11
557 MASALAH LINGKUNGAN HID UP DAN DAMPAK SOSIALNYA _______ Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A. ______ _ Pengantar Secara etimologis, maka dampak pelanggaran, tubrukan atau benturan. Oleh karena itu, maka dam- pak sosial dapat diartikan sebagai pe- langgaran sosial, tubrukan sosial at au benturan sosial. Hal itu berarti , bahwa di dalam keadaan-keadaan so sial ter- tentu , terjadi pelanggaran-pelanggaran, tubrukan-tubrukan ataupun benturan- benturan. Keadaan so sial atau situasi sosial terjadi di dalam wadah-wadah terten- tu. Mungkin wadah tersebut dinama- kan negara, masyarakat, keluarga luas (extended family), keluarga batih (nuclear family), dan seterusnya. Wa - dah-wadah terse but dapat pula dina- makan lingkungan sosial, yang meru- pakan suatu lingkungan di dalam mana terjadi peristiwa-peristiwa so sial ter- tentu. Peristiwa-peTistiwa sosia! terse but senantiasa menyangkut kejadian-keja- dian yang berkaitan dengan hubungan antar manusia pribadi, hubungan an- tara manusia pribadi dengan kelompok · lainnya. Secara sosiologis hubungan hubungan terse but lazimnya dinama- kan interaksi so sial. Di dalam setiap interak si so sial senantiasa terjadi pro- ses saling pengaruh mempengaruhi an- tara pihak-pihak yang mengadakan in- terak si tersebut. Secara sosiologis, maka apabila ter- jadi interaksi sosial yang berulang kali sehingga terjadi pola-pola tertentu, maka akan timbul kelompok so sial. Kelompok sosial terse but merupakan himpunan atau kesatuan orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama yang sedemikian eratnya, sehingga ma- sing-masing anggota kelompok merasa menjadi bagian daTi kelompok so sial sebagai suatu kesatuan yang utuh. Kehidupan berkelompok di dalam kelompok-kelompok sosial terse but cenderung menghasilkan kebudayaan Kebudayaan tadi merupakan hasil kar· ya, hasil cipta dan hasil rasa yang ke- semuanya didasarkan pad a karsa. Hasil karya terse but merupakan bagian ke- budayaan yang dinamakan kebudaya- an kebendaan/kebudayaan materiel. Hasil cipta, hasil rasa dan karsa meru- pakan ke budayaan spiritual/kebudaya- an immateriel. Hasil cipta menim bul- kan ilmu pengetahuan, hasil rasa me- nim bulkan kesenian, sedangkan karsa menghasilkan kaidah-kaidah atau nor- ma-norma. Sistem norma-norma di dalam ma- syarakat merupakan patokan untuk berperilaku secara pantas (behoorlijk). Norma -norma terse but merupakan pe- rilaku yang bertujuan atau berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia , yang kesemuanya mempu- nyai wadah tertentu, yang di dalam sosiologi dinamakan lembaga sosial (social institution).

MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

557

MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

_______ Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A. ______ _

Pengantar Secara etimologis, maka dampak

ber~rti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Oleh karena itu, maka dam­pak sosial dapat diartikan sebagai pe­langgaran sosial , tubrukan sosial at au benturan sosial. Hal itu berarti, bahwa di dalam keadaan-keadaan so sial ter­tentu , terjadi pelanggaran-pelanggaran, tubrukan-tubrukan ataupun benturan­benturan.

Keadaan so sial atau situasi sosial terjadi di dalam wadah-wadah terten­tu. Mungkin wadah tersebut dinama­kan negara , masyarakat, keluarga luas (extended family), keluarga batih (nuclear family), dan seterusnya. Wa­dah-w adah terse but dapat pula dina­makan lingkungan sosial, yang meru­pakan suatu lingkungan di dalam mana terjadi peristiwa-peristiwa so sial ter­tentu.

Peristiwa-peTistiwa sosia! terse but senantiasa menyangkut kejadian-keja­dian yang berkaitan dengan hubungan antar manusia pribadi, hubungan an­tara manusia pribadi dengan kelompok

· lainnya. Secara sosiologis hubungan hubungan terse but lazimnya dinama­kan interaksi so sial. Di dalam setiap interaksi so sial senantiasa terjadi pro­ses saling pengaruh mempengaruhi an­tara pihak-pihak yang mengadakan in­teraksi tersebut.

