luar perhatian teori linguistik. Menurut Hymes
para pakar ilmu sosial memisahkan diri dari isi tutur, dan kedua
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
42/140
28
pakar itu memisahkan diri dari pola penggunaan tutur (Hymes,
1974:126).
2.1.3.3. Metode Etnografi Untuk Penelitian KomunikasiMetode Etnografi merupakan pendekatan empiris dan
teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis
mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan
(fieldwork) yang intensif. Menurut Geertz (1973) etnograf bertugas
membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang
menggambarkan kejamakan struktur-struktur konseptual yang
kompleks, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-
for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai
kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada
detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-
proses sosial yang lebih luas.
Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada
penjelajahan kualitatif tentang nilai dan makna dalam konteks
keseluruhan cara hidup, yaitu dengan persoalan kebudayaan,
dunia-kehidupan (life-worlds) dan identitas. Dalam kajian budaya
yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili
beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan,
wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
43/140
29
Kerja seorang peneliti dengan metode ini, sesuai dengan
analogi yang dikemukakan Griffin adalah bagaikan seorang ahli
geografi yang melakukan pemetaan. Pemetaan yang dilakukan
peneliti adalah pemetaan sosial. Dalam melakukan pemetaan
peneliti berupaya untuk bekerja holistik, terkontekstualisasi,
menggunakan perspektif emik, serta menggunakan perspektif yang
bersifat tidak menyatakan pendapat (nonjudgemental orientation)
atas realitas yang diamati. Perspektif holistik berkenaan dengan
asumsi bahwa seorang peneliti harus memperoleh suatu gambaran
yang lengkap dan komprehensif tentang kelompok sosial yang
diteliti. Dalam pengkontekstualisasian data meliputi pengamatan
ke dalam suatu perspektif yang lebih besar, misalnya dalam
konteks politik, sejarah, ekonomi. Berkenaan dengan perspektif
emik, maka peneliti dalam mengumpulkan data akan berangkat
dari pandangan masyarakat setempat, meski tanpa harus
mengabaikan analisis ilmiah si peneliti sendiri, sedangkan orientasi
nonjudgemental merupakan orientasi yang mendorong peneliti
mengadakan eksplorasi tanpa melakukan penilaian yang tidak
sesuai dan tidak perlu. Oleh karena itu peneliti harus berusaha
untuk melihat budaya yang berbeda dengan budaya dia berasal
tanpa membuat penilaian tentang praktek- praktek yang diamatinya
itu. Dengan kata lain harus meninggalkan tindakan etnosentris.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
44/140
30
2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Transendental2.1.4.1. Pengertian Komunikasi Transendental
Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti
suatu yang tidak dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas
dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan
seseorang. Dalam istilah agama diartikan suatu pengalaman mistik
atau spiritual karenanya berada diluar jangkauan dunia.
Maka komunikasi transendental bisa diartikan peroses
membagi ide, informasi, dan pesan dengan orang lain pada tempat
dan waktu tertentu serta berhubungan erat dengan hal-hal yang
bersifat transenden (metafisik dan pengalaman supranatural).
Hingga komponen komunikasi seperti siapa (what) bisa bersifat
metafisik, isi (say what) juga berhubungan dengan metafisik,
demikian juga dengan kepada siapa (to whom) dan media perantara
(channel) serta efeknya.
2.1.4.2. Hakikat Komunkasi Transendental
Pernahkan Anda bersujud kepada Allah SWT di waktu
shalat malam dan merasakan bahwa Allah SWT memberikan
jawaban atas masalah yang dihadapi, apakah Anda pernah
mengetahui dengan persis apa yang akan terjadi pada diri sahabat
Anda padahal Anda sedang tak berada dekat dengannya?
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
45/140
31
Pernahkah Anda merasakan ada sesuatu hal yang akan terjadi pada
diri orang-orang yang Anda kasihi?
