Upload
nguyenbao
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESPON MASYARAKAT TERHADAP FILM MERAH PUTIH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I )
Oleh :
Mardiana Febiyeansyah
NIM:108051000064
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
RBSPON MASYARAKAT TERIIADAP FILM MERAH PUTIH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Kom. I)
O leh :
Mardiana Febiyeansyah
NIM:108051000064
Di Bawah Bimbinsan
JURUSAI'.{ KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012N.I'
1973072s 200701 2
\i*
PENGESAHAN PAIIITIA UJIAN
Skripsi berjudul "RESPON MASYARAKAT TERIIADAP FILM MERAHPUTrH', telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah danIlmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S.Kom.I Pada JurusanKomunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta^ 12 November 20L2
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota
,-) a)/AY-
---'
Drs. Jumroni. M.Si19630515 199203 | 006
Anggota
Pembimbing
Penguji II
4DNununs Khairivah. l1{A.
NIP : 19730725 200701 2 018
97t08r6
Dr. Fatlnawati. MAt9760917 2001t22 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hariterbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 12 November 2012
Mardiana Febiyeansyah
i
ABSTRAK
Mardiana Febiyeansyah
Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih
Indonesia merupakan negara maritim sekaligus negara kepulauan dengan
keberagaman agama, suku, dan budaya. Berbagai permasalahan masyarakat pun
kerap timbul akibat terjadinya selisih paham antar suku maupun pemeluk agama.
Seperti konflik Poso, penyerangan terhadap pengikut Ahmadiyah di Lombok, dan
berbagai permasalahan lainnya. Hal tersebut menggambarkan semakin rumitnya
permasalahan sosial dalam bangsa yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika
ini. Oleh karena itu, Film Merah Putih hadir sebagai penyegar di tengah-tengah
masyarakat untuk meningkatkan rasa persatuan kesatuan bangsa Indonesia. Hal
ini dikarenakan film merupakan bagian dari komunikasi massa yang memiliki
fungsi selain memberikan informasi juga sebagai media hiburan. Film mampu
mempersuasif penonton melalui isi cerita yang disajikan, sehingga penonton dapat
memberikan respon atas apa yang mereka pahami dan rasakan dari film tersebut.
Melihat dari tujuan Film Merah Putih, maka pertanyaan yang diangkat
adalah Bagaimana Respons Kognitif, Afektif, dan Konatif Masyarakat terhadap
Film Merah Putih? Bagaimana Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif Masyarakat
terhadap Film Merah Putih berdasarkan jenis kelaminnya? Bagimana Respon
Kognitif, Afektif, dan Konatif Masyarakat terhadap Film Merah Putih berdasarkan
tingkat pendidikannya?
Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif eksperimen, yakni
dengan menetapkan 60 remaja berusia 15-24 tahun di Jl. H. Guneng, Pamulang
Barat sebagai responden dalam penelitian. Responden dituntut untuk menonton
Film Merah Putih dahulu sebelum mengisi angket pernyataan. Kemudian data
yang diperoleh diolah melalui rumus-rumus statistik, dimulai dengan menghitung
score rata-rata, standar deviasi, hingga chi-square kuadrat atau table chi-square
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon berdasarkan jenis kelamin
dan tingkat pendidikan.
Teori yang digunakan adalah Stimulus Respon atau S-O-R. Pada dasarnya,
S-O-R merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, di mana efek merupakan
reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini film memberikan stimulus kepada
khalayak untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dalam model S-
O-R menurut Dennis Mc Quail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism),
dan efek (respon).
Berdasarkan data yang diperoleh, respon kognitif mendapatkan skor
tertinggi dengan skor rata-rata sebesar 255.7, respon tertinggi kedua terdapat pada
respon afektif dengan skor rata-rata 251.5, dan respon konatif dengan skor rata-
rata 238.3. Berdasarkan tabulasi silang dan analisis Chi-Square yang
membandingkan respon skala kognitif, afektif, dan konatif berdasarkan jenis
kelamin dan tingkat pendidikan, didapati bahwa tidak adanya hubungan jenis
kelamin dan tingkat pendidikan dengan respon masyarakat terhadap Film Merah
Putih. Melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Film Merah Putih mampu
mendistribusikan informasi yang terdapat dalam film tersebut dengan baik.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Tidak ada kata yang pantas untuk memulai
kata pengantar ini selain puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan berbagai nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul, “Respon Masyarakat Terhadap Film Merah
Putih”. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada suri tauladan
umat manusia yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para
sahabatnya serta semua para pengikutnya.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang
penulis peroleh dari berbagai pihak. Baik berupa dukungan materiil, maupun non
materiil. Untuk itu penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta pembantu dekan dan jajarannya.
2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
membantu penulis.
iii
3. Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris JurusanKomunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yangtelah banyak membantu penulis.
4. Nunung Khoiriyah, MA. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu, pikiran, tenaga, serta kesabarannya dalam
membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas
segala ilmu yang telah diajarkan kepada penulis.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
telah membantu penulis dalam menemukan referensi-referensi untuk
skripsi ini.
7. Ayahanda Anwarsyah Malewa, ibunda Yeyet Patonah, adikku
Mahardika Dendiyeansyah, terima kasih atas segala dukungan dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
8. Tante Rohayati dan Om Duriat Setia yang telah memberikan motivasi
positive kepada Penulis.
9. Orang-orang yang turut membantu dan memberi kontribusi positive
kepada Penulis selama proses penyusunan, Argha, Citra, Ali, Reni,
Yudha, David, Patia, dan Acoh.
10. Bapak Zaini selaku ketua RT 003/005 beserta remaja Jl. H. Guneng
yang telah memberikan waktu mereka untuk membantu penulis dalam
menjalankan penelitian.
iv
11. Sahabat-sahabat terbaik Frans, Shinta, Ria, Zyfam & Partner, YOC,
Best Five, Boys & Girls Kelas Istimewa (salam bebek!) dan KKN
Revolution. Terima kasih atas segala waktu yang telah kita lewati
bersama. Canda tawa, tangis haru yang telah kalian berikan sangat
berarti untuk penulis.
12. Dan pihak-pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas segala bentuk bantuannya.
Sekali lagi, penulis ucapkan terima kasih kepada semuanya.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Amin ya
Rabbal alamin.
Jakarta, 12 November 2012
Mardiana Febiyeansyah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
D. Kajian Pustaka ................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7
F. Variabel Penelitian ........................................................................... 13
G. Definisi Operasional ........................................................................ 14
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Stimulus Respons ............................................................................. 17
1. Pengertian Respons dan Stimulus .................................................... 17
2. Proses Terbentuknya Stimulus Respons .......................................... 20
3. Faktor Terbentuknya Respons ......................................................... 24
4. Macam-macam Respons .................................................................. 26
B. FILM ................................................................................................ 27
1. Definisi Film .................................................................................... 27
2. Perfilman di Indonesia ..................................................................... 29
3. Karakter Film ................................................................................... 30
vi
4. Jenis-jenis Film ................................................................................ 31
5. Unsur-unsur Film ............................................................................. 32
C. Nasionalisme .................................................................................... 33
1. Pengertian Nasionalisme .................................................................. 33
2. Nasionalisme Pancasila .................................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM FILM MERAH PUTIH
A. Sinopsis Film Merah Putih ............................................................... 37
B. Balik Layar Film Merah Putih ......................................................... 40
1. Pemeran Film Merah Putih .............................................................. 42
2. Kru Film Merah Putih ...................................................................... 44
C. Profil Sutradara Film Merah Putih “Yadi Sugandi” ........................ 46
1. Film Hasil Besutan Yadi Sugandi .................................................... 46
2. Film Merah Putih di Mata Yadi Sugandi ......................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden ......................................................................... 52
B. Respon Masyarakat (Remaja Jl. H. Guneng) terhadap Film Merah
Putih .......................................................................................................... 54
1. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala
Kognitif ............................................................................................... 55
2. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala
Afektif ................................................................................................. 57
3. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala
Konatif ................................................................................................ 60
C. Perbandingan Rata-rata Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif
Masyarakat terhadap Film Merah Putih .................................................... 64
D. Analisis Chi-Square Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih
dalam mengetahui Hipotesis dan Keputusan dari Hasil Penelitian .......... 65
1. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif dan Konatif
Responden terhadap Film Merah Putih berdasarkan Jenis Kelamin .. 65
vii
2. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif dan Konatif
Responden terhadap Film Merah Putih berdasarkan Tingkat
Pendidikan ........................................................................................... 68
E. Film Merah Putih Menurut Masyarakat berdasarkan Hasil
Wawancara ................................................................................................ 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 72
B. Saran-saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 52
Tabel 2 Kareakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................ 53
Tabel 3 Pembagian Skor Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif ............... 54
Tabel 4 Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih Skala Kognitif .......... 55
Tabel 5 Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih Skala Afektif ............ 58
Tabel 6 Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih Skala Konatif............ 60
Tabel 7 Perbandingan Skor Rata-rata Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif
terhadap Film Merah Putih ................................................................... 64
Tabel 8 Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 66
Tabel 9 Analisis Chi-Square Hitung berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 67
Tabel 10 Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkanTingkat Pendidikan ............... 68
Tabel 11 Analisis Chi-Square Hitung berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proses Terbentuknya Stimulus-Respons ........................................... 22
Gambar 2 Poster Film Merah Putih ................................................................... 37
Gambar 3 Foto Yadi Sugandi ............................................................................ 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku, di sanalah aku berdiri,
jadi pandu ibuku....”, kutipan lagu tersebut merupakan penggalan lirik lagu
kebangsaan Indonesia karya W.R. Supratman. Lagu yang berjudul Indonesia Raya
ini diciptakan sebagai wujud rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia
sekaligus mengenang perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan.
Sebagai bangsa yang besar dan memiliki keberagaman budaya, mempelajari dan
menghargai sejarah perjuangan sangat berperan penting dalam menjaga persatuan
dan kesatuan Indonesia. Sejarah kemerdekaan menjadi bukti akan kekuatan rasa
nasionalisme yang mampu membawa bangsa Indonesia menjadi seperti sekarang
ini.
Keberagaman budaya dan agama di Indonesia menjadikan Indonesia
berbeda dengan negara lainnya. Indonesia merupakan negara maritim sekaligus
negara kepulauan yang memiliki 33 provinsi, 399 kabupaten, dan 98 kota dengan
budaya yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Tidak jarang keberagaman budaya
tersebut menjadi faktor pemicu terjadinya selisih paham antar suku.
Tidak hanya budaya, keragaman agama pun menghiasi bangsa Indonesia.
Berdasarkan data yang didapat pada situs resmi sensus penduduk Indonesia
tercatat pada tahun dari 240.271.522 penduduk Indonesia sebanyak 85,1%
pemeluk agama Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4%
2
Buddha.1 Seperti halnya dengan budaya, permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat sering dikatkan dengan permasalahan antar agama.
Besarnya peran budaya dan agama di Indonesia menjadi perhatian khusus
bagi pemerintah. Berbagai permasalahan masyarakat timbul akibat terjadinya
selisih paham antar suku maupun pemeluk agama. Sebagai contoh kasus
pembakaran gereja di Halmahera pada 14-15 Agustus 2002, konflik Poso pada
Desember 2003, penyerangan terhadap Huriah Kristen Batak Protestan (HKPB)
dan penyerangan terhadap rumah-rumah pengikut Ahmadiyah di Lombok pada
September 2002. Beberapa kasus tersebut sangat bertentangan dengan semboyan
bangsa Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu
jua). Frase jawa kuno ini merupakan gambaran akan makna nasionalisme, di mana
keragaman budaya, ras, suku bangsa, bahasa, agama, dan kepercayaan menjadi
pribadi bangsa Indonesia yang patut untuk dibanggakan.
Namun melihat realita yang ada di Indonesia sekarang ini, konflik antar
agama dan suku kerap kali terjadi, seolah-olah memperlihatkan masyarakat
Indonesia sudah mulai melupakan makna dari Bhinneka Tunggal Ika dan sejarah
panjang yang telah diukir oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Hal ini
berakibat pada munculnya wacana mengenai lunturnya rasa nasionalisme
masyarakat Indonesia di berbagai media massa.
Di Indonesia media massa berperan sebagai sarana penyedia layanan
informasi dan kontrol sosial. Berbagai informasi dapat dengan mudah diakses
melalui berbagai media massa, seperti televisi, radio, internet, cetak, maupun film.
1 Telaah "Indonesia". The World Factbook. CIA. 19 Maret
2009.https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html. Diakses pada 22
Maret 2009.
3
Kebutuhan masyarakat terhadap informasi semakin meningkat tiap harinya. Hal
ini menjadi tantangan bagi media massa sebagai media transformasi yang dapat
meredam konflik yang kerap terjadi di masyarakat sekarang ini.
Peran media massa seperti pisau bermata dua yang dapat berperan positif
sekaligus negatif. Film merupakan salah satu dari bentuk media massa yang
mendapat perhatian cukup banyak dari masyarakat. Sebagai sarana hiburan, film
mampu menjadi sarana pembelajaran untuk masyarakat. Dengan film informasi
mengenai sejarah dapat terlihat, tempat-tempat yang tidak diketahui diperlihatkan,
bahkan masa yang akan datang pun dapat tersaji dalam sebuah film melalui
imajinasi dari pekerja film.
Melihat betapa besarnya peran sebuah film, Yadi Sugandi sebagai ahli
sinematografi menyajikan sebuah film yang berjudul Merah Putih. Film yang
bergenre perang ini diharapkan dapat menjadi pencerahan baru bagi bangsa
Indonesia. Film ini menggambarkan perjuangan para pahlawan pada masa
penjajahan Belanda. Tidak hanya situasi peperangan saja yang disajikan dalam
film ini, namun rasa nasionalisme yang tinggi dibalut dengan toleransi beragama
yang ada di film ini menjadi sebuah tayangan yang layak untuk disaksikan
masyarakat Indonesia.
Kesuksesan sebuah film tidak hanya dapat dilihat seberapa banyak
khalayak menonton film tersebut, akan tetapi terletak pada apakah film tersebut
mampu membangkitkan emosi para penonton atau tidak. Untuk mengetahui
bagaimana sebuah prosentase kesuksesan film mampu atau tidak dalam
membangkitkan emosi, pengetahuan, hingga mendorong penonton untuk
4
melakukan suatu hal dapat diketahui melalui respon yang ditunjukkan oleh
penonton. Respon merupakan reaksi yang muncul dari suatu masalah terhadap
khalayak. Dan penelitian ini khalayaknya adalah remaja di Pamulang Barat,
tepatnya di Jl. H. Guneng. Bagi peneliti, remaja Jl. H. Guneng merupakan
perwakilan dari remaja Indonesia dengan latar belakang kehidupan yang
bervariasi dan bagian dari penerus bangsa yang kelak mampu memberikan
kontribusi positif bagi Indonesia.
Berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan, maka judul dari
penelitian ini adalah “Respon Masyarakat Terhadap Film Merah Putih”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, Penulis membatasi masalah hanya pada respon
masyarakat, khususnya remaja Jl. H. Guneng, Pamulang Barat terhadap Film
Merah Putih dalam hal meningkatkan sikap nasionalisme dan toleransi
beragama remaja Jl. H. Guneng, Pamulang Barat. Remaja difokuskan hanya
yang berusia 15 – 24 tahun dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Hal ini berdasarkan batasan remaja yang
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan bahwa
usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth).2 Sedangkan Film Merah Putih
difokuskan pada film Merah Putih bagian pertama yang telah diputar di
bioskop-bioskop Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2009.
2 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), h. 10
5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan-
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Respons Kognitif, Afektif, dan Konatif Remaja Jl. H.
Guneng, Pamulang Barat terhadap Film Merah Putih?
2. Bagaimana Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif Remaja Jl. H.
Guneng, Pamulang Barat terhadap Film Merah Putih berdasarkan
jenis kelaminnya?
3. Bagimana Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif Remaja Jl. H.
Guneng, Pamulang Barat terhadap Film Merah Putih berdasarkan
tingkat pendidikannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui respon remaja Jl. H. Guneng, Pamulang Barat
terhadap Film Merah Putih, baik respon kognitif, afektif, dan konatif.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara respon kognitif,
afektif, dan konatif remaja Jl. H. Guneng terhadap Film Merah Putih
berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara Respon Kognitif,
afektif, dan konatif remaja Jl. H. Guneng terhadap Film Merah Putih
berdasarkan latar belakang pendidikan.
6
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan, khususnya ilmu komunikasi dalam penyampaian pesan yang
efektif dan mendapatkan respon yang baik dari komunikannya.
b. Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap praktisi media dan pemerhati media massa, terutama
yang berkaitan dengan respon masyarakat terkait dengan ketertarikkan
terhadap perfilman Indonesia.
Sebagai wadah pengevaluasian diri dalam menyikapi
permasalahan sosial yang hadir dalam kehidupan sehari-hari, serta
sebagai indikator nyata untuk mengetahui bagaimana para remaja
menyikapi nasionalisme dan toleransi beragama itu sendiri.
D. Kajian Pustaka
Setelah Penulis melakukan pengamatan di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama, Penulis menemukan
beberapa penelitian mengenai respon, baik respon mengenai acara televisi,
radio, cetak, maupun program majelis ta’lim. Untuk penelitian respon
mengenai film, penulis juga menemukan beberapa di antaranya, seperti:
1. Respon SMK Islamiyah Ciputat Terhadap Film Nagabonar Jadi 2,
yang disusun oleh Ela Nurlaila pada tahun 2008.
7
2. Respon Mahasiswa Jurusan Komunikas dan Penyiaran Islam
Terhadap Film The Message The Story Of Islam, yang disusun oleh
Kardiansyah pada tahun 2009.
3. Respon Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2008 terhadap Film Tanah Air Beta, yang disusun oleh Disya
Ramasari Rahayu pada tahun 2011.
Melihat dari beberapa judul penelitian di atas, dapat terlihat jelas
bahwa penelitian yang Penulis angkat memiliki perbedaan dari penelitian
sebelumnya. Perbedaan dapat jelas terlihat dari responden dan judul film yang
diteliti.
Pada penelitian Ela Nurlaila objek dalam penelitiannya adalah siswa/i
SMK Islamiyah Ciputat dengan Film Nagabonar Jadi 2 sebagai subjek
penelitian. Begitupun dengan penilitian Kardiansyah yang menjadikan
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai objek penelitiannya dan
Film The Message The Story Of Islam sebagai subjek dalam penelitiannya.
Hal yang sama pun terjadi dengan Disya Ramasari Rahayu yang menjadikan
Film Tanah Air Beta sebagai subjek penelitiannya.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, Penulis sangat yakin bahwa
penelitian yang penulis lakukan belum pernah ada sebelumnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan
8
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif
kuasi ekperimen, di mana Penulis mengajak remaja Jl. H. Guneng,
Pamulang Barat, untuk menonton Film Merah Putih. Setelah itu Penulis
memberikan angket dalam bentuk kuesioner tertutup kepada responden.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian
yang lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk
menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.3
2. Subjek dan Objek
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah respon masyarakat
Jl. H. Guneng, Pamulang Barat yang dikhususkan untuk remaja awal yang
berusia 15-24 tahun. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah
film Trilogi Merdeka bagian pertama yang berjudul Merah Putih.
3. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang
akan diteliti.4 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Jl. H. Guneng
RT 003/RW 05 Kel. Pamulang Barat yang berusia antara 15 – 24 tahun.
Dalam hal ini populasi remaja berusia 15 – 24 tahun berjumlah 119 orang
berdasarkan KK. Melihat jumlah populasi remaja yang ada, maka penulis
mengambil responden sebanyak 50% dari populasi remaja yang ada, yakni
3 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN JakPress,
2006), h. 36 4 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosda Karya, 2004) h. 57
9
59,5 yang dibulatkan menjadi 60 responden sebagai sampel. Jumlah
tersebut diasumsikan telah tersebar secara efektif.
Populasi seperti yang telah dikemukakan oleh Dergibson Siagian
dan Sugiarti, bahwa populasi merupakan himpunan semua elemen yang
menjadi pusat perhatian penelitian; sampel adalah himpunan bagian dari
populasi atau elemen populasi.5
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-
cara tertentu serta memiliki karakteristik tertentu yang jelas dan lengkap
serta dianggap bisa mewakili populasi. Karena populasi dalam penelitian
adalah remaja Jl. H. Guneng RT 003/RW 05 Kel. Pamulang Barat Kec.
Pamulang, Tangerang Selatan, maka dalam hal ini jumlah populasinya
sebanyak 119 orang. Namun, ada pun penempatan sampel berdasarkan
penjelasan di atas dan pra penelitian sebanyak 60 orang dari 119 orang
yang pernah menonton film tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini,
maka Penulis melakukan pengumpulan data primer berupa data-data yang
diperoleh dari hasil lapangan atau di lokasi penelitian. Untuk memperoleh
data yang empiris, Penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Kuesioner (angket)
5 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta 1993), cet. ke-2, h. 38
10
Penulis menggunakan angket yang berisikan daftar pernyataan
yang diberikan kepada Remaja Jl. H. Guneng, Pamulang Barat sebagai
sampel penelitian. Ada pun alasan penggunaan kuesioner sebagai
instrumen utama dalam pengumpulan data ini karena data bersifat
kuantitatif dan analisa datanya dilandasi pada hasil kuesioner.
Pada penelitian ini, Penulis memilih 60 remaja sebagai responden.
Data diperoleh dengan menggunakan Skala Likert, yakni dengan jenis
angket tertutup yang terdiri dari 30 butir pernyataan.
b. Observasi
Teknik ini merupakan teknik pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki oleh panca indera.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang
gambaran umum tentang objek penelitian.
c. Dokumentasi
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen berupa buku-buku,
buletin, rekaman, majalah atau koran, telusuran website, dan bahan info
lainnya yang berkaitan dengan Film Merah Putih.
5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh melalui angket atau kuesioner, kemudian
diproses melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
11
1. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk
diteliti dan dirumuskan pengelompokkannya baik respons afektif,
kognitif, maupun konatif.
2. Tabulating, yakni memindahkan hasil angket ke dalam tabel,
kemudian hasil dipersentasikan.
3. Analisa dan interpretasi data, yakni merubah data kuantitatif hasil
perolehan angket menjadi bentuk kata-kata.
Penelitian ini menggunakan pernyataan secara terstruktur atau
sistematis kepada banyak orang untuk kemudian seluruh jawaban yang
diperoleh dicatat, diolah, dan analisis dengan menggunakan analisa statistik
dengan menghitung score rata-rata (mean), untuk menentukan kategori dari
setiap skala penelitian :
x = ∑fi.xi
∑fi
Keterangan:
x adalah score rata-rata atau mean
fi adalah Frekuensi pengamatan
xi adalah Pengamatan6
Sedangkan untuk menentukan skala respon responden terhadap Film
Merah Putih menggunakan Standart Deviasi :
6 Yusuf Wibisono, Metode Statistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005),
h. 203
12
SD = √∑ x2
N
Keterangan :
SD adalah Standar Deviasi
∑x2 adalah Jumlah deviasi dari rata-rata kuadrat
N adalah Jumlah Individu7
Dengan penghitungan tingkat responden terhadap 3 Skala, baik
kognitif, afektif maupun konatif, berikut persamaannya :
Tinggi = X + stdDev
Sedang = X
Rendah = X – stdDev
Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah penilitia
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.8 Untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan persamaan Chi-Square atau Chi-
Kuadrat (X2), dengan hipotesisnya sebagai berikut:
1. Dengan Ho, maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
respon masyarakat terhadap Film Merah Putih. Atau Ha, maka ada
7 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 179
8 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 75
13
hubungan antara jenis kelamin dengan respon masyarakat terhadap
Film Merah Putih.
2. Dengan Ho, maka tidak ada hubungan antara latar belakang
pendidikan dengan respon masyarakat terhadap Film Merah Putih.
Atau Ha, maka ada hubungan antara latar belakang pendidikan
dengan respon masyarakat terhadap Film Merah Putih.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan persamaan chi-square sebagai
berikut:
X2
= ∑(fo-fh)2
fh
Keterangan:
X2 adalah Chi-Kuadrat
Fo adalah frekuensi yag diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel
Fh adalah frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan ferekuensi yang diharapkan dalam populasi9
F. Variabel Penelitian
Berdasarkan teori yang diangkat dalam penelitian ini, maka ditetapkan
terdapat 2 (dua) variabel, yakni variabel terpengaruh (variabel dependent) dan
variabel pengaruh (variabel independent). Dalam hal ini yang menjadi variabel
terpengaruh adalah respon masyarakat (remaja Jl. H. Guneng yang berusia 15-
24 tahun), sedangkan variabel pengaruh adalah Film Merah Putih.
9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: PT. Kencana, 2007), h.
186
14
G. Devinisi Operasional
Definisi operasional menggambarkan bagaimana operasi atau kegiatan
harus dilakukan untuk mendapatkan data yang menunjukkan konsep yang
dimaksud. Definisi ini digunakan dalam penelitian karena dapat
menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan empirik.10
Dalam
penelitian ini, definisi operasional dari variabel penelitian adalah variabel
independent. Variabel mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel
bebas (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas (Y)11
.
Bagan Variabel
Film Merah Putih merupakan film yang
bergenre perang dengan latar belakang
masa kemerdekaan, memberikan
penyegaran kepada khalayak untuk lebih
cinta tanah air.
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Konatif Film Merah Putih dapat dijadikan
sebagai pengingat untuk masyarakat
akan betapa pentingnya toleransi
beragama, serta mengamalkan nilai-nilai
pancasila.
10
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29 11
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineke Cipta 1993), cet. ke-2, h. 97
15
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi skripsi ini,
maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan sebagi gambaran
umum penulisan skripsi ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan
penulis dalam menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh
dari berbagai sumber, seperti buku referensi maupun hasil telusuran
internet yang menjadi landasan dalam penulisan skripsi ini, di
antaranya teori-teori seputar respon dan komunikasi massa.
BAB III : GAMBARAN UMUM FILM MERAH PUTIH
Bab ini membahas tentang sinopsis Film Merah Putih,
pemain film dan tokoh-tokoh dalam film tersebut, profil sutradara,
dan profil pemeran utama dalam Film Merah Putih. Selain itu, bab
ini juga membahas mengenai Undang-undang akan kebebasan
beragama di Indonesia.
16
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil temua data dan analisa data, yakni
respons remaja Jl. H. Guneng, Pamulang Barat, baik respon
kognitif, afektif, maupun respon konatif.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penulisan dan saran yang
diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat, khususnya para
remaja di Indonesia.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Stimulus Respons
1. Pengertian Respons dan Stimulus
Respon adalah aksi reaksi yang muncul dari suatu masalah
terhadap khalayak. Dalam kamus lengkap psikologi, respons
(response) merupakan satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi
pertanyaan tes atau satu kuesioner; sembarang tingkah laku, baik yang
jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau
tersamar.1 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, respons
diartikan sebagai tanggapan, reaksi, atau pun jawaban.2
Menurut Ahmad Subandi, respons berperan sebagai umpan
balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar
dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.3 Sedangkan
menurut Jalaudin Rakhmat, respons adalah suatu kegiatan (activity)
dari orgaisme itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif,
setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat
juga disebut respons.4
Secara umum respons atau tanggapan dapat diartikan sebagai
hasil atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam
1 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h. 432.
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 746 3 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-1, h. 43
4 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h.
51
18
hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengamatan tentang
subjek, peristiwa-peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.
Segala sesuatu yang pernah kita alami akan selalu
meninggalkan jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak
itulah yang dapat timbul kembali dan berperan sebagai sebuah
tanggapan atau biasa disebut sebagai respons. Secara umum tanggapan
atau respons merupakan bayangan atau kesan dari apa yang telah kita
amati dan kenali. Selama tanggapan-tanggapan itu berada dalam
bawah sadar, maka disebut dengan tanggapan latent, sedangkan
tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran disebut dengan
tanggapan aktual.5
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Stellen M Caffe,
respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu.
Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang
dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap,
dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul
apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap
sesuatu.
5 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2006),
h. 60.
19
c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata
yang meliputi tindakan atau perbuatan.6
Dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, efek kognitif
membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam memahami sebuah informasi dalam mengembangkan
kemampuan kognitifnya. Film merupakan salah satu bentuk media
massa yang dipercaya mampu memberikan informasi kepada khalayak
secara efektif.
Menurut Mc Luhan, media massa merupakan perpanjangan alat
indera kita.7 Misalnya, masyarakat pada umumnya tidak pernah tahu
ataupun melihat keindahan menara Eiffel, namun setelah menonton
film Eiffell I’m In Love, khalayak dapat melihat dan mengetahui
keberadaan menara dengan sejutan keindahan yang berada di Paris
tersebut.
Elvinaro Ardianto bersama rekan-rekannya dalam bukunya
juga memaparkan mengenai efek afektif dan behavioral. Efek afektif
memiliki tujuan yang tidak hanya sekedar memberi informasi kepada
khalayak, akan tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan turut
merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan
sebagainya. Misalnya, tidak jarang banyak khalayak yang merasa
6 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h.
218. 7 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 53
20
jengkel dengan kelakuan pemeran antagonis yang selalu menindas
yang lemah dalam sebuah sinetron.
Efek konatif merupakan efek yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Misalnya, setelah
menonton film laskar pelangi, para anak-anak dan remaja menjadi
lebih rajin untuk belajar dan membentuk cita-cita mereka.