Secara sosiologis, maka apabila ter­jadi interaksi sosial yang berulang kali

sehingga terjadi pola-pola tertentu, maka akan timbul kelompok so sial. Kelompok sosial terse but merupakan himpunan atau kesatuan orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama yang sedemikian eratnya, sehingga ma­sing-masing anggota kelompok merasa menjadi bagian daTi kelompok so sial sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Kehidupan berkelompok di dalam kelompok-kelompok sosial terse but cenderung menghasilkan kebudayaan Kebudayaan tadi merupakan hasil kar· ya, hasil cipta dan hasil rasa yang ke­semuanya didasarkan pad a karsa. Hasil karya terse but merupakan bagian ke­budayaan yang dinamakan kebudaya­an kebendaan/kebudayaan materiel. Hasil cipta, hasil rasa dan karsa meru­pakan ke budayaan spiritual/kebudaya­an immateriel. Hasil cipta menim bul­kan ilmu pengetahuan, hasil rasa me­nim bulkan kesenian, sedangkan karsa menghasilkan kaidah-kaidah atau nor­ma-norma.

Sistem norma-norma di dalam ma­syarakat merupakan patokan untuk berperilaku secara pantas (behoorlijk). Norma-norma terse but merupakan pe-

• •

rilaku yang bertujuan atau berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang kesemuanya mempu­nyai wadah tertentu, yang di dalam

sosiologi dinamakan lembaga sosial (social institution).

Page 2: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

SS8

Norma-norma yang mengatur peri­laku manusia, menimbulkan penilaian atau penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu pUla. Penilaian at au penghargaan tersebut menimbulkan la­pisan-lapisan so sial di dalam masya­rakat. Artinya, pihak-pihak yang me­miliki hal-hal yang dihargai oleh ma­syarakat, lazi!:nnya menduduki posisi­posisi tertinggi di dalam sistem lapisan­lapisan so sial, yang dinamakan strati­fikasi so sial.

Orang-orang yang menduduki posi­si-posisi tertinggi di dalam sistem stra­tifikasi sosial, adalah mereka yang pia­sanya mempunyai kekuasaan dan we­wenang. Kekuasaan . merupakan ke­mampuan yang ada pada pihak-pihak tertentu, sehingga dapat mempenga­ruhi pihak lain untuk melakukan hal­hal yang dikehendaki pemegang kekua­saan. Apabila kekuasaan tersebut di­akui oleh masyarakat, maka kekuasa­an itu menjadi wewenang. . -

Demikianlah secara garis besar kehi-,

dupan bersama yang berproses di da­lamsuatu wadah yang dinamakan ma­syarakat. Setiap gejala yang dijelaskan di muka, saling berkaitan dengan erat­nya, sehingga terjadi pula proses sa-

,

ling pengaruh mempengaruhi. Masyara-kat itu sendiri, sebenarnya merupakan suatu sistem so sial tersendiri; artinya, masyarakat merupakansuatu keselu­ruhan yang tersusun (oleh karena ter­diri dari unsur-unsur atau anasir yang saling berhubungan). Kalau susunan tersebu.t terganggu keserasiannya, ma­ka akan terjadi masalah-masalah sosial yang dengan sendirinya akan merupa­kan pengaruh yang negatif bagi selu- · ruh lingkungan so sial y~ng bersangkut­an.

Sistem sosial masyarakat

Secara struktural, maka setiap ma­syarakat merupakan ' sistem so sial apa­bila terdapat unsur-unsur pokok, seba-

Hukum dan Pembangunan

gai berikut:

- Kepercayaan yang merupakan pe­mahaman terhadap semua aspek alam semesta yang dianggap sebagai suatu kebenaran (mutlak).

- Perasaan dan pikiran, yakni suatu keadaan kejiwaan manusia yang me­nyangkut keadaan sekelilingnya (baik yang bersifat alamiah maupun sosial).

- Tujuan, yang merupakan suatu cita­cita yang harus dicapai dengan cara mengubah sesuatu atau ,memperta­hankannya.

- Kaidah atau · norma yang merupa­kan pedoman untuk berperilaku se­cara pantas.

- Kedudukan dan peranan; keduduk­an merupakan posisi-posisi tertentu secara vertikal, sedangkan peranan adalah hak-hak dan kewajiban-ke­wajiban baik secara struktural mau­pun prosesual.

.

