Masjid Raya Sintang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Masjid Raya Sintang

Citation preview

  • 1) Alumnus Prodi Teknik Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Tanjungpura

    339

    MASJID RAYA SINTANG

    Novita1)

    Abstrak

    Secara etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yang artinya tempat sujud.

    Kemudian kata sajada mendapatkan awalan ma- sehingga terbentuklah kata masjid. Menurut arti

    katanya, fungsi masjid yang utama adalah sebagai tempat sujud. Secara luas, masjid dapat

    diartikan sebagai tempat bagi orang Islam untuk mengabdikan diri dan melakukan segala aktivitas

    yang mengandung makna kepatuhan kepada Tuhan. Berdasarkan musyawarah masjid DKI Jakarta,

    masjid raya yaitu tingkatan masjid terbesar yang ada di suatu provinsi (Susanta, dkk, 2007).

    Menurut Dr. Ir. Soegijanto (Effendi, 2008), melalui penelitian kinerja akustik di Indonesia sesuai

    dengan fungsi dan dimensinya, masjid raya yaitu masjid yang mempunyai skala kota. Dengan

    adanya masjid yang besar ini tentunya membutuhkan energi yang besar pula untuk pemenuhan

    penghawaannya. Salah satu esensi bangunan masjid ialah terciptanya suasana khusyu dalam beribadah, karena masjid yang dibangun cukup besar dan daya tampung jamaah yang ramai

    sehingga membutuhkan penghawaan yang cukup berupa penghawaan secara alami pada bangunan.

    Kata-kata kunci: masjid raya, penghawaan alami

    1. PENDAHULUAN

    Pada awal berkembangnya agama Islam,

    mendirikan masjid merupakan langkah

    awal bagi Nabi Muhammad SAW dalam

    membentuk suatu komunitas Islam setelah

    hijrahnya ke Madinah. Sejarah masjid

    pertama yang didirikan oleh Nabi

    Muhammad SAW sewaktu hijrah adalah

    Masjid Quba, kemudian Masjid Nabawi.

    Sebagai tempat ibadah, masjid dapat

    diartikan sebagai suatu bangunan tempat

    melakukan salat secara berjamaah atau

    sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang

    berhubungan dengan Islam. Masjid diper-

    lukan mengingat semakin bertambahnya

    masyarakat muslim yang ada terutama

    dalam pelaksanaan salat Jumat dan salat

    hari raya yang membutuhkan daya

    tampung ruang yang cukup luas sebagai

    fasilitas beribadah secara berjemaah dan

    kegiatan keislaman lainnya yang membu-

    tuhkan satu tempat untuk mewadahi

    seluruh aktivitas tersebut. Dengan adanya

    multifasilitas penunjang yang disediakan,

    diharapkan masjid tidak akan sepi setiap

    harinya dan ukhuwah masyarakat muslim

    akan semakin erat.

    Optimalisasi fungsi masjid selain sebagai

    tempat ibadah juga sebagai tempat pem-

    binaan umat dengan segala aspek yang

    akan mewujudkan masyarakat yang selalu

    mendekatkan diri kepada Allah dan

    hubungan yang baik sesama manusia.

    Kabupaten Sintang sebagai kabupaten

    terbesar ketiga di Provinsi Kalimantan

    Barat setelah Ketapang dan Kapuas Hulu,

    merupakan salah satu wilayah yang

    memiliki masyarakat pinggiran Kota

    Sintang, walaupun sudah ada masjid dan

    surau lainnya yang tersebar di Sintang

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    340

    namun daya tampung jemaah dan fasilitas-

    fasilitas penunjang yang ada masih

    minim sehingga efektivitas dan aktivitas

    masjid menjadi kurang teroptimalkan.

    Permasalahan khusus yang ingin diseles-

    aikan terhadap ruang masjid terutama pada

    saat pelaksanaan ibadah salat Jumat dan

    hari raya adalah berkenaan dengan upaya

    pemaksimalan penghawaan alami. Karena

    bangunan masjid yang akan didirikan ini

    cukup besar dalam hal kapasitas, tentu-

    nya pertimbangan mengenai hal tersebut

    cukup penting, karena nantinya diharapkan

    bangunan ini dapat memaksimalkan

    pemanfaatan sumber daya alam yang ada

    berupa angin/udara alami yang dapat

    membantu dalam efektivitas penghawaan

    alami ruang, sehingga tidak memerlukan

    alat pendingin ruangan dan bangunan

    diharapkan dapat lebih ramah terhadap

    lingkungan sekitar.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Masjid

    Masjid merupakan bangunan karya

    peradaban umat yang berkembang setiap

    masanya sebagai tuntutan kebutuhan umat

    dalam beribadah, bersyukur, dan berserah

    diri kepada Allah yang menciptakan alam

    semesta ini. Sebagaimana sabda Rasulullah

    SAW, Di mana pun engkau salat, tempat itulah masjid (Susanta, dkk, 2007).

