12
Volume 10, number 1 ---- Februari 2021 Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 21 MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA Umi Kulsum Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut Jl. Pahlawan No. 32 Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut Surel: [email protected] Abstrak Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari fonem dalam sebuah bahasa. Fonem sendiri memiliki fungsi sebagai pembeda arti. Problematika yang terjadi dalam masyarakat ialah banyaknya kosakata yang digunakan dengan arti dan maksud yang sama akan tetapi terdapat perbedaan fonem dari kosakata bakunya. Gejala ini, dapat terlihat dalam komunikasi lisan dalam hal pengucapan atau pelafalan dan komunikasi tulis dalam penulisan kata. Seperti yang diketahui, fonem atau bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia terdiri dari vokal, konsonan, diftong ‘vokal rangkap’, dan kluster ‘gugus konsonan’. Perbedaan fonem ini mengubah ragam bahasa yang baku menjadi tidak baku, ragam bahasa formal menjadi tidak formal. Problematika fonologis yang dimaksud ialah perubahan fonem baik vokal, konsonan, diftong atau klaster menjadi fonem yang lain. Selain itu, penghilangan dan pemunculan fonem pun menjadi problematika dalam bahasa Indonesia. Problematika fonologis pun terjadi pada proses pembentukan kata atau afiksasi atau dikenal dengan istilah morfofonologis. Problematika fonologis tersebut bila dibiarkan saja tentu permasalahan ini akan terus berkembang dan akan membuat goyah kaidah kebahasaan bahasa Indoneisa. Pemunculan kembali materi mengenai kaidah ketatabahasaan dalam kurikulum merupakan langkah yang berarti dalam memperbaiki bahasa masyarakat. Kata kunci: problematika bahasa, fonologis, morfofonologis PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Bunyi bahasa dipelajari dalam fonologi dan memiliki suatu sistem. Salah satu fungsi fonem dalam sistem bahasa ialah untuk membedakan arti kata. Seperti yang diketahui, keadaan kebahasaan di Indonesia ialah adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara, bahasa daerah sebagai alat penghubung antardaerah, dan bahasa asing sebagai alat penghubung dengan negara lain dan sebagai perkembangan iptek. Ketiga bahasa tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis, terkadang terjadi permasalahan dalam hal pelafalan maupun penulisan. Masalah atau problematika yang terjadi dalam masyarakat ialah banyaknya kosakata yang digunakan dengan arti dan maksud yang sama akan tetapi terdapat perbedaan fonem dari kosakata bakunya. Problematika ini terjadi karena sifat bahasa yang terbuka dan dinamis dan wajar terjadi bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Akan tetapi, problematika ini tentu harus disikapi secara arif agar bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang memiliki kemapanan kaidah, sehingga bahasa indonesia tidak hanya sebagai alat

MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 21

MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Umi Kulsum

Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut

Jl. Pahlawan No. 32 Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut

Surel: [email protected]

Abstrak

Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari fonem dalam sebuah bahasa. Fonem sendiri memiliki

fungsi sebagai pembeda arti. Problematika yang terjadi dalam masyarakat ialah banyaknya kosakata

yang digunakan dengan arti dan maksud yang sama akan tetapi terdapat perbedaan fonem dari

kosakata bakunya. Gejala ini, dapat terlihat dalam komunikasi lisan dalam hal pengucapan atau

pelafalan dan komunikasi tulis dalam penulisan kata. Seperti yang diketahui, fonem atau bunyi bahasa

dalam bahasa Indonesia terdiri dari vokal, konsonan, diftong ‘vokal rangkap’, dan kluster ‘gugus

konsonan’. Perbedaan fonem ini mengubah ragam bahasa yang baku menjadi tidak baku, ragam

bahasa formal menjadi tidak formal. Problematika fonologis yang dimaksud ialah perubahan fonem

baik vokal, konsonan, diftong atau klaster menjadi fonem yang lain. Selain itu, penghilangan dan

pemunculan fonem pun menjadi problematika dalam bahasa Indonesia. Problematika fonologis pun

terjadi pada proses pembentukan kata atau afiksasi atau dikenal dengan istilah morfofonologis.

