31
Masterplan PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK TAHUN 2015-2019 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jl. Airlangga No. 56, Telp. (0370) 621862 Fax. 622658 Mataram

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

  • Upload
    dodat

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

MasterplanPENGEMBANGAN KAWASAN

AGROEDUWISATA BANYUMULEKTAHUN 2015-2019

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWANJl. Airlangga No. 56, Telp. (0370) 621862 Fax. 622658 Mataram

Page 2: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,
Page 3: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 1

MASTERPLANPENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA

DAN TECHNOPARK BANYUMULEKTAHUN 2015 – 2019

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua (2010-2014) mengarahkan pembangunan petanian memiliki peran strategis dalam perekonomiannasional melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahanbaku industri, pakan dan bioenergi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dansumber pendapatan masyarakat, serta berperan dalam pelestarian lingkungan melalui praktekbudidaya pertanian yang ramah lingkungan, sehingga arah kebijakan dan strategi yangditempuh pada RPJMN 2010-2014 telah mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dalamaspek ekonomi dan pangan.

Implementasi dari kebijakan program pembangunan pertanian yang tertuang dalamBlue Print Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 Dengan PendekatanSistim Modelling dilakukan dalam rangka pencapaian target Swasembada DagingSapi/Kerbau Tahun 2014 melalui dukungan operasional kegiatan strategis. Mengacu padahasil evaluasi Midterm Review RPJMN 2010-2014 pada Musrenbangtan oleh KementerianPerencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas diperoleh hasil bahwa Kebijakan ProgramNasional Swasembada Daging sudaah on the track, hal ini menunjukan bahwa program dankegiatan swasembada daging telah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, sehinggadalam tahun 2015 dan tahun selanjutnya diharapkan tetap melanjutkan dan memantapkankegiatan kegiatan yang ada dalam rangka menciptakan situasi masyarakat yang stabil danmendapatkan informasi yang faktual sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim yangkondusifbbagi upaya pencapaian target pembangunan pertanian, khususnya bagi peningkatankesejahteraaan petani.

Integrasi program Nasional dan Program Unggulan Daerah melalui NTB BSS yangberorientasi pada peningkatan produksi hasil peternakan dan peningkatan pengolahan danpemasaran hasil peternakan diharapkan dapat mengembangkan minat masyarakat dalamrangka penyediaan pangan hewani dan peningkatan nilai tambah produk peternakan sehinggapada gilirannya akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi berbasis pedesaan.Pengembangan peternakan khususnya komoditas unggulan daerah dilakukan melaluipengembangan kawasan serta model integrasi kawasan lintas sektoral.

Kawasan Banyumulek terletak di wilayah desa Lelede (pemekaran dari desaBanyumulek) Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Luas Kawasan Banyumulektercatat 29 Ha berjarak 7 km dari Kota Mataram, sekitar 9 km dari Pelabuhan Lembar dansekitar 26 km dari Bandara Internasional Lombok (BIL).

Dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi Kawasan Banyumuleksebagai Kawasan Agroeduwisata dan terintegrasi sebagai pusat pengembangan agribisniskomoditi unggulan daerah yaitu PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut) yang didukung pulasebagai pusat pengembangan teknologi terapan Teknopark, telah dilakukan kerjasama denganLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rangka percepatan pertumbuhan kawasanIndonesia Timur serta peningkatan kapasitas ekonomi lokal dan daerah. PengembanganKawasan Agroeduwisata Banyumulek merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah

Page 4: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 2

Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang sesuai dengan rencana detilpengelolaan lahan yang ada didalamnya.

Untuk meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan peternakan dan sekaligusmeningkatkan upaya - upaya peningkatan produksi peternakan, terdapat Unit Pelaksana TeknisDinas (UPTD) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat antaralain Balai Inseminasi Buatan (BIB), UPTD Rumah Sakit Hewan dan Laboratorium Veteriner,serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Dengan semakinmeningkatnya keinginan masyarakat terhadap pelayanan institusional dari Dinas Peternakandan Kesehatan Hewan Prov. NTB, Pemerintah berupaya untuk memenuhi maksud tersebutmelalui revitalisasi kawasan Banyumulek sebagai Kawasan Agroeduwisata yang diintegrasidengan dukungan Program/Kegiatan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengankonsep Technopark.