    Secara estimologi, kata masjid berasal

    dari bahasa Arab yaitu sajada, yang

    artinya tempat sujud. Kemudian kata

    sajada mendapat awalan ma- sehingga

    terbentuklah kata masjid. Menurut arti

    katanya, fungsi masjid yang utama

    adalah sebagai tempat sujud. Namun, jika

    dilihat secara lebih mendalam, fungsi

    masjid yang sebenarnya meliputi segala

    segi kehidupan manusia. Hal ini sebagai-

    mana yang terkandung dalam surat Al-

    Alaq: 19, Sujudlah kepada Tuhan dan beribadahlah.

    Menurut Aslah (2010), masjid memiliki

    fungsi dan peran yang dominan, di

    antaranya:

    a. Sebagai tempat beribadah b. Sebagai tempat menuntut ilmu c. Sebagai tempat pembinaan jemaah d. Sebagai pusat dakwah dan

    kebudayaan Islam

    e. Sebagai pusat kaderisasi umat f. Sebagai basis kebangkitan umat

    Islam.

    Fungsi masjid yang utama adalah sebagai

    tempat pusat ibadah dan kebudayaan

    Islam. Sedangkan ibadah dalam Islam

    mencakup (Aslah,2010):

    Hubungan manusia dengan Allah (hablunminallah), yang berwujud

    salat, iktikaf, dan lain-lain.

    Hubungan manusia dengan manusia (hablunminannas), yang berwujud

    zakat, fitrah, dan lain-lain.

    Hubungan manusia dengan dirinya, yang berwujud mencari ilmu,

    mengaji, dan lain-lain.

    Hubungan manusia dengan alam, yang berwujud memelihara, meman-

    faatkan, dan tidak merusak alam.

    Menurut Dr. Ir. Soegijanto dalam Effendi

    (2008), melalui penelitian kinerja akustik

    di Indonesia sesuai dengan fungsi dan

    dimensinya masjid dapat dikelompokkan

    menjadi tiga yaitu:

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    341

    Masjid raya yaitu masjid yang mem-punyai skala kota. Masjid ini umum-

    nya terletak di sebelah barat alun-alun

    di depan bangunan-bangunan peme-

    rintah. Contoh Masjid Raya Pondok

    Indah.

    Masjid kecil yaitu biasa disebut masjid jami. Contoh Masjid Jami

    Lebuh Aceh.

    Masjid komunitas yaitu masjid yang dapat dijadikan tempat untuk salat far-

    du berjemaah/tempat berkumpul secara

    komunitas. Contoh Masjid Kampus.

    Menurut Susanta (2007), secara garis

    besar kelengkapan suatu bangunan masjid

    dapat diuraikan sebagai berikut:

    a) Ruang inti, merupakan ruang-ruang utama pada sebuah masjid yang

    terdiri dari ruang salat, ruang untuk

    bersuci (khususnya untuk berwudu),

    dan teras atau serambi.

    b) Ruang penunjang, biasanya disesuai-kan dengan kategori dan daya

    tampung masjid, antara lain:

    Ruang pertemuan

    Ruang audio

    Ruang perpustakaan

    Toko atau kantor sewa

    Ruang kantor pengelola

    Ruang kegiatan remaja masjid

    Gudang

    Parkir

    Pos keamanan

    Menara

    Ruang terbuka atau lapangan olahraga

    Taman.

    Eksotisme para teolog, filsuf atau fukaha

    menyumbangkan pemahamannya melalui

    analogi konsep esensi pergerakan inti zat

    yang bersumber dari gagasan dasar

    pujangga Al-Kindi, sebagai berikut:

    a) Inspirasi eksoterik

    Apabila massa adalah manusia itu

    sendiri, kualitas muatan suatu massa

    dianalogikan dengan ketakwaan,

    esensi atau inti massa adalah tauhid,

    maka gerak batas massa mendekati

    esensi atau intinya adalah ruang

    takwa yang tercipta.

    b) Inspirasi syariat

    Interpretasi kekayaan syari (hukum-hukum Islam) maupun sufi

    memberi banyak inspirasi terhadap

    requirement arsitektur masjid.