Apabila Anda pernah merasakan hal-hal tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Anda sedang menjalani
sebuah komunikasi yang sifatnya transendental.Komunikasi
Transendental secara teoritis dapat diartikan sebagai salah satu
wujud berpikir mengenai bagaimana menemukan hukum-hukum
alam dan keberadaan komunikasi manusia dengan Allah SWT atau
antara manusia dengan kekuatan yang diluar kemampuan pikir
manusia tahu keberadaannyadilandasi oleh rasa cinta (mahabbah)
tanpa pamrih. Itulah sebabnya mengapa kita sering merasakan
adanya firasat tertentu mengenai apa yang akan atau sedang terjadi
pada orang-orang yang kita kasihi. Cinta tulus tanpa
pamrihmenjadi syarat dari munculnya komunikasi transendental.
Walaupun diakui eksistensinya oleh manusia, Komunikasi
Transendental sangat dirahasiakan oleh manusia.Membicarakan
eksistensi Komunikasi Transendental sendiri merupakan penemuan
dari hasil interaksi manusia dan perenungan yang mendalam
tentang penciptaanya.Penemuan manusia atas komunikasi
transendental pada akhirnya dapat digunakan untuk mencari
kebenaran sebagai pedoman hidup manusi di alam ciptaan Allah
SWT yakni dunia. Melalui komunikasi transendental hidup
manusia akan terasa tentram, damai, dan sejahtera karena dilandasi
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
46/140
32
oleh rasa cinta tanpa pamrih sebagaimana cinta sang ibu kepada
anaknya. Demikina pula rasa cinta kepada sang Pencipta dan
kepada sesama manusia.
2.1.5.Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik2.1.5.1. Sejarah Interaksi Simbolik
Sejarah Teori Interaksi Simbolik tidak bisa dilepaskan dari
pemikiran George Harbert Mead (1863-1931). Mead dilahirkan di
Hadley, satu kota kecil di Massachusetts. Karir Mead berawal saat
beliau menjadi seorang professor di kampus Oberlin, Ohio,
kemudian Mead berpindah pindah mengajar dari satu kampus ke
kampus lain, sampai akhirnya saat beliau di undang untuk pindah
dari Universitas Michigan ke Universitas Chicago oleh John
Dewey. Di Chicago inilah Mead sebagai seseorang yang memiliki
pemikiran yang original dan membuat catatan kontribusi kepada
ilmu sosial dengan meluncurkan the theoretical perspective yang
pada perkembangannya nanti menjadi cikal bakal Teori Interaksi
Simbolik, dan sepanjang tahunnya, Mead dikenal sebagai ahli
sosial psikologi untuk ilmu sosiologis. Mead menetap di Chicago
selama 37 tahun, sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1931
(Rogers. 1994: 166).
Semasa hidupnya Mead memainkan peranan penting dalam
membangun perspektif dari Mahzab Chicago, dimana
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
47/140
33
memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial,
maka aspek internal juga perlu untuk dikaji (West-Turner. 2008:
97). Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat non verbal dan
makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran orang
yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan
Mead, setiap isyarat non verbal (seperti body language, gerak fisik,
baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll)
yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak
yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol
yang mempunyai arti yang sangat penting (a significant symbol).
Menurut Fitraza (2008), Mead tertarik mengkaji interaksi
sosial, dimana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan
simbol yang bermakna. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku
orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita
dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya
dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Selain Mead, telah banyak ilmuwan yang menggunakan
pendekatan teori interaksi simbolik dimana teori ini memberikan
pendekatan yang relatif khusus pada ilmu dari kehidupan
kelompok manusia dan tingkah laku manusia, dan banyak
memberikan kontribusi intelektual, diantaranya John Dewey,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
48/140
34
Robert E. Park, William James, Charles Horton Cooley, Ernest
Burgess, James Mark Baldwin (Rogers. 1994: 168).
Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi
simbolik, dimana pada saat itu dasar pemikiran Mead terpecah
menjadi dua Mahzab (School), dimana kedua mahzab tersebut
berbeda dalam hal metodologi, yaitu (1) Mahzab Chicago (Chicago
School) yang dipelopori oleh Herbert Blumer, dan (2) Mahzab
Iowa (Iowa School) yang dipelopori oleh Manfred Kuhn dan
Kimball Young (Rogers. 1994: 171).
Mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blumer
(pada tahun 1969 yang mencetuskan nama interaksi simbolik) dan
mahasiswanya, Blumer melanjutkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Mead. Blumer melakukan pendekatan kualitatif,
dimana meyakini bahwa studi tentang manusia tidak bisa
disamakan dengan studi terhadap benda mati, dan para pemikir
yang ada di dalam mahzab Chicago banyak melakukan pendekatan
interpretif berdasarkan rintisan pikiran George Harbert Mead
(Ardianto. 2007: 135). Blumer beranggapan peneliti perlu
meletakkan empatinya dengan pokok materi yang akan dikaji,
berusaha memasuki pengalaman objek yang diteliti, dan berusaha
untuk memahami nilai-nilai yang dimiliki dari tiap individu.
Pendekatan ilmiah dari Mahzab Chicago menekankan pada riwayat
hidup, studi kasus, buku harian (Diary), autobiografi, surat,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
49/140
35
interview tidak langsung, dan wawancara tidak terstruktur
(Wibowo. 2007).
Mahzab Iowa dipelopori oleh Manford kuhn dan
mahasiswanya (1950-1960an), dengan melakukan pendekatan
kuantitatif, dimana kalangan ini banyak menganut tradisi
epistemologi dan metodologi post-positivis (Ardianto. 2007: 135).
Kuhn yakin bahwa konsep interaksi simbolik dapat
dioprasionalisasi, dikuantifikasi, dan diuji. Mahzab ini
mengembangkan beberapa cara pandang yang baru mengenai
konsep diri (West-Turner. 2008: 97-98). Kuhn berusaha
mempertahankan prinsip-prinsip dasar kaum interaksionis, dimana
Kuhn mengambil dua langkah cara pandang baru yang tidak
terdapat pada teori sebelumnya, yaitu: (1) memperjelas konsep diri
menjadi bentuk yang lebih kongkrit; (2) untuk mewujudkan hal
yang pertama maka beliau menggunakan riset kuantitatif, yang
pada akhirnya mengarah pada analisis mikroskopis (LittleJohn.
2005: 279). Kuhn merupakan orang yang bertanggung jawab atas
teknik yang dikenal sebagai Tes sikap pribadi dengan dua puluh
pertanyaan [the Twenty statement self-attitudes test (TST)]. Tes
sikap pribadi dengan dua puluh pertanyaan tersebut digunakan
untuk mengukur berbagai aspek pribadi (LittleJohn. 2005: 281).
Pada tahap ini terlihat jelas perbedaan antara Mahzab Chicago
dengan Mahzab Iowa, karena hasil kerja Kuhn dan teman-
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
50/140
36
temannya menjadi sangat berbeda jauh dari aliran interaksionisme
simbolik. Kelemahan metode Kuhn ini dianggap tidak memadai
untuk menyelidiki tingkah laku berdasarkan proses, yang
merupakan elemen penting dalam interaksi. Akibatnya,
sekelompok pengikut Kuhn beralih dan membuat Mahzab Iowa
baru.
Mahzab Iowa baru dipelopori oleh Carl Couch, dimana
pendekatan yang dilakukan mengenai suatu studi tentang interaksi
struktur tingkah laku yang terkoordinir, dengan menggunakan
sederetan peristiwa yang direkam dengan rekaman video (video
tape). Inti dari Mahzab ini dalam melaksanakan penelitian, melihat
bagaimana interaksi dimulai (openings) dan berakhir (closings),
yang kemudian melihat bagaimana perbedaan diselesaikan, dan
bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang tidak terantisipasi yang
telah menghambat pencapaian tujuan-tujuan interaksi dapat
dijelaskan. Satu catatan kecil bahwa prinsip-prinsip yang terisolasi
ini, dapat menjadi dasar bagi sebuah teori interaksi simbolik yang
terkekang di masa depan (LittleJohn. 2005: 283).
