98
i M.A.S.T.E.R.P.L.A.N KAWASAN PETERNAKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Kerjasama FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM dengan PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jl. Airlangga Nomor 56. Mataram Telp. (0370) 621862. Fax. (0370) 622658 2014

M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

  • Upload
    ledieu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

i

M.A.S.T.E.R.P.L.A.NKAWASAN PETERNAKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kerjasama

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAMdengan

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARATDINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Jl. Airlangga Nomor 56. Mataram Telp. (0370) 621862.Fax. (0370) 622658

2014

Page 2: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul: Masterplan Kawasan Peternakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

2. Ketua Pelaksanaa. Nama dan gelar : Prof. drh. Adji Santoso Dradjat, M.Phil., PhD.b. NIP : 195505041983031003c. Pangkat/ Golongan : Guru besar/ IV-dd. Jabatan : Profesor

3. Anggota Pelaksanaa. Dr. Ir. Hermansyah. MSi.b. Dr. Ir. Mohammad Hasil Tamzil. MSi.c. Ir. I Putu Sudrana. MS.d. Ir. Uhud Abdullah MP.

Mataram, Nopember 2014

Fakultas Peternakan UNRAMMengetahui,Dekan

Prof. Ir. H. Yusuf Akhyar Sutaryono, PhD.NIP 196110251985031003

Ketua,

Prof. drh. Adji S Dradjat, M.Phil., PhD.NIP 195505041983031003

Page 3: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

iii

SUSUNAN TIM

Pelaksanaan penyusunan Masterplan Kawasan Peternakan di NTB inimerupakan kerja sama antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTBdengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.Adapun susunan tim pelaksana sebagai berikut:Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Peternakan UnramKetua Tim : Prof. Drh. Adji Santoso Dradjat, MPhil, Ph.DAnggota 1 : Dr. Ir . Hermansyah, MSiAnggota 2 : Dr. Ir. Mohammad Hasil Tamzil, MS.Anggota 3 : Ir. I Putu Sudrana, MS.Anggota 4 : Ir. Uhud Abdullah, MP.

Page 4: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

iv

DAFTAR ISIHalaman pengesahan iiSusunan tim penyusun iiiDaftar isi ivDaftar tabel vDaftar gambar viiDaftar lampiran viiiBAB I PENDAHULUAN 1BAB II METODE KAJIAN 4BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 9BAB IV POTENSI PETERNAKAN NTB 16BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 28BAB VI KESIMPULAN 74Lampiran 76

Page 5: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

v

DAFTAR TABELTabel 3.1 Ibu Kota, Luas Wilayah, dan Ketinggian Dari Permukaan Laut

Menurut Kabupaten/Kota.9

Tabel 3.2 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Nusa Tenggarabarat tahun 2013.

10

Tabel 3.3 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Padi Sawah dan LadangMenurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

11

Tabel 3.4 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Jagung, Ubi Kayu danUbi Jalar Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

11

Tabel 3.5 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Kacang Tanah, KacangKedele Dan Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

12

Tabel 3.6 Estimasi produksi dedak halus padi menurut kabupaten/kota di NusaTenggara Barat

13

Tabel 3.7 Potensi Lahan Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 14Tabel 3.8 Luas Kawasan Hutan Terhadap Daratan Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 201215

Tabel 3.9 Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota ahun 2008 – 2012 15Tabel 4.1 Populasi ternak selama lima tahun terakhir di NTB 16Tabel 4.2 Populasi ternak menurut jenis kelamin tahun 2013 18Tabel 4.3 Populasi ternak menurut struktur umur di NTB tahun 2013 19Tabel 4.4 Populasi ternak betina menurut umur di NTB tahun 2013 19Tabel 4.5 Populasi ternak besar menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2012 20Tabel. 4.6 Populasi ternak kecil menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB

201221

Tabel 4.7 Populasi ternak unggas menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB2013

22

Tabel 4.8 Populasi ternak pemakan hijauan dalam Unit Ternak (UT) 2012 23Tabel 4.9. Perkembangan produksi daging lima tahun terakhir di NTB (dalam kg) 24Tabel 5.1 Populasi ternak pemakan hijauan/herbivora (ekor) di 10 kabupaten/kota

di Provinsi NTB 201328

Tabel 5.2 Populasi ternak pemakan hijauan (UT) tahun 2013 di NTB 29Tabel 5.3 Populasi Penduduk Provinsi NTB 30Tabel 5.4 Nilai LQ Ternak Herbivora di Provinsi Nusa Tenggara Barat 31Tabel 5.5 LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir. 33Tabel 5.6 Nilai LQ Ayam Petelur di NTB Lima Tahun Terakhir 35Tabel 5.7 Hasil Analisis LQ Ayam Pedaging di NTB 38Tabel 5.8 Nilai LQ Itik di Provinsi Nusa Tenggara Barat Lima Tahun Terakhir. 40Tabel 5.9 Wilayah Potensial Pengembangan Ternak di NTB berdasarkan LQ 42Tabel 5.10 Nilai RPr dan RPs Sapi di NTB antara tahun 2009-2013 44Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45Tabel 5.12 Nilai RPr dan RPs Kuda di NTB antara tahun 2009-2013 46Tabel 5.13 Nilai RPr dan RPs Kambing di NTB antara tahun 2009-2013 47Tabel 5.14 Nilai RPr dan RPs Domba di NTB antara tahun 2009-2013 48Tabel 5.15 Rincian Potensi pengembangan ternak herbivora di Provinsi NTB 49

Page 6: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

vi

Tabel 5.16 Hasil Analisis Overlay terhadap Sapi di NTB 53Tabel 5.17 Hasil analisis overlay kerbau di NTB 54Tabel 5.18 Hasil analisis overlay kuda di NTB 55Tabel 5.19 Hasil analisis overlay ternak kambing di NTB 56Tabel 5.20 Hasil analisis overlay ternak domba di NTB 56Tabel 5.21. Tahapan pengembangan kawasan peternakan. 57

Page 7: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

vii

DAFTAR GAMBARGambar 5.1. Jumlah ternak herbivora di kabupaten/kota di NTB. 29Gambar 5.2. Nilai LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir 34Gambar 5.3. Hasil analisis LQ ayam petelur di NTB lima tahun terakhir. 36Gambar 5.4. Hasil Perhitungan LQ Ayam Pedaging di NTB Lima Tahun

Terakhir.39

Gambar 5.5: Grafik LQ Ternak Itik di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir 41Gambar 5.6. Bagan tahapan pengembangan kawasan ternak di NTB 58Gambar 5.7. Skema perguliran Pejantan Hasil Uji Performan 61Gambar 5.8. Skema Perguliran Pejantan Langsung 61Gambar 5.9.: Lokasi pilot proyek komoditas ternak di NTB sesuai hasil kajian. 73

Page 8: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

viii

DAFTAR LAMPIRANLampiran .1. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)

Kabupaten Lombok Utara.76

Lampiran.2. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan KabupatenLombok Utara.

76

Lampiran 3.Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)wilayah Kota Mataram.

77

Lampiran 4. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan wilayahKota Mataram.

77

Lampiran. 5. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)Kabupaten Lombok Barat

78

Lampiran 6. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab.Lombok Barat.

78

Lampiran 7. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKabupaten Lombok Tengah.

79

Lampiran 8. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan diKabupaten Lombok Tengah.

79

Lampiran 9. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK)Kabupaten Lombok Timur

80

Lampiran 10. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab.Lombok Timur

80

Lampiran 11. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKabupaten Sumbawa Barat.

81

Lampiran 12. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan diKabupaten Sumbawa Barat

81

Lampiran 13. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan di KabSumbawa

82

Lampiran 14. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kab.Sumbawa

82

Lampiran 15. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKabupaten Dompu.

83

Lampiran 16. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan diKabupaten Dompu.

83

Lampiran 17. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan (ton BK) diKab. Bima.

84

Lampiran 18. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan diKabupaten Bima.

84

Lampiran 19. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKota Bima.

85

Lampiran 20. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di KotaBima.

85

Lampiran 21. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diP Lombok

87

Page 9: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

ix

Lampiran 22. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan diP Lombok.

87

Lampiran 23. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diwilayah P Sumbawa

88

Lampiran 24. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di wilayahP Sumbawa.

88

Lampiran 25. Populsi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diwilayah NTB

89

Lampiran 26. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan 89

Page 10: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dipanjatkan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka penyusunan Masterplan Kawasan Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat(NTB) dapat terselesaikan. Masterplan ini disusun untuk menjadi panduan pengembanganpeternakan di Propinsi NTB.

Dengan terselesaikannya penyusunan Masterplan ini, tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi NTB yang telahmemberikan kepercayaan kepada Fakultas Peternakan Unram untuk melaksanakankegiatan ini.

2. Dekan Fakultas Peternakan Unram yang telah menugaskan kepada kami sebagai timpenyusun Masterplan.

3. Para dosen dan alumni Fakultas Peternakan Unram yang telah membantu dalampengumpulan data.

Kami berharap Masterplan ini dapat digunakan dan bermanfaat untuk penyusunanrencana pengembangan peternakan NTB.

Mataram, Nopember 2014

Ketua tim penyusun ,

Prof. drh. Adji Santoso Dradjat, M.Phil., PhD.

Page 11: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa membutuhkan 750 juta piring nasi dan lauk

pauk untuk dikonsumsi setiap hari. Kualitas makanan tersebut tergantung dari ada-tidaknya

sayur dan daging atau telur pada makanan tersebut. Protein hewani sangat esensial bagi manusia

karena mengandung asam animo utama (essential amino acids). Asam amino utama pada

dasarnya tidak dapat disintesa oleh tubuh, oleh karena itu hasil Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi, menyatakan bahwa untuk mencukupi kebutuhan protein yang mengandung asam amino

esensial sebanyak 6 gram/ kapita/ hari, diperlukan produk peternakan yang dapat dipenuhi dari

3,87 gram daging, 1,54 gram telur dan 0,59 gram susu/ kapita/hari. Kebutuhan tersebut setara

dengan 10,1 kg daging, 4,7 kg telur dan 6,1 kg susu/kapita/tahun. Kebutuhan terhadap produk

peternakan berupa daging, susu dan telur meningkat dari tahun ke tahun, karena peningkatan

pendapatan, pengetahuan tentang gizi makanan, standar hidup dan perbaikan kesejahteraan.

Apabila suatu negara pada kurun waktu tertentu mengalami kekurangan protein hewani

maka akan terjadi dua hal. Pertama, anak-anak yang otaknya sedang dalam perkembangan akan

mengalami hambatan, sehingga apabila anak-anak tersebut mencapai usia dewasa otaknya tidak

berkembang sempurna. Implikasinya adalah negara tersebut akan mengalami kerugian yang

disebut dengan “loss generation”. Generasi tersebut ditandai oleh jaringan otaknya tidak

berkembang sempurna sehinga produktivitas dan etos kerjanya relatif rendah. Kedua, orang

dewasa yang mendapat asupan protein hewani yang rendah akan mempunyai etos kerja yang

rendah dan daya pikir yang relatif rendah pula. Kemajuan suatu negara tergantung dari kualitas

SDM-nya, dan kualitas SDM yang berkualitas tinggi pada saat pertumbuhan dan bekerja

tergantung dari kualitas gizi makanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fondasi

pengembangan SDM di samping ditentukan oleh unsur pendidikan juga sangat tergantung dari

kualitas gizi makanan yang dikonsumsi.

Kebutuhan gizi rakyat Indonesia yang esensial adalah kebutuhan protein hewani, yaitu

daging telur dan susu. Kebutuhan protein hewani yang sangat besar ini akan terpenuhi apabila

pengembangan peternakan dirancang dengan baik. Pengembangan peternakan dapat dirancang

apabila pengembangan dapat dilakukan berdasarkan daya dukung kawasan. Kawasan yang akan

Page 12: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

2

dikembangkan sangat tergantung dari daya dukung, luas area berpotensi, sumberdaya manusia

setempat dan potensi komoditas peternakan yang ada. Komoditas ternak yang dikembangkan di

NTB adalah untuk hewan runinansia besar yaitu sapi dan kerbau, untuk hewan ruminansia kecil

kambing dan domba, untuk unggas ayam dan itik baik pedanging dan petelur.

Selama lima tahun terakhir populasi sapi terjadi peningkatan, akan tetapi populasi kerbau,

kuda dan domba selama periode yang sama mengalami fluktuasi, sementara populasi kambing

dan babi terjadi sedikit peningkatan. Disamping itu terjadi peningkatan populasi unggas baik

ayam kampung, ayam ras dan itik. Di sisi lain, populasi penduduk NTB cenderung meningkat

dari tahun ke tahun, sehingga kebutuhan sandang, pangan dan papan juga meningkat. Oleh

karena itu yang kemudian terjadi antara alih fungsi lahan, bahkan akan terjadi kompetisi

kapasitas daya tampung lahan yang dihuni manusia dengan lahan yang dijadikan basis produksi

peternakan.

Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikaitkan dengan peningkatan permintaan

produk hewani bagi manusia tersebut perlu diatur wilayah pengembangan kawasan sehingga

pengembangan peternakan dapat dilakukan secara maksimal, tanpa terganggu oleh alih fungsi

lahan.. Pemprov NTB memiliki lahan untuk pengembangan peternakan, yaitu terdapat di

lima kabupaten dan kota di Pulau Lombok serta di lima kabupaten dan kota di Pulau

Sumbawa. Pengembangan peternakan di NTB di kedua Pulau tersebut akan berhasil

apabila dilakukan melalui perencanaan pengembangan wilayah peternakan sesuai

dengan keunggulan komoditas yang dituangkan dalam Masterplan.

1.2. Tujuan Kajian

Penyusunan masterplan kawasan peternakan NTB bertujuan untuk:

a. Menganalisis potensi setiap kabupaten/kota dan mengindentifikasi potensi

pengembangan peternakan tiap daerah.

b. Menetapkan kawasan pengembangan peternakan.

c. Menyusun strategi pengembangan kawasan peternakan dan kegiatan ikutannya.

Page 13: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

3

1.3. Manfaat Kajian

Manfaat dari kajian adalah:

a. Bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, Master Plan ini dapat

digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan perencanaan pengembangan

peternakan sesuai dengan potensi wilayah.

b. Bagi para peternak, dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan dan

mamantapkan pola peternakan rakyat.

c. Bagi para pengusaha, dapat digunakan sebagai acuan dasar tentang potensi lahan,

ternak dan SDM guna pengembangan industri peternakan di NTB.

1.4. Keluaran Kajian

Keluaran dari kajian ini adalah dokumen hasil kajian yang intinya memuat

data potensi daerah yang ada saat ini, potensi pengembangan berbagai komoditas

ternak dan rencana pewilayahan pengembangan peternakan.

Page 14: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

4

BAB II. METODE KAJIAN

Kajian penyusunan Master Plan Kawasan Peternakan ini dilakukan menggunakan

metode survei untuk menghimpun data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari

hasil wawancara dengan stakeholder dan observasi di lapangan. Data sekunder dihimpun

dari instansi terkait. Analisis data dilakukan secara diskriptif, analisis LQ, analisis daya

tampung wilayah, analisis MRP, analisis overlay dan dilanjutkan dengan analisis SWOT.

Rincian analisis penelitian adalah sebagai berikut:

2.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif dilakukan terhadap data mengenai: a. sumberdaya ternak

(populasi, produksi, produktivitas), b. Sumberdaya manusia (peternak, pengusaha, dan

petugas pemerintah), c. Sumberdaya alam (sawah, tegal, kebun, padang

penggembalaan, hutan, dll); d. Kelembagaan (kelompok tani-ternak, penyuluh,

perkreditan, Puskeswan, dll).

2.2. Analisis LQ

Analisis LQ (Location Quotient) atau analisis keadaan wilayah (sektor basis

atau non basis). Dilakukan dengan menghitung perbandingan Si dan Ni. Si =

Perbandingan antara populasi ternak tertentu per kabupaten dengan penduduk di

wilayah yang sama, Ni = Perbandingan antara populasi ternak tertentu dengan jumlah

penduduk di NTB.

2.3. Analisis Daya Tampung Wilayah

Analisis daya tampung wilayah dilakukan dengan menghitung daya tampung

wilayah berdasarkan ketersediaan sumber pakan. Menggunakan rumus sebagai berikut.a. PML = a LS + b LK + c LPR + d LH + e LKb. PML = daya tampung optimal

berdasarkan lahan sumber pakan, LS = lahan sawah, LK = lahan kering, LPR

= lahan padang rumput , LH = lahan hutan, LKb = lahan perkebunan.b. PMKK = d KK, PMKK = potensi optimal berdasarkan rumah tangga petani-

Page 15: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

5

peternak, KK = jumlah rumah tangga petani-peternak, d = koefisien jumlah ternak

yang dapat dipelihara per RTP.c. PPT = PML – Pop, PPT = Potensi Pengembangan Ternak, PML = Potensi

Optimum Berdasarkan Lahan, Pop = Populasi riel.d. PPTKK = PMKK – Pop, PPTKK = Potensi Pengembangan Ternak Berdasarkan

KK, PMKK = Potensi Optimum.

Dasar perhitungan hijauan pakan

1. Hijauan alam bersumber dari: pematang sawah, pingiran jalan, padang

penggembalaan, kawasan hutan dan lahan kosong

2. Limbah bersumber dari jerami padi (7,5 ton BK/ha), jagung (25 ton BK/ha),

Kacang tanah dan kacang kedelai (5 ton/ha) singkong 2,5 ton/ha

3. Penggunaan limbah baru diperhitungkan 35% dari total produksi

4. Perhitungan didasarkan atas pedoman dari Direktorat Pakan Ditjennakkeswan

2.4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Model rasio pertumbuhan dibagi ke dalam dua rasio yakni rasio pertumbuhan

wilayah referensi (Provinsi NTB= RPl) dan rasio pertumbuhan wilayah studi

(kabupaten= RPs). RPl merupakan perbandingan antara pertumbuhan output (jumlah

populasi/komoditi) di wilayah studi (kabupaten) dibandingkan dengan pertumbuhan

total output (populasi) di wilayah referensi. Formula yang dipakai untuk menghitung

MRP adalah sebagai berikut:

∆ PiR / Pi RtRPl =

∆ PR / PRt

Keterangan:

∆ PiR = perubahan nilai total populasi ternak i di wilayah referensi (provinsi)PiRt = nilai populasi ternak i pada awal periode penelitian∆ PR = perubahan nilai populasi di provinsiPRt = nilai populasi pada awal periode penelitian

Page 16: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

6

PiR (t + n) – (Pi Rt)∆ PiR =

Pi Rt

PR (1 + n) – PRt∆ PR =

PRt

RPs adalah perbandingan antara pertumbuhan output (populasi) ternak i di

wilayah studi/kabupaten dengan pertumbuhan total output (populasi) ternak i di

wilayah referensi (provinsi) dengan persamaan sebagai berikut:

∆ PiJ / Pij (t)RPs =

∆ PiR/PiR (t)

∆ Pij = perubahan jumlah populasi ternak di kabupatenPij(t) = populasi ternak i di kabupaten tertentu pada awal penelitian∆ PiR = perubahan jumlah populasi ternak i di provinsiPiR(t) = populasi ternak i di provinsi pada awal periode penelitian

Pij (t + n) – Pij (t)∆ Pij =

Pij (t)

PiR (t+n) – PiRt∆ PiR =

PiRt

Jika nilai RPr lebih dari 1 maka RPr dapat dikatakan (+) yang

menunjukkan bahwa populasi ternak tertentu dalam wilayah referensi (provinsi)

lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah populasi total di wilayah penelitian

(kabupaten). Sebaliknya jika nilai PRt lebih kecil dari 1 maka PRr dikatakan (-)

Page 17: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

7

yang berarti jumlah populasi ternak tertentu di wilayah referensi lebih sedikit

dibandingkan wilayah penelitian.

Begitu juga dengan nilai Rps yang lebih besar dari 1 maka RPs dikatakan

(+) yang menunjukkan pertumbuhan populasi ternak tertentu di wilayah studi

(kabupaten) lebih tinggi dari pertumbuhan nilai produksi komoditi yang sama di

wilayah referensi (provinsi) dan sebaliknya jika RPs lebih kecil dari 1 maka RPs

dikatakan negatif.

Dari analisis model ratio pertumbuhan (MRP) diperoleh nilai riil dan nilai

nominal. Selanjutnya dengan mengombinasikan kedua perbandingan nilai

tersebut akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial pada tingkat

wilayah penelitian dengan empat klasifikasi, meliputi:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut

pertumbuhannya dominan, baik pada wilayah kabupaten maupun pada

wilayah studi (provinsi).

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut

pertumbuhannya menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak

menonjol di wilayah studi (kabupaten).

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut

mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi)

namun potensial dikembangkan di wilayah studi (kabupaten).

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut tidak

mempunyai pertumbuhan yang memadai baik di wilayah referensi maupun

wilayah studi.

2.5. Analisis Overlay

Analisis Overlay adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mengambil

sebuah kesimpulan dengan menggabungkan lebih dari satu hasil analisis yakni hasil

analisis Location Quition (LQ), analisis MRP dan analisis daya dukung wilayah dan

atau pakan. Penggabungan ketiga analisis itu kemudian diperoleh ternak yang karena

faktor tertentu populasinya berkembang baik serta ditopang daya dukung pakan yang

Page 18: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

8

tersedia di wilayah tersebut hingga populasinya surplus, dan atau sebaliknya. Analisis

overlay dalam studi ini hanya mengkaji potensi pengembangan ternak pemakan

hijauan (herbivore), tidak menganalisis potensi ternak unggas.

Pada Analisis Overlay, terdapat beberapa kemungkinan hasil kombinasi, sbb:

A). DD (+), MRP (+), LQ >1 (+), ada kecenderungan komoditi tersebut punya daya

dukung, tumbuh dominan dan surplus.

B). DD (+), MRP (+), LQ >1 (-), ada kecenderungan komoditi tersebut punya daya

dukung dan tumbuh dominan

C). DD (+), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut punya daya dukung

dan surplus

D). DD (+), MRP (-), LQ >1 (-), komoditi tersebut hanya tercatat punya daya dukung

E). DD (-), MRP (+), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut tumbuh dominan

dan surplus.

F). DD (-), MRP (+), LQ >1 (-), komoditi tersebut hanya tumbuh dominan.

G). DD (-), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut mengalami surplus.

2.5. Analisis SWOT

Keempat dilakukan analisis SWOT. Data yang didapat dianalisis menggunakan

Analisis SWOT yang digunakan untuk menyusun strategi pengembangan kawasan

peternakan bagi seluruh kabupaten/kota di NTB.

Page 19: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

9

BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1. Kondisi Geografi

Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari 280 buah pulau yang dua di

antaranya adalah pulau besar yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, terletak antara

115046’ – 11905’ BT dan 8010’ – 905’ LS dengan luas wilayah 20.153,20 km2 serta

Mataram sebagai ibu kota. Dari letak geografi, wilayah NTB berbatasan dengan Laut

Jawa dan Laut Flores di bagian utara, Samudera Hindia di bagian selatan, Selat

Lombok/Propinsi Bali di bagian barat, dan di timur berbatasan dengan Selat

Sape/Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain itu, NTB memiliki 16 buah gunung yang tersebar di Pulau Lombok

berjumlah 7 (tujuh) buah dengan Gunung Rinjani yang tertinggi (3.726 m dpl) dan 9

(sembilan) buah terdapat di Pulau Sumbawa dengan Gunung Tambora yang tertinggi

(2.851 m dpl).

NTB terdiri dari 10 wilayah administrasi kabupaten dan kota yang ibu kota, luas

wilayah, dan ketinggian dari permukaan laut tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Ibu Kota, Luas Wilayah, dan Ketinggian Dari Permukaan Laut MenurutKabupaten/Kota.

No. Kabupaten/Kota Ibu KotaLuas Wilayah Tinggi

(mdpl)Km2 %1. Lombok Barat Gerung 1.053,92 5,23 15

2. Lombok Tengah Praya 1.208,40 6,00 107

3. Lombok Timur Selong 1.605,55 7,97 1664. Sumbawa Sumbawa Besar 6.643,98 32,97 18

5. Dompu Dompu 2.324,60 11,53 60

6. Bima Raba 4.389,40 21,78 217. Sumbawa Barat Taliwang 1.849,02 9,17 11

8. Lombok Utara Tanjung 809,53 4,02 129. Kota Mataram Mataram 61,30 0,30 27

10. Kota Bima Raba 207,50 1,03 21

Total 20.153,20 100

Sumber: BPS NTB, 2013.