    Khasanah kekayaan syari mencerminkan hablunminallah.

    Adapun aktivitas muamalah yang

    menampung ruang-ruang aktivitas

    sosial, ekonomi, budaya, menjadi

    cerminan hablunminannas.

    c) Inspirasi eksoterik

    Khazanah sufi untuk tampilan

    arsitektur masjid adalah:

    Prinsip perjalanan ibadah dan ketakwaan (tarekat) yang secara

    skematik membentuk diagram

    kerucut ketakwaan.

    Prinsip maqomat (jenjang posisi derajat ketakwaan) yang memberi

    inspirasi terhadap hierarki ruang-

    ruang.

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    342

    d) Inspirasi angka suci

    Khazanah sufi juga menyediakan

    posisi angka-angka yang terkait

    dengan makna keimanan. Angka-

    angka yang diambil sebagai inspirasi,

    antara lain:

    1 esa, keesaan, ketauhidan, sya-hadat tauhid laa illaha illallah.

    3 personifikasi tiga posisi penting

    manusia:

    Allah Muhammad individu muslim.

    Esensi zikir kepada Allah,

    sekaligus syahadatain.

    6 arkanul iman, sendi utama keya-

    kinan, waktu penciptaan alam.

    99 asmaul husna, nama dan

    cerminan sifat suci Allah.

    Angka-angka ini akan ditransforma-

    sikan menjadi batasan modul-modul

    perancangan pokok.

    3 diambil dari esensi zikir, diolah

    menjadi 3,3 sebagai modul dasar

    ruang salat utama (33 adalah isi

    lafadz zikir tasbih, tahmid dan

    takbir).

    Modul ini menurunkan modul saf

    salat menjadi 0,66 m 1,1 m (kombi-nasi dari angka 1 dan 6).

    6 diambil dari esensi keimanan

    arkanul iman, diolah menjadi 6,6

    m sebagai modul dasar serambi

    utama masjid.

    e) Inspirasi praktis: Masjid Nabawi

    f) Inspirasi karakteristik.

    2.2 Penghawaan Alami

    2.2.1 Ventilasi

    Sistem ventilasi adalah strategi untuk

    mencapai kualitas udara di dalam ruang

    yang merupakan dasar (based on) untuk

    menyuplai udara segar dalam ruang dan

    untuk meminimalkan (dillution) konsen-

    trasi polusi dalam ruang. Jumlah bukaan

    ventilasi diperlukan untuk menjaga

    kualitas udara yang tergantung dari

    kondisi alam dan dominasi sumber polusi

    pada ruang tersebut (Allard, 1998).

    Santamouris (1996) menyatakan bahwa

    natural ventilation digunakan tidak

    hanya untuk menyuplai udara segar untuk

    kebutuhan pengguna (occupants) dan

    untuk kebutuhan menjaga level kualitas

    udara (maintain acceptable air quality),

    tetapi juga untuk pendinginan.

    2.2.2 Perhitungan Penghawaan Alami

    Transmitan elemen bangunan berdasarkan

    material yang digunakan yaitu

    U = 1/Ra (1)

    atau

    U = 1 (1/fo + Rb + 1/fi) (2)

    di mana

    U : nilai transmitan (konduktan total),

    W/m2 C

    fo : konduktor permukaan luar bahan,

    W/m2 C

    Rb : resistan lapisan elemen m2

    C/W fi : konduktan permukaan dalam

    bahan, W/m2 C.

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    343

    3. ANALISIS

    Analisis perancangan meliputi analisis

    internal, analisis eksternal dan gubahan

    bentuk. Analisis internal meliputi fungsi

    dan aktivitas secara umum. Kemudian,

    dari fungsi dan aktivitas tersebut diurai-

    kan atas pelaku, aktivitas pelaku, kebu-

    tuhan ruang, karakter ruang, hubungan

    ruang, serta besaran ruang dari setiap

    fungsi tersebut. Analisis eksternal terkait

    dengan hubungan bangunan terhadap site

    dan lokasi, yang terdiri dari tata massa

    bangunan, orientasi, sirkulasi, vegetasi,

    sistem struktur dan operasional (utilitas)

    serta korelasinya dengan pemanfaatan

    penghawaan alami. Sedangkan analisis

    bentuk berdasarkan fungsi dan aplikasi

    pemanfaatan penghawaan alami sehingga

    dapat mengoptimalkan penghawaan

    alami dalam ruang.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Konsep Internal

    4.1.1 Klasifikasi Masjid

    Masjid yang dirancang berskala provinsi

    dengan klasifikasi tingkatan masjid raya

    berdasarkan pertimbangan terhadap

    pemekaran Provinsi Kapuas Raya.