Problematika fonologis tersebut bila dibiarkan saja tentu permasalahan ini akan terus berkembang dan

akan membuat goyah kaidah kebahasaan bahasa Indoneisa. Pemunculan kembali materi mengenai

kaidah ketatabahasaan dalam kurikulum merupakan langkah yang berarti dalam memperbaiki bahasa

masyarakat.

Kata kunci: problematika bahasa, fonologis, morfofonologis

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia secara sadar. Bunyi bahasa dipelajari dalam fonologi dan memiliki suatu sistem.

Salah satu fungsi fonem dalam sistem bahasa ialah untuk membedakan arti kata. Seperti yang

diketahui, keadaan kebahasaan di Indonesia ialah adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan negara, bahasa daerah sebagai alat penghubung antardaerah, dan bahasa asing

sebagai alat penghubung dengan negara lain dan sebagai perkembangan iptek. Ketiga bahasa

tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.

Dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis,

terkadang terjadi permasalahan dalam hal pelafalan maupun penulisan. Masalah atau

problematika yang terjadi dalam masyarakat ialah banyaknya kosakata yang digunakan

dengan arti dan maksud yang sama akan tetapi terdapat perbedaan fonem dari kosakata

bakunya. Problematika ini terjadi karena sifat bahasa yang terbuka dan dinamis dan wajar

terjadi bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Akan tetapi, problematika ini

tentu harus disikapi secara arif agar bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi

bahasa yang memiliki kemapanan kaidah, sehingga bahasa indonesia tidak hanya sebagai alat

Page 2: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 22

komunikasi masyarakat dan pemersatu bangsa tetapi memiliki juga sebagai bahasa ilmu

pengetahuan dan bahasa ilmiah. Maka, apabila bahasa dalam ilmu pengetahuan tidak sesuai

dengan sistem pembunyian atau fonem, tentu penulis atau pembicara akan kehilangan

kewibawaannya.

Masalahnya saat ini ialah tidak dipelajarinya lagi kaidah ketatabahasaan Indonesia dalam

pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran saat ini, berbasis teks yang menekankan pada

penguasaan siswa membuat dan menganalisis teks. Padahal saat ini, teks yang berkembang

dalam masyarakat terdapat berbagai problematika kebahasaan. Misalnya, bentuk yang

digunakan apakah autodidak atau otodidak? Bentuk terpercik atau tepercik? Hal dasar

mengenai ketatabahasaan tersebut sudah jarang sekali diulas.

Kajian Pustaka

A. Pengertian Fonologi

Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang

mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi‐bunyi bahasa yang

diproduksi oleh alat‐alat ucap manusia (Chaer, 2013;1). Bunyi bahasa dalam fonologi disebut

juga fonem yang memiliki fungsi sebagai pembeda arti. Fonem dalam fonologi dielajari

dalam fonemik, yaitu cabang kajian fonologi yang mengkaji bunyi‐bunyi bahasa dengan

memperhatikan fungsinya sebagai pembeda arti. Untuk lebih jelasnya apabila disimak dengan

baik bunyi [e] pada kata kata [serta] dan kata [pesta] adalah tidak sama. Sebaliknya bunyi [a]

dan [u] pada kata [kata] dan [kutu] menyebabkan kedua kata itu memiliki makna yang

berbeda. Inilah yang menjadi objek kajian fonemik.

B. Jenis Fonem dalam Bahasa Indonesia

Fonem dalam bahasa Indonesia dikenal adanya fonem vokal, konsonan, diftong, dan klaster.

Keempat fonem tersebut merupakan bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia yang membentuk

kata‐kata dalam bahasa Indonesia dan tentunya membedakan arti dalam setiap kata.

1. Vokal

Vokal ialah bunyi bahasa yang diwujudkan dalam lafal tanpa pergeseran. Fonem vokal

diantaranya /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Fonem /e/ ada dua macam ada /e/ pepet pada kata [sate] dan

/e/ teleng pada kata [serta].

2. Konsonan

Konsonan ialah bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti

suku kata. Konsona disebut juga huruf mati yang tidak dapat berdiri sebagai suku kata.

Page 3: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 23

Fonem konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas /b/, /c/, /d/, /f/,/ g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/,

/n/, /p/, /q/, /r/, /s/, /t/, /v/, /w/, /x/, /y/, dan /z/.

3. Diftong

Diftong ialah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata. Diftong yang

tercatat dalam bahasa Indonesia berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia ialah /ai/, /oi/, /au/, dan

/ei/.