Interaksi berarti bahwa para peserta masing-masing
memindahkan diri mereka secara mental ke dalam posisi orang
lain. Dengan berbuat demikian, mereka mencoba mencari arti
maksud yang oleh pihak lain diberikan kepada aksinya, sehingga
komunikasi dan interaksi dimungkinkan. Dengan demikian,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
51/140
37
interaksi tidak hanya berlangsung melalui gerak-gerak saja,
melainkan terutama melalui simbol-simbol yang perlu dipahami
dan dimengerti maknanya.
Dalam interaksi simbolik, orang mengartikan dan
menafsirkan gerak-gerak orang lain dan bertindak sesuai dengan
arti itu. Blumer mengatakan dan dikutip dalam buku Semiotika
Komunikasi karya Alex Sobur, sebagai berikut:
Orang menimbang perbuatan masing-masing orang secara
timbal-balik, dan hal ini tidak hanya merangkaikan
perbuatan orang yang satu dengan perbuatan orang yang
lain, melainkan menganyam perbuatan-perbuatan yang
mereka menjadi apa yang barangkali boleh disebut sebagai
transaksi, dalam arti bahwa perbuatan-perbuatan yang
diasalkan dari masing-masing pihak diserasikan, sehingga
membentuk suatu aksi bersama yang menjembatani
mereka. (Alex Sobur, 2006 : 195)
Istilah pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer
dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah dikemukakan
oleh George Herbert Mead (gurunya Blumer) yang kemudian
dimodifikasi Blumer untuk tujuan tertentu.Herbert Blumer,
mahaguru Universitas California di Berkeley seperti dikutip
Veeger (1993), telah berusaha memadukan konsep-konsep Mead
ke dalam suatu teori sosiologi yang sekarang dikenal dengan nama
interaksionisme simbolik, sebuah ekspresi bahkan tidak pernah
digunakan oleh Mead sendiri. Blumer menyebutnya istilah
tersebut sebagai a somewhat barbaric neologism that I coined in
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
52/140
38
an offhand way The term somehow caught on(sebuah kata baru
kasar yang aku peroleh tanpa pemikiran Istilah yang terjadi
begitu saja)
Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun
1920-an dan 1930-an ketika menjadi profesor filsafat di
Universitas Chicago. Kemudian Herbert Blumer pada 1937
mempopoulerkannya di kalangan komunitas akademik.
Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran
umum tentang komunikasi dan masyarakat.Jerome Manis dan
Bernard Meltzer memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat
teoritis dan metodologis dari interaksionisme simbolik dan dikutip
dalam buku Semiontika Komunikasi karya Alex SoburMasing-
masing hal tersebut mengidentifikasi sebuah konsep sentral
mengenai tradisi yang dimaksud, yakni:
1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajardari pengalaman. Presepsi seseorang selalu diterjemahkan
dalam simbol-simbol.
2. Berbagai makna dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial.
3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanyainteraksi di antara orang-orang.
4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan olehkejadian-kejadian pada masa lampau saja, namun juga
dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yangmerefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang
dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompoksosial selama proses interaksi.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
53/140
39
7. Kita tidak bisa memahami pengalaman seseorang individudengan mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan
pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui.
(Alex Sobur, 2006 : 196-197)
Esensi interaksi simbolik menurut Mulyana dan dikutip
dalam bukunya Alex Sobur, yang berjudul Semiotika
Komunikasi, adalah: Suatu aktivitas yang merupakan ciri khas
manuisa, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi
makna. (Sobur, 2006 : 197)
Menurut Engkus Kuswarno, dalam bukunya Etnografi
Komunikasimengatakan bahwa:
Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang
terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan
hubungan masyarakat dengan individu.Interaksi yang
terjadi antara individu berkembang melalui simbol-simbol
yang mereka ciptakan.Realitas sosial merupakan rangkaian
peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam
masyarakat.Interaksi yang dilakukan antar individu itu
berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh,
vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu
mempunyai maksud dan disebut dengan simbol. ( Engkus
Kuswarno, 2011 : 22)
Adapun menurut teoritisi interaksi simbolik yang
dipaparkan dalam buku Metodologi Penelitian Kulaitatif karya
Deddy Mulyanabahwa:
Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia
dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada
cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk
berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
54/140
40
ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.
