Upload
dinhthu
View
241
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MASJID AZIZI SEBAGAI PENINGGALAN
SEJARAH KESULTANAN LANGKAT,
SUMATERA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh:
Cahayatun Nisa
NIM: 11140220000004
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 H./1439 M.
MASJID AZIZI SEBAGAI PENINGGALAN
SEJARAH KESULTANAN LANGKAT,
SUMATERA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh:
Cahayatun Nisa
NIM: 11140220000004
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 H./1439 M.
i
ABSTRACT
Cahayatun Nisa, Azizi Mosque as Heritage of Langkat
Sultanate, East Sumatera
This thesis describes the historical relics in the form of material
during the sultanate of Langkat with the case study of Azizi
Mosque. Historical relics is an important instrument in tracing an
event and as a tangible evidence of the history that happened like
this Azizi Mosque. Writing and documenting historical relics is
important to preserve the sustainability and historical value that is
owned as a form of strength and national identity. Azizi Mosque
is a historical heritage of Langkat Sultanate which was founded
on 12 Rabiul Awal in 1320 H. coinciding with the date of June
13, 1902 M. The research technique that the writer do is through
historical approach with research methods in the form of
heuristics (data collection), criticism (external and internal),
interpretation, architectural analysis (morphology, stilistic,
technology, environment, acculturation culture) and
historiography (historical writing). Data collection techniques
that the author do is through interviews, literature study and
direct observation to the location of research objects. Based on
research that the author do found that this Azizi Mosque has a
wealth of art architecture with an interesting cultural
acculturation and magnificent. Various architectural arts from
local and outside blend in this building. Among the architectural
arts from Europe, Turkey, Arab and Malay. Azizi Mosque is a
clear proof of the glory of Langkat Sultanate and has officially
become a cultural heritage objects in 2010 with the identity
number of the mosque 01.5.02.05.11.00000.
Keywords: Historical Heritage, Langkat Sultanate, Azizi
Mosque
ii
ABSTRAK
Cahayatun Nisa, Masjid Azizi sebagai Peninggalan Sejarah
Kesultanan Langkat, Sumatera Timur
Skripsi ini menjelaskan terkait peninggalan sejarah berupa
material pada masa Kesultanan Langkat dengan studi kasus
Masjid Azizi. Peninggalan sejarah merupakan suatu instrumen
penting dalam menelusuri suatu peristiwa dan sebagai bukti nyata
dari sejarah yang terjadi seperti halnya Masjid Azizi ini.
Penulisan dan pendokumentasian peninggalan sejarah penting
dilakukan untuk menjaga kelestarian dan nilai sejarah yang
dimiliki sebagai bentuk kekuatan dan jati diri bangsa. Masjid
Azizi merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Langkat yang
berdiri pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1320 H. bertepatan
dengan tanggal 13 Juni tahun 1902 M. Teknik penelitian yang
penulis lakukan adalah melalui pendekatan sejarah dengan
metode penelitian berupa heuristik (pengumpulan data), kritik
(ekstern dan intern), interpretasi, analisis arsitektur (morfologi,
stilistik, teknologi, lingkungan, akulturasi budaya) dan
historiografi (penulisan sejarah). Teknik pengumpulan data yang
penulis lakukan ialah melalui wawancara, studi pustaka dan
observasi langsung ke lokasi objek penelitian. Berdasarkan
penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwasanya Masjid
Azizi ini memiliki kekayaan seni arsitektur dengan akulturasi
budaya yang menarik dan megah. Berbagai seni arsitektur dari
lokal maupun luar menyatu pada bangunan ini. Di antaranya seni
arsitektur dari Eropa, Turki, Arab dan Melayu. Masjid Azizi ini
merupakan bukti nyata akan kejayaan dan keeksistensian ke-
Islaman Kesultanan Langkat dan telah resmi menjadi benda cagar
budaya pada tahun 2010 dengan nomor identitas masjid
01.5.02.05.11.00000.
Kata Kunci: Peninggalan Sejarah, Kesultanan Langkat,
Masjid Azizi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa senantiasa penulis curahkan kepada
Rasulullah SAW.
Selain itu, penulis juga ingin berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
serta penulisan skripsi ini. Baik bersifat moril maupun materil,
maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih serta
penghargaannya atas dorongan dan kerja samanya kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih dan
penghargaan yang begitu besar penulis sampaikan kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr.
Dede Rosyada, MA.
2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Prof. Dr.
Sukron Kamil, MA.
3. Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Bapak H.
Nurhasan, MA. serta ibu Sholikatuss Sa’diyah, M.Pd.
selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Prof. Dr. Didin Saepuddin selaku dosen penasehat
akademik.
5. Dr. Parlindungan Siregar selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu.
iv
6. Kedua orang tua yaitu Jauhari dan Nur’aini yang
senantiasa mendoakan, memotivasi dan memberikan kasih
sayang kepada penulis sehingga penulis mampu
mnyelesaikan skripsi ini.
7. Kakak-kakak dan adik-adik penulis, Fasrah Juliani,
S.Pd.I., Hikmah Lailani, S.Pd.I., Rizki Nur Jehan, M.Pd.
Muhammad Fajar Syahbani, Muhammad Wahyu
Hidayah.
8. Keluarga besar Sejarah Peradaban Islam angkatan 2014
9. Saudara-saudari Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Fatahillah Researchers Sains &
Humanities (FRESH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10. Pemerintahan Daerah Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan materil.
11. Terima kasih untuk semua teman-teman antar fakultas dan
universitas yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam proses pengerjaan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu acuan,
petunjuk atau pedoman terkait Masjid Azizi sebagai peninggalan
sejarah Kesultanan Langkat. Besar harapan penulis, semoga
karya tulis ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Jakarta, 27 April 2018
Penulis,
Cahayatun Nisa
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK.....................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................7
C. Rumusan Masalah..................................................8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................8
E. Metode Penelitian..................................................9
F. Sistematika Penulisan..........................................13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori....................................................14
B. Kajian Pustaka.....................................................17
C. Kerangka Berpikir...............................................20
BAB III : KONDISI GEOGRAFIS DAN HISTORIS
KESULTANAN LANGKAT
A. Kondisi Geografis................................................21
B. Sejarah Kesultanan Langkat................................23
C. Sejarah Masjid Azizi...........................................32
vi
BAB IV : DESKRIPSI ARSITEKUR BANGUNAN MASJID
AZIZI
A. Eksterior Masjid Azizi.........................................33
B. Interior Masjid Azizi............................................36
C. Ragam Hias..........................................................42
BAB V : ANALISIS BAGIAN ARSITEKTUR BANGUNAN
MASJID AZIZI
A. Analisis Arsitektur Masjid Azizi........................43
B. Analisis Lingkungan...........................................59
C. Akulturasi Budaya..............................................64
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................65
B. Saran...................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...............................................................67
LAMPIRAN.............................................................................73
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Tampak pagar mengelilingi bangunan masjid
Gambar 2 : Halaman di bagian induk Masjid
Gambar 3 : Halaman Luar Masjid
Gambar 4 : Parkiran Masjid Azizi
Gambar 5 : Pemakaman Sultan
Gambar 6 : Pemakaman masyarakat
Gambar 7 : Menara Masjid Azizi
Gambar 8 : Balai Pustaka T.Amir Hamzah
Gambar 9 : Balai Pustaka T.Amir Hamzah
Gambar 10 : Kamar mandi dan tempat wudhu Masjid Azizi
Gambar 11 : Pintu utama
Gambar 12 : Pintu kecil yan berada di kiri dan kanan pintu
utama
Gambar 13 : Jendela Masjid Azizi
Gambar 14 : Gaya arsitektur jendela Gotik yang berkembang
sejak tahun 1180
Gambar 15 : Dinding di dalam masjid yang dipenuhi kaligrafi
dan ornamen
Gambar 16 : Dinding bagian luar masjid
Gambar 17 : Mimbar Masjid Azizi
Gambar 18 : Maniatur Masjid Azizi
Gambar 19 : Bangunan Masjid Azizi. Terlihat terdapat
gambar asli kubah-kubah
viii
Gambar 20 : Tiang-tiang penyangga yang terdapat di dalam
masjid
Gambar 21 : Tiang penyangga bangunan luar masjid
Gambar 22 : Mihrab Masjid Azizi
Gambar 23 : Lantai marmer yang berada di dalam
Gambar 24 : Lantai yang berada di teras masjid
Gambar 25 : Lampu hias yang terletak di dalam masjid
Gambar 26 : Serambi bagian timur masjid dilihat dari luar
Gambar 27 : Serambi bagian timur masjid dilihat dari dalam
Gambar 28 : Pagar tampak dari dalam masjid
Gambar 29 : Ukiran salib pada ornamen pagar Masjid Azizi
Gambar 30 : Terlihat ornamen sisi depan pagar
Gambar 31 : Pagar yang mengelilingi bangunan induk Masjid
Azizi.
Gambar 32 : Makam T. Amir Hamzah
Gambar 33 : Menara Azizi
Gambar 34 : Ornamen Menara
Gambar 35 : Pintu Masjid Azizi
Gambar 36 : Masjid Jami’ Delhi, India
Gambar 37 : Jendela Masjid Azizi
Gambar 38 : Kubah utama dilihat dari dalam masjid (bagian
bawah kubah)
Gambar 39 : Kubah terlihat dari luar
Gambar 40 : Ukiran Kaligrafi pada dinding pintu masuk
ix
Gambar 41 : Dinding bagian dalam masjid
Gambar 42 : Ragam hias ornamen yang terdapat di dinding
bagian dalam masjid
Gambar 43 : Bungan Melur
Gambar 44 : Bermotifkan bintang
Gambar 45 : Mimbar Masjid Azizi
Gambar 46 : Mimbar Masjid Kuno di Turki
Gambar 47 : Mihrab Masjid Azizi
Gambar 48 : Ornamen mihrab Masjid Azizi
Gambar 49 : Mihrab Masjid di Cordoba, Spanyol
Gambar 50 : Denah lokasi Masjid Azizi
Gambar 51 : Masjid Badashi di Indiayang identik memiliki 3
buah kubah
Gambar 52 : Masjid Jami’ Delhi di Indiayang identik
memiliki 3 buah kubah
Gambar 53 : Masjid Azizi yang juga memiliki 3 kubah anak
yang dibuat menyerupai kubah masjid di India
dan kubah-kubah keil di atas setiap tiang
penyangga
Gambar 54 : Ukiran nama pendiri Masjid Azizi yang ditulis
dalam aksara Arab Melayu pada dinding pintu
masuk bagian utara Masjid Aziz
Gambar 55 : Ukiran nama pimpinan pihak Deli Maatchappij
di tembok Menara Masjid Azizi sebagai pendiri
Menara Masjid Azizi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peninggalan sejarah merupakan hal yang sangat berharga
dalam sebuah perjalanan suatu peristiwa, sebagai bukti nyata dan
instrumen yang tidak dapat dilepaskan dalam menelusuri suatu
kejadian. Oleh karenanya, pelestarian peninggalan sejarah sangat
penting dilakukan sebagai upaya pendokumentasian jejak sejarah
yang terjadi. Apalagi, terkait sejarah perjalanan bangsa. Di
samping itu, hal ini juga berfungsi sebagai wujud kekuatan dan
rasa nasionalisme suatu bangsa. Rabinderanad Tagore pernah
mengatakan, “Bangsa yang besar dan kuat, ditunjukkan dari
bagaimana suatu bangsa itu melestarikan sejarahnya.”1
Sebagaimana halnya peninggalan sejarah Kesultanan
Langkat, sebuah kesultanan yang memiliki nilai sejarah dan arti
penting di Indonesia. Kesultanan Langkat merupakan salah satu
Kesultanan Melayu yang ada di Sumatera Timur (Sekarang
Sumatera Utara).2 Kesultanan ini memiliki perbatasan dengan
Selat Malaka dan Aceh di sebelah utara dan berbatasan
dengan Tanah Karo di sebelah selatan, berbatasan dengan
Kesultanan Deli di sebelah timur dan berbatasan dengan Negeri
Tamiang di sebelah barat.3
1 Zainal Arifin AKA., Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan
Kemerdekaan, (Medan: Mitra, 2012), 8 2 Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara,
Situs Sejarah Dunia Kilang Minyak Pangkalan Berandan, (Medan: Balitbang
Provinsi Sumatera Utara, 2011), 41 3 Djohar Arifin Husin, Sejarah Kesultanan Langkat, (Medan: tanpa
penerbit, 2013), 1
2
Kesultanan ini merupakan kesultanan terkaya di Sumatera
Timur.4 Bahkan merupakan satu-satunya Kesultanan Melayu di
Sumatera Timur yang memiliki kursi dan tahta Kesultanan serta
kereta kencana dari emas. Kesultanan ini mengalami masa
puncak kejayaannya antara tahun 1896-1926 ketika dipimpin oleh
Tengku Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmadsyah.5
Secara etnis, penduduk Langkat aslinya bersuku Melayu.
Walaupun suku bangsa Jawa lebih banyak populasinya dari pada
suku Melayu sendiri. Hal ini disebabkan pada masa penjajahan,
Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak dari pulau Jawa
untuk dipekerjakan sebagai buruh (kuli kasar) pada proyek
perkebunan milik Sultan Langkat yang dikontrakkan kepada
pemerintahan Belanda dengan Sultan Langkat.6
Berdasarkan catatan sejarah, sebelum Kesultanan Langkat
lahir, di daerah ini telah berdiri sebuah Kesultanan Melayu yakni
bernama Kesultanan Aru dengan pusat pemerintahan di Kota
Sipinang.7 Dalam buku Negara Kertagama dijelaskan bahwa
Kesultanan ini telah ada tahun 1365. Namun, diperkirakan
berdirinya pada abad ke-11. 8
4 Muhammad Alfin, “Kehidupan Sosial-Ekonomi Bangsawan Langkat
1942-1947”. (Skripsi, Medan: Universitas Negeri Medan, 2014), 1 5 Zainal Arifin, AKA., Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan
Kemerdekaan, 23-24 6 Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, (Stabat: Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten
Langkat, 2014), 100 7 Terletak di hulu sungai Besitang lebih kurang 50 KM dari Besitang.
Sekarang kota Sipinang telah menjadi hutan dan berada dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser. 8 Zainal Arifin AKA, Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan
Kemerdekaan, 14
3
Asal mula pembangunan Kesultanan Langkat terjadi pada
masa kepemimpinan Tengku Musa. Sedangkan pada masa
sebelumnya, Kesultanan terfokus pada pertahanan kekuasaan
sebab banyak terjadi peperangan. Di antaranya peperangan yang
dilakukan oleh Kesultanan Aceh dan Siak. Kesultanan ini
memperlihatkan eksistensinya yang begitu besar kepada
masyarakat Langkat khususnya bahkan masyarakat Indonesia
pada umumnya saat masa kepemimpinan Sultan Abdul Aziz.9
Kesultanan Langkat ini, merupakan kesultanan yang terletak
di daerah dengan kondisi ke-Islaman yang sangat baik. Bahkan
Langkat ini dikenal dengan kota Islam dan pencetak alim ulama.