Sebagai miniatur pengembangan peternakan di NTB fasilitas yang tersedia padaKawasan Agroeduwisata dan Technopark Banyumulek terdiri dari Rumah Pemotongan Hewan3,1 Ha, pabrik pupuk organik dan pabrik pakan ternak sekitar 1 Ha, tanaman HMT sekitar 23Ha dan perkandangan ternak 0,5 Ha dan fasilitas penunjang dan sarana prasarana lainnya yangsecara optimal akan diarahkan dalam mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan.Rencana Detil pemanfaatan lahan seperti Site Plan terlampir.

2. Tujuana. Mengembangkan Kawasan Banyumulek mejadi suatu kawasan terintegrasi sebagai pusat

agribisnis peternakan terpadu, pengembangan teknologi dan pemasaran produk olahanhasil PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut).

b. Menyiapkan infrastrukur dasar dan pelayanan secara optimal melalui beberapa fungsi dankelembagaan peternakan.

c. Mengintegrasikan sumber sumber pembiayaan dalam rangka tercapainya programpembangunan sub sektor peternakan NTB guna meningkatkan pertumbuhan ekonomilokal, regional dan Nasional.

3. Sasarana. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam mengembangkan agribisnis peternakan yang

terintegrasi lintas sektoral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan wilayah.b. Meningkatkan nilai tambah produk Pijar sebagai komoditi unggulan daerah.c. Mengembangkan kemampuan penguasaan teknologi kepada masyarakat dalam usaha

budidaya hulu dan pengolahan hasil

Page 5: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 3

II. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH

Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua Pulau besar yaitu Pulau Lombok dan PulauSumbawa. Pulau Sumbawa memiliki luas wilayah 15.414,50 km2 (76,49%), sekitar tiga kalilebih luas dari pada Pulau Lombok 4.738,70 km2 (23,51%). Kondisi geografi, topografi, daniklim di kedua Pulau ini sangat berbeda. Topografi Pulau Sumbawa lebih banyak berbukit danbergunung sedangkan Pulau Lombok lebih banyak yang datar. Kondisi curah hujan dan hari hujansecara umum di Pulau Lombok lebih baik dari pada di Pulau Sumbawa. Sumberdaya lahanmenurut penggunaannya juga berbeda antara di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok.

Di Pulau Sumbawa didominasi oleh lahan kering (82,52% ) dan sisanya berupa lahan sawah17,48%, sedangkan di Pulau Lombok luas lahan kering sebesar 54,12% dan sisanya 45,88% berupalahan sawah.

Perbedaan kondisi di atas sangat mempengaruhi sistem pemeliharaan ternak sapi di keduawilayah Pulau tersebut. Peternak di Pulau Lombok umumnya memelihara sapi secara intensif ataudikandangkan terus menerus dengan penyediaan pakan secara cut and carry.

Tabel 1. Luas lahan menurut penggunaannya di NTB

No. Jenis Penggunaan P. Lombok P. Sumbawa NTBA Lahan Sawah (Ha) 185.657 198.227 383.8831. Irigasi 165.896 154.677 320.5732. Tadah Hujan 19.761 43.550 63.311B. Lahan Kering (Ha) 218.982 935.662 1.154.6441. Tegal/ Kebun 124.446 330.957 455.4032. Ladang/ Huma 30.653 49.751 80.4033. Padang Pengembalaan 1.314 42.105 43.4194. Lahan tidak diusahakan 30 81.005 81.0355. Hutan rakyat 27.528 235.959 263.4876. Hutan negara 30.065 183.055 213.1197. Perkebunan 4.947 12.831 17.778

