Upload
rina-riswanti-dewi
View
95
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perkebunan
Citation preview
Manajemen pada Pemanenan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack)(Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produksi Perkebunan oleh Dr.
Ir. Cucu Suherman Victor Zar M.Si., dan Dr. Santi Rosniawaty , SP.MP.)
MAKALAH
Disusun oleh :
Kelompok 4
Alfredo Sihombing 150510120025
Whisnu Bramastyo 150510120092
Rina Riswanti Dewi 150510120150
Martin Sianturi 150510120188
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
OKTOBER
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen Produksi Perkebunan dalam Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada makalah ini kami membahas mengenai manajemen
pada proses pemanenan tanaman kelapa sawit seperti jumlah tenaga kerja, alat dan bahan
yang digunakan serta biaya yang butuhkan. Makalah ini berjudul “Manajemen pada
Pemanenan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack)”
Pada penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jatinangor, Oktober 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Manajemen Panen di PT. Wilmar International Plantations.......................................3
2.1.1 Persiapan Panen...................................................................................................3
2.1.2 Pelaksanaan Panen...............................................................................................3
2.2 Manajemen Panen Kelapa Sawit pada PTPN IV........................................................7
2.2.1 Sistem Panen........................................................................................................7
2.2.2 Organisasi Panen..................................................................................................8
2.2.3 Kebutuhan Tenaga Panen.....................................................................................9
2.2.4 Pengaturan Panen...............................................................................................10
2.2.5 Alat – Alat Panen...............................................................................................11
2.2.6 Cara Panen.........................................................................................................11
2.2.7 Pengawasan Panen.............................................................................................12
2.2.8 Pengangkutan.....................................................................................................13
2.2.9 Biaya Panen........................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................15
3.1 Biaya yang Dibutuhkan.............................................................................................15
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangManajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-sumber daya untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana sifatnya universal yang berarti dapat
berlaku secara umum untuk berbagai organisasi. Sistem pengelolaan perkebunan di Indonesia
ada keterpaduan antara unsur-unsur yang membentuk sub-sektor perkebunan yang meliputi
pemerintah, swasta dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996; 16).
Perkebunan sebagai salah satu usaha agribisnis tidak bisa lepas dari penerapan
prinsip ekonomi dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Prinsip
ekonomi yang dimaksud adalah memaksimalkan keuntungan dengan penggunaan sumber
daya seminimal mungkin. Hal ini perusahaan dihadapkan dengan sumber daya yang terbatas
dan harus dikelola dengan efisien..
Manajemen agribisnis khususnya perkebunan, sudah ada di Indonesia sejak berpuluh
tahun yang lalu ketika perkebunan-perkebunan besar dibuka oleh bangsa asing. Manajemen
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi waktu itu dan perobahan yang
timbul .Apa yang diterapkan sekarang merupakan modifikasi dari konsep terdahulu ditambah
dengan teori-teori baru yang sebelumnya tidak ada dan perangkat teknologi yang lebih
canggih seperti komputerisasi dan komunikasi.
Manajemen bermanfaat bukan hanya untuk perusahaan atau organisasi, melainkan
juga untuk semua kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu agar berhasil dengan baik.
Perilaku manajemen tidak hanya mengatur yang telah ada, tetapi juga mampu memecahkan
persoalan dan mencarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu perlu diketahui prinsip atau
perilaku manajemen perkebunan yang benar agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses
manajemet apa saja yang dilakukan saat pemanenan pada perkebunan kelapa sawit.
1
1.3 Rumusan Masalah
1) Bagaimana proses pemaenan pada perkebunan kelapa sawit?
2) Komponen manajemen apa saja yang terdapat pada proses pemanenan?
3) Bagaimana manajemen keuangan yang dibutuhkan saat proses panen ataupun
pasca panen kelapa sawit?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Manajemen Panen di PT. Wilmar International Plantations
2.1.1 Persiapan Panen
Pemanenan merupakan kegiatan paling penting dalam budidaya kelapa sawit.