Hal ini didukung pula dengan pembangunan-pembangunan pusat
peribadatan oleh Kesultanan seperti halnya Masjid Azizi.10
Masjid ini didirikan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1320 H
atas saran dari Syekh Abdul Wahab Rokan.11 Berdirinya Masjid
ini merupakan salah satu bukti eksistensi ke-Islaman dan
kejayaan Kesultanan Langkat pada saat itu.12 Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan Islam yang pesat dan didukung dengan
pendirian bangunan Masjid Azizi ini, di mana dibangun dengan
kekayaan seni arsitektur bermaterialkan bangunan impor dari luar
negeri begitu juga dengan arsitek yang sengaja dikontrak untuk
9 Zainal Arifin, Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan,
29-30 10 M. Kasim Abdurrahman, Studi Sejarah Maasjid Azizi, Langkat,
Sumatera Utara, (Jakarta Selatan: Najm, 2011), 32-37 11 Syekh Abdul Wahab merupakan ulama asal Riau yang sangat
berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai Islam di Langkat. Beliaulah yang
mengajarkan hukum Islam kepada Sultan Musa dan keluarga kesultanan 12 M. Kasim Abdurrahman, Studi Sejarah Maasjid Azizi, Langkat,
Sumatera Utara, 27
4
mendesain masjid ini bahkan sampai menghabiskan ratusan ribu
ringgit.13
Di samping itu, tidak lama setelah berdirinya Masjid Azizi
ini sebagai pusat peribadahan agama Islam khususnya di Langkat,
maka untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang
mumpuni sebagai pengelola masjid ini, oleh karenanya dibangun
pula sarana pendidikan agama yang berdekatan dengan masjid
ini. Seperti Madrasah Aziziah, Madrasah Jamaiyah. Dari
pendidikan agama ini, banyak lahir para ulama di antaranya,
Syekh H. Abdullah Afifuddin, Syekh H. Adurrahim Abdullah,
Syekh H. Salim Fakhri, Syekh H. Abdul Hamid Zahid, Mantan
Wakil Presiden H. Adam Malik, Prof. Dr. H. Abdullahsyah, MA
(Ketua MUI Sumut).14
Selain itu, salah satu latar belakang berdirinya pendidikan
agama ini adanya peraturan pada saat itu, bahwa yang boleh
menjadi imam dan pengisi kajian-kajian keislaman di Masjid
Azizi adalah para ulama yang telah memperoleh jenjang
pendidikan di maktab atau lembaga pendidikan agama yag telah
disediakan oleh Kesultanan. Hal ini dikarenakan agar ulama yang
ada benar-benar ulama yang terdidik.15
Perlu kita ketahui pula, bahwa pembangunan-pembangunan
ini, juga didorong oleh faktor kemajuan perekonomian yang
dialami kesultanan. Salah satunya adalah peningkatan ekonomi
13 Hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA (56 tahun), tokoh
Sejarawan Langkat, Sumatera Utara, 18/03/2018, di Pangkalan Brandan. 14 Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, 27 15 Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54 tahun), Staff
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di Tanjung Pura.
5
melalui tambang minyak yang berada di Pangkalan Brandan.
Pangkalan minyak ini, dibangun atas kerjasama Sultan Langkat
dengan Belanda pada tahun 1882. Konsesi ini mulanya dilakukan
pada masa sultan Musa. Kemudian dilanjutkan
pengembangannya pada masa kepemimpinan anaknya yakni
Sultan Abdul Aziz.16 Pangkalan Brandan merupakan sebuah kota
yang terdapat di Kabupaten Langkat. Terletak di pesisir pantai
timur pulau Sumatera.17
Pangkalan minyak ini, mulai berproduksi pada tahun 1892
dan dibentuknya maskapai perminyakan kerja sama dengan
pemerintah Belanda yang bernama, Koninklijke (Koninklijke
Nederlandsche Maatschapij tot Exploitatie van Petrolium
bronnen in Nederlandsche-Indie). Selanjutnya beberapa bulan
kemudian, hasilnya sudah mulai dijual dan bersaing di pasar
bebas dunia dengan minyak Amerika Serikat, Rusia dan Cina.
Perkembangan ini terus terjadi hingga masa puncaknya ketika
kepemimpinan Tengku Abdul Aziz.18
Sejak tahun 1920 perusahaan minyak ini hasilnya meningkat.
Oleh karenanya, untuk mengatur pengiriman minyak ke luar
negeri, maka dibangun pula sebuah pelabuhan di Pangkalan Susu.
16 Sri Windari. Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada Masa Sultan
Abdul Aziz (1827-1927 M) JUSPI. Vol. I No. 1 Tahun 2017, 44 http://
jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/902 dan Muhammad Alfin,
“Kehidupan Sosial-Ekonomi Bangsawan Langkat 1942-1947”. (Skripsi,
Universitas Negeri Medan, 2014), 1 17 Subhan Afifi, Identifikasi Program Corporate Social Responsibility Di
Pangkalan Brandan terhadap Rencana Pendirian Pabrik Sodium Ligno
Sulfanot, Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014,
137 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/374 18 Lukman Sinar Basarsah, Bangun dan Runtuhnya Kesultanan Melayu di
Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006, 243-244
6
Hasil pertambangan minyak ini terdiri atas residu, miyak disel,
minyak pelummas, solar berat, solar ringan, krosin, bensin berat,
bensin ringan untuk pesawat terbang, petan, butan dan propan di
mana secara keseluruhan hasilnya stabil. 19
Berdasarkan pemaparan beberapa faktor dari kondisi sosial
budaya dan perekonomian Kesultanan Langkat di atas, dapat
dilihat bahwa keberadaaan Masjid Azizi yang sampai saat ini
masih berdiri merupakan salah satu bukti nyata kejayaan
Kesultanan Langkat dengan berbagai kemegahan bangunan yang
dimilikinya. Di samping itu, membuktikan akan keeksistensian
dan kepedulian Kesultanan terhadap perkembangan Islam pada
masyarakat setempat.20
Melihat arti penting dari bangunan masjid ini, menurut
penulis sudah sepatutnya jika ada sebuah penelitian khusus
sebagai bentuk pendokumentasian ilmiah terhadap benda
peninggalan sejarah ini. Sebab, jika tidak ada pendokumentasian
ilmiah yang dibuat, maka arti penting dari peninggalan sejarah
sebuah kesultanan yang pernah memberikan kekayaannya untuk
kemerdekaan Republik Indonesia kepada pemerintahan di
Yogyakarta ini, akan hilang seiring dengan arus globalisasi yang
ada. Hal ini juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk
menelusuri sejarah Kesultanan di Indonesia khususnya Langkat.21
19 Zainal Arifin AKA., Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan
Kemerdekaan, 102 20 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara
Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 18/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura,
Langkat. 21 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban, ed. Jajat Burhanuddin,
(Jakarta: Logo Wacana Ilmu, 1998), 68
7
Sampai saat ini, tidak banyak penelitian-penelitian sejarah
yang membahas hal ini dan menjadikannya sebagai sebuah
perjalanan sejarah yang memiliki arti penting pada sejarah
Indonesia, khususnya di Kabuoaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara. Bahkan banyak bangunan-bangunan bersejarah Kesultanan
Langkat ini yang tidak diurus dan hancur tanpa ada penulisan
sejarahnya sehingga dapat menimbulkan hilangnya suatu
instrumen yang bisa digunakan untuk menelusuri jejak sejarah
yang ada.
Oleh karenanya, penulis tertarik mengangkat pembahasan ini
dengan judul, “Masjid Azizi sebagai Peninggalan Sejarah
Kesultanan Langkat, Sumatera Timur.” Untuk menginformasikan
kepada para pembaca bahwa terdapat Kesultanan Melayu yang
pernah berjaya di Langkat Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat
dibuktikan salah satunya melalui keberadaan Masjid Azizi yang
masih berdiri kokoh sampai saat ini dengan kemegahan dan
kemewahan yang dimiliki melalui komponen-komponen dan
bahan-bahan bangunan yang langsung diimpor dari luar negeri
serta seni arsitektur dengan ragam hias dan bentuk yang diadopsi
dari dalam dan luar negeri sehingga membentuk akulturasi
budaya yang indah pada bangunan tersebut.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka menarik untuk dikaji Peninggalan
Sejarah Kesultanan Langkat dengan studi kasus Masjid Azizi.
Hal ini sebagai upaya agar sejarah Kesultanan Langkat tidak
hilang seiring dengan musnahnya bangunan-bangunan
peninggalan masa Kesultanan tersebut. Sebab semakin
8
berkembangnya zaman banyak bangunan-bangunan bersejarah
Kesultanan Langkat yang hancur tanpa ada pelestarian dan
dokumentasi sejarahnya. Berdasarkan masalah pokok di atas,
adapun rumusan dari penelitian ini, yakni:
1. Sejarah Masjid Azizi
2. Deskripsi bangunan Masjid Azizi
3. Analisis bagian arsitektur Masjid Azizi
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini, yakni:
1. Untuk mengetahui Sejarah Masjid Azizi.
2. Untuk mengetahui deskripsi bangunan Masjid Azizi.
3. Untuk mengetahui analisis bagian arsitektur Masjid Azizi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, ialah:
1. Menambah wawasan kesejarahan terkait peninggalan
bersejarah Kesultanan Langkat khususnya Masjid Azizi.
Sebuah kesultanan yang memiliki arti penting dalam
perjalanan sejarah Kesultanan Melayu di Indonesia.
2. Memberikan sumbangan hasil karya penelitian bagi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan Fakultas
Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam
khususnya. Apalagi sampai saat ini, belum ada yang
secara serius mendokumentasikan dan mengarsipkan
peristiwa bersejarah ini.
9
3. Bermanfaat untuk pencinta ilmu pengetahuan sejarah dan
sumber inventaris peninggalan sejarah Kabupaten
Langkat.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah yang digunakan adalah metode
deskriptif-analitis dengan pendekatan sejarah. Metode ini
merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis
peninggalan masa lampau yang berupa teks tertulis (buku), benda
peninggalan sejarah (Masjid Azizi) dan hasil wawancara (Zainal
Arifin AKA, Abul Hasan Sazali dan Muhammad Sis). Lalu poin-
poin yang telah dianalisa, ditulis atau dipaparkan sesuai dengan
bentuk kejadian dan masa berlangsungnya topik penelitian
sejarah yang berkaitan.22
Adapun prosedur yang penulis gunakan untuk penelitian
skripsi ini adalah:
1. Heuristik. 23
Heuristik merupakan tahap pertama, yakni kegiatan
pengumpulan sumber yang dilakukan oleh penulis. Adapun
langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan sebagai
berikut:
1.1. Data lapangan
Data lapangan yang penulis peroleh berupa hasil
observasi ke lokasi peninggalan sejarah dengan mengamati
22 Louis Ghotschalk, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1983), 3 23 Louis Ghotschalk, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto, 12
10
langsung objek penelitian (Masjid Azizi) dan wawancara ke
narasumber-narasumber yang diyakini mengetahui info
terkait objek penelitian. Adapun narasumber yang penulis
wawancarai di antaranya, Bapak Muhammad Sis (Staff
Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten
Langkat) yang ditemui di Jalan Karantina Gang Jambu
Kecamatan Tanjung Pura (Rumah narasumber). Saat
mewawancarai Muhammad Sis, beliau juga memberikan
buku sebagai rujukan dengan judul Langkat dalam Kilatan
Selintas Jejak Sejarah dan Peradaban. Di samping itu,
penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Zainal
Arifin AKA (Sejarawan Langkat dan mantan kepala Kantor
Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat)
penulis temui di rumah beliau yang berada di Pangkalan
Brandan Gang Pendidikan. Selain mewawancarainya,
penulis juga membeli buku karya pribadi beliau yang
berjudul Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan
Kemerdekaan serta buku yang berjudul Sekilas Sejarah
Brandan Bumi Hangus. Kemudian, penulis juga
mewancarai Bapak Abul Hasan Sazali (Bendahara Badan
Kemakmuran Masjid Azizi) yang ditemui di Masjid Azizi.
1.2. Data tertulis
Data tertulis yang penulis dapatkan terkait penelitian
ini berupa dokumen, buku-buku dan jurnal. Pengumpulan
sumber-sumber penulis lakukan dengan menggunakan
metode Library Research (Penelusuran Kepustakaan) yakni
penelusuran data-data tertulis, berupa buku-buku dan
11
skripsi-skripsi yang terkait dengan tema yang serupa
melalui Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Penulis mendapatkan buku yang berjudul
Panggung Sejarah, Arkeologi Islam Nusantara),
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (Penulis
mendapatkan buku yang berjudul, Sumatera Tempo doelo),
Arsip Nasional Republik Indonesia (Penulis mendapatkan
buku tentang Sumatera Tempo Doelo, sedangkan untuk
arsip yang berkaitan dengan peninggalan sejarah
Kesultanan Langkat berupa Masjid Azizi tidak penulis
temukan), Perpustakaan Daerah Sumatera Utara (Penulis
mendapatkan buku yang berjudul, Sejarah Kesultanan
Langkat, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di
Sumatera Timur, Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan
Kesultanan Langkat, Deli dan Serdang), Perpustakaan
Tengku Lukman Basarsah Sumatera Utara (Penulis
mendapatkan buku yang berjudul, Sejarah Kesultanan
Langkat, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di
Sumatera Timur), Perpustakaan Amir Hamzah (Penulis
mendapatkan buku yang berjudul Mengenal Melayu Pesisir
Timur, Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, Langkat
dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan Peradaban) dan
Perpustakaan Universitas Negeri Medan (Penulis
mendapatkan buku yang berjudul Sejarah Kolonialisme dan
Imperialisme di Sumatera Utara, Revolusi Sosial 1946 di
Sumatera Timur)
12
2. Kritik Sumber24
Kritik sumber merupakan tahap yang kedua setelah
melakukan pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis
menganalisis dan mengkiritisi sumber-sumber yang didapat
serta melakukan perbandingan terhadap sumber-sumber
tersebut agar tulisan mampu dipertanggujawabkan dan relevan
dengan tema penulisan ini.
3. Interpretasi
Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan
dikritisi, tahapan selanjutnya yang penulis lakukan pada
penelitian ini ialah mencoba menafsirkan sumber yang telah
dikritisi dan menafsirkan fakta-fakta yang didapat oleh
penulis, sehingga mendapatkan pemecahan atas permasalahan
yang ditemui.25
4. Historiografi
Metode penelitian sejarah selanjutnya ialah penulisan
sejarah atau disebut juga historiografi. Pada tahap ini penulis
menuliskan pemikiran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan memaparkan hasil dari penelitian tersebut,
secara sistematis sebagaimana yang telah diatur dalam
pedoman skripsi, sehingga penelitian ini bukan hanya baik
dari segi isi tetapi juga baik dalam metode penulisannya.26
24 Louis Ghotschalk, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto, 12 25 Louis Ghotschalk, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto, 12 26 Louis Ghotschalk, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto, 15
13
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada Keputusan Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang:
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skrispsi, Tesisi dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini akan disajikan
dalam enam bab yang masing-masing merupakan satu kesatuan
tema yang saling berkesinambungan. Berikut uraiannya:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang
topik yang diangkat, pembatasan dan perumusan masalah,
metodologi penelitian, tujuan penulisan serta sistematika
penulisan.
Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi landasan teori,
kajian pustaka dan kerangka berpikir dari objek pembahasan
yang dilakukan.
Bab III merupakan gambaran umum latar penelitian yang
berisi kondisi geografis dan historis Kesultanan Langkat.
Bab IV membahas tentang data dan temuan penelitian.
Bagian ini berisi penjelasan terkait deskripsi bangunan Masjid
Azizi yang mencakup bagian eksterior, interior dan ragam
hiasnya.
Bab V merupakan pembahasan. Bagian ini berisi uraian
tentang analisis bagian arsitektur Masjid Azizi yang terdiri dari
analisis terhadap bentuk, gaya, teknologi dan akulturasi budaya
yang terjadi pada bangunan Masjid Azizi.
Bab VI berisi tentang kesimpulan dan saran penulis.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Peninggalan Sejarah dan Purbakala memiliki fungsi antara
lain sebagai (1) bukti-bukti sejarah dan budaya, (2) sumber-
sumber sejarah, (3) objek ilmu pengetahuan sejarah dan budaya,
(4) cermin sejarah dan budaya, (5) media pembinaan dan
pengembangan nilai-nilai budaya, (6) media pendidikan budaya
bangsa sepanjang masa, (7) media untuk memupuk kepribadian
bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional, (8) objek
wisata.1
Lebih lanjut dalam penjelasan atas Undang-Undang No. 5
Tahun 1992 menyatakan bahwa peninggalan sejarah mempunyai
arti penting bagi kebudayaan bangsa, yakni (1) untuk memupuk
rasa kebanggaaan nasional serta memperkokoh kesadaran jati
diri bangsa, (2) sebagai warisan budaya bangsa, (3) untuk
kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta
pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.2
Peninggalan sejarah merupakan Benda Cagar Budaya
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1992 pasal 1 bahwa Benda Cagar Budaya merupakan suatu benda
buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, baik merupakan
1 Hasan Muarif Ambari. Pola Pembinaan dan Pengembangan Tradisi
dan Sejarah. Pakuan Pajajaran Dalam Lingkup Kebudayaan Nasional.