Page 20: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

10

Untuk kelancaran pergerakan atau perpindahan setiap objek antar provinsi di

Indonesia atau mancanegara maupun dalam provinsi NTB, NTB memiliki sarana dan

prasarana transportasi baik udara maupun laut.

3.2. Wilayah Administrasi

Secara administrasi, NTB terdiri dari 2 (dua) kota, 8 (delapan) kabupaten (Tabel

3.2) dan 1.146 desa/kelurahan.

Tabel 3.2. Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Nusa Tenggara Barattahun 2013.

No Kabupaten/KotaJumlah

Kecamatan Desa/Kelurahan1. Lombok Barat 10 1222. Lombok Tengah 12 1393. Lombok Timur 20 2544. Sumbawa 24 1665. Dompu 8 816. Bima 18 1987. Sumbawa Barat 8 658. Lombok Utara 5 339. Kota Mataram 6 50

10. Kota Bima 5 38

Sumber, BPS NTB, 2013

3.3. Pertanian

Luas panen, rata-rata prodduksi dan produksi padi sawah dan ladang disajikan

pada Tabel 3.4. Terlihat bahwa produksi padi di NTB mencapai 1,7 juta - 2,1 juta ton

dengan produksi 46-53 kwintal/ha sawah. Berikutnya rata-rata produksi jagung, ubi

kayu dan ubi jalar tertera pada Tabel 3.5. Produksi kacang tanah, kedelai dan kacang

hijau disajikan pada Tabel 3.6. Luas sawah yang yang ditanami dua kali dan satu kali,

tidak ditanami dan yang ditanami dengan tanaman lain disajikan pada Tabel 3.3, dan

luas kebun yang belum dimanfaatkan disajikan pada Tabel 3.4.

Page 21: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

11

Tabel 3.3. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Padi Sawah dan LadangMenurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No Kabupaten/KotaLuas anen

(Ha)Rata2 Produksi

(Kw/Ha)Produksi

(Ton)1 Lombok Barat 32.086 49,07 157.4452 Lombok Tengah 88.356 48,84 431.5493 Lombok Timur 71.423 50,34 359.5644 Sumbawa 86.024 48,65 418.4895 Dompu 35.435 46,98 166.4596 Bima 69.135 51,80 358.1277 Sumbawa Barat 17.884 53,43 95.5488 Kota Mataram 5.115 53,43 27.3289 Kota Bima 7.471 51,12 38.189

10 Lombok Utara 12.519 49,15 61.533Jumlah 425.448 49,69 2.114.231Tahun 2011 418.062 49,45 2.067.137Tahun 2010 374.284 47,41 1.774.499Tahun 2009 374.279 49,98 1.870.775Tahun 2008 359.714 48,67 7.750.677

Sumber: BPS NTB, 2013; dimodifikasi

Tabel 3.4. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan UbiJalar Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No Kabupaten/Kota

Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar

LuasPanen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

LuasPanen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

LuasPanen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

1 Lombok Barat 4.515 53,07 23.960 428 129,83 5.557 240 120,83 2.9002 Lombok Tengah 3.100 54,92 17.025 835 129,84 10.841 131 127,02 1.664

3 Lombok Timur 15.163 56,69 85.960 1.132 134,43 15.217 246 117,95 2.9024 Sumbawa 35.234 54,60 192.391 321 131,95 4.236 79 126,65 1.0015 Dompu 27.905 54,94 153.305 55 130,52 718 94 115,12 1.0826 Bima 18.273 55,54 101.482 1.012 131,21 13.279 57 118,62 676

7 Sumbawa Barat 5.113 53,71 27.462 104 132,34 1.376 10 119,60 1198 Kota Mataram -- -- -- -- -- -- -- -- --9 Kota Bima 1.351 56,15 7.586 94 128,79 1.211 5 113,53 5710 Lombok Utara 6.376 52,54 33.503 1.998 135,32 27.037 328 118,98 2.832

Jumlah 117.030 54,92 642.674 5.979 132,92 79.472 1.100 120,30 13.233

Sumber: BPS NTB, 2013; dimodifikasi

Page 22: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

12

Adapun luas panen dan produksi tanaman kacang tanah, kacang kedele dan

kacang hijau menurut kabupaten/kota tahun 2012 adalah seperti tersaji pada Tabel 3.5.

Berdasarkan data pada Tabel 3.5. nampak bahwa kacang tanah terutama diproduksi

petani di Kabupaten Bima, Lombok Utara dan Lombok Tengah. Kemudian kedele

terutama diproduksi petani di Kabupaten Bima, Lombok Tengah dan di Kabupaten

Dompu. Adapun tanaman kacang hijau kebanyakan dihasilkan petani di Kabupaten

Sumbawa, Dompu dan Sumbawa Barat. Selengkapnya mengenai produksi ketiga

komoditas holtikultura NTB tersebut tersaji pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Produksi Kacang Tanah, KacangKedele Dan Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kacang Kedele Kacang HijauLuas

Panen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

LuasPanen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

LuasPanen(Ha)

Rata2Produksi(Kw/Ha

Produksi(Ton)

1 Lombok Barat 1.705 17,57 2.996 2.851 11,66 3.323 371 11,62 4312 Lombok Tengah 4.182 15,23 6.370 19.473 12,58 24.501 347 11,36 3943 Lombok Timur 1.137 15,59 1.772 839 13,62 1.142 730 11,70 8544 Sumbawa 937 10,60 990 1.128 10,00 3.128 17.311 12,40 21.4575 Dompu 457 12,77 583 10.607 11,18 11.862 5,330 11,79 6.2826 Bima 9.902 13,59 13.453 21.659 11,54 24.995 1,771 13,00 2.3027 Sumbawa Barat 166 9,69 161 1.469 9,92 1.457 1,871 12,72 2.3818 Kota Mataram -- -- -- 379 10,56 400 3 11,38 39 Kota Bima 217 13,93 302 2.480 13,48 3.343 13 10,35 13

10 Lombok Utara 6.808 18,01 12.263 3 10,56 3 28 12,42 35Jumlah 25.508 15,25 38.890 62.888 11,79 74.154 27.775 12.30 34.152Tahun 2011 26.319 14,42 37.964 75,042 11.74 88.100 45.351 10.99 50.702Tahun 2010 25.044 13,44 33.666 86,649 10.75 93.122 45.511 9.78 50.012Tahun 2009 28.750 13.43 38.615 87,920 10.90 95.846 34.536 9.93 33.774Tahun 2008 25.541 12.67 32.348 76,154 12.49 95.106 40.017 11.18 39.756

Sumber, BPS NTB, 2013 dimodifikasi

3.3.1. Potensi Sumber Daya Pakan Unggas

Daerah Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi yang cukup besar untuk

penyediaan bahan pakan untuk pengembangan ternak unggas (ayam ras petelur, ayam

ras pedaging, ayam buras dan ternak itik). Bahan utama pakan sumber energi ternak

Page 23: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

13

unggas adalah dedak dan jagung, sedangkan bahan utama sumber protein adalah

tepung ikan dan tepung atau bungkil kedelai.

3.3.1.1. Potensi Dedak Halus

Dedak halus merupakan limbah dari penggilingan gabah menjadi beras.

Jumlah dedak halus yang dihasilkan mencapai angka 2,5%. Dengan demikian potensi

pengadaan dedak halus sebagai sumber energi sangat tinggi. Data statistik tahun 2012

melaporkan bahwa luas panen padi pada tahun 2012 mencapai 56.688 Ha dengan

rata-rata produksi per Ha mencapai 37,77 kw dengan total produksi padi mencapai

2.114.231ton (Tabel 3.4). Bila diasumsikan bahwa produksi dedak halus rata-rata

2,5% maka pada tahun 2012 daerah Nusa Tenggara Barat menghasilkan dedak halus

sebesar 10.636,2 ton (Tabel 3.6).

Tabel 3.6. Estimasi produksi dedak halus padi menurut kabupaten/kota di NTB

Kabupaten/Kota Produksi Dedak (ton)

Lombok Barat 802,15Lombok Tengah 2.208,9Lombok Timur 1.785,575Sumbawa 2.150,6Dompu 8.85,875Bima 1.728,375Sumbawa Barat 447,1Kota Mataram 127,875Kota Bima 186,775Lombok Utara 312,975Total 10.636,2

3.3.1.2. Potensi Jagung

Produksi jagung NTB meningkat sejak 2008, dan pada tahun 2013 produksi

jagung NTB mencapai 633.773 ton. Rincian produksi jagung NTB tahun 2012 per

kabupaten/kota disajikan pada Tabel 3.4. Data ini memberikan informasi bahwa

produksi jagung tertinggi di NTB terdapat di Kabupaten Sumbawa, Dompu, Bima,

Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Lombok Barat, Lombok Tengah

dan Kota Bima. Mataram tidak mempunyai berkontribusi memproduksi jagung.

Page 24: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

14

3.3.1.3. Potensi Kedelai

Tepung kedelai atau bungkil kedelai merupakan bahan utama penyusunan

pakan unggas sebagai sumber protein nabati. Produksi kedelai pada tahun 2008 di

Nusa Tenggara Barat mencapai 95.106 ton, dan pada tahun 2009 mengalami

peningkatan menjadi 95.846 ton, namun pada tahun 2010 menurun menjadi 94.122

ton, tahun 2011 menurun menjadi 88.100 ton. Produksi kedelai NTB tahun 2012

disajikan pada Tabel 3.5. Data pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sentra utama

penghasil kedelai NTB berturut-turut adalah Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu

dengan angka produksi mencapai 50% lebih dari total produksi kedelai di NTB.

3.4. Perkebunan

Potensi perkebunan NTB tersaji pada Tabel 3.7. berikut:

Tabel 3.7. Potensi Lahan Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No Kabupaten/KotaDimanfaatkan (Ha)

TotalBelum Sudah

Ha %*1 Lombok Barat 69.312,81 24.024,19 25,73 93.377,002 Lombok Tengah 54.828,23 42.251,77 43,52 97.080,003 Lombok Timur 10.030,17 51.164,83 32,97 155.195,004 Sumbawa 145.470,38 22.317,12 13,30 167.787,505 Dompu 33.506,91 17.663,84 34,52 51.170,756 Bima 43.606,88 23.406,12 53,68 67.013,007 Sumbawa Barat 26.255,25 4.275,50 14,00 30.530,758 Kota Mataram 899,26 50,74 5,34 950,009 Kota Bima 370,23 1.879,77 83,54 2.250,00

10 Lombok Utara 0.00 31.311,29 100.00 31.311,29Jumlah 478.280,12 218.345,17 31.34 696.625,29Tahun 2011 484.054.16 211.724,65 30.43 695.778,81Tahun 2010 447.737.56 217.576,44 32.70 665.314,00Tahun 2009 451.592.00 213.721,00 32.12 665.313,00Tahun 2008 457,441.90 207,872.10 31.24 665,314.00

Sumber: BPS NTB, 2013 *dari luas total

Tanaman perkebunan yang ditanam adalah jarak pagar, jarak kepyar, tembakau,

wijen, tebu, kemiri, lontar, vanili, lada, kapuk, asam, kakao, pinang, mete, cengkeh,

kelapa dan kopi.

Page 25: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

15

3.5. Kehutanan

Luas hutan di NTB meliputi 53.18% dari luas daratan. Hutan kritis lebih 400 ribu ha.

Tabel 3.8. Luas Kawasan Hutan Terhadap Daratan Menurut Kabupaten/Kota Thn.2012

No Kabupaten/KotaLuas (Ha) Persen

(%)Luas Lahan Hutan

Kritis (Ha)Daratan Hutan1 Lombok Barat 105.392,00 41.981,94 39.83 12.147,412 Lombok Tengah 120.840,00 20.334,30 16.83 8.356,063 Lombok Timur 160.555,00 64.508,67 40.18 26.528,274 Lombok Utara 80.953,00 36.518,12 45.11 14.638,895 Sumbawa Barat 184.902,00 125.335,76 67.78 28.534,376 Sumbawa 664.398.00 389.675,35 58.65 129.275,577 Dompu 232.460.00 139.892,98 60.18 63.841,228 Bima 438.940.00 250.396,42 57.05 157.193,239 Kota Bima 20.750.00 3.079,33 14.84 3.849,17

10 Kota Mataram 6.130.00 0 0 0Jumlah 2.015.320,00 1.071.722,87 53,18 444.409,19

Sumber: BPS NTB, 2013 dimodifikasi

3.6. Perikanan

Pada bidang perikanan (Tabel 3.9), dapat dilihat bahwa produksi ikan di NTB

mencapai 98 ribu ton per tahun dan produksi yang tertinggi di Kabupaten Sumbawa,

diikuti Bima, berikutnya Lombok Barat dan Lombok Timur.

Tabel 3.9. Produksi Ikan Menurut Kabupaten/Kota tahun 2008 – 2012

No Kabupaten/KotaTahun

2012 2011 2010 2009 20081 Lombok Barat 9,361.6 9,202.4 9,211.1 9,174.8 13,785.22 Lombok Tengah 1,662.4 1,645.7 1,469.4 1,442.0 1,173.53 Lombok Timur 12,585.2 13,095.3 15,683.5 15,402.8 13,683.84 Sumbawa 44,536.0 43,176.6 41,099.0 38,785.9 36,987.45 Dompu 21,940.2 37,659.6 6,631.7 5,328.1 2,075.26 Bima 29,200.9 21,986.8 24,592.9 17,786.4 20,860.97 Kota Mataram 1,521.0 1,764.2 1,706.9 1,605.7 2,843.68 Kota Bima 2,062.8 1,483.7 1,373.5 1,305.9 3,965.59 Sumbawa Barat 3,337.3 3,084.3 3,133.6 3,016.0 2,875.6

10 Lombok Utara 6,640.6 7,071.3 6,980.9 5,411.94 0Jumlah 132,648.0 140,169.9 111,882.4 99,259.4 98,979.7

Sumber: BPS NTB, 2013

Page 26: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

16

BAB IV. POTENSI PETERNAKAN NTB

2.5. Populasi dan Komoditas Ternak Di NTB

Komoditas peternakan di NTB dapat dikelompokkan menjadi hewan besar,

hewan kecil dan unggas. Hewan besar terdiri dari kuda, sapi dan kerbau, hewan kecil

meliputi kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam buras (bukan rasa atau

ayam kampung), ayam ras dan itik. Data Statistik NTB dalam Angka 2013

menunjukkan populasi hewan besar yaitu kuda sebanyak 75.293 ekor, sapi 1.002.731

ekor dan kerbau 138.393 ekor dan populasi hewan kecil yaitu kambing 584.149 ekor,

domba sebesar 31.160 ekor dan babi sebesar 55.615 ekor (Tabel 4.1). Untuk unggas

ayam buras sebesar 5.486.144 ekor, ayam ras 5.221.478 ekor dan itik 1.088.350 ekor.

Tabel 4.1. Populasi ternak selama lima tahun terakhir di NTB

Jenis ternak 2009 2010 2011 2012 2013 R

Kuda 77,837 76,622 72,909 77,520 75,293 -0.74Sapi 592,875 695,951 784,019 916,560 1,002,731 14.09Kerbau 155,307 155,904 141,511 144,261 138,393 -2.74Kambing 439,989 490,830 579,250 627,282 584,149 7.75Domba 25,878 29,539 37,500 37,875 31,160 6.09Babi 49,316 54,066 48,051 62,766 55,615 4.43Ayamburas 4,335,130 4,493,288 4,358,440 5,014,749 5,486,144 6.28Ayam Ras 1,894,146 3,209,632 3,428,656 3,846,085 5,221,478 31.05Itik 520,221 568,122 605,362 831,010 1,088,350 21.00

Keterangan: r = pertumbuhan rata-rata per tahunSumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Peningkatan perkembangan populasi yang sangat cepat terjadi pada unggas di

NTB. Peningkatan populasi yang tertinggi selam lima tahun berturut turut yaitu ayam

ras, diikuti ayam buras dan itik. Peningkatan populasi pada hewan besar terlihat pada

sapi dan pada hewan kecil pada kambing, walaupun terjadi penurunan pada tahun

terakhir. Pada tahun 2013 jumlah ruminansia besar di NTB, yaitu sapi sebesar

1.002.731 ekor, jumlah kerbau 138.393 ekor, jumlah kuda sebesar 75.293 ekor.

Jumlah ternak kecil seperti kambing sebesar 584.149 ekor, domba 31.160 ekor, babi

Page 27: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

17

55.615 ekor. Berikutnya jumlah unggas di NTB tahun 2013 yang terdiri dari ayam

buras 5.486.144, ayam ras petelur (layer) 201.127 ekor, ayam broiler berjumlah

5.020.351ekor dan itik sebesar 1.088.350 ekor.

Tabel 4.1 menunjukkan semua jenis ternak mengalami perkembangan positif,

kecuali kuda dan kerbau. Ternak yang perkembangan populasinya cukup tinggi lima

tahun terakhir (2009-2013) adalah ayam ras 31,05%, itik 21%, ayam buras 6,28%, sapi

14,09% dan kambing 7,75%. Populasi ternak yang relatif kecil pertumbuhannya adalah

domba 6,09% dan babi 4,43%. Populasi kuda menurun 0,74% dan kerbau 2,74%.

Pertumbuhan populasi kerbau dan kuda menurun tidak terlepas dari adanya

program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang dimulai tahun 2009. Oleh karena sebagian

besar sumberdaya dikonsentrasikan pada pengembangan sapi maka ternak kerbau dan

kuda kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu kedua jenis ternak ini, ke depan juga

perlu mendapat perhatian, minimal guna menjaga kestabilan populasinya. Pulau

Sumbawa memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan kerbau sehingga

Kabupaten Sumbawa ditetapkan sebagai salah satu lokasi pengembangan ternak

kerbau nasional. Untuk kambing, diarahkan pada peningkatan produktivitas dalam

rangka meningkatkan produksi daging dan susu. Kuda lebih diarahkan pada

peningkatan produktivitas baik sebagai ternak kerja, ternak perah, maupun ternak

potong, bukan peningkatan populasinya.

Ayam buras perlu diperhatikan perkembangannya, karena selain ayam buras

sebagai sumber produksi telur juga merupakan bahan baku restoran ayam Taliwang

yang merupakan makanan khas di Pulau Lombok. Disisi lain, ayam buras merupakan

ternak peliharaan rumah tangga pedesaan sebagai pendukung ketahanan ekonomi

rumah tangga, karena mudah pemeliharaannya, mudah diuangkan, dan dapat dikatakan

tanpa biaya produksi. Itik juga perlu mendapat perhatian karena itik adalah sumber

produksi telur sebagai bahan baku industri telur asin. Sebagaimana diketahui telur

asin merupakan makanan khas sebagai cinderamata/oleh-oleh baik bagi wisatawan

domestik yang berkunjung ke Lombok maupun bagi warga NTB yang berkunjung ke

sanak keluarga ke luar daerah. Dengan kata lain peternakan itik dan juga ayam buras

sangat penting peranannya dalam mendukung pariwisata di NTB. Kondisi di lapangan

Page 28: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

18

menunjukkan bahwa ketersediaan telur itik untuk bahan baku telur asin semakin

berkurang. Demikian pula ketersediaan ayam buras sebagai bahan baku restoran

“Ayam Taliwang” dirasakan semakin berkurang. Hal ini karena kurangnya program

pengembangan perunggasan, khususnya itik dan ayam buras, pada Dinas/Instansi

terkait baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Populasi sapi meningkat cukup besar setiap tahun sejak tahun 2008.

Peningkatan populasi sapi sesuai dengan tujuan program BSS-NTB untuk mencapai

populasi lebih dari satu juta ekor pada tahun 2013. Pertumbuhan populasi ternak

kerbau dan kuda nampak datar cenderung menurun yang menunjukkan bahwa populasi

ternak tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ternak kerbau

perlu mendapat perhatian karena selain dapat mensubstitusi ternak sapi, ternak kerbau

merupakan ternak khas Kabupaten Sumbawa yang telah menjadi aset nasional.

Perkembangan populasi ternak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara

populasi ternak jantan dan betina. Untuk menghasilkan populasi yang maksimal, harus

diupayakan agar perbandingan jumlah pejantan dan betina induk optimal. Sebagai

contoh, apabila program pengembangan sapi dilakukan dengan sistem perkawinan

alam, maka perbandingan antara jumlah induk dan jumlah pejantan sebaiknya sekitar

20:1. Populasi sapi, kerbau, kambing, dan domba yang berjenis kelamin betina

mencapai antara 64-76%. Hal ini cukup kondusif untuk perkembangan populasi ternak

tersebut. Dengan semakin banyak ternak betina diharapkan jumlah anak-beranaknya

akan semakin banyak sehingga secara langsung akan meningkatkan populasi.

Tabel 4.2. Populasi ternak menurut jenis kelamin tahun 2013

Jenis Ternak Jantan Betina Jantan & Betina

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor)

Sapi 331.061 36,12 585.499 63,88 916.560Kerbau 50.448 34,97 93.813 65,03 144.261Kuda 35.907 46,32 41.613 53,68 77.520Kambing 212.272 33,84 415.010 66,16 627.282

Domba 9.196 24,28 28.679 75,72 37.875Babi 31.320 49,90 31.446 50,10 62.766

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Page 29: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

19

Selain jenis kelamin, struktur umur juga menentukan perkembangan populasi

ternak. Populasi ternak di NTB menurut struktur umur tertera pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Populasi ternak menurut struktur umur di NTB tahun 2013

Jenis TernakAnak Muda Dewasa Jumlah

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (ekor)

Sapi 230.698 25,17 240.964 26,29 444.990 48,55 916.560

Kerbau 32.834 22,76 35.632 24,7 75.795 52,54 144.261

Kuda 11.868 15,31 13.721 17,7 51.938 67,00 77.520

Kambing 184.484 29,41 170.307 27,15 272.429 43,43 627.282

Domba 8.245 21,77 8.333 22 21.297 56,23 37.875

Babi 27.234 43,39 24.184 38,53 11.348 18,08 62.766

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Tabel 4.3 menunjukkan ternak dewasa menempati proporsi terbanyak, yaitu

sekitar 50%, sedangkan ternak muda dan anak relatif sama, masing-masing sekitar

25%. Khusus pada sapi, ternak dewasa 48,55%; muda 26, 29% dan anak 25,17%.

Struktur umur ini cukup ideal untuk perkembangan populasi tahun-tahun mendatang.

Pada Tabel 4.4 disajikan data populasi ternak betina menurut umur. Data ini

sangat menentukan perkembangan populasi ternak di masa mendatang.

Tabel 4.4. Populasi ternak betina menurut umur di NTB tahun 2013

Jenis ternakAnak Muda Dewasa Jumlah

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (ekor)

Sapi 119.886 20,47 114.662 19,58 351.042 59,95 585.590

Kerbau 17.441 18,59 19.908 21,22 56.464 60,19 93.813

Kuda 6.163 14,81 7.093 17,05 28.357 68,15 41.613

Kambing 105.509 25,42 103.188 24,86 206.313 49,71 415.010

Domba 4.776 16,65 6.700 23,36 17.203 59,98 28.679

Babi 11.800 37,53 12.126 38,56 7.519 23,91 31.446

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Page 30: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

20

Semakin besar proporsi ternak betina dewasa semakin banyak pula jumlah anak

yang dihasilkan. Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kecuali ternak babi,

proporsi populasi ternak terbanyak (sekitar 60%) adalah induk, sekitar 20% muda

(bibit) dan 20% adalah anak. Proporsi demikian cukup baik untuk perkembangan

populasi ke depan, dengan catatan ternak muda yang berkualitas diprioritaskan sebagai

ternak bibit pengganti induk atau pengganti pejantan. Oleh karena itu, kebijakan

pengendalian pengeluaran ternak betina bibit perlu mendapat perhatian.