Jumlah 404.638 1.133.889 1.538.527

Sistem ini berpengaruh terhadap jumlah pemeliharaan sapi sesuai dengan kemampuan peternakmencari rumput setiap harinya. Oleh karena itu, jumlah pemeliharaan ternak sapi per peternak diPulau Lombok umumnya relatif kecil, yaitu 1-3 ekor. Sistem pemeliharaan di Pulau Sumbawaberbeda dengan di Pulau Lombok. Pemeliharaan sapi di Pulau Sumbawa umumnya dilakukansecara ekstensif, sapi dilepas pada padang penggembalaan atau di kawasan hutan secara terusmenerus, sewaktu-waktu diambil untuk dikontrol untuk difaksinasi dan dijual. Disamping itu telahbanyak berkembang pemeliharaan semi ekstensif, pada siang hari sapi dilepas di tegalan/kebun,ladang/huma, lahan yang tidak diusahakan, atau di padang penggembalaan umum, dan pada malamhari dikandangkan. Oleh karena itu, jumlah pemeliharaan rata-rata per peternak di Pulau Sumbawalebih banyak dari pada di pulau Lombok, yaitu lebih dari 5 ekor, bahkan banyak yang memelihararatusan ekor.

Page 6: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 4

III. POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN NTB

A. PERAN STRATEGIS PETERNAKAN NTB

Secara Nasional Nusa Tenggara Barat berperan strategis sebagai daerah sumber bibitdan ternak potong Nasional. Kontribusi Nusa Tenggara Barat dalam penyediaan bibit sapi rata-rata 12 ribu ekor pertahun untuk 18 Provinsi se-Indonesia. Dukungan Provinsi Nusa TenggaraBarat terhadap Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K)tahun 2014 mencapai 31.728. Secara historis Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan daerahpengeksport sapi dan kerbau ke Hongkong dan Singapura. Hanaya saja sejak tahun 1978kegiatan eksport tersebut terhenti karena adanya kebijakan nasional untuk pemenuhankebutuhan dalam negeri. Sebagai daerah penghasil ternak sapi Nusa Tenggara Barat memilikidaya saing komparatif anatara lain :

1) Populasi sapinya termasuk delapan besar Nasional.2) Ternak sapi sebagai modal sosial turun menurun menurun melekat di masyarakat.3) Kondisi geografi Nusa Tenggara Barat cocok untuk pengembangan peternakan sapi.4) Tempat pemurnian sapi bali nasional.5) Pusat pengembangan sapi sumbawa.6) Daya dukung sumber daya alam tersedia cukup.7) Bebas penyakit hewan menular strategis (PHMS).8) Sumber ternak bibit dan ternak potong nasional.

Peran strategis peternakan sapi dalam pembangunan daerah Nusa Tenggara Baratdiantaranya sebagai berikut :

1. Sumber pendapatan sebagian besar masyarakat pedesaan.2. Tabungan masyarakat untuk membiayai kebutuhan rumah tangga seperti seperti ongkos naik

haji, biaya pendidikan dan lain-lain.3. Penyediaan protein hewani yang sangat berguna bagi kesehatan, kecerdasan dan pencegahan

dari kasus gizi buruk.4. Penyediaan lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat.5. Pelestarian lingkungan berupa sumber energi gas bio dan pupuk organik.6. Menghasilkan bahan baku industri pengolahan industri rakyat.

B. SUMBER DAYA TERNAK

Di wilayah Nusa Tenggara Barat berkembang dengan baik berbagai jenis sapi, mulaidari sapi ras bali, Hissar, simental, brangus, limousin, frisian holstein dan sapi-sapi haslpersilangan dari berbagai jenis sapi tersebut. Populasi ternak sapi pada tahun 2008 mencapai546.114 ekor dengan pertumbuhan rata-rata 6,47 persen tiap tahun. Berdasarkan wilayahpenyebarannya, sebanyak 48 persen ternak sapi dipelihara peternak di Pulau Lombok dan 52persen di pelihara di Pulau Sumbawa. Potensi sumberdaya ternak sapi dapat dilihat dariperkembangan populasinya di seluruh kabupaten/kota seperti tercantum pada tabel.