(Makalah Seminar Nasional. Bogor. 1991), 4-5 2 Hadi Setia Tunggal, Peraturan Perundang-Undangan Tentang Benda
Cagar Budaya, (Jakarta: Harvarindo, 1997), 18-19
15
kesatuan atau kelompok, bagian-bagian yang telah berumur
sekurang-kurangnya lima puluh tahun atau mewakili gaya khas
dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya lima puluh tahun
serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.3
Selain itu, menurut Ordonansi Monumen (Lembaran Negara
1931 No. 238) dikutip Ayatrohaedi (1982: 227), peninggalan
sejarah adalah Benda Purbakala yakni (a) benda-benda bergerak
maupun tak bergerak yang dibuat oleh tangan manusia, bagian
atau kelompok benda-benda dan juga sisa-sisanya yang pokoknya
berumur 50 tahun, atau memiliki masa langgam yang sedikit-
dikitnya berumur 50 tahun dan dianggap mempunyai nilai
penting bagi prasejarah, sejarah atau kesenian; (b) benda-benda
yang dianggap mempunyai nilai penting dipandang dari sudut
palaeoantropologi; dan (c) situs yang mempunyai petunjuk yang
kuat dasarnya bahwa di dalamnya terdapat benda-benda yang
dimaksud pada a dan b.4
Penjelasan lebih lanjut dijelaskan pula dalam Petunjuk
Pelaksanaan tentang Pengamanan dan Penyelamatan Benda-
Benda Purbakala (No. Juklat/Lit/01/IV/1973), yang dikeluarkan
oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia tanggal 23 April
1973. Di dalam petunjuk itu dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan benda-benda purbakala peninggalan sejarah tanah air itu
3 Soekmono, Fungsi Candi dan Pengertiannya, (Jakarta : Dirjen Dikti
Depdikbud, 1977), 3 4 Uka Tjandrasasmita, Himpunan Peraturan-peraturan Perlindungan
Cagar Budaya Nasional, (Jakarta : Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan
Peninggalan Purbakala, 1978), 1
16
terdiri dari (a) benda-benda hasil karya manusia, berupa (aa) alat-
alat keperluan hidup manusia, (ab) piagam-piagam, (ac)
bangunan-bangunan, (ad) arca-arca/patung-patung, (ae) mata
uang; dan (af) benda-benda keramik; (b) tanah lapang, kebun,
sawah, ladang, yang di dalam atau di atasnya terdapat petunjuk
yang nyata terdapat benda benda pada (a); (b) dan (c) benda yang
dipandang mempunyai nilai yang sangat tinggi dari sudut
palaeoantropologi.5
Dengan demikian, jelas bahwa peninggalan sejarah
merupakan aset penting sebuah bangsa yang harus dilestarikan.
Bahkan dalam perundang-undangan pun telah diatur terkait
kewajiban pemeliharaan benda-benda cagar budaya dan apa saja
yang tergolong benda cagar budaya tersebut. Sebagaimana halnya
Masjid Azizi yang merupakan salah satu peninggalan sejarah
Kesultanan Langkat. Sebuah kesultanan yang memiliki arti
penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan catatan sejarah terdapat Kesultanan Melayu di
daerah Pesisir Timur yang memiliki peran penting dalam lintas
perjalanan Kesultanan Melayu di Indonesia. Kesultanan ini juga
merupakan Kesultanan yang memiliki kepedulian terhadap
perkembangan Islam di daerah kekuasaannya. Selain itu, terdapat
penemuan-penemuan sumber perekonomian pada masa
kesultanan ini yang berpengaruh penting pada perekonomian dan
nama baik bangsa Indonesia. Seperti halnya penemuan dan
5 Hadi Setia Tunggal, Peraturan Perundang-Undangan Tentang Benda
Cagar Budaya, (Jakarta: Harvarindo, 1997), 18-19
17
pengembangan sumur minyak pertama di Indonesia yang menjadi
salah satu cikal bakal dihantarkannya Indonesia menjadi bagian
dari OPEC.
Jejak sejarah Kesultanan Langkat ini pada dasarnya memiliki
nilai historis yang begitu besar pada masa kejayaannya terhadap
Indonesia. Seperti halnya keberadaan Masjid Azizi sebagai bukti
peninggalan sejarah Kesultanan Langkat yang merupakan bukti
nyata kejayaan dan eksistensi keislaman Kesultanan Langkat.
Namun, hal ini belum banyak ditulis dan didokumentasikan
secara ilmiah di kalangan para sejarawan. Adapun penelitian
yang pernah menulis tentang sejarah yang berkaitan dengan hal
ini, di antaranya sebagai berikut.
1. Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan
karya Zainal Arifin. Seorang Putra Melayu asli Langkat.
Dalam bukunya ini, Zainal menjelaskan tentang
perjalanan perjuangan kemerdekaan yang dilakukan
masyarakat Langkat. Baik dimulai dari masa awal
mulanya keberadaan Langkat, era kerajaan Melayu, pra
kemerdekan pada saat era kependudukan Belanda dan
Jepang, era kemerdekaan saat adanya pembentukan
barisan pemuda, berbagai tragedi pasca kemerdekaan
dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, maupun
psca kemerdekaan saat terjadinya agresi Belanda I dan II.
Di buku ini juga dijelaskan sekilas perjuangan masyarakat
pada saat terjadinya revolusi sosial di Langkat.
2. Revolusi Sosial 1946 di Sumatera Timur karya Husny
Tamrin dkk. Buku ini lebih fokus membahas tentang
18
revolusi sosial, yang isinya tentang pembantaian keluarga-
keluarga kerajaan. Dan penghancuran istana-istana dan
gedung-gedung milik kesultanan. Selain itu, terdapat
pembahasan sekilas, tentang peristiwa agresi milter
Belanda II saat menyerang Kota Brandan.
3. Sumatera Tempo Doelo karya Anthony Reid. Buku ini,
merupakan salah satu buku untuk mengetahui Sumatera
tempo dulu. Menjelaskan tentang perjalanan kehidupan
sosial, budaya, politik dan agama pada masa-masa
kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera.
4. Langkat dalam Kilatan Sejarah Perjuangan karya
Sulaiman Zuhdi. Buku ini merupakan buku tentang
ringkasan kronologi perjalanan Langkat dari masa
purbakala sampai kemerdekaan. Pada buku ini juga
dijelaskan secara ringkas terkait bagaimana kondisi sosial,
budaya, agama, politik dan pendidikan dari masa ke masa
masyarakat Pangkalan Brandan dan Kesultanan Langkat
itu sendiri.
5. Sejarah Kesultanan Langkat karya Djohar Arifin. Buku
ini menarasikan tentang sejarah Kesultanan Langkat dan
kondisi serta perkembangan sektor pendidian, agama,
sosial budaya maupun ekonominya. Pada buku ini,
penulis berfokus pada pemaparan sejarah Kesultanan
Langkat berdasarkan babak kepemimpinan Kesultanan.
Dari beberapa sumber yang penulis temui, belum ada yang
secara fokus membahas tentang peninggalan bersejarah pada
masa Kesultanan Langkat seperti halnya Masjid Azizi sebagai
19
salah satu benda peninggalan sejarah berupa material (Remaind)
yang merupakan bukti keberadaan dan kejayaan Kesultanan
Langkat sebagai suatu usaha pelestarian warisan sejarah yang
harus dijaga.
C. Kerangka Berfikir
Penelusuran dan penulisan peninggalan sejarah merupakan
suatu hal yang penting sebagai salah satu instrumen untuk
menganalisa sejarah yang ada. Seperti halnya peninggalan
bersejarah Kesultanan Langkat. Bangunan-bangunan bersejarah
merupakan aset penting negara yang harus dijaga dan
dilestarikan. Sebagai rekam jejak sejarah yang mengandung arti
penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Banyak sejarah-
sejarah Indonesia yang hilang ditelan zaman seiring dengan
acuhnya pelestarian warisan sejarah tersebut. Sehingga menjadi
mata rantai sejarah yang tidak satu dan berkesinambungan.
Oleh karenanya dibutuhkan penelusuran dan penulisan
peninggalan-peninggalan sejarah sebagai bentuk pelestarian
instumen sejarah Indonesia. Di samping itu, sebagai upaya agar
masyarakat sadar akan pentingnya pelestarian peninggalan
sejarah tersebut.
Sepertihalnya Masjid Azizi ini. Masjid ini merupakan
peninggalan Kesultanan Langkat yang memiliki nilai historis
yang tinggi. Di mana bangunan ini merupakan saksi bisu
kejayaan keeksistensian keislaman Kesultanan Langkat. Sebagai
sebuah obyek penelusuran perjalanan sejarah kesultanan yang
memiliki nilai bagi sejarah bangsa Indonesia.
20
Berdasarkan uraian ini maka adapun kerangka berfikir yang
digunakan pada pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Pengumpulan data
(Studi Pustaka dan
Observasi)
Potret Keragaman dan kekayaan seni
arsitektur Islam pada Bangunan Masjid Azizi
Potret Kejayaan dan Eksistensi
Keislaman Kesultanan Langkat
Analisis Sejarah
Masjid Azizi Analisis
Arsitektur
Penulisan dan pendokumentasian
peninggalan sejarah Kesultanan Langkat
Analisis Masjid Azizi sebagai peninggalan
bersejarah Kesultanan Langkat
21
BAB III
KONDISI GEOGRAFIS DAN HISTORIS KESULTANAN
LANGKAT
A. Kondisi Geografis
Langkat merupakan salah satu bagian integral dari wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah ini merupakan
sebuah kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Terletak di paling Utara dan berbatasan langsung dengan
Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.1 Nama Langkat berasal dari
nama sebuah pohon yang buahnya kelat. Pada zaman dahulu,
pohon ini banyak sekali di sekitar kawasan Kota Dalam
berdekatan dengan Kampung Secanggang, Langkat.2
Secara geografis, Kabupaten Langkat ini terletak dibagian
pantai Timur Sumatera Utara antara 3,140 dan 4,130 Lintang
Utara serta 97, 520 dan 98,450 Bujur Timur yang berbatasan
dengan Selat Malaka dan Provinsi Nanggro Aceh Darussalam di
sebelah Utara. Dengan luas wilayahnya 6.263,29 KM2.3
Selain itu, topografi wilayah Langkat ini digolongkan
menjadi tiga bagian sebagai berikut: 4
1. Wilayah pesisir pantai dengan ketinggian 0-4 meter dari
permukaan laut.
1 Zainal Arifin, Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan
Kemerdekaan, 1 2 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, (Medan: Yayasan Bangun
Langkat Sejahtera, 2013), 1 3 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 2 lihat juga Zainal Arifin.
Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan Kemerdekaan, 2 4 Zainal Arifin. Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan Kemerdekaan, 2
lihat juga Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 2
22
2. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 4-30 meter
dari permukaan laut.
3. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 30-105 meter
dari permukaan laut.
Sedangkan dari segi perbatasan daerah, adapun batas-batas
daerahnya terdiri dari:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan
Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah
Karo.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli
Serdang dan Kota Binjai.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nanggro Aceh
Tengah.
Di samping itu, daerah Kabupaten Langkat ini dialiri oleh dua
puluh enam sungai besar dan kecil melalui kecamatan dan desa-
desa. Di antaranya yakni, Sungai Wampu, Sungai Batang
Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. 5
B. Sejarah Kesultanan Langkat
Kerajaan Langkat merupakan salah satu kerajan Melayu
yang terdapat di pesisir Timur pulau Sumatera. Kerajaan ini
bercorak Islam. Hal ini tercermin dari budaya masyarakatnya dan
peninggalan-peninggalan seni arsitektur Islamnya seperti masjid,
madrasah dan lainnya. Berdasarkan teromba atau tomba
Kesultanan Langkat bahwa leluhur dinasti ini adalah Dewa
5 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 2
23
Sahdan atau dikenal juga dengan nama Radja Kesaktian. Sejarah
mencatat bahwa Raja Sahdan berkuasa dari tahun 1500 M.
sampai 1580 M. Dilanjutkan pula pada teromba ini, bahwa Raja
Sahdan datang dari arah pantai yang berbatasan dengan kerajaan
Aceh. 6
Dari namanya yakni “Sahdan” telah terlihat bercirikan nama
Arab dan diperkirakan bahwa beliau beragama Islam. Begitu pula
disebutkan beberapa sumber sejarah bahwa Dewa Sahdan ini
memang beragama Islam sejak lahir. Sedangkan nama “Dewa”
adalah nama yang diberikan kepada orang yang sangat dihormati.
Hal ini disebabkan karena kemampuannya maka Dewa Sahdan
sangat disegani, dihormati dan ditakuti oleh siapa saja.7
Pada awalnya, Dewa Sahdan berasal dari kerajaan Aru yang
terletak di daerah Besitang. Kemudian, kerjaan ini musnah ketika
diserang dan ditaklukan oleh Kerajaan Aceh. Dari persitiwa ini,
Dewa Sahdan melarikan diri dan mendirikan Kerajaan Aru II di
Deli Tua. Kerajaan ini pada akhirnya juga dihancurkan oleh
kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Panglima Gocah sekitar tahun
1612 M. Pasca kekalahannya dari Aceh Darussalam, Dewa
Sahdan kembali melarikan diri dan berhasil membangun kerajaan
baru di Kota Rantang di daerah Hamparan Perak. Selanjutnya,
dari keturunan kerajaan inilah Kerajaan Langkat berdiri.8
6 Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah
Mahmudiyah Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012), 31 7 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat , 7 8 Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah
24
Setelah Dewa Sahdan wafat, pendirian dan pengembangan
Kerajaan Langkat dilanjutkan oleh puteranya yakni Dewa Sakdi
yang bergelar Indera Sakti. Beliau memimpin Langkat dari tahun
1580-1612 M. Selanjutnya, ketika beliau mangkat pada tahun
1612 maka kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya yakni Raja
Kahar. Raja Kahar memimpin dari tahun 1612 sampai 1673 M.
Adapun pusat pemerintahannya pada saat itu masih terletak di
daerah Kota Dalam. Pada masa kekuasaannya, Raja Kahar mulai
menata sistem pemerintahan kerajaan sebagaimana mestinya.
Pada masa ini pula lah, Kerajaan Langkat mulai dikenal
walaupun wilayahnya belum luas dan pusat kerajaan masih
berpindah-pindah.9
Kerajaan ini resmi memiliki pusat kerajaan pada masa Sultan
Musa. Di mana dipilihlah Kota Tanjung Pura sebagai pusat
kerajaan. Selanjutnya, dimulai perluasan wilayah secara damai.
Sehingga wilayah kekuasaan Langkat bertambah luas. Mulai dari
perbatasan Aceh Tamiang sampai di kawasan Binjai dan
Bahorok.10 Adapun silsilah Kerajaan Langkat yakni:
1. Dewa Sahdan (1500-1580 M.)
2. Dewa Sakti (1580-1612 M.)
3. Raja Abdullah atau Marhumm Guri (1612-1673 M.)
Mahmudiyah Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012), 33-34 9 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 12 lihat juga Panitia
Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura,
Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah Mahmudiyah
Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, 34 10 Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah
Mahmudiyah Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, 34
25
4. Raja Kahar (1673-1750 M.)
5. Badiulzaman (1750-1814 M.)
6. Kejuruan Tuah Hitam (1814-1823 M.)
7. Raja Ahmad (1824-1870 M.)
8. Sultan Musa (1870-1896 M.)
9. Sultan Abdul Aziz (1896-1926 M.)
10. Sultan Mahmud (1926-1946 M.)11
C. Sejarah Masjid Azizi
Masjid Azizi ini merupakan masjid yang memiliki nilai
sejarah begitu tinggi dan merupakan salah satu bangunan yang
tetap bertahan kokoh sampai sekarang (2018) pasca terjadinya
revolusi sosial tahun 1946 di Langkat. Bangunan masjid yang
berdiri megah di tengah-tengah kota Tanjung Pura Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera ini, menjadi bukti fisik akan kejayaan
Kesultanan yang memimpin daerah ini pada masanya.
Masjid yang digadang-gadang sebagai salah satu masjid tua
di Indonesia yang memiliki kubah ini,12 didirikan oleh Sultan
Abdul Aziz dan diresmikan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
1320 H. Bertepatan dengan tanggal 13 Juni tahun 1902 M. Pada
mulanya, masjid ini didirikan atas usulan Syekh Abdul Wahab
Rokan kepada Sultan Musa (Ayah dari Sultan Abdul Aziz).13
11 Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, 177 12 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Hasan Sazali (64 tahun),
Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi. 13 Abdul Aziz merupakan Sultan keempat kesultanan Langkat yang
merupakan anak dari perkawinan Sultan Musa dengan istri mudanya yakni
Tengku Maslurah.