4. Klaster

Klaster disebut juga dengan gugus konsonan merupakan gabungan huruf konsonan yang

masing‐masing melambangkan satu bunyi konsonan. Klaster yang tercatat dalam Ejaan

Bahasa Indonesia diantaranya /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/. Klaster yang lainnya yaitu /st/, /tr/,

/ks/, /pr/, dan lain‐lain.

C. Problematika Bahasa Indonesia pada Aspek Fonologi

Problematika berasal dari kata problem atau masalah, menurut KBBI problematika ialah

permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan. Hal-hal yang dianggap sebagai

problematika bahasa Indonesia adalah berbagai gejala kebahasaan yang meliputi aspek

fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang bersifat problematik dalam ranah

penggunaan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, problematika bahasa Indonesia yang dibahas

adalah problematika pada aspek fonologi.

Seperti yang diketahui fonem‐fonem dalam bahasa indonesia memiliki fungsi sebagai

pembeda arti. Akan tetapi masalah yang terjadi dalam masyarakat ialah banyaknya kosakata

yang digunakan dengan arti dan maksud yang sama akan tetapi terdapat perbedaan fonem

dari kosakata bakunya. Gejala ini, dapat terlihat dalam komunikasi lisan dalam hal

pengucapan atau pelafalan dan komunikasi tulis dalam penulisan kata. Kesalahan pelafalan

seperti ini dimungkinkan terjadi karena ketidaktahuan atau bahkan kesengajaan.

PEMBAHASAN

Problematika bahasa Indonesia dalam aspek fonologi meliputi kesalahan pengucapan atau

pelafalan dan kesalahan dalam penulisan. Gejala yang terjadi ialah adanya perubahan,

penghilangan, dan pemunculan.

Seperti yang diketahui bahwa fonem baik vokal, konsonan, maupun klaster berfungsi sebagai

pembeda arti. Dalam pembahasan ini fonem tersebut tidak berfungsi demikian. Hal ini

dikarenakan, fonem dalam sebuah kata mengalami perubahan namun tetap dalam kata yang

memiliki makna yang sama.

Page 4: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 24

Beberapa gejala dalam bahasa Indonesia tersebut dipandang sebagai kasus yang bersifat

problematik fonologis. Gejala ini terjadi dalam masyarakat berbahasa baik dalam ragam

formal maupun nonformal. Berikut ini dipaparkan problematika fonologis dalam bahasa

Indonesia.

1. Perubahan Fonem

Gajala perubahan fonem ialah gejala yang mengubah fonem vokal, konsonan, bahkan

diftong menjadi fonem yang lain. Berikut ini beberapa gejala perubahan fonem yang terjadi.

a. Perubahan Fonem Vokal

Problematika fonologis yang terjadi pada tataran vokal yang mengubah vokal dalan suatu

kata menjadi fonem yang lain. Perubahan fonem tersebut diantaranya.

1) Bunyi /e/ pepet dilafalkan dengan bunyi /e/ teleng.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

esa ésa

Askes askés

Pegang pégang

Pemda pémda

2) Bunyi /e/ teleng dilafalkan dengan bunyi /e/ pepet. Misalnya, pada kata [péka]

dilafalkan [peka]

3) Bunyi vokal /i/ menjadi /e/

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

nasihat nasehat

hakikat hakekat

air aer

praktik praktek

4) Bunyi vokal /u/ menjadi /o/

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

Page 5: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 25

telur telor

mangkuk mangkuk

mabuk mabok

5) Bunyi vokal /a/ menjadi /e/

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

lapar laper

akta akte

pedas pedes

segar seger

tangka tangkep

6) Bunyi vokal /u/ menjadi konsonan /w/

Contoh

Seharusnya Dilafalkan

kuitansi kwitansi

kualitas kwalitas

kuantitas kwantitas

pantau Pantaw

b. Perubahan diftong

Perubahan diftong ini meliputi diftongisasi dan monoftongisasi. Diftong ialah vokal rangkap

sedangkan monoftong ialah vokal tunggal.