Sedangkan kata stimulus memiliki beberapa arti, diantaranya
stimulus merupakan perangsang organism bagian tubuh atau reseptor
lain untuk menjadi aktif.8 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,
stimulus dalam bahasa latin merupakan pengobar atau pendorong
semangat, perangsang, serta sengatan. Sedangkan dalam dunia
psikologi, stimulus diartikan sebagai fenomena dalam lingkungan
fisik, baik berupa benda maupun energi yang dapat membangkitkan
respon pada diri suatu organisme.9
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respons
Teori Stimulus – Respons atau biasa dikenal dengan Teori S-O-
R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula
berasal dari bidang keilmuan psikologi yang muncul pada tahun 1930-
an, yang kemudian diangkat menjadi teori komunikasi juga. Hal ini
dikarenakan objek material psikologi dan komunikasi yang sama,
8 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1091 9 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), cet. 1, h. 1068
21
yakni manusia yang meliputi komponen-komponen sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.10
Teori ini pada dasarnya merupakan sebuah prinsip belajar
sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam teori ini dapat menggambarkan seseorang yang mampu
menjelaskan suatu hubungan antara pesan dalam media dengan reaksi
audience.11
Dalam stimulus – response, efek yang ditimbulkan merupakan
reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan yang
timbul sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator.
McQuail mengutarakan elemen-elemen utama dalam teori ini
adalah:12
a. Pesan (stimulus)
b. Seorang penerima atau receiver
c. Efek (respons)
Dalam masyarakat massa, prinsip S-O-R mengansumsikan
bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media, yang kemudian
didistribusikan secara sistematis dalam skala yang luas. Sehingga
secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar
10
Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2005), h. 254 11
M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277 12
M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, h. 277
22
individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah
besar individu itu akan merespons informasi tersebut.
Prinsip teori stimulus respons ini merupakan prisip dasar dari
teori jarum suntik hipodermik, teori yang menjelaskan proses
terjadinya efek media massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap
khalayak. Penggunaan teknologi telematika dimaksudkan untuk
mereproduksi dan mendistribusi pesan informasi dengan
memaksimalkan jumlah penerima dan respons oleh audience,
sekaligus meningkatkan respons audience.
Dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Perubahan,
serta Pengukurannya”, Prof. Dr. Mar’at mengutip pendapat Hovland
dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru
terdapat tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan
penerimaan.13
Gambar 1.1
Dapat dilihat bahwa perubahan sikap pada individu tergantung
pada proses pesan informasi tersebut disampaikan, Gambar di atas
menggambarkan bahwa Stimulus yang diberikan kepada komunikan
memiliki 2 (dua) kemungkinan, yaitu pesan diterima atau ditolak.
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya, 2003), h. 254-255
STIMULUS
ORGANISME
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
RESPONS
(Perubahan Sikap)
23
Sebuah pesan informasi berlangsung ketika adanya perhatian
dari komunikan, yang kemudian komunikan akan mengerti dari isi
pesan informasi tersebut. Kemampuan komunikan dalam memberikan
makna terhadap isi pesan inilah terjadi proses menerima atau menolak
yang kemudian terjadilah kesediaan komunikan untuk merubah sikap.
Dalam teori stimulus respon dalam prosesnya tidak ditujukan
kepada komunikan yang bersifat individu, akan tetapi ditujukan dalam
jumlah yang lebih besar seperti masyarakat atau komunitas. Oleh
karena itu, penggunaan teknologi merupakan keharusan dalam
mendistribusikan pesan informasi, sedangkan individu yang tidak
terjangkau oleh terpaan pesan diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh
isi pesan.
Respons merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap khalayak yang terlibat dalam proses
komunikasi. Proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan
efisien apabila terdapat unsur-unsur komunikasi di dalamnya.
Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam
bukunya yang berjudul Marketing Management, mengangkat
paradigma Harold Lasswel “Who says what in which channel to whom
with what effect” dimana unsur-unsur komunikasi adalah:
a) Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan
kepada khalayak.
24
b) Encoding, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk
lambang atau symbol.
c) Message, yakni pesan yang berupa serangkaian lambang
bermakna yang disampaikan komunikator.
d) Media, merupakan tempat atau wadah berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
e) Decoding, merupakan proses dimana komunikan
menetapkan makna dalam lambang yang disampaikan
komunikator kepadanya.
f) Response, adalah tanggapan atau seperangkat reaksi kepada
komunikator setelah diterpa pesan.
g) Feedback, adalah umpan balik atau tanggapan komunikan
apabila tersampaikan pesan kepada komunikator.
h) Noise, merupakan gangguan tak terencana yang terjadi
dalam proses komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikan
menerima pesan lain yang berbeda dengan pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
3. Faktor terbentuknya Respons
Respons dapat terbentuk karena adanya faktor pendorong
dalam proses komunikasi. Tidak semua stimulus mendapatkan respon,
hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian atau perhatian lebih
terhadap minat khalayak. Dengan demikian sebuah respons dapat
25
terbentuk tidak hanya pada stimulus yang diberikan akan tetapi
keadaan setiap individu juga mempengaruhi.
Stimulus akan mendapatkan respons dari individu berdasarkan
beberapa faktor , yaitu 14
:
a). Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu
manusia, yang terdiri atas unsur rohani dan jasmani. Kedua unsur
tersebut sangat mempengaruhi tiap individu dalam memberi tanggapan
dari sebuah stimulus. Jika salah satu unsur tersebut mengalami
gangguan atau tidak dalam kondisi yang baik maka tanggapan yang
akan diterima oleh individu tersebut akan berbeda.
b). Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan
sekitar. Faktor ini biasanya berupa benda-benda perangsang dari suatu
stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, menyatakan bahwa
faktor psikis berhubungan dengan objek akan menimbulkan stimulus,
dan stimulus akan mengenai alat indera.
Stimulus dapat disadari oleh individu jika suatu stimulus cukup
kuat untuk dapat ditanggapi. stimulus mempunyai batas minimal agar
stimulus tersebut dapat ditanggapi. Batas minimal tersebut biasa
disebut ambang absolut sebelah bawah atau ambang stimulus. Jika
stimulus kurang dari batasan tersebut maka individu tersebut tidak
akan menyadari stimulus tersebut.
14
Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta : UGM,1996), h.55
26
4. Macam-macam Respons
Respons atau yang biasa disebut dengan tanggapan menurut
Agus Sujanto, ada bermacam-macam menurut media penerimanya,
yaitu 15
:
a). Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :
1. Tanggapan Auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang
telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain.
2. Tanggapan Visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dilihat.
3. Tanggapan Perasa, yaitu tanggapan dari sesuatu yang
dialami individu.
b). Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :
1. Tanggapan ingatan, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang
diingat.
2. Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dibayangkan.
3. Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dipikirkan.
c). Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :
15
Agus Sujanto. Psikologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hal. 31-32
27
1. Tanggapan Benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang
menghampirinya atau berada didekatnya.
2. Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata
yang didengar arau dilihatnya.
B. Film
1. Definisi Film
Secara umum, film memiliki beberapa makna, diantaranya
selaput halus; selaput tipis yang dibuat dari seluloit untuk tempat
gambar negatif atau untuk tempat gambar positif yang akan diputar
dalam bioskop; lakon dalam gambar hidup.16
Dalam buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, gambar
bergerak atau yang biasa disebut dengan film merupakan bentuk
dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia.17
Situs
wikipedia.org memaparkan mengenai definisi film, yakni gambaran
hidup yang sering disebut movie (semula plesetan untuk berpindah
gambar). Film secara kolektif disebut sinema.
Gambar hidup atau biasa disebut film adalah bentuk seni,
bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu)
16
Save M. Dagun. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), cet. 1, h. 258 17
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 143
28
dengan kamera atau dengan animasi.18
Film telah lebih dulu menjadi
media hiburan dibandingkan siaran radio dan televisi.
Film memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
mempengaruhi audience-nya. Hal ini dikarenakan proses penyajian
dan penayangan film tersebut yang berbeda dengan sinetron yang
kerap diputar pada layar televisi. Pemutaran film dalam bioskop
menuntut penonton untuk duduk di sebuah auditorium gelap dan
dihadapkan dengan layar lebar tanpa gangguan dalam proses
pemutaran film tersebut.
Efek dari film dapat berupa peniruan yang diakibatkan oleh
anggapan bahwa apa yang dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan
oleh setiap orang. Melihat dari itulah betapa pentingnya sebuah film
dikemas secara baik. Pesan moral menjadi unsur utama dalam sebuah
film yang harus dikedepankan. Film bukan hanya sebagai media
hiburan, melainkan sebagai medium komunikasi yang ampuh untuk
pendidikan dan sarana informatif.
Apabila ditelusuri lebih dalam, film merupakan dokumen
kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memilki realitas kelompok
masyarakat pendukungnya itu, baik realitas dalam bentuk imajinasi
ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan jejak-jejak
yang ditinggalkan, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia
terhadap masa yang akan dating kepada khalayak.
18
Telaah situs http://www.wikipedia.org.com/
29
Seiring dengan perkembangan sekarang ini, film dapat
digunakan sebagai alat propaganda. Hal ini dikarenakan film dianggap
memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas
yang hebat.
2. Perfilman di Indonesia
Dalam buku komunikasi Massa karya Elvinaro bersama rekan-
rekannya dipaparkan bahwa Lady Van Java merupakan film pertama
yang diputar di Indonesia. Film ini diproduksi oleh David di Bandung
pada tahun 1926. Setelah film pertama diputar, judul-judul film
lainnya pun mulai bermunculan. Pada tahun 1927-an Krueger
Corporation memproduksi film yang berjudul Eulis Atjih, hingga tahun
1930 masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh.
Film-film tersebut merupakan film bisu karya orang-orang Belanda
dan Cina.
Sedangkan untuk film bicara yang pertama diputar di Indonesia
adalah Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah da R. Mochtar
yang naskahnya berasal dari seorang penulis Indonesia, Saerun.19
Tahun 1941 pada saat perang Asia Timur, perusahaan
perfilman yang dipegang oleh Belanda dan Cina berpindah tangan
kepada pemerintah Jepang. Di tangan jepang dunia perfilman
19
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 144
30
berkembang dengan memproduksi film feature dan film dokumenter.
Jepang memanfaatkan film sebagai media informasi dan propaganda.
Pada tanggal 6 Oktober, di saat Indonesia telah
memproklamirkan kemerdekaannya, maka perusahaan perfilman milik
Jepang yang bernama Nippon Eiga Sha tersebut diserahkan secara
resmi kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dilakukan oleh
Ishimoto dari pihak Pemerintah Militer Jepang kepada R.M. Soetarto
perwakilan dari Indonesia.
Film merupakan salah satu bentuk media massa yang memiliki
fungsi informatif, edukatif, bahkan persuasif. Sejalan dengan misi
perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media
hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk
pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character
building.20
3. Karakteristik Film
Secara teknis film mengkombinasikan fotografi, stereo,
grafik, digital, komputer, dan teknologi dalam perfilman. Maka
menjadi hal yang penting bagi khalayak untuk mengetahui
karakteristik film itu sendiri.
a. Film menggunakan unsur gambar sebagai sarana utama untuk
menyampaikan informasi.
20
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 145
31
b. Film memiliki keterbatasan waktu. Pada umumnya, film
memiliki durasi waktu antara 80 sampai 120 menit.
c. Layar yang luas/lebar. Berbeda dengan televisi, media film
memilki layar yang berukuran besar.
d. Pengambilan gambar dalam film adalah pengambilan jarak
jauh atau extreme long shoot, biasa disebut dengan
pengambilan pemandangan menyeluruh.
e. Konsentrasi penuh dalam menikmati film pastilah berbeda bila
dibandingkan apabila khalayak menonton acara di televisi.
4. Jenis-jenis Film
Dalam perkembangannya film berkembang menjadi beberapa
macam. Hal tersebut berhubungan dengan maksud film tersebut dibuat.
Namun pada dasarnya, film dapat dikelompokkan kedalam dua pembagian
besar, yakni film teatrikal dan non teatrikal. Pendapat lain menyebutnya
Film Fiksi dan Non Fiksi.
Film Teatrikal adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang
dikarang, dan dimainkan oleh aktor/aktris. Film teatrikal umumnya
bersifat komersial, yaitu dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis
tertentu atau ditayangkan di televisi dengan dukungan sponsor iklan
tertentu.
32
Film Teatrikal mempunyai sejumlah kategori (genre) yaitu, film
drama, film komedi, film action, film musical, dan sebagainya.21
Sedangkan film non teatrikal adalah jenis film yang mengambil kenyataan
sebagai objeknya. Film non teatrikal juga memiliki sejumlah genre meski
kebanyakan bukan untuk tujuan komersial.
Dalam proses pembuatannya, film non teatrikal membutuhkan
proses pemikiran dan teknis. Proses pemikiran berupa pencarian ide,
gagasan atau cerita yang akan dibuat. Sedangkan proses teknis berkaitan
dengan keterampilan Artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau
cerita menjadi film yang siap ditonton. Oleh karena itu, film cerita dapat
dipandang sebagai penyebaran nilai-nilai.
5. Unsur-unsur Film
Terdapat beberapa hal yang menjadi unsur utama dalam sebuah
film, diantaranya adalah:
a. Title (judul)
b. Crident title (Produser, Crew, Artis, dan lain-lain)
c. Tema film (inti cerita dalam sebuah film yang ingin
disampaikan)
d. Intrik (usaha penguatan karakter pemain untuk mencapai
tujuan)
e. Klimaks (benturan antar kepentingan)
21
Dwi Lutfiana, Respons Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam Terhadap Film Laskar Pelangi, (Jakarta : Fak.Dakwah Dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 26-27
33
f. Plot (alur cerita)
g. Suspen atau keterangan (masalah yang terkatung-katung)
h. Million setting (latar belakang terjadinya peristiwa, masa
waktu, bagian kota, perlengkapan aksesoris dan gaya pakaian
yang disesuaikan dengan isi cerita)
i. Sinopsis (ringkasan atau gambaran dengan cepat kepada orang
yang berkepentingan)
j. Trailer (bagian film yang menarik)
k. Karakter (karakteristik pelaku dalam film)
C. Nasionalisme
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri dan
saling membutuhkan satu sama lain. Namun hidup bersama dalam kelompok-
kelompok masyarakat bukanlah hal yang mudah, kesadaran dan rasa
persaudaraan menjadi hal terpenting bagi setiap individu agar tetap bisa hidup
berdampingan.
1. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. DR.
Badri Yatim dalam bukunya yang berjudul Soekarno, Islam, dan
Nasionalisme mengutip mengenai definisi bangsa dari sisi antropologis –
sosiologis, dan politis. Menurut antropologis serta sosiologis, bangsa
adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan-hidup yang
berdiri sendiri dan masing-masing anggotanya merasa satu kesatuan ras,
34
bahasa, agama, sejarah dan adat istiadat. Sedangkan bangsa berdasarkan
politis adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama, dan mereka
tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi
baik ke luar maupun ke dalam.22
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi
kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu
bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan
maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Mengenai definisi dari nasonalisme, banyak rumusan yang
dikemukakan, diantaranya adalah23
:
1. Huszer dan Stevenson
Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa
cinta secara alami kepada tanah airnya.