26
Namun, masjid ini baru dapat berdiri pada masa anaknya yakni
Sultan Abdul Aziz.14
Sebelum Masjid Azizi ini berdiri megah, tepat di depan
pemakaman (sekarang menjadi tempat parkir), awalnya Sultan
Musa mendirikan rumah suluk yang terbuat dari bahan kayu dan
papan dengan atap genteng untuk tempat beribadah dan belajar
ilmu Islam. Pada saat itu, di Langkat khususnya di daerah
Tanjung Pura tersebar tarikat Naqsabandiyah yang kemudian
diikuti pula oleh Sultan dan keluarga Kesultanan. Oleh
karenanyalah dibangun rumah suluk ini sebagai tempat beribadah
dan belajar Islam.15
Sebelum Sultan Musa wafat, Sultan sempat berpesan kepada
Sultan Abdul Aziz agar di lokasi tempat rumah suluk tersebut
dibangun Masjid untuk tempat beribadah umat Islam.
Selanjutnya, setelah Sultan Musa wafat pada tanggal 29 Zulhijjah
tahun 1314 H. beberapa tahun kemudian, setelah bermusyawarah
dengan para petinggi kesultanan dan bimbingan dari Tuan Guru
Besilam, tepat tanggal 12 Rabiul Awal 1320 H. dilakukan
peletakan batu pertama pada bangunan masjid yang kemudian
diberinama Masjid Azizi. Sesuai dengan nama pendirinya yakni
Sultan Abdul Aziz.16
14 Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, (Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten
Langkat, 2014) lihat juga Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 78 15 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Hasan Sazali (64 tahun),
Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 18/03/2018 di Masjid Azizi. dan
didukung oleh pernyataan serupa oleh Bapak Zainal Arifin AKA. 16 Zainal Arifin, Langkat dalam Kilatan Sejarah Perjuangan dan
Kemerdekaan, 58
27
Pembiayaan pembangunan masjid ini, ditanggung sendiri
oleh Sultan Abdul Aziz. Ketika para pembesar kerajaan lainnya
ingin membantu biaya pembangunan, Sultan Abdul Aziz
menolak dengan halus. Sebab menurut beliau bahwa
pembangunan ini adalah amanah almarhum ayahnya untuk
dirinya. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh Sultan Abdul Aziz
pada pembangunan masjid ini yakni sebesar F.400.000 (Empat
Ratus Ribu Faosterling) dengan upah/biaya kontraktor sebesar
200.000 ringgit. Arsitek yang digunakan berasal dari Jerman
yang bernama GD Langereis17 dan pembangunannya berlangsung
selama delapan belas bulan.18
Pada masa itu, material-material bangunan Masjid Azizi ini
diangkut dengan kereta lembu yang telah disediakan sejumlah
delapan puluh buah.19 Kereta lembu ini mengangkut material
tersebut dari pelabuhan20 dan bandara21 yang digunakan untuk
17 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat),
(Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 38-43 dan 70 dalam
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36
WIB 18 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Hasan Sazali (64 tahun),
Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi,
serta hasil wawancara Bapak Zainal Arifin AKA (56 tahun), tokoh Sejarawan
Langkat, Sumatera Utara, 18/03/2018, di Pangkalan Brandan 19 Abdul Aqier Zin, Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, (Jakarta:
Gema Insani Pers, 1999), 32 20 Pelabuhan ini dulunya terdapat di depan kantor koramil Tanjung Pura
Kabupaten Langkat saat ini (2018) dan khusus dibuat hanya untuk tempat
masuknya material-material bangunan Masjid Azizi yang diimpor dari luar
negeri. 21 Bandara ini khusus dibuat untuk tempat masuknya barang-barang yang
diimpor dari luar negeri. Tempatnya terdapat di daerah Batu Malenggang,
Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
28
tempat masuknya barang-barang yang diimpor dari luar negeri
menuju lokasi pembangunan Masjid Azizi.22
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, berdirinya
Masjid Azizi ini juga didukung oleh beberapa faktor sosial
budaya, agama dan perekonomian Kesultanan Langkat pada saat
itu. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Kondisi Sosial Budaya23
Dalam bidang Sosial budaya, sebelum Kesultanan Langkat
berdiri, mayoritas masyarakat Langkat telah beragama Islam.
Ajaran-ajaran Islam terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat
istiadat masyarakat Melayu Langkat. Hal ini dapat dilihat jika
membicarakan sebuah permasalahan dalam sebuah kampung,
biasanya dimusyawarahkan di masjid. Selain itu, musyawarah
pun selalu dihadiri oleh para penghulu, ketua adat dan imam
masjid.
Begitu pula dalam hal adat istiadat. Misal, setiap orang tua
wajib mengajari anaknya membaca al-Quran sampai khatam. Dan
jika orang tua mempunyai anak dengan batas usia masuk
mengaji, harus membawa pulut setalam, beras secupak, minyak
lampu sebotol dan sepotong rotan.
Dari paparan ini dapat dilihat bahwa sosial budaya
masyarakat Langkat sangat kental dengan keIslamannya.
22 Hasil wawanca dengan Bapak Abul Sazali (64 thn) Bendahara Badan
Kemakmuran Masjid Azizi di serambi Utara Masjid Azizi, 17/03/2018 dan
hasil wawancara Bapak Zainal Arifin AKA (56 tahun), tokoh Sejarawan
Langkat, Sumatera Utara, 18/03/2018, di Pangkalan Brandan 23 Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah
Mahmudiyah Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, 34
29
Walaupun memang budaya hindu budha masih melekat pada
tradisi masyarakat Langkat. Seperti halnya tradisi tepung tawar.
Kondisi Keagamaan24
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa masyarakat Melayu
Langkat sebelum adanya Kerajaan Langkat diketahui sudah
beragama Islam, khususnya di daerah pesisir. Hal ini merupakan
efek dari wilayah Langkat yang berbatasan dengan Aceh
membawa dampak untuk perkembangan Islam di Langkat. Begitu
juga dengan kondisi kesultanan sendiri yang memang sejak awal
berdiri telah beragama Islam.
Kondisi ini pun dapat dilihat ketika Kerajaan Langkat telah
berpusat di Tanjung Pura. Di mana, Sultan menjadikan agama
Islam sebagai pedoman dan legitimasi terhadap kebijakan-
kebijakan sultan. Begitu pula dengan dinamika kehidupan
masyarakat yang mencerminkan perilaku ke-Islaman yang kuat.
Hal ini dapat dilihat dari ibadah-ibadah praktis yang dilaksanakan
masyarakat. Misalnya, shalat berjama’ah, mengaji di langgar dan
pengajian-pengajian agama yang banyak serta bertemakan aqidah
dan tasawuf. Selain itu, berkembangnya tarikat Naqsabandiyah
yang dibawa oleh Syekh Abdul Wahab Rokan salah seorang guru
spiritual kesultanan.
Dapat dilihat bahwa dinamika keagamaan di Langkat sangat
kental.
24 Hasil wawanca dengan Bapak Abul Sazali (64 thn) Bendahara Badan
Kemakmuran Masjid Azizi di serambi Utara Masjid Azizi, 17/03/2018 lihat
juga Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat, 141 lihat juga Ryzka Dwi
Kurnia, Sistem Pemerintahan Kesultanan Langkat, Jurnal Analytica Islamica,
Vol. 4, No. 1, 2015, 160
30
Kondisi Ekonomi
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Langkat merupakan
kerajaan Melayu yang makmur. Hal ini dapat dilihat dari
bangunan-bangunan yang didirikan pada masa kerajaan ini.
Kekayaan Kesultanan Langkat ini didorong oleh berbagai
penghasilan alam dan konsesi-konsesi yang dibuat oleh
Kesultanan Langkat dengan Belanda dan negara lainnya..25
Sebagaimana disebutkan juga oleh John Anderson26 bahwa
pada tahun 1823 Kerajaan Langkat merupakan sebuah kerajaan
yang kaya.27 Selain penghasilan pertanian dan perkebunan yang
tinggi ditambah lagi dengan ditemukannya sumur minyak di
daerah ini.28 Di mana, sumur minyak ini merupakan sumur
minyak pertama yang berhasil diproduksi. Bahkan berdasarkan
catatan sejarah, sumur minyak ini sempat menjadi sumur minyak
terbesar keempat di dunia. Bersaing dengan minyak Amerika
Serikat, Rusia dan Cina.
Di mana, mulai diproduksi pada tahun 1892 dan dibentuknya
maskapai perminyakan kerja sama dengan pemerintah Belanda
yang bernama, Koninklijke (Koninklijke Nederlandsche
25 Sri Windari. Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada Masa Sultan
Abdul Aziz (1827-1927 M) JUSPI. Vol. I No. 1 Tahun 2017, 44 http://
jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/902 dan hasil wawancara
dengan Bapak Zainal Arifin (57 tahun), 17/03/2018 di Pangkalan Brandan. 26 Wakil Pemerintahan Inggris di Penang 27 Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat, Sejarah Organisasi Pendidikan dan Sosial Jama’iyah
Mahmudiyah Lithalibil Kahiriyah Tanjung Pura Langkat, 43 28 Subhan Afifi, Identifikasi Program Corporate Social Responsibility Di
Pangkalan Brandan terhadap Rencana Pendirian Pabrik Sodium Ligno
Sulfanot, Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014,
137 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/374
31
Maatschapij tot Exploitatie van Petrolium bronnen in
Nederlandsche-Indie).29
Perlu diketahui, bahwa Kerajaan Langkat ini merupakan
salah satu Kerajaan Melayu besar di Sumatera yang memiliki
status “Lange Politiek Contract”. Yaitu, Mempunyai perjanjian
politik yang tercantum di dalam berbagai pasal dimana
ditentukan hak dan kekuasaan yang diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda dan selebihnya sebahagian besar
wewenang tetap berada pada kekuasaan kerajaan yang
bersangkutan.
Oleh karenanyalah, Kerajaan Langkat dapat menikmati hasil
minyak tersebut dengan leluasa. Di mana tercatat, bahwa Langkat
telah menerima hasil minyak sejumlah FL.479.103 dan dari hasil
in pula Sultan Langkat memperoleh royalty (bahagian).30
Disebabkan faktor perekonomian yang meningkat dan stabil
inilah sultan banyak mengadakan pembangunan-pembangunan.31
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa faktor sosial budaya,
keagamaan dan ekonomi berperan penting dalam mendorong
berdirinya Masjid Azizi. Selain itu, Masjid Azizi ini menjadi
bukti nyata dinamika sejarah Kesultanan Langkat yang luar biasa.
Keberadaannya menjadi saksi nyata kejayaan di bidang ekonomi
dan kepedulian yang besar kesultanan terhadap agama Islam.
29 Zainal Arifin, Sekilas Tragedi Bersejarah Brandan Bumi Hangus, 23 30 Djohar Arifin, Sejarah Kesultanan Langkat. 44-45 lihat juga Lukman
Sinar Basarsah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.
(Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006), 243-244 31 Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, 100 lihat juga Lukman Sinar Basarsah, Bangun dan Runtuhnya
Kesultanan Melayu di Sumatera Timur, 243-244
32
Di samping itu, perlu diketahui, bahwa pembangunan Masjid
Azizi ini, pada awalnya (1902 M.) belum mempunyai menara.
Menara ini baru dibangun pada tahun 1927 di saat akhir jabatan
Sultan Abdul Aziz.32 Oleh seorang berkebangsaan Belanda
bernama Helbert Cremer (Pimpinan Deli Maatschappy).
Berdasarkan catatan sejarah, pembangunan ini dilakukan sebagai
penebusan rasa bersalah pihak Deli My kepada Sultan Abdul
Aziz karena tidak hadir pada pelaksanaan acara peringatan ulang
tahun ke-25 masa kekuasaan Sultan Abdul Aziz di Langkat.
Pembangunan menara ini juga dilakukan agar Sultan memaafkan
pihak Belanda dan berkenan kembali untuk bekerjasama dengan
pihak Belanda. 33
Nama pimpinan pihak Deli Maatschappy ini sampai sekarang
masih terlihat di dinding bagian depan menara.34
32 Sulaiman Zuhdi, Langkat dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan
Peradaban, 78 33 Zainal Arifin AKA, Langkat dalam Sejarah Perjuangan dan
Kemerdekaan, 61 dan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54
tahun), Staff Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di Jl.
Karantina, Tanjung Pura (rumah M.Sis) dan hasil wawancara dengan Bapak
Zainal Arifin AKA (56 tahun), tokoh Sejarawan Langkat dan mantan Kepala
Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara,
18/03/2018, di Jalan Pendidikan, Pangkalan Brandan. 34 Observasi langsung yang penulis lakukan di Masjid Azizi
33
BAB IV
DESKRIPSI ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID AZIZI
Pada umumnya, setiap bangunan itu seperti halnya bangunan
masjid memiliki dua komponen utama yang berada di bagian
eksterior dan interior. Sebagaimana halnya bangunan Masjid
Azizi. Berikut diuraikan terkait eksterior dan interior Masjid
Azizi:
A. Eksterior Masjid Azizi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
eksterior memiliki arti berada di permukaan luar, cocok
digunakan pada daerah luar, atau berada di sisi luar. Berikut
eksterior bangunan Masjid Azizi:
1) Pagar
Pagar ini terdiri dari dua lapis. Yang pertama pagar yang
mengitari bangunan induk masjid di areal basement dan
pagar tembok yang mengitari lapangan/halaman luar
masjid. Pagar Masjid Azizi ini tingginya + 1 m dan
mengelilingi areal Masjid Azizi dengan luas tanah +
24.000 m2..1 (Lihat lampiran I gambar 1) Jarak pagar
bagian dalam dengan bangunan masjid baik bagian barat,
utara, selatan maupun timur sejauh 8,5 m2. Sedangkan
jarak pagar luar dengan bangunan masjid jika bagian utara
sejauh 48,5 m2, bagian timur 33,5m2, bagian selatan 23,5
m2 dan bagian barat sejauh 68,5 m2..
1 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat
34
2) Lapangan
Lapangan/halaman Masjid Azizi ini terbagi menjadi dua
komponen. Pertama yang berada di area bangunan induk
masjid (bersemen), kedua berada di luar pekarangan
masjid. Masjid ini berdiri di tanah seluas mencapai 4,5
hektar. (Lihat lampiran I gambar 2 dan 3). Luas halaman
luar masjid ini 12.000 m2 dan luas halaman dalam 1575
m2. Denah halamannya berbentuk persegi panjang.
3) Parkiran
Parkiran terdapat di sebelah Barat Masjid. Parkiran ini
dahulunya merupakan rumah tempat bersuluk sebelum
masjid azizi berdiri. Parkiran ini berbentuk persegi
panjang dengan lebar 20 meter dan panjang 15 meter.
(Lihat lampiran I gambar 4)
4) Makam
Pemakaman ini terdapat di dua tempat. Pertama di
pekarangan basemant masjid tepatnya di sebelah barat
masjid. Kemudian pemakaman yang berada di pekarangan
masjid. Luas pemakaman bagian luar berdiri di atas tanah
seluas satu hektar. Sedangkan makam di bagian halaman
dalam masjid memiliki panjang 25 meter dan lebar 5
meter. Makam bagian halaman dalam ini dilengkapi
dengan cungkup atau rumah makam. Menurut M. Sis
pemakaman ini terdiri dari 4 golongan masyarakat yaitu:
1.1. Makam Keturunan Sultan Langkat yang terdapat di
dalam lokasi kota atau halaman dalam Masjid yang
berada di rumah makam (cungkup). Di pemakan ini
35
terdapat makam Keluarga Istana Kesultanan Langkat.
Di antaranya makam Tengku Tahura Alautiah Bin
Tengku Amir Hamzah, Tengku Kalamiah Binti
Sultan Mahmud, Tengku Salamah Aziz Binti Sultan
Abdul Aziz, Tengku Murad Aziz Bin Sultan Musa,
Tengku Iskandar Hil Ali Abdul Aziz Rahmadsyah Al
Haj bin Tengku Murad Aziz, Tengku Poetera Aziz
bin Tengku Abdul Aziz, Tengku Daud Aziz bin
Tengku Abdul Aziz, Tengku Yahya bin Sultan Musa,
Tengku Muhammad Kamal bin Sultan Mahmud,
Sultan Abdul Aziz bin Sultan Musa, Sultan Mahmud
bin Sultan Musa, Sultan Musa. (Lihat lampiran 1
gambar 5 dan 6)
1.2. Makam Kuburan Tengku Keturunan Sultan Langkat
(bukan dari keluarga Istana), terletak di luar pagar
dalam masjid dan dibahagian halaman luar tetapi
lokasi tanahnya ditinggikan dan di makam ini
terdapat makam T. Amir Hamzah dan Keluarga
kandungnya. Sedangkan Istrinya T. Kamaliah dan
Putrinya T. Tahura Alauthiyah berada dimakam
keluarga Istana karena dianggap masih keluarga
Sultan Mahmud.