Pelaksanaan panen kelapa sawit di CKP( Central Kalimantan Project) Wilmar International
Plantations dilakukan dengan sistem rotasi panen yaitu dengan membagi seluruh luas areal
berdasarkan kondisi tanaman, topografi, kerapatan buah, kapasitas pemanen, dan jam kerja
setiap harinya. Interval panen yang dilakukan oleh WIP adalah 7 hari, maksimal 10 hari
tergantung jumlah pemanen. Artinya area yang dipanen akan dipanen lagi pada 7 -10 hari
berikutnya. Hal ini dilakukan agar kualitas buah yang dijaga tetap pada kondisi optimal.
Persiapan awal dari pemanenan dimulai dari pembuatan jalur panen yang harus
tersedia 6 bulan sebelum pohon kelapa sawit dapat di panen. Lebar jalur panen adalah 2 m
dengan topografi datar dan harus bersih dari gangguan. Pada daerah dengan kemiringan lahan
>18º jalur panen yang digunakan berupa tangga dengan ketinggian anak tangga 15cm.
Tempat pemungutan hasil (TPH) yang ada diareal kebun kelapa sawit CKP WIP berukuran 3
m x 4 m yang dibuat sepanjang jalan, dimana dalam 2 jalur panen terdapat satu TPH. TPH
dibuat lebih tinggi dari tanah (15 cm) dan bersih dari kotoran serta batu. Pada daerah yang
memiliki parit irigasi digunakan titian untuk mengeluarkan buah dari dalam areal kebun
menuju jalan koleksi dengan kapasitas sampai 1,5 ton.
2.1.2 Pelaksanaan Panen
Pemanenan dilaksanakan oleh geng yang terdiri dari 27-31 orang yang diawasi oleh
seorang mandor yang tugasnya menjaga kualitas hasil panen dan produktivias pemanen. Tiap-
tiap geng dialokasikan dengan luasan antara 200-300 Ha dimana satu orang pemanen
mendapat luasan panen sebanyak 2.5 Ha. Kegiatan pemanenan diawali dengan kegiatan
Rowcall atau apel yang diikuti oleh staff lapangan dan pimpinan Estate yang dilakukan pada
pukul 05.00 WIB. Kegiatan apel ini bertujuan untuk melaporkan hasil panen yang didapat
pada hari sebelumnya dan pengarahaan oleh pimpinan untuk evaluasi kegiatan yang akan
dilakukan. Setelah itu, staff lapangan melakukan apel dengan para karyawan/pemanen untuk
memberikan arahan kegiatan yang dilakukan hari ini. Proses pemanenan harus berdasarkan
stadar panen yang di terapkan di WIP, adapun standar panen yang diterapkan DI WIP adalah:
3
1. Panen komersial dimulai pada umur 30 bulan setelah penanaman di lahan unuk bahan
tanaman DxP maupun klonal.
2. Jalur panen, jembatan dan titian telah siap minimal 6 bulan sebelum panen dimulai.
3. Tempat pemungutan hasil (TPH) harus dibangun pada setiap ujung teras dan setiap 2
jalur unutk daerah datar dan berombak.
4. Jalan koleksi harus dapat dilalui setiap waktu.
5. Interval panen harus dipertahankan antara 7 hari, maksimal 10 hari.
6. Standar kematangan minimal 5 brondolan segar dipiringan untuk region Malaysia
Timur. Untuk region Indonesia, 5 brondolan segar di piringan untuk pokok sawit
dibawah umur 7 tahun dan 2 brondolan ditanah untuk pokok kelapa sawit umur 7
tahun keatas.
7. Semua tandan buah segar dan brondolan harus dikumpulkan dan dikirim ke pabrik
dalam 24 jam.
8. Quantitative Agro Management System (QAMS) harus dilakukan unutk memantau
standard an kualitas panen tandan buah segar dan pemungutan brondolan.