Keadaan populasi berdasarkan pulau dan kabupaten/kota sangat diperlukan

untuk penyusunan perencanaan pengembangan ternak sesuai dengan daya dukung

wilayah. Populasi ternak besar, ternak kecil, dan unggas di NTB adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5. Populasi ternak besar menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2012

No Kab./Kota/Pulau Sapi (ekor) Kerbau (ekor) Kuda (ekor)

1 Mataram 1.994 22 7542 Lombok Barat 80.881 8.564 4.0263 Lombok Utara 76.086 435 6124 Lombok Tengah 137.200 18.894 2.3615 Lombok Timur 110.979 4.864 5.277

Jumlah P. Lombok 407.140 32.779 13.0306 Sumbawa Barat 54.393 13.264 5.7877 Sumbawa 197.141 54.022 39.6608 Dompu 96.205 20.411 8.1199 Bima 148.089 23.072 8.483

10 Kota Bima 13.592 713 2.441Jumlah P. Sumbawa 509.420 111.482 64.490

TOTAL 916.560 144.261 77.520

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa populasi ternak besar di Pulau Sumbawa lebih

banyak dibandingkan di Pulau Lombok. Populasi ternak sapi di Pulau Sumbawa

sebanyak 509.420 ekor (55,58%) sedangkan di Pulau Lombok 407.140 ekor (44,42%).

Ternak kerbau di Pulau Sumbawa sebanyak 111.482 ekor (77,28%) sedangkan di P.

Lombok sebanyak 32.779 ekor (22,72%). Ternak kuda juga jauh lebih banyak di P.

Page 31: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

21

Sumbawa 64.490 ekor (83,19%) dari pada di Pulau Lombok 13.030 ekor (16,81%).

Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki keunggulan komparatif untuk

pengembangan ternak besar di NTB karena masih terdapat padang penggembalaan

yang luas. Populasi ternak kecil di NTB adalah sebagai berikut (Tabel 4.6 ).

Tabel. 4.6. Populasi ternak kecil menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB

No Kab./Kota/Pulau Kambing (ekor) Domba (ekor) Babi (ekor)1 Mataram 2.346 11 1.6922 Lombok Barat 40.297 2.955 34.1963 Lombok Utara 28.208 - 8.0894 Lombok Tengah 76.076 632 1.2505 Lombok Timur 77.263 7.623 25Jumlah P. Lombok 224.190 11.221 45.252

6 Sumbawa Barat 16.149 1.711 5007 Sumbawa 38.368 1.617 7.7648 Dompu 62.889 78 4.1549 Bima 270.332 21.458 -

10 Kota Bima 15.355 571 -Jumlah P. Sumbawa 403.093 25.435 12.418

TOTAL 627.282 37.875 62.766

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Seperti halnya pada ternak besar, populasi ternak kecil (kambing dan domba) di

Pulau Sumbawa juga lebih banyak dibandingkan di Pupau Lombok (Tabel 4.6).

Populasi kambing di Pulau Sumbawa tercatat 403.093 ekor (64,26%) sedangkan di P.

Lombok 224.190 ekor (3574%). Demikian pula populasi domba di Kabupaten

Sumbawa juga lebih banyak dibandingkan di Pulau Lombok. Di Pulau Sumbawa

populasi domba tercatat 25.435 ekor (697,16%) sedangkan di P. Lombok 11.221 ekor

(29,63%). Untuk ternak babi, sebagian besar (80%) berada di P. Lombok terutama di

Kabupaten Lombok Barat dan 20% lainnya ada di Pulau Sumbawa. Dari sisi populasi,

menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki potensi lebih besar dari pada Pulau

Lombok untuk pengembangan ternak pemakan hijauan.

Kebalikan dari ternak besar dan ternak kecil, populasi ternak unggas di Pulau

Lombok jauh lebih banyak dari pada di Pulau Sumbawa. Populasi ternak unggas

menurut Pulau dan Kabupaten/Kota di NTB tertera pada Tabel 4.7. Populasi ayam

Page 32: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

22

buras di Pulau Lombok 3.559.056 ekor (70,97%) dan di Pulau Sumbawa 1.455.693

ekor (29,03%). Ayam ras petelur di Pulau Lombok tercatat 184.562 ekor (99,95%) dan

di Sumbawa 90 ekor (0,05%). Ayam ras pedaging di Pulau Lombok 2.474.686 ekor

(67,59%) sedangkan di Pulau Sumbawa 1.186.747 ekor (32,41%). Populasi itik di

Lombok 675.508 ekor (81,29%) dan di Pulau Sumbawa 155.502 ekor (18,71%).

Tabel 4.7. Populasi ternak unggas menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2013

No Kab./Kota/PulauBuras(ekor)

Petelur(ekor)

Pedaging(ekor)

Itik (ekor)

1 Mataram 72.202 2.513 22.150 19.1642 Lombok Barat 804.098 121.760 491.630 133.6613 Lombok Utara 126.562 4.902 3.659 6.5034 Lombok Tengah 1.449.838 30.753 628.393 389.409

5 Lombok Timur 1.106.356 24.634 1.328.854 126.771

Jumlah P. Lombok 3.559.056 184.562 2.474.686 675.5086 Sumbawa Barat 85.149 - 2.000 8.0067 Sumbawa 678.451 - 332.800 11.6938 Dompu 184.426 - 75.355 33.8959 Bima 443.144 90 282.613 85.129

10 Kota Bima 64.523 - 493.979 16.779Jumlah P. Sumbawa 1.455.693 90 1.186.747 155.502

TOTAL 5.014.749 184.652 3.661.433 831.010

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Penyebab populasi unggas lebih banyak di Pulau Lombok adalah karena: (1)

ketersediaan pakan unggas di Pulau Lombok lebih banyak, lebih murah, dan lebih

mudah didapat, (2) pangsa pasar produk unggas di Pulau Lombok lebih besar, dan (3)

jumlah rumah tangga pedesaan di Pulau Lombok lebih banyak dibandingkan di Pulau

Sumbawa. Sebagaimana diketahui, ternak unggas terutama ayam buras merupakan

ternak peliharaan utama bagi rumah tangga pedesaan.

Data populasi ternak, terutama ternak pemakan hijauan, menjadi lebih

bermanfaat apabila dinyatakan dalam Unit Ternak karena Unit Ternak dapat digunakan

sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan usaha peternakan, misalnya untuk

Page 33: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

23

menghitung daya dukung wilayah (carryng capacity). Populasi ternak di NTB dalam

unit ternak adalah tersaji pada Tabel 4.8. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa

perbandingan populasi di NTB dalam UT antara sapi, kerbau, kuda, dan kambing-

domba adalah 73,80%, 11,96%, 7,16%, dan 7,09%. Proporsi ini menunjukkan bahwa

sapi merupakan ternak yang memiliki potensi pengembangan terbesar di NTB,

sehingga sangat tepat jika ternak sapi menjadi ternak unggulan. Ditinjau per pulau,

antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki proporsi, untuk sapi adalah

44,5% dan 55,6%, kerbau 23% dan 77%, kuda 17% dan 83%, kambing dan domba

35% dan 65%. Apabila dibuat klasifikasi berdasarkan populasi per kabupaten/kota,

maka Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Bima, dan Sumbawa dapat

dikategorikan ke dalam kabupaten yang memiliki potensi besar, yaitu dengan populasi

ternak pemakan hijauan di atas 100.000 UT. Kabupaten Lombok Barat, Lombok

Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, dan Dompu, masuk dalam kategori sedang,

dengan populasi di atas 50.000 sampai 100.000 UT. Kota Bima dan Kota Mataram

masuk kategori kecil, dengan populasi di bawah 50.000 UT.

Tabel 4.8. Populasi ternak pemakan hijauan dalam Unit Ternak (UT) 2012

No Kab./Kota/Pulau Sapi Kerbau Kuda Kb+Db Jumlah

1 Mataram 1.356 15 588 212 2.4132 Lombok Barat 54.999 5.995 3.140 3.893 69.1373 Lombok Utara 51.738 305 477 2.539 55.009

4LombokTengah

93.296 13.226 1.842 6.904 116.419

5 Lombok Timur 75.466 3.405 4.116 7.640 93.505

Jumlah P. Lombok 276.855 22.945 10.163 21.187 336.483

6 Sumbawa Barat 36.987 9.285 4.514 1.607 54.3637 Sumbawa 134.056 37.815 30.935 3.599 209.2698 Dompu 65.419 14.288 6.333 5.667 94.4249 Bima 100.701 16.150 6.617 26.261 148.289

10 Kota Bima 9.243 499 1.904 1.433 13.479

Jumlah P. Sumbawa 346.406 78.037 50.302 38.568 519.825

TOTAL 623.261 100.983 60.466 59.864 856.308Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Page 34: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

24

Tabel 4.8 juga nampak bahwa populasi ternak pemakan hijauan (sapi, kerbau,

kuda, kambing dan domba) mencapai 856.308 UT, sama dengan populasi tahun 2011.

Namun ternak sapi meningkat dari 597.266 UT menjadi 623.261 UT atau naik sekitar

6%. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, berarti setiap hari harus

tersedia pakan hijauan kurang lebih 29.970.780 kg atau 10.939.335 ton per tahun.

Dengan asumsi bahwa 1 ha lahan sumber pakan dapat menampung 1,5 UT,

maka pada kondisi sekarang diperlukan lahan sumber pakan sebanyak 570.872 ha.

Lahan tersebut dapat terdiri atas sawah, tegal, kebun, ladang, padang penggembalaan,

wilayah pinggiran hutan, dan lahan-lahan lain yang potensial sebagai sumber pakan

ternak. Pertanyaannya, apakah dengan kondisi penggunaan lahan seperti sekarang,

NTB masih memiliki daya dukung lahan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan

ternak? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan studi lapangan yang

mendalam. Jika ternyata daya dukung lahan secara alamiah sudah tidak mendukung,

maka harus diintroduksi teknologi pakan ternak dan pengelolaan padang

penggembalaan secara intensif.

2.6. Perkembangan Produksi Daging Ternak di NTB

Perkembangan produksi daging di NTB selama lima tahun terakhir tersaji pada

Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perkembangan produksi daging lima tahun terakhir di NTB (dalam kg)

Jenis ternak 2009 2010 2011 2012 2013 r (%)

Kuda 245069 300832 334399 297707 306141 6.44Sapi 5253746 8025429 10958111 12431831 13884310 28.61Kerbau 1262607 1680134 1878542 2385107 2259540 16.64Kambing 2255511 2804264 4622849 5070365 4935270 24.05Domba 126088 187616 285723 230597 187857 15.82Babi 1373551 1987022 2473067 2542467 2884990 21.35AyamBuras 7179028 8669106 6898583 10160840 40969400 87.71Ayam Ras 3363423 5934320 9211887 26170000 11342450 64.77Itik 268616 450929 619076 841777 1148970 44.41Jumlah 21327639 30039652 37282235 60130682 77918928 38.96

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB (2013)

Page 35: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

25

Tabel 4.9 memperlihatkan, selama lima tahun terakhir semua produksi daging

dari semua jenis ternak menunjukkan peningkatan positif setiap tahunnya. Khusus

ternak sapi sejalan dengan program BSS, peningkatan produksi daging sapi sangat

signifikan, yaitu rata-rata 28,61% per tahun. Untuk ternak kambing, domba, dan babi

terlihat mengalami peningkatan tajam yaitu di atas 100%. Hal tersebut diduga karena

kesalahan pencacatan.

2.7. Inseminasi Buatan pada Sapi

Inseminasi buatan telah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu di NTB dengan

maksud untuk meningkatkan reproduktivitas dan reproduktivitas sapi Bali, namun

demikian hingga sekarang produktivitas dan reproduktivitas sapi di NTB masih relatif

rendah. Untuk pelaksanaan inseminasi fasilitas dan infrastruktur pendukung

semestinya sudah tersedia dengan pengembangan pelaksanaan yang telah dikerjakan

selama 30 tahun. Di samping itu semen beku sapi Bali dan semen sapi impor tersedia

di NTB untuk mendukung pelaksanaan inseminasi buatan. Bila dibanding dengan

hasil kelahiran pedet jumlah realisasi inseminasi dan jumlah akseptor relatif sangat

tinggi, oleh karena itu diperkirakan masih terdapat ruang untuk meningkatkan jumlah

anak yang lahir dari hasil IB.

Berdasarkan data pelaksanaan inseminasi buatan di NTB menunjukkan terjadi

penurunan target pelaksanaan inseminasi buatan di NTB pada tiga tahun terakhir. Pada

tahun 2011 target IB 71.298 dosis straw, lalu tahun 2012 turun menjadi 48.087 dosis

straw dan tahun 2013 menjadi 35.730 dosis straw. Nampak dilihat bahwa terjadi

penurunan tajam dari target, realisasi, akseptor dan kelahiran hanya 20-50% dari

target. Pada tahun 2011 realisasi pelaksanaan IB mencapai 62.514 dosis straw semen

beku dengan akseptor 59.366 ekor sapi betina dan jumlah pedet yang lahir sebanyak

32.046 ekor. Pada tahun 2012 realisasi pelaksanaan IB mencapai 45.674 dosis straw

semen beku dengan jumlah akseptor sebanyak 26.013 ekor sapi betina dan pedet yang

lahir dari hasil IB sebanyak 9.387 ekor. Pada tahun 2013 target IB lebih rendah namun

akseptor sapi lebih banyak dari tahun 2012 sehingga terjadi peningkatan jumlah anak

yang lahir. Pada tahun 2013 tersebut realisasi pelaksanaan IB mencapai 31.372 straw

Page 36: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

26

semen beku dengan akseptor 29.818 ekor sapi betina dan jumlah pedet yang lahir

16.064 ekor.

Inseminasi buatan telah dilaksanakan di seluruh kabupaten di NTB, namun

target, realisasi, akseptor dan anak sapi yang lahir hasil IB di Pulau Lombok jauh lebih

tinggi dibanding dengan Pulau Sumbawa. Pelaksanaan IB mungkin lebih sulit

dilaksanakan di Pulau Sumbawa dibanding dengan di Pulau Lombok, karena sapi di

Sumbawa kebanyakan dipelihara secara ekstensif sementara di Lombok dipelihara

secara intensif.

Kegiatan IB telah dilaksanakan secara luas di Kabupaten Lombok Tengah,

Lombok Timur , Lombok Barat dan Lombok Utara. Di Kabupaten Lombok Barat dan

Lombok Tengah realisasi IB lebih rendah dari target, namun di kabupaten lain realisasi

IB melampaui target. Realisasi IB tertinggi di Kabupaten Lombok Timur, berikutnya

Lombok Tengah dan Lombok Barat. Angka kelahiran dari IB terbanyak terjadi di

Kabupaten Lombok Timur, kemudian di Lombok Tengah dan berikutnya Lombok

Utara.

Pelaksanaan inseminasi yang tertinggi di tiga kabupaten yaitu di Lombok

Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat, tetapi akseptor terbanyak yaitu berada di

Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Utara. Perbedaan program dan

pelaksanaan IB di masing-masing daerah tersebut kemungkinan disebabkan oleh

kondisi lapangan setempat, iklim dan pola pemeliharaan. Kabupaten Lombok Timur

paling unggul baik dari realisasi inseminasi, jumlah akseptor dan pedet yang

dihasilkan.

Dalam pelaksanaan IB di NTB tersedia semen beku dari berbagai bangsa sapi

yaitu sapi Bali, Simental, Limousin, Brangus, Angus, Brahman, Ongole dan sapi FH.

Delapan jenis bangsa sapi tersebut tersedia di NTB baik diproduksi di dalam negeri

dan didatangkan dari luar negeri. Pelaksanaan inseminasi umumnya menggunakan

semen beku sapi Bali, diikuti sapi Simental dan Limousin. Tingkat kelahiran dibanding

dengan jumlah semen beku yang diinseminasikan yang tertinggi adalah semen beku

asal sapi Bali, kemudian Limousin dan Simental.

Page 37: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

27

Inseminasi yang telah dilakukan di NTB sebanyak 30.000 kali suntikan,

menghasilkan kebuntingan dan melahirkan pedet 15.000 ekor sapi dan jumlah

peternak pemilik sapi yang terlibat 25.000 orang. Dari data tersebut kebuntingan

melalui pelaksanaan IB lebih dari dua kali. Data tersebut menunjukkan bahwa sapi

dengan IB jarak beranaknya lebih panjang dibandingkan kawin alam. Data tersebut

berdasarkan laporan pada tahun 2008, di mana pada tahun tersebut relatif sangat kecil

produksinya dibandingkan dengan periode sesudahnya.

Page 38: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

28

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan kajian ini diuraikan sesuai dengan tipe dan jenis analisis yang

digunakan, meliputi hasil kajian berdasarkan Analisis Location Qoetion (LQ), Analisis

Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis Potensi Pengembangan Berdasarkan Daya

Tampung, Analisis Overlay dan Analisis SWOT. Uraian tentang potensi ternak di Provinsi

NTB berdasarkan masing-masing jenis analisis tersaji berikut ini.

5.1. LQ Ternak Herbivora

Pemetaan kawasan dilakukan menggunakan analisis LQ, yang metode kajiannya

diuraikan pada Bab IV. Hasil analisis LQ penelitian ini membandingkan antara jumlah

populasi ternak besar dan ternak kecil pemakan herbivore di setiap wilayah

kabupaten/kota dengan populasi penduduk di masing-masing kabupaten/kota . Berikut

ini pada Tabel 5.1. tersaji rincian populasi ternak pemakan herbivora (dalam ekor) di

Provinsi NTB, tahun 2013.

Tabel 5.1.: Populasi ternak pemakan hijauan/herbivora (ekor) di 10 kabupaten/kotadi Provinsi NTB 2013

No Kabupaten/Kota Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba

1 Mataram 2.181 26 665 1.984 602 Lombok Barat 88.485 6.634 3.819 40.714 1.3413 Lombok Utara 83.239 415 623 29.929 04 Lombok Tengah 150.099 19.083 2.365 89.026 8245 Lombok Timur 121.413 5.081 5.241 87.135 9.565

Jumlah P. Lombok 445.417 31.239 12.713 248.788 11.790

6 Sumbawa Barat 59.507 13.275 5.783 16.681 1.6877 Sumbawa 215.675 50.857 38.282 35.002 1.8408 Dompu 105.250 22.078 9.580 70.271 1349 Bima 162.012 20.483 7.969 197.157 15.543

10 Kota Bima 14.870 461 966 16.250 166

Jumlah P. Sumbawa 557.314 107.154 62.580 335.361 19.370

TOTAL 1.002.731 138.393 75.293 584.149 31.160

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, NTB, 2014.

Page 39: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

29

Adapun jumlah ternak pemakan hijauan berdasarkan unit ternak (UT) per

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013 adalah seperti tercantum pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.: Populasi ternak pemakan hijauan (UT) tahun 2013 di NTB

No Kabupaten/Kota Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Jumlah

1 Mataram 1.661 23 532 249 7 2.4722 Lombok Barat 67.408 5.920 3.055 5.106 147 81.636

3 Lombok Utara 63.411 370 498 3.753 0 68.033

4 Lombok Tengah 114.345 17.030 1.892 11.164 90 144.521

5 Lombok Timur 92.492 4.534 4.193 10.927 1.049 113.196

Jumlah P. Lombok 339.319 45.332 11.847 4.626 2.092 185

6 Sumbawa Barat 164.301 45.385 30.626 4.389 202 244.903

7 Sumbawa 80.179 19.702 7.664 8.812 15 116.3738 Dompu 123.421 18.279 6.375 24.723 1.705 174.504

9 Bima 11.328 411 773 2.038 18 14.568

10 Kota Bima 763.880 123.502 60.234 73.252 2.125 1.024.287

Jumlah P. Sumbawa 424.562 1.661 23 532 249 7

TOTAL 763.880 67.408 5.920 3.055 5.106 147

Jika data ternak herbivora pada Tabel 5.2. dibuat dalam ilustrasi tersendiri,

hasilnya nampak pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Jumlah ternak herbivora di kabupaten/kota di NTB.

Page 40: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

30

Berdasarkan data pada Tabel 5.2. ternak sapi menempati peringkat pertama dari

segi jumlah ternak pemakan hijauan di NTB dengan total 763.880 unit ternak (UT).

Menyusul setelah sapi adalah kerbau dengan populasi 123.502 UT, kemudian kambing

73.252 UT, kuda 60.234 UT dan domba 3.418 UT. Data pada Table 5.1. dan Tabel 5.2.

juga menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki populasi ternak herbivora lebih

banyak dibandingkan dengan populasi ternak sejenis di Pulau Lombok. Jumlah

populasi ternak herbivora di Pulau Sumbawa mencapai 557.314 UT sedangkan

populasi ternak sejenis di Pulau Lombok hanya 445.417 UT.

Hasil analisis LQ ternak herbivora dalam penelitian ini diperoleh dengan

membandingkan antara jumlah populasi ternak herbivora dengan populasi penduduk di

setiap kabupaten/kota di NTB. Adapun jumlah penduduk kabupaten/kota di NTB

diperoleh dari Badan Pusat Statistik NTB, 2013.

Adapun populasi penduduk kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013 tertera

pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Populasi Penduduk Provinsi NTB

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah

Mataram 204.676 208.534 413.210

Lombok Barat 300.364 312.797 613.161

Lombok Utara 100.500 103.064 203.564

Lombok Tengah 414.602 460.629 875.231

Lombok Timur 524.126 599.362 1.123.488

Sumbawa Barat 1.544.268 1.684.386 3.228.654

Sumbawa 60.201 58.407 118.608

Dompu 216.066 206.963 423.029

Bima 113.164 110.514 223.678

Kota Bima 222.883 224.403 447.286

Sumber: BPS NTB, 2013.

Rincian mengenai hasil analisis LQ ternak herbivora di Provinsi Nusa Tenggara

Barat tahun 2013 tersaji pada Tabel 5.4.

Page 41: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

31

Tabel 5.4. Nilai LQ Ternak Herbivora di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kab/Kota Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba

Mataram 0.02 0.002 0.10 0.04 0.03Lombok Barat 0.66 0.36 0.38 0.52 0.52Lombok Utara 1.87 0.07 0.19 1.15 -Lombok Tengah 0.78 0.72 0.16 0.80 0.22Lombok Timur 0.49 0.15 0.28 0.61 2.02Sumbawa Barat 2.30 3.71 2.97 1.10 3.37Sumbawa 2.33 3.99 5.51 0.65 1.03Dompu 2.15 3.27 2.61 2.47 0.14Bima 1.66 1.52 1.09 3.46 8.23Kota Bima 0.46 0.10 0.40 0.87 0.27

Sumber: Disnak dan Keswan NTB, BPS NTB, 2013

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa Kabupaten Sumbawa merupakan daerah basis

ternak sapi di Provinsi NTB dengan nilai LQ sebesar 2,33; diikuti Kabupaten

Sumbawa Barat (LQ=2,30); kemudian Kabupaten Dompu (LQ=2,15); Lombok Utara

(1,87) dan Kabupaten Bima dengan nilai LQ 1,66. Dengan demikian, berdasarkan hasil

analisis LQ, ternak sapi di Provinsi NTB memiliki keunggulan untuk dikembangkan

terutama di Pulau Sumbawa. Persaingan populasi ternak dengan jumlah penduduk

yang relatif masih longgar di Pulau Sumbawa memungkinkan pengembangan sapi

dilakukan di daerah ini dibandingkan jika dilakukan di Pulau Lombok. Pengembangan

sapi di Pulau Lombok memiliki kecenderungan baik bila lebih diarahkan ke kegiatan

penggemukan yakni untuk tujuan peningkatan bobot badan per satuan ternak.

Masuknya Provinsi NTB ke dalam kawasan strategis pengembangan sapi

potong nasional sebagaimana tertera dalam Permentan No 50/2012, merupakan kabar

baik terutama bagi peternak. Hal itu dikuatkan terbitnya Perpres No. 50/2014 tentang

kawasan peternakan sapi potong. Dengan demikian semakin besar kewenangan Dinas

Peternakan dan Keswan NTB menata wilayah yang dimaksudkan terutama terhadap

pengembangan sapi potong di wilayah Pulau Sumbawa (minus Kota Bima), serta

pengembangan hal sama di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur untuk

wilayah Pulau Lombok. Meskipun nilai LQ sapi Lombok Tengah relatif rendah,

Page 42: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

32

namun daerah ini strategis bagi pengembangan sapi karena sukses menjadi pilot

proyek pengembangan sapi di bawah dua lembaga asing (ACIAR dan JICA).

Nilai LQ kerbau juga relatif mirip dengan fenomena yang ditampilkan sapi.

Yakni bahwa Kabupaten Sumbawa juga merupakan basis ternak kerbau di Provinsi

NTB dengan nilai LQ sebesar 3,99; diikuti Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dengan

nilai LQ kerbau 3,71; kemudian Kabupaten Dompu dengan LQ sebesar 3,22; dan

Kabupaten Bima dengan LQ nilai 1,52. Tampilnya Pulau Sumbawa mendominasi

kawasan basis pengembangan kerbau terutama terkait dua hal. Yakni perbandingan

jumlah ternak dengan populasi manusia yang belum begitu ketat di wilayah itu. Selain

itu juga disebabkan karena persyaratan teknis bagi pengembangan kerbau seperti

tersedianya kawasan berrawa relatif masih banyak terhampar di Pulau Sumbawa

dibandingkan di Pulau Lombok. Sejauh yang tergambar dalam Tabel 5.4. dapat

disimpulkan bahwa Pulau Lombok relatif kurang tepat bagi pengembangan kerbau.

Hal ini terkait relatif padatnya jumlah penduduk di wilayah ini.

Basis pengembangan kuda di Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terkonsentrasi

di Pulau Sumbawa dengan rincian wilayah pengembangan berturut-turut adalah

Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima. Sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa

basis pengembangan ternak besar di Provinsi NTB berlokasi di Pulau Sumbawa.

Pengembangan kambing di NTB berdasarkan analisis LQ terkonsentrasi di

Kabupaten Bima dengan nilai LQ 3,46; diikuti Dompu (LQ= 2,47); Lombok Utara

(LQ = 1,15) dan Sumbawa Barat (LQ= 1,10). Domba terkonsentrasi Kabupaten Bima

dengan nilai LQ sebesar 8,23, Sumbawa Barat (nilai LQ= 3,37); Kabupaten Lombok

Timur dengan nilai LQ sebesar 2,27 dan Kabupaten Sumbawa (nilai LQ= 1,03).

5.2. LQ Unggas

Ternak unggas yang dibahas pada kajian ini meliputi ayam bukan ras (buras),

ayam petelur, ayam pedaging dan itik. LQ unggas dihitung berdasarkan jumlah

populasi masing-masing jenis unggas di suatu wilayah kabupaten/kota dibandingkan

dengan total populasi unggas di wilayah referensi. Rincian LQ unggas di NTB sbb:

Page 43: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

33

5.2.1.Ayam Buras

Hasil perhitungan LQ ayam buras di Provinsi Nusa Tenggara Barat selama lima

tahun terakhir adalah seperti nampak pada Tabel 5.5. dan Gambar 5.2.

Fenomena menarik terjadi pada hasil perhitungan LQ ayam buras. Hanya dua

daerah yakni Kota Bima dan Lombok Tengah yang nilai LQ ayam burasnya tahun

2013 berada di bawah satu (LQ<1). Fakta itu mengindikasikan ayam buras digemari

dipelihara warga NTB, sehingga merupakan ternak idola yang patut didorong

pengembangannya.

Tabel 5.5. LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir.

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Mataram 0.96 0.494 1.29 1.20 1.22Lombok Barat 0.90 1.062 1.13 1.00 1.08Lombok Utara 1.46 1.745 1.83 1.73 1.90Lombok Tengah 0.97 1.160 1.11 1.12 0.83Lombok Timur 1.08 0.799 0.83 0.83 1.17Sumbawa Barat 1.31 1.718 1.61 1.73 1.90Sumbawa 1.07 1.386 1.32 1.28 1.44Dompu 1.17 1.302 1.27 1.21 1.31Bima 0.88 0.782 0.86 1.06 1.06Kota Bima 0.77 0.591 0.20 0.22 0.24

Sumber: BPS, diolah

Meskipun demikian, ada catatan khusus menyangkut pengembagan ayam buras

di NTB. Yakni semakin kuatnya kecenderungan warga Lombok Tengah meningkatkan

populasi ayam buras, khususnya ayam Arab, seperti dilakukan warga Kecamatan

Janapria dan Pujut (Desa Teruwai). Wilayah yang disebutkan terakhir belakangan

berkembang menjadi sentra perbibitan ayam Arab di level NTB sejalan membaiknya

permintaan pasar. Artinya, meskipun nilai LQ ayam buras di kawasan ini tergolong

rendah, hal itu bisa disiasati dengan menata pasokan pakan sehingga memungkinkan

Lombok Tengah berkembang menjadi sentra bibit ayam buras. Sentra ayam buras di

Lombok Tengah masih bisa diperbesar lagi sejauh tersedia pakan dalam jumlah dan

mutu memadai, kelancaran transportasi serta adanya serapan produk oleh pasar.

Page 44: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

34

Pengembangan ayam buras di NTB berturut-turut di Sumbawa Barat dan KLU

dengan nilai LQ masing-masing 1,9, lalu Sumbawa (LQ=1,44), Dompu (1,33) dan

Mataram (1,22). Potensi pengembangan ayam Buras di KLU berlokasi di Kayangan

dan Jenggala; Sumbawa Barat di semua kecamatan. Rincian LQ ayam buras

kabupaten/kota se NTB tersaji pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Nilai LQ Ayam Buras di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir

Kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten wilayah yang memiliki

kelompok peternak ayam buras tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Tercatat 25

kelompok peternak ayam buras di Lombok Tengah yang sudah menjalankan aktivitas

usaha dengan baik. Tingginya jumlah kelompok peternak ayam buras di Lombok

Tengah dapat dianggap sebagai kekuatan, sehingga ke depan Lombok Tengah dapat

dikembangkan menjadi sentra penghasil ayam buras untuk wilayah NTB.

5.2.2.Ayam Petelur

Adapun nilai LQ ayam petelur di Provinsi Nusa Tenggara Barat selama lima

tahun terakhir tertera pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.4. Kabupaten Lombok Barat

merupakan daerah basis pengembangan ayam petelur di Provinsi NTB. Hal itu

Page 45: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

35

ditunjukkan oleh nilai LQ ternak ini selama lima tahun terakhir yang selalu berada di

atas 4 (terakhir pada 2013 nilai LQ ayam petelur Lombok Barat mencapai 4,35). Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Utara semakin memperlihatkan potensi diri sebagai

daerah basis ayam petelur seperti terlihat dari nilai LQ ayam petelur kedua daerah pada

tahun 2013 masing-masing sebesar 3,29 untuk Kota Mataram dan 2,12 untuk

Kabupaten Lombok Utara. Ayam petelur, dengan demikian layak lebih dikembangkan

di wilayah ini.

Tabel 5.6. Nilai LQ Ayam Petelur di NTB Lima Tahun Terakhir

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Mataram 0.02 2.66 1.36 1.14 3.29Lombok Barat 4.98 4.25 4.49 4.12 4.35Lombok Utara 0.01 0.01 0.01 1.82 2.12Lombok Tengah 0.29 1.09 1.35 0.65 0.46Lombok Timur 0.48 0.11 0.12 0.50 0.77Sumbawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Sumbawa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Dompu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Bima 0.18 0.00 0.00 0.01 0.00Kota Bima 0.00 0.67 0.67 0.00 0.00

Sumber: BPS NTB, diolah

Adapun Kabupaten Lombok Tengah cenderung menjauh dari posisi sebagai

kawasan basis ayam petelur sebagaimana terlihat dari penurunan nilai LQ ternak itu

yang pada tahun 2011 sebesar 1,35 menurun menjadi 0,65 pada tahun 2012 dan pada

2013 nilai LQ ayam petelur di Lombok Tengah merosot lagi menjadi 0,46. Enam

kabupaten di Pulau Sumbawa memperlihatkan nilai LQ teramat rendah untuk ayam

petelur sehingga bisa disimpulkan bahwa Pulau Sumbawa bukanlah wilayah basis bagi

peternakan ayam petelur bagi Provinsi NTB. Kondisi wilayah Pulau Sumbawa yang

relatif kering serta ketersediaan saprodi yang agak terbatas disinyalir menjadi faktor

pembatas sulit berkembangnya ayam petelur di Pulau Sumbawa. Dalam hidupnya,

ayam petelur memiliki kecenderungan membaik produktivitasnya jika dipelihara di

Page 46: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

36

lokasi yang berudara sejuk

Postur LQ ayam petelur 10 kabupaten di NTB pada Gambar 5.3 sekaligus

menunjukkan ayam petelur potensial dikembangkan di Pulau Lombok kecuali di

Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur

Gambar 5.3. Hasil analisis LQ ayam petelur di NTB lima tahun terakhir.

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisi LQ, kawasan yang paling

potensial untuk pengembangan ayam ras petelur di Nusa Tenggara Barat terkonsentrasi

di Pulau Lombok. Hal ini terkait dengan sifat ayam ras petelur yang tergolong hewan

berdarah panas (homeothermic) dengan suhu tubuh berkisar antara 40,5 sampai dengan

42,5oC, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi bulu dan tidak memiliki kelenjar

keringat. Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang diseleksi dan dikembangkan di

daerah beriklim dingin, sehingga bila dipelihara di daerah panas rentan terhadap

bahaya stress panas. Untuk dapat hidup nyaman dan berproduksi optimal ternak ayam

ras petelur harus dipelihara pada daerah yang sejuk (comfort zone) dengan kisaran

suhu berkisar antara 21 sampai dengan 27oC, bila tidak ayam ras petelur tidak akan

dapat berproduksi dengan baik. Agar dapat mencapai suhu nyaman (comfort zone),

dapat dilakukan dengan menggunakan kandang tertutup (closed house) atau

Page 47: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

37

penggunaan kandang terbuka yang dibangun pada daerah dataran tinggi yang bersuhu

sejuk.

Berdasarkan hal tersebut maka direkomendasikan sentra pengembangan ayam

ras petelur dipusatkan di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara,

terutama di daerah-daerah dataran tinggi yang bersuhu sejuk. Kota Mataram, meskipun

dari hasil analisis potensinya menempati rangking ke 2, namun karena Kota Mataram

adalah kota pemukiman padat penduduk serta berlokasi di daerah pantai dengan suhu

yang relatif tinggi, sehingga Kota Mataram kurang layak direkomendasikan sebagai

lokasi untuk pengembangan ayam ras petelur.

5.2.3.Ayam Pedaging

Hasil analisis LQ ayam pedaging 10 kabupaten yang ada di Provinsi Nusa

Tenggara Barat menarik dicermati. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu wilayah

kabupaten-kota di NTB yang secara konsisten menjadi daerah basis ayam pedaging,

setidaknya berdasarkan analisis LQ selama lima tahun terakhir. Rincian mengenai

hasil analisis LQ ayam petelur di NTB tersaji pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.4.

Nilai LQ ayam pedaging di Kota Bima yang pada tahun 2011 dan tahun 2012

relatif tinggi yakni masing-masing 2,20 dan 2,27; lalu pada tahun 2013 melorot

menjadi 0,97. Artinya, dalam waktu relatif singkat Kota Bima beralih dari berstatus

konsentrasi ayam pedaging menjadi non basis komoditas itu. Perlu ada penelitian

tersendiri untuk menggali penyebab melorotnya posisi Bima sebagai basis ayam

pedaging.

Fenomena serupa terjadi di Lombok Timur yakni LQ ayam pedagingnya tahun

2011 sebesar 1,32; naik menjadi 1,36 setahun kemudian dan pada tahun 2013 nilai LQ-

nya adalah sebesar 0,73. Kabupaten Bima lain lagi, yakni pada tahun 2011 nilai LQ-

nya sebesar 1,18; kemudian turun menjadi 0,92 pada tahun 2012 dan tiba-tiba LQ-nya

melonjak menjadi 2,02 pada tahun 2013.

Fenomena nilai LQ yang naik tajam lalu merosot lagi setiap pergantian tahun

dan atau sebaliknya juga terjadi di hampir seluruh daerah di NTB. Diduga hal itu

Page 48: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

38

terjadi sebagai akibat fluktuasi nilai ayam pedaging yang relatif tajam dari suatu

periode pemeliharaan ke periode berikutnya. Pemeliharaan ayam pedaging yang relatif

padat modal membuat peternak harus cermat dan jeli memperhatikan fluktuasi harga

pasar input dan harga jual ayam potong. Kelalaian memperhatikan fluktuasi harga dan

ketidak pekaan mempergunakan insting dalam berdagang ayam pedaging membuat

peternak berpotensi merugi dan pada gilirannya kapok mengusahakan ternak ini bila

salah perhitungan.

Tabel 5.7. Hasil Analisis LQ Ayam Pedaging di NTB

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Mataram 0.88 1.68 0.48 0.51 0.62

Lombok Barat 1.05 0.73 0.66 0.84 0.83

Lombok Utara 0.05 0.03 0.02 0.07 0.08

Lombok Tengah 1.05 0.62 0.65 0.67 1.17

Lombok Timur 0.84 1.40 1.32 1.36 0.73

Sumbawa Barat 0.33 0.02 0.32 0.06 0.06

Sumbawa 1.07 0.65 0.12 0.86 0.75

Dompu 0.43 0.46 0.57 0.68 0.65

Bima 1.22 1.34 1.18 0.92 2.02

Kota Bima 1.74 1.73 2.20 2.27 0.97

Sumber: BPS NTB, diolah.

Sebaliknya pengusahaan ayam potong akan memberikan laba relatif

menjanjikan bila kalkulasi hitung dagang komoditas ini ternyata tepat. Hal inilah yang

membuat seseorang dengan gampang keluar-masuk mengusahakan komoditas ayam

potong di setiap daerah dan kemudian berimplikasi pada tampilan LQ masing-masing

wilayah dalam konteks sebagai daerah basis-non basis.

Kekuatan Lombok Tengah sebagai pusat pengembangan ayam broiler adalah

dekat dengan pusat sapronak (sarana produksi peternakan) seperti bibit, pakan dan

obat-obatan, serta dapat berperan sebagai pusat suplayer daging untuk kebutuhan

Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa bagian barat (Kabupaten Sumbawa Barat dan

Kabupaten Sumbawa).

Page 49: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

39

Gambar 5.4. Hasil Perhitungan LQ Ayam Pedaging di NTB Lima Tahun Terakhir.

Kota Bima dipandang sebagai daerah yang sangat strategis untuk pengadaan

daging khususnya untuk melayani kebutuhan warga Kota Bima, Kabupaten Bima dan

Kabupaten Dompu, serta untuk memenuhi kebutuhan daging warga di wilayah

Provinsi NTT bagian barat (Pulau Flores dan Pulau Sumba).

5.2.4. Itik

Perkembangan LQ itik di NTB lima tahun terakhir tertera pada Tabel 5.8 dan

Gambar 5.5. Hal unik terkait LQ itik adalah cenderung berbaliknya beberapa daerah

dari semula menjadi basis ternak itik menjadi wilayah non basis. Setidaknya hal itu

terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, Kota Mataram, Dompu dan di Kabupaten Bima.

LQ itik di Kabupaten Lombok Tengah, pada tahun 2011, misalnya, mencapai 2,02,

lalu LQ-nya merosot menjadi 1,82 pada tahun 2012 serta turun lagi menjadi 1,15 pada

tahun 2013. Hal serupa terjadi di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.

Fenomena sebaliknya dialami Kabupaten Lombok Timur ditandai melonjaknya

nilai LQ itik dari semula 0,68 pada tahun 2011, menurun menjadi 0,57 setahun

kemudian serta pada tahun 2013 nilai LQ itik di Kabupaten Lombok Timur adalah

Page 50: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

40

sebesar 1,48. Fenomena LQ ternak itik seperti dialami Lombok Timur terjadi juga di

Kota Bima (lihat Tabel 5.8).

Tabel 5.8. Nilai LQ Itik di Provinsi Nusa Tenggara Barat Lima Tahun Terakhir.

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Mataram 1.92 0.87 1.63 1.93 1.22

Lombok Barat 0.87 0.99 0.99 1.00 0.77

Lombok Utara 0.43 0.58 0.56 0.54 0.51

Lombok Tengah 1.25 1.72 2.02 1.82 1.15

Lombok Timur 0.95 0.71 0.68 0.57 1.48

Sumbawa Barat 0.76 0.84 0.55 0.98 0.96

Sumbawa 0.41 0.14 0.15 0.13 0.11

Dompu 1.65 1.79 1.61 1.35 1.22

Bima 1.39 1.20 1.30 1.22 0.31Kota Bima 0.71 0.43 0.37 0.34 1.00

Sumber: BPS NTB, diolah

Sama seperti fenomena yang terjadi pada ayam pedaging, daerah basis ternak itik

juga diduga rentan terhadap fluktuasi harga produk yang dihasilkan komoditas ini.

Oleh karena itu diperlukan sikap kehati-hatian dalam menyelesaikan masalah sosial-

ekonomi yang terjadi di seputar usaha peternakan itik di NTB.

Kesimpulan lain terhadap hasil analisis LQ itik adalah bahwa Kota Mataram,

Lombok Timur dan Lombok Tengah sejauh ini dapat dikategorikan sebagai kawasan

basis ternak itik untuk Pulau Lombok. Adapun Kabupaten Dompu di Pulau Sumbawa,

berdasarkan hasil analisis LQ, merupakan basis pengusahaan itik. Oleh karena itu,

konsentrasi pengembangan ternak itik agar diarahkan ke daerah yang menjadi

basisnya.

Meskipun Kota Mataram potensial bagi pengembangan itik, namun karena

daerah ini berpenduduk padat maka pengembangan ternak itik di daerah ini perlu

dipertimbangkan karena bisa mengganggu kenyamanan penduduk, karena pengaruh

bau yang tidak sedap yang ditimbulkannya.

Page 51: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

41

Gambar 5.5: Grafik LQ Ternak Itik di Provinsi NTB Lima Tahun Terakhir

Adapun Kabupaten Dompu meskipun berdasarkan hasil analisis LQ potensial

bagi pengembangan itik, namun karena daerah ini sebagian besar wilayahnya relatif

kering, secara ekologis perlu dipertimbangkan dengan matang jika hendak

dikembangkan sebagai sentra ternak itik. Oleh sebab itu pengembangan itik ke depan

layak dipusatkan di Kabupaten Lombok Timur.

Sistem budidaya ternak itik selama ini memberikan kontribusi besar dalam

pengadaan telur konsumsi bahan baku telur asin. Daerah persawahan dengan dua kali

panen padi dalam setahun merupakan daerah penghasil dedak (bahan pakan sumber

energi), serta merupakan daerah berkembangnya biota akuatik seperti keong mas, ikan

sapu-sapu, duckweed dan lain sebaginya sebagai bahan pakan sumber protein bagi

ternak itik.

Pengembangan itik di Lombok Timur didukung tersedianya daerah persawahan

berpengairan teknis dengan dua kali panen padi setiap tahun dengan areal panen

21.911 Ha. Tingginya luas daerah persawahan ini berkontribusi langsung pada

pengadaan dedak halus sebagai bahan pakan sumber energi, dengan produksi

diestimasi mencapai 1.785.575 ton per tahun. Kabupaten Lombok Timur juga strategis

sebagai sentra budidaya ternak itik di masa mendatang selaras dengan meningkatnya

Page 52: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

42

luas lahan basah yang dapat ditanami padi sebagai akibat beroperasinya bendungan

Pandanduri yang kini dalam proses penyelesaian. Bendungan tersebut diprediksi

mampu mengairi minimal lima kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dan satu

kecamatan di wilayah Lombok Tengah yang selama ini tergolong daerah kering.

Kawasan di Lombok Timur yang dapat dialiri oleh bendungan Pandanduri adalah

Kecamatan Sakra, Sakra Timur, Sakra Barat, Keruak dan Jerowaru. Sedangkan

wilayah Lombok Tengah adalah Kecamatan Praya Timur (Mujur).

5.2.5.Trend LQ Ternak di NTB

Berdasarkan Analisis LQ berbagai jenis ternak di NTB tersusun wilayah

potensial bagi pengembangan masing-masing ternak, seperti nampak pada Tabel 5.9.

berikut ini

Tabel 5.9. Wilayah Potensial Pengembangan Ternak di NTB berdasarkan LQ

Komoditas Wilayah Potensial Pengembangan Ternak di NTB berturut-turut:

SapiSumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Lombok Utara, dan KabupatenBima

Kerbau Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima

Kuda Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima

Kambing Kabupaten Bima, Dompu, Lombok Utara dan Sumbawa Barat

Domba Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Timur dan Sumbawa

Ayam BurasLombok Utara, Sumbawa Barat, Kota Bima, Sumbawa, Dompu,Mataram, Lombok Barat, Bima

Pedaging Lombok Barat, Mataram, Lombok Utara

Petelur Kota Bima, Lombok Tengah

Itik Lombok Timur, Mataram, Dompu, Lombok Tengah, Kota Bima

Sumber: BPS NTB, Disnak dan Keswan NTB 2013, diolah.

Berdasarkan data hasil analisis LQ di semua kabupaten/kota di NTB nampak

bahwa wilayah potensial bagi pengembangan sapi di NTB berturut-turut adalah di

Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Lombok Utara, dan Kabupaten Bima.

Page 53: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

43

Pengembangan kerbau potensial dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat,

Dompu dan Bima; sedangkan ternak kuda juga direkomendasikan dilakukan di

Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima.

Ternak kecil seperti kambing potensial diarahkan pemeliharaannya di Kabupaten

Bima, Dompu, Lombok Utara dan Sumbawa Barat. Adapun domba cocok

dikembangkan di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Timur dan Sumbawa.

Pengembangan ternak unggas seperti ayam buras diarahkan ke Kabupaten Lombok

Utara, Sumbawa Barat, Kota Bima, Sumbawa, Dompu, Mataram, Lombok Barat dan

Kabupaten Bima. Adapun ayam pedaging disarankan dikembangkan di Kabupaten

Lombok Barat, Mataram dan Lombok Utara. Kemudian, ayam petelur sebaiknya

diusahakan di Kota Bima dan Lombok Tengah. Adapun ternak itik sebaiknya

diternakkan di Kabupaten Lombok Timur, Mataram, Dompu, Lombok Tengah dan

Kota Bima.

5.3. Analisis Model Rasio Pembagunan (MRP)

Model rasio pertumbuhan dibagi ke dalam dua rasio yakni rasio pertumbuhan

wilayah referensi (provinsi = RPr) dan rasio pertumbuhan wilayah studi (kabupaten =

RPs). RPr merupakan perbandingan antara pertumbuhan output (jumlah populasi

/komoditas) di wilayah referensi dibandingkan dengan pertumbuhan output (populasi)

di wilayah referensi.

RPr dengan nilai lebih dari 1 dapat dikatakan (+), menunjukkan bahwa populasi

ternak tertentu di wilayah referensi (provinsi) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

populasinya di wilayah penelitian (kabupaten). Sebaliknya jika nilai PRt <1 maka PRr

bernilai (-) yang berarti populasi ternak tertentu di wilayah referensi (provinsi) lebih

rendah dibandingkan di wilayah penelitian.

5.3.1. Hasil Analisis MRP Sapi

Berdasarkan data pada Tabel 5.12. diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi

beternak sapi yang potensial pada tingkat wilayah studi dengan 4 klasifikasi sbb:

Page 54: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

44

a) Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs juga (+) menunjukkan populasi sapi Bali

bertumbuh baik di wilayah referensi (provinsi) dan di wilayah studi. Wilayah

yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok

Tengah, Sumbawa Barat, Dompu dan Kabupaten Bima.

Tabel 5.10. Nilai RPr dan RPs Sapi di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram 2.83 + 2.42 +Lombok Barat 1.25 + 0.67 -Lombok Utara 1.04 + 1.05 +Lombok Tengah 1.39 + 2.13 +Lombok Timur 16.50 + 0.37 -Sumbawa Barat 1.44 + 2.20 +Sumbawa -8.45 - 0.23 -Dompu 1.13 + 1.41 +Bima 1.88 + 2.47 +Kota Bima 0.39 - -0.29 -NTB 1.70 + 1.00 +

b) Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi

sapi menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah

studi. Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam klasifikasi ini.

c) Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya sapi mempunyai pertumbuhan

tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tumbuh baik di wilayah

studi (kabupaten). Penelitian ini tidak menemukan adanya wilayah NTB dengan

klasifikasi seperti ini.

d) Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten

Sumbawa dan Kota Bima termasuk ke dalam klasifikasi IV.

5.3.2.Hasil Analisis MRP Kerbau

Data pada Tabel 5.11. mendeskripsi kegiatan ekonomi ternak kerbau yang

perkembangan dan pertumbuhan populasinya terurai dalam paparan berikut:

Page 55: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

45

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kerbau lebih baik

pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi).

Tidak ada kabupaten/kota di NTB yang masuk ke dalam klasifikasi I.

Tabel 5.11. Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013

Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram -2.41 - 1.20 +Lombok Barat -3.61 - 1.11 +Lombok Utara -2.07 - 1.21 +Lombok Tengah -1.20 - 1.07 +Lombok Timur -81.93 - 1.05 +Sumbawa Barat -1.11 - 0.98 -Sumbawa 50.76 + 0.82 -Dompu -1.44 - 1.03 +Bima -1.28 - 0.97 -Kota Bima 1.94 + 0.82 -NTB -2.94 - 1.0 +

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi

kerbau menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di

wilayah studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk ke dalam kriteria

sebagaimana tercantum dalam klasifikasi II.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kerbau mempunyai

pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh

baik di wilayah studi (kabupaten). Klasifikasi wilayah seperti ini terjadi di

Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, KLU dan Dompu.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten

Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima termasuk ke dalam klasifikasi ini.

5.3.3.Hasil Analisis MRP Kuda

Perkembangan populasi ternak kuda dalam analisis MRP sbb (Tabel 5.12):

Page 56: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

46

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kuda lebih baik

pertumbuhan populasinya di wilayah referensi (provinsi) maupun di wilayah

studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk dalam klasifikasi ini.

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi

menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi

(kabupaten). Tidak ada kabupaten/kota di Provinsi NTB yang masuk ke dalam

klasifikasi III.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya ternak kuda mempunyai

pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh

baik di wilayah studi (kabupaten). Kabupaten-kota di NTB yang masuk ke dalam

klasifikasi III adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok Timur dan Kabupaten

Bima.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kuda tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten

Lombok Barat, Sumbawa Barat, Lombok Tengah dan Dompu termasuk ke dalam

klasifikasi IV.

Tabel 5.12. Nilai RPr dan RPs Kuda di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram -1.01 - 1.70 +Lombok Barat -0.58 - 0.61 -Lombok Utara -1.04 - 2.06 +Lombok Tengah 0.00 - 0.01 -Lombok Timur -65.97 - 2.88 +Sumbawa Barat 0.16 - 0.49 -Sumbawa 22.21 + 22.21 +Dompu 0.57 - 1.40 -Bima -0.61 - 1.57 +Kota Bima 2.62 + 3.76 +

5.3.4.Hasil Analisis MRP Kambing

Data pada Tabel 5.13. mendeskripsi kegiatan ekonomi beternak kambing yang

Page 57: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

47

perkembangan pertumbuhan potensinya terurai dalam klasifikasi berikut:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kambing lebih baik

pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi).

Mataram, Lombok Tengah, KLU, Sumbawa Barat dan Dompu masuk dalam

klasifikasi ini.

Tabel 5.13. Nilai RPr dan RPs Kambing di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram 4.45 + 2.42 +Lombok Barat 1.83 + 0.67 -Lombok Utara 1.07 + 1.05 +Lombok Tengah 1.25 + 2.13 +Lombok Timur 3.55 + 0.37 -Sumbawa Barat 1.36 + 2.20 +Sumbawa 15.89 + 0.23 -Dompu 1.04 + 1.41 +Bima 1.68 - 2.47 +Kota Bima 0.45 - -0.29 -Total 1.53 + 1.0 +

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi

menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi.

Kabupaten Sumbawa, Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam

klasifikasi II.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kambing mempunyai

pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh

baik di wilayah studi (kabupaten). Daerah yang masuk ke dalam klasifikasi ini

adalah Kabupaten Bima.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kambing tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kota Bima berada

dalam klasifikasi ini.

5.3.5.Hasil Analisis MRP Domba

Berdasarkan data pada Tabel 5.14. diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi ternak

Page 58: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

48

domba yang potensial pada tingkat wilayah studi dengan klasifikasi sbb:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan domba lebih baik pertumbuhan

populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi). Klasifikasi ini

tidak terisi kabupaten kota manapun di NTB.

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi

domba menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah

studi. Hanya Kota Bima yang masuk ke dalam klasifikasi ini.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya domba mempunyai pertumbuhan

tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah

studi (kabupaten). Tidak ada kabupaten-kota di NTB yang tercatat dalam

klasifikasi ini.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna domba tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kecuali Kota Bima,

sembilan daerah NTB lainnya masuk ke dalam kriteria ini.

Tabel 5.14. Nilai RPr dan RPs Domba di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota Riel Nominal Riel Nominal

Mataram -72.16 - -2.07 -Lombok Barat -5.28 - 1.93 -Lombok Utara -2.15 - 2.09 -Lombok Tengah -1.08 - 1.84 -Lombok Timur -17.62 - 1.82 -Sumbawa Barat -1.05 - 1.69 -Sumbawa -95.40 - 1.41 -Dompu -1.32 - 1.78 -Bima -1.14 - 1.68 -Kota Bima 2.19 + 1.42 -Total -2.65 - 1.00 +

5.4. Analisis Potensi Pengembangan

Dasar perhitungan hijauan pakan untuk ternak herbivora di Provinsi Nusa

Tenggara Barat mengacu pada standar penggunaan pakan sebagaimana

Page 59: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

49

direkomendasikan Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Keswan, yakni pemakaian

limbah pertanian diperhitungkan sebanyak 35% dari total produksi limbah. Adapun

hijauan alam bersumber antara lain dari pematang sawah, pinggiran jalan, padang

penggembalaan, kawasan hutan dan lahan kosong.

Khusus untuk limbah pertanian, sumber utama pengadaannya adalah dari

jerami padi dengan produksi sekitar 7,5 ton berat kering (BK) per hektar, jagung

sebanyak 25 ton BK/Ha, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing 5 ton/ha dan

ketela pohon dengan produksi limbah 2,5 ton/ha. Data ketersediaan limbah tersebut

merujuk pada rekomendasi Ditjen Peternakan dan Keswan Kementerian Pertanian.

Tabel 5.15: Rincian Potensi pengembangan ternak herbivora di Provinsi NTB

KabupatenPeluang

PengembangnPopulasi (UT)

KecamatanJmlKec

KLU 4,407,18 Bayan 5

Mataram 1.528,84Sandubaya, Mataram, Sekarbela,Selaparang, Cakranegara

6

Lombok Barat -16.097,33 Kuripan, Kediri, Labuapi 10LombokTengah

-8.088,23Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, PrayaTimur, Praya,Praya Barat

12

LombokTimur

-8.586,47Pringgabaya, Jerowaru, Sakra Timur, SakraBarat, Wanasaba, Sambelia, Keruak,Sukamulia,

20

Sumbawa Barat -3.165,88 Poto Tano, Brang Rea, Sekongkang 8

Sumbawa 146.745,30Labangka, Lenangguar, Lunyuk, Rhee,Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas,Buer, Ropang

24

Dompu -1.474,85 Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u, Woja 8KabupatenBima

122.090,53Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape,Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo, Parado

18

Kota Bima -1.687,99 Rasanae Timur, Rasanae Barat 5

Sumber: BPS NTB, diolah.

Catatan: Baris yang diblok merah muda adalah wilayah potensial bagi pengembanganternak herbivore, sedangkan baris yang tidak diblok kurang memungkinkan bagipengembangan ternak herbivore (crowded), namun jika dipaksakan bisa dilakukandengan meningkatkan porsi penggunaan limbah dengan cara aplikasi teknologi tepatguna dalam bidang pengolahan pakan.

Page 60: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

50

Berdasarkan analisis potensi pengembangan ternak yang didasarkan atas

ketersediaan lahan dalam penyediaan pakan, khusus untuk pengembangan ternak

pemakan hijauan (herbivora meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba) dapat

dilakukan di empat kabupaten dari 10 kabupaten-kota yang ada di Provinsi NTB

(Lampiran 1-26). Potensi pengembangan terbesar berada di Kabupaten Sumbawa yang

mampu menampung 146.745 unit ternak (UT) (Tabel 5.15). Wilayah Sumbawa yang

potensial bagi pengembangan ternak herbivora meliputi Kecamatan Labangka,

Lenangguar, Lunyuk, Rhee, Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas, Buer dan

Kecamatan Ropang. Berdasarkan analisis potensi pengembangan wilayah, adalah tepat

penetapan Kabupaten Sumbawa sebagai kawasan peternakan sapi potong di NTB

sesuai Perpres No 56/2014.

Wilayah lain yang potensial bagi pengembangan ternak herbivora di NTB

adalah Kabupaten Bima dengan potensi pengembangan sekitar 122.090 UT.

Kecamatan yang potensial bagi pengembangan ternak herbivora di Kabupaten Bima

meliputi Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape, Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo

dan Parado.

Potensi pengembangan herbivora juga dapat dilakukan di Kabupaten Lombok

Utara dengan peluang potensi ternak yang masih mungkin dikembangkan 4.407 UT,

terkonsentrasi di Kecamatan Bayan. Wilayah lain yang juga potensial untuk

pengembangan ternak herbivora adalah Kota Mataram dengan peluang pengembangan

yang tersisa untuk sekitar 1.528 unit ternak. Wilayah Mataram yang potensial untuk itu

meliputi Kecamatan Sandubaya, Mataram, Sekarbela, Selaparang dan Cakranegara.

Pengembangan ternak herbivora di Kota Mataram riskan dilakukan. Kalaupun

upaya ini ditempuh, sedapat mungkin dilaksanakan dengan penuh perhitungan karena

komposisi limbah dan hijauan pakan di Kota Mataram relatif tidak berimbang.

Produksi limbah pertanian di Kota Mataram diperkirakan bisa untuk menampung

7.172 unit ternak herbivora, sementara produksi hijauan hanya bisa menampung 1.387

unit ternak. Data tersebut dapat dimaknai bahwa penambahan jumlah populasi ternak

herbivora di Kota Mataram potensial berimplikasi mengganggu keberadaan tanaman

penghijauan di dalam kota khususnya hutan dan kawasan penghijauan di dalam kota

Page 61: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

51

Mataram yang tersebar di ruang terbuka hijau. Tanaman tersebut potensial terganggu

dan gejala ke arah itu menonjol terutama pada musim kering yang dilakukan peternak

dengan memotong tanaman penghijauan di dalam kota pada sore maupun malam hari.

Adapun enam kabupaten/kota lain di NTB relatif kurang potensial bagi

pengembangan ternak pemakan hijauan karena wilayah tersebut berstatus over/

kelebihan populasi dibandingkan daya dukungnya. Wilayah yang dimaksudkan adalah

Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur untuk wilayah Pulau

Lombok. Kemudian di Kabupaten Sumbawa Barat, Dompu, Kota Bima untuk wilayah

Pulau Sumbawa. Namun demikian, meskipun telah kelebihan populasi, tercatat ada

beberapa kecamatan yang masih berpeluang bagi pengembangan ternak pemakan

herbivora, meliputi Kuripan, Kediri dan Labuapi di Kabupaten Lombok Barat.

Kemudian Kecamatan Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, Praya Timur, Praya,

Praya Barat di Kabupaten Lombok Tengah. Kecamatan Pringgabaya, Jerowaru, Sakra

Timur, Sakra Barat, Wanasaba, Sambelia, Keruak dan Sukamulia di Kabupaten

Lombok Timur.

Sebagai catatan, daerah yang tidak potensial lagi bagi pengembangan ternak

herbivora sebaiknya dilakukan peningkatan produktivitas per unit ternak karena tidak

memungkin lagi bagi penambahan jumlah populasi. Sebaliknya bagi daerah yang

ketersediaaan daya dukung lahan dan pakan masih longgar bisa diprioritaskan bagi

pengembangan populasi ternak herbivora dengan tidak mengabaikan perbaikan

produktivitas melaui peningkatan mutu genetik.

Pengembangan ternak herbivora untuk Pulau Sumbawa meliputi Kecamatan

Poto Tano, Brang Rea dan Sekongkang untuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, lalu

Kecamatan Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u dan Woja untuk Kabupaten Dompu serta di

Kecamatan Rasanae Timur, Rasanae Barat di Kota Bima. Kecamatan lain di luar itu

sudah kelebihan jumlah ternak pemakan herbivora dibandingkan daya dukungnya.

Khusus untuk pengembangan ternak unggas, tidak dilakukan analisis daya

dukung secara khusus karena pengusahaan ternak ini relatif tidak membutuhkan areal

untuk pakan secara khusus seperti terjadi pada ternak herbivora. Pemeliharaan ternak

Page 62: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

52

unggas dapat dilakukan di lahan relatif sempit termasuk dengan memanfaatkan

pekarangan rumah bahkan dilakukan di bagian tertentu dari rumah penduduk.

5.5. Analisis Overlay

Analisis Overlay digunakan untuk mengambil kesimpulan dengan

menggabungkan beberapa hasil analisis yakni hasil analisis daya tampung, analisis

Location Quetion (LQ) dan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis

overlay dalam studi ini hanya mengkaji potensi pengembangan ternak pemakan

hijauan (herbivora) dan tidak menganalisis potensi ternak unggas.

Ada tujuh kombinasi kemungkinan yang terjadi pada hasil analisis Overlay sbb:

A. DT (+), MRP (+), LQ >1 (+), ada kecenderungan komoditi tersebut memiliki

potensi pengembangan, tumbuh dominan dan surplus.

B. DT (+), MRP (+), LQ >1 (-), ada kecenderungan komoditi tersebut memiliki potensi

pengembangan dan tumbuh dominan.

C. DT (+), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut memiliki potensi

pengembangan dan surplus

D. DT (+), MRP (-), LQ >1 (-), komoditi tersebut memang memiliki potensi

pengembangan

E. DT (-), MRP (+), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut tumbuh dominan

dan surplus

F. DT (-), MRP (+), LQ >1 (-), komoditi tersebut tumbuh dominan

G. DT (-), MRP (-), LQ >1 (+), kecenderungan komoditi tersebut adalah surplus.

5.6.1.Overlay Ternak Besar

Overlay ternak besar dipisahkan satu per satu meliputi sapi, kerbau dan kuda

dengan rincian sebagai berikut:

A. Analisis Overlay Sapi

Hasil analisis overlay ternak sapi yang ada di Provinsi NTB tercantum pada

Tabel 5.16.

Page 63: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

53

Tabel 5.16. Hasil Analisis Overlay terhadap Sapi di NTB

No Kabupaten/kota LQ MRP DD Kecenderungan

1 Mataram - + + tumbuh dominan, potensi pengembangan2 Lombok Barat - - - -

3 Lombok Utara + + + surplus, tumbuh dominan, potensipengembangan

4 Lombok Tengah - + - surplus, tumbuh dominan5 Lombok Timur - - - -6 Sumbawa Barat + + - surplus, tumbuh dominan7 Sumbawa + - + surplus, potensi pengembangan8 Dompu + + - surplus, tumbuh dominan

9 Bima + + + surplus, tumbuh dominan, potensipengembangan

10 Kota Bima - - - -

Berdasarkan hasil analisis overlay, sapi terindikasi sebagai komoditas

unggulan dalam peta peternakan NTB dan memiliki potensi besar untuk tumbuh

dominan dalam pengembangannya dibandingkan herbivora lain. Indikasi itu

nampak dari trend nilai hasil overlay sapi yang memiliki potensi relatif merata guna

diusahakan di sejumlah daerah. Sapi surplus di Sumbawa, KSB, Dompu, Kabupaten

Bima dan Lombok Utara. Sapi juga tumbuh doniman di enam daerah (Mataram,

Lombok Utara, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima). Hal

mendasar lainnya adalah potensi pengembangan lahan bagi sapi terkonsentrasi di

Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima, Lombok Utara dan di Kota Mataram.

Kota Mataram kurang direkomendasikan bagi pengembangan ternak

herbivora dan sebaiknya lebih ditujukan ke arah perbaikan produktivitas ternak

yakni peningkatan bobot badan per satuan ternak. Hal ini disebabkan karena

ketersediaan lahan relatif terbatas di samping alih fungsi lahan berlangsung cepat di

ibukota NTB ini.

B. Analisis Overlay Kerbau

Analisis overlay terhadap kerbau di NTB hasilnya tersaji pada Tabel 5.17.

Page 64: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

54

Tabel 5.17. Hasil analisis overlay kerbau di NTB

No Kabupaten/kota LQ MRP DD Kecenderungan

1 Mataram - - + potensi pengembangan2 Lombok Barat - - - -3 Lombok Utara - - + potensi pengembangan4 Lombok Tengah - - - -5 Lombok Timur - - - -6 Sumbawa Barat + - - surplus

7 Sumbawa + + +surplus, tumbuh dominan, potensi

pengembangan8 Dompu + - - surplus9 Bima + - + Surplus, potensi pengembangan

10 Kota Bima - + - tumbuh dominan

Sumber: data sekunder diolah, 2013

Data pada Tabel 5.17. menunjukkan bahwa kerbau sangat potensial

dikembangkan di Kabupaten Sumbawa karena memiliki semua persyaratan yang

diperlukan bagi pengembangan potensinya, terutama ketersedian lahan dan kawasan

berawa. Adapun Kabupaten Bima berdasarkan ketersediaan lahan untuk daya

tampung kerbau, pada dasarnya masih terbuka peluang pengembangan ternak ini di

Bima. Adapun Kota Mataram, meskipun tersedia lahan bagi pengembangan kerbau

namun perlu pertimbangan cermat untuk mengusahakan ternak ini di Mataram karena

terbentur kondisi dan kepemilikan lahan serta dari segi estetika. Sebab kerbau

memerlukan areal berawa/berlumpur. Adapun Lombok Utara, meskipun daya dukung

lahannya tersedia memadai terutama di Bayan, namun ada kecenderungan warga di

sana kurang menyukai memelihara kerbau. Di Kota Bima, kerbau tumbuh dominan.

C. Analisis Overlay Kuda

Hasil Analisis Overlay terhadap kuda menunjukkan bahwa kuda surplus,

tumbuh dominan dan memiliki daya tampung dikembangkan di Kabupaten

Sumbawa. Kuda Sumbawa juga memang dikenal luas sebagai “moyangnya” kuda

yang ada di Indonesia yang penyebarannya terjadi pada awal abad ke 19 ke berbagai

Page 65: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

55

pelosok Indonesia. Adapun Mataram, Lombok Utara dan Kabupaten Bima juga

memiliki daya tampung dan prospektif bagi pengembangan kuda (Tabel 5.18).

Tabel 5.18.: Hasil analisis overlay kuda di NTB

No Kabupaten/kota LQ MRP DD Kecenderungan

1 Mataram - - + potensi pengembangan2 Lombok Barat - - - -3 Lombok Utara - - + potensi pengembangan4 Lombok Tengah - - - -5 Lombok Timur - - - -6 Sumbawa Barat + - - surplus

7 Sumbawa + + +surplus, tumbuh dominan, potensi

pengembangan8 Dompu + - - surplus9 Bima + - + Surplus, potensi pengembangan

10 Kota Bima - + - tumbuh dominan

Sumber: data sekunder diolah, 2013

5.6.2. Overlay Ternak Kecil

Adapun rincian mengenai hasil analisis overlay ternak kecil yang meliputi

kambing, domba dan babi terurai sebagai berikut:

D. Analisis Overlay Kambing

Ternak kambing menunjukkan fenomena menarik, yakni hanya Lombok Barat

yang keberadaan kambingnya kurang menjanjikan baik dari segi potensi

pengembangan lahan, trend pertumbuhan dan sebagai lokasi konsentrasi populasi.

Lombok Utara merupakan wilayah NTB yang paling menarik bagi

pengembangan kambing karena surplus, tumbuh dominan dan memiliki potensi lahan

untuk pengembangannya. Kabupaten Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Dompu,

Kabupaten Bima dan Kota Mataram tercatat memiliki potensi pengembangan

kambing lebih baik dibandingkan Kota Bima, Sumbawa dan Lombok Timur yang

prospek pengembangan kambingnya relatif lebih rendah. Meskipun Kabupaten

Sumbawa memiliki populasi kambing terbatas namun prospek pengembangannya

paling besar karena daya dukungnya paling menjanjikan (Tabel 5.19).

Page 66: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

56

Tabel 5.19. Hasil analisis overlay ternak kambing di NTB

Kab/kota LQ MRP DD Kecenderungan

1 Mataram - + +tumbuh dominan, potensi

pengembangan2 Lombok Barat - - - -

3 Lombok Utara + + +Surplus, tumbuh dominan, potensi

pengembangan4 Lombok Tengah + + - surplus, tumbuh dominan5 Lombok Timur + - - Surplus6 Sumbawa Barat + + - surplus, tumbuh dominan7 Sumbawa - - + potensi pengembangan8 Dompu + + - surplus, tumbuh dominan9 Bima + - + surplus, potensi pengembangan10 Kota Bima + - - Surplus

Sumber: data sekunder diolah, 2013

E. Analisis overlay Domba

Domba tidak menunjukkan dominasi sama sekali terhadap keberadaan ternak

herbivora di 10 kabupaten/kota di NTB. Hal yang bisa dicatat dari keberadaan domba

di NTB adalah bahwa ternak ini potensial dikembangkan di Kabupaten Sumbawa dan

di Kabupaten Bima. Selain itu pengembangan domba kurang prosepektif diusahakan

di Lombok Barat, Lombok tengah dan di Kota Bima (Tabel 5.20).

Tabel 5.20. Hasil analisis overlay ternak domba di NTB

Kab/kota LQ MRP DT Kecenderungan1 Mataram - - + potensi pengembangan2 Lombok Barat - - - -3 Lombok Utara - - + potensi pengembangan4 Lombok Tengah - - - -5 Lombok Timur + - - surplus6 Sumbawa Barat + - - surplus7 Sumbawa + - + Surplus, potensi pengembangan8 Dompu - - - -9 Bima + - + Surplus, potensi pengembangan

10 Kota Bima - - - -

Sumber: data sekunder diolah, 2013

Page 67: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

57

5.7. Tahapan dan Pola Pengembangan Kawasan

5.7.1. Tahapan Pengembangan Kawasan

Pengembangan kawasan dilakukan dengan memetakan areal yang ada menjadi

kawasan non land base farming dan land base farming menjadi kawasan intensif dan

industri. Tahapan pengembangan kawasan tertera pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21. Tahapan pengembangan kawasan peternakan.

Tahap Tahun Kegiatan Catatan

I 2014 Penyusunan Masterplan Kawasan

II2015-2017

Pengembangan model peternakan berbasiskomoditas. Kriteria: efisien, produktivitastinggi dan ramah lingkungan (green farming)

Dibahas dalamdetil plan

III2017-2018

Pelatihan, deseminasi, TTG danimplementasi untuk hasilkan yang terbaik.

Bagi semuakabupaten/ kota

IV2020-2025

Replikasi dan pembinaan di se kab/ kotaDisesuaikandengan komoditasprioritas

V2025-2030

Terciptanya kawasan peternakan efisien,produktivitas tinggi dan ramah lingkungan

Industripeternakanmodern

Pengembangan kawasan dilakukan secara bertahap misalnya dengan merubah

pola pengembangan dari pendekatan kawasan secara ekstensif menuju kawasan

industri, begitu seterusnya. Fase pengembangan kawasan peternakan NTB tertera

pada Gambar 5.7.

Model tersebut dimantapkan dan kemudian direplikasikan ke kabupaten lain

sehingga pemeliharaan ternak dapat diimplementasikan dalam skala besar, tenaga

relatif sedikit dalam skala industri. Perbaikan managemen industri peternakan

dilakukan dengan memberikan feed back pada perbaikan pengembangan industri

peternakan. Dalam waktu 15 tahun diharapkan industri peternakan di kawasan

sampel dapat terealisir.

Page 68: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

58

PENYUSUNANMASTERPLAN

KAWASAN (2014)PILOT PROYEK

DI KABUPATEN/KOTA

(Peternakan: efisien,produktif dan ramah

lingkungan (2015)

REPLIKASI DIKABUPATEN

DAN KOTA DINTB (2020)

JUMLAH BESARINDUSTRI

(2030)

PERBAIKANMODEL MELALUI

UMPAN BALIK(2020-2030)

Gambar 5.7. Bagan tahapan pengembangan kawasan ternak di NTB

Produktivitas ternak dapat diukur secara individual dan secara kelompok

melalui strategi perbaikan mutu genetic dan/atau perbaikan mutu lingkungan.

Idealnya, peningkatan produktivitas ternak dilakukan secara bersamaan antara

perbaikan mutu genetik dan perbaikan mutu lingkungan.

Strategi perbaikan mutu genetik ternak tergantung pada kebijakan pemuliaan

(breeding policy) dan tujuan pemuliaan. Arah kebijakan pemuliaan sapi Bali di NTB

adalah menjadikan NTB sumber bibit dan sentra pengembangan sapi Bali potong.

Cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan pejantan unggul dari luar kelompok

seperti dari UPT Serading. Rasio induk dibandingkan pejantan sekitar 25–30 ekor

untuk seekor pejantan dengan lama penggunaan untuk pembiakan dua tahun. Hal itu

dimaksudkan agar pejantan tidak sempat mengawini anak betinanya sehingga efek

inbreeding tidak terjadi. Selanjutnya pejantan ini dapat dipakai peternak lain untuk

memacek sapi betina yang tidak memiliki hubungan kekerabatan (di atas 6 generasi).

Pengadaan pejantan menjadi tanggung jawab pemerintah. Kewajiban peternak

adalah memelihara, merawat, dan menggunakan secara baik dan benar selama 2 (dua)

tahun. Setelah dua tahun, pejantan itu ditarik untuk digulirkan ke peternak lain.

Selanjutnya, setelah digunakan oleh 2 (dua) peternak, pejantan ditarik pemerintah

untuk dijual dan membeli pejantan baru yang jauh hubungan kekerabatannya,

Page 69: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

59

demikian seterusnya. Untuk menghindari inbreeding anak ternak jantan dari

keturunan pejantan yang digulirkan digemukkan untuk dijadikan ternak potong.

Strategi pengembangan unggas lokal (ayam buras dan ternak itik) diarahkan

pada terbentuknya usaha rakyat yang maju dan mandiri. Untuk tujuan tersebut

pengusaha dan calon pengusaha harus mendapat pendampingan yang intensif disertai

dengan pengadaan modal yang mudah dan murah.

Pengembangan ayam buras secara spesifik diarahkan pada pengembangan

ayam kampung unggul hasil seleksi Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, yaitu ayam

KUB (Kampung Unggul Balitnak) serta ayam Arab. Kelebihan kedua jenis ayam ini

adalah produksi telurnya mencapai 60% lebih dibandingkan ayam kampung.

Tingginya produksi ini merupakan modal untuk melipat-gandakan populasi sehingga

keterbatasan produksi daging ayam kampung dapat tertanggulangi.

Bibit ayam KUB bisa didatangkan dari Stasiun Riset di Ciawi Bogor atau dari

BPTP Narmada yang sudah ditunjuk sebagai suplayer untuk NTB. Adapun bibit

ayam Arab dan itik diambil dari peternak lokal yang ada di sentra peternakan ayam

buras dan itik yang ada sekarang. Beberapa sentra ayam Arab di Jawa sudah menjalin

hubungan dengan peternak NTB guna pengembangan perbibitan ternak ini di NTB.

Pengembangan kawasan dapat dilakukan dengan memetakan kawasan NTB

menjadi kawasan ekstensif, semi intensif, intensif dan kawasan industri.

Pengembangan kawasan dengan berbagai pola pemeliharaan tersebut bisa dilakukan

secara bertahap misalnya dengan merubah pola pengembangan dari kawasan

ekstensif menuju kawasan industri, begitu seterusnya.

5.7.2.Pengembangan Produktivitas Ternak

Produktivitas ternak dapat diukur secara individual dan secara kelompok

melalui strategi perbaikan mutu genetik dan/atau perbaikan mutu lingkungan.

Idealnya, peningkatan produktivitas ternak dilakukan secara bersamaan antara

perbaikan mutu genetik ternak dengan perbaikan mutu lingkungan ternak.

Peningkatan produktivitas ternak secara individual dilakukan dengan

meningkatkan kemampuan produksi per ekor ternak, sedangkan peningkatan

Page 70: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

60

produktivitas secara kelompok dilakukan melalui peningkatan angka reproduksi (calf

crop) dan/atau peningkatan produktivitas individual sehingga dapat mewakili suatu

wilayah. Idealnya, peningkatan produktivitas kelompok dilakukan melalui perbaikan

reproduksi dan peningkatan kemampuan individual ternak secara bersamaan.

5.7.3. Perbaikan Lingkungan Ternak

Faktor lingkungan sangat berperan dalam menentukan seberapa besar

kemampuan berproduksi masing-masing ternak. Dari sekian banyak faktor

lingkungan yang berperan, pakan menyumbang angka terbesar dalam biaya produksi.

Oleh karena itu, perlu disusun suatu strategi agar kualitas dan kuantitas pakan

tersedia secara kontinyu dengan harga yang terjangkau peternak.

Faktor lingkungan yakni kebijakan dan dukungan pemerintah juga berperan

untuk meningkatkan produktivitas ternak. Dukungan pemerintah bersifat kontinyu

dan sesuai dengan kondisi dan masalah yang dihadapi peternak, terutama bagi

peternak yang ditetapkan sebagai wilayah perbaikan mutu genetik ternak.

Kepemilikan ternak per kepala keluarga yang rendah/kecil dengan ketidak-mampuan

peternak memelihara ternak sehingga kualitasnya terjaga, menyebabkan upaya

perbaikan mutu genetik ternak tidak berjalan sesuai rencana.

5.7.4.Perbaikan Mutu Genetik

Strategi perbaikan mutu genetic ternak bergantung pada kebijakan pemuliaan

(breeding policy) dan tujuan pemuliaan suatu rumpun ternak. Untuk sapi Bali di

NTB, kebijakan pemuliaan yang ditetapkan adalah menjadikan NTB sebagai sumber

sapi Bali bibit dengan tujuan untuk dikembangkanbiakan maupun untuk dipotong.

Hal ini memberikan petunjuk bahwa tujuan pemuliaan sapi Bali di NTB adalah

peningkatan bobot atau ADG. Dengan demikian maka strategi perbaikan mutu

genetik diutamakan melalui seleksi yang diikuti pengaturan perkawinan antar-ternak

sedemikian rupa agar tingkat silang menjadi seminimal mungkin.

Pejantan yang digulirkan di kelompok, perlu diuji performannya di UPT/BPT

milik pemerintah untuk memastikan kualitas genetiknya. Jika tidak memungkinkan

Page 71: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

61

uji performan dilakukan oleh kelompok peternak penggemukan yang disepakati di

bawah kordinasi pemerintah atau perguruan tinggi. Selanjutnya, jika kelompok

penggemukan belum/tidak terbentuk maka pengadaan pejantan berasal dari

kelompok yang penggulirannya tetap dipantau pemerintah atau perguruan tinggi.

Pejantan terpilih baik untuk uji performan maupun yang akan digulirkan

langsung harus memiliki prestasi terbaik yang diketahui melalui recording. Secara

skematis Gambar 5.8 menunjukkan pola SUP (stasiun uji performance) yang dikelola

pemerintah atau penggemukan dan Gambar 5.9 adalah pola penggunaan pejantan

secara langsung.

Gambar 5.8. Skema perguliran Pejantan Hasil Uji Performan

Gambar 5.9. Skema Perguliran Pejantan Langsung

Page 72: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

62

Pada sistem pemeliharaan ekstensif perbaikan mutu genetik serupa dengan di

wilayah intensif. Perbedaannya, pada pola ekstensif ternak lebih dominan tidak

berada di kandang dan dipelihara oleh peternak secara individual namun dalam

jumlah yang lebih banyak sehingga perguliran pejantan antar pemilik sulit dikontrol.

Oleh karena itu, cara yang dapat dilakukan adalah memasukkan sejumlah

pejantan unggul dari luar kelompok seperti dari hasil seleksi pejantan di UPT

Serading. Karena sistem ekstensif, maka rasio induk dibandingkan pejantan sekitar

25–30 ekor untuk seekor pejantan dengan lama penggunaan 2 (dua) tahun. Hal itu

dimaksudkan agar pejantan tidak sempat mengawini anak betinanya sehingga efek

silang (inbreeding) dapat dihindari. Selanjutnya, pejantan ini dapat digunakan pada

peternak lain yang ternak betinanya baik yang dara maupun induk yang sudah jauh

(di atas 6 generasi) tidak ada hubungan kekeluargaanya.

Pengadaan pejantan menjadi tanggung jawab pemerintah. Urusan peternak

adalah memelihara, merawat, dan menggunakan secara baik dan benar selama 2 (dua)

tahun. Setelah dua tahun, pejantan tersebut ditarik pemerintah untuk digulirkan ke

peternak berikut. Selanjutnya, setelah digunakan oleh 2 (dua) peternak, pejantan

ditarik untuk dijual guna membeli pejantan baru yang hubungan kekerabatannya

jauh. Demikian seterusnya. Untuk menghindari inbreeding anak ternak jantan dari

keturunan pejantan yang digulirkan, digemukkan untuk dijadikan ternak potong.

5.7.5. Pengembangan Unggas

Strategi pengembangan unggas dibagi menjadi dua bagian yaitu pengembangan

unggas lokal dan pengembangan ayam ras (ayam pedaging dan petelur). Unggas

lokal adalah ayam buras dan ternak itik. Strategi pengembangan unggas lokal (ayam

buras dan ternak itik) diarahkan pada terbentuknya usaha rakyat yang maju dan

mandiri. Untuk tujuan itu pengusaha dan calon pengusaha harus mendapat

pendampingan intensif disertai dengan pengadaan modal yang mudah dan murah.

Pendampingan teknis dapat dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

NTB, Disnak Keswan kabupaten/kota, perguruan tinggi serta Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM). Sedangkan pendampingan permodalan dilakukan Dinas

Page 73: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

63

Koperasi, Usaha kecil dan Menengah dan lembaga keuangan mikro.

Pengembangan ayam buras diarahkan pada ayam kampung unggul hasil seleksi

oleh Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, yaitu ayam KUB (Kampung Unggul

Balitnak) serta ayam Arab. Kelebihan kedua jenis ayam ini adalah produksi telurnya

dapat mencapai 60% lebih dibandingkan ayam kampung. Tingginya produksi ini

merupakan modal untuk melipat-gandakan populasi, sehingga keterbatasan produksi

daging asal ayam kampung dapat tertanggulangi.

Bibit ayam KUB bisa didatangkan dari Stasiun Riset di Ciawi Bogor atau dari

BPTP Narmada yang sudah ditunjuk sebagai suplayer untuk NTB. Sedangkan bibit

ayam arab dan itik diambil dari peternak lokal yang ada di sentra peternakan ayam

buras dan itik yang ada sekarang. Beberapa sentra ayam arab di Jawa sudah menjalin

hubungan dengan peternak NTB guna pengembangan perbibitan ternak ini di NTB.

Pada pengembangan unggas lokal (ayam buras dan ternak itik) peternak

diarahkan membentuk kelompok. Setiap kelompok usaha ayam kampung dan ayam

arab agar mendapat pembinaan intensif kalau perlu hingga daerah tersebut

berkembang menjadi Kampung Unggas yang maju dan mandiri. Pada tahap

selanjutnya dikembangkan kelompok usaha ternak itik, di mana peternak berperan

sebagai penghasil telur tetas, penghasil bibit (penetasan), pembuat telur asin

(prosessing), penjual daging itik, telur konsumsi dan telur asin, serta penyedia sarana

produksi. Bentuk pembinaan sama dengan pada kelompok usaha ayam buras yang

mengarah pada terbentuknya kampung unggas berbasis itik.

Komoditi ayam ras (ayam pedaging dan petelur) umumnya sudah relatif mapan

sehingga pengembangannya diserahkan pada dunia usaha.

5.8. Analisis SWOT

Secara garis besar, analisis SWOT pada kajian ini dibagi menjadi tiga bagian

yakni analisis SWOT bagi ternak besar (sapi, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing,

domba, babi) dan unggas (ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan itik), sbb:

1). Analisis SWOT Sapi Bali

Page 74: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

64

Analisis SWOT ternak sapi khusus difokuskan ke arah pengembangan sapi Bali

yang dominan dipelihara penduduk, yakni melingkupi sekitar 97,6 persen dari total

populasi ternak sapi di NTB. Analisis SWOT sapi Bali dilakukan dengan

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap ternak ini, sbb:

Kekuatan:

Bibit sapi Bali yang diproduksi peternak NTB paling banyak dicari karena

merupakan sapi dengan klasifikasi terbaik di level nasional.

Fertilitas sapi Bali tinggi dan tahan terhadap depresi inbreeding

Persentase karkas tinggi dan dagingnya lebih disukai dibandingkan daging spesies

ternak besar lokal lainnya.

Daya adaptasinya baik terhadap lingkungan, tahan terhadap parasit internal dan

bebas penyakit jembrana.

Kelemahan

Sifat alami sapi Bali adalah liar dan dapat muncul jika dipelihara di alam bebas.

Cenderung terjadi penurunan mutu genetik baik karena inbreeding maupun

disebabkan seleksi negatif.

Persilangannya dengan bangsa sapi jenis lain menghasilkan sapi jantan infertil atau

majir/mandul (F1).

Angka kematian pedet relatif tinggi.

Peluang

Permintaan sapi Bali dari luar NTB belum terpenuhi.

Potensi wilayah NTB masih memungkinkan untuk pengembangan ternak sapi Bali.

Harga sapi Bali menarik, trend harganya naik terus.

Kultur masyarakat NTB suka memelihara sapi Bali.

Daerah pesaing relatif terbatas, bahkan dapat dikatakan tidak ada.

Ancaman

Angka pencurian ternak relatif tinggi.

Alih fungsi lahan menyebabkan penyempitan area peternakan.

Page 75: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

65

Ketersediaan pakan pada bulan-bulan tertentu sangat terbatas.

Impor sapi hidup maupun impor daging.

Ketersediaan sarana pendukung untuk pemasaran ke luar daerah terbatas.

Kultur beternak di kalangan anak muda cenderung menurun.

Strategi Pengembangan Sapi Bali

Pengembangan ternak sapi, khususnya sapi Bali di Provinsi NTB merupakan

hal yang dibahas sebagai isu strategis di samping dikaji pula kebijakan dan kegiatan

yang dilakukan. Strategi pengembangan sapi Bali di NTB terurai sbb:

A. Isu Strategis

a. Permintaan bibit sapi Bali asal NTB terus meningkat dan semakin sulit dipenuhi.

b. Standar bobot badan sapi Bali yang diantarpulaukan cenderung menurun.

c. Minat beternak sapi masyarakat NTB tinggi.

d. Pencurian ternak masih merupakan masalah dalam kegiatan beternak.

e. Pemotongan sapi Bali betina produktif masih belum bisa dikendalikan.

B. Kebijakan

a. Perlu perhitungan cermat mengenai perkembangan populasi untuk menata

jumlah pengeluaran, pemotongan, replacement dan lainnya.

b. Perlu pelaksanaan aturan secara konsisten tentang penentuan grade sapi bibit dan

sapi potong secara ketat.

c. Perlu mengedepankan kesesuaian daya dukung dan figur calon penerima dalam

penyaluran bantuan.

d. Penerapan kandang kelompok dengan diperkuat oleh komitmen aparat terkait.

e. Penegakan aturan secara konsisten terhadap pemotongan betina produktif.

C. Kegiatan

a. Pendataan dan registrasi sapi seperti dilakukan di Kabupaten Sumbawa agar

diperluas ke wilayah lain dan dilakukan secara berkesinambungan.

b. Sosialisasi informasi harga sapi bibit (SK Gubernur NTB No 166/2013).

Page 76: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

66

c. Penyediaan dan penggunaan pejantan unggul dan teknologi IB untuk menekan

rendahnya angka kebuntingan di kandang kolektif terutama di Pulau Lombok.

d. Penguatan peran kelompok peternak untuk mengakomodir penjualan sapi secara

kolektif.

e. Penggunaan timbangan dalam jual beli sapi untuk menjamin kepastian harga.

f. Seleksi penerima bantuan sapi agar tepat sasaran (kelompok maupun orangnya).

g. Meneruskan bantuan kandang kolektif bagi peternak untuk lebih menjamin

keamanan sapi.

h. Perlu adanya perlakuan khusus di daerah endemik penyakit.

i. Pelatihan petugas dan penyediaan obat dalam jumlah memadai untuk mencegah

penyakit zoonosis.

j. Perlu memberikan peran lebih besar bagi Puskewan untuk mencegah penyebaran

penyakit hewan ke manusia seperti adanya new emerging desease.

k. Pengaturan musim kawin untuk menekan angka kematian pedet dan menghindari

inbreeding.

l. Revitalisasi dan perbanyakan instalasi IB baik sarana (kontainer dan

kelengkapan) maupun prasarananya (kendaraan operasional).

m. Penerapan teknologi agar pakan tetap tersedia sepanjang tahun.

n. Pembatasan pengeluaran pejantan unggul.

o. Peningkatan populasi ternak dilakukan di daerah yang daya dukung lahan dan

pakannya masih potensial.

p. Sosialisasi dan penegakan hukum bagi pelaku pemotongan betina produktif.

q. Pengembangan sektor hilir antara lain dengan merevitalisasi rumah potong

hewan dan pengolahan pasca panen.

r. Inventarisasi dan sertifikasi lahan lar dan so.

2). Analisis SWOT Kerbau

Hasil analisis SWOT terhadap kerbau di NTB tersaji pada uraian berikut:

Kekuatan:

Kualitas kerbau NTB termasuk ke dalam grade unggul di level nasional.

Page 77: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

67

Bertemperamen jinak.

Ternak kerbau termasuk ternak multi fungsi.

Kerbau belang dan karapan harganya lebih mahal dibandingkan kerbau biasa.

Kelemahan

Peka terhadap keseimbangan kalsium dan fosfor pakan, sehingga terjadi gangguan

perkembangan otak (enchephalo malacia).

Cenderung terjadi depresi inbreeding dan seleksi negatif.

Reproduksi berlangsung relatif lama.

Kelahiran umumnya terjadi pada musim kering sehingga berimplikasi pada

tingginya tingkat kematian pedet.

Memerlukan ketersediaan air untuk berkubang dan mengatasi cekaman panas.

Peluang

Permintaan dari luar NTB tinggi.

Potensi wilayah bagi pengembangannya masih dimungkinkan

Harganya menarik, trend harganya naik terus

Kelompok masyarakat tertentu suka memeliharanya

Ancaman

Ancaman pencurian tinggi

Ketersediaan pakan di musim kering terbatas

Alih fungsi lahan lar dan so mengakibatkan areal pengembangannya terus terdesak

Prasarana pendukung untuk pemasaran terbatas.

Strategi Pengembangan Kerbau

Pengembangan kerbau di NTB terutama difokuskan di Pulau Sumbawa dan

sebagian kecil di Pulau Lombok bagian selatan. Rincian pengembangan kerbau sbb:

A. Isu Strategis

a. Jumlah permintaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi.

Page 78: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

68

b. Angka pencurian ternak kerbau tinggi.

c. Terjadi kecenderungan peternak kerbau beralih mengusahakan sapi.

d. Alih fungsi lahan kawasan lar dan so mengakibatkan lokasi pemeliharaan kerbau

semakin menyusut.

B. Kebijakan

a. Peningkatan populasi dan produksi ternak kerbau.

b. Pengetatan sistem keamanan di wilayah pantai barat pulau Sumbawa.

c. Penguatan dan pembentukan kelompok peternak kerbau.

d. Penentuan kawasan pengembangan agar ternak kerbau tidak terus terdesak.

C. Kegiatan

a. Pengaturan keseimbangan pakan untuk menghindari munculnya penyakit

enchephalo malacia (bara otak).

b. Penyebarluasan informasi strandar harga bibit kerbau (SK Gubernur NTB

No.166/2013) dan kerbau potong.

c. Pendataan populasi secara tepat untuk pengambilan keputusan dan kebijakan.

d. Penguatan fungsi kelompok peternak termasuk untuk mengakomodir penjualan

ternak secara berkelompok.

e. Penyediaan dan penetapan lokasi khusus bagi pemeliharan kerbau dan ternak

besar lain agar habitatnya tidak terus tergusur.

f. Revitalisasi peran Puskeswan

g. Instensifikasi kawin alam dan kawin suntik (IB).

h. Penerapan teknologi pakan perlu dilakukan agar tetap tersedia sepanjang tahun.

i. Pembatasan pengeluaran pejantan unggul.

j. Peningkatan produktivitas ternak melalui perbaikan manajemen perkawinan.

D. Analisis SWOT Kambing/domba

Analisis SWOT kambing dan domba dilakukan dengan mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melingkupi ternak ini, sebagai berikut:

Page 79: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

69

Kekuatan:

Anak yang dilahirkan lebih dari 1 ekor setiap kelahiran (bersifat polytocus/prolifik)

Sesuai kondisi alam Indonesia, tahan penyakit

Mampu hidup dengan memanfaatkan pakan bermutu rendah

Daging kambing dan domba disukai kalangan tertentu, dikesankan baik untuk

menjaga stamina.

Bisa menghasilkan susu.

Pupuk kompos produk kambing lebih disukai bagi penanaman holtikultura.

Pangsa pasar bagus.

Kelemahan

Kurang tahan lembab.

Image yang berkembang adalah daging kambing mengandung kolesterol tinggi.

Penyakit Malignant Catarrhal Fever (MCF) pada sapi Bali bila domba dipelihara

bersama sapi Bali.

Bila dipelihara dengan cara dilepas di alam bebas, keberadaannya sulit dikontrol

karena memiliki sifat merusak yang besar.

Variasi jenis bibit kambing yang tersedia terbatas.

Peluang

Angka permintaan terhadap kambing/domba di dalam maupun luar negeri (Timur

Tengah) tergolong tinggi.

Harganya menarik dengan trend terus naik.

Kebutuhan pakan tidak banyak sehingga bisa dipelihara petani di lahan sempit.

Modal usaha yang dibutuhkan relatif terjangkau kalangan bawah.

Ancaman

Ancaman pencurian tinggi

Ketersediaan pakan di paruh akhir musim kering agak terbatas.

Kampanye swasembada daging cenderung ditujukan pada sapi dan kerbau saja.

Page 80: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

70

Serangan anjing liar seperti di Pulau Sumbawa masih sering terjadi.

Strategi Pengembangan Kambing dan Domba

Pengembangan kambing dan domba di NTB adalah dengan rincian sbb:

Isu Strategis

a. Permintaan tinggi, jauh melampaui kemampuan penyediaan oleh peternak.

b. Penurunan mutu genetik kambing bermutu unggul seperti kambing Boer dan Ettawa

yang dilepas di masyarakat.

c. Belum ada pemisahan wilayah pemeliharaan domba dan sapi Bali yang bisa

mengakibatkan penyakit ingusan (MCF) yang mematikan pada sapi Bali.

d. Tidak tersedia lahan permanen untuk pengembangan semua jenis ternak, termasuk

untuk kambing dan domba.

Kebijakan

a. Peningkatan populasi dan produktivitas per satuan ternak.

b. Perlu pengadaan dan penyediaan bibit kambing dan domba unggul.

c. Perlu pemisahan zonasi pemeliharaan ternak domba dan sapi.

d. Penetapan kawasan yang bersifat permanen bagi semua ternak.

Kegiatan

a. Penyediaan pejantan unggul dan induk untuk peningkatan angka kelahiran di setiap

kawasan.

b. Pembentukan sentra pembibitan kambing dan domba di wilayah potensial.

c. Perbanyakan sumber pakan kambing dan domba melalui program penanaman

legume pohon.

d. Sistem pemeliharaan kambing menggunakan system kandang panggung

e. Penetapan pemisahan zonasi pemeliharaan ternak domba dan sapi Bali.

f. Penguatan kelembagaan peternak kambing dan domba.

g. Optimalisasi pemanfaatan limbah kambing/domba seperti pembuatan pupuk.

h. Penyelenggaraan kontes kambing dan domba unggul.

i. Peningkatan peran serta ibu dan remaja untuk memelihara kambing.

Page 81: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

71

D. Analisis SWOT Unggas (Ayam Buras dan Itik)

Kekuatan:

Tahan terhadap pola pemeliharaan sederhana.

Tidak sepenuhnya tergantung pada pakan pabrikan.

Bahan baku masakan/kuliner tradisional dengan cita rasa produknya khas.

Pengusahaannya tidak membutuhkan lahan yang luas.

Kelemahan

Pertumbuhan lambat

Produktivitas telur rendah

Tidak tersedia perusahaan pembibitan unggul

Rentan terhadap flu burung dan penyakit ND (tetelo).

Kualitas bibit itik/ayam buras yang tersedia relative rendah.

Peluang

Pasar masih terbuka luas

Harganya menarik, trend harganya cenderung naik terus.

Modal untuk pengusahaannya relatif kecil.

Pengusahaan komoditi ini belum berada di tangan pengusaha besar.

Ancaman

Masuknya produk unggas dari luar.

Ketersediaan pakan terbatas.

Pengaruh gaya hidup, ada kecenderungan anak-anak meninggalkan masakan

berbasis ayam buras dan itik.

Kehadiran kuliner cepat saji berbahan baku ayam (McDonald, KFC dll.)

Serangan penyakit ND dan zoonosis pada unggas.

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang melingkupi itik

dan ayam buras dapat diuraikan isu dan masalah strategis serta kebijakan dan kegiatan

yang bisa dilakukan untuk menjawab persoalan kedua jenis unggas itu di NTB meliputi:

Page 82: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

72

Strategi Pengembangan Ayam dan Itik

Isu strategis:

a. Terjadi kesenjangan besar antara permintaan dan penawaran (daging dan telur)

b. Kualitas dan kuantitas bibit ayam buras dan itik rendah sehingga produktivitasnya

rendah.

c. Rumah potong ayam (RPA) belum ada, dan higienitas tempat pemotongan ayam

(TPA) dan itik sangat rendah.

d. Serangan penyakit ND dan zoonosis yang tinggi pada unggas.

Kebijakan:

a. Penciptaan iklim usaha yang lebih kondusif agar lebih banyak pelaku terlibat.

b. Penciptaan dan penyediaan bibit unggul ayam buras dan itik antara lain dengan

mendorong lebih banyak berdirinya kampung unggas.

c. Perbaikan penanganan masalah pakan.

d. Penanganan masalah pemotongan

e. Penanganan masalah kesehatan hewan.

Kegiatan:

a. Penyediaan paket kredit dan atau bantuan khusus untuk usaha perunggasan.

b. Spesialisasi dalam bidang usaha perunggasan.

c. Penyatuan berbagai jenis kegiatan usaha perunggasan dalam suatu wilayah terpadu

yang disebut sebagai kampung unggas.

d. Pembentukan sentra pembibitan.

e. Perbanyakan sentra pengembangan ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)

f. Pendirian RPA di tempat strategis serta TPA yang lebih higienis.

g. Pelatihan tenaga operasional RPA dan TPA untuk menghasilkan daging halal dan

higienis.

h. Pengadaan vaksin ND dan AI yang memadai.

Pengembangan ayam broiler dan ayam petelur diserahkan ke kalangan dunia

usaha. Pemerintah sebaiknya berfungsi sebagai pembina pada sektor hilir (pemotongan

Page 83: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

73

terutama yang berskala rumah tangga) guna menghindari pencemaran lingkungan,

sehingga dalam studi ini analisis SWOT ayam broiler dan ayam petelur diabaikan.

Adapun peta lokasi pilot proyek rencana pengembangan kawasan peternakan

Provinsi NTB tertera pada Gambar 5.10. Rencana pengembangan tersebut dibuatkan

beberapa pertimbangan teknis.

Gambar 5.10.: Lokasi pilot proyek komoditas ternak di NTB sesuai hasil kajian.

Sapi Kerbau Kambing

Ayam potongAyam buras Ayam petelur

Domba

Itik

Kuda

Page 84: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

74

BAB VI. KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan Masterplan Kawasan Pengembangan Peternakan NTB ini merujuk

pada ketersediaan dan potensi lahan serta sumberdaya lain yang dimiliki masing-

masing kabupaten/kota di NTB, dengan rincian kesimpulan sbb:

6.1.1. Berdasarkan hasil analisis overlay sapi prospektif dikembangkan di Kabupaten

Bima dan Lombok Utara. Ternak kerbau prospektif dikembangkan di

Kabupaten Sumbawa dan Bima. Kuda juga potensial dikembangkan di

Kabupaten Sumbawa. Ternak kecil seperti kambing potensial dikembangkan di

Lombok Utara, Kabupaten Bima, Sumbawa, Mataram dan Dompu. Domba

tidak memiliki daerah spesifik bagi pengembangannya.

6.1.2. Berdasarkan analisis ketersediaan pakan dan daya dukung lahan bagi ternak

pemakan rumput (meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba), potensi

pengembangan terbesar Provinsi NTB adalah di Kabupaten Sumbawa dengan

daya tampung potensial 146.745 unit ternak (UT). Sebaran wilayah potensial

bagi herbivora di Sumbawa meliputi Kecamatan Labangka, Lenangguar,

Lunyuk, Rhee, Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas, Buer dan Ropang.

Selanjutnya adalah Kabupaten Bima dengan daya tampung potensial 122.090

UT berlokasi di Kecamatan Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape,

Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo dan Parado. Wilayah potensial lain adalah

KLU dengan daya tampung 4.407 UT terfokus di Kecamatan Bayan; serta Kota

Mataram dengan daya tampung potensial 1.528 UT, meliputi wilayah

Sandubaya, Mataram, Sekarbela, Selaparang, dan Cakranegara. Sebaliknya

wilayah NTB yang kelebihan daya tampung ternak herbivora berturut-turut

adalah Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Kota

Bima dan Kabupaten Dompu.

6.1.3. Merujuk pada hasil analisis LQ, wilayah potensial bagi pengembangan sapi di

NTB berturut-turut di Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Lombok

Utara, dan Kabupaten Bima. Kerbau di Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat,

Page 85: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

75

Dompu dan Bima. Kuda di Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan

Bima. Kambing di Kabupaten Bima, Dompu, Lombok Utara dan Sumbawa

Barat. Domba di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Timur dan

Sumbawa. Ayam Buras di Kabupaten Lombok Utara, Sumbawa Barat, Kota

Bima, Sumbawa, Dompu, Mataram, Lombok Barat, Bima. Ayam pedaging di

Kabupaten Lombok Barat, Mataram, Lombok Utara. Ayam petelur di Kota

Bima dan Kabupaten Lombok Tengah. Itik di Kabupaten Lombok Timur,

Mataram, Dompu, Lombok Tengah, Kota Bima

6.2. Saran

6.2.1. Strategi pengembangan ternak sebagaimana terurai dalam pembahasan

penelitian ini dalam penjabarannya tidak sepenuhnya harus dilakukan secara

kaku dan mengikat karena daya dukung bagi pengembangan sesuatu jenis

ternak bisa diperbaiki misalnya dengan memperbaikan pola penanganan jumlah

dan mutu pakan.

6.2.2. Strategi pengembangan kawasan peternakan dilakukan secara bertahap yang

didahului dengan pengembangan model peternakan yang efisien,

berprodukitivitas tinggi dan ramah lingkungan. Best bet model tersebut

selanjutnya dapat diimplementasikan ke kabupaten dan kota lain di NTB.

6.2.3. Pengembangan ternak herbivora di Kota Mataram (dan juga Kota Bima) agar

memperhatikan aspek kecepatan pertumbuhan alih fungsi lahan karena daerah

ini selain menjadi ibukota Kota Mataram juga sekaligus merupakan ibukota

Provinsi NTB.

Page 86: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Daya dukung wilayah Kabupaten Lombok Utara.

Lampiran .1. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) KabupatenLombok Utara.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UTKebutuhanton/tahun

Selisih

Limbah Hijauan Total ton/th UT

1 Pemenang 3,205.80 3,485.70 6,691.50 8,515.44 19,425.84 -12,734.35 -5,582.18

2 Tanjung 5,037.62 5,079.00 10,116.62 10,584.64 24,146.20 -14,029.58 -6,149.96

3 Gangga 6,509.33 10,655.40 17,164.73 9,926.72 22,645.34 -5,480.61 -2,402.46

4 Kayangan 11,652.45 5,620.80 17,273.25 15,791.49 36,024.34 -18,751.09 -8,219.65

5 Bayan 32,310.73 79,850.85 112,161.58 22,405.29 51,112.07 61,049.51 26,761.43

6 KLU 58,715.93 104,691.75 163,407.68 67,223.58 153,353.79 10,053.89 4,407.18

Lampiran.2. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Utara.

BlnHijauan

alam (tonBK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK) Ternak (UT) Kebutuhan

(ton BK)Selisih (ton

BK) Selisih (UT)

Jan 8,724.31 326.63 9,050.95 67,223.58 13,024.57 -3,973.62 -20,509.02Feb 8,724.31 731.87 9,456.18 67,223.58 11,764.13 -2,307.95 -12,733.50Mar 8,724.31 7,356.80 16,081.11 67,223.58 13,024.57 3,056.54 15,775.70Apr 8,724.31 19,565.94 28,290.26 67,223.58 12,604.42 15,685.84 83,657.79Mei 8,724.31 9,027.25 17,751.56 67,223.58 13,024.57 4,726.99 24,397.38Jun 8,724.31 - 8,724.31 67,223.58 12,604.42 -3,880.11 -20,693.91Jul 8,724.31 756.47 9,480.78 67,223.58 13,024.57 -3,543.79 -18,290.51Agst 8,724.31 11,458.40 20,182.71 67,223.58 13,024.57 7,158.14 36,945.26Sept 8,724.31 - 8,724.31 67,223.58 12,604.42 -3,880.11 -20,693.91Okt 8,724.31 - 8,724.31 67,223.58 13,024.57 -4,300.26 -22,194.87Nop 8,724.31 689.90 9,414.21 67,223.58 12,604.42 -3,190.21 -17,014.44Des 8,724.31 8,802.66 17,526.98 67,223.58 13,024.57 4,502.41 23,238.24Jml 104,691.75 58,715.93 163,407.68 67,223.58 153,353.79 10,053.89 4,407.18

Page 87: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

77

Daya dukung wilayah Kota Mataram.

Lampiran 3. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) wilayah KotaMataram.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UT KebutuhanSelisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Ampenan 600.05 145.70 745.76 496.88 1,133.51 -387.75 -169.97

2 Sekarbela 1,711.92 269.25 1,981.17 587.07 1,339.25 641.92 281.39

3 Mataram 1,254.42 268.20 1,522.62 248.20 566.21 956.41 419.25

4 Selaparang 848.66 178.43 1,027.08 215.09 490.68 536.40 235.14

5 Cakranegara 712.03 141.51 853.54 197.11 449.65 403.89 177.05

6 Sandubaya 2,044.99 383.95 2,428.93 478.74 1,092.13 1,336.80 585.99Kota Mataram 7,172.07 1,387.04 8,559.11 2,223.09 5,071.43 3,487.68 1,528.84

Lampiran 4. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan wilayah KotaMataram.

BlnHijauan alam

(ton BK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih(ton BK)

Selisih(UT)

Jan 115.59 - 115.59 2,223.09 430.72 -315.14 -1,626.52

Feb 115.59 12.05 127.63 2,223.09 389.04 -261.41 -1,442.26

Mar 115.59 220.83 336.41 2,223.09 430.72 -94.31 -486.77

Apr 115.59 311.35 426.94 2,223.09 416.83 10.11 53.90

Mei 115.59 375.87 491.46 2,223.09 430.72 60.73 313.46

Jun 115.59 109.27 224.85 2,223.09 416.83 -191.98 -1,023.88

Jul 115.59 356.42 472.01 2,223.09 430.72 41.28 213.08

Agst 115.59 423.86 539.45 2,223.09 430.72 108.73 561.17

Sept 115.59 157.99 273.58 2,223.09 416.83 -143.25 -764.02

Okt 115.59 75.21 190.80 2,223.09 430.72 -239.93 -1,238.34

Nop 115.59 565.71 681.30 2,223.09 416.83 264.47 1,410.49

Des 115.59 370.81 486.39 2,223.09 430.72 55.67 287.32

Jumlah 1,387.04 2,979.36 4,366.40 2,223.09 5,071.43 -705.03 -309.06

Page 88: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

78

Daya Dukung Wilayah Kabupaten Lombok Barat

Lampiran. 5. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) KabupatenLombok Barat.

No Kecamatan Ketersediaan PopulasiUT Kebutuhan Selisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 GunungSari 4,296.53 3,302.70 7,599.23 6,726.85 15,345.63 -7,746.39 -3,395.68

2 Batu Layar 1,402.10 3,178.80 4,580.90 4,519.66 10,310.48 -5,729.58 -2,511.60

3 Lingsar 7,336.43 1,530.15 8,866.58 6,482.05 14,787.19 -5,920.60 -2,595.33

4 Narmada 8,633.48 2,472.15 11,105.63 6,129.62 13,983.20 -2,877.57 -1,261.40

5 Labuapi 6,378.98 4,039.50 10,418.48 1,447.10 3,301.19 7,117.29 3,119.91

6 Kediri 6,042.77 7,940.70 13,983.47 2,339.31 5,336.55 8,646.92 3,790.43

7 Kuripan 5,370.89 9,272.70 14,643.59 2,350.81 5,362.78 9,280.81 4,068.30

8 Gerung 14,867.46 6,745.65 21,613.11 11,376.53 25,952.70 -4,339.60 -1,902.29

9 Lembar 10,304.84 3,532.05 13,836.89 20,231.84 46,153.88 -32,316.99 -14,166.35

10 Sekotong 17,382.89 25,015.80 42,398.69 19,829.04 45,235.01 -2,836.31 -1,243.32Kab. Lobar 82,016.36 67,030.20 149,046.56 81,432.81 185,768.59 -36,722.03 -16,097.33

Lampiran 6. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Barat.

BulanHijauan

alam (tonBK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan (ton

BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih(UT)

Jan 5,585.85 1,515.23 7,101.08 81,432.81 5,777.61 -8,676.52 -44,782.05Feb 5,585.85 2,737.34 8,323.19 81,432.81 14,250.74 -5,927.56 -33,871.75Mar 5,585.85 23,180.88 28,766.73 81,432.81 15,777.61 12,989.12 67,040.64Apr 5,585.85 11,312.19 16,898.04 81,432.81 15,268.65 1,629.39 8,690.10Mei 5,585.85 1,524.51 7,110.36 81,432.81 15,777.61 -8,667.25 -44,734.18Jun 5,585.85 1,161.91 6,747.76 81,432.81 15,268.65 -8,520.89 -45,444.73Jul 5,585.85 12,698.69 18,284.54 81,432.81 15,777.61 2,506.94 12,939.03Agst 5,585.85 9,116.51 14,702.36 81,432.81 15,777.61 -1,075.24 -5,549.64Sept 5,585.85 1,147.40 6,733.25 81,432.81 15,268.65 -8,535.40 -45,522.13Okt 5,585.85 6,862.12 12,447.97 81,432.81 15,777.61 -3,329.64 -17,185.22Nop 5,585.85 9,408.36 14,994.21 81,432.81 15,268.65 -274.44 -1,463.69Des 5,585.85 1,351.20 6,937.05 81,432.81 15,777.61 -8,840.56 -45,628.67

Jumlah 67,030.20 82,016.36 149,046.56 81,432.81 185,768.59 -36,722.03 -16,097.33

Page 89: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

79

Daya dukung wilayang di Kabupaten Lombok Tengah

Lampiran 7. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di KabupatenLombok Tengah.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UT Kebutuhan SelisihLimbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Praya Barat 20,193.99 19,974.90 40,168.89 16,918.75 38,595.91 1,572.98 689.532 Praya Barat Daya 22,708.02 16,083.75 38,791.77 13,679.75 31,206.93 7,584.84 3,324.863 Pujut 20,134.06 31,139.25 51,273.31 32,519.34 74,184.75 -22,911.44 -10,043.374 Praya Timur 11,606.62 7,729.80 19,336.42 5,461.57 12,459.20 6,877.21 3,014.675 Janapria 8,856.59 6,440.10 15,296.69 8,940.61 20,395.76 -5,099.07 -2,235.216 Kopang 9,444.09 7,640.55 17,084.64 8,505.78 19,403.81 -2,319.17 -1,016.627 Praya 8,591.95 6,639.15 15,231.10 5,630.22 12,843.95 2,387.15 1,046.428 Praya Tengah 11,453.86 6,447.45 17,901.31 11,728.19 26,754.93 -8,853.61 -3,881.049 Jonggat 17,610.57 8,915.55 26,526.12 13,663.56 31,169.99 -4,643.87 -2,035.6710 Pringgarata 11,787.14 6,462.75 18,249.89 8,474.14 19,331.63 -1,081.74 -474.1911 Batukliang 7,338.38 6,051.75 13,390.13 7,585.20 17,303.73 -3,913.60 -1,715.5512 Batukliang Utara 5,794.00 27,757.35 33,551.35 9,469.50 21,602.31 11,949.05 5,237.9413 Lombok Tengah 155,519.27 151,282.35 306,801.62 142,576.62 325,252.90 -18,451.28 -8,088.23

Lampiran 8. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di KabupatenLombok Tengah.

BulanHijauan

alam (tonBK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih(UT)

Jan 12,606.86 0.00 12,606.86 142,576.62 7,624.22 -15,017.36 -77,508.94Feb 12,606.86 303.53 12,910.40 142,576.62 24,950.91 -12,040.51 -66,430.41Mar 12,606.86 17,051.04 29,657.90 142,576.62 27,624.22 2,033.68 10,496.42Apr 12,606.86 4,717.01 17,323.87 142,576.62 26,733.12 -9,409.25 -50,182.64Mei 12,606.86 4,302.70 16,909.56 142,576.62 27,624.22 -10,714.66 -55,301.45Jun 12,606.86 349.88 12,956.74 142,576.62 26,733.12 -13,776.38 -73,474.01Jul 12,606.86 4,082.82 16,689.68 142,576.62 27,624.22 -10,934.54 -56,436.31Agst 12,606.86 4,026.12 16,632.98 142,576.62 27,624.22 -10,991.24 -56,728.96Sept 12,606.86 3,790.47 16,397.33 142,576.62 26,733.12 -10,335.78 -55,124.18Okt 12,606.86 8,418.20 21,025.07 142,576.62 27,624.22 -6,599.15 -34,060.14Nop 12,606.86 22,846.55 35,453.41 142,576.62 26,733.12 8,720.30 46,508.25Des 12,606.86 3,103.33 15,710.19 142,576.62 27,624.22 -11,914.03 -61,491.76

Jumlah 151,282.35 72,991.65 224,274.00 142,576.62 325,252.90 -100,978.91 -44,264.73

Page 90: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

80

Daya dukung Kawasan Kabupaten Lombok Timur

Lampiran 9. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) KabupatenLombok Timur

No KecamatanKetersediaan Populasi

UT KebutuhanSelisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT1 Keruak 2,912.76 2,658.15 5,570.91 2,105.64 4,803.49 767.42 336.412 Jeroaru 6,739.11 15,470.55 22,209.66 4,998.80 11,403.51 10,806.15 4,736.943 Sakra 3,355.25 1,641.00 4,996.25 2,434.15 5,552.90 -556.65 -244.014 Sakra Barat 7,055.00 2,197.20 9,252.20 3,156.84 7,201.54 2,050.67 898.925 Sakra Timur 4,362.54 2,499.15 6,861.69 1,453.57 3,315.95 3,545.74 1,554.306 Terara 5,177.43 2,787.75 7,965.18 7,126.08 16,256.37 -8,291.19 -3,634.507 MontongGading 5,058.09 1,615.20 6,673.29 5,399.83 12,318.36 -5,645.07 -2,474.558 Sikur 5,040.75 2,292.00 7,332.75 5,562.27 12,688.93 -5,356.18 -2,347.919 Masbagik 5,061.48 1,752.30 6,813.78 5,642.08 12,871.00 -6,057.22 -2,655.22

10 Pringgasela 3,766.83 4,203.15 7,969.98 11,197.21 25,543.63 -17,573.65 -7,703.5211 Sukamulia 1,703.28 743.25 2,446.53 760.08 1,733.93 712.61 312.3712 Suralaga 3,855.74 1,661.85 5,517.59 3,647.08 8,319.91 -2,802.32 -1,228.4113 Selong 2,979.63 1,993.35 4,972.98 3,721.81 8,490.38 -3,517.39 -1,541.8714 Labuhan Haji 7,610.79 2,338.95 9,949.74 5,615.30 12,809.91 -2,860.17 -1,253.7715 Pringgabaya 21,019.38 6,951.75 27,971.13 6,216.91 14,182.33 13,788.80 6,044.4016 Suela 14,240.77 7,445.85 21,686.62 6,446.81 14,706.79 6,979.83 3,059.6517 Aikmel 21,750.46 4,397.40 26,147.86 13,139.05 29,973.46 -3,825.60 -1,676.9718 Wanasaba 13,257.56 3,006.45 16,264.01 6,636.94 15,140.52 1,123.49 492.4919 Sembalun 2,496.20 7,772.10 10,268.30 6,130.96 13,986.26 -3,717.96 -1,629.7920 Sambelia 14,169.96 7,063.95 21,233.91 8,939.45 20,393.12 840.80 368.57

Kab. Lotim 151,613.02 80,491.35 232,104.37 110,330.86 251,692.27 -19,587.89 -8,586.47

Lampiran 10. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kab. Lombok Timur

BlnHijauan alam

(ton BK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih(ton BK)

Selisih(UT)

Jan 6,707.61 - 6,707.61 110,330.86 21,376.60 -14,668.99 -75,710.92Feb 6,707.61 758.84 7,466.45 110,330.86 19,307.90 -11,841.45 -65,332.15Mar 6,707.61 33,780.47 40,488.08 110,330.86 21,376.60 19,111.48 98,639.89Apr 6,707.61 37,127.60 43,835.21 110,330.86 20,687.04 23,148.18 123,456.95Mei 6,707.61 26,572.35 33,279.96 110,330.86 21,376.60 11,903.36 61,436.67Jun 6,707.61 2,083.08 8,790.70 110,330.86 20,687.04 -11,896.34 -63,447.15Jul 6,707.61 10,628.27 17,335.88 110,330.86 21,376.60 -4,040.72 -20,855.34Agst 6,707.61 3,444.44 20,152.05 110,330.86 1,376.60 -1,224.55 -6,320.26Sept 6,707.61 3,239.73 9,947.34 110,330.86 20,687.04 -10,739.69 -57,278.36Okt 6,707.61 618.62 7,326.23 110,330.86 21,376.60 -14,050.37 -72,518.04Nop 6,707.61 4,262.12 20,969.73 110,330.86 20,687.04 282.70 1,507.72Des 6,707.61 7,927.64 14,635.25 110,330.86 21,376.60 -6,741.35 -34,794.08Jml 80,491.35 150,443.15 230,934.50 110,330.86 251,692.27 -20,757.76 -9,099.29

Page 91: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

81

Daya dukung lahan untuk hewan ruminansia di Kabupaten Sumbawa Barat

Lampiran 11. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKabupaten Sumbawa Barat.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UTKebutuhan

SelisihLimbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Sekongkang 1,348.81 7,550.70 8,899.51 3,515.19 8,019.03 880.48 385.962 Jereweh 1,737.30 14,553.00 16,290.30 7,827.00 17,855.35 -1,565.05 -686.053 Maluk 521.76 1,489.95 2,011.71 2,450.31 5,589.76 -3,578.05 -1,568.464 Taliwang 9,229.76 6,341.40 15,571.16 12,336.19 28,141.92 -12,570.76 -5,510.475 Brang Ene 1,709.57 1,980.60 3,690.17 3,906.93 8,912.68 -5,222.51 -2,289.326 Brang Rea 5,844.34 9,353.10 15,197.44 5,970.03 13,619.14 1,578.30 691.867 Seteluk 10,327.05 13,858.05 24,185.10 14,465.53 32,999.48 -8,814.38 -3,863.84