1.3. Makam/Kuburan Masyarakat Islam Umum yang
terletak di halaman luar Masjid dan lokasi bawah.
1.4. Makam khusus Veteran RI islam yang terletak
dihalaman luar dibahagian depan (pintu masuk ke
Masjid.
36
1.5. Selain itu terdapat juga makam Syekh Muhammad
Yusuf (Tok Ongku) makamnya dibahagian belakang
Masjid dan dibangun secara permanen.
Dari pengklasifikasian letak makam ini dapat kita
lihat bahwa masyarakat setempat masih terikat degan
tradisi lokal yakni dengan adanya perbedaan antara raja
dan masyarakat biasa. Makam ini berbentuk seperti
makam pada umumnya, yakni berwarna putih dan
berundak-undak serta terbuat dari keramik. Tampak
sebagaimana di gambar. Terdapat ukiran kaligrafi yang
bertuliskan nama pada batu nisan.
Namun ada yang unik dari makam Tengku Amir
Hamzah. Sebab, di sekeliling makamnya terdapat tulisan
puisi karya beliau. (Lihat lampiran 1 gambar 30)
5) Menara
Masjid Azizi ini juga dilengkapi oleh sebuah menara yang
terdapat di bagian timur laut Masjid. Menara masjid ini
berbentuk segi delapan dengan tinggi 35 meter dan lebar
seluas 6 meter serta tangga sejumlah 121 buah (dari atas
ke tengah 65 dan dari bawah ke tengah 56) sedangkan
pondasi menaranya memiliki kedalaman 4 meter dengan
cor dan mempergunakan Besi 12 x 6 inci.2 Selain itu
terdapat bedug dan satu kubah kecil di bagian atas
menara. (Lihat lampiran 1 gambar 7)
2 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), staff kantor
kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di
kediamannnya yang berada di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat
37
6) Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah
Di bagian halaman luar masjid terdapat Balai Pustaka
Tengku Amir Hamzah. Balai Pustaka ini terletak di bagian
timur masjid. Di dalam balai pustaka ini terdapat buku-
buku dan karya-karya sastra Tengku Amir Hamzah
lainnya. Balai pustaka ini panjangnya 15 meter dan
lebarnya 10 meter. Terbuat dari batu bata, berdindingkan
warna dasar kuning dengan hiasan geometris berwarna
hijau. Dilengkapi dengan 24 tiang yang mengeliling
bangunan. (Lihat lampiran 1 gambar 8 dan 9)
7) Kamar Mandi
Kamar mandi Masjid Azizi berada di luar pekarangan
bangunan induk masjid. Tepatnya di bagian Selatan
Masjid. Kamar mandi ini antara Laki-laki dan Perempuan
terpisah serta terletak bersebelahan. Bentuknya persegi
panjang dengan masing-masing panjangnya 30 meter dan
lebar 5 meter. Terbuat dari batu bata dan belantaikan
keramik. (Lihat lampiran I gambar 10)
8) Bedug
Bedug Masjdi Azizi ini berada di atas menara Masjid
Azizi. Terbuat dari kayu jati tingginya + 0,5 meter dengan
dimater 25 centi meter.
B. Interior Masjid Azizi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), interior
berarti yang dalam, bagian dalam atau yang berkaitan dengan
bagian dalam. Berikut interior bangunan Masjid Azizi Kesultanan
Langkat:
38
1) Pintu
Pintu utama masjid ini terdapat tiga buah di antaranya satu
di bagian utara, satu di bagian timur dan satu di bagian
barat dengan lebar 2 meter dan tinggi 3,5 meter. Masjid
ini juga dilengkapi dengan sembilan pintu anak
(pendamping pintu utama) dengan lebar 1,5 meter dan
tinggi 3,5 meter. Pintu anak ini terletak satu di bagian kiri
dan satu di bagian kanan setiap pintu utama. Serta dua
pintu kecil di bagian barat masjid (berderetan dengan
mihrab Masjid Azizi).3 Bentuk pintu masjid ini (Lihat
lampiran I gambar 11 dan 12) persegi panjang dengan
bahan terbuat dari kayu jati. Tinggi pintu utama 2,5 meter
dan lebar 1,5 meter. Warna dasarnya kuning dengan motif
garis berwarna hijau.
2) Jendela
Masjid ini dilengkapi dengan enam belas buah jendela
yang terbuat dari stained glass dengan tinggi 1 meter dan
lebar + 0,5 meter. Namun jendela pada masjid ini hanya
sebagai hiasan saja dan tidak bisa dibuka tutup seperti
jendela pada umumnya. Memiliki ornamen hias berbentuk
tumbuh-tumbuhan yang memiliki ragam warna.
Bentuknya persegi panjang dengan lengkungan di atasnya.
(Lihat lampiran I gambar 13)
3 Hasil wawancara dengan bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), seorang
bendahara Masjid Azizi sekaligus cucu, 17/03/2018 di serambi Masjid Azizi
Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan hasil wawancara dengan
Bapak Zainal Arifin AKA (57 tahun), seorang tokoh sejarawan Langkat dan
mantan kepala kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat,
18/03/2018 di Pangkalan Brandan
39
3) Pondasi
Pondasi4 Masjid Azizi ini kedalamannya berukuran empat
meter dan luasnya dua meter diluar pagar koya (dalam
Masjid).5
4) Dinding
Dinding Masjid Azizi ini terbuat dari beton dengan warna
dasar di bagian luarnya Kuning dan onamennnya diberi
warna hijau. Untuk warna dinding di bagian dalam masjid
memiliki warna yang bervariasi dilengkapi hiasan
kaligrafi dan ornamen lainnya yang mengelilingi
keseluruhan masjid. (Lihat lampiran I gambar 14 dan 15)
5) Mimbar
Masjid Azizi ini memiliki satu mimbar6 yang berada di
dalam masjid terbuat dari kayu jati impor dari Turki.
lebarnya 1 meter dan tingginya 3 meter. Dilengkapi
dengan ukiran-ukiran tumbuh-tumbuhan serta menyerupai
bentuk mimbar di Turki. (Lihat lampiran I gambar 16)
6) Atap/Kubah
Atap Masjid Azizi ini berbentuk kubah besar dan
dikeliling oleh kubah-kubah kecil. Masjid ini memiliki 4
jenis kubah.
4 Istilah lainnya adalah fondamen, yaitu bagian bangunan yang tertanam
di dalam tanah berfungsi sebagai penyangga dinding atau tiang. Bentuk
pondasi disesuaikan dengan denah bangunan. 5 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat 6 Komponen bangunan atau mebel sejenis meja atau tempat duduk yang
ditempatkan di bagian muka ruangan. biasanya digunakan sebagai tempat
orang berpidato
40
6.1. Satu kubah induk paling besar di tengah. Kubah
utama ini berdiameter 13 meter dan menutupi ruang
utama masjid.
6.2. Tiga kubah di setiap teras berbentuk dome (berbentuk
denah segi delapan juga) dengan diameter lebih
kurang 4,2 meter.
6.3. Empat kubah yang mengelilingi kubah induk.
6.4. Kemudian ada 15 buah kecil di sekeliling masjid.
Struktur kubah ini menggunakan rangka besi tembaga
yang bertumpu pada setiap sudut dinding yang
berbentuk segi delapan, kubah masjid Azizi dilapisi
atau ditutupi oleh kayu damar. (Lihat lampiran 1
gambar 17 dan 18)
7) Tiang
Masjid ini memiliki sembilan puluh empat tiang
penyangga. Dengan enam belas tiang yang berada di
dalam masjid.7 Diameter tiang ini + 20 centi meter. (Lihat
lampiran I gambar 19 dan 20)
8) Mihrab
Sebagaimana pada masjid umumnya, di Masjid Azizi ini
juga dilengkapi dengan mihrab yang berukuran lebar 2
meter dan panjang 2 meter serta tinggi 4 meter.8
Dilengkapi dengan ornamen hias kaligrafi dan tumbuh-
tumbuhan. (Lihat lampiran I gambar 21)
7Hasil wawancara dengan bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), seorang
bendahara Masjid Azizi sekaligus cucu, 17/03/2018 di serambi Masjid Azizi
Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 8 Ruang kecil tempat imam berdiri waktu shalat berjamaah
41
9) Lantai
Lantai masjid ini secara keseluruhan pada awalnya terbuat
dari marmer. Namun kemudian sempat mengalami
perbaikan dan diganti dengan keramik biasa.9 (Lihat
lampiran I gambar 22 dan 23)
10) Lampu hias
Di bagian dalam masjid tepatnya di tengah bangunan
terdapat lampu hias yang digantung dan berjumlah 99
buah.10 Lampu ini terbuat dari kristal impor dari Turki.11
(Lihat lampiran I gambar 24)
11) Serambi
Masjid ini memiliki tiga serambi12 utama. Di antaranya
terletak di bagian timur, utara dan selatan bangunan. Di
samping itu, di sekeliling masjid ini juga disediakan teras
dengan lebar 1,5 meter. (Lihat lampiran I ambar 25 dan
26)
9 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat dan hasil wawancara dengan bapak Abul
Sazali Hasan (64 tahun), seorang bendahara Masjid Azizi, 17/03/2018 di
serambi Masjid Azizi Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 10 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat 11 Abdul Aqier Zin, op., cit., hlm., 32 dan hasil wawancara dengan bapak
Muhammad Sis (54 tahun), seorang Staff Kantor Kebudayaan da
Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten
Langkat dan hasil wawancara dengan bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun),
seorang bendahara Masjid Azizi, 17/03/2018 di serambi Masjid Azizi
Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 12 Bagian bangunan berupa pelataran yang tidak dikelilingi oleh dinding.
Serambi sering ditemukan pada bagian muka bangunan yang berhubungan
langsung dengan pintu masuk.
42
C. Ragam Hias
Berdasarkan buku Laporan Penelitian: Pengumpulan dan
Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara yang
diterbitkan Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Utara
dijelaskan bahwa dalam kesenian terdapat komponen yang
menghiasi suatu benda tertentu dan kemudian disebut dengan
ragam hias ataupun ornamen.13 Begitu pula dengan bangunan
Masjid Azizi ini yang di dalamnya terdapat berbagai ragam hias
atau ornamen. Seperti halnya ornamen garis, geometris, flora dan
kaligrafi.
Hal ini dapat kita lihat pada berbagai komponen bangunan
Masjid Azizi seperti halnya pintu, jendela, tiang, kubah, dinding,
makam, mimbar dan menara. Pada bagian pintu dapat dilihat
adanya ragam hias atau ornamen pada bingkai dan daun pintu
berupa ornamen garis dan ornamen pancang jermar. Sedangkan
pada jendela yang terbuat dari stained glass ini, terdapat ragam
hias berupa gambar tumbuh-tumbuhan yang memili warna
variatif.
Kemudian terdapat pula ragam hias pada bagian dinding
masjid berupa ornamen kaligrafi dan tumbuh-tumbuhan yang
mengelilingi bangunan dalam dan luar masjid. Pada bagian dalam
dinding masjid warna ornamen kaligrafi dan floranya lebih
bervariatif dibandingkan ornamen dinding di bagian luar masjid
sebab di dinding bagian luar masjid ornamennya hanya berwarna
hijau dan putih.
13 T. Lukman Sinar Basarsah, Motif dan Ornamen Melayu, (Medan:
Yayasan Kesultanan Serdang, 2007), 230
43
Selain itu terdapat juga ornamen hias di bagian pagar keliling
masjid, yakni berupa ornemen awan selimpat, ukiran salib dan
ornamen berbentuk perpelipitan14 pada bagian permukaan pagar
keliling bagian dalam. (Lihat lampiran I gambar 26).
Selanjutnya, masjid ini juga dihiasi dengan tiang-tiang
penyangga baik di dalam maupun di luar masjid. Setiap dua
tiang penyangga yang ada, terdapat lengkungan di atasnya
dengan hiasan lengkung-lengkung kecil (Lihat lampiran I gambar
11 dan 34). Kemudian terdapat pula umpakan15 pada tiang-tiang
tersebut serta ornamen tumbuhan di bagian kepala/atas tiang.
Selain itu, terdapat pula ragam hias di bagian dinding menara
masjid berupa ragam hias melayu bernama awan ikal. Di samping
itu juga terdapat ornamen/ragam hias pada makam yang berada di
Masjid Azizi ini di antaranya dibagian dinding makam Tengku
Amir Hamzah berupa inskripsi16 puisi-puisi karya beliau.
14 Unsur permukaan dinding bangunan yang membentuk profil. 15 Landasan penyangga tiang bangunan terbuat dari batu atau susunan
bata 16Tulisan, pahatan, atau guratan huruf-huruf yang mengandung pesan
pada permukaan benda atau bangunan
44
BAB V
ANALISIS BAGIAN ARSITEKTUR MASJID AZIZI
A. Analisis Arsitektur Masjid Azizi
Dalam mengamati sebuah arsitektur bangunan terdapat
beberapa analisis yang perlu diperhatikan. Di antaranya analisis
morfologi, stilistik dan teknologi. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas bahwa analisis morfologi berfokus pada bentuk bangunan
yang diteliti. Jika analisis stilistik, merupakan analisis yang
berkaitan dengan gaya ataupun pengaruh yang terdapat pada
ragam hias bangunan.1 Misal ragam hias Cina, Eropa dan lainnya.
Sedangkan analisis teknologi merupakan analisis arsitektur
bangunan pada jenis bahan-bahan yang digunakan. Berikut
dijelaskan analisis arsitektur Masjid Azizi:
1) Pagar
Pagar Masjid Azizi ini tingginya + 1 m dengan bentuk
persegi panjang dan mengelilingi areal Masjid Azizi dengan
luas tanah + 24.000 m2.. Pagar ini terbuat dari beton dengan
warna dasar kuning dan ornament berwarna hijau.2
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan3 terkait
tinggi bangunan masjid ini tidak memiliki makna khusus
1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan
Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata. Metode Penelitian Arkeologi. (Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008), 68-70 2 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat 3 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64 tahun) Bendahara
Badan Kenaziran Masji Azizi, 1703/208, di serambi Utara Masjid Azizi di
Pangkalan Brandan.
45
apa-apa. Hanya sebagai pelengkap bangunan dan hiasan.
Pagar ini juga memiliki hiasan ataupun ornamen lainnya. Di
antaranya terdapat ornamen khas Melayu dan ornamen yang
bercirikan simbol milik agama Kristen.
Ornamen Melayu terdapat pada bentuk gerigi-gerigi
bagian atas pagar (Lihat lampiran I gambar 26). Ornamen ini
bernama awan selimpat. Adapun ornamen awan selimpat ini
berdasarkan referensi dari buku ornamen khas Melayu yang
didapatkan tidak ada makna khusus dari ornamen ini. Hanya
sebagai hiasan saja.4 Begitu pula penjelesan yang diberikan
dari Abul Sazali saat ditemui di Masjid Azizi.
Selain itu, dari penuturan M. Sis5 terdapat pula ornamen
yang bercirikan simbol agama kristen pada pagar ini yakni
berupa gambar salib. Hal ini dapat dilihat dari simbol salib
yang banyak terdapat di sekeliling pagar berwarna hijau.
(Lihat lampiran 1 gambar 26). Keberadaan simbol ini,
menurut M. Sis baru diketahui ketika seorang arkeolog
melakukan penelitian terhadap Masjid Azizi ini. Besar
kemungkinan masuknya arsitektur agama Kristen pada pagar
ini disebabkan oleh latar belakang arsitek yang mendesain.
Di samping itu, berdasarkan analisis yang dilakukan
terhadap berbagai jenis ragam salib, ukiran yang dikatakan
sebagai salib ini, lebih mendekati pada simbol ankh (Lihat
4 T. Lukman Sinar Basarsah, Motif dan Ornamen Melayu, (Medan:
Yayasan Kesultanan Serdang, 2007), 241 dan Hasil wawancara dengan Bapak
Zainal Arifin AKA. (57 tahun) 18/03/2018, di Pangkalan Brandan 5 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang
Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018
di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat
46
lampiran I gambar 27). Simbol ankh ini merupakan simbol
yang berasal dari mistik Mesir sebagai pemujaan terhadap
Dewa Matahari Mesir Kuno.6 Selanjutnya, David P.
Silverman mencatat bahwa simbol Ankh ini pun
dipertahankan oleh kaum Koptik sebagai salib Kristen, salib
Koptik.7
Simbol salib, umum digunakan pada bangunan
peribadahan agama Kristiani. Karena menurut mereka bahwa
simbol-simbol ketuhanan kristiani melekat pada bangunan.