9. Tenaga bantu pemungut brondolan dapat dilaksanakan jika situasi memerlukannya.
10. Pemuatan TBS satukali sangan di sarankan.
11. Tiket pengiriman dan pengesahan TBS berangkat harus digunakan semua pengemudi
dan pengangkutan TBS.
12. Harus memenuhi semua SOP K3 (PSKK & PTD) di semua kegiatan panen. Alat
Pelindung Diri (APD) yang memamdai seperti helm safety, penutup dodos/egrek,
sepatu dan kacamata safety (untuk pokok tinggi) harus digunakan sesui peraturan.
Pelaksanaan panen kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan alat panen
yang dinamakan dodos dan egrek. Kedua alat ini memiliki fungsi sama yaitu untuk
memotong pelepah sawit dan tandan. Yang membedakan kedua alat ini adalah waktu
penggunaan yang disesuaikan dengan umur tanaman. Dodos biasanya digunakan untuk
memanen kelapa sawit dengan umur tanaman berkisar kurang dari 8 (delapan) tahun.
4
Sedangkan egrek digunakan untuk memanen kelapa sawit dengan umur tanaman berkisar 8
(delapan) tahun atau lebih dengan ketinggian pohon 2,5 m dari permukaan tanah.
Tandan yang hendak dipanen dapat diketahui dengan memperhatikan brondol (buah)
yang terdapat di piringan pokok. Buah dapat dipanen bila sudah terdapat 5 brondolan di
piringan. Kriteria panen juga dilakukan berdasarkan tingkat kematangan buah.
Tabel 2.1 Standar Kualitas TBS yang Diharapkan.
Tingkat Kematangan Target Panen (%)
Mentah (Unripe) 0
Menggkal (Underipe) <2
Matang (ripe) >90
Lewat matang (Overripe) <3
Kosong (Empty) 0
Busuk (Rotten) 0
Sumber: SOP Agronomi EMU, 2014
Metode panen yang digunakan oleh WIP adalah metode “curi tandan” yaitu
menurunkan tandan tanpa memotong pelepah yang menyangga. Hal ini bertujuan untuk
menjaga penyangga buah selajutnya tetap terjaga sehingga tidak menggangu produksi
selanjutnya. Tandan buah yang sudah diturunkan dari pohon kemudian tangkainya dipotong
“V cut (Sikomo)” berdekatan dengan buah kelapa sawit. Pemotongan tangkai ini bertujuan
agar saat buah diproses di pabrik minyak tidak terserap oleh tangkai tersebut. Buah yang
sudah dikumpukan di TPH kemudian dicatat didalam surat pengantar buah (SPB). Brondolan
yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dimasukan ke dalam karung plastik. Selanjutnya buah
dan brondolan diangkut dengan menggunakan angkong untuk dikumpulkan di TPH. Buah
harus diangkut segera dan tidak boleh berada di TPH melebihi 24 jam.
5
Gambar 2.1 Pemanenan kelapa sawit di PT. Mustika Sembuluh 1 (PT. MS-1)
Pelaksanaan pengangkutan Tandan buah segar (TBS) dilakukan dengan terlebih
dahulu menganalisis kebutuhan truk pengangkutan TBS setiap harinya oleh kebun
berdasarkan rencana produksi harian. Setelah itu pengangkutan TBS dilaksanakan mulai pagi
hari sampai TBS habis terangkut pada hari itu juga. Pemuatan (loading) TBS yang
dilaksanakan di CKP dilakukan dengan manual dan dengan bantuan mesin atau mekanis.
Metode mekanis yang dilakukan dengan sistem jaring (Net System) dengan bantuan traktor
dimana buah dinaikan kedalam truk dengan memasukan buah kedalam jaring terlebih dahulu
kemudian diangkat ke dalam bak truk. Metode mekanis ini lebih efesien dalam penghematan
waktu dan tenaga kerja sehingga penggangkutan buah lebih maksimal. Bila buah tidak bisa
terangkut pada hari itu juga maka buah harus diletakan pada bin/ bak truk pada satu TPH dan
dijaga agar tidak dicuri selama buah belum diangkut ke pabrik untuk diolah.