    4.1.2 Pelaku dan Kebutuhan Ruang

    Berdasarkan analisis aktivitas pelaku dan

    kebutuhan ruang, hasilnya sebagai

    berikut:

    a) Pelaku

    1) Pelaku utama (a) Imam

    (b) Makmum pria (c) Makmum wanita (d) Muazin (e) Khatib.

    2) Pelaku penunjang

    (a) Pengelola

    Ketua Masjid

    Wakil Ketua Masjid

    Kabag. Umum

    Staf Bag. Umum

    Kabag. Humas

    Staf Bag. Humas

    Kabag. Administrasi

    Staf Bagian Administrasi

    Kabag. Pendidikan dan Majelis Taklim

    Staf Bagian Pendidikan dan Majelis Taklim

    Kabag. Informasi dan Komunikasi

    Staf Bagian Informasi dan Komunikasi

    Kabag. Ekonomi

    Staf Bag. Ekonomi.

    (b) Pelaku tambahan

    Ulama/penceramah/ustaz

    Masyarakat

    Musafir

    Penyewa retail toko/kantor sewa

    Karyawan retail toko/kantor sewa

    Satpam

    Petugas parkir

    Teknisi

    Cleaning service

    Tukang kebun

    Office boy.

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    344

    b) Kebutuhan ruang

    1) Ruang utama, terdiri dari: (a) Ruang sholat

    Mihrab

    Zulla (pria dan wanita)

    Mimbar. (b) Ruang bersuci atau wudu pria

    dan wanita

    Ruang wudu

    Ruang penitipan sepatu/san-dal

    Ruang penitipan barang-barang

    Kamar mandi

    Toilet. (c) Teras atau serambi

    Plaza tertutup dan plaza terbuka.

    2) Ruang penunjang bangunan masjid yang terdiri dari:

    (a) Ruang kantor pengelola yang terdiri dari:

    (1) Ruang Ketua

    Ruang Wakil Ketua. (2) R. Kabag Umum

    Ruang Staf Bagian Umum.

    (3) Ruang Kabag Humas

    Ruang Staf Bagian Humas.

    (4) Ruang Kabag. Adminis-trasi

    Ruang Staf Bagian Administrasi

    Ruang Resepsionis

    Ruang Tunggu. (5) Ruang Kabag. Pendidikan

    dan Majelis Taklim

    Ruang Staf Pendidikan dan Majelis Taklim

    (6) Ruang Kabag. Informasi dan Komunikasi

    Ruang Staf Bagian Informasi dan Komuni-

    kasi.

    (7) Ruang Kabag. Fungsi Ekonomi (Keuangan

    Masjid)

    Ruang Staf Bagian Ekonomi (Keuangan

    Masjid).

    (8) Pantry (9) Ruang office boy (10) Janitor (11) Ruang Cleaning Service (12) Gudang (13) Toilet.

    (b) Ruang pertemuan/aula (c) Ruang audio/menara (d) Perpustakaan

    Ruang informasi (lobby) dan administrasi

    Ruang penitipan barang/tas dan sebagainya

    Ruang baca

    Ruang katalog dan database

    Ruang koleksi dan referensi

    Toilet. (e) Radio Islam

    Ruang operator penyiaran

    Ruang studio siaran

    Ruang tamu

    Ruang wawancara

    Toilet. (f) Toko atau kantor sewa

    Ruang penjualan barang-barang

    Gudang persiapan barang

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    345

    Toilet. (g) Ruang penyusunan mading (h) Ruang Kegiatan Remaja

    Masjid

    (i) Ruang Tidur Musafir

    Kamar tidur

    Pantry

    Ruang makan

    Toilet. (j) Ruang Tidur Pengelola

    Kamar tidur

    Pantry/dapur

    Ruang makan

    Toilet. (k) Ruang Teknisi (l) Ruang Panel (m) Ruang Genset (n) Ruang Sewage Treatment (o) Ruang utilitas pendukung

    masjid lainnya

    (p) Parkiran mobil, motor dan sepeda, bus dan truk

    (q) Pos keamanan (r) Lapangan terbuka (voli dan

    badminton)

    (s) Taman.