Menurut mereka simbol salib ini pada dasarnya
melambangkan kematian dan kehidupan. Begitu pula
menurut Hildebrandt, (2004; 25-38) di agama Kristen salib
adalah karya pembebasan dan keselamatan Allah.8
Selain itu, terdapat ornamen hias lainnya yang mengukir
bagian depan pagar ini (Lihat lampiran 1 gambar 28). Namun
berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap jenis-jenis
ornamen ragam hias Melayu dan lainnya, ornamen pada
dinding bagian depan pagar Masjid Azizi ini, belum
ditemukan secara pasti, ornamen khas mana dan apa nama
ornamennya. Saat ditanyakan oleh beberapa narasumber pun
menyebutkan bahwa tidak ada makna khusus yang diketahui.
6https://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/12/08/14/m8q7
05-awas-simbolsimbol-setan-ada-di-sekeliling-kita-apa-saja-2 diakses pukul,
14:30 WIB, 01/07/18 7http://www.globalmuslim.web.id/2012/12/katolik-sarat-dengan-ritus-
paganisme.html diakses pukul, 13:10 WIB, 01/07/18 8 Alvita Melina dan Emmelia Tricia, Identifikasi Unsur-unsur
Pembentukan KarakterArsitektural Bangunan Gereja Krsiten Jawa Klasis
Yogyakarta Utara, (Yogyakarta: Jurnal Arsitektur KOMPOSISI), Volume 10,
Nomor 2, Oktober 2012, 90
47
Akan tetapi, jika penulis amati dan bandingkan dengan
istilah arkeologi, bentuk ornamen ini disebut juga dengan
perpelipitan (bentuk profil pada permukaan bangunan).
Selanjutnya terdapat pagar yang mengelilingi dan
menghiasi bangunan Masjid Azizi (Lihat lampiran I gambar
29). Pagar ini terbuat dari besi. Bentuknya menyerupai
ornamen terali bola. Sebuah ragam hias pada pagar yang
umum digunakan oleh bangunan Melayu9 dibalut dengan
warna kuning yang diyakini pula sebagai warna khas dalam
ragam hias Melayu.10
gO
2) Menara
Menara11 masjid ini (Lihat lampiran I gambar 31)
berbentuk segi delapan12 dengan tinggi 35 meter dan jumlah
tangga 121 buah (dari atas ke tengah 65 dan dari bawah ke
tengah 56) sedangkan pondasi menaranya memiliki
9 Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu
Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Medan: Universitas Sumatera Utara), 10
dan hasil wawancara Bapak Zainal Arifin AKA., (57 tahun), tokoh sejarawan
Langkat, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan dan hasil wawancara dengan
bapak Muhammad Sis (54 tahun), staff kantor kebudayaan dan kepariwisataan
Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di Tanjung Pura dan Hasil wawancara dengan
Bapak Abul Sazali (64 tahun) Bendahara Badan Kenaziran Masji Azizi,
1703/208, di serambi Utara Masjid Azizi di Pangkalan Brandan. 10 Kartini (2014) dalam Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen
Bernuansa Melayu Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Medan: Universitas
Sumatera Utara), 8 11 Pada awalnya menara ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat
mengumandangkan azan. Kemudian seiring dengan berkembangnya zaman
dan teknologi fungsi dari menara ini menjadi sebagai hiasan dan penanda
keberadaan sebuah masjid. Karna bentuknya yang pada umumnya lebih tinggi
dari bangunan masjid. Sehingga dapat terlihat dari kejauhan. 12 Isman Prataman Nasution, Menara Masjid Kuna Indonesia,
WACANA, VOL. 4, No. 1, April 2004, 30
48
kedalaman 4 meter dengan cor dan mempergunakan Besi 12
x 6 inci.13
Selain itu, pada menara ini juga terdapat ornamen hias.
Adapun ornamen hias yang tedapat pada bangunan menara
ini salah satunya adalah ornamen hias khas Melayu. Yakni
ragam hias yang disebut sebagai awan ikal (Lihat lampiran 1
gambar 32). Menara ini terletak di Timur Laut masjid.
Terkait bentuk, ukuran dan ornamen hias menara ini tidak
ditemui makna khususnya mengapa bentuk, ukuraran dan
ornamennya dibuat sedemikian rupa. Pendirian menara ini
dibuat langsung oleh pihak Belanda (Deli Maatschappy).
3) Pintu
Pintu utama masjid ini terdapat tiga buah di antaranya satu
di bagian utara, satu di bagian timur dan satu di bagian barat
dengan lebar 1,5 meter dan tinggi 3,5 meter. Masjid ini juga
dilengkapi dengan sembilan pintu anak (pendamping pintu
utama) dengar lebar 1 meter dan tinggi 3,5 meter. Pintu anak
ini terletak satu di bagian kiri dan satu di bagian kanan setiap
pintu utama. Serta dua pintu kecil di bagian barat masjid.
Bentuk pintu masjid ini dibuat seperti bentuk pintu khas
Melayu yang berbentuk belah pintu. Pintu anak yang berada
di samping kiri dan kanan pintu induk dibuat sebagai
penghias dan jika ada acara-acara besar pintu anak ini
digunakan untuk memudahkan keluar dan masuknya orang-
orang dari dalam masjid. Namun, ketika tidak ada acara-
13 Wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), 19/03/2018 di
kediamannnya yang berada di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat
49
acara besar, maka pintu anak ini tidak dibuka dan hanya
menggunakan pintu induk. Model bangunan dengan
memiliki banyak pintu ini juga umum digunakan pada
bangunan-bangunan Cina, Eropa dan India.14
Bentuk pintu masjid ini (Lihat lampiran I gambar 33)
persegi panjang dengan bahan terbuat dari kayu jati. Warna
dasarnya kuning dengan motif garis berwarna hijau. Bahan-
bahan pintu ini juga termasuk imporan dari Penang.15
Berdasarkan penuturan Abul Sazali bahwa corak pintu ini
merupakan corak ataupun gaya pintu khas Melayu.
Begitu pula pemaparan dari Zainal Arifin AKA saat
ditemui dikediamannya.16 Menurut Zainal ornamen garis
pada pintu Masji Azizi ini (Lihat lampiran I gambar 33)
merupakan ornamen garis Melayu yakni pancang jermar.
Namun memang jika diperhatikan secara seksama, bentuk
pintu masjid ini menyerupai bentuk ornamen garis yang
umum digunakan oleh masyarakat Cina (Lihat lampiran I
gambar 33). Hal ini bisa saja terjadi karna menurut penuturan
sejarah bahwa pekerja yang digunakan dalam pembangunan
masjid ini juga banyak berasal dari orang-orang Tionghoa.
14 Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal Shuf,
Vol.3 no. 2, 2010, 279-302 15 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara
Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura,
Langkat, Sumatera Utara Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64
tahun) Bendahara Badan Kenaziran Masji Azizi, 1703/208, di serambi Utara
Masjid Azizi di Pangkalan Brandan. 16 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang
tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di
Pangkalan Brandan
50
Selain itu, jika kita perhatikan pintu masuk pada bagian
serambi masjid (Lihat lampiran I gambar 34) gaya pintu
masuk serambi ini mirip seperti gaya pintu masuk Masjid di
India yakni Masjid Jama’ Delhi (Lihat lampiran I gambar 35)
yang telah berdiri tahun 1650. Begitu juga dengan tiang-tiang
yang mengelilingi serambi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
bagian pintu masuk ini, terdapat pengaruh India.
Jenis pintu masuk dan serambi yang bertiang-tiang ini
pada umumnya dapat kita lihat di berbagai masjid Timur
Tengah yang telah dahulu berdiri megah sebelum Masjid
Azizi. Seperti halnya Maasjid Uqbah bin Nafi di Kairoan,
Tunisia (1050), Masjid Shah Isfahan, Iran (1611), Masjid
Badashahi, Pakistan (1671). Hal ini memperlihatkan bahwa
selain dipengaruhi oleh seni arsitektur lokal bangunan ini
juga dipengaruhi oleh arsitektur luar dan sudah terbukanya
kesadaran akan keindahan seni arsitektur.
4) Jendela
Jendela masjid ini (Lihat lampiran I gambar 36)
bentuknya persegi panjang dan bermotif ukiran tumbuh-
tumbuhan. Sedikit tembus pandang oleh sinar matahari.
Bentuknya permanen menyatu dengan dinding masjid dan
tidak dapat dibuka tutup seperti jendela pada umumnya.
Hanya sebagai hiasan saja.
Berdasarkan referensi arsitektur yang ditemukan,17 gaya
jendela seperti ini menyerupai gaya arsitektur Gotik (Lihat
17 Alvita Melina dan Emmelia Tricia, Identifikasi Unsur-unsur
Pembentukan KarakterArsitektural Bangunan Gereja Krsiten Jawa Klasis
51
lampiran I gambar 14). Di mana dijelaskan bahwa gaya
arsitektur Gotik ialah konsep cahaya dengan pemakaian kaca
bergambar yang disebut stained glass sebagai pencerahan
mistik. Gaya arsitektur ini pada umumnya banyak digunakan
pada bangunan-bangunan gereja.
Sebagaiman juga dijelaskan bahwa arsitektur Gotik
merupakan puncak keberhasilan kesenian arsitektur gereja.
Menurut keyakinan umat kristen, gaya arsitektur jendela ini
merupakan pemaknaan akan pemahaman bahwa Allah hadir
di mana saja seperti cahaya. Cahaya diyakini sebagai sifat
ilahi.
Selain itu, sampai saat ini, belum ditemukan referensi
yang menunjukkan bahwa pada akhir abad 19, gaya jendela
seperti ini ditemukan pada arsitektur Islam. Gaya seperti ini
baru ada saat munculnya arsitektur Gotik. Hal ini
membenarkan pernyataan Badan Kemakmuran Masjid
(BKM) Azizi bahwa masjid ini terdapat unsur-unsur
arsitektur Gotik. Salah satunya adalah arsitektur pada
jendela.18
Wajar saja jika gaya arsitektur ini mengandung gaya
arsitektur agama lain. Hal ini salah satunya dikarenakan
sebagaimana kita ketahui bahwa arsitek masjid ini
merupakan warga kebangsaan Jerman yang berasal dari
Yogyakarta Utara, (Yogyakarta: Jurnal Arsitektur KOMPOSISI), Volume 10,
Nomor 2, Oktober 2012, 89 18 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara
Badan Kemakmuran Masjid Azizi, cucu dari Syekh H. Abdullah Afifuddin
(Salah satu Syekh yang pernah menjadi imam di Masjid Azizi), 17/03/2018 di
Masjid Azizi Tanjung Pura
52
benua Eropa dan beragama Kristen. Jadi tidak heran, jika
terdapat unsur-unsur latar belakang diri arsitek yang
bercampur dengan seni arsitektur yang dibuatnya.
Di samping itu, jika kita lihat dari kacamata arsitektur
ragam hias Melayu, pada ornamen hias jendela Masjid Azizi
ini terdapat unsur-unsur motif ornamen Melayu. Di
antaranya gambar bunga melati, bunga melur pada gambar
yang terdapat di stained glass jendela ini. Namun, ornamen
hias ini tidak memiliki makna khusus dan penjelesan kenapa
disertakan ornemen ini pada jendela tersebut.
5) Atap/kubah
Atap masjid ini juga dipengaruhi oleh model atap
berbentuk kubah. Pada dasarnya struktur kubah yang terus
berkembang di Indonesia saat ini khususnya Masjid Azizi
adalah struktur kubah yang dibawa oleh Belanda dari India.
Di mana masjid yang termasuk awal mendapat pengaruh ini
adalah Masjid Baiturrahman Aceh. Walaupun memang pada
awalnya sempat terjadi kontra dikarenakan keberadaan kubah
sebagai ornamen masjid. Namun seiring berjalannya zaman
justru kubah menjadi salah satu kompenen bangunan yang
lazim di gunakan pada bangunan masjid.19
Akan tetapi, jika kita tarik lagi sejarah perkembangan
kubah, perlu diketahui oleh umat muslim bahwasanya
keberadaan kubah pada masjid yang berkembang saat ini
19 Cut Azmah, Attahilah dkk., Alternatif Kubah sebagai Simbol Masjid
dan Pengaruhnya pada Desain Masjid-masjid di Indonesia, (Temu Ilmiah
IPLB, Universitas Mlikussaleh, 2016), 163
53
adalah pengaruh dari keahlian pembangunan kubah dari
Byzantium. Pada masa Byzantium ini merupakan
masa/zaman perkembangan arsitektur yang memiliki
pengaruh besar pada arsitektur bangunan masjid sampai
sekarang. Sebagaimana kita ketahui dahulu di
Konstantinopel (Istanbul sekarang) didirikan gereja yang
sangat besar yakni Hagia Shopia. Nah, pada gereja ini pula
lah dibuat kubah yang kemudian penggunaan kubah ini
menjadi ciri khas arsitektur Byzantium.20
Kehadiran kubah sebagai satu kesatuan kompenan dari
bangunan sebuah masjid yang saat ini seakan-akan
merupakan sebuah simbol keislaman, pada dasarnya baru
muncul di Indonesia pada abad ke-19. Bahkan di Jawa
sendiri baru ada pada abad ke-20. Di mana pada awalnya
banyak masjid-masjid tua di Indonesia yang berdiri tanpa
menggunakan kubah.21
Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada dasarnya
kubah memang bukan merupakan ciri khas dan budaya asli
Islam. Namun walaupun begitu, tidak ada pelarangan terkait
arsitektur masjid untuk terkait pengunaan kubah. Begitu pula
jika kita lihat Masjid Azizi, masjid ini banyak memiliiki
kubah. (Lihat lampiran I gambar 37 dan 38)
20 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat),
(Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 10 dalam
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36
WIB 21 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara
Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura,
54
Adapun kubah Masjid Azizi ini berbentuk kubah besar
dan dikelilingi oleh kubah-kubah kecil yang berkontruksikan
bahan terbuat dari seng dan dilapisi oleh tembaga berwarna
hitam. Masjid ini memiliki 4 jenis kubah.22
6.1. Kubah induk paling besar di tengah berbentuk
dome. Kubah utama ini berdiameter 13 meter dan
menutupi ruang utama masjid. Berbentuk denah
segi delapan atau oktagonal. Kubah utama ini
menurut Zainal AKA,23 dimanifestasikan sebagai
Rasulullah yang merupakan pimpinan umat Islam
Kemudian terdapat kubah-kubah lainnya yang
dimanifestasikan sebagai Khulaufaurrasyiddin.
6.2. Empat kubah yang mengelilingi kubah induk
berbentuk dome. Kubah ini lah yang
dimanifestasikan sebagai Khulafaurrasyiddin.24
6.3. Tiga kubah di setiap teras berbentuk dome
(berbentuk denah segi delapan juga) dengan
diameter lebih kurang 4,2 meter. Jumlah tiga
kubah ini menyerupai jenis kubah yang umum
22 Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54 tahun) seorang
staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/18 di
Tanjung Pura. 23 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang
tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di
Pangkalan Brandan 24 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang
tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di
Pangkalan Brandan
55
digunakan pada bangunan masjid di India (Lihat
lampiran I gambar 51 dan 52).25
6.4. Kemudian ada 15 buah kecil di sekeliling masjid.
Bentuknya menyerupai peci yang digunakan oleh
Syekh Abdul Wahab Rokan. 26
Struktur kubah ini menggunakan rangka besi tembaga
yang bertumpu pada setiap sudut dinding yang berbentuk
segi delapan, kubah masjid Azizi dilapisi atau ditutupi oleh
kayu damar yang dianggap mengatasi serangan rayap
sekaligus berfungsi sebagai plafond pada kubah.
Berdasarkan referensi yang didapatkan bahwa kubah
Masjid Azizi ini menyerupai kubah Masjid al-Oesmani di
Labuhan, Medan yang telah berdiri tahun 1870. Kubah
masjid ini membentuk jenis kubah yang ada pada zaman
Rennainsance di mana banyak digunakan pada bangunan
gereja di Eropa seperti kubah gereja Basilika S Peter. 27
6) Dinding
Dinding masjid ini terbuat dari beton yang diimpor
langsung dari Singapore. Dihiasi oleh ornamen-ornamen
25 Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal Shuf,
Vol.3 no. 2, 2010, 279-302 26 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang
tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di
Pangkalan Brandan 27 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat),
(Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 38-43 dan 70 dalam
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36
WIB
56
kaligrafi28 dan ornamen ukiran tumbuh-tumbuhan khas
melayu (Lihat lampiran I gambar 39). Seperti gambar di
bawah terdapat contoh salah satu ornamen kaligrafi pada
dinding pintu masuk Masjid Azizi yang bertuliskan ayat al-
Quran Surah Ali Imran ayat 103-105. Ayat ini artinya,
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kau
kepada Allah dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah
kamu kepada agama Allah dan janganlah kamu
bercerai berai...”