2. L. Stoddard
Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan,
dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka
membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa
kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa.
22
Badri Yatim. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme. (Jakarta:Logos Wacana Ilmu). Hal 57-58 23
Badri Yatim. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme. (Jakarta:Logos Wacana Ilmu). Hal 58-59
35
Dari sekian banyak definisi yang dipaparkan, terdapat unsur-unsur
yang disepakati bersama, yaitu adalah kemauan untuk bersatu dalam
bidang politik dalam suatu negara kebangsaan (nasional). Jadi
nasionalisme itu telah terbentuk pada saat suatu bangsa memiliki cita-cita
yang sama untuk mendirikan suatu negara kebangsaan.
Soekarno sebagai seorang intelektual Indonesia yang aktif
berpolitik sejak masa mudanya, memiliki konsep nasionalisme sendiri.
Pada tanggal 1 Juni 1945, merupakan hari yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia. Soekarno mendefinisikan nasonalisme terdiri dari rasa
ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib serta persatuan antara orang
dan tempat.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
a. Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
b. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain.
36
2. Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang memiliki tujuan,
diantaranya:
a. Menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
b. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
c. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri;
d. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa;
e. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
f. Mengembangkan sikap tenggang rasa;
g. Tidak semena-mena terhadap orang lain;
h. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;
i. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;
j. Berani membela kebenaran dan keadilan;
k. Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat
manusia; dan
l. Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM MERAH PUTIH
A. SINOPSIS FILM MERAH PUTIH
Gambar 2. Poster Film Merah Putih
Film Merah Putih menggambarkan dengan jelas nilai-nilai toleransi
dan kebersamaan yang menjadi nilai-nilai dasar untuk karakter bangsa
Indonesia. Hashim Djojohadikusumo sebagai produser eksekutif Film Merah
Putih menjelaskan bahwa meskipun Merah Putih merupakan karya film fiksi,
namun film ini terinspirasi dari kehidupan yang sesungguhnya. Film ini
mengangkat kisah dari para kadet pemberani yang dibunuh di Lengkong. Di
38
mana pada saat itu semua lelaki dan perempuan berjuang dengan seluruh jiwa
dan raga mereka untuk persatuan dan kemerdekaan Indonesia yang terjadi
antara tahun 1945 sampai 1948.
Film Merah Putih merupakan film bergenre ‘kemerdekaan’ yang
menceritakan kehidupan 5 (lima) pria di Sekolah Tentara Rakyat setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 1947. Mereka adalah Amir
(Lukman Sardi), Marius (Darius), Tomas (Donny Alamsyah), Soerono (Zumi
Zola) dan Dayan (Rifnu Wikana). Mereka berasal dari latar belakang yang
berbeda, baik secara agama, budaya, dan tingkat sosial. Namun, mereka
memiliki satu tujuan, yaitu menjadi pejuang kemerdekaan.
Kehidupan di pemusatan latihan tentara yang keras, membuat mereka
harus belajar banyak mengenai dunia militer yang sebenarnya. Salah satunya
adalah tidak membuat keonaran dan kesalahan yang bodoh, karena apabila
terjadi kesalahan sekecil apa pun akan mempengaruhi sekitar, dan mereka
akan dihukum. Awalnya perbedaan latar belakang suku, agama dan ras
membuat kehidupan di sekolah tentara berjalan tidak mulus, terutama antara
Tomas dan Marius.
Tomas berasal dari keluarga peternak ayam yang bersuku Manado dan
beragama Kristen, sedangkan Marius adalah kaum atas asal Batavia. Alasan
mereka untuk bergabung dan masuk ke dalam sekolah tentara pun berbeda,
Tomas memiliki niat yang kuat, karena dia ingin membalas dendam atas
ayahnya yang dibunuh tentara Belanda. Sedangkan Marius memiliki keinginan
39
untuk menunjukkan kepada dunia bahwa dia mampu memberikan
kemerdekaan kepada bumi pertiwi.
Di tengah kesenjangan yang terjadi antara Tomas dan Marius, hadir
tokoh Amir yang berlatar belakang seorang guru yang memiliki keinginan
untuk mengabdi lebih dalam kepada bumi pertiwi. Setelah mendapatkan restu
dari istrinya yang bernama Melati, Amir masuk ke dalam sekolah tentara
republik. Dengan pembawaannya yang tenang dan bijaksana membuat Amir
menjadi sosok yang berbeda di antara tentara yang lainnya.
Soerono adalah sahabat dari Marius. Soerono memiliki seorang adik
yang bernama Senja. Soerono dan Senja memiliki masa lalu yang cukup
menyedihkan. Orang tua mereka difitnah sebagai sekutu pembela Belanda
pada saat itu, yang kemudian orang tua mereka dibunuh secara kejam oleh
massa. Akhirnya Soerono pun bertekad untuk masuk ke sekolah tentara, untuk
membuktikan pada Indonesia bahwa keluarganya bukanlah seorang
penghianat, dan dia mampu memberikan kemerdekaan pada tanah air.
Saat itu Jepang sudah menyerah, namun Belanda berniat ingin
‘mencaplok’ Indonesia kembali melalui agresi militernya. Bersama Amir,
Soerono, serta Dayan, Tomas dan Marius akhirnya menenggelamkan sejenak
pertentangan yang terjadi di antara mereka. Bersama tentara lainnya, mereka
ditugaskan untuk memaksa Belanda mundur melalui pertempuran yang cukup
menegangkan, di mana ‘hidup atau mati’ menjadi taruhannya.
Agresi Militer Belanda diluncurkan dengan menyerang para pejuang
Indonesia di propinsi Jawa Tengah. Agresi itu dipimpin oleh Van Mook yang
40
berkebangsaan Belanda, bersama pasukannya Van Mook menyerang membabi
buta disegala penjuru. Sungguh ironis, kelompok pejuang Indonesia masih
terlibat konflik pribadi. Dan moment tersebut di manfaatkan oleh Belanda
sebagai misi pemecahan kekuatan para pejuang Indonesia.
Karena terdesak oleh gempuran yang bertubi-tubi, akhirnya para
pejuang kemerdekaan bersatu untuk melawan dan berjuang hingga titik darah
penghabisan. Teknik lama dalam bergerilya kembali digalakkan. Mereka
berikrar untuk menunjukkan sebagai anak Bangsa Indonesia yang
sesungguhnya dengan melepaskan rasa egoisme mengenai perbedaan. Seperti
yang kita ketahui, negara Indonesia tercinta terdiri berbagai kelas sosial,
perbedaan suku, daerah, agama dan karakteristik. Akhirnya mereka bersatu
karena perbedaan itu dan menghasilkan sebuah harapan, yakni
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
B. BALIK LAYAR FILM MERAH PUTIH
Proses pembuatan film Merah Putih tidak mudah, sebab harus melalui
beberapa proses casting secara bertahap dan para pemain harus mengikuti
pelatihan militer untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses pembuatan
Film Merah Putih banyak menampilkan adegan di luar ruangan sehingga
membutuhkan daya tahan yang prima, terutama saat syuting di daerah
Bandungan yang berhawa sangat dingin.
Merah Putih adalah film yang menggambarkan kisah perjuangan para
pahlawan saat tahun 1947 silam melawan Belanda yang melancarkan agresi
41
dipimpin Van Mook dan menyerang jantung kota Jawa Tengah. Oleh karena
itu,sebagian besar adegan diambil di Semarang, di antaranya di Gedung
Lawang Sewu, daerah Bandungan, lereng Gunung Ungaran, kawasan
Tinjomoyo dan Candi Baru Semarang.
Merah Putih merupakan film perang pertama Indonesia yang bergaya
Hollywood Blockbuster. Film yang diproduksi oleh PT. Media Desa
bekerjasama dengan Margate House ini turut melibatkan ahli perfilman
internasional. Film Merah Putih ini memiliki nuansa yang berbeda dengan
yang film lain dan yang terpenting menunjukkan semangat perjuangan serta
toleransi beragama di Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Tidak hanya menyajikan tayangan yang bernuansa action, Film Merah
Putih yang diproduksi oleh Margate House dan Media Desa ini juga
menampilkan adegan percintaan dan komedi yang dibalut dalam nuansa
nasionalis dan toleransi. Alur cerita yang sederhana namun penuh dengan
makna ini memberikan penyegaran dan rasa yang berbeda dalam dunia
perfilman Indonesia.
Dalam sebuah artikel di media on-line Darius Sinatrya, pemeran
Marius dalam Film Merah Putih ini melontarkan pernyataan rasa bangga dan
kecewanya. “Saya bangga dan kecewa untuk film ini. Bangga karena
akhirnya ada film yang bisa membangkitkan rasa nasionalis lewat film perang
dan sejarah. Film ini juga yang bergenre beda seperti kebanyakan film
sekarang. Tapi saya kecewa kenapa ide awal untuk membuat film ini justru
42
datang dari orang diluar bangsa Indonesia. Ternyata mereka lebih peduli
daripada kita,” ujar Darius dihadapan para wartawan.1
Kesuksesan sebuah film tidak terlepas dari peran pemain serta kru
yang terlibat di dalamnya. Maka kerja sama yang solid dalam sebuah tim
produksi sangat berperan besar untuk hasil yang mereka ciptakan.
1. Pemeran Film Merah Putih
Lukman Sardi yang berperan sebagai Amir, seorang muslim dan
berprofesi sebagai guru. Namun, jauh dalam lubuk hatinya terdapat tekad
untuk menjadi seorang prajurit dalam merebut kemerdekaan. Hingga pada
akhirnya Amir mendapat kesempatan untuk menjadi prajurit, dan di tengah
gencatan agresi Amir diangkat menjadi Kapten dikarenakan pembawaannya
yang tenang dan dapat berpikir secara logis. Lukman Sardi merupakan aktor
yang sudah tidak diragukan lagi profesionalitasnya dalam dunia akting. Laskar
Pelangi, Quickie Ekspress, 9 Naga, dan GIE merupakan beberapa film yang
pernah Lukman Sardi bintangi.
Donny Alamsyah yang pernah membintangi Fiksi, 9 Naga, GIE, dan
The Raid berperan sebagai Tomas berasal dari keluarga peternak ayam yang
bersuku Manado dan beragama Kristen. Rasa cinta kepada keluarganya
membawakan kebencian yang sangat mendalam pada pihak Belanda.
Meskipun Donny Alamsyah termasuk dalam pendatang baru dalam dunia
perfilman, namun kualitas akting Donny sangat memukau dan ini terbukti di
1 http://www.21cineplex.com/slowmotion/press-screening-film-merah-putih-bukan-
hanya-adegan-perang,906.htm, diakses pada tanggal 1 April 2012, pkl. 10.40 WIB
43
mana wajah Donny mulai memenuhi beberapa film Indonesia dengan kualitas
tinggi.
Teuku Rifnu Wikana yang juga pendatang baru dalam dunia perfilman
ini berperan sebagai Dayandi yang berasal dari Bali dan beragama Hindu.
Rifnu sangat tertarik dengan tema yang ingin diangkat film ini, yaitu
nasionalisme, persatuan, persahabatan, dan toleransi agama untuk bersama-
sama berjuang merebut kemerdekaan. Dalam Film Merah Putih karakter yang
dibangun oleh Rifnu adalah sosok pendiam, patuh, setia kawan, dan memiliki
semangat yang tinggi untuk memerdekakan bumi pertiwi.
Darius Sinathrya yang berperan sebagai Marius, kaum atas asal
Batavia, dan beragama Kristen. Berbeda dengan Tomas peran Marius sebagai
seorang Kristen yang tidak terlalu taat, keras kepala, serta berasal dari kaum
terdidik. Saat Indonesia dalam masa wajib militer mengharuskan Marius yang
berkarakter manja ini menjadi seorang tentara yang memiliki mental kuat dan
peduli dengan sesama.
Zumi Zola berperan sebagai Soerono yang ditunjuk untuk menjadi
seorang Kapten dan memimpin para tentara baru. Namun saat terjadi serangan
mendadak yang dilakukan Belanda ke markas tentara Indonesia Kapten
Soerono tertembak dan akhirnya meninggal dunia. Pada film Merah Putih ini,
Zumi Zola mendapat peran yang cukup penting. Walaupun hanya tampil
sampai pertengahan film, namun peran Kapten Soerono sangat mempengaruhi
alur cerita dan hubungan antar tokoh dalam film ini.
44
Rahayu Saraswati berperan sebagai Senja, adik kandung dari kapten
Soerono. Melihat kematian kakaknya langsung ditangan tentara Belanda
membuat dirinya dendam dan benci terhadap tentara Belanda. Karena
kebenciannya tersebut membuat Senja bergabung dalam kelompok yang
dipimpin Sersan Amir untuk ikut serta dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Film Merah Putih ini merupakan film perdana yang dibintangi oleh Rahayu
Saraswati.
Astri Nurdin, berperan sebagai Melati istri dari Amir (Lukman Sardi).
Salah satu wajah baru di dunia perfilman Indonesia. Melati adalah seorang
istri yang sabar dan sangat menghormati suaminya. Walaupun dalam keadaan
mengandung Melati rela ditinggal oleh suaminya untuk berperang. Astri
Nurdin sangat senang saat mendapatkan tawaran film ini. Menurutnya Film ini
sangat bagus dan sangat baik dalam menghidupkan rasa Nasionalisme.
Rudy Wowor berperan sebagai Dutch Major Van Gaartner, pemimpin
bangsa Belanda saat melakukan agresi di pulau Jawa dan sekitarnya. Karakter
yang dibangun dalam film ini adalah sikap penguasa, kejam, dan besarnya
keinginan untuk menguasai bangsa Indonesia.
2. Kru Film Merah Putih
Kelebihan yang dimiliki Film Merah Putih yang membuat film ini
berbeda dengan film-film nasional lainnya adalah film ini mempunyai kualitas
serta gaya yang setaraf dengan film Hollywood. Pasalnya, Film Merah Putih
ini melibatkan para Crew Film Internasional yang sudah mempunyai nama
45
besar di dunia perfilman internasional Hollywood. Lihat saja daftar kru yang
terlibat di antaranya:
1) Koordinator Special Effect yang berasal dari Inggris, Adam Howarth
yang pernah menjadi koordinator special effect dalam Film Saving
Private Ryan dan Black Hawk Down.
2) Koordinator Pemeran Pengganti yang dipegang oleh Rocky McDonald
yang pernah bermain dalam Film Mission Impossible II dan The Quiet
American.
3) Make Up dan Visual Effect Artist dipegang oleh Rob Trenton yang
pernah ikut terlibat dalam pembuatan Film Batman-The Dark Knight.
