Click here to load reader
Upload
adi-sutrisno
View
10
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas
Citation preview
MASALAH-MASALAH BELAJAR
(Makalah)
Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran
Dosen Pengasuh : Prof. Aunurahman
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
Adi Sutrisno (F03112066)
Dewi Oktvianti
Muhammad Iqbal Jalaludin
Monica Ramice
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN Dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
Masalah-Masal Belajar.
Di mana dalam penulisan makalah ini kita sama mengaharapkan baik pada
penulis maupun kepada pembaca agar dapat memahami dan mengerti tentang
metode simulasi dan pendektan konsep.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Tanjungpura Pontianak. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Akhir
kata kami meminta maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan yang mungkin dapat kita maklumi bersama.
Pontianak, 22 April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Prayitno (1985)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau
perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya. ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut Garry dan Kingsley, belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti
luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Sedangkan menurut
Gagne (1984: 77), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari definisi masalah dan belajar maka
masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu
yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas. Dalam interaksi belajar mengajar siswa
merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Masalah belajar
2. Masalah-Masalah Internal Belajar
3. Masalah-Masalah Eksternal Belajar
4. Cara Menentukan Masalah-Masalah Belajar
5. Mengenal dan Mengatasi-Masalah Belajar
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
a Mengidintifikasi permasalahan kesulitan pembelajaran.
b.Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar.
c. Mengidentifikasi Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa
itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal
ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis,
sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang
terjadi pada siswa.
Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
Keterlambatan akademik
Sangat cepat dalam belajar
Lambat belajar
Penempatan kelas
Kurang motif dalam belajar
Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk
Kehadiran di sekolah
B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari
dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah
belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan
sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum
kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya
sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan
tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan
bakat.
- Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ
yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih
sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua
dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah
mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap
tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan
bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu
yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut
sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan
dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-
teman, dan lain sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna
bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru dan orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar siswa menjadi
lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),
minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang
guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha
mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,
2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian,
bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa
akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
2. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a.Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar
juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
b.Lingkungan sosial keluarga.
Orang tua yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dapat membantu
mengajar seni, musik, atau computer. Orang tua juga dapat menjadi staf sukarela
yang membantu dengan berperan sebagai tutor, mengusahakan transportasi untuk
karya wisata dan mengawali anak pada kunjungan ke tempat-tempat khusus, dan
dengan demikian meluaskan kesempatan yang dapat diberikan sekolah kepada
anak berbakat (Munandar, Utami, 1999;97). Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
c. Lingkungan sosial sekolah.
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak
sesuai dengan bakatnya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor
yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar
guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa,
maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
3. Mengenal Cara Menentukan Masalah-Masalah Belajar
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan dapat membimbing dan mendorong
siswa auntuk mengatasi berbagai masalah belajar yang dialami siswa. Agar
bimbingan belajar lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi
masalah belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :
1. Identifikasi
Suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami
kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan :
a) Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Acuan Patokan (PAP), mengacu kepada persentase hasil evaluasi dan
penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi yang telah ditetapkan.
Penilaian Acuan Norma (PAN), berpedoman kepada pengelompokan siswa
berdasarkan penilaian hasil evaluasi belajar.
b) Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi
Hasil belajar yang dicapai siswa pada dasarnya dapat mencerminkan kemampuan
dasar atau intelegensi siswa tersebut. Intelegensi yang tinggi diharapkan dapat
seimbang dengan perolehan hasil belajar. Dengan cara ini, guru dapat mengetahui
apakah siswanya telah belajar secara optimal atau malah sebaliknya. Jika yang
terjadi tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut mengalami masalah belajar.
c) Observasi
Dalam hal ini, cara yang dilakukan sangat sederhana yakni berkaitan dengan
interaksi antara guru dan siswanya. Dengan cara ini, para guru diharapkan mampu
mengetahui dan memanfaatkan peluang dalam mengamati keadaan masing-
masing siswa secara lebih mendalam.
2. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesuliatn yang dialami
siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab
kesulitan belajar.
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan
belajar
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan
rata-rata nilai seluruh individu.
b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang
diharapkan.
3. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang
diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa . prognosis
ini dapat berupa :
1) Bentuk treatmen yang harus diberikan
2) Bahan atau materi yang diperlukan
3) Metode yang akan digunakan
4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
5) Waktu kegiatan dilaksanakan
4. Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemeberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis . Bentuk
terapi yang dapat diberikan antara lain melalui :
1) Bimbingan belajar kelompok
2) Bimbingan belajar individual
3) Pengajaran remedial
4) Pemberian bimbingan pribadi
5) Alih tangan kasus
5. Tindak lanjut atau follow up
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan
yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil
evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemeberian bimbingan .
4. Menganal dan Mengatasi Siswa yang mengalami masalah
Siswa yang mengalami masalh belajar biasanya menunjukan gejala-gejalayang
mudah diamati oleh guru. Beberapa tanda adanya masalah belajar pada siswa,
misalnya :
1. Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata prestasi yang
dicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia
berusaha belajar dengan keras tetapi nilainya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal,
mengerjakan pekerjaan rumah, dan tugas-tugas lainnya.
4. Menunjukan sifat yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura,
dusta, dll.
5. Menunjukan tingkah laku yang berlainan, seperti : mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Dari gejala-gejala yang nampak tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
besar siswa tersebut mengalami maslah belajar.
Mengatasi Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses
perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah (a)
pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar,
dan (d) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
1. Pengajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada
seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam
hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahan pengertian, dan
tidak menguasai konsep-konsep dasar. Guru harus berupaya memperbaiki
kesalahan-kesalahan tersebut, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan guru kepada
seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka
memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah, memperluas
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar
sebelumnya.
3. Peningkatan Motifasi Belajar
Salah satu bantuan yang dapat diberikan guru dalam mengatasi masalah belajar
siswa adalah dengan memberikan motivasi belajar. Prosedur-prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa .akan terdorong untuk lebih giat
belajar apabila ia mengetahui tujuan–tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan .
4) Memberikan hadiah ( penguatan ) dan hukuman bila mana perlu.
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan
murid, serta antara murid dan murid.
6) Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
Guru memiliki tugas sebagai pemimpin dalam kegiatan belajar, ia berperan
strategis dalam menghasilkan lulusan yang berprestasi, baik secara akademik
maupun nonakademik. Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya
berkewajiban menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi siswa, akan tetapi
juga beranggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar.
Sebagai pemimpin pembelajaran , guru harus memiliki fungsi sebagai motivator
dan inovator, yakni seorang guru harus mampu membimbing dan memberi
semangat kepada siswa agar dapat meraih sukses. ia harus mampu membesarkan
hati peserta didik agar tidak mudah putus asa. Sebagai motivator berperan
menjadi pendorong agar peserta didik mau melakukan hal-hal baru (A.Z.,
Mulyana.2010: 201).
Oleh sebab itu, guru harus mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan intruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat
pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam hal ini seorang guru yang kreatif yang memiliki sifat mudah bergaul,
biasanya akan lebih mudah melakukan pendekatan kepada siswanya. Bukan hanya
secara instruksional, akan tetapi juga secara pendekatan pribadi. Guru seakan
menjadi teman bagi siswa sehingga fungsi guru bukan hanya sekedar pengajar di
kelas, akan tetapi bisa bertukar pikiran atau mencurahakan kegelisahan (A.Z,
Mulyono.2010:104).
Melalui pendekatan pribadi, guru akan secara langsung mengenal dan memahami
siswa secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
optimal. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa setiap guru adalah sebagai
pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing (motivatir dan inovator) dalam
proses belajar mengajar. Abdillah(2008), mengemukakan bahwa sebagai
pembimbing dalm proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu :
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
2. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang
dihadapinya
3. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya
4. Memberiakn setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat
belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
5. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun
secara kelompok.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi tertentu yang dialami oleh siswa
dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri
siswa itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan
Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengarhi oleh
faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa
pengaruh lingkungan sekolah, keluarga, maupn lingkngan sosial.
Guru hendaknya mampu mengetahui dan membantu siswa dalam mengatasi
masalah dan kesulitan belajar yang dialami.
2. Saran
Kesulitan siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh
para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap
permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media
penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang
tua di rumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagian waktu anak lebih
banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua.
Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah
dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi
oleh siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik
mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang
bersangkutan.