3
Maksilofasial - Fraktur mandibula Merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah. Tanda dan gejala fraktur mandibula berupa: maloklusi gigi, gigi dapat digerakkan, laserasi intraoral, nyeri mengunyah, dan deformitas tulang. Bagian mandibula yang paling sering terkena fraktur adalah kondilus dan angulus mandibula. Penanganan fraktur mandibula dengan menggunakan teknik reduksi terbuka sebab teknik reduksi tertutup dan teknik fiksasi intermaksilaris kurang memadai. Antibiotik perlu diberikan dan pasien juga harus memjaga higiene mulutnya. - Fraktur zygoma dan dasar orbita Fraktur zygoma dapat dicirikan debgan adanya deformitas yang dapat diraba pada lingkar bawah mata, diplopia saat melirik ke atas, hiperestesia pada pipi, ekimosis periorbita dan pergeseran bola mata ke arah bawah. Fraktur dasar orbita hanya ditandai oleh keterbatasan untuk melirik ke atas. Perbaikan fraktur ini lebih sering menggunakan teknik reduksi terbuka dan fiksasi internal. - Fraktur maksilaris Merupakan fraktur wajah yang paling berat. Gejalanya adalah pergeseran palatum, mobilitas hidung yang menyertai palatum, epistaksis atau pergeseran seluruh bagian 1/3 wajah. Klasifiaksi: . Le Fort 1: fraktur melintang rendah pada maksila yang hanya melibatkan palatum dan dicirikan oleh pergeseran arkus dentalis maksila dan palatum. ddapat juga terjadi maloklusi gigi. . Le Fort 2 : fraktur piramid merupakan frkatur en bloc pada palatum dan 1/3 tengah wajah termasuk hidung. Fraktur ini dicirikan oleh mobilitas palatum dan hidung juga epistaksis yang jelas. Biasanya terjadi pula maloklusi gigi dan pergesearan palatum ke belakang.

Maksilofasial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: Maksilofasial

Maksilofasial

- Fraktur mandibulaMerupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah. Tanda dan gejala fraktur mandibula berupa: maloklusi gigi, gigi dapat digerakkan, laserasi intraoral, nyeri mengunyah, dan deformitas tulang. Bagian mandibula yang paling sering terkena fraktur adalah kondilus dan angulus mandibula. Penanganan fraktur mandibula dengan menggunakan teknik reduksi terbuka sebab teknik reduksi tertutup dan teknik fiksasi intermaksilaris kurang memadai. Antibiotik perlu diberikan dan pasien juga harus memjaga higiene mulutnya.

- Fraktur zygoma dan dasar orbitaFraktur zygoma dapat dicirikan debgan adanya deformitas yang dapat diraba pada lingkar bawah mata, diplopia saat melirik ke atas, hiperestesia pada pipi, ekimosis periorbita dan pergeseran bola mata ke arah bawah. Fraktur dasar orbita hanya ditandai oleh keterbatasan untuk melirik ke atas. Perbaikan fraktur ini lebih sering menggunakan teknik reduksi terbuka dan fiksasi internal.

- Fraktur maksilarisMerupakan fraktur wajah yang paling berat. Gejalanya adalah pergeseran palatum, mobilitas hidung yang menyertai palatum, epistaksis atau pergeseran seluruh bagian 1/3 wajah.Klasifiaksi:. Le Fort 1: fraktur melintang rendah pada maksila yang hanya melibatkan palatum dan dicirikan oleh pergeseran arkus dentalis maksila dan palatum. ddapat juga terjadi maloklusi gigi.. Le Fort 2 : fraktur piramid merupakan frkatur en bloc pada palatum dan 1/3 tengah wajah termasuk hidung. Fraktur ini dicirikan oleh mobilitas palatum dan hidung juga epistaksis yang jelas. Biasanya terjadi pula maloklusi gigi dan pergesearan palatum ke belakang.Le Fort 3: merupakan cedera yang paling berat, di mana seluruh perlekatan rangka wajah pada kranium terputusPada cedera demikian biasanya diperlukan teknik reduksi terbuka bersamaan dengan fiksasi intermaksilaris menggunakan kawat secara langsung, kadang diperlukan pula fiksasi eksternal.

- Bell’s palsy- Merupakan penyebab kelumpuhan wajah yang paling sering terjadi

Tugas dari dokter emergency adalah : menyingkirkan penyebab paralisis wajah yang lain, segera memulai terapi yang sesuai, melindungi mata, mengatur follow upGambaram klinis:

Onset yang cepat:paralisis parsial dengan onset yang perlahan biasanya menunjukkan penyebab etiologi

Paralisis/kelemahan satu sisi pada wajah : perhatikan pada bagian wajah sepertiga atas (orbikulasris dan frontalis) yang tidak lumpuh mengindikasikan lesi di UMN

Page 2: Maksilofasial

Gejala yang lain seperti: air liur yang menetes, keluarnya air mata, perubahan rasa, nyeri belakang telinga

Keluhan yang berhubungan dengan sindrom infeksi saluran napas bagian atas/infeksi virus

Diagnosis banding yang berhubungan dengan perjalanan nervus VII:

Intrakranial: meningioma, neuroma akustik Intratemporal: penyakit telinga akut/kronis, herpes zooster, fraktur/ trauma

tulang temporal Ekstratemporal: keganasan parotis, laserasi facial

Anamnesis dan pemeriksaan THT/glandula parotis/neurologisd yang teliti akan memudahkan kit auntuk mengetahui penyebabnya:

Penatalaksanaan:

-Steroid: masih menjadi perdebatan dan pada literatur dicantumkan tidak banyak

pasien yang mendapatkan keuntungan dengan penggunaan steroid. Walaupun masih

diperdebatkan namun karena efek samping yang minimal maka berdasarkan

konsensus steroid diberikan seawal mungkin dengan dosis 1 mg/kg selama 7

hari.acyclovir (zovirax)

Acyclovir tidak bermanfaat bila diberikan pada fase akhir HS. Dosis: 800mg 5 kali

per hari selama 10 hari

-Perawatan mata dapat diberikan dengan air mata buatan dan kacamata penutup mata

pada malam hari untuk mencegah kornea kering dan ulserasi

-Rujukan : ke neurologi , tht, dan mata