4) Ahli Persenjataan dipegang oleh John Bowring yang pernah terlibat
dalam pembuatan beberapa film terkenal, seperti Crocodile Dundee II,
The Matrix, The Thin Red Line, Australia, dan X-Men Origins :
Wolverine.
5) Asisten Sutradara Film Merah Putih dipegang oleh Mark Knight yang
aktif terlibat dalam pembuatan Film December Boys dan Beautiful.
Sangat disayangkan ide dan konsep cerita Film Merah Putih ini justru
berasal dari seorang warga sekaligus sutradara asal Amerika yag tertarik
dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Yadi Sugandi mendapatkan limpahan
ide dan konsep cerita untuk diproduksi setelah sutradara asal Amerika tersebut
harus kembali ke negara asalnya.
46
C. PROFIL SUTRADARA FILM MERAH PUTIH “YADI SUGANDI”
Gambar 3. Foto Yadi Sugandi
1. Film hasil besutan Yadi Sugandi
Yadi Sugandi merupakan pembuat film dan penata gambar terbaik
yang telah berpengalaman menangani beberapa film terbaik karya anak bangsa
Indonesia. Bagi Yadi Sugandi, film seperti darah dalam hidupnya. Hidupnya
seperti sudah dikontrak dengan film. Dengan film Yadi Sugandi dapat melihat
realita kehidupan dari sisi yang berbeda.
Keterlibatan Yadi Sugandi dalam Film Merah Putih dan menjadi
seorang sutradara merupakan pengalaman pertamanya setelah bertahun-tahun
berperan sebagai DOP. Tentu saja hal ini memberikan kesan tersendiri bagi
Yadi Sugandi yang memulai awal kariernya sebagai fotografer nikahan. Awal
mula Yadi Sugandi tidak pernah bercita-cita untuk masuk dalam dunia
cinematografi, bahkan hobinya pun membaca komik. Namun, saat mulai
beranjak dewasa Yadi Sugandi mulai tergerak untuk mencari uang sendiri.
Keinginannya untuk hidup madirilah yang membuat Yadi Sugadi untuk duduk
47
manis di depan ruang mayat RS Carolus. Pada saat itu Yadi Sugandi kerja
paruh waktu menyediaka jasa foto jenazah demi mendapatkan uang.
Melihat peristiwa di atas sangat jelas menggambarkan perjalanan
panjang Yadi Sugandi untuk menjadi cinematografi professional hingga saat
ini. Tidak sedikit hasil besutan Yadi Sugandi yang dapat dinikmati khalayak,
sebut saja Laskar Pelangi, Under The Tree, Tiga Hari Untuk Selamanya,
Minggu Pagi Di Victoria Park, Petualangan Sherina, The Photograph,
Kuldesak, Jakarta Undercover, dan Eliana.
2. Film Merah Putih di mata Yadi Sugandi
Setelah puluhan tahun menjadi seorang Director of Photography
(DOP), kini untuk pertama kalinya Yadi Sugandi menjadi seorang sutradara.
Tentu saja terdapat perbedaan antara menjadi DOP dengan Sutradara, dalam
wawancara terbuka dalam sebuah media, Yadi Sugandi mengaku bahwa
menjadi sutradara lebih menguras batin sedangkan DOP lebih menguras
tenaga dan fisik. Hal ini dikarenakan seorang sutradara harus mampu
mendalami setiap adegan dan scene.
Menurut Yadi, kisah film ini merentang di seluruh kepulauan
Indonesia. Sebuah saga tentang perjuangan pribadi, pertumpahan darah, cinta,
benci, dan perang sipil yang terkait dengan isu-isu sensitif soal moral pada
masa pertumpahan darah. Menyentuh kepada konflik dan persatuan, agama
dan moralitas, keberanian sejati dan tantangan sikap moral diantara kejahatan.
Film ini memiliki faktor-faktor drama, aksi, roman, komedi, dan tragedi.
48
Merah Putih mengangkat kisah tentang persatuan yang telah berhasil menuju
kemerdekaan, ini menjadi tantangan terbesar Yadi Sugandi bersama rekan-
rekannya untuk dapat menampilkan peristiwa sejarah yang besar itu dengan
baik dan layak.
Dalam produksinya, Film Merah Putih melakukan pengambilan
gambar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Jogyakarta, lalu di kaki
Gunung Ungaran untuk barak tentara, bekas kebun binatang di Semarang,
Sentul dan juga Depok. Menurut Yadi Sugadi, beberapa lokasi tersebut
merupakan lokasi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik untuk Film
Merah Putih ini. Selain itu, Yadi Sugandi juga ingin menggambarkan bahwa
perang yang terjadi di film ini juga mengalami perpindahan tempat. Yadi
Sugandi menjelaskan bahwa dalam film ini menceritakan perjalanan panjang
para prajurit Indonesia jadi, vegetasinya harus berbeda antara gunung dan
dataran rendah.2
Selain beban dan medan syuting yang sangat berat, tugas Yadi Sugandi
untuk memompa semangat para kru dan pemain juga menjadi tantangan
tersendiri bagi Yadi Sugandi. Dalam sehari Yadi Sugandi harus menggerakkan
sekitar 400-an orang di lokasi syuting. Namun, hal ini tidak menjadi hambatan
besar bagi Yadi Sugandi, karena sebagian besar kru dan pemain tidak pulang
dan selalu di lokasi setiap saat, maka rasa kekeluargaan pun dapat mudah
tumbuh dan menyatu satu sama lain.
2 http://www.21cineplex.com/exclusive/yadi-sugandi-berharap-merah-putih-melegenda-
seperti-bendera-indonesia,76.htm
49
Tidak hanya menjaga stabilitas, beban dan medan syuting yang berat,
sebagai seorang sutradara Yadi Sugandi mengaku ada kalanya rasa menyerah
di lokasi syuting terjadi saat pengambilan gambar. Beliau menyebutnya
dengan scene keramat. Dalam Film Merah Putih, scene keramat itu terjadi
pada saat scene pesta rakyat, dikarenakan pada saat pengambilan gambar
tersebut hujan terus mengguyur lokasi syuting, sehingga sempat timbul rasa
lelah dan pesimis dalam menyelesaikan scene tersebut.
Bukan Yadi Sugandi namanya kalau dalam setiap karyanya tidak
memiliki kualitas visualisasi yang membanggakan. Dalam Film Merah Putih
ini pun memiliki kualitas visual efek dan sinematografi yang sangat
memuaskan. Namun, dalam film ini Yadi Sugandi lebih fokus pada
dramaturgi dan bagaimana agar ceritanya sampai. Karena sudah ada DOP-nya
sendiri jadi masalah efek visual maupun sinematografi sudah ada bagian yang
mengurusnya.
Film Merah Putih merupakan bagian pertama dari konsep trilogi
merdeka yang diangkat oleh Yadi Sugandi dan rekan-rekannya. Dalam sebuah
wawancara singkat dengan media massa, Yadi Sugadi memaparkan alasannya
mengapa Beliau membentuk konsep trilogi merdeka ini. Yadi Sugandi lebih
sepakat apabila menyebut trilogi merdeka ini sebagai pre-sekuel, pasalnya
Film Merah Putih merupakan sebuah film yang menggambarkan perjalanan
panjang. Film Merah Putih mengisahkan perjuangan para kader dalam
merebut kemerdekaan mulai dari Jawa yang kemudian mereka dikejar
50
Belanda, lalu mereka menyebrang dan mengejar musuh sampai ke Bali, dan
diakhiri ketika mereka memenangkan peperangan di Bali.
Kualitas sebuah film dapat terlihat seberapa besar antusiasme khalayak
memberikan apresiasi terhadap sebuah film. Begitupun dengan Film Merah
Putih yang banyak menuai penilaian dari beberapa kalangan, dalam sebuah
media massa pesan yang terkandung dalam Film Merah Putih sempat dituding
sebagai bermuatan politis karena dibuat bertepatan dengan pemilu presiden.
Namun, Yadi Sugandi menegaskan bahwa tidak sedikitpun Film Merah Putih
ini diproduksi untuk kepentingan politik. Yadi Sugandi hanya ingin mencoba
mengangkat rasa nasionalisme, rasa persahabatan dan rasa persaudaraan dalam
Film Merah Putih melalui peran dan karakter yang dimainkan oleh para
pemain film tersebut.
Yadi Sugandi merupakan sutradara yang cermat dan memilki
perencanaan yang sangat detail dalam semua karyanya, dapat terlihat dari
pemilihan waktu pemutaran perdana Film Merah Putih di bulan Agustus 2009
yang lalu. Hal ini memang sengaja agar momentum tepat dengan hari
kemerdekaan.
Sudah cukup lama Film Merah Putih diputar dan ditayangkan baik di
layar bioskop maupun layar kaca televisi, namun perjalanan Merah Putih
masih terus berlangsung hingga saat ini. Film Merah Putih hingga saat ini
telah meraih sukses box office, penghargaan di dalam negeri sampai berbagai
festival dan pasar film internasional di Los Angeles, Cannes, Pusan, Berlin,
Hong Kong, Amsterdam, Sydney dan Moscow. Film Merah Putih
51
mendapatkan pujian dari beberapa kalangan dan pengamat film. Namun Yadi
Sugandi belum merasa puas, terkadang Yadi Sugandi merasakan ada saja
bagian yang kurang ataupun merasa kurang pas untuk scene tersebut.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Dalam bab ini membahas mengenai hasil analisa data dengan
menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Data-
data yang diperoleh seputar identitas responden, berupa data jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan hasil pernyataan responden seputar Film Merah Putih.
Data tersebut kemudian diolah untuk menganilisa respon masyarakat
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap Film Merah Putih
dalam 3 (tiga) skala respon, yakni kognitif, afektif, dan konatif. Dari data yang
didapat sebanyak 60 responden (remaja berusia 15-24 tahun), dibagi
berdasarkan jenis kelamin. Adapun frekuensi jumlah responden sebagai
berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin F Fr
1 Perempuan 33 55%
2 Laki-laki 27 45%
Jumlah 60 100%
53
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (55%), sedangkan jumlah
responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 27 orang (45%). Melihat data
tersebut, didapati jumlah respon perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah responden laki-laki. Jumlah tersebut sudah mewakili dari
jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tidak hanya data berdasarkan jenis kelamin, data berdasarkan tingkat
pendidikan pun disajikan dalam bab ini. Adapun karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan dalam data tersebut adalah tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 2 di atas, terdapat responden dengan tingkat
pendidikan SMA berjumlah 34 orang (56,67%), dan responden dengan tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 26 orang (43,33%). Data tersebut
No. Tingkat Pendidikan F Fr
1 SMA 34 56,67%
2 Perguruan Tinggi 26 43.33%
Jumlah 60 100%
54
telah memenuhi jumlah responden yang dibutuhkan, yakni 60 orang remaja
dengan usia 15 – 24 tahun.
B. Respon Masyarakat (Remaja Jl. H. Guneng) terhadap Film Merah
Putih
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
menggunakan skala likert dalam angket yang telah digunakan sebagai alat
penelitian. Adapun penentuan skor berdasarkan pernyataan positif dan negatif,
sebagai berikut:
Tabel 3
Pembagian Skor Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 poin STS (Sangat Tidak Setuju) = 5 poin
TS (Tidak Setuju) 2 poin TS (Tidak Setuju) = 4 poin
RR (Ragu-ragu) 3 poin RR (Ragu-ragu) = 3 poin
S (Setuju) 4 poin S (Setuju) = 2 poin
SS (Sangat Setuju) 5 poin. SS (Sangat Setuju) = 1 poin.
Setiap jawaban yang dipilih responden akan dikalikan dengan besar
poin berdasarkan pilihan dari pernyataan pada angket.
55
Dalam hal ini respon terhadap Film Merah Putih dikategorikan sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe, yaitu:
1. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala Kognitif
Respon Kognitif merupakan respon yang berkaitan erat dengan
pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu hal.
Respon ini muncul dikarenakan adanya perubahan terhadap persepsi atau
pemahaman khalayak. Dari data yang terkumpul, respon masyarakat terhadap
Film Merah Putih dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih Skala Kognitif
No. Pernyataan Skala Kognitif Nilai Rangking
1 Sebuah film harus memilki cerita yang
kuat dan mengandung pesan moral 270 II
2 Film merupakan media komunikasi yang
efektif dalam menyampaikan sebuah pesan 244 IX
3 Film Merah Putih merupakan Film Trilogi
Kemerdekaan dengan menggambarkan 5
pejuang Indonesia, yaitu Amir, Tomas,
Dayan, Marius, dan Soerono
271 I
4 Film Merah Putih menceritakan
perjuangan para pejuang dari berbagai
kalangan dalam meraih kemerdekaan
254 VII
5 Dengan Film Merah Putih saya
mengetahui suasana kehidupan rakyat
Indonesia pada masa penjajahan Belanda
257 V
6 Film Merah Putih mengajarkan arti
nasionalisme (cinta tanah air) melalui
perjuangan, tumpah darah para kader pada
masa perjuangan
263 III
7 Film Merah Putih menggambarkan secara
nyata bahwa sikap toleransi beragama 250 VIII
56
yang kuat di antara pahlawan yang
membawa Indonesia pada masa
kemerdekaan
8 Bangsa Belanda pada saat menjajah
Indonesia memiliki persenjataan yang
lengkap, seharusnya bangsa Belanda
mampu mengalahkan Amir dan
pasukannya.
232 X
9 Film Merah Putih mengingatkan kita
dengan istilah “JAS MERAH” (Jangan
Sekali-kali Melupakan Sejarah)
258
IV
10 Film Merah Putih mengajarkan bahwa
kekerasan wajib dilakukan dalam
mencapai sebuah tujuan
256 VI
JUMLAH 2557 10
Skor Rata-Rata 255,7
Standar Deviasi 33,01
Berdasarkan tabel 4, dapat terlihat yang mendapatkan respon skala
kognitif tertinggi pada pernyataan “Film Merah Putih merupakan Film Trilogi
Kemerdekaan dengan menggambarkan 5 pejuang Indonesia, yaitu Amir,
Tomas, Dayan, Marius, dan Soerono”. Hal ini membuktikan bahwa responden
telah menonton film Merah Putih secara baik dan seksama. Responden dapat
tahu dengan jelas siapa saja yang bermain di Film Merah Putih.
Pernyataan tertinggi yang kedua yang mendapatkan respon cukup baik
adalah pada pernyataan responden setuju bahwa sebuah film haruslah
memiliki cerita yang kuat dan mengandung pesan moral. Hal ini memang
benar apabila melihat dari fungsi film yang merupakan salah satu bagian dari
komunikasi massa yang memiliki fungsi seperti apa yang dipaparkan oleh
57
Harold D. Lasswell yakni sebagai surveillance of the environment (fungsi
pengawasan).1 Film sebagai penyampai informasi diharapkan mampu
mendidik serta memberikan informasi kepada khalayak dengan baik, sesuai
dengan moral yang berlaku.