(Deddy Mulyana, 2010 : 71)
Pemikiran Blumer memiliki pengaruh cukup luas dalam
berbagai riset sosiologi.Bahkan Blumermemiliki pengaruh cukup
luas dalam berbagai riset sosial.Selain itu Blumer pun berhasil
mengembangkan interaksinisme simbolik sampai pada tingkat
metode yang cukup rinci.Teori interaksionosme simbolis yang
dimaksud Blumer bertumpu pada tiga premis utama dan dikutip
dalam buku yang berjudul Semiontika Komunikasi karya Alex
Sobur, sebagai berikut:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yangdilakukan dengan orang lain.
3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat prosesinteraksi sosial sedang berlangsung.
(Alex Sobur, 2006 : 199)
Dalam buku Metodologi Penelitian Kulaitatif karya
Deddy Mulyana, secara ringkas, interaksionisme simbolik
didasarkan premis-premis berikut:
Pertama, individu merespons suatu situasi
simbolik.Mereka merespons lingkungan, termasuk objek
fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia)
berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen
lingkungan tersebut bagi mereka.
Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu
makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan
melalui penggunaan bahasa.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
55/140
41
Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat
berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan
situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
(Deddy Mulyana, 2010 : 71-72)
Interaksi simbolik dalam pembahasanya telah
berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan
komunikasi.Sehingga, pendekatan ini menjadi dasar
pemikiran ahli-ahli ilmu sosiolingusitik dan ilmu
komunikasi.
2.1.6.Tinjauan Tentang Simbol
Hidup agaknya memang digerakan oleh simbol-simbol, dibentuk
oleh simbol-simbol, dan dirayakan dengan simbol-simbol.Simbol itu
muncul dalam konteks yang sangat beragam dan dipergunakan untuk
berbagai tujuan. Menurut P. Spradley yang dikutip oleh Alex Sobur,
dalam buku yang berjudul Semiotika Komunikasi, bahwa: Simbol
adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu. (Sobur,
2006 : 154). Simbol ada di mana-mana, dalam dongeng, dalam film,
dalam novel yang semuanya cermin dunia simbolis, atau dalam berbagai
ritual peribadatan
2.1.6.1.Pengertian Simbol
Secara etimologis simbol (symbol) berasal dari kata Yunani
sym-ballein yang berarti melemparkan bersama suatu (benda,
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
56/140
42
perbuatan) dikaitkan dengan suatu .Ada pula yang menyebutnya
symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan
sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya simbol terjadi berdasarkan
metonimi (metonimy), yakni nama untuk benda lain yang
berasosiasi atau yang menjadi atributnya (misalnya Si kaca mata
untuk seseorang yang berkaca mata) dan metafora (metaphor),
yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep
lain berdasarkan kias atau persamaan (mislanya kaki gunung, kaki
meja, berdasarkan kias pada kaki manusia).
Semua simbol melibatkan tiga unsur simbol itu sendiri,
satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan
rujukan. Keitga hal ini merupakan dasar bagi semua makna
simbolik. Suatu karangan WJS Poerwadarminta yang dikutip
dalam buku yang berjudul Semiotika Komunikasi karya Alex
Sobur disebutkan:
Simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan,
perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan
sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu.Misalnya,
warna putih merupakan lambang kesucian, lambang padilambang kemakmuran, dan kopiah merupakan salah satu
tanda pengenal bagi warga Negara Republik Indonesia.
(Alex Sobur, 2006 : 156)
Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di
luar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang
tertuliskan bunga sebagai sesuatu yang ada di luar bentuk
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
57/140
43
simbolik itu sendiri.Dalam kaitan ini Peircemengemukakan dan
dikutip oleh Alex Sobur, masih dalam buku yang sama yang
berjudul Semiotika Komunikasi, bahwa:
A symbol is a sign which refers to the object that is
denotes by virtue of a law, usually an association of
general ideas, which operates to cause the symbol to be
interpreted as referring to that object. (Sobur, 2006 : 156)
Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, terpisah dari
hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya.Walaupun
demikian berbeda dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan
bentuk dan makna. Berbeda pula dengan tanda (sign), simbol
merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata
yang telah terkait dengan (1) penafsiran pemakai, (2) kaidah
pemakai sesuai dengan jenis wacananya, dan (3) kreasi
pemberian makna sesuai dengan intense pemakainya. Simbol
yang ada dalam dan berkaitan dengan ketiga butir tersebut
disebut bentuk simbolik. (Sobur, 2006 : 156)
Lain daripada alegori, cerita yang dikisahkan dalam
lambang-lambang merupakan metafora yang diperluas dan
berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-
gagasan yang diperlambangkan, maka simbol terpengaruh oleh
perasaan.
