Upload
rizki-amelia
View
161
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Citation preview
Makalah Pribadi
SURVELENS, PENCATATAN DAN PELAPORAN MASALAH KESEHATAN
DI PUSKESMAS ANDALAS PADANG
OLEH :
RIZKI AMELIA
0810312040
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah pribadi ini. Makalah pribadi berjudul
“survelens, pencatatan dan pelaporan masalah kesehatan di Puskesmas Andalas Padang”
ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam pembuatan makalah ini, saya mengambil referensi
dari literatur dan jaringan internet.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada preseptor yang telah
memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk
dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik,
kepada Kepala Puskesmas Andalas Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah pribadi ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat
diperlukan saran- saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis,
Rizki Amelia
0810312040
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar.
Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi,
karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan
pondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang
akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan
perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan
perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang
pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang
ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua
staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi
menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan Sistem Pencatatan Dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
1.2. Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan
data surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian
kegiatan tersebut.
1.3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data di
Puskesmas Andalas
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas
2. Mengetahui pencatatan dan pelaporan data di Puskesmas Andalas
3. Mengetahui permasalahan yang ada dalam pelaksanaan survelens, pencatatan
dan pelaporan data di Puskesmas Andalas
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur, analisis, dan diskusi
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975. Pertama kali dipimpin
oleh Dr. Tamrin dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang
perawat, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1 orang pembantu perawat dan
1 orang tenaga tata usaha dengan 11 program pokok. Wilayah kerja Puskesmas Andalas
setelah pemekaran kota Padang menjadi 11 kecamatan, Alai masuk ke Padang Utara dan
3 buah Pustu di bawah Puskesmas Alai menjadi milik Puskesmas Andalas, sehingga
pegawai Puskesmas Andalas juga bertambah menjadi 15 orang.
2.2. Keadaan Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.150 km2 dengan
batas-batas sebagai berikut:
- sebelah utara : Kecamatan Padang Utara, Kuranji
- sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan
- sebelah barat : Kecamatan Padang Barat
- sebelah timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Kesepuluh
kelurahan tersebut adalah
1. Kelurahan Sawahan
2. Kelurahan Jati Baru
3. Kelurahan Jati
4. Kelurahan Sawahan Timur
5. Kelurahan Simpang Haru
6. Kelurahan Andalas
7. Kelurahan Kubu Marapalam
8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah
9. Kelurahan Parak Gadang Timur
10. Kelurahan Ganting Parak Gadang
Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas
2.3. Keadaan Demografis
Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas
Andalas adalah:Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 20127
NO KELURAHAN JUMLAH1 Kelurahan Sawahan 6387
2 Kelurahan Jati Baru 67073 Kelurahan Jati 101344 Kelurahan Sawahan Timur 5360
5 Kelurahan Simpang Haru 58356 Kelurahan Andalas 8980
7 Kelurahan Kubu Marapalam 63098 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 101349 Kelurahan Parak Gadang Timur 759410 Kelurahan Ganting Parak Gadang 10132
Jumlah 77.572Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012
Tabel .2. Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2012
Kelurahan Bayi Balita BumilBufa
s Buteki WUS PUS Lansia
Sawahan 153 749 168 160 306 1571 1076 531
Jati Baru 161 786 177 169 322 1650 1130 558
Jati 250 1223 275 262 500 2567 1758 868
Sawahan Timur 128 629 142 135 256 1321 904 446
Kubu Marapalam 152 741 167 160 304 1560 1069 527
Andalas 221 1081 243 232 442 2268 1554 766
Kubu Dalam Pr. Karakah 250 1226 275 263 500 2572 1762 869
Parak Gadang Timur 188 922 207 198 376 1934 1325 653
Simpang Haru 141 689 155 148 282 1446 991 489
Ganting Parak Gadang 251 1229 276 263 502 2579 1766 871
Jumlah 1895 9275 2085 1990 3790 19468 13335 6578
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012
2.4. Sarana dan Prasarana
2.4.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani
masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah
Puskesmas pembantu dan 3 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
Andalas, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat
2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah
3. Puskesmas Pembantu Tarandam
4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan
5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung
6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak
7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam
8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian
9. Poskeskel Kubu Marapalam
10. Poskeskel Sawahan Timur
11. Poskeskel Kubu Dalam Parak Karakah
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas
mempunyai:
1 buah kendaraan roda empat (Puskel)
5 buah kendaraan roda dua
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:
Rumah Sakit Pemerintah : 3 buah
Rumah Sakit Swasta : 6 buah
Klinik Swasta : 6 buah
Dokter Praktek Umum : 51 orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 orang
Bidan Praktek Swasta : 30 orang
Dukun Terlatih : 2 orang
Kader aktif : 352 orang
Pos KB : 12 pos
Posyandu Balita : 88 buah
Posyandu Lansia : 11 buah
Pos BINDU : 1 buah
2.4.2. Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas:
Taman kanak-kanak (TK) : 34 buah
SD Negeri : 35 buah
SD Swasta : 13 buah
SMP/MTsN : 11 buah
SMA/ SMK : 15 buah
Perguruan tinggi : 4 buah
Tempat ibadah : 112 buah
Salon/ pangkas rambut : 34 buah
Pasar : 2 buah
2.5. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi
Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas beragama Islam yaitu
sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %. Keadaan ekonomi
penduduk sebagian besar menengah ke bawah.
2.6. Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi
Puskesmas Andalas mempunyai 63 tenaga kesehatan yang bertugas di dalam
gedung induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian: 51 orang PNS, 7 orang tenaga
PTT, 5 orang tenaga volunteer/honor.
Tabel 3. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas
NOJENIS
KETENAGAANPNS PTT HONOR JML
1. Dokter Umum 4 4
2. Dokter Gigi 4 4
3. SKM 1 1
6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2
7. Perawat 14 1 15
8. Bidan 14 7 21
9. Perawat Gigi 1 1
10. Sanitarian 1 1
11. Asisten Apoteker 3 3
12. Analis 2 1 3
13. SMU 5 2 7
Jumlah 50 7 5 62Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. SURVELENS
3.1.1. Pengertian
Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis
dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi
diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang
dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.
3.1.2. Tujuan
1. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
2. Memonitor kecebdrungan penyakit endemik
3. Evaluasi intervensi
4. Memonitor kemajuan pengendalian
5. Memonitor kinerja program
6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan dampak masa yang akan datang dari penyakit
3.1.3. Komponen survelens
Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti dibawah
ini :
1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari
pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi
yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan
reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan
karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan
berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;
untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan
seberapa jauh penyebarannya
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat
berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan
informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran
bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut
dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau
kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut
Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas
informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit
yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik
pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus.
Tujuan pengumpulan data:
1). Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan
lain-lain.
2). Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.
3). Menentukan reservoir infeksinya
4). Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.
5). Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.
Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit. Sumber data
sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:
1). Pencatatan kematian
2). Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data
yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan
tanggal mulai sakit.
3). Laporan kejadian luar biasa atau wabah.
4). Hasil pemeriksaan laboratorium.
5). Penyelidikan peristiwa penyakit menular.
6). Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.
7). Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.
8). Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.
9). Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.
10). Data kependudukan dan lingkungan.
b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data
Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan
berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, spot
map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran
dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.
c. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.
Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit
kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan
dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai
umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.
Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data
(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,
merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.
3.1.4. Aktifitas Inti Surveilans
Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti (McNabb. et al.,
2002), yaitu:
1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan
kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan
surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian,
unit program-sektor dan unit statistik lainnya.
2) Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa
atau keadaan kesehatan.
3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada
hasil percobaan laboratorium.
4) Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat penelitian
dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.
Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.
5) Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan
menentukan indikator terhadap tindakan.
6) Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam
menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7) Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat
hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan
munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.
8) Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur
pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.
3.1.5. Kegunaan surveilens epidemiologi
Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan (Depkes RI, 1997) yaitu:
a. Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan
tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.
b. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
c. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap
perencanaan program.
d. Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat
tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu
ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang
dan cara serta dinamika penularan penyakit menula
3.1.6. Syarat- syarat surveilens yang baik
Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai
berikut (Romaguera, 2000) :
a. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian
sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber
pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan
staf, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya
yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.
b. Fleksibilitas (Flexibility).
Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi
perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa
memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.
c. Dapat diterima (Acceptability).
Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu,
organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk
pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan
terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian
formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem
surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan
atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau
komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang
dijalankan dengan tepat.
d. Sensitivitas (Sensitivity).
Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian
kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan
mengidentifikasi adanya KLB.
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
1). Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan
2). Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus yang
terdiagnosa akan dilaporkan
3). Keakuratan data yang dilaporkan
e. Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)
Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai
kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran
surveilans. Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas
serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.
f. Representatif (Representative).
Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara
akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan
tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang
representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga
diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang
penting.
g. Tepat Waktu.
Ketepatan waktu suatu 15ystem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan
kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan
tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga
membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam 16ystem surveilans dapat
dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik
yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang.
Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam
ketepatan waktu penyediaan informasi.
3.2. PENCATATAN DAN PELAPORAN
3.2.1. Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam
bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.
Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan
pembuatan laporan.
Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu
dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan
tertentu
Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman kepada Sistem
Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Beberapa pengertian dasar dari SP2TP menurut Depkes RI (1992) adalah sebagai
berikut:
1. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan pencatatan
dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/1981
2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling
berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu
3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan
puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan lain yang dapat
memperberat beban kerja petugas puskesmas.
4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan
adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa
laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang di
tetapkan.
5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan
pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan
melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada
instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di tetapkan
6. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap
triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu
triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk
rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang
dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam
pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara
masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP dapat juga membantu dalam perencanaan
program-program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan
seperti yang harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas
dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan
untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan
masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.
3.2.2. Manfaat pencatatan dan pelaporan
1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat,provinsi,dan
kab/kota
2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan
3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan
4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil
3.2.3. Jenis pencatatan terpadu puskesmas
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar
gedung.
1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang
diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung
puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan
pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus
harian.
2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti posyandu,
kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan
kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam puskesmas dikombinasi menjadi laporan
terpadu puskesmas atau yang disebut dengan System Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setiap awal
bulan, kemudian pihak DKK mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus
dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi
keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya
kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes
kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen
Kesehatan Pusat.
3.2.4. Hasil penelitian dalam pencatatan dan pelaporan
Proses pelaksanaan SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,
mengalami berbagai hambatan, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan
perilaku para pengelola dan pengguna data, yang kurang mendukung terhadap
keberhasilan SP2TP. Kualitas aspek teknis yakni penguasaan tentang SP2TP, proses
datanya, sarananya serta kapasitas SDM belum memadai dan mendapat perhatian
sebagaimana mestinya. Aspek sistem dalam konteks organisasional yang berkaitan
dengan aspek perilaku khususnya menyangkut dengan peran, tugas dan tanggung jawab
yang diwujudkan lewat sikap, motivasi dan tindakan nyata dalam pelaksanaan SP2TP dan
pemanfaatan data secara konsisten belum nampak.
3.2.5. Jenis pencatatan
Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar
biasa penyakit tertentu.
2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan
penyakit yang sedang ditanggulangi
3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin
progam.
LB1 berisi data kesakitan
LB2 berisi data kematian
LB3 berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
LB4 berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan :
1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan
LPLPO
2. Formulir LT: untuk data kegiatan
3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan
kematian
4. LB1 : data penyakit
a. Kasus lama
b. Kasus baru
5. LB2: laporan data kematian
6. LB3
a. Gizi
b. KB
c. Imunisasi
d. KIA
e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta,
Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.