    Gambar 1. Organisasi ruang makro

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    346

    c) Organisasi ruang

    Berdasarkan hasil analisis kedekatan

    ruang, didapatkan organisasi ruang

    yang terdiri dari:

    1) Organisasi ruang makro (Gambar 1) 2) Organisasi ruang mikro (Gambar 2)

    d) Besaran ruang

    Konsep besaran ruang menggunakan

    sumber standar-standar ruang yang

    umum digunakan, antara lain NAD

    (Neufert Architects Data), BPDS (Building Planning and Design

    Standard), PPM (Pedoman Pembinaan

    Masjid), AL (Akustik Lingkungan:

    Lesli, L. Doelle).

    Hasil analisis tersebut dibagi menjadi dua

    fungsi yaitu utama dan penunjang, di

    antaranya:

    a) Ruang utama dengan luas 19703,97 m

    2.

    b) Ruang penunjang:

    Ruang pengelola masjid 337,35 m2

    Menara 1146,54 m2

    Toko/kantor sewa 184,60 m2

    Ruang tidur 62,48 m2

    Lainnya 13566,75 m2.

    Jadi, total besar ruang Masjid Raya

    Sintang adalah

    19703,97 + 337,35 + 1146,54 + 184,60 +

    62,48 + 13566,75 = 35.399,23 m2.

    4.2 Konsep Eksternal

    Arah kiblat Masjid Raya Sintang terletak

    pada 0,0802 latitude, 111,4955 longitude,

    292,43N.

    Konsep eksternal disajikan pada Gambar

    3 s.d. Gambar 7.

    Gambar 2. Organisasi ruang mikro

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    347

    Gambar 3. Konsep perletakan bangunan

    Gambar 4. Konsep orientasi bangunan

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    348

    Gambar 5. Konsep zoning tapak

    Gambar 6. Konsep sirkulasi tapak

    Tanaman pengendali

    arah angin

    Tanaman

    peredam bunyi

    Tanaman pengarah

    Tanaman

    pembatas

    Tanaman

    pelindung

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    349

    4.3 Konsep Gubahan Massa dan Bentuk

    Berdasarkan analisis gubahan massa dan

    bentuk, didapatkan konsep gubahan yang

    juga diangkat dari beberapa inspirasi

    yaitu:

    a) Inspirasi eksotik yang diterjemahkan dalam bentuk bangunan yang

    sederhana namun dapat mencitakan

    efektivitas ruang.

    b) Inspirasi eksoterik yang membentuk bangunan dengan mengerucut ke

    atas sebagai simbol ketakwaan atau

    hierarki.

    c) Inspirasi Islami berupa prinsip landasan akhlak dan perilaku Islami.

    4.4 Konsep Penghawaan Alami Bangunan

    Berdasarkan analisis material dan bahan,

    bangunan Masjid Raya Sintang ini meng-

    gunakan spesifikasi bahan-bahan yang

    dapat memaksimalkan penghawaan alami

    ruang dengan memilki peruangan terbuka

    untuk penetrasi hembusan angin dengan

    cara memberikan banyak bukaan pada

    tiap sisi bangunan agar dapat menerima

    penetrasi hembusan angin, mempunyai

    ruang tunggal, tidak bersekat-sekat agar

    penyediaan pergerakan angin permanen.

    Jika memiliki sekat, diberikan bukaan

    ventilasi. Dinding yang digunakan untuk

    menyesuaikan dengan iklim yang ada di

    Sintang adalah dinding ringan dengan

    waktu perambatan panas pendek.

    Material dinding yang digunakan berupa

    batubata bolong isolator flibreboard

    setebal 13 mm, diplester di bagian luar

    (eksterior) dan dalam (interior) dinding.

    Atap yang digunakan berupa atap ringan

    yang berisolator. Material atap yang

    digunakan adalah atap owen yang pada

    gording, langit-langit flibreboard 13 mm

    Gambar 7. Konsep perletakan pada tapak

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    350

    yang di atasnya dilapisi flibreglass 25

    mm dan di atas flibreglass ditempelkan

    alumunium foil.

    4.5 Konsep Sistem Struktur

    Konsep struktur bangunan meliputi:

    a) Sistem fondasi menggunakan tiang pancang.

    b) Sistem lantai mengunakan lantai pelat beton datar dua arah yang

    dicor di tempat.

    c) Sistem struktur rangka mengguna-kan rangka (balok dan kolom) beton

    bertulang.

    d) Sistem dinding eksterior bagian-bagian integral dari struktur dinding

    harus kokoh dan tahan terhadap

    cuaca atau sinar matahari, angin dan

    hujan sedangkan interior konstruksi-

    nya harus memenuhi tingkat pemi-

    sahan akustik yang disyaratkan, dan

    mengakomodasi distribusi saluran

    sistem mekanikal dan elektrikal.

    e) Sistem atap untuk bangunan fungsi ibadah salah satunya masjid, pada

    area ruang salat diupayakan bebas

    kolom. Sistem struktur atap yang

    diterapkan adalah struktur bentang

    lebar.

    4.6 Konsep Sistem Utilitas

    Konsep sistem utilitas bangunan

    berkaitan dengan konsep pencahayaan

    dan penghawaan alami antara lain :

    a) Sistem penghawaan dimaksimalkan menggunakan penghawaan alami

    terutama pada ruang salat. Pengha-

    waan dimaksimalkan dengan bukaan

    yang cukup banyak, namun diberi-

    kan perantara/penyaring (filter) udara

    yang masuk ke bangunan dan

    lubang udara disusun dengan bentuk

    ventilasi silang. Untuk mendapatkan

    efek cahaya ruang yang yang agung,

    diberikan efek sky light pada atap.

    b) Sistem distribusi air bersih menggu-nakan sistem penampungan air hujan,

    penampungan air sungai dengan

    pompa listrik dan tenaga angin.

    Menggunakan reservoir atas me-

    nyimpan persediaan air dari penam-

    pungan curah hujan, setelah penuh

    langsung mengisi ground watertank

    di bagian bawah. Selain itu, air

    bersih juga didapatkan dari PDAM.

    c) Sistem sanitasi menggunakan sistem pengolahan limbah sewage treatment.

    d) Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran menggunakan sistem

    hydrant halaman (pole hydrant).

    e) Sistem Jaringan Listrik dari PLN sebagai sumber energi listrik utama

    dan genset digunakan sebagai energi

    listrik cadangan.

    f) Sistem Jaringan Komunikasi meng-gunakan sistem jaringan dari

    Telkom.

    5. KESIMPULAN

    Masjid Raya Sintang adalah masjid yang

    akan dibangun di kota Sintang dengan

    penyediaan kapasitas jemaah berskala

    provinsi dan fasilitas penunjang masjid

    dalam upaya pemakmuran masjid. Masjid

    raya ini memiliki target standardisasi

  • Masjid Raya Sintang (Novita)

    351

    provinsi dengan fasilitas penunjang yang

    mendukung kegiatan masjid berupa poli-

    tik, ekonomi, sosial, budaya dan pendi-

    dikan informal. Salah satu esensi dari

    bangunan masjid ialah terciptanya suasana

    khusyuk dalam beribadah, karena peran-

    cangan Masjid Raya Sintang ini menggu-

    nakan konsep bangunan yang sederhana

    namun dapat mencitakan efektivitas ruang

    dengan bentuk bangunan mengerucut ke

    atas sebagai simbol ketakwaan atau

    hierarki serta menerapkan konsep site

    yang mengangkat prinsip seni dan

    estetika Islam, berupa prinsip balance

    dan harmoni terhadap alam atau kondisi

    tapak. Berdasarkan analisis material dan

    bahan bangunan, menggunakan spesifi-

    kasi bahan-bahan yang dapat memaksi-

    malkan penghawaan alami ruang. Dinding

    yang digunakan untuk menyesuaikan

    dengan iklim yang ada di Sintang adalah

    dinding ringan dengan waktu perambatan

    panas pendek.

    Daftar Pustaka

    Allard, Francis. 1998. Natural

    Ventilation In Building. London:

    James & James (Science

    Publishers).

    Aslah, Gunawan. 2010. Fungsi dan

    Peran Masjid. Institut Manajemen

    Masjid. [Online]. Tersedia:

    www.masjidrayavip.org. Tanggal

    akses : 25 Maret 2012.

    Effendi, Andrey Caesar. 2008. Mesjid

    Kebon Jeruk. Jakarta. Universitas

    Bina Nusantara. [Online]. Tersedia:

    www.thesis.binus.ac.id (Diakses

    pada tanggal 29 Juni 2012).

    Santamouris, M. 1996. Passive Cooling.

    London: Applied Science

    Publishesn Ltd.

    Susanta, Gatut, Khoirul Amin & Rizka

    Kautsar. 2007. Membangun Masjid

    dan Mushola. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013

    352