Secara keseluruhan pernyataan yang terdapat dalam tabel 3
menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan informasi yang diperoleh
masyarakat melalui Film Merah Putih. Dalam hal ini skor rata-rata dari
pernyataan kognitif sebesar 255,7 dengan standar deviasi 33,01 dengan
tingkatan responden sebagai berikut:
Tinggi = x > 288,71
Sedang = 222,69 < x < 166,23
Rendah = x < 222,69
2. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala Afektif
Respon Afektif merupakan respon yang berkaitan dengan perasaan
atau berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian seseorang terhadap
sesuatu. Respon ini terjadi dikarenakan adanya perubahan terhadap yang
disenangi khalayak terhadap sesuatu hal. Berdasarkan data yang didapat,
respon afektif masyarakat terhadap Film Merah Putih dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
1 Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007). H. 64
58
Tabel 5
Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih Skala Afektif
No. Pernyataan Skala Afektif Nilai Rangking
1 Saya suka dengan film Merah Putih 248 VII
2 Saya merasa bangga saat para pejuang
saling melindungi satu sama lain tanpa
memandang perbedaan agama dalam
Film Merah Putih
264 IV
3 Saya merasa miris saat menyaksikan
keluarga Tomas yang dibunuh secara
kejam oleh Van Mook 250 V
4 Saya merasa tersentuh dengan sikap
Melati (istri Amir) dalam memberikan
dukungan kepada suaminya 226 IX
5 Saya merasa takjub dengan sikap para
pahlawan yang tidak lupa untuk
beribadah meskipun dalam keadaan
genting
271 II
6 Saya merasa jengkel dengan sikap Marius
di awal film yang memandang sebelah
mata kaum bawah 233 VIII
7 Peran Amir yang tidak peka terhadap
keadaan istrinya yang sedang
mengandung membuat saya gemas 218 X
8 Saya sangat suka dengan sosok prajurit
Dayan yang tenang dalam bersikap dan
rasa toleransi yang tinggi kepada teman-
temannya meski berbeda agama
249 VI
9 Saya merasa merinding saat lagu-lagu
kebangsaan Indonesia, seperti Indonesia
Raya diputar dalam Film Merah Putih 291 I
10 Dentuman suara bom dan senjata api
yang menghiasi Film Merah Putih
membuat saya merasakan seolah-olah
tengah berada di medan perang
265 III
JUMLAH 2515 10
Skor Rata-Rata 251,5
Standar Deviasi 32,47
59
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa pernyataan yang
mendapat respon tertinggi terdapat pada pernyataan ”Saya merasa merinding
saat lagu-lagu kebangsaan Indonesia, seperti Indonesia Raya diputar dalam
Film Merah Putih”. Hal ini sejalan dengan L. Stoddard mengenai definisi
nasionalisme, yakni suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan yang dianut
oleh sejumlah individu sehingga mereka terbentuk dalam suatu kebangsaan.2
Terkait dengan teori tersebut, pernyataan mengenai adanya rasa merinding
ketika mendengar lantunan lagu Indonesia Raya merupakan salah satu wujud
sikap bahwa adanya rasa kebersamaan yang tumbuh di dalam responden
melalui lagu Indonesia Raya.
Suara (audio) merupakan salah satu unsur dari film yang memiliki
peran penting dalam mendukung proses penyampaian informasi cerita dari
sebuah film. Dalam hal ini, lagu-lagu yang menjadi musik pengiring dalam
Film Merah Putih mampu menstimulus responden sehingga menimbulkan
respon afektif yang cukup baik.
Selain musik, pengemasan isi cerita memiliki peran yang sangat
penting. Hal ini berhubungan dengan apa yang digambarkan dalam film
tersebut (visual). Pesan toleransi antarumat beragam serta ketaatan beribadah
menjadi bagian yang cukup menarik dalam film ini, terbukti dengan
pernyataan “Saya merasa takjub dengan sikap para pahlawan yang tidak lupa
untuk beribadah meskipun dalam keadaan genting” yang mendapatkan
peringkat kedua dalam pernyataan berskala afektif ini.
2 Badri Yatim. Soekarno, Islam dan Nasionalisme. (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999). H
59
60
Secara keseluruhan, respon yang berhubungan dengan emosi, sikap,
dan penilaian responden terhadap Film Merah Putih mendapatkan skor rata-
rata 251,5 dan standar deviasi 32,47dengan tingkatan responden sebagai
berikut:
Tinggi = x > 283,97
Sedang = 219,03 < x < 283,97
Rendah = x < 219,03
3. Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala Konatif
Respon Konatif (perilaku) merupakan respon yang berhubungan
dengan dorongan dan perilaku nyata khalayak, yakni meliputi tindakan atau
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang telah didapat,
respon konatif masyarakat terhadap Film Merah Putih dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 6
Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam Skala Konatif
No. Pernyataan Skala Konatif Nilai Rangking
1 Saya mengikuti perkembangan film di
Indonesia 231 VIII
2 Saya mengikuti alur cerita Film Merah
Putih 237 VII
3 Saya patut mencontoh perjuangan para
pahlawan, dengan cara mempertahankan
dan menjaga warisan budaya Indonesia
249 II
4 Saya harus lebih menghargai dan
menghormati pendapat orang lain sebagai
wujud toleransi yang menjadi cermin
253 I
61
bangsa Indonesia
5 Film Merah Putih mengajak penontonnya
untuk lebih peduli dengan Indonesia dan
berperan aktif dalam pembangunan
bangsa
221 X
6 Sebagai penerus bangsa Indonesia, saya
akan memompa semangat nasionalisme
dengan ikut serta dalam acara-acara
nasional, seperti memperingati 17
Agustus, Upacara Bendera, dll
237 VI
7 Film Merah Putih meningkatkan motivasi
saya untuk lebih mempelajari sejarah
Bangsa Indonesia 238 V
8 Film Merah Putih mendorong saya untuk
mempelajari sejarah perkembangan
Indonesia, khusunya pada masa
perjuangan.
228 IX
9 Film ini menginspirasi Saya untuk
menjadi penerus bangsa yang bangga
akan produksi dalam negeri 243 IV
10 Film Merah Putih membuat Saya ingin
belajar untuk menggunakan senjata api 248 III
JUMLAH 2383 10
Skor Rata-Rata 238,3
Standar Deviasi 30,76
Berdasarkan table skala konatif di atas, pernyataan yang mendapatkan
skor tertinggi adalah pernyataan no. 4 yang berbunyi “Saya harus lebih
menghargai dan menghormati pendapat orang lain sebagai wujud toleransi
yang menjadi cermin bangsa Indonesia”. Sesuai dengan fungsi film, yakni
fungsi informatif, edukatif, serta persuasif, Film Merah Putih mampu memberi
dorongan kepada masyarakat terutama pada remaja untuk lebih menghargai
dan menghormati pendapat orang lain.
62
Seperti yang dikutip Drs. Elvinaro dan kawan-kawan dalam bukunya
yang berjudul Komunikasi Massa:Suatu Pengantar, bahwa selain sebagai
media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk
pembinaan generasi muda dalam rangka Nation and Character Building.3
Selanjutnya, pernyataan yang mendapatkan skor tertinggi terdapat
pada pernyataan negative, yakni “Film Merah Putih membuat Saya ingin
belajar untuk menggunakan senjata api”, pada pernyataan ini sebagian
responden menyatakan untuk tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat pada saat ini mampu membedakan mana yang layak untuk ditiru,
dan mana yang tidak layak untuk ditiru. Bila dikaitkan dengan teori stimulus
respon yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka pernyataan no. 10 pada
table di atas membuktikan bahwa stimulus yang diberikan kepada komunikan
memiliki 2 (dua) kemungkinan, yaitu pesan diterima atau ditolak. Kemampuan
komunikan dalam memberikan makna terhadap isi pesan menjadi proses
menerima atau menolak kesediaan komunikan untuk merubah sikap.
Secara keseluruhan, respon yang berhubungan dengan dorongan dan
perilaku ini mendapatkan skor rata-rata sebesar 238,3 dengan standar deviasi
30,76, sehingga mendapatkan tingkatan responden sebagai berikut:
Tinggi = x > 269,03
Sedang = 207,54 < x < 269,03
Rendah = x < 207,54
3 Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. (Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2007). H. 145
63
Seperti pada bab sebelumnya yang membahas mengenai Teori S-O-R
apabila dikaitkan dengan hasil yang telah diuraikan pada table 4, 5, dan 6
mengenai respon masyarakat terhadap Film Merah Putih dalam 3 (tiga) skala
respon, membuktikan bahwa Film Merah Putih mampu memberikan stimulus
kepada responden untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Respon yang
didapat pun cukup baik, melihat persaingan skor yang didapat pada skala
kognitif, afektif, dan konatif. Film Merah Putih melalui cerita, penokohan,
serta kekuatan visualisasi dan audio, mampu menjadi stimulus yang baik bagi
responden.
Melihat dari cerita yang disajikan, sangat terlihat bahwa Film Merah
Putih mengemas ceritanya dengan menggunakan prinsipnya nasionalisme
Pancasila yang menanamankan pandangan kecintaan Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Sesuai
dengan tujuan dari nasionalisme pancasila yang di antaranya Menempatkan
persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; dan
Mengembangkan sikap tenggang rasa; dalam Film Merah Putih pesan-pesan
tersebut disampaikan dengan baik dan menarik.
64
C. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif
Masyarakat terhadap Film Merah Putih
Dari perhitungan skor rata-rata respon pada skala kognitif, afektif, dan
konatif di atas, maka dapat terlihat perbandingannya secara keseluruhan
seperti pada table di bawah ini:
Tabel 7
Perbandingan Skor Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif
terhadap Film Merah Putih
No. Respon Skor Rata-rata Ranking
1 Kognitif 255,7 I
2 Afektif 251,5 II
3 Konatif 238,3 III
Pada table 7 di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata dari 3 (tiga)
skala respon yang mendapatkan skor tertinggi adalah respon dengan skala
kognitif dengan skor rata-rata sebesar 255,7, serta skor terendah pada skala
konatif dengan skor rata-rata sebesar 238,3. Hasil ini menggambarkan bahwa
responden merasa cukup dengan informasi yang terdapat dalam Film Merah
Putih, baik dari segi pengetahuan mengenai sejarah kemerdekaan dan pesan
moral.
Tidak hanya gambaran mengenai keadaan pada masa kemerdekaan
yang dapat dinikmati oleh responden, melainkan suara-suara khas perang
65
disajikan dalam film ini dan mampu menstimulus responden dalam
memberikan respon. Dapat dilihat dengan keberadaan respon skala afektif
yang menempati posisi ke dua. Tidak hanya mampu memberikan informasi
dan membuat perasaan khalayak larut saat menyaksikan Film Merah Putih,
film ini mampu memompa semangat responden untuk lebih menjaga sejarah,
budaya, dan semangat cinta tanah air melalui film tersebut.
D. Analisis Chi-Square Respon Masyarakat terhadap Film Merah Putih
dalam mengetahui Hipotesis dan Keputusan dari Hasil Penelitian
Dalam pengujian ini, hipotesis yang digunakan adalah jika:
Ho, maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan respon
masyarakat. Ha, maka ada hubungan antara jenis kelamin dengan respon
masyarakat.
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square
Hitung dan Chi-Square Tabel, yaitu:
Jika Chi-Square Hitung < Chi- Square Tabel, maka Ho diterima
Jika Chi-Square Hitung > Chi- Square Tabel, maka Ho ditolak
1. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkan Jenis Kelamin
Di bawah ini merupakan table perbandingan antara respon skala
kognitif, afektif, dan konatif berdasarkan jenis kelamin:
66
Tabel 8
Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis
Kelamin Kognitif Afektif Konatif Jumlah
1 Perempuan 1399 (18,8%) 1396 (18,7%) 1290 (17,3%) 4085 (54,80%)
2 Laki-laki 1158 (15,5%) 1119 (15%) 1093 (14,7%) 3370 (45,20%)
Total 2557 (34,3%) 2515 (33,7%) 2383 (32%) 7455 (100%)
Tabel 8 di atas menggambarkan tabulasi silang antara jenis kelamin
dengan tiga respon dalam skala kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan
hasil di atas dapat dilihat bahwa respon kognitif mendapat skor tertinggi,
dengan 2557 (34,3%) dengan kriteria responden laki-laki sebanyak 1158
respon (15,5%) dan responeden perempuan sebanyak 1399 respon (18,8%).
Sedangkan skor terendah terdapat pada respon skala konatif dengan total skor
2383 (32%) dengan kriteria responden laki-laki sebanyak 1093 respon
(14,7%) dan responden perempuan sebanyak 1290 respon (17,3%).
Secara keseluruhan dari table di atas dapat dilihat bahwa respon dari
responden perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan responden laki-laki
terhadap Film Merah Putih. Dengan kriteria responden perempuan sebanyak
4085 respon (54,80%) dan laki-laki sebanyak 3370 respon (45,20%).
Table berikut merupakan table analisis Chi-Square Hitung Respon
Masyarakat terhadap Film Merah Putih berdasarkan Jenis Kelamin:
67
Tabel 9
Analisis Chi-Square Hitung berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis
Kelamin
Jenis
Respon Fo fh fo-fh (fo-fh)
2 (fo-fh)
2: fh
1 Laki-laki
Kognitif 1399 1401.12 -2.1 4.41 0.003
Afektif 1396 1378.11 17.9 320.41 0.23
Konatif 1290 1305.8 -15.8 249.64 0.19
2 Perempuan
Kognitif 1158 1155.9 2.1 4.41 0.003
Afektif 1119 1136.9 -17.9 320.41 0.28
Konatif 1093 1077.22 15.8 249.64 0.23
TOTAL 7455 0 0.936
χ2 Hitung = ∑ (fo-fh)
2 = 0.936
fh
χ2 α. db = 5 % x [(r-1)(c-1)]
= 5 % x [(2-1)(3-1)]
= 5 % x 2
= 5.99
Melihat dari output di atas, didapatkan Chi-Square hitung adalah
0.936, sedangkan Chi-Square table dapat dilihat pada table Chi-Square.
Dengan α = 0,05 (5%), db = 2, didapati Chi-Square table sebesar 5.99. Oleh
karena itu, χ2 hitung < χ
2 α. db, dibaca Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai
Chi-Square table. Oleh karena itu, Ho diterima. Dengan kata lain tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan respon masyarakat terhadap Film
Merah Putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari output di atas jenis
kelamin tidak mempengaruhi respon masyarakat terhadap film tersebut.