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
58/140
44
Menurut Alex Sobur, yang dipaparkan melalui buku yang
berjudul Semiotika Komunikasi dalam bahasa komunikasi,
Simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau
lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. (Sobur,
2006 : 157)
Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku
(nonverbal), dan objek yang maknanya disepakati
bersama.Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan
antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa
kehadiran manusia dan objek tersebut.
Jika simbol merupakan salah satu unsur komunikasi, maka
seperti halnya komunikasi, simbol tidak muncul dalam suatu
ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi
tertentu.
Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada
untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya tersembunyi
atau tidaknya tidak jelas. Seperti apa yang dikatakan oleh Asa
Berger dan dikutip dalam buku Semiotika Komunikasi yang
ditulis oleh Alex Sobur, yaitu:
Simbol-simbol adalah kunci yang memungkinkan kita
untuk membuka pintu yang menutupi perasaan-perasaan
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
59/140
45
ketidaksadaran dan kepercayaan kita melalui penelitian
yang mendalam.Simbol-simbol merupakan pesan dari
ketidaksadaran kita. (Alex Sobur, 2006 : 163)
2.1.6.2.Jenis-jenis Simbol
Dalam buku yang berjudul Semiotika Komunikasi yang
ditulis oleh Alex Sobur pada dasarnya simbol dapat dibedakan
menjadi tiga jenis (Hartoko & Rahmanto, 1998 : 133), yaitu:
1.Simbol-simbol universal, berkaitan dengan arketipos,mislanya tidur sebagai lambang kematian.
2.Simbol culturalyang dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaantertentu (misalnya keris dalam kebudayaan Jawa)
3.Simbol individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalamkonteks keseluruhan karya seseorang pengarang.
(Sobur, 2006 : 157)
2.1.6.3.Simbol-simbol Budaya Religi
Menurut James P. Spradley(1997 : 121) dan dikutip oleh
Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi, bahwa: Semua
makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.
(Sobur, 2006 : 177)
Adapun pengertian simbol menurut Clifford Geertz(1922
: 51) dan dijelaskan kembali oleh Alex Sobur, dalam buku
Semiotika Komunikasi, bahwa: Makna hanya dapat
disimpan di dalam simbol. (Sobur, 2006 : 177)
Pengetahuan kebudayaan lebih dari suatu kumpulan simbol,
baik istilah-istilah rakyat maupun jenis-jenis simbol lain. Semua
8/12/2019 MAKNA ZIARAH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Ziarah di Pem
60/140
46
simbol, baik kata-kata yang terucapkan, sebuah objek seperti
bendera, suatu gerak tubuh seperti melambaikan tangan, sebuah
tempat seperti masjid atau gereja, atau suatu peristiwa seperti
perkawinan, merupakan bagian-bagian suatu sistem simbol.
Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjukan
sesuatu. Simbol itu meliputi apa pun yang dapat dirasakan dan
kita alami.
Kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai
sosial, menurut Geertz (1992 : 57), terletak pada kemampuan
simbol-simbolnya untuk merumuskan sebuah dunia tempat nilai-
nilai itu, dan juga kekuatan-kekuatan yang melawan perwujudan
nilai-nilai itu, menjadi bahan-bahan dasarnya. Agama melukiskan
kekuatan imajinasi manusia untuk membangun sebuah gambaran
kenyataan.
Sedemikian tak terpisahkan hubungan manusia dan
kebudayaan, sehingga manusia disebut sebagai makhluk
budaya.Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan-gagasan, simbol-
simbol dan ni