Tabel 2. Perkembangan populasi ternak pemakan hijauan selama Tahun 2010 - 2014

Jenis ternakTahun R

(%)2010 2011 2012 2013 2014Kuda 76.622 72.909 77.520 75.293 65.708 -2,82Sapi 695.951 784.019 916.560 1.002.731 1.013.793 8,01Kerbau 155.904 141.511 144.261 138.393 129.141 -3,61Kambing 490.830 579.250 627.282 584.149 576.125 3,61Domba 29.539 37.500 37.875 31.160 24.738 2,08

Page 7: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 5

Ternak sapi memiliki keunggulan kompetitif sebagai lokomotif penggerak ekonomi diNusa Tenggara Barat berdasarkan :

1. Pemeliharaan sapi telah membudaya sejak lama di tengah masyarakat Nusa TenggaraBarat.

2. Populasinya terbanyak dibandingkan dengan ternak lainnya dan tersebar di seluruh desa diNusa Tenggara Barat.

3. Mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis lembab.4. Bebas dari penyakit hewan menular strategis.5. Pangsa pasar luar daerah sangat besar permintaan.6. Tingkat kesuburan yang tinggi.7. Menyerap tenaga kerja yang cukup besar.8. Sebagai tenaga kerja pengolah lahan pertanian.9. Bahan baku usaha industri rumah tangga (produk olahan)seperti kerajinan dendeng, abon,

kerupuk kulit10. Dapat berintegrasi dengan sub sektor dan sektor lainnya.

C. DAYA DUKUNG WILAYAH

Sumber Daya Alam (SDA) Nusa Tenggara Barat sangat mendukung untukpengembangan peternakan sapi. Berdasarkan Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah NusaTenggara Barat diperkirakan dapat menampung ternak sekitar 2 (dua) juta ekor atau setaradengan 1,5 juta Satuan Ternak (ST). Daya tampung ternak tersebut diperhitungkan dari potensipakan ternak yang dapat dihasilkan dari berbagai sumber pakan . Jenis lahan yang memilikipotensi sebagai sumber pakan ternak meliputi lahan sawah, tegal, kebun, ladang, hutan negara,perkebunan, lahan, yang sementara tidak digunakan, dan padang penggembalaan. Jenis danluas penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Luas Lahan Pulau Lombok

No Jenis PenggunaanKabupaten/Kota

P.LombokLobar Loteng Lotim Mataram

I. Luas Sawah (Ha) 25.153 52.289 46.350 2.095 123.7871. Irigasi 21.316 39.977 44.708 2.095 108.0962. Tadah Hujan 3.897 11.212 642 - 15.961II Lahan Kering (Ha) 129.154 41.392 91.997 148 262.6911. Tegal/Kebun 39.628 20.576 22.677 83 82.9642. Ladang/Huma 13.196 1.058 6.178 - 20.4363. Padang Penggemba 320 - 556 - 8764. Lahan Tdk Diusahk - - 20 - 205. Hutan rakyat 12.616 2.250 3.476 - 18.3526. Hutan Negara 47.310 17.021 55.927 - 120.2587. Perkebunan 16.082 477 3.163 65 19.786

Jumlah 154.307 92.581 137.347 2.243 386.478

Pada tabel 2 tersebut terlihat luas lahan sebagai sumber pakan ternak di Pulau Lombokadalah seluas 386.478 hektar yang terdiri dari sawah seluas 123.787 hektar (32 persen) danlahan kering 262.691 hektar (68 persen). Lahan negara yang tergolong lahan kering yangmemiliki luas dominan mencapai 120.258 hektar atau 45 persen dari luas lahan kering secarakeseluruhan. Dengan asumsi lahan sawah dan lahan kering selain hutan dapat menampungternak 1,5 ST dan lahan hutan 0,25 ST perhektar, maka wilayah Pulau Lombok diperkirakanmampu menampung ternak sebanyak 444.424,50 ST. Dengan demikian, wilayah pulauLombok dengan tanpa introduksi teknologi pakan sekalipun masih dapat menampung ternaksapi 170.608 ST atau setara dengan 221.790 ekor.

Page 8: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 6

Tabel 4. Luas Lahan Pulau Sumbawa

No Jenis PenggunaanKabupaten/Kota

P.SumbawaKSB Sumbawa Dompu Bima Kobi

I. Luas Sawah (Ha) 5.885 46.573 18.985 30.743 2.283 104.7691. Irigasi 5.011 39.160 14.903 23.060 2.054 84.1882. Tadah Hujan 874 7.713 4.082 7.683 229 20.581II Lahan Kering (Ha) 149.543 495.932 153.929 381.397 18.108 1.198.9091. Tegal/Kebun 9.497 59.000 15.192 65.538 3.113 152.3402. Ladang/Huma 2.256 9.883 2.754 7.570 1.173 23.6463. Padang