68
2. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di bawah ini merupakan tabel perbandingan antara respon skala
kognitif, afektif, dan konatif berdasarkan tingkat pendidikan:
Tabel 10
Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif, dan Konatif Responden
terhadap Film Merah Putih berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Kognitif Afektif Konatif Jumlah
1 SMA 1465
(19.7%)
1393
(18.7%)
1343
(18.%) 4201 (56.4%)
2 Perguruan Tinggi 1092
(14.6%)
1122
(15%)
1040
(14%) 3254 (43.6%)
JUMLAH 2557
(34.3%)
2515
(33.7%)
2383
(32%) 7455 (100%)
Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara tingkat pendidikan
dalam 3 (tiga) skala respon, yaitu respon kognitif, afektif, dan konatif.
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa respon kognitif memiliki skor
tertinggi dengan jumlah sebesar 2557 (34.3%) dengan kriteria responden
tingkat pendidikan SMA sebanyak 1465 respon (19.7%) dan responden
tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 1092 respon (14.6%).
Sedangkan yang mendapat skor terendah adalah respon skala konatif dengan
skor 2383 (32%) dengan kriteria responden SMA sebanyak 1343 respon
(18%) dan responden tingkat perguruan tinggi sebanyak 1040 respon (14%).
69
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan
tingkat pendidikan SMA merespon lebih tinggi dari pada responden dengan
tingkat pendidikan Perguruan Tinggi terhadap Film Merah Putih dengan
kriteria responden SMA 4201 respon (56.4%) dan responden Perguruan
Tinggi 3254 respon (43.6%).
Tabel 9
Analisis Chi-Square Hitung berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat
Pendidikan
Jenis
Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)
2 (fo-fh)
2: fh
1 SMA
Kognitif 1465 1440.90 24.1 580.81 0.40
Afektif 1393 1417.24 -24.24 587.58 0.41
Konatif 1343 1342.85 0.15 0.02 0.00001
2 Perguruan
Tinggi
Kognitif 1092 1116.1 -24.1 580.81 0.52
Afektif 1122 1097.76 24.24 587.58 0.53
Konatif 1040 1040.15 -0.15 0.02 0.00002
TOTAL 7455 0 1.86003
= 1.86
χ2 Hitung = ∑ (fo-fh)
2 = 1.86003 dibulatkan menjadi 1.86
fh
χ2 α. db = 5 % x [(r-1)(c-1)]
= 5 % x [(2-1)(3-1)]
= 5 % x 2
= 5.99
Dari output yang didapat pada Chi-Square hitung adalah 1.86,
sedangkan untuk Chi-Square table dapat dihitung dengan menggunakan table
Chi-Square, yaitu α = 0.05 (5%), db = 2. Sehingga didapati pada Chi-Square
70
table adalah 5.99. Oleh karena itu didapatkan hasil χ2 hitung < χ
2 α. db (Chi-
Square hitung lebih kecil dari nilai Chi-Square table) dengan nilai 1.86 < 5.99
, maka Ho diterima.
Sama halnya dengan Analisis Chi-Square hitung berdasarkan jenis
kelamin, dalam hal ini juga membuktikan bahwa tidak adanya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan respon masyarakat terhadap Film Merah
Putih. Dapat disimpulkan bahwa dari output di atas bahwa tingkat pendidikan
dan jenis kelamin tidak cukup mempengaruhi respon masyarakat terhadap
Film Merah Putih.
E. Film Merah Putih Menurut Masyarakat Berdasarkan Hasil
Wawancara
Selain data yang diperoleh dari lapangan melalui angket pertanyaan,
guna mempertegas hasil penelitian ini juga melakukan wawancara singkat
dengan beberapa Remaja Jl. H. Guneng yang dipilih dan dianggap dapat
mewakili dari apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam tahap ini
Penulis hanya memilih 4 responden, yakni dua perempuan dan dua laki-laki
yang di mana masing-masing mewakili dari siswa SMA dan Perguruan
Tinggi. 4 responden yang dipilih adalah Mega dan Aji (pelajar SMA), serta
Lina dan Jaka (mahasiswa Perguruan Tinggi).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 (empat)
responden sebagai perwakilan untuk mempertegas hasil penelitian ini.
Didapati hasil bahwa reponden pada dasarnya menyukai film Merah Putih
71
berdasarkan latar belakang cerita ini diangkat. Film Merah Putih mampu
meberikan kesan tersendiri bagi setiap khalayak yang menontonnya.
Baik responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, film yang
bergenre kemerdekaan atau peperangan ini sangat layak untuk dinikmati.
Pesan yang disamapaikan dalam film ini terasa sangat natural, menyentuh, dan
mengandung nilai moal yang sangat tinggi. Tidak hanya nilai percintaan yang
ditonjolkan, namun nilai toleransi beragama dan persahabatan disajikan secara
baik dalam film ini.
Selain isi cerita yang menarik perhatian responden saat menyaksikan
film Merah Putih adalah pemain dalam film ini. Baik aktor dan aktris yang
bermain di film ini mampu memainkan karakter mereka masing-masing,
sehingga sangat jelas terlihat dalam film in betapa kuatnya karakter dari setiap
pemainnya. Para pemain berperan secara professional dengan totalitas.
Menurut responden, pemain film merah putih mampu menghidupkan cerita
dan membuat film ini terlihat lebih natural.
Hal terpenting yang menarik perhatian responden baik berdasarkan
jenis kelamin maupun tingkat pendidikan adalah pengemasan Film Merah
Putih yang berbeda dari film nasional lainnya. Dari segi visualisasi dan audio
yang disajikan menjadikan film ini memiliki kualitas yang tinggi. Kecermatan
dalam penggunaan efek visual dan audio menjadi daya tarik tersendiri dalam
film merah putih ini. Tidak jarang responden mengaku terpukau dengan
gambar dan suara dalam setiap adegan film merah putih.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Respon Masyarakat terhadap
Film Merah Putih yang telah selesai dilakukan oleh Penulis, maka Penulis
menyimpulkan beberapa poin kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini.
Di antaranya sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, Penulis mendapatkan respon positif seputar Film Merah
Putih. Di mana film yang bergenre perang dengan latar belakang masa
kemerdekaan RI mendapatkan perhatian lebih di kalangan masyarakat,
khususnya para remaja yang mulai aktif mengikuti perkembangan
perfilman di Indonesia. Hasil analisa lapangan membuktikan bahwa Film
Merah Putih mampu memberikan informasi dengan cara yang menarik dan
informatif. Selain pengetahuan mengenai sejarah, responden juga dapat
mengambil nilai-nilai sosial di dalamnya, seperti nilai toleransi beragama
hingga rasa cinta tanah air.
Hal ini dapat dilihat pada tabel perbandingan skor rata-rata ketiga
skala respon, dengan perolehan respon kognitif yang mendapatkan
peringkat pertama, respon afektif pada peringkat ke dua, dan respon
konatif menempati peringkat ke tiga.
73
2. Berdasarkan hasil uji analisis Chi-Square, terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara respon kognitif, afektif, dan konatif
masyarakat (remaja) berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dibuktikan dengan
diterimanya Ho yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan respon masyarakat terhadap Film Merah Putih.
3. Berdasarkan hasil uji analisis Chi-Square, terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara respon kognitif, afektif, dan konatif
masyarakat (remaja) berdasarkan tingkat pendidikan. Hal ini dibuktikan
dengan diterimanya Ho yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan respon masyarakat terhadap Film Merah
Putih.
B. Saran-saran
Dari proses dan hasil penelitian skripsi ini, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk para akademisi, khususnya mahasiswa yang bidang
Komunikasi dan Penyiaran cobalah untuk memahami ilmu
komunikasi lebih dalam lagi yang disertai pendalaman ilmu akhlak
dan soaial, sehingga mampu mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat menjadi sebuah karya yang mampu menjadi panutan
masyarakat serta mampu membangun bangsa Indonesia menjadi
lebih baik.
74
2. Untuk remaja Indonesia, cobalah untuk lebih membuka mata agar
lebih peduli dengan sejarah yang telah diukir dengan darah
pengorbanan para pejuang. Jaga dan lestarikan warisan dan budaya
nenek moyang. Bangunlah sikap kritis terhadap informasi yang
disajikan.
3. Untuk para praktisi media, khusunya para penggiat di dunia
perfilman. Untuk selalu lebih selektif dalam mengemas sebuah
cerita, jangan hanya memikirkan bagaimana film itu laku
dipasaran, namun pikirkan juga apakah film tersebut layak untuk
disajikan kepada masyarakat. karena film pada saat ini tidak
berperan sebagai media hiburan saja, melainkan mampu
mengedukasi serta mempersuasif khalayak yang menontonnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta, 1993). Cet. Ke-2
Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008)
Bungin, M Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008)
Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Rajawali Pers, 2006)
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997) Cet. Ke-I
Effendi, Onong Uchyana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2005)
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunukasi (Jakarta: PT. Kencana,
2007)
Lutfiana, Dwi. Respons Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan
KPI terhadap Film Laskar Pelangi. (Jakarta: FDK UIN Syarif
Hidayatullah, 2009)
Nuruddin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007)
Rakhmat,Jalaludin. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999)
Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2006)
Salam, Syamsir dan Jaenal Arifin. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: UIN
Jakpress, 2006)
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007). Edisi Revisi
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Soail Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. (Bandung: Rosdakarya,
2004)
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004)
Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. (Jakarta: UT, 1999) Cet. Ke-1
Sujanto, Agus. Psikologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1988)
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: UGM, 1996)
Yatim, Badri. Soekarno, Islam dan Nasionalisme. (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu,1999)
B. Referensi Website
http://www.wikipedia.org.com/
http://www.21cineplex.com/slowmotion/press-screening-film-merah-
putih.906.htm
http://www.21cineplex.com/exclusive/yadi-sugandi.76.htm
Daftar Kuesioner
Pendahuluan
Assalammu’alaikum wr. wb
Dengan ini Saya mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, di bawah ini:
Nama : Mardiana Febiyeansyah
Jurusan/ Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam/ IX
Tujuan : Untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Respon Masyarakat
Terhadap Film Merah Putih”, penelitian ini dalam rangka penulisan
karya ilmiah (skripsi).
Sehubungan dengan itu, Saya mohon kepada masyarakat khususnya remaja di Jl. H.
Guneng, Pamulang-Barat kiranya berkenan mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
yang saya ajukan dengan sebenar-benarnya.
Atas perhatiannya Saya ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum wr. wb
Jakarta, Juli 2012
(Mardiana Febiyeansyah)
I. Pada bagian ini Anda diminta untuk menuliskan beberapa informasi mengenai diri Anda.
1. Nama :
2. Usia : (tahun)
3. Jenis Kelamin : lingkari salah satunya
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Profesi :
5. Pendidikan : lingkari salah satunya
a. SMA b. Perguruan Tinggi
II. Pada bagian ini Anda diharuskan menjawab atau mengisi, mohon untuk membaca dan
memahami secara baik dari setiap butir pertanyaan. Berikan tanda ceklist (v) pada setiap
pertanyaan yang sesuai dengan pendapat Anda dengan jujur dan benar.
Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Respon Kognitif (Pengetahuan)
No
Pertanyaan
Pernyataan
SS S R TS STS
1 Sebuah film harus memilki cerita yang
kuat dan mengandung pesan moral
2 Film merupakan media komunikasi yang
efektif dalam menyampaikan sebuah
pesan
3 Film Merah Putih merupakan Film
Trilogi Kemerdekaan dengan
menggambarkan 5 pejuang Indonesia,
yaitu Amir, Tomas, Dayan, Marius, dan
Soerono
4 Film Merah Putih menceritakan
perjuangan para pahlawan dari berbagai
kalangan dalam meraih kemerdekaan
5 Dengan Film Merah Putih saya
mengetahui suasana kehidupan rakyat
Indonesia pada masa penjajahan Belanda
6 Film Merah Putih mengajarkan arti
nasionalisme (cinta tanah air) melalui
perjuangan, tumpah darah para kader
pada masa perjuangan
7 Film Merah Putih menggambarkan
secara nyata bahwa sikap toleransi
beragama yang kuat di antara pahlawan
yang membawa Indonesia pada masa
kemerdekaan
8 Bangsa Belanda pada saat menjajah
Indonesia memiliki persenjataan yang
lengkap, seharusnya bangsa Belanda
mampu mengalahkan Amir dan
pasukannya.
9 Film Merah Putih mengingatkan kita
dengan istilah “JAS MERAH” (Jangan
Sekali-kali Melupakan Sejarah)
10 Film Merah Putih mengajarkan bahwa
kekerasan wajib dilakukan dalam
mencapai sebuah tujuan
Respon Afektif (Perasaan)
No
Pertanyaan
Pernyataan
SS S R TS STS
1 Saya suka dengan film Merah Putih
2 Saya merasa bangga saat para pejuang
saling melindungi satu sama lain tanpa
memandang perbedaan agama dalam
Film Merah Putih
3 Saya merasa miris saat menyaksikan
keluarga Tomas yang dibunuh secara
kejam oleh Van Mook
4 Saya merasa tersentuh dengan sikap
Melati (istri Amir) dalam memberikan
dukungan kepada suaminya
5 Saya merasa takjub dengan sikap para
pahlawan yang tidak lupa untuk
beribadah meskipun dalam keadaan
genting
6 Saya merasa jengkel dengan sikap
Marius di awal film yang memandang
sebelah mata kaum bawah
7 Peran Amir yang tidak peka terhadap
keadaan istrinya yang sedang
mengandung membuat saya gemas
8 Saya sangat suka dengan sosok prajurit
Dayan yang tenang dalam bersikap dan
rasa toleransi yang tinggi kepada teman-
temannya meski berbeda agama
9 Saya merasa merinding saat lagu-lagu
kebangsaan Indonesia, seperti Indonesia
Raya diputar dalam Film Merah Putih
10 Dentuman suara bom dan senjata api
yang menghiasi Film Merah Putih
membuat saya merasakan seolah-olah
tengah berada di medan perang
Respon Behavioral (Tingkah Laku)
No
Pertanyaan
Pernyataan
SS S R TS STS
1 Saya mengikuti perkembangan film di
Indonesia
2 Saya mengikuti alur cerita Film Merah
Putih
3 Saya patut mencontoh perjuangan para
pahlawan, dengan cara mempertahankan
dan menjaga warisan budaya Indonesia
4 Saya harus lebih menghargai dan
menghormati pendapat orang lain
sebagai wujud toleransi yang menjadi
cermin bangsa Indonesia
5 Film Merah Putih mengajak
penontonnya untuk lebih peduli dengan
Indonesia dan berperan aktif dalam
pembangunan bangsa
6 Sebagai penerus bangsa Indonesia, saya
akan memompa semangat nasionalisme
dengan ikut serta dalam acara-acara
nasional, seperti memperingati 17
Agustus, Upacara Bendera, dll
7 Film Merah Putih meningkatkan
motivasi saya untuk lebih mempelajari
sejarah Bangsa Indonesia
8 Film Merah Putih mendorong saya untuk
mempelajari sejarah perkembangan
Indonesia, khusunya pada masa
perjuangan.