Jenis kaligrafi yang digunakan di dinding pintu
masjid ini merupakan jenis kaligrafi tsulus. Sama
halnya dengan jenis kaligrafi lainnya yang menghiasi
bangunan masjid ini. Penggunaan kaligrafi jenis tsulus
pada bangunan ini dianggap paling efektif karna
termasuk jenis kaligrafi yang mudah dibaca dan
memiliki nilai estetika yanag bagus.29
Di dinding Masjid Azizi ini, baik bagian dalam
maupun luarnya berdasarkan penelitian sebelumnya
yang memfokuskan pada ornamen kaligrafi bangunan
ini, menyebutkan bahwa terdapat 435 kaligrafi dan 40
28 Kaligrafi berasal dari kata kaligraphia yang artinya tulisan indah.
Kaligrafi ini merupakan manifestasi dari kata Khat. Ornamen kaligrafi pada
masjid ini merupakan bentuk penulisan tradisi Arab di mana tempat lahirnya
tulisan ini. Lihat Ambary, 1991: 2 dalam Lia Nuralia, Kaligrafi Islam pada
Dinding Masjid Kuna Cikoneng Anyer-Banten: Kajian Arti dan Fungsi,
(Barkala Arkeologi) Vol. 37, No. 1, Mei, 2017, 85 Jenis khat ini juga banyak
ditemui di bangunan-bangunan masjid Turki. 29 Maulana Ahadi Arifin, Analisis Kaligrafi dan Ornamen pada Masjid
Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat Ditinjau dari Jenisnya, (Skripsi,
Medan: Universitas Negeri Medan, 2016), 124
57
ornamen flora, geometris serta lainnya. Di mana,
keseluruhan ornamen ini pada dasarnya tidak memiliki
makna khusus. Hanya sebagai penghias dalam sebuah
bangunan.
Banyaknya kaligrafi yang menghiasi masjid ini
menggambarkan keislaman yang begitu kental pada
masyarakat setempat dan penguasa yang menginginkan
pendirian masjid ini pada khususnya. Isi kaligrafi yang
diambil untuk dituliskan pun rata-rata bersumber dari
ayat al-Quran.30
Selain hiasan kaligrafi, dapat kita lihat (Lihat
lampiran I gambar 39), bahwa dinding pintu masjid ini
juga dihiasai dengan ornamen lainnya seperti ornamen
geometris dan ornamen bermotifkan tumbuhan kaluk
pakis berwarna hijau. Ornamen ini merupakan ornamen
ragam hias Melayu.31 Motif ornamen ini selalu
digunakan di setiap dinding pintu masuk Masjid Azizi.
Baik yang di sebelah Utara, Timur maupun Selatan.
Sedangkan dibagian dalam masjid, terdapat warna
yang lebih bervariasi dengan ornamen kaligrafi,
geometris, flora dan lainnya (Lihat lampiran I gambar
30 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat),
(Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 6 dalam
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36
WIB dan Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun),
Bendahara Masjid Azizi, 18/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura 31 Hasil wawancara oleh Bapak Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun),
Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi
Tanjung Pura
58
40). Hal ini menunjukan adanya keberagaman ornamen
yang dimiliki masjid ini. Kebanyakan ornamen yang
terdapat pada masjid ini adalah ornamen kaligrafi dan
dibalut dengan ornamen lainnya yang berjeniskan
tumbuh-tumbuhan dan geometris. (Lihat lampiran I
gambar 40 dan 41)
Pada dinding bagian dalam masjid ini terdapat pula
ornamen Melayu lainnya yang bermotifkan tumbuhan
yakni bunga melur (Lihat lampiran I gambar 42) dan
ornamen bermotifkan alam khas Melayu yakni bintang
(Lihat lampiran I gambar 43). Makna dari hiasan
ornamen bintang ini menunjukkan makna keaslian,
kekuasaan Tuhan dan sumber sinar kehidupan
manusia.32
Terkait warna, masjid ini menggunakan warna
kuning pada dasar bangunan luarnya. Di mana menurut
beberapa sumber bahwa warna kuning ini
melambangkan ciri khas Melayu yang melambangkan
kekuasaan dan kejayaan.33 Namun ada juga yang
mengatakan bahwa warna kuning ini juga merupakan
warna ciri khas Cina.
32 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat),
(Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 6 dalam
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36
WIB, 6 33 Hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA., (57 tahun), tokoh
sejarawan Langkat dan mantan kepala kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan
59
Berdasarkan sudut pandang ragam hias Cina, makna
warna kuning itu melambangkan kekuatan yang akan
diberikan nenek moyangnya.34 Sebagaimana kita
ketahui bahwa masjid ini memang terdapat campur
tangan orang-orang Tionghoa.
Sedangkan hijaunya menurut Abul Sazali
(Bendahara BKM) bahwa warna hijau ini
melambangkan keislaman. Hal ini disandarkan kepada
bahwa warna kesukaan Rasulullah itu adalah warna
hijau. Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Anas bin Malik bahwa, "Warna yang paling
disukai oleh Rasulullah SAW adalah hijau." Di
samping itu, menurut Kartini (2014)35 warna hijau ini
melambangkan kemakmuran dan kesuburan.
7) Mimbar
Mimbar merupakan tempat di mana biasanya
berkhotbah atau ceramah. Pada umumnya biasa
digunakan saat khotbah Jum’at. Sama halnya seperti
34 Parlindungan Siregar, Masjid Kebon Jeruk: Potret Akulturasi
Masyarakat Muslim Di Jakarta Abad XVIII, (Laporan Hasil Penelitian,
Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur
dan Khazanah Keagaman, 2010), 57 35 Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu
Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Skripsi Medan: Universitas Sumatera
Utara), 8 dalam
http://Www.Academia.Edu/13191277/Analisa_Penerapan_Ornamen_Bernuans
a_Melayu_Pada_Masjid_Azizi_Di_Tanjung_Pura, diakses 29/03/2018 pukul
11:55 WIB dan hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA., (57
tahun), tokoh sejarawan Langkat dan mantan kepala kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan
60
fungsi mimbar di Masjid Azizi ini. Mimbar asal
mulanya memang merupakan dari Islam. Walaupun
memang, seiring perkembangan zaman bentuk mimbar
semakin berkembang.
Berdasarkan penjelasan dari Bapak Abul Sazali
bahwa mimbar masjid ini terbuat dari kayu yang juga
diimpor langsung dari Turki. Bentuknya menyerupai
mimbar yang ada di Masjid Turki (Lihat lampiran 1
gambar 45) hal ini didukung pula oleh pernyataan M.
Sis. Selain itu, jika kita lihat dari kaca mata ciri khas
ornamen Melayu, pada mimbar ini juga terdapat
beberapa motif ornamen Melayu. Salah satunya
ornamen yang disebut ukiran kaluk pakis, genting tak
putus.36 Adapun ornamen genting tak putus dan kaluk
pakis ini dari sumber yang ditemui, tidak terdapat
makna khusus. (Lihat lampiran 1 gambar 44)
8) Mihrab
Mihrab Masjid Azizi (Lihat lampiran I gambar 46)
merupakan tempat di mana imam berdiri dalam
memimpin shalat. Posisinya biasanya menjorok ke
depan membentuk lengkungan dan merupakan satu
kesatuan dari bangunan masjid. Mihrab pada Masjid
Azizi ini juga dihiasi ornamen kaligrafi, tumbuh-
tumbuhan dan geometris lainnya. Pada mihrab ini juga
36 Hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA, (57 tahun),
sejarawan Langkat dan mantan kepala kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Brandan dan Andrie Suparman, Analisa
Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, 6
61
terdapat ornamen Melayu yang disebut sebagai bunga
teratai dan bintang (Lihat lampiran I gambar 47).
Ornamen teratai dan bintang ciri khas ornamen
melayu ini juga tidak dijelaskan apa makna yang
terkandung di dalam ornamen ini. Namun memang
ornamen ini umum digunakan pada ragam hias Melayu.
Gaya mihrab masjid azizi ini mirip seperti mihrab yang
umum digunakan pada bangunan masjid di Afrika,
Spanyol dan Turki (Lihat lampiran I gambar 48).
Mihrab ini juga memiliki berbagai ornamen dan motif
mewah serta hiasan tulisan kaligrafi pada dindingnya.37
Masjid Azizi ini beberapa arsitekturnya memang
banyak terinspirasi dari bangunan-bangunan tempat
peribadahan yang berkembang di dunia saat itu.
Apalagi memang pada masa itu, Sultan sering
melakukan kunjungan ke Turki dan berbagai negara
lainnya.
B. Analisis Lingkungan/Kontekstual
Analisis Kontekstual merupakan analisis berupa variabel-
variabel yang berkaitan dengan halaman bangunan, pagar
keliling, parit keliling, bangunan-bangunan di sekitarnya dan
lingkungan fisik di sekitar bangunan untuk perolehan bahan
baku.38
37 Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu
Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, 8 38 Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan
Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Departemen
62
Adapun hasil analisis kontekstual yang didapatkan dari
bangunan Masjid Azizi yang dibangun di atas tanah seluas
21.000 meter persegi dengan luas bangunan 845 meter persegi
(Lihat lampiran I gambar 49) dapat dilihat bahwa Letak Masjid
ini pada masa awal berdiri terletak berdekatan dengan area pusat
pemerintahan Kesultanan Langkat pada masa kepemimpinan
Sultan Musa. Letaknya pun tidak jauh dari bangunan Istana
Kesultanan. Sebagaimana pada umumnya, di setiap daerah istana
kesultanan selalu didirikan masjid sebagai tempat ibadah dan
pengajian agama.
Lokasi berdirinya masjid ini juga pada mulanya merupakan
tempat pengajian keislaman pada masa Sultan Musa (lapangan
parkir sekarang). Dulu hanya berupa rumah kecil berdinding
kayu. Dari tempat ini lah kemudian cikal bakalnya berdiri Masjid
Azizi sebagai pusat peribadahan dan kajian Islam yang
diharapkan lebih besar dan bermanfaat untuk masyarakat.
Di samping itu, di sekeliling masjid ini terdapat beberapa
bangunan seperti halnya Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah (di
sebelah timur bangunan induk masjid), pemakaman keturunan
sultan (di sebelah barat masjid), pejuang dan masyarakat biasa.39
Masjid ini juga berbatasan langsung dengan jalan raya Medan-
Aceh. Tepatnya di sebelah utara masjid.40 Selain itu, berdekatan
Kebudayaan dan Pariwisata. Metode Penelitian Arkeologi. (Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008), 68-70 39 Isman Prataman Nasution, Nama-nama Masjid Kuno di Nusantara dan
Aspek yang Melatarbelakangi: Tinjauan Toponimi dan Arkeologis, Jurnal
WACANA, VOL. 4, No. 1, April 2004, 128 40 Andrie Suparman, Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan
Masjid, 35
63
dengan area masjid ini terdapat pula Madrasah tempat pendidikan
agama Islam. Pada awalnya madrasah ini didirikan khusus
sebagai tempat pembibitan para imam yang akan dijadikan imam
dan pengisi kajian di Masjid Azizi. Hal ini juga dikarenakan
adanya ketetapan sultan bahwa yang boleh menjadi imam Masjid
Azizi hanyalah para alumni madrasah tersebut. 41
Kemudian, tidak jauh dari lokasi masjid ini, dahulunya
terdapat pula pelabuhan yang digunakan sebagai tempat keluar
dan masuknya kapal-kapal pembawa material bangunan Masjid
Azizi yang berasal dari luar negeri dengan daya tampung ratusan
ton. Pelabuhan ini terletak sekitar + 2,5 KM dari lokasi Masjid
Azizi (di depan kantor koramil Tanjung Pura sekarang).
Bangunan ini dilengkapi dengan dua lapis pagar keliling
berbentuk persegi panjang yang sengaja dibuat untuk menghiasi
dan menambah kemewahan Masjid Azizi. Pada pagar bagian luar
terdapat parit dengan lebar + 1,5 meter yang dibuat untuk tempat
aliran air masjid agar aliran air tetap terjaga stabil.
C. Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya merupakan pencampuran dua atau lebih
kebudayaan yang dalam pencampuran itu masing-masing
unsurnya masih kelihatan. Sedangkan budaya menurut
Koentjaningrat maksudnya ialah keseluruhan gagasan dan karya
manusia.42 Dengan demikian akulturasi budaya berarti
pencampuran beberapa hasil cipta karya rasa manusia yang
41 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64 tahun), bendahara
Masjid Azizi, 17/03/18 di Masjid Azizi 42 http://e-journaluajy.ac.id/id/eprint/1601, diakses pukul 23:29 WIB,
02/05/2018
64
dijadikan satu kesatuan menjadi sebuah karya seni. Pada
bangunan pun juga terdapat akulturasi budaya seperti halnya
akulturasi budaya pada bangunan Masjid Azizi.
Masjid ini memiliki unsur akulturasi budaya pada ornamen
dan bentuk komponen masjidnya. Di mana terdapat ornamen
budaya Eropa (kubah, menara, tiang), Gotik (Jendela dan
ornamen pagar), Turki (dalam masjid), India (gaya bangunan luar
masjid), Spanyol (beberapa komponen masjid seperti mihrab),
Cina (warna dan ornamen hias) dan Arab (bentuk kaligrafi,
mimbar dan serambi).43
Selain itu, dari analisis yang dilakukan ditemukan bahwa,
dari luar masjid, bangunan ini terlihat seperti bangunan di India
yakni bangunan Taj Mahal. Hal ini, dapat dilihat dari bentuk
bangunan dengan tiga jenis kubah dan halaman luas yang umum
digunakan seperti khas masjid yang berkembang di India.
Sementara jika kita lihat dari dalam masjid, terlihat seperti
bangunan Turki di mana terdapat kaligrafi dan bentuk mihrab
yang menyerupai bangunan Hagia Shopia dan bentuk masjid
dengan ruang tengah yang luas dan atap kubah yang masif
(seperti yang berkembang di Anatolia, Turki).
Begitu pula dengan ukiran tiang-tiang penyangga dalam dan
luar masjid yang berukirkan bentuk lengkung yang
43 Andrie Suparman, Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan
Masjid, 11 lihat juga Meyga Fitri dan Dharma Widya, Pelestarian Kawasan
Tanjug Pura sebagai Aset Wisata di Kabupaten Langkat, (Institut Teknologi
Medan), RUAS, Volume 12 No. 2, Desember 2014, 21-22 dan hasil
wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA, (57 tahun), seorang sejarawan
Langkat, 18/03/18 di Pangkalan Brandan dan hasil wawancara dengan Bapak
Abul Sazali (64 tahun), bendahara Masjid Azizi, 17/03/18 di Masjid Azizi
65
memperlihatkan khas ukiran dan bentuk bangunan Timur Tengah
dan Eropa (memiliki banyak tiang penyangga).44
Beragamnya akulturasi budaya yang mempengaruhi
bangunan Masjid Azizi ini menggambarkan kekayaan seni
arsitektur yang dimilikinya. Selain itu terlihat pula bahwa dengan
adanya akulturasi budaya pada bangunan masjid ini
menggambarkan semangat hidup toleransi Sultan dan masyarakat
terhadap budaya lain.
44 Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal
Shuf, Vol.3 no. 2, 2010, 279-302 dan hasil wawancara dengan Bapak Abul
Sazali (64 tahun), bendahara Masjid Azizi, 17/03/18 di teras bagian utara
Masjid Azizi dan hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA, (57
tahun), sejarawan Langkat dan mantan kepala kantor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Brandan
65
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan pembahasan di atas, ialah:
1. Masjid azizi ini didirikan oleh Sultan Abdul Aziz atas
pesan ayahnya yakni Sultan Musa. Berdiri pada tanggal
12 Rabiul Awal 1320 H bertepatan dengan tanggal 13 Juni
tahun 1902 M. Pada mulanya lokasi Masjid Azizi ini
merupakan tempat berdirinya rumah suluk yang sering
digunakan untuk tempat pembelajaran agama Islam Sultan
Musa, keluarga kesultanan dan masyarakat sekitar.