Penggembalaan2.445 3.773 6.526 15.326 - 28.070

4. Lahan TidakDiusahakan

1.905 25.937 3.838 22.108 215 54.003

5. Hutan rakyat 1.850 91.336 20.905 40.375 2.040 157.3066. Hutan Negara 128.263 278.154 96.272 219.703 9.827 732.2197. Perkebunan 3.317 27.849 8.442 10.777 940 51.325

Jumlah 155.428 542.805 172.914 412.140 20.391 1.303.678

Luas lahan di Pulau Sumbawa yang memiliki potensi sumber pakan ternak mencapai1.303.678 hektar, terdiri dari sawah 104.769 hektar (8 persen) dan lahan kering 1.198.909hektar (92 persen). Lahan hutan negara tercatat 732.219 hektar atau 61 persen dari luas lahansecara keseluruhan. Berdasarkan luas lahan tersebut wilayah Pulau Sumbawa diperkirakandapat menampung ternak 925.833 ST

Asumsi daya tampung yang digunakan dalam analisa ini merupakan asumsi sebelumintervensi kebijakan pengembangan pakan ternak. Dalam upaya pelaksanaan programdiperlukan kegiatan optimalisasi lahan sumber pakan misalnya dengan perbaikan penataanpadang penggembalaan, optimalisasi penggunaan lahan kering sebagai pakan ternak,pemanfaatan limbah tanaman, pemeliharaan rumput unggul yang terintrgrasi dengan tanamanperkebunan dan tanaman pangan. Upaya selanjutnya untuk meningkatkan penyediaan pakanternak perlu dibangun pabrik pakan ternak.

D. SDM DAN KELEMBAGAAN PETERNAK

Rumah tangga pemelihara ternak di Nusa Tenggara Barat sangat besar yaitu 644.694atau sekitar 23 persen dari total rumah tangga penduduk Nusa Tenggara Barat. Jumlahpemilihan ternak sapi berkisar 2-3 ekor tiap kepala keluarga di Pulau Lomnok dan lebih dari 5ekor tiap kepala keluarga di Pulau Sumbawa. Sebagian peternak sudah tergabung dalamKelompok Tani Ternak yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat. Hakekatnya upayapembangunan peternakan Nusa Tenggara merupakan persoalan mendasar dan tidak dapatdipisahkan dari upaya peningkatan taraf hidup sebagian masyarakat. Sebagian peternaksudah tergabung dalam 2.560 Kelompok Tani Ternak.

Sumber daya petugas peternakan di lapangan terdiri dari dokter hewan 54 orang,paramedis 82 orang, petugas inseminator 180 orang, PPS 15 orang, PUR 61 orang, SarjanaMembangun Desa 237 orang, Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 80 orang.

Untuk memperkuat posisi Nusa Tenggara Barat sebagai daerah sumber sapi potong danbibit Nasional, maka telah dirintas pengembangan kawasan sapi potong.

Page 9: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 7

Tabel 5. Pengembangan Kawasan Sapi Potong

No KabupatenKawasanProduksi

Klp Peternak Program

1. Lombok Barat Narmada 1 Pengemb.Kawasan Sapot2. Lombok Utara Kayangan, Bayan 2 Pengemb.Kawasan Sapot3. Lombok Tengah Praya Tengah,

Batukliang Utara2 Pengemb.Kawasan Sapot

4. Lombok Timur Aikmel, Wanasaba 12 Pengemb.Kawasan Sapot5. KSB Taliwang 1 Pengemb.Kawasan Sapot6. Sumbawa Rhee, Alas 3 Pengemb.Kawasan Sapot7. Bima Wawo 3 Pengemb.Kawasan Sapot8. Kota Bima Raba 3 Pengemb.Kawasan Sapot

Kawasan sapi potong di NTB seperti yang tercantum dalam tabel 5 merupakan kawasansapi potong yang terbentuk sejak tahun 2006, namun berdasarkan Peraturan Menteri PertanianNomor 50 Tahun 2012 tentang Kawasan Strategis Pertanian di Indonesia yang dielaborasidalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kawasan Sapi PotongNasional bahwa kawasan pengembangan sapi potong di NTB didasarkan atas polapemeliharaan yang berbeda disamping itu pula dukungan dan keterpaduan antara infrastrukturdan kelembagaan penunjang lainnya seperti RPH dan pasar ternak merupakan hal yangdipersyaratkan dalam pembentukan suatu kawasan. Untuk Kawasan NTB I dengan basispengembangan di Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Kota Bima dilakukanmelalui pengembangan sistim semi intensif/padang penggembalaan sedangkan Kawasan NTBII dengan sistim pengembangan peternakan intensif diarahkan pada Kabupaten LombokTengah dan Lombok Timur dengan sentra kawasan berada di Kabupaten Lombok Tengah.