7. LB4
a. Kunjungan Puskesmas
b. Kehatan Olahraga
c. Kesehatan Sekolah
d. Rawat Tinggal
e. Dll
8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)
a. LT 1
• Keadaan sarana Puskesmas
• Dasar UKS
• Kesehatan Lingkungan
• Kesehatan Jiwa
• Program Pendidikan dan Pelatihan
• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi
b. LT 2 (kepegawaian)
• Tenaga PNS di Puskesmas
• Tenaga PTT di Puskesmas
• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu
c. LT 3 (peralatan)
• Linen
• Peralatan Laboratorium
• Peralatan untuk Kesehatan Gigi
• Peralatan untuk Penyuluhan
• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
3.2.6. Prosedur pengisian system pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:
1. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.
2. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
3. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang
ada.
4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau
staf pengelola program bersangkutan.
6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban
akhir minimal 2 tahun.
7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Survelens, pencatatan dan pelaporan Puskesmas Andalas Padang sudah
berlangsung dengan baik sesuai dengan SP2TP (Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas). Puskesmas telah melakukan surveilens, pencatatan dan pelaporan
harian untuk kasus kejadian luar biasa, mingguan untuk melaporkan penyakit yang
sedang di tanggulangi, laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program.
Puskesmas Andalas Padang juga membuat 4 jenis laporan LB1 berisi data
kesakitan, LB2 berisi data kematian, LB3 berisi data gizi, KIA, KB , dan lain- lain, LB 4
berisi data obat- obatan.
Semua data yang di masukkan ke dalam formulir pencatatan dan pelaporan
didapatkan dari laporan harian, mingguan, bulan dari masing- masing pemegang program
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Setiap formulir yang diberikan untuk pencatatan dan pelaporan telah ditentukan
dan dibuat oleh dinas kesehatan, sehingga nantinya data yang di laporkan oleh seluruh
Puskesmas di seluruh kota Padang sama.
Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistemik, untuk kasus KLB
(kejadian luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas
sektor, lintas program di lingkungan KLB. Lalu pihak-pihak terkait melakukan survey
terhadap kasus tersebut, setelah dinyatakan kasus tersebut suatu kejadian luar biasa, tim
survelens langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24 jam
melalui via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan
terhadap kasus KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan provinsi,
provnsi juga akan melaporkan kepada dinas kesehatan pusat. Pengumpulan data
mingguan dan bulanan di ambil dari pemegang program masing- masing Puskesmas.
Semua hasil surveilens, pencatatan dan pelaporan diketahui dan dianalisis kembali
oleh kepala Puskesmas.
Masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan
pelaporan masalah kesehatan ke dinas kesehatan kota sering terjadi keterlambatan, hal ini
disebabkan karena penyerahan laporan dari masing- masing pemegang program,
posyandu, pustu, dan lain- lain terlambat. Formulir yang telah di tetapkan oleh dinas
kesehatan untuk pelaporan penyakit terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang
ditemukan di puskesmas. Sarana dan tenaga SDM untuk pengumpulan dan pencatatan
pelaporan masalah kesehatan belum memadai. Dan sarana internet untuk memasukkan
data ke Dinas Privinsi juga masih sangat terbatas
Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak Puskesmas untuk keterlambatan,
dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program Puskesmas masing-
masing dan memberikan limit waktu untuk pengumpulan data. Formulir yang telah
ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan secara online dan di tambah dengan
pemberian data manual yang sesuai dengan data penyakit yang di temukan di Puskesmas.
Sarana dan SDM yang dibutuhkan masih menjadi masalah bagi Puskesmas Andalas
Padang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep
wilayah kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat
dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan
teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan
harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya
dapat berupa laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu,
laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi dan
laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.
5.2. Saran
1. Setiap melakukan surveilens hendaknya mengikuti syarat- syarat system
surveilens yang baik.
2. Pemegang masing- masing program dapat memberikan laporan hasil
pendataannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
3. Melakukan pengkajian pelaksanaan surveilens, pencatatan dan pelaporan masalah
kesehatan di PUSKESMAS andalas.
4. Penguasaan terhadap aspek SP2TP, sarana, kapasitas SDM yang belum memadai
perlu mendapatkan perhatian
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar
Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004b) Kepmenkes tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan
Tidak Menular Terpadu
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004a) Kepmenkes tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.
4. WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of
Great Britain.
5. WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in
Indonesia. Washington DC