Selanjutnya atas pesan Sultan Musa kepada anaknya
(Sultan Abdul Aziz) maka berdirilah masjid ini. Sebelum
pendirian masjid ini, sultan Abdul Aziz juga meminta
arahan dan bimbingan dari guru sekaligus penasehat
spirutualnya yakni Syekh Abdul Wahab Rokan.
2. Adapun eksterior bangunan Masjid Azizi ini di antaranya
terdapat pagar (di bagian induk bangunan Masjid Azizi
dan bagian halaman luar masjid), lapangan, parkiran,
makam, menara (bagian timur masjid), Balai Pustaka
Tengku Amir Hamzah (bagian timur masjid), Kamar
Mandi (selatan masjid) dan Bedug (di atas menara).
Sedangkan pada bagian interior masjid terdapat pintu,
jendela, pondasi, dinding, mimbar, atap/kubah, tiang,
mihrab, lantai, lampu hias dan serambi.
66
3. Masjid Azizi merupakan salah satu bangunan peninggalan
bersejarah Kesultanan Langkat. Masjid ini menjadi bukti
nyata akan keberadaan dan kejayaan Kesultanan Langkat.
Hal ini dapat dilihat dari potret keberagaman dan
kekayaan seni arsitektur serta kemewahan material-
material pada bangunan masjid ini. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan ditemukan bahwasanya pada
bangunan ini memiliki ragam jenis seni arsitektur baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk ornamen
masjid Azizi sendiri banyak mengandung unsur ornamen
hias Melayu, Gotik, Turki, Arab, Cina, Spanyol, dan
Persia. Keberagaman ornamen dan gaya serta bentuk
bangunan Masjid Azizi yang mengadopsi khas negara-
negara di luar Indonesia ini memperlihatkan adanya
akulturasi budaya bangunan yang terjadi. Di samping, jika
secara umum, bangunan Masjid Azizi ini dari luar terlihat
mirip seperti bangunan di India. Namun jika dilihat dari
dalam masjid maka bangunan ini menyerupai bangunan-
bangunan yang ada di Turki dan Mesir.
B. Saran
Adapun saran saya untuk penelitian selanjutnya ialah, adanya
penelitian berkelanjutan untuk menggali potensi arkeologi yang
terdapat pada bangunan Masjid Azizi, agar jejak sejarah Masjid
Azizi benar-benar terdokomentasikan secara ilmiah sehingga
nilai-nilai sejarah yang dimilikinya tidak pudar seiring dengan
arus globalisasi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ahmad, Kadir. 1997. Sejarah Singkat Kerajaan Langkat dan
Budayanya. Medan:Mitra
Ambari, Hasan Muarif. “Pola Pembinaan dan Pengembangan
Tradisi dan Sejarah”. Pakuan Pajajaran Dalam
Lingkup Kebudayaan Nasional. Makalah Seminar
Nasional. Bogor.
________. 1998. Menemukan Peradaban, ed. Jajat Burhanuddin.
Jakarta: Logo Wacana Ilmu.
Arifin Husin, Djohar. 2013. Sejarah Kesultanan Langkat, Medan:
Yayasan Bangun Langkat Sejahtera.
Arifin, Zainal. 2012. Langkat dalam Sejarah dan Perjuangan
Kemerdekaan. Medan: Mitra.
Arifin, Zainal. 2008. Sekilas Tragedi Bersejarah Brandan Bumi
Hangus. Medan: Mitra
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara.
2011. Situs Sejarah Dunia Kilang Minyak Pangkalan
Brandan. Medan: Balitbang Provinsi Sumatera Utara
Basarsah, Lukman Sinar. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan
Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan
Serdang
________. 2007. Motif dan Ornamen Melayu,. Medan: Yayasan
Kesultanan Serdan.
Basri, Hasan. 1983. Fakta Sejarah Lengkap Pangkalan Brandan
Dibumi Hanguskan. Medan: Biro Sejarah Perjuangan RI.
67
Husein, Djohar Arifin. 2013. Sejarah Kesultanan Langkat.
Medan: tanpa penerbit
Husny, dkk. 1982. Revolusi Sosial 1946 di Sumatera Timur.
Medan.
Imam Sudibyo. (2002). Peninggalan Sejarah Lokal sebagai
Sumber Belajar. Makalah Seminar UKSW. Salatiga.
Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat. 2012.
Medan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.
Napitapulu, dkk. 1991. Sejarah Perlawanan terhadap
Kolonialisme dan Imperialosme di Sumatera Utara.
Departemen Pendidikan dan Budaya Direktorat Sejarah
dan Nilai Tradisional.Medan
M.C. Ricklef. 1976. Sejarah Indonesi Modern 1200-2008.
Jakarta: Serambi.1998. Medan Area Mengisi Proklamasi.
Biro Sejarah Prima. Medan
Muhammad TWH. 1997. Belanda Gagal Rebut Pangkalan
Brandan. Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Sejarah
Perjuangan Kemerdekaan RI.
Panitia Peringatan Ulang Tahun ke-100 Jama’iyah Mahmudiyah
Tanjung Pura, Langkat. 2012. Sejarah Organisasi
Pendidikan dan Sosial Jama’iyah Mahmudiyah Lithalibil
Kahiriyah Tanjung Pura Langkat. Bandung: Citapustaka
Media Perintis.
Pelly, Usman. dkk. 1986. Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan
Kesultanan Langkat, Deli dan Serdang. Jakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pendidikan RI.
68
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan
Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2008. Metode
Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional.
Reid Anthony. 2010. Sumatera Tempo Doelo. Depok: Komunitas
Bambu.
Rasyid, Harun Nur. 2004. Mengenal Melayu Pesisir Timur.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Parawisata.
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Langkat
dan Binjai. 1993. Medan: Panitia Penyusun Sejarah
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Langkat dan Binjai.
Santiko, Hariani. 1980. Dewi Sri di Jawa. Jakarta : pertemuan
ilmiah arkeologi Pulitarkenas.
Siregar, Parlindungan, Masjid Kebon Jeruk: Potret Akulturasi
Masyarakat Muslim Di Jakarta Abad XVIII, (Laporan
Hasil Penelitian, Jakarta: Kementerian Agama RI Badan
Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagaman, 2010).
Soekmono. 1977. Fungsi Candi dan Pengertiannya. Jakarta :
Dirjen Dikti Depdikbud.
________. 1987. Local Genius dan perkembangan bangunan
sakral di Indonesia. “Kepribadian Budaya Bangsa”.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Tjandrasasmita, Uka. 1978. Himpunan Peraturan-peraturan
Perlindungan Cagar Budaya Nasional. Jakarta: Proyek
Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Purbakala.
69
Tunggal, Hadi Setia. 1997. Peraturan Perundang-Undangan
Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Harvarindo.
Undang-Undang Otonomi Daerah. 1999. UU No : 22 Tahun
1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Surabaya: Karya
Utama.
Zin, Abdul Aqier. 1999. Masjid-masjid bersejarah di Indonesia.
Jakarta: Gema Insani Pers.
Zuhdi, Sulaiman. 2013. Langkat dalam Kilatan Selintas Jejak
Sejarah dan Peradaban. Stabat: Stabat Madio.
Jurnal
Alvita Melina dan Emmelia Tricia, Identifikasi Unsur-unsur
Pembentukan KarakterArsitektural Bangunan Gereja
Krsiten Jawa Klasis Yogyakarta Utara, (Yogyakarta:
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI), Volume 10, Nomor 2,
Oktober 201
http://library.gunadarma.ac.id/journal/view/10385/identifi
kasi-unsur-unsur-pembentuk-karakter-arsitektural-
bangunan-gereja-kristen-jaw-a-klasis-yogyakarta-
utara.html/
Isman Prataman Nasution, Menara Masjid Kuna Indonesia,
WACANA, VOL. 4, No. 1, April 2004,
wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/download/346/322
Lia Nuralia, Kaligrafi Islam pada Dinding Masjid Kuna
Cikoneng Anyer-Banten: Kajian Arti dan Fungsi,
(Barkala Arkeologi) Vol. 37, No. 1, Mei, 2017
http://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkal
aarkeologi
70
Meyga Fitri Handayani Nasution dan Dharma Widya, Jurnal
RUAS, Pelestarian Kawasan Tanjung Pura sebagai
Aset Wisata di Kabupaten Langkat, Volume 12, No. 02,
Desember 2014, ISSN 1693-3702
https://anzdoc.com/pelestarian-kawasan-tanjung-pura-
sebagai-aset-wisata-di-kabu.html
Rani Lestari, JUSPI, Kampung Tarekat Naqsabandiyah di
Babussalam, Besilam dalam Lintas Sejarah, Volume 1,
No. 1 Tahun 2017, ISSN 2580-8311
Jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/download/1001/
795
Ryzka Dwi Kurnia, Sistem Pemerintahan Kesultanan Langkat,
Jurnal Analytica Islamica, Vol. 4, No. 1, 2015, 160
jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/462/36
3
Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal
Shuf, Vol.3 no. 2, 2010, 279-302
https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/view/
74/72
Subhan Afifi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Identifikasi Program
Corporate Social Responsibility Di Pangkalan Brandan
terhadap Rencana Pendirian Pabrik Sodium Ligno
Sulfanot, Volume 12, Nomor 2, Mei- Agustus 2014, 137
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/vie
w/374
Windari, JUSPI. Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada
Masa Sultan Abdul Aziz (1827-1927 M) Vol. I No. 1
71
Tahun 2017, 1344 http://
jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/902
Skripsi
Alfin, Muhammad. “Kehidupan Sosial-Ekonomi Bangsawan
Langkat 1942- 1947”, Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan. 2014 http://digilib.unimed.ac.id/18325/
Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada
Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung
Pura, Langkat), (Medan, Universitas Sumatera Utara,
2015
https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z,
29/03/2018 pukul 11:36 WIB
Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa
Melayu Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Medan:
Universitas Sumatera Utara)
http://www.academia.edu/13191277/ANALISA_PENER
APAN_ORNAMEN_BERNUANSA_MELAYU_PADA_
MASJID_AZIZI_DI_TANJUNG_PURA
Christian, Reza Ade. “Agresi Militer Belanda I dan II (Periode
1947-1949) dalam Sudut Pandang Hukum
Internasional”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
2011 lib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-20232943.pdf
Cut Azmah, Attahilah dkk., Alternatif Kubah sebagai Simbol
Masjid dan Pengaruhnya pada Desain Masjid-masjid di
Indonesia, (Temu Ilmiah IPLB, Universitas Mlikussaleh,
2016 http://temuilmiah.iplbi.or.id/alternatif-kubah-
72
sebagai-simbol-mesjid-dan-pengaruhnya-pada-desain-
mesjid-mesjid-di-indonesia/
Nurhairina. “Dampak Pemerintahan Kolonial Belanda terhdapat
Kesultanan Langkat tahun 1830-1946.” Skripsi.
Medan: Universitas Negeri Medan. 2014
Hendrawan Sembiring, M.Eko. “Sejarah Kota Tanjung Pura
Tahun 1896-2014”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan. 2014
Maulana Ahadi Arifin, Analisis Kaligrafi dan Ornamen pada
Masjid Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat Ditinjau
dari Jenisnya, (Skripsi, Medan: Universitas Negeri
Medan, 2016), http://digilib.unimed.ac.id/1961/
Wawancara
Wawancara dengan Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun),
Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, cucu dari
Syekh H. Abdullah Afifuddin (Salah satu Syekh yang
pernah menjadi imam di Masjid Azizi), 18/03/2018 di
Masjid Azizi Tanjung Pura
Wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun),
seorang Staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Tanjung Pura,
Kabupaten Langkat
Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA (56 tahun),
seorang sejarawan Langkat, mantan kepala Kantor
Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat,
19/03/2018 di Pangkalan Brandan.
73
Lampiran I
Gambar 1. Tampak pagar mengelilingi bangunan masjid
Gambar 2. Halaman di bagian induk Masjid
74
Gambar 3. Halaman Luar Masjid
Gambar 4. Parkiran Masjid Azizi
75
Gambar 5. Pemakaman Sultan
Gambar 6. Pemakaman masyarakat
76
Gambar 7. Menara Masjid Azizi
Gambar 8. Balai Pustaka T.Amir Hamzah
77
Gambar 9. Balai Pustaka T.Amir Hamzah
Gambar 10. Kamar mandi dan tempat wudhu Masjid Azizi
78
Gambar 11. Pintu utama
Gambar 12. Pintu kecil yan berada di kiri dan kanan pintu utama
79
Gambar 13. Jendela Masjid Azizi
Gambar 14. Gaya arsitektur jendela Gotik yang berkembang sejak tahun 1180
Sumber: arsitekturgothic.blogspot.com/2008/02/arsitektur-gothic.html
80
Gambar 15. Dinding di dalam masjid yang dipenuhi kaligrafi dan ornamen
Gambar 16. Dinding bagian luar masjid
81
Gambar 17. Mimbar Masjid Azizi
Gambar 18. Maniatur Masjid Azizi
82
Gambar 19. Bangunan Masjid Azizi. Terlihat terdapat gambar asli kubah-
kubah
Gambar 20. tiang-tiang penyangga yang terdapat di dalam masjid.
83
Gambar 21. Tiang penyangga bangunan luar masjid
Gambar 22. Mihrab Masjid Azizi
84
Gambar 23. Lantai marmer yang berada di dalam masjid
Gambar 24. Lantai yang berada di teras masjid
85
Gambar 25. Lampu hias yang terletak di dalam masjid
Gambar 26. Serambi bagian timur masjid dilihat dari luar
86
Gambar 27. Serambi bagian timur masjid terlihat dari dalam
Gambar 28. Pagar tampak dari dalam masjid
Ornamen awan
selimpat
87
Gambar 29. Salib pada ornamen pagar Masjid Azizi
Gambar 30. Terlihat ornamen sisi depan pagar
Perpelipitan
n
Bentuk-bentuk
salib
Sumber:
http://www.glob
almuslim.web.id
/2012/12/katolik
-sarat-dengan-
ritus-
paganisme.html
88
Gambar 31. pagar yang mengelilingi bangunan induk Masjid Azizi.
Gambar 32. Makam T. Amir Hamzah
Ornamen terali bola
89
Ornamen awan ikal khas
Melayu
Gambar 33. menara Azizi
Gambar 34. Ornamen Menara
90
Gambar 35. Pintu Masjid Azizi
Gambar 36. Masjid Jami’ Delhi, India
91
Gambar 37. Jendela Masjid Azizi
Gambar 38. kubah utama dilihat dari dalam masjid (bagian bawah kubah)
92
Gambar 39. Kubah terlihat dari luar
Gambar 40. Ukiran Kaligrafi pada dinding pintu masuk
93
Gambar 41. Dinding bagian dalam masjid
Gambar 42. Ragam hias ornamen yang terdapat di dinding bagian dalam
masjid
94
Gambar 43. Bungan Melur
Gambar 44. Bermotifkan bintang
95
Gambar 45. mimbar Masjid Azizi
Gambar 46. Mimbar Masjid Kuno di Turki
(Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=338278)
Ornamen
genting
tak putus
96
Gambar 47. mihrab Masjid Azizi
Gambar 48. Ornamen mihrab Masjid Azizi
Ornamen Kaligrafi Ornamen teratai
97
Gambar 49. Mihrab Masjid di Cordoba, Spanyol
Gambar 50. Denah lokasi Masjid Azizi
sumber: https://id.123dok.com//document/wyeg4p4z-analisis-struktur-dan-
simbol-kubah-pada-bangunan-masjid-studi-kasus-masjid-azizi-tanjung-pura-
langkat-1.html
98
Gambar 51. Masjid Badashi di Indiayang identik memiliki 3 buah kubah
(Sumber: https://www.brilio.net/news/ini-masjid-pertama-yang-memakai-
kubah-di-atapnya-dibangun-tahun-685-1507080.html )
Gambar 52. Masjid Jami’ Delhi di Indiayang identik memiliki 3 buah kubah
Gambar 53. Masjid Azizi yang juga memiliki 3 kubah anak yang dibuat
menyerupai kubah masjid di India dan kubah-kubah keil di atas setiap tiang
penyangga
1
2
3
99
Gambar 54. Ukiran nama pendiri Masjid Azizi yang ditulis dalam aksara
Arab Melayu pada dinding pintu masuk bagian utara Masjid Azizi
Gambar 54: Ukiran nama pimpinan pihak Deli Maatchappij di tempok Menara
Masjid Azizi sebagai pendiri Menara Masjid Azizi