1) Monoftongisasi

Monoftongisasi ialah perubahan diftong menjai monoftong. Dari vokal rangkap menjadi

vokal tunggal.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

saudara sodara

cabai cabe

sampai sampe

autodidak otodidak

Page 6: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 26

2) Diftongisasi

Diftongisasi ialah perubahan bunyi vokal tunggal menjadi bunyi voka rangkap atau diftong.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

topan taupan

teladan tauladan

setan saitan

tobat taubat

c. Perubahan Fonem Konsonan

Perubahan fonem ini terjadi pada fonem konsonan, fonem konsonan dalam suatu kata

menjadi bunyi konsonan yang lain. Perubahan fonem disini dapat berupa perubahan yang

utuh maupun terjadi pelemahan fonem.

1) Bunyi /b/ pada akhir setiap kata umumnya dilafalkan dengan bunyi /p/.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

Lembab lembap

Sebab sebap

Sembab sembab

2) Pertukaran Bunyi /f/, /p/, dan bunyi /v/. Problematika ini dijumpai pada hampir semua

penutur bahasa Indonesia

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

aktif aktip

pasif pasip

vokal pokal

venus penus

verifikatif peripikatip

aktivitas aktifitas

efektivitas efektivitas

Napas nafas

Page 7: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 27

3) Bunyi /z/ dilafalkan seperti bunyi /s/ atau /j/.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

Zaman jaman

Zamrud jamrud

Khazanah hasanah

Azas asas

Nazar nasar

4) Bunyi /d/ di akhir kata umumnya dilafalkan seperti bunyi /t/.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

abjad abjat

jasad jasat

maksud maksut

wujud wujut

5) Bunyi /k/ keras di akhir kata dilafalkan seperti k lemah.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

makna ma’na

rakyat ra’yat

mangkrak mangkra?

abstrak abstra?

katarak katara?

6) Bunyi /c/ dilafalkan menjadi /c/ ejaan bahasa Inggris

Seharusnya Dilafalkan

ABC abese

vitacimin vitasimin

WC wese

7) Bunyi /v/ dilafalkan menjadi /v/ ejaan bahasa Inggris. Misalnya pada TV dilafalkan

[tivi].

d. Perubahan Klaster

Page 8: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 28

Perubahan ini terjadi pada klaster yang ditulis atau dilafalkan menjadi konsonan tunggal.

1) Bunyi /sy/ dilafalkan seperti bunyi /s/.

Contoh:

Seharusnya Dilafalkan

syarat sarat

isyarat isarat

syahdu sahdu

syahwat sahwat

2) Bunyi /kh/ dilafalkan seperti bunyi /k/ atau /h/.

Contoh:

seharusnya dilafalkan

Khas has

khazanah hasanah

khotbah hotbah

2. Penambahan Fonem

Problematika penambahan fonem ini banyak terjadi akibat adanya pengaruh bahasa daerah.

Akan tetapi, ada beberapa yang bukan pengaruh bahasa daerah.

Contoh:

seharusnya dilafalkan

mama mamah

papa papah

silakan silahkan

saya sayah

mi mie

3. Penghilangan Fonem

Problematika penghilangan fonem terjadi akibat adanya pengaruh bahasa lisan terhadap

bahasa tulis.

Page 9: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 29

Contoh:

seharusnya dilafalkan

menteri mentri

kompleks komplek

ambulans ambulan

tahu tau

bapak bapa

bakso baso

4. Problematika Morfofonologi

Morfofonologi merupakan sebuah persimpangan antara morfologi dan fonologi. Gejala ini

terjadi pada proses pembentukan kata atau morfologi. Dalam proses pembentukan kata

tersebut terjadi gejala fonologis. Gejala fonologis tersebut diantaranya penambahan,

peluluhan, penghilangan, perubahan, dan pergeseran. Problematika yang banyak terjadi yaitu

pada peluluhan, penghilangan, dan penambahan.

1) Peluluhan pada fonem yang harusnya tidak luluh.

Contoh

seharusnya dilafalkan

mentraktir menraktir

memproduksi memroduksi

mengkreasikan mengreasikan

penstandaran penyetandaran

mencuci menyuci

mencuri menyuri

mencolek Menyolek

2) Tidak terjadinya peluluhan pada fonem yang harusnya luluh.

Contoh:

seharusnya dilafalkan

menyukseskan mensukseskan

mengoreksi mengkoreksi

3) Penambahan fonem pada penggunaan alomorf dengan eka suku

Contoh:

Seharusnya digunakan

mengeposkan memposkan

Page 10: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 30

mengetik mentik

mengecat mencat

mengebom membom

4) Problematika alomorf afiks per‐, ter‐, dan ber‐

Afiks per‐, ter‐, dan ber‐ memiliki alomorf. Misalnya afiks per‐ dapat menjadi per‐, pe‐, dan

pel‐. Masalah yang terjadi pada alomorf ini.

Contoh:

Seharusnya digunakan

tepercaya terpercaya

tepercik terpercik

becermin bercermin

Beserta berserta

peternakan perternakan

Masalah‐masalah tersebut berkembang dalam penggunaan bahasa masyarakat. Apabila

dibiarkan saja tentu permasalahan ini akan terus berkembang dan akan membuat goyah

kaidah kebahasaan bahasa Indoneisa.

Faktor Penyebab Problematika Bahasa Indonesia

Apabila diidentifikasi berdasarkan problematika bahasa Indonesia yang telah dipaparkan

maka terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya hal tersebut. faktor‐faktor tersebut

diantaranya.

1. Kebiasaan dan kelumrahan.

2. Adanya pengaruh bahasa asing.

3. pengaruh bahasa daerah.

4. pengaruh bahasa lisan ke dalam bahasa tulis.

5. Adanya analogi bahasa.

6. Pengaruh penyerapan bahasa asing.

Beberapa Solusi untuk Mengatasinya

Problematika fonologis yang terjadi perlu diatasi dengan serius karena akan mengacaukan

kaidah kebahasaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu

1. pelafalan bahasa yang benar oleh tokoh yang dijadikan panutan berbahasa,

Page 11: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 31

2. penyususnan sistem fonetis menggunakan satu lambang grafemis untuk

melambangkan satu bunyi,

3. adanya konsistensi penerapan kaidah penulisan kosakata bahasa indonesia, maupun

kosakata asing,

4. pembinaan yang intensif di lembaga pendidikan formal mengenai kaidah penulisan

dan pengucapan,

5. pembinaan yang intensif melalui media massa dan penerapan kaidah penulisan yang

benar, dan

6. pembinaan dan sosialisasi melalui media yang khusus mengenai kaidah penulisan dan

pengucapan.

Selain solusi di atas, Pemunculan kembali materi mengenai kaidah ketatabahasaan dalam

kurikulum merupakan langkah yang berarti dalam memperbaiki bahasa masyarakat.

SIMPULAN

Problematika dalam aspek fonologis yang terjadi dalam masyarakat menunjukan bahwa

bahasa bersifat dinamis dan mudah terpengaruh, hal tersebut merupakan ciri bahasa Indonesia

yang sedang berkembang. Seperti yang diketahui fonem dalam bahasa indonesia berfungsi

sebagai pembeda arti. Hal ini berbeda dengan gejala yang terjadi dalam masyarakat yaitu

fonem yang berbeda akan tetapi tidak mengubah makna atau maksud kata tersebut.

Perbedaan fonem ini hanya mengubah ragam bahasa yang baku menjadi tidak baku, ragam

bahasa formal menjadi tidak formal. Problematika yang dimaksud ialah perubahan fonem

baik vokal, konsonan, diftong atau klaster menjadi fonem yang lain. Selain itu, penghilangan

dan pemunculan fonem pun menjadi problematika dalam bahasa Indonesia. Problematika

fonologis pun terjadi pada proses pembentukan kata atau afiksasi atau dikenal dengan istilah

morfofonologis. Problematika fonologis tersebut bila dibiarkan saja tentu permasalahan ini

akan terus berkembang dan akan membuat goyah kaidah kebahasaan bahasa Indoneisa. Oleh

karena itu tugas kita sebagai pengguna bahasa untuk mencari solusinya.

Page 12: MASALAH BUNYI DALAM BAHASA MASYARAKAT INDONESIA

Volume 10, number 1 ---- Februari 2021

Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah 32

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. (2005). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Edisi III). Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa – Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2008). Tata Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: Rineka Cipta.

Matanggui, Junaiyah H. (2014). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Tangerang: Pustaka

Mandiri.

Santoso, Kusno Budi. (1990). Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur dan Jago Tarigan. (1990). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

_______. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian pendidikan dan

kebudayaan.

_______. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi V). Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.