8 Poto Tano 3,955.00 44,425.50 48,380.50 11,533.46 26,310.7022,069.8

09,674.43

KSB 34,673.60 99,552.30 134,225.90 62,004.64 141,448.07 -7,222.17 -3,165.88

Lampiran 12. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di KabupatenSumbawa Barat

BlnHijauan

alam (tonBK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan (ton

BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih(ton BK)

Selisih(UT)

Jan 8,296.03 - 8,296.03 62,004.64 12,013.40 -3,717.37 -19,186.44

Feb 8,296.03 1,204.50 9,500.53 62,004.64 10,850.81 -1,350.29 -7,449.85

Mar 8,296.03 8,057.83 16,353.86 62,004.64 12,013.40 4,340.46 22,402.37

Apr 8,296.03 10,328.53 18,624.56 62,004.64 11,625.87 6,998.69 37,326.35

Mei 8,296.03 3,906.47 12,202.50 62,004.64 12,013.40 189.10 976.00

Jun 8,296.03 895.52 9,191.55 62,004.64 11,625.87 -2,434.32 -12,983.04

Jul 8,296.03 921.41 9,217.44 62,004.64 12,013.40 -2,795.96 -14,430.78

Agst 8,296.03 3,009.33 11,305.35 62,004.64 12,013.40 -708.05 -3,654.44

Sept 8,296.03 1,680.95 9,976.97 62,004.64 11,625.87 -1,648.90 -8,794.12

Okt 8,296.03 347.73 8,643.75 62,004.64 12,013.40 -3,369.65 -17,391.72

Nop 8,296.03 1,739.72 10,035.74 62,004.64 11,625.87 -1,590.13 -8,480.67

Des 8,296.03 2,581.61 10,877.63 62,004.64 12,013.40 -1,135.77 -5,862.01

Jumlah 99,552.30 34,673.60 134,225.90 62,004.64 141,448.07 -7,222.17 -3,165.88

Page 92: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

82

Daya dukung wilayah Kabupaten Sumbawa (ton BK)

Lampiran 13. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan di Kab Sumbawa

No Kecamatan Ketersediaan PopulasiUT Kebutuhan Selisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Lunyuk 11,721.46 79,395.30 91,116.76 11,662.15 26,604.29 64,512.47 28,279.442 Orong Telu 2,153.84 9,378.60 11,532.44 5,236.15 11,944.97 -412.53 -180.843 Alas 4,349.87 13,765.35 18,115.22 3,095.27 7,061.08 11,054.15 4,845.654 Alas Barat 6,295.44 31,469.70 37,765.14 5,639.23 12,864.50 24,900.64 10,915.355 Buer 2,954.17 11,901.75 14,855.92 3,488.18 7,957.40 6,898.52 3,024.016 Utan 7,554.41 16,421.85 23,976.26 11,791.71 26,899.83 -2,923.57 -1,281.577 Rhee 2,348.01 37,292.81 39,640.82 4,058.73 9,258.97 30,381.85 13,318.078 Batulanteh 4,352.73 28,222.80 32,575.53 4,180.83 9,537.51 23,038.02 10,098.869 Sumbawa 2,959.03 5,862.21 8,821.24 5,238.51 11,950.35 -3,129.11 -1,371.66

10 Labuhan Badas 6,003.88 847.08 6,850.96 9,502.55 21,677.70 -14,826.74 -6,499.3911 Unter Iwes 5,354.18 13,170.29 18,524.46 8,201.41 18,709.47 -185.01 -81.1012 Moyo Hilir 15,661.43 18,562.95 34,224.38 21,715.31 49,538.04 -15,313.67 -6,712.8413 Moyo Utara 4,183.90 4,688.40 8,872.30 10,426.35 23,785.10 -14,912.80 -6,537.1214 Moyo Hulu 9,801.61 43,788.98 53,590.59 24,507.64 55,908.05 -2,317.46 -1,015.8715 Ropang 9,909.06 4,268.18 14,177.23 6,023.94 13,742.11 435.12 190.7416 Lenangguar - 85,541.10 85,541.10 7,133.01 16,272.18 69,268.92 30,364.4617 Lantung - 168.75 168.75 3,013.51 6,874.57 -6,705.82 -2,939.5418 Lape 9,565.06 171.90 9,736.96 9,112.44 20,787.76 -11,050.80 -4,844.1819 Lopok 9,548.56 15,885.75 25,434.31 16,634.28 37,946.95 -12,512.65 -5,485.0020 Plampang 18,344.81 43,878.30 62,223.11 16,251.82 37,074.46 25,148.65 11,024.0721 Labangka 38,440.59 80,335.80 118,776.39 6,425.97 14,659.24 104,117.16 45,640.4022 Maronge 6,087.90 3,875.85 9,963.75 7,264.46 16,572.05 -6,608.30 -2,896.7923 Empang 14,076.42 2,448.75 16,525.17 19,066.34 43,495.08 -26,969.91 -11,822.4324 Tanaro 4,529.93 13,921.65 18,451.58 12,174.03 27,772.01 -9,320.43 -4,085.67

Kab. Sumbawa 196,196.29 667,460.10 863,656.39 231,843.80 528,893.68 334,762.71 146,745.30

Lampiran 14. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kab. Sumbawa

Bln Hijauan alam(ton BK)

Limbah pertan(ton BK)

Ketersediaan(ton BK) Ternak (UT) Kebutuhan

(ton BK)Selisih

(ton BK) Selisih (UT)

Jan 55,621.68 - 55,621.68 231,843.80 44,919.74 10,701.94 55,235.81Feb 55,621.68 - 55,621.68 231,843.80 40,572.67 15,049.01 83,029.02Mar 55,621.68 25,882.85 81,504.53 231,843.80 44,919.74 36,584.79 188,824.71Apr 55,621.68 95,853.33 151,475.00 231,843.80 43,470.71 108,004.29 576,022.86Mei 55,621.68 135,798.30 191,419.97 231,843.80 44,919.74 146,500.24 756,130.26Jun 55,621.68 152,011.68 207,633.35 231,843.80 43,470.71 164,162.64 875,534.07Jul 55,621.68 3,007.13 58,628.81 231,843.80 44,919.74 13,709.07 70,756.48Agst 55,621.68 13,768.36 69,390.04 231,843.80 44,919.74 24,470.30 126,298.32Sept 55,621.68 9,536.08 65,157.76 231,843.80 43,470.71 21,687.04 115,664.22Okt 55,621.68 2,665.50 58,287.17 231,843.80 44,919.74 13,367.44 68,993.22Nop 55,621.68 9,156.48 64,778.15 231,843.80 43,470.71 21,307.44 113,639.67Des 55,621.68 14,132.93 69,754.61 231,843.80 44,919.74 24,834.87 128,179.97Jumlah 667,460.10 461,812.63 1,129,272.73 231,843.80 528,893.68 600,379.05 263,179.86

Page 93: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

83

Ketersediaan pakan di Kabupaten Dompu

Lampiran 15. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) diKabupaten Dompu.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UT KebutuhanSelisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Hu'u 5,845.85 12,372.90 18,218.75 5,046.22 11,511.70 6,707.06 2,940.08

2 Pajo 4,951.51 13,483.50 18,435.01 4,718.22 10,763.43 7,671.58 3,362.88

3 Dompu 12,523.49 22,846.80 35,370.29 12,136.69 27,686.82 7,683.48 3,368.10

4 Woja 12,312.42 22,933.65 35,246.07 15,060.56 34,356.90 889.17 389.77

5 Kilo 2,558.17 27,387.30 29,945.47 9,249.03 21,099.35 8,846.11 3,877.75

6 Kempo 4,766.63 43,183.35 47,949.98 28,579.83 65,197.74 -17,247.76 -7,560.66

7 Manggalewa 8,657.69 23,071.65 31,729.34 13,951.42 31,826.68 -97.34 -42.67

8 Pekat 8,385.99 27,800.70 36,186.69 23,672.76 54,003.48 -17,816.79 -7,810.10

Kab.Dompu 60,001.76 193,079.85 253,081.61 112,414.73 256,446.11 -3,364.50 -1,474.85

Lampiran 16. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di KabupatenDompu.

Bln

Hijauanalam (ton

BK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak (UT)Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih (UT)

Jan 16,089.99 - 16,089.99 112,414.73 21,780.35 -5,690.37 -29,369.64

Feb 16,089.99 3,167.84 19,257.82 112,414.73 19,672.58 -414.76 -2,288.31

Mar 16,089.99 9,033.70 25,123.68 112,414.73 21,780.35 3,343.33 17,255.89

Apr 16,089.99 15,869.23 31,959.22 112,414.73 21,077.76 10,881.46 58,034.43

Mei 16,089.99 11,892.13 27,982.12 112,414.73 21,780.35 6,201.76 32,009.09

Jun 16,089.99 4,678.23 20,768.22 112,414.73 21,077.76 -309.55 -1,650.92

Jul 16,089.99 3,009.30 19,099.29 112,414.73 21,780.35 -2,681.07 -13,837.76

Agst 16,089.99 4,654.49 20,744.48 112,414.73 21,780.35 -1,035.88 -5,346.47

Sept 16,089.99 882.02 16,972.01 112,414.73 21,077.76 -4,105.75 -21,897.36

Okt 16,089.99 15.41 16,105.40 112,414.73 21,780.35 -5,674.95 -29,290.09

Nop 16,089.99 3,831.89 19,921.87 112,414.73 21,077.76 -1,155.89 -6,164.75

Des 16,089.99 2,967.54 19,057.53 112,414.73 21,780.35 -2,722.83 -14,053.30

Jumlah 193,079.85 60,001.76 253,081.61 112,414.73 256,446.11 -3,364.50 -1,474.85

Page 94: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

84

Daya dukung lahan di Kabupaten Bima

Lampiran 17. Populasi ternak herbivora (UT) & ketersediaan pakan (ton BK) di Kab.Bima.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UT KebutuhanSelisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Monta 13,814.04 12,232.95 26,046.99 8,213.44 18,736.92 7,310.07 3,204.41

2 Parado 2,337.29 6,208.05 8,545.34 2,979.32 6,796.57 1,748.77 766.58

3 Bolo 10,528.51 1,865.55 12,394.06 9,131.82 20,831.96 -8,437.91 -3,698.81

4 Mada Pangga 15,031.08 6,193.35 21,224.43 12,735.08 29,051.90 -7,827.48 -3,431.22

5 Woha 7,463.13 3,089.55 10,552.68 4,811.15 10,975.43 -422.74 -185.31

6 Belo 3,428.95 14,993.10 18,422.05 7,274.84 16,595.72 1,826.32 800.58

7 Palibelo 7,474.46 13,719.30 21,193.76 4,345.36 9,912.84 11,280.92 4,945.06

8 Langgudu 7,056.81 50,003.10 57,059.91 8,309.80 18,956.73 38,103.17 16,702.76

9 Wawo 11,809.73 17,531.10 29,340.83 9,238.09 21,074.40 8,266.43 3,623.64

10 Lambitu 1,464.29 9,195.75 10,660.04 2,836.99 6,471.89 4,188.15 1,835.90

11 Sape 5,500.57 39,989.40 45,489.97 13,205.54 30,125.13 15,364.84 6,735.27

12 Lambu 12,658.55 6,948.45 19,607.00 9,721.51 22,177.20 -2,570.21 -1,126.67

13 Wera 8,805.63 193,549.35 202,354.98 17,618.77 40,192.81 162,162.17 71,084.79

14 Ambalawi 3,990.85 6,756.90 10,747.75 10,379.53 23,678.30 -12,930.55 -5,668.18

15 Donggo 14,510.77 6,794.25 21,305.02 9,805.98 22,369.89 -1,064.87 -466.79

16 Soromandi 1,943.26 9,194.40 11,137.66 16,785.29 38,291.43 -27,153.77 -11,903.02

17 Sanggar 5,377.24 99,764.10 105,141.34 14,757.35 33,665.21 71,476.13 31,332.00

18 Tambora 8,442.61 26,111.85 34,554.46 7,607.62 17,354.88 17,199.59 7,539.54

Kab. Bima 141,637.77 524,140.50 665,778.27 169,757.48 387,259.24 278,519.03 122,090.53

Lampiran 18. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kabupaten Bima

Bln Hijauan alam(ton BK)

Limbah pertan(ton BK)

Ketersediaan(ton BK) Ternak (UT) Kebutuhan

(ton BK)Selisih (ton

BK) Selisih (UT)

Jan 43,678.38 - 43,678.38 169,757.48 32,890.51 10,787.86 55,679.30Feb 43,678.38 - 43,678.38 169,757.48 29,707.56 13,970.82 77,080.37Mar 43,678.38 18,074.84 61,753.22 169,757.48 32,890.51 28,862.71 148,968.81Apr 43,678.38 31,065.34 74,743.72 169,757.48 31,829.53 42,914.19 228,875.69Mei 43,678.38 31,805.25 75,483.62 169,757.48 32,890.51 42,593.11 219,835.41Jun 43,678.38 11,224.27 54,902.65 169,757.48 31,829.53 23,073.12 123,056.64Jul 43,678.38 2,799.13 46,477.51 169,757.48 32,890.51 13,587.00 70,126.43Agst 43,678.38 13,932.21 57,610.59 169,757.48 32,890.51 24,720.08 127,587.50Sept 43,678.38 7,127.76 50,806.14 169,757.48 31,829.53 18,976.61 101,208.59Okt 43,678.38 - 43,678.38 169,757.48 32,890.51 10,787.86 55,679.30Nop 43,678.38 11,744.48 55,422.86 169,757.48 31,829.53 23,593.33 125,831.11Des 43,678.38 13,864.47 57,542.84 169,757.48 32,890.51 24,652.33 127,237.85Jumlah 524,140.50 141,637.77 665,778.27 169,757.48 387,259.24 278,519.03 122,090.53

Page 95: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

85

Daya dukung lahan di Kota Bima

Lampiran 19. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di KotaBima.

No KecamatanKetersediaan Populasi

UTKebutuhan

Selisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT1 Rasanae Barat 3,107.54 677.85 3,785.39 710.09 1,619.90 2,165.49 949.262 Mpunda 0.00 0.00 0.00 1,696.85 3,870.93 -3,870.93 -1,696.853 Rasanae Timur 13,291.61 6,220.35 19,511.96 5,240.16 11,954.12 7,557.84 3,313.034 Raba 0.00 0.00 0.00 2,914.01 6,647.58 -6,647.58 -2,914.015 Asakota 3,055.86 1,805.85 4,861.71 3,470.58 7,917.27 -3,055.55 -1,339.42

Kota Bima 19,455.02 8,704.05 28,159.07 14,031.69 32,009.80 -3,850.73 -1,687.99

Lampiran 20. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di Kota Bima.

Bln Hijauan alam(ton BK)

Limbahpertanian (ton

BK)Ketersediaan

(ton BK) Ternak (UT) Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK) Selisih (UT)

Jan 725.34 - 725.34 14,031.69 2,718.64 -1,993.30 -10,288.01

Feb 725.34 903.38 1,628.71 14,031.69 2,455.55 -826.83 -4,561.84

Mar 725.34 2,555.55 3,280.89 14,031.69 2,718.64 562.25 2,901.93

Apr 725.34 3,423.86 4,149.19 14,031.69 2,630.94 1,518.25 8,097.34

Mei 725.34 4,160.47 4,885.80 14,031.69 2,718.64 2,167.16 11,185.36

Jun 725.34 581.77 1,307.11 14,031.69 2,630.94 -1,323.83 -7,060.44

Jul 725.34 972.85 1,698.18 14,031.69 2,718.64 -1,020.46 -5,266.88

Agst 725.34 1,603.32 2,328.66 14,031.69 2,718.64 -389.98 -2,012.81

Sept 725.34 1,333.48 2,058.82 14,031.69 2,630.94 -572.13 -3,051.34

Okt 725.34 176.02 901.36 14,031.69 2,718.64 -1,817.28 -9,379.51

Nop 725.34 1,695.71 2,421.04 14,031.69 2,630.94 -209.90 -1,119.45

Des 725.34 2,048.62 2,773.96 14,031.69 2,718.64 55.32 285.53

Jumlah 8,704.05 19,455.02 28,159.07 14,031.69 32,009.80 -3,850.73 -1,687.99

Page 96: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

86

Daya dukung lahan di P Lombok

Lampiran 21. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di PLombok

No KabupatenKetersediaan Kebutuhan Selisih

Limbah Hijauan Total Populasi UT ton/tahun UT

1 KLU 58,715.93 104,691.75 163,407.68 67,223.58 153,353.79 10,053.89 4,407.18

2 Mataram 7,172.07 1,387.04 8,559.11 2,223.09 5,071.43 3,487.68 1,528.84

3 Lobar 82,016.36 67,030.20 149,046.56 81,432.81 185,768.59 -36,722.03 -16,097.33

4 Loteng 155,519.27 151,282.35 306,801.62 142,576.62 325,252.90 -18,451.28 -8,088.23

5 Lotim 151,613.02 80,491.35 232,104.37 110,330.86 251,692.27 -19,587.89 -8,586.47

P. Lombok 455,036.65 404,882.69 859,919.34 403,786.95 921,138.98 -61,219.64 -26,836.01

Lampiran 22. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di P Lombok.

BlnHijauan

alam (tonBK)

Limbah pertan(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak (UT)Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih (UT)

Jan 33,740.22 1,841.87 35,582.09 403,786.95 78,233.72 -42,651.63 -220,137.45

Feb 33,740.22 4,543.62 38,283.84 403,786.95 70,662.72 -32,378.88 -178,642.08

Mar 33,740.22 81,590.01 115,330.24 403,786.95 78,233.72 37,096.52 191,465.89

Apr 33,740.22 73,034.10 106,774.32 403,786.95 75,710.05 31,064.27 165,676.10

Mei 33,740.22 41,802.67 75,542.90 403,786.95 78,233.72 -2,690.82 -13,888.12

Jun 33,740.22 3,704.14 37,444.36 403,786.95 75,710.05 -38,265.69 -204,083.69

Jul 33,740.22 28,522.68 62,262.90 403,786.95 78,233.72 -15,970.82 -82,430.05

Agst 33,740.22 38,469.34 72,209.56 403,786.95 78,233.72 -6,024.16 -31,092.43

Sept 33,740.22 8,335.59 42,075.82 403,786.95 75,710.05 -33,634.24 -179,382.60

Okt 33,740.22 15,974.15 49,714.38 403,786.95 78,233.72 -28,519.34 -147,196.61

Nop 33,740.22 47,772.64 81,512.87 403,786.95 75,710.05 5,802.81 30,948.33

Des 33,740.22 21,555.64 55,295.86 403,786.95 78,233.72 -22,937.86 -118,388.96

Jumlah 404,882.69 367,146.45 772,029.13 403,786.95 921,138.98 -149,109.85 -65,363.22

Page 97: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

87

Daya dukung di wilayah P Sumbawa

Lampiran 23. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di wilayahP Sumbawa

NoKabupaten

Ketersediaan PopulasiUT

Kebutuhan Selisihton/tahun

UTLimbah Hijauan Total

1 SumbawaBarat 34,673.60 99,552.30 134,225.90 62,004.64 141,448.07 -7,222.17 -3,165.88

2 Sumbawa 196,196.29 667,460.10 863,656.39 231,843.80 528,893.68 334,762.71 146,745.30

3 Dompu 60,001.76 193,079.85 253,081.61 112,414.73 256,446.11 -3,364.50 -1,474.85

4 Bima 141,637.77 524,140.50 665,778.27 169,757.48 387,259.24 278,519.03 122,090.53

5 Kota Bima 19,455.02 8,704.05 28,159.07 14,031.69 32,009.80 -3,850.73 -1,687.99

P. Sumbawa 451,964.44 1,492,936.80 1,944,901.24 590,052.34 1,346,056.90 598,844.34 262,507.11

Lampiran 24. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan di wilayah PSumbawa.

BlnHijauan alam

(ton BK)

Limbahpertanian(ton BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak(UT)

Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih (UT)

Jan 124,411.40 - 124,411.40 590,052.34 114,322.64 10,088.76 52,071.01

Feb 124,411.40 5,275.71 129,687.11 590,052.34 103,259.16 26,427.95 145,809.38

Mar 124,411.40 63,604.77 188,016.17 590,052.34 114,322.64 73,693.53 380,353.72

Apr 124,411.40 156,540.29 280,951.69 590,052.34 110,634.81 170,316.87 908,356.66

Mei 124,411.40 187,562.61 311,974.01 590,052.34 114,322.64 197,651.37 1,020,136.12

Jun 124,411.40 169,391.47 293,802.87 590,052.34 110,634.81 183,168.06 976,896.32

Jul 124,411.40 10,709.82 135,121.22 590,052.34 114,322.64 20,798.58 107,347.51

Agst 124,411.40 36,967.71 161,379.11 590,052.34 114,322.64 47,056.47 242,872.10

Sept 124,411.40 20,560.29 144,971.69 590,052.34 110,634.81 34,336.87 183,130.00

Okt 124,411.40 3,204.66 127,616.06 590,052.34 114,322.64 13,293.42 68,611.20

Nop 124,411.40 28,168.27 152,579.67 590,052.34 110,634.81 41,944.86 223,705.91

Des 124,411.40 35,595.17 160,006.57 590,052.34 114,322.64 45,683.93 235,788.03

Jumlah 1,492,936.80 717,580.78 2,210,517.58 590,052.34 1,346,056.90 864,460.68 378,941.67

Page 98: M.A.S.T.E.R.P.L.A - disnakkeswan.ntbprov.go.id · Tabel 5.11 Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013 45 ... Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan Kabupaten

88

Daya dukung di wilayah NTB

Lampiran 25. Populasi ternak herbivora (UT) dan ketersediaan pakan (ton BK) di wilayahNTB

No PulauKetersediaan Populasi

UTKebutuhan

Selisih

Limbah Hijauan Total ton/tahun UT

1 Lombok 455,036.65 404,882.69 859,919.34 403,786.95 921,138.98 -61,219.64 -26,836.01

2 Sumbawa 451,964.44 1,492,936.80 1,944,901.24 590,052.34 1,346,056.90 598,844.34 262,507.11

NTB 907,001.10 1,897,819.49 2,804,820.58 993,839.29 2,267,195.88 537,624.70 235,671.10

Lampiran 26. Sebaran perkiraan Produksi pakan dan kebutuhan pakan

BlnHijauan

alam (tonBK)

Limbahpertan (ton

BK)

Ketersediaan(ton BK)

Ternak (UT)Kebutuhan(ton BK)

Selisih (tonBK)

Selisih (UT)

Jan 158,151.62 1,841.87 159,993.49 993,839.29 192,556.36 -32,562.87 -168,066.44

Feb 158,151.62 9,819.33 167,970.95 993,839.29 173,921.88 -5,950.93 -32,832.70

Mar 158,151.62 145,194.79 303,346.41 993,839.29 192,556.36 110,790.05 571,819.61

Apr 158,151.62 229,574.39 387,726.01 993,839.29 186,344.87 201,381.14 1,074,032.76

Mei 158,151.62 229,365.29 387,516.91 993,839.29 192,556.36 194,960.55 1,006,248.00

Jun 158,151.62 173,095.61 331,247.24 993,839.29 186,344.87 144,902.37 772,812.63

Jul 158,151.62 39,232.50 197,384.12 993,839.29 192,556.36 4,827.76 24,917.46

Agst 158,151.62 75,437.05 233,588.67 993,839.29 192,556.36 41,032.31 211,779.67

Sept 158,151.62 28,895.88 187,047.50 993,839.29 186,344.87 702.64 3,747.40

Okt 158,151.62 19,178.81 177,330.44 993,839.29 192,556.36 -15,225.92 -78,585.42

Nop 158,151.62 75,940.91 234,092.54 993,839.29 186,344.87 47,747.67 254,654.24

Des 158,151.62 57,150.81 215,302.43 993,839.29 192,556.36 22,746.07 117,399.07

Jumlah 1,897,819.49 1,084,727.23 2,982,546.71 993,839.29 2,267,195.88 715,350.83 313,578.45