- Pengawasan yang merupakan pro-ses yang bertujuan untuk mengajak, . mendidik atau bahkan memaksa warga masyarakat untuk mentaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

- S.anksi, yakni persetujuan atau pe­nolakan terhadap perilaku tertentu. Persetujuan terhadap perilaku ter­tentu dinamakan sanksi positif, se­dangkan penolakannya dinamakan sanksi negaratif. Sanksi negatif ter-

,

sebut mencakup:

A. Pemulihan keadaan, B. Pemenuhan keadaan, C. Hukuman, yang terdiri dari:

1. Hukuman perdata, 2. Hukum administratif, 3. Hukuman pidana yang men­

cakup:

a. Hukuman riel , b. Hukuman idiel.

-

Page 3: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

Lingkungan Hidup

- Fasilitas, yang merupakan sarana un­tuk mencapai tujuan yang hendak dicapai (dan telah ditentukan terle­bih dahulu).

- Kelestarian dan kelangsungan hi­dup.

- Keserasian antara kualitas hidup de­ngan kualitas lingkungan.

Secara mikro , maka unsur-unsur po­kok tersebut di atas juga akan dapat diiumpai pada bentuk-bentuk atau wa­dah-wad ah kehidupan lainnya , misal­nya , di dalam suatu keJuarga batih. Sebagai suatu sistem sosiaJ, maka ke­luarga batih juga mempunyai unsur­unsur pokok terse but, umpamanya:

- Adanya suatu kepercayaan , bahwa terbentuknya keJuarga batih meru­pakan kodrat aJamiah.

- Adanya perasaan dan pikiran ter­tentu dari seorang anggota keJuar­ga batih terhadap anggota Jainnya yang mungkin terwujud daJam rasa saling menghargai , bersaing, dan se­terusnya.

- Tujuan adanya keJuarga batih ada­Jah, an tara lain, agar manusia meng­aJami sosialisasi dan mendapatkan jaminan akan ketenteraman hid up­nya.

- Setiap keJuarga batih mempunyai norma-norma yang mengatur hu­bu ngan antara suami dengan isteri, anak-anak dengan ayah dan ibu­nya , dan seterusnya.

- Setiap anggota keJuarga batih mem­punyai kedudukan dan peranan ma­sing-masing , bail< secara internaJ maupun eksternal. .

- Oi daJam set iap keJuarga batih Ja­zi mnya tcrdapat proses pengawasan tertentu , yang semuJa datang dari orang tua yang dipengaruhi oJeh pola pengawasan yang ada di dalam masyarakat.

- Sank si-sa nksi tertentu juga dikem-

559

bangkan di dalam keluarga batih, yang diterapkan kepada mereka yang berbuat benar at au salah.

Sarana-sarana tertentu juga ada pad a setiap keluarga batih, umpa­manya, sarana untuk mengadakan pengawasan , sosialisasi, dan seterus­nya .

Suatu keJuarga akan memelihara ke­Jestarian hidup maupun kelangsung-annya, di daJam proses yang serasi.

- Secara sadar dan terencana (kadang­kadang juga tidak) keJuarga-keluar­ga batih berusaha untuk mencapai tingkat kualitas hidup tertentu yang diserasikannya dengan kualitas ling­kungan aJam maupun lingkungan sosialnya.

Dampak pada sistem sosial

Sebagaimana dijelaskan secara sing­kat di muka, maka dampak berarti pe­langgaran, tubrukan at au benturan. KaJau arti terse but dipegang secara konsisten , maka suatu dampak senan­tiasa mempunyai pengaruh yang nega­tif. Oengan demikian , maka dampak pada sistem sosial membicarakan pe­ngaruh-pengaruh negatif yang mung­kin ada pada suatu sistem sosial ter­tentu, misalnya, masyarakat , keJuarga dan seterusnya.

Oi dalam mem bicarakan masaJah dampak pada sitem sosiaJ, maka perJu diadakan pem batasan-pembatasan ter­Jebih dahuJu. Tulisan ini, hanya akan mem batasi pem bicaraan pada dampak . yang berasal dari faktor-faktor biopsi-

-khogenik dan sosiogenik dan sosial bu-daya . Faktor-faktor biopsikhogenik dan sosiogenik merupakan kekuatan­kek uatan ekspresif yang timbuJ sebagai jlkibat adanya dorongan-dorongan bio­Jogis dan psikoJogis. Kekuatan-kekuat­an. normatif mencakup faktor-faktor sosiaJ-budaya yang sebenarnya timbul dari Iingkungan so sial dan kebudayaan

- Nopember 1984

Page 4: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

560

masyarakatitu sendiri. Secara visual-

Kekuatan-kekuatan Ekspresif .r

r !