Gambar 2.2 Proses pengangkutan TBS dengan sistem jaring.
6
2.2 Manajemen Panen Kelapa Sawit pada PTPN IV
2.2.1 Sistem Panena. Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat
dipanen. Kriteria matang panen yang diberlakukan di PTPN IV adalah 5 – 10 berondolan per
tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah
brondolan normal dan segar. Brondolan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau yang
sakit tidak bias dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen.
b. Pusingan Panen
Pelaksanaan panen kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Marihat
dilakukan setiap hari namun di lokasi atau blok yang berbeda-beda. Sebelum melakukan
panen harus terlebih dahulu dilakukan perencanaan panen, diantaranya pusingan panen, rotasi
panen, kerapatan panen, jumlah produksi yang dipanen, dan jumlah tenaga kerja. Pusingan
panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara panen pertama
disatu blok sampai penen berikutnya di blok yang sama. Pusingan panen dibagi menjadi
pusingan panen semester satu dan semester dua. Pusingan panen untuk semester satu
biasanya adalah 5 dan untuk semester dua biasanya 7. Pusingan panen yang dilaksanakan di
PTPN IV Unit Kebun Marihat khususnya Afdeling V adalah 7, artinya blok tersebut akan
dipanen sekali dalam tujuh hari.
c. Kerapatan Panen
Kerapatan panen adalah banyaknya tandan/pokok yang akan dipanen pada hari itu.
Kerapatan panen akan menentukan jumlah/ tonase yang dipanen dan jumlah tenaga kerja.
Untuk menentukan rencana panen pada besok hari, mandor panen harus melakukan
pengamatan kerapatan buah matang di blok yang akan dipanen pada hari sebelumnya (1 hari
sebelum panen dan biasanya dilakukan pada sore atau pada saat istirahat makan).
Penghitungan kerapatan panen dilakukan dengan cara menghitung tandan matang
panen dari pokok contoh yang terdapat dalam satu blok. Tandan matang diamati dengan cara
melihat brondolan yang ada di dalam piringan pokok. Jumlah pokok yang diamati harus
berjumlah 5 % dari jumlah pokok produktif yang terdapat pada blok tersebut. Pokok yang
diambil sebagai contoh harus mewakili semua areal blok. Pokok/pohon sampel biasanya
diambil dari rey/baris dengan kelipatan 5, contohnya rey 5, 10, 15 dan seterusnya.
7
Berdasarkan jumlah tandan matang yang akan dipanen dan kapasitas pemanen, maka pada
pagi hari Mandor panen sudah dapat menentukan jumlah pemanen untuk panen hari itu.
Kerapatan panen akan mnentukan rencana panen yang akan dilaksanakan pada besok
hari. Pada umumnya kerapatan panen satu tahun tanam akan sama atau tidak berbeda jauh.
Setelah menghitung di lapangan, maka akan dihitung kerapatan panen.
Rumus KP = __Jumlah Pohon Sampel___ : 1
Jumlah tandan dan buah matang
Contoh Perhitungan Sampel:
Jumlah pohon sampel = 200 pohon
Jumlah tandan matang = 25 tandan
Maka AKP = 200 : 1
25
= 8 : 1 artinya ada 8 pohon di lapangan terdapat 1 tandan buah
matang panen.
Estimasi produksi dapat dihitung dengan cara : Jumlah pokok produktif dibagi dengan
kerapatan panen dan dikalikan dengan rata-rata berat tandan. Berat rata – rata tandan untuk
Afdeling V Kebun Unit Marihat adalah tahun tanam 94 dan 96 30 kg, tahun tanam 07 adalah
15 – 16 kg, dan tahun tanam 99 25 kg.
2.2.2 Organisasi PanenPersonil yang terlibat dalam struktur organisasi panen sebenarnya sama dengan yang
ada di Kebun selama ini yaitu petugas yang menangani panen mulai dari Mandor Panen,
Mandor I, Asisten Tanaman, KD Tanaman dan Manajer. Namun untuk lebih mengefektifkan
manajemen panen, perlu ditambah satu petugas baru yaitu Petugas Pemeriksa Buah (P2B)
yang bertugas mengawasi (melakukan sortasi) buah di TPH.
Jumlah P2B di Kebun sama dengan jumlah Mandor panen. Setiap tingkatan organisasi
diberi wewenang dan tanggungjawab agar tujuan panen dapat dilaksanakan secara konsisten.
Kepada petugas yang terkait dengan panen diberikan premi sesuai dengan ketentuan
perusahaan. Sedangkan terhadap kesalahan yang dibuat oleh petugas diberikan pinalti sesuai
dengan ketentuan.
8
Skema organisasi panen di Kebun dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
2.2.3 Kebutuhan Tenaga Panena. Tenaga Panen Kebun
Tenaga panen jumlahnya harus disiapkan berdasarkan kebutuhan pada panen puncak.
Contoh luas areal tanaman menghasilkan = 4.000 Ha dengan perkiraan TBS 132.000 ton per
tahun. Penyebaran produksi pada bulan panen puncak biasanya 10-12 %; maka produksi pada
bulan puncak tersebut adalah 10-12% x 132.000 Ton TBS = 13.200 - 15.800 Ton. Dengan
hari panen 22 dan kapasitas rata-rata pemanen 1.500 Kg/orang, maka tenaga panen yang
harus disediakan adalah = 13.200/22/1,5 = 400 sampai 480 pemanen. Pada saat produksi
sedang trek, kelebihan tenaga pemanen dipergunakan untuk pekerjaan lain misalnya tunas
pokok.
Tabel 2.1 Cara perhitungan tenaga kerja pemanen
9
2.2.4 Pengaturan Panena. Pembagian Kapveld
Pengaturan wilayah/bagian yang akan dipanen pada hari yang sama sangat dibuat
untuk memudahkan pemanenan. Setiap bagian ini disebut “Kapveld” dan kapveld ini diatur
berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari
Jum’at. Biasanya satu kapveld terdiri dari beberapa blok tanam dan blok yang berada pada
satu kapveld biasanya berdekatan. Selanjutnya kapveld hari Jum’at harus menyambung
dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui bila ada kapveld yang
tidak tembus (tidak terpanen) pada hari sebelumnya. Atau dengan kata lain pembagian
kapveld harus diatur sedemikian rupa sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai
kapveld V dan dari kapveld V ke kapveld I. Pada umumnya jika target produksi tidak tercapai
dari satu kapveld maka akan maju ke kapveld berikutnya yang berdekatan.
b. Pengaturan Hancak Panen
Hancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap pemanen
pada setiap hari. Pemberian hancak kepada pemanen didasarkan pada kerapatan tandan yang
matang, kapasitas pemanen, topografi areal, dan ketinggian pohon. Dalam praktek sehari hari
dikenal hancak tetap dan hancak giring. Kepada setiap pemanen ditetapkan hancak panen
untuk hari itu. Jadi dalam membagi hancak mandor panen tinggal menyebutkan Pemanen
No. 1; baris 1 s/d 8; Pemanen No. 2 bari 9 s/d 17; Pemanen No. 3 baris 17 s/d 25 dst. Luas
maksimal hancak seorang pemanen adalah 2.5 ha, atau sekitar ± 8 baris pada blok yang
luasnya 20 ha (400 x 500 m).