9 Film ini menginspirasi Saya untuk
menjadi penerus bangsa yang bangga
akan produksi dalam negeri
10 Film Merah Putih membuat Saya ingin
belajar untuk menggunakan senjata api
Terima Kasih
Hasil Angket Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Skala Kognitif
No. Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 Perempuan 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 48
2 Perempuan 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
3 Perempuan 4 4 5 5 4 5 5 3 5 4 44
4 Perempuan 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 40
5 Perempuan 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 42
6 Perempuan 5 4 5 5 4 4 4 2 4 5 42
7 Perempuan 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41
8 Perempuan 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 39
9 Perempuan 5 4 4 4 5 4 4 3 4 3 40
10 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
11 Perempuan 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
12 Perempuan 5 4 5 4 4 4 5 3 4 5 43
13 Perempuan 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 45
14 Perempuan 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
15 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
16 Perempuan 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 42
17 Perempuan 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 47
18 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38
19 Perempuan 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 48
20 Perempuan 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
21 Perempuan 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
22 Perempuan 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
23 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
24 Perempuan 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
25 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
26 Perempuan 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
27 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
28 Perempuan 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 45
29 Perempuan 5 4 5 4 5 4 4 3 4 3 41
30 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
31 Perempuan 5 4 5 4 4 4 5 3 4 5 43
32 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
33 Perempuan 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 45
34 Laki-laki 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 44
35 Laki-laki 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
36 Laki-laki 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 42
37 Laki-laki 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 42
38 Laki-laki 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 44
39 Laki-laki 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 43
40 Laki-laki 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 41
41 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 39
42 Laki-laki 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 44
43 Laki-laki 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46
44 Laki-laki 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 42
45 Laki-laki 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 46
46 Laki-laki 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 44
47 Laki-laki 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 38
48 Laki-laki 5 5 4 4 4 5 4 3 4 3 41
49 Laki-laki 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46
50 Laki-laki 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 44
51 Laki-laki 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 43
52 Laki-laki 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 45
53 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
54 Laki-laki 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 43
55 Laki-laki 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 42
56 Laki-laki 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 42
57 Laki-laki 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 44
58 Laki-laki 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 41
59 Laki-laki 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 45
60 Laki-laki 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
Jumlah Item 270 244 271 254 257 265 250 232 258 256 2557
Hasil Angket Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Skala Afektif
No. Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 Perempuan 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 44
2 Perempuan 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 39
3 Perempuan 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 40
4 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
5 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
6 Perempuan 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 41
7 Perempuan 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 39
8 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
9 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
10 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
11 Perempuan 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
12 Perempuan 4 4 5 3 5 4 3 4 5 4 41
13 Perempuan 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 42
14 Perempuan 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
15 Perempuan 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
16 Perempuan 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 43
17 Perempuan 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
18 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
19 Perempuan 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 44
20 Perempuan 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 44
21 Perempuan 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
22 Perempuan 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
23 Perempuan 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 42
24 Perempuan 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
25 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
26 Perempuan 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
27 Perempuan 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 43
28 Perempuan 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 40
29 Perempuan 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
30 Perempuan 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
31 Perempuan 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
32 Perempuan 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
33 Perempuan 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
34 Laki-laki 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 41
35 Laki-laki 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 38
36 Laki-laki 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
37 Laki-laki 4 4 4 3 5 4 3 4 5 4 40
38 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
39 Laki-laki 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
40 Laki-laki 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 42
41 Laki-laki 3 4 4 3 5 4 3 5 5 5 41
42 Laki-laki 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 36
43 Laki-laki 5 4 4 3 5 4 3 4 5 5 42
44 Laki-laki 4 4 4 3 5 3 4 4 5 4 40
45 Laki-laki 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
46 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
47 Laki-laki 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
48 Laki-laki 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
49 Laki-laki 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 38
50 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
51 Laki-laki 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
52 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
53 Laki-laki 4 4 4 3 5 3 4 4 5 4 40
54 Laki-laki 3 4 4 3 5 4 3 5 5 5 41
55 Laki-laki 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
56 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
57 Laki-laki 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
58 Laki-laki 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 42
59 Laki-laki 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
60 Laki-laki 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 44
Jumlah Item 248 264 250 226 271 233 218 249 291 265 2515
Hasil Angket Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Skala Konatif
No. Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 Perempuan 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 39
2 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
3 Perempuan 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
4 Perempuan 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
5 Perempuan 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 36
6 Perempuan 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 37
7 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
8 Perempuan 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
9 Perempuan 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
10 Perempuan 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 41
11 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
12 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
13 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
14 Perempuan 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42
15 Perempuan 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
16 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
17 Perempuan 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
18 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
19 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
20 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
21 Perempuan 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
22 Perempuan 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
23 Perempuan 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 37
24 Perempuan 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
25 Perempuan 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
26 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
27 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
28 Perempuan 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42
29 Perempuan 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
30 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
31 Perempuan 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
32 Perempuan 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
33 Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
34 Laki-laki 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 43
35 Laki-laki 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 36
36 Laki-laki 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 44
37 Laki-laki 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
38 Laki-laki 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 41
39 Laki-laki 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
40 Laki-laki 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
41 Laki-laki 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 36
42 Laki-laki 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
43 Laki-laki 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 44
44 Laki-laki 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 40
45 Laki-laki 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
46 Laki-laki 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
47 Laki-laki 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 43
48 Laki-laki 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 44
49 Laki-laki 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 41
50 Laki-laki 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
51 Laki-laki 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
52 Laki-laki 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 40
53 Laki-laki 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
54 Laki-laki 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
55 Laki-laki 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 44
56 Laki-laki 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 36
57 Laki-laki 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
58 Laki-laki 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
59 Laki-laki 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 36
60 Laki-laki 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
Jumlah Item 231 235 249 253 221 237 238 228 243 248 2383
Hasil Angket Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dalam Skala Kognitif
No. Tingkat Pendidikan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 SMA 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 48
2 SMA 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
3 SMA 4 4 5 5 4 5 5 3 5 4 44
4 SMA 5 4 5 5 4 4 4 2 4 5 42
5 SMA 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41
6 SMA 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 39
7 SMA 5 4 4 4 5 4 4 3 4 3 40
8 SMA 5 4 5 4 4 4 5 3 4 5 43
9 SMA 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 45
10 SMA 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38
11 SMA 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 48
12 SMA 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
13 SMA 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
14 SMA 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
15 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
16 SMA 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 45
17 SMA 5 4 5 4 4 4 5 3 4 5 43
18 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
19 SMA 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 45
20 SMA 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 42
21 SMA 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 42
22 SMA 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 44
23 SMA 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 43
24 SMA 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 44
25 SMA 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46
26 SMA 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 46
27 SMA 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 44
28 SMA 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 38
29 SMA 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 45
30 SMA 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
31 SMA 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 43
32 SMA 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 42
33 SMA 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 44
34 SMA 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 41
35 Perguruan Tinggi 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46
36 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 44
37 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 42
38 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 40
39 Perguruan Tinggi 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 42
40 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
41 Perguruan Tinggi 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
42 Perguruan Tinggi 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
43 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
44 Perguruan Tinggi 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 47
45 Perguruan Tinggi 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
46 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
47 Perguruan Tinggi 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 43
48 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
49 Perguruan Tinggi 5 4 5 4 5 4 4 3 4 3 41
50 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
51 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 44
52 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
53 Perguruan Tinggi 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 41
54 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 39
55 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 42
56 Perguruan Tinggi 5 5 4 4 4 5 4 3 4 3 41
57 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 43
58 Perguruan Tinggi 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 42
59 Perguruan Tinggi 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 45
60 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
Jumlah Item 270 244 271 254 257 265 250 232 258 256 2557
Hasil Angket Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dalam Skala Afektif
No. Tingkat Pendidikan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 39
2 SMA 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 40
3 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
4 SMA 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 41
5 SMA 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 39
6 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
7 SMA 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 44
8 SMA 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 38
9 SMA 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
10 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 5 4 40
11 SMA 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 38
12 SMA 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
13 SMA 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
14 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
15 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
16 SMA 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 43
17 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
18 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 42
19 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
20 SMA 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 43
21 SMA 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 36
22 SMA 5 4 4 3 5 4 3 4 5 5 42
23 SMA 4 4 4 3 5 3 4 4 5 4 40
24 SMA 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 42
25 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
26 SMA 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
27 SMA 4 4 4 3 5 4 3 4 5 5 41
28 SMA 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
29 SMA 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
30 SMA 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
31 SMA 4 4 4 3 5 3 4 4 5 4 40
32 SMA 3 4 4 3 5 4 3 5 5 5 41
33 SMA 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
34 SMA 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 42
35 Perguruan Tinggi 3 4 4 3 5 4 3 5 5 5 41
36 Perguruan Tinggi 4 4 5 3 5 4 3 4 5 4 41
37 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 42
38 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 44
39 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
40 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
41 Perguruan Tinggi 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
42 Perguruan Tinggi 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
43 Perguruan Tinggi 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
44 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 44
45 Perguruan Tinggi 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
46 Perguruan Tinggi 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 44
47 Perguruan Tinggi 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 42
48 Perguruan Tinggi 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
49 Perguruan Tinggi 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 40
50 Perguruan Tinggi 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 46
51 Perguruan Tinggi 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 44
52 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 41
53 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
54 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
55 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
56 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 44
57 Perguruan Tinggi 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 43
58 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
59 Perguruan Tinggi 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 45
60 Perguruan Tinggi 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
Jumlah Item 248 264 250 226 271 233 218 249 291 265 2515
Hasil Angket Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Skala Konatif
No. Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 SMA 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 39
2 SMA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
3 SMA 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 36
4 SMA 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 37
5 SMA 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 44
6 SMA 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 40
7 SMA 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
8 SMA 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
9 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
10 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
11 SMA 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
12 SMA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
13 SMA 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
14 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
15 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
16 SMA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
17 SMA 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
18 SMA 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
19 SMA 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 37
20 SMA 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
21 SMA 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
22 SMA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
23 SMA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
24 SMA 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
25 SMA 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 42
26 SMA 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
27 SMA 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 43
28 SMA 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 36
29 SMA 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 44
30 SMA 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
31 SMA 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 41
32 SMA 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
33 SMA 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
34 SMA 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 36
35 Perguruan tinggi 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42
36 Perguruan tinggi 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37
37 Perguruan tinggi 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
38 Perguruan tinggi 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
39 Perguruan tinggi 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 43
40 Perguruan tinggi 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 44
41 Perguruan tinggi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
42 Perguruan tinggi 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42
43 Perguruan tinggi 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
44 Perguruan tinggi 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 41
45 Perguruan tinggi 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
46 Perguruan tinggi 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
47 Perguruan tinggi 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 40
48 Perguruan tinggi 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
49 Perguruan tinggi 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
50 Perguruan tinggi 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
51 Perguruan tinggi 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
52 Perguruan tinggi 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 41
53 Perguruan tinggi 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 44
54 Perguruan tinggi 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 36
55 Perguruan tinggi 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
56 Perguruan tinggi 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
57 Perguruan tinggi 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
58 Perguruan tinggi 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 39
59 Perguruan tinggi 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 36
60 Perguruan tinggi 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43
Jumlah Item 231 235 249 253 221 237 238 228 243 248 2383
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah Anda sudah menonton FilmMerah Putih?
Jawab: Sudah
2. Bagaimana pendapat Anda tentang film tersebut?
Jawab: Menarik, cukup keren untuk ukuran film nasional di Indonesia.
3. Apa yang membuat Anda tertarik menonton film tersebut? Apakah karena
ceritanya, pemainnya, atau ada alasan lain?
Jawab: Karena apa ya, kalau dilihat dari segi pemainnya udah pasti
berkualitas, tapi yang lebih membuat saya menonton film ini karena ceritanya.
Film merah putih punya isi dan alur cerita yang beda dibandingkan film lain.
Perang-perangan, perjuangan, beda banget sekali sama film-film nasional
yang sering beredar belakangan ini.
4. Kelebihan dan kekurangan Film Merah Putih menurut Anda sebagai penonton
apa?
Jawab: Kelebihan mungkin dari ceritanya yang mengangkat kisah perjuangan,
kelemahannya mungkin karena ini film dengan durasi singkat, jadi berasa
nanggung dan kurang mendetail aja.
Pamulang, 8 November 2012
Lina
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah Anda sudah menonton FilmMerah Putih?
Jawab: Iya, udahlah.
2. Bagaimana pendapat Anda tentang film tersebut?
Jawab: Menegangkan. Dari awal sampai akhir dari setiap adegan bikin mata
melek.
3. Apa yang membuat Anda tertarik menonton film tersebut? Apakah karena
ceritanya, pemainnya, atau ada alasan lain?
Jawab: Pertama saya nonton film ini karena diajak teman. Tapi setelah
menonton film ini, memang benar film ini keren dan unik. Mengangkat
sejarah ke dalam film dengan tampilandan suara yang keren.
4. Kelebihan dan kekurangan Film Merah Putih menurut Anda sebagai penonton
apa?
Jawab: Kelebihannya dari visualisasinya, efek yang digunain benar-benar
seperti dalam keadaan perang. Audio yang digunain juga mendukung banget.
Kekurangan? Saya tidak menemukan tuh.
Pamulang, 8 November 2012
Jaka
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah Anda sudah menonton FilmMerah Putih?
Jawab: Pastinya udah donk
2. Bagaimana pendapat Anda tentang film tersebut?
Jawab: Keren dan mantap, pesan moralnya banyak. Layak untuk ditonton.
3. Apa yang membuat Anda tertarik menonton film tersebut? Apakah karena
ceritanya, pemainnya, atau ada alasan lain?
Jawab: Yang pasti karena pemain dan Alur Ceritanya. Selain itu efek suara
ledakan dan tampilan suasana perangnya udah kaya Film Hollywood. Keren
dah pokoknya..
4. Kelebihan dan kekurangan Film Merah Putih menurut Anda sebagai penonton
apa?
Jawab: Kelebihannya Pemain Filmnya bagus-bagus, Ceritanya bagus, terus
dikemas di sebuah Fillm yang bagus juga. Kekurangannya apaan ya? Bingung
klo ditanya kekurangannya.
Pamulang, 8 November 2012
Aji
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah Anda sudah menonton FilmMerah Putih?
Jawab: Sudah
2. Bagaimana pendapat Anda tentang film tersebut?
Jawab: Bagus, beda dari film-film Indonesia yang lain.
3. Apa yang membuat Anda tertarik menonton film tersebut? Apakah karena
ceritanya, pemainnya, atau ada alasan lain?
Jawab: Ceritanya bagus, pemain-pemainnya juga bagus jadi filmnya enak buat
ditonton.
4. Kelebihan dan kekurangan Film Merah Putih menurut Anda sebagai penonton
apa?
Jawab: Kelebihan mungkin dari segi cerita dan pemilihan tokoh-tokohnya.
Kekurangannya karena film ini film berseri jadi suka ga sabar nunggu
kelanjutan filmnya.
Pamulang, 8 November 2012
Mega