Faktor-faktor biopsikhogenik

Faktor-faktor sosiogenik

. . Hukum dan Pembangunan

sistematis gambarannya, adalah sebagai berikut:

Faktor-faktor sosial

Faktor-faktor budaya

Kekuatan-kekuatan normatif

,

DAMPAKSOSIAL

Masing-masing faktor terse but di atas dapat dijabarkan ke dalam hal-hal yang lebih sempit lagi, yaitu sebagai berikut (Juan B. Cortes & Florence M. Gatti 1972 : 190):

- Faktor biopsikogenik: A. Faktor pisik (misalnya bent uk

mesomorfik) B. Defisiensi psikologis C. Kebutuhan dan eksesnya.

- Faktor sosiogenik : A. Asosiasi diferensial

B. Frustrasi C. Pelbagai tekanan.

- Faktor sosial: A. Ketaatan yang rendah terhadap

norma-norma B. Gangguan te.rhadap kehidupan

keluarga C. Disorganisasi sOsiai.

- Faktor budaya: A. Kesempatan atau peluang B. Moralitas rendah C. Konflik kebudayaan.

Hal-hal tersebut di atas akan dijelas­kan secara singkat, walaupun sering­kali harus dikaitkan dengan teori-teori atau konsepsi-konsepsi yang berasal dari masyarakat Barat. Dengan sengaja teori-teori dan konsepsi-konsepsi itu diketengahkan , agar supaya dapat di­ujikan di dalam kenyataan di I ndone­sia, sehingga prasangka . mengenai hal­hal yang berasal dari masyarakat Barat akan dapat dihilangkan.

. . Faktor-faktor biosikhogenik

Faktor pisik dari manusia sudah lama diteliti secara iImiah, walaupun hasil-hasilnya tidak selalu memuaskan, sehingga sukar untuk dijadikan tolok

ukur yang mantap. Mengenai masalah ini dengan tepatnya Contes dan Gatti menyatakan, sebagai berikut (J uan B. Cortes & Florence N. Gatti 1972 : 46) "On the whole, it appears to be a safe can· clusion that constitution, on physique, is the type of body structure, the more sta­tic element, so to speak, of personality; temparament would be the affective and

Page 5: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

Lingkungan Hidup • 561

of an indtfidual. reactive pattern. the natural or more spon­taneous disposition corresponding to such physique. Personality. the more complex and highest culturally conditioned level of an individual. would be ... the dyna-

mic and unique organization characteristic

Kalau hal-hal tersebut diterapkan, ma­ka akan diperoleh gambaran luas, seba­gai berikut (Juan B. Cortes & Florence N. Gatti 1972 : 23 dan 47) .

Circular type (Extreme Endomorph)

• •

v

Vital Type Amiability

1. Dependent on the group

2. Relaxed 3. Calm 4.Kind 5. Love of relaxation 6. Extravert of affect 7. Extensive rapport 8. Cheerful-depressed 9. SelJ:satisjied

10. Soft-tempered 11. Complacen t 12. Amiable

Triangular Type (Extreme Mesomorph)

• •

Motive Type Activity

Dominant of the group

Assertive Energetic Confident Love of risk Extravert of action Enduring rapport Even-explosive Self-assured Quick .tempered Trascible Talkative

13. Warm Active 14. Affected Reckless 15. Toleran t Aggressive 16. Generous Enterprising 17. Forgiving Ougoing 18. Needs people Needs action

when disturbed when distrubed 19. Stress on being Stress on doipg 20. Lets things Makes things

happen happen

Linear Type (Extreme Ectomorph)

• •

Mental Type Interiority

Detached from the group

Anxious Tense Considerate Love of privacy Introvert In tensive rapport Hypersensitive-apathetic Self-centered Gen tie· tempered Reflective Reserved Cool Suspicious inhibited Restrained Precise Needs solut.ide when distrubed Stress on perceiving Watches things happen

..• Admittedly, some of the traits in each column intercorrelate and are, very like­ly. different aspects of a common central trait suggested at the top of each column."

.

NopemberZ984

Page 6: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

562

Di Indonesia belum pernah diadakan penelitian terhadap gejala-gejala terse­but di atas, yang menempatkan tipe mesomorf pada kategori golongan yang potensiallebih mudah untuk me­lakukan pelanggaran terhadap norma­norma yang berlaku. Di Amerika Se­rikat hal itu pernah diteliti dan dibe­narkan, sepanjang hal itu menyangkut para remaja, baik yang berkulit putih maupun yang berkulit berwarna (T. Hirschi 1969 : 196).

Sebagaimana dikatakan di atas, ma-o 0

ka faktor biopsikhogenik juga mepca-kup golongan yang mengalami defi­siensi psikologis. Ke dalam golongan ini termasuk orang-orang yang mende­rita abnormalitas atau subnormalitas psikologis atau neurologis, seperti um­pamanya, yang menderita ego dan su­perego yang defektif. Kecuali dari itu, maka orang-orang yang mengalami gangguan emosional maupun gangguan jiwa juga termasuk di dalam golongan ini. . Lazimnya, golongan terse but di­kaitkan dengan pola kehidupan krimi­nal.

Setiap manusia mempunyai kebu­tuhan-kebutuhan tertentu, yang men­cakup kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan. Lazimnya kebutuhan dasar mencakup:

I. Kebutuhan akan ' sandang, pa­ngan dan papan

II. Kebutuhan al}an keselamatan ji­wa dan harta benda

III. Kebutuhan akan harga dfri IV. Kebutuhan akan kesempatan un­

tuk mengembangkan potensi V. Kebutuhan akan kasih sayang.

Di sam ping itu, maka ada kebutuhan­kebutuhan 0 tam bahan, misalnya, kebu­tuhan akan waktu luang, rekreasi, dan lain sebagainya. Di dalam memenuhi kebutuhan tambahan tersebut, tidak mustahil timbul ekses, umpamanya de­ngan adanya gejala alkoholisme, pe-

Hukum dan Pembangunan

nyalah gunaan narkotika, dan seterus­nya. Dengan demikian , maka kebutuh­tertentu dapat menimbulkan ekses, yang seterusnya akan dapat menyebab­kan terjadinya dampak sosial.

Faktor-faktor terse but di atas mem-- .

punyai dasar biologis atau psikologis yang sangat kuat. Akan tetapi gejala­gejalanya baru akan timbul di dalam kerangka hubungan-hubungan sosial, sehingga tidak mustahil menyebabkan terjadinya dampak sosial di dalam ling­kungan sosial tertentu.

Fakter-faktor sosiogenik

Asosiasi diferensial yang merupakan bagian dari faktor sosiogenik adalah suatu teori yang berkaitan dengan

• tumbuhnya kejahatan yang merupakan osuatu dampak sosial. Teori terse but se­mula berasal dari E.H. Sutherland yang pokok-pokoknya, adalah sebagai beri­kut (E.H. Sutherland yang pokok-po­koknya, adalah sebagai berikut (E.H. Sutherland & D. Cressey 1970 : 75. 76).

"Criminal behavior is learned Criminal behavior is learned in interaction with other persons in a process of commu-

• • nzcatlOn The principal part of the learning of crimi­nal behavior occurs within intimate person­al groups. When criminal behavior is learned, the learning includes (a) technigues of commit­ting the crime, which are sometimes, very compplicated, sometimes very simple; (b) the specific direction of motives, drives, rationalizations, and attitudes. The specific directions of motives and drives is learned from definitions of the legal codes as favorable or unfavorable. A person becomes delinquent because of an excess of definitions favourable to vio­lation of the law over definitions unfa­vorable to violation of law Differential association may vary in fre· quency, duration, priority and intensity. The process of learning criminal behavior

Page 7: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

Lingkungan Hidup

by association with criminal and anticri­minal pattern s involves all of the mecha­nisms that are involved in any other learn-• mg. While criminal behavior is an expression of general needs and values, it is not explain­ed by those general needs and values since non-criminal behavior is an expression of the same needs and values. "

Seseorang yang tidak dapat menca­pai tujuan yang dicita-citakannya , ke­mungkinan besar akan menderita frus- . t rasi atau kekecewaan. Sebagaimana dikatakan oleh Wicks, maka frustrasi adalah (Robert L Wicks 1974).

" ... the result of something blocking the attainment of a particular goal. Because of this, frustration places stress on the indi­vidual and causes him to be tense. In other words, frustration is a form of stress which results in tension ".

Frustrasi mungkin menyebabkan sese­orang menjadi agresif-destruktif, untuk menyalurkan rasa kekecewaannya itu. Apakah hal itu akan teJjadi, senantiasa tergantung pada taraf toleransi terha­dap kekecewaan tersebut. Di pihak lain , maka frustrasi juga dapat meng­akibatkan gejala yang lazimnya disebut withdrawal, yang misalnya, terwujud dalam bentuk apatisme, atau sik'ap tin­dak yang sangat kaku (inflexibility J.

Kadang-kadang seseorang mengalami t ekanan-tekanan tertentu, yang meng­akibatkan terjadinya kekhawatiran di dalam dirinya. Kekhawatiran atau an­xiety terse but merupakan (Robert J. Wicks 1974: 35,36) " . .. the result of a vague but ofien strong condem about an impending danger or some sort. It is not something as well de­fined as fear. Rather it is an intangible feel­ing that seems to evade any effort to re­solve it. Its effect on hevahior is varied. If it is intense, . it can immobilize, whereas if anxiety is low, it can be a motivating force, as in the case of college students. If they are a bit anxious, they tend to study harder. "

563

Pelbagai cara dapat dipergunakan un­tuk mengurangi kekhawatiran sebagai akibat terjadinya tekanan-tekanan. Ka­dang-kadang secara tidak sa dar orang berusaha melupakannya. Akan tetapi tidak jarang terjadi reaction [orma­tion, yang dipergunakan (Robert L Wicks 1974: 36).

". _ . in dealing with unwanted impulses which cause the individual to feel uneasy. A reformed alcoholic who condemns those who drink socially could possiblly be using this defense mechanism because he cannot -allow himself to think again that drinking might be good under some circumstances. If he does, he might be tempted to start drinking again. "

Faktor sosial

Faktor ketaatan yang rendah terha­dap norma-norma yang berlaku, meru­pakan bagian yang sangat penting dari faktor sosial yang mengakibatkan dam­pak sosial pada sistem sosial tertentu. Ketaatan yang rendah terhadap norma­norma mungkin merupakan akibat dari menurunnya penghargaan terhadap norma-norma terse but , oleh karena go­longan panutan tidak memberikan contoh kepatuhan teradap norma-nor­ma itu. Kadang-kadang juga terjadi, bahwa ketaatan terhadap norma-nor­ma sangat rendah , oleh karena warga masyarakat tidak mengetahui dan ti· dak memahami norma-norma tersebut, sehingga merekapun sarna sekali tidak tahu akan manfaatnya (untuk mema­tuhi norma). Kalau di dalam suatu sis­tern sosial tertentu ketaatan terhadap norma-norma didasarkan pada rasa ta­

kut pada sanksinya (apabila melanggar norma), maka penerapan norma-norm!!; di dalam kehidupan sehari-hari senan­tiasa harus diawasi. Apabila pengawas­an mengendor, maka terjadilah pe­luang-peluang untuk melanggar norma­norma terse but. Tidak mustasil bahwa kemudian terjadi keadaan anomie (per­pudaran kekuatan norma).

Nopember 1984

Page 8: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

564 .

Kehidupan keluarga batih merupa­kan hal yang sangat penting bagi suatu sistem sosial yang dinamakan masya­rakaL Hal itu disebabkan, oleh karena keluarga batih merupakan unit terkecil d i dalam masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Di dalam ke­luarga batih itlliah manusia mengalami sosialisasi semenjak kecil. dan di da­lam keluarga batih itu pula dia menda­p atkan perIindungan sehingga dapat hi­dup dengan tenteram. Di sam ping itu, maka suatu keluarga batih mungkin juga merupakan unit ekonomis yang me.nunjang kebutllhan materiel ang­gota-anggotanya . Bahkan di dalam Illa­syarakat-masyarakat modernplln ke­luarga batih mempunyai fllngsi-fungsi tertentu, walaupun kadang-kadang fungsi tersebut agak kurang diton.lol ­kan. Sebagaimana pernah dikatakan o leh Leonard Broom, Philip selznick dan Dorothy Broom Darroch, maka (Leonard Broom eLal. 1981):

"Modern families appear to exist mainl), for the sake of the psycholoKical-well-be­ing of their members. to sen'e as a reJi./ge from the harsh , competith'(' lif'e outside the hbusehold ... Although there is less responsibility for other kin. there is more responsibilit,l' for the children and for the well-being of the husband and wiji'. When dh'orce occurs, many changes must be made in economic arrangements, child care , social life , and emotional tics."

Gangguan-gangguan yang terjadi di da­lam kehidupan keluarga batih, dapat mengakibatkan terjadinya dampak so­sial pada sistem sosial , apalagi kalau ge­jala tersebut terjadi secara luas. Per­ubahan pola kehidupan keluarga yang semula dianut. mungki,/l merupakan gangguan . halmana sering teljadi pada keluarga-keluarga yang pindah dari wi­layah pedesaan ke kota di Indonesia. Pada awalnya mereka terpaksa tinggal di daerah-daerah kota yang mt'rupa­kan pcmukiman yang tidak slahil k.:-

Hukum dan Pembangunan

adaan sosial-ekonom isnya, halmana menggoncangkan norma-norma tradi­sional yang mengatur kehidupan ber­keluarga di wilayah kediaman semula di desa.

Gangguan yang sem ula terjad i pada keluarga batih, tidak mustahil meluas, sehingga tcrjadi disorganisasi sosial. Disorganisati sosial tcr.iadi, apabila suatu sistem sosial tertentu mengalami proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai, halmana disebabkan karena ter.iadinya perubahan-perubahan pada lem baga-Iem baga sosial (Soerjono Soe­kanto 1982 : 345).

Faktor budaya Kebudayaan yang didukung di da­

lam sualu sistenl sosia l tertentu St,bc-•

narnya juga memberikan batas-batas tcrtentll kepada pendukungnya di da­lam ben t uk n i la i-n i la i dan norma­norma. Walaupun dl'mikian. t idak ja­rang bahwa suatu kebudayaan IIlcm­berikan kcsenipatan-kese lll patan atau­pun peluang-peluang untuk llIelak ukan perbuatan-perbuatan tertentu yang ka­dang-kadang Illenyimpang. Memang perlu diakui, bahwa kesempatan atau peluang tersebut tidaklah diberikan de­ngan niat agar disalahgunakan. Di sam­ping itu , maka pasti ada hal-hal yang bl'!um diatur oleh norma-norma yang ada, se.hlngga tidak ada patokan bn­perirak u pantas .

Moralitas mt.:rupakan dika dalam arti scmpit. khususnya yang mcnyang­kut kesusilaan. Hidup susila berarti kehidupan atas dasar hati nurani yang bL'fsih. Kchidupan yang dis berarti hidup yang "semcstinya", yang antara lain mencakup sikap tindak yang tidak

Kt'hidupan " . yang semestl-nyu " ilu juga IllL'll cakup kemalllpuan unluk tidak hnkcklll':.lngan , akan te­tapi juga lidak sl',rba berkelcbihan. Kl'cuali ilu. Illaka kehidupan "scllles­tinya" bnsifal 11I)?us ; artinya tidak

-

Page 9: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

I Lingkungan Hidup

tanpa ujung-pangkal. Moralitas akan merosot kalau kehidupan orang mulai serakah. tidak dapat menahan diri untuk m engekang kl'hidupan yang ber­le bih-Iebihan, dan apabila timbul keti­dak lugasan di dalam hubungan antar manusia (maupun antar kelompok so­sial). Dampak demikian itu tidak akan mungkin dicegah , apabi la tidak dilaku­kan pelembagaan dan pembudayaan terhadap dua azas penting yang me-

-n,yatakan , sebagai berikut:

I. Apa yang tidak ingin dialami , ja­nganlah mcnyebabkan orang lain mengalaminya.

II. Apa yang dapat diperoleh, biarkan­lah pihak-pihak lain juga mendapat­kannya.

Kedua hal tersebut di atas,yakni pe­luang dan menurunnya moralitas mem­punyai kaitan yang erat, di dalam kon­teks yang negatif. Peluang atau kesem­patan yang diberikan oleh kebudayaan

tidak akan disalah gunakan (sehingga menjadi penyelewengan), kalau morali­tas tidak menurun, Selain dari itu, maka peluang atau kesempatan yang terlalu besar , akan mengakibatkan tu­runnya moralita s tersebut.

Konflik kebudayaan akan terjadi, apabila terdapat kesenjangan antara kenyataan dengan cita-cita. Kadang-ka­dang kesenjangan terseb ut terwujud lialam kenyataan bahwa cara-cara yang melembaga di dalam suatu sistem so­sial sudah tidak dapat dipergunakan lagi untuk mencapai cita-dta tertentu. Kemungkinan lainnya adalah, bahwa cita-cita yang tradisional sudah tidak mungkin memenuhi kebutuhan-kebu­tuhan dasar warga masyarakat.

Suatu konflik kebudayaan mungkin juga terjadi apabila ada pengaruh un­sur-unsur kebudayaan luar yang sangat kuat. Lazimnya hal itu dapat terjadi, kalau prosesnya menyangkut kebuda­yaan spiritual atau immateriel. Unsur-

565

unsur ke budayaan luar yang ternyata lebih kuat itu secara a priori dianggap akan dapat mengganggu integritas ke­budayaan yang ada, atau mengganggu kestabilan yang sudah ada.

Pendugaan dampak sosial

Suatu sistem so sial yang merupakan lingkungan hidup, senantiasa mempu­nyai kriteria tertentu agar supaya da-

.pat disebut sebagai lingkungan hidup yang baik. Secara asumtif dapatJah di­katakan , bahwa lingkungan hidup yang damai. Namun timbul pertanyaan , apa-

~ . kah yang dinamakan kedamalan terse-but?

Suatu keadaan damai atau keda­maian merupakan situasi di dalam ma­na terdapat suatu kescrasian antara ketertiban dengan ketenteraman. Ke­adaan tertib mempunyai ciri-ciri ter­tentu, yakni antara lain (Soerjono Soe­kanto 1983 : 39).

" 1. dapat diperkirakan 2. kerjasama 3. pengendalian kekerasan 4. kesesuaian 5. langgeng 6. kemantapan 7. berjenjang 8. ketaatan 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

tanpa perselisihan keseragaman kebersamaan keajegan berdasarkan perintah keberurutan corak lahiriyah 16. tersusun

Keadaan tidak tenteram atau tidak be­bas akan terjadi, apabila (Soerjono Soekanto 1983 : 40).

" ... ada hambatan dari fihak lain (= dipak­sa) . . . tidak ada pilihan lain (= terpaksa -tanpa kesalahan fihak lain) .. . karena keadaan diri sendiri (= takut; merasa tidak pada tempatnya. "

Nopember 1984

Page 10: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

566 •

Adanya dampak sosial akan dapat diduga , apabila keserasian an tara keter­tiban dengan ketenteraman terganggu. Keserasian tersebut merupakan keada­an yang relatif sekali, sehingga lebih banyak didasarkan pada kecenderung­an-kecenderungan yang terjadi. Namun demikian , hal itu senantiasa harus di­lakukan at as dasar penelitian yang cukup mendalam.

Penutup

Penanggulangan terhadap dampak sosial diartikan se bagai usaha pence­gahan dan juga penyelesaian terhadap masalah yang telah terjadi . Pencegahan terhadap dampak sosial dapat dilaku­kan dengan cara-cara , sebagai berikut:

I. Mendorong terjadinya hubungan dengan kebudayaan-kebudayaan

maupun masyarakat-masyarakat lain, agar supaya t erj adi keterbu­kaan.

II. Mengembangkan sistem pendi­dikan formal secara mendalam dan melebar.

III. Menanamkan sikap t indak meng­hargai hasil k ary a pihak lain dan k einginan untuk mengembang­kan diri.

. Hukum dan Pembangunan· .. .

IV. Melembagakan toleransi terha-dap terjadi penyimpangan-pe­nyimpangan sepanjang hal itu bukan merupakan penyeleweng­an .

V. Menumbuhkan stratifikasi sosial terbuka, di dalam mana manusia dapat mencapai kedudukan dan peranan yang sesuai dengan ke­mampuan dan prestasinya.

VI. Menamkan nilai bahwa kehidup­an yang buruk harus selalu di­ikhtiarkan agar menjadi baik , de­ngan orientasi jauh ke muka.

VII . Memberikan kesempatan yang seluas-Iuasnya untuk mengem­bangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk ke sejahteraan

• • umat manUSla. •

Namun di balik pengertian yang nega-tif terhadap dampak sosial perJu dica­tat , bahwa adanya dampai so sial terse­but dapat pula ditafsirkan sebagai per­tanda, bahwa sistem yang ada mung­kin sudah tidak mampu lagi menam­pung dan mengikuti perkembangan­perkembangan yang terjadi. Di dalam hal ini diperlukan kegiatan-kegiatan yang bertuju an untuk mengatasi aki­bat-akibat terjadinya dampak sosial tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Br00m, Leonard. et.al. Sociology. A Text with Adapted R eadings.

2.

3.

4.

5.

6.

-New York: Harper & Row, Publishers, 1981. Seventh Edition.

Cortes, Juan, B_ Delinquency and Crime. A Biopsychological A pproach. New York : Seminar Press, 1972.

Hirschi, T. Causes of Delinquency. Berkeley: University of California Press, 1969 . •

< • Soerj ono Soekanto. Sosiologi, suatu Pengantar. Jakarta. 1982. Edisi Baru

Kesatu.

Soerjono Soekanto. Fak tor-Faktor yanK mempengaruhi Pencgakan Hukum. Jakarta; Universitas Indonesia, 1983. Pidato Pengukuhan.

Sutherland, E.H. , & Cressey, D. Principles of Criminology. New York : Lippincot, 1970.

Page 11: MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN DAMPAK SOSIALNYA

-

Lingkungan Hidup 567

7. Wicks, Robert, J. Applied Psychology for Law Enforcement and Correction Officers. New York: McGraw-Hill Book Company, 1974.

((

REP. KOMPAS

Nopember 1984