Perbedaan hancak tetap dan hancak giring adalah dalam hal pemberian tugas kepada
pemanen. Dikatakan hancak tetap bila hancak panen yang diberikan kepada pemanen setiap
hari tidak berubah (tetap). Sedangkan hancak giring setiap hari hancaknya bisa berubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan lapangan. Bila dilaksanakan dengan hancak giring pemanen akan
berpindah hancak 2 atau 3 kali. Hancak panen yang biasa digunakan adalah hancak giring.
Dengan hancak tetap mandor panen mudah membagi hancak yaitu dengan membagi habis
areal yang akan dipanen dengan jumlah pemanen yang disediakan. Tetapi mandor panen akan
melakukan pengawasan areal yang cukup luas karena kegiatan panen serentak berjalan
diseluruh areal yang akan dipanen. Bila panen dilakukan dengan hancak giring panen bisa
diselesaikan blok per blok, karena hancak pemanen diberikan dengan 2 atau 3 kali pindah.
Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil dibandingkan dengan hancak tetap.
10
2.2.5 Alat – Alat PanenAlat – alat panen yang dibutuhkan untuk panen dibagi menjai dua yaitu alat panen
untuk kelapa tua dan alat panen untuk kelapa muda. Untuk panen diareal tanaman muda (3–5
tahun) diperlukan dodos, kampak dan alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni.
Sedangkan untuk panen diareal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak,
alloy stick (panjang alloy stick dapat mencapai 28 meter), bambu/galah egrek, tali, alat pikul,
kereta sorong, gancu dan goni.
2.2.6 Cara PanenCara – cara panen yang dilakukan di PTPN IV Unit Kebun Marihat adalah sebgai berikut:
1. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong.
2. Pelepah dibawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa)
sedangkan pada tanaman muda (3–5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang
dipotong hanya buahnya saja.
3. Pelepah dipotong menjadi 3 bagian dan disusun digawangan mati (ditanah rata).
Sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar
tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan
erosi.
4. Bersihkan brondolan yang menyangkut di ketiak pohon dengan menggunakan egrek.
5. Potong gagang buah yang panjang berbentuk “V” (cangkam kodok).
6. Letakkan buah di pinggir pasar pikul.
7. Kutip dan masukkan brondolan kedalam goni hingga bersih dan pastikan tidak ada
brondolan yang ketinggalan di piringan, gawangan maupun pasar pikul.
8. Angkut buah dan brondolan dengan menggunakan angkong/beko ataupun sepeda ke
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
9. Susun buah 5 tandan per baris dan brondolan tetap di dalam karung/goni. Patikan
buah telah diberi nomor pemanen.
11
Gambar 2.3 Pemanenan di Kelapa Sawit Tua
2.2.7 Pengawasan PanenPengawasan mutu panen dan kondisi lapangan (yang terkait dengan panen) dilakukan
berlapis mulai dari P2B/Mandor panen, Mandor I, Asisten afdeling dan KD Tanaman.
Masing-masing petugas tersebut diberikan wewenang oleh Manajer untuk memberikan denda
kepada bawahannya bila bawahannya melakukan kesalahan dalam pengawasan/ sortasi. Bila
ternyata masih sering ada buah yang lolos tidak disortasi di TPH dan dijumpai di loading
ramp, Manajer bisa langsung melakukan sortasi di TPH dengan konsekuensi seluruh petugas
tersebut dikenakan denda. Pengawasan yang dilakukan antara lain:
Memeriksa kebersihan berondolan dan melakukan sortasi pada seluruh buah yang
dipanen.
Memeriksa buah matang tidak dipanen.
Kebersihan pengutipan berondolan di piringan/gawangan.
Buah dipanen tidak dibawa ke TPH.
Cabang sengkleh kena egrek.
Cabang/ pelepah tidak dipotong dan tidak disusun.
Gambar 2.4 Pengumpulan TBS di TPH
12
2.2.8 PengangkutanTandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke Pabrik Kelapa Sawit
pada hari itu juga. Buah yang tidak terangkut dinamakan buah restan. Buah restan harus
dihindarkan dengan pertimbangan, buah restan rawan terhadap pencurian TBS dan buah
restan mengakibatkan kenaikan asalam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.
Pengangkutan dapat dilakukan dengan menggunakan truk yang berasal dari pemborong.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pengangkutan umumnya 3 – 4 orang untuk
satu kendaraan/ truk. Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan
estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi
pengangkutan pada hari sebelumnya. Satu kendaraan biasanya dapat memuat 7 – 9 ton TBS.
Gambar 2.5 Pengangkutan TBS
2.2.9 Biaya PanenPada umumnya panen di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan
sistem basis borong. Basis borong adalah batas minimum produksi yang harus dicapai oleh
pemanen pada setiap hari tanpa diberi premi. Premi merupakan upah yang diberikan kepa
pemanen yang dapat melakukan panen dengan jumlah diatas basis borong. Premi panen
(premi TBS) diberikan secara perorangan dan ditentukan berdasarkan kapasitas, tahun tanam
yang berkaitan dengan produktivitas dan topografi. Semakin rendah produktivitas, semakin
rendah basis borong dan semakin berbukit/curam topografinya semakin mahal premi
panennya.
Bila kapasitas pemanen lebih kecil dibandingkan dengan basis borong maka kepada
pemanen tersebut dikenakan denda sebesar selisih basis borong dengan kapasitas dikalikan
13
harga tarif nila panen. Untuk karyawan wanita yang membantu panen, maka basis borongnya
adalah 50% dari basis borong pemanen laki-laki.
Contohnya, basis borong panen adalah 1500 kg dengan harga Rp. 75/kg. Tapi
pemanen dapat panen sampai 1800 kg dalam satu hari panen. Maka upah yang akan didapat
oleh pemanen adalah (1500 x 75) + (300 x nilai premi). Pada umumnya untuk biaya
pengangkutan adalah Rp.90/kg TBS.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Biaya yang Dibutuhkan
NO
KEGIATAN
NORMA HARGA SATUAN
(Rp)
HARGA TOTAL
(Rp)BAHAN ALAT HOK
1. Pemanenan - Egrek
- Goni
24 365 hari 150.000 3.600.000
20 2000 40.000
2. Transportasi Angkut TPH
- Beko kecil
- Gancu
- Kampak
18 365 hari 300.000 5.400.000
18 34.000 612.000
18 32.000 576.000
3. Transport Kemil - Kendaraan
- Supir
- Pengangkut
3 4 1 hari
3
3-4Tabel 3.1 Biaya yang dibutuhkan pada proses pemanenan kelapa sawit
Tabel 3.2 Biaya Panen dan Alat panen Pertahun
PemanenanNo Item Rp.1 Target minimum/ Pemanen/ hari (3 ton) 3000002 Gaji Pemanen / tahun ;(hari efektif: 286) 85,800,000Alat Panen1 Pisau Panen (Egrek)- 24 Unit/pemanen/tahun 3,600,0002 Pengasah Pisau- 24 Unit/pemanen/tahun 960,0003 Beko kecil-2 unit/pemanen/tahun 600,000
15
Tabel 3.3 Biaya Transport panen per hari:
Jarak (km) Trip/hari Volume (Kg) Biaya/Trip
20 – 30 2 8000 1,500,000
10 – 20 3 12000 1,000,000
5 – 10 4 16000 500.000
1 – 5 5 20000 250.000
Tabel 3.4 Alat dan Biaya yang digunakan Pasca Panen
16
17
18
Tabel 3.5 Pekerja yang dibutuhkan di Pabrik
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pengolahan
manajemen perkebunan yang baik dan secara terperinci sangatlah bermanfaat untuk mencapai
tujuan dari suatu perusahaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
PTP Nusantara IV (Persero). 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO) Bidang Tanaman/ Pabrik
Kelapa Sawit, Tanaman/ Pabrik Teh, PPIS dan Pabrik Kompos Organik RKAP Tahun
2008.
iv