Pola pemeliharaan ternak sapi di Nusa Tenggara Barat berbeda antara Pulau Lombokdan Pulau Sumbawa. Pemeliharaan sapi di Pulau Sumbawa dilaksanakan secara ekstensif,ternak di lepas bebas di padang penggembalaan umum. Sebaliknya di Pulau Lombok ternakdi kelola secara semi intensif dengan sistem kandang kolektif. Perbedaan sistempemeliharaan ternak antara di wilayah P. Sumbawa dan di Pulau Lombok padadasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan ekosistem. Di wilayah Pulau Sumbawalebih didominasi oleh ekosistem lahan kering sedangkan di wilayah Pulau Lombokdidominasi oleh ekosistem persawahan. Ekosistem sangat mempengaruhi produksipakan ternak ruminansia, terutama sapi dan kerbau, sehingga dengan sendirinya akanmempengaruhi sistem pemeliharaan ternaknya

Gambar 1. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Lombok.

Page 10: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 8

Penetapan program/kegiatan pengembangan kawasan sapi potong di Pulau Lombokyang berdasarkan pola intensif berbasis kandang kolektif di daerah padat penduduk. Terdapat29 kelompok tani ternak yang telah difasilitasi dan tersebar di Kabupaten Lombok Barat,Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Di Pulau Lombok, peternakmenghadapi persoalan terbatasnya tempat melepas ternak sementara lahan untuk menamanpakan sangat sempit dan sebagian besar digunakan untuk tanaman pangan. Oleh karena itusystem pengembangan kawasan di Pulau Lombok dipersyaratkan berada di kandang kolektifdalam suatu kawasan dengan beberapa kelompok yang terdapat di sekitarnya.

Gambar 2. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Sumbawa (KabupatenSumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa).

Penetapan program/kegiatan pengembangan kawasan sapi potong di Pulau Sumbawaberdasarkan pola intensif berbasis padang penggembalaan. Terdapat 10 kelompok tani ternakyang telah difasilitasi dan tersebar di Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima dan KotaBima. Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong dimaksudkan untukmengoptimalkan potesi sumberdaya lahan, ternak, peternak, teknologi, sarana dan prasaranadalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong, pendapatan dan kesejahteraanpeternak, serta menciptakan pewilayahan komoditas. Di Pulau Sumbawa, produktivitas ternaksapi lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Lombok. Hal ini disebabkan oleh minimnyaperan peternak dalam mengurus ternak mereka terutama dalam penyediaan pakan yang sesuaidengan kebutuhan ternak. Disamping itu, lahan penggembalaan semakin menyempit dansebagian sudah dirusak oleh gulma seperti jatropha, lamtara camara dan chromolinaodorata.

Gambar 3. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Sumbawa (KabupatenDompu, Bima dan Kota Bima).

Page 11: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 9

E. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan prasarana peternakan yang dapat di fungsikan sebagai unit pelayanan,bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat masih terbatas.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Pelayanan Peternakan NTB

No Uraian Lokasi Jumlah(Unit)P.Lombok P.Sumbawa

1. Puskeswan 45 44 892. Laboratorium Type B 1 0 13. Laboratorium Type C 3 3 64. Holding Ground 1 2 35. Pasar Hewan 7 2 9

6. UPT. IB 1 0 1

7. Pos IB 50 27 77

8. Rumah Sakit Hewan 1 0 19. Rumah Potong Hewan 21 20 41

10. Pembibitan Sapi Brangus 1 0 1

11. Pembibitan HMT dan Ternak 0 1 1

Page 12: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 10

F. PELUANG PASAR DAN TRANSAKSI JUAL BELI

Usaha ternak sapi memiliki peluang pasar dan cenderung terus meningkat untukpemasaran lokal maupun pemasaran luar Nusa Tenggara Barat. Daerah pemasaran sapi bibitNusa Tenggara Barat meliputi 14 provinsi di Indonesia (Kalsel, Kaltim, Kalteng, Kalbar,Sulsel, Sulbar, Maluku Utara, Jambi, Papua). Kemudian untuk ternak potong pemasarannyadikirim ke Kaltim, Kalsel, DKI dan Jawa Barat.

1. Supply dan Demand Ternak Sapi di NTB

Untuk menentukan tingkat supply dan demand ternak sapi di NTB digambarkandalam dinamika populasi seperti dibawah ini.

Tabel 7. : Dinamika Populasi Ternak Sapi di NTB Tahun 2010 - 2014

No Komponen SatuanTahun

2010 2011 2012 2013 20141. Populasi Ekor 592.875 695.951 784.019 916.560 1.002.731

Anak Ekor 149.227 175.171 197.338 230.698 252.387Jantan Ekor 51.244 60.154 67.766 79.222 86.670Betina Ekor 97.982 115.017 129.572 151.476 165.718

Muda Ekor 155.867 182.966 206.119 240.964 263.618Jantan Ekor 53.525 62.830 70.781 82.747 90.526Betina Ekor 102.342 120.135 135.337 158.217 173.092

Dewasa Ekor 287.841 337.884 380.641 444.990 486.826Jantan Ekor 98.845 116.029 130.712 152.810 167.176Betina Ekor 188.996 221.855 249.929 292.180 319.650

2. Betina Produktif Ekor 178.579 209.627 236.153 276.076 302.0313. Kelahiran Ekor 151.792 178.183 200.730 234.665 256.7274. Kematian Ekor 9.791 11.493 12.947 15.136 16.5595. Produksi Pedet Ekor 142.002 166.690 187.783 219.529 240.168

Jantan Ekor 48.763 57.241 64.485 75.386 82.474Betina Ekor 32.018 37.585 42.341 144.143 157.694

6. Majir dan afkir Ekor 10.414 12.224 13.771 16.099 17.6137. Potensi Ternak

BibitEkor 102.342 120.135 135.337 158.217 173.092

8. Realisasi EksporTernak Bibit

Ekor 3.978 7.131 9.989 16.744 9.885

9. Potensi TernakPotong

Ekor 76.050 90.846 106.145 128.369 133.260

10. Realisasi EksporTernak Potong

Ekor 5.601 12.384 13.590 20.793 20.555

11. Konsumsi DalamDaerah

Ekor 33.208 37.408 38.338 40.540 51.529

12. Ketersediaan SapiPotong

Ekor 37.241 41.054 54.217 67.036 61.176

13. Total Eksport (Bibitdan Potong)

Ekor 9.579 19.515 23.579 37.537 30.440

14. Estimasi PopulasiAkhir Tahun

Ekor 692.090 805.718 909.885 1.058.012 1.160.930

15. Updating Populasi Ekor 695.951 784.019 916.560 1.002.731 1.013.79316. Penyerapan Tenaga

KerjaOrang 115.348 134.286 151.648 176.335 193.488

Page 13: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 11

Dinamika populasi dalam akhir tahun dapat dirumuskan melalui estimasi jumlahpopulasi dasar ditambah dengan jumlah kelahiran pedet berdasarkan jumlah induk betinaproduktif yang dikurangi dengan jumlah kematian pedet ditambah konsumsi dalamdaerah/pemotongan dan jumlah pengeluaran/ekspor ternak keluar daerah baik ternak bibitmaupun ternak potong selama satu tahun.

Potensi ternak bibit di NTB selama 5 tahun terakhir (2010-2014) mengalamipeningkatan rata-rata sebesar 14,09%, dari 102.342 ekor pada tahun 2010 menjadi173.092 ekor pada tahun 2014, hal ini seiring dengan langkah kebijakan PemerintahProvinsi Nusa Tenggara Barat dan secara sinergis didukung oleh kebijakan PemerintahPusat melalui Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau dalam meningkatkan populasiternak sapi baik melalui penyediaan bibit dalam daerah maupun memenuhi kebutuhanbibit nasional. Sedangkan realisasi ekspor ternak sapi bibit selama 5 tahun terakhir rata-rata mencapai 36,50%, hal ini merupakan fenomena yang terjadi dalam transaksiperdagangan ternak bibit sepenuhnya dilakukan oleh swasta (bisnis to bisnis) yangdisepakati oleh pedagang antar pulau baik dari daerah asal di NTB maupun daerahpenerima, kewajiban pemerintah mengatur dan memfasilitasi ketersediaan bibit sertaregulasi yang ada didalamnya.

Demikian pula dengan potensi ternak sapi potong NTB mengalami peningkatan rata-rata sebesar 15,26% selama kurun waktu Tahun 2010-2014 dari dari 76.050 ekor padatahun 2010 menjadi 133.260 ekor di tahun 2014. Peningkatan populasi sapi potong diNTB sangat didukung oleh beberapa potensi sumber daya yang dimiliki sepertiSDA/lahan, SDM peternakan baik kelembagaan maupun jumlah peternak dan dukungandan fasilitasi pemerintah melalui usaha pemberdayaan masyarakat melalui program dankegiatan strategis dalam rangka peningkatan populasi ternak. Realisasi ekspor ternak sapipotong di NTB dalam 5 (lima) tahun terakhir mencapai 45,67% dari target potensi eksporyang telah ditetapkan berdasarkan analisis potensi sapi potong, namun disisi lainpemerintah berupaya mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir usahapemotongan ternak dalam daerah dengan melakukan revitalisasi RPH/TPH dalam rangkamemenuhi kebutuhan daging bagi daerah konsumen untuk wilayah DKI Jakarta, JawaBarat dan Banten. Pengembangan industri hilir sub sektor peternakan yang berorientasibisnis dilakukan melalui kerjasama dengan PT. Gerbang NTB Emas yang merupakanPerusahaan Daerah NTB. Dari kerjasama ini akan memberikan kontribusi terhadappeningkatan Pendapatan Asli Daerah bidang peternakan. Untuk memperluas jaringankemitraan dan sebagai tindak lanjut dari kebijakan nasional Pemerintah Provinsi NusaTenggara Barat telah melakukan kontrak kerjasama kemitraan pula dengan PT. Berdikari(Perusahaan BUMN) dalam usaha penggemukan sapi bakalan dan pemotongan di RPHBanyumulek dan RPH Kota Bima. Usaha penggemukan direncanakan berada di lokasikawasan Terpadu Agroeduwisata dan Technopark Banyumulek yang dilakukan melaluipemberdayaan kelompok peternak di sekitar kawasan.

Ketersediaan ternak sapi potong juga dipersiapkan dalam memenuhi permintaanpada saat dan menjelang Lebaran Idul Adha dan Hari Besar Keagamaan Nasional.Cadangan ketersediaan ini merupakan selisih antara potensi sapi potong dikurangi denganjumlah pemotongan/konsumsi dalam daerah dan realisasi pengiriman/ekspor ke luardaerah. Ketersediaan ini juga merupakan kontribusi NTB sebagai salah satu daerah sentraproduksi sapi potong untuk dapat memenuhi kebutuhan daging pada saat Hari BesarKeagaaman seperti tersebut diatas.

Pertumbuhan populasi ternak sapi di NTB dalam Tahun 2010-2015 berdasarkananalisis dinamika populasi yang berpengaruh terhadap tingkat supply dan demandadalah 13,84%, sedangkan rata rata pertumbuhan populasi yang didapatkan dari updatingternak tahunan yang dilaksanakan akhir tahun berjalan adalah sebesar 10,02%. Sistim

Page 14: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 12

updating/pendataan ternak yang dilakukan berbasis data ditingkat desa termasukdidalamnya sistim registrasi/pengkartuan ternak yang dilakukan di Pulau Sumbawameliputi Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima, Dompu dan KotaBima. Data populasi khususnya populasi ternak sapi yang diperoleh melalui sistimpengumpulan data maupun registrasi/pengkartuan ternak yang dilakukan setiap akhirtahun yang akan digunakan sebagai P0 untuk menghitung supply dan demand ternak sapidi NTB baik untuk ternak sapi bibit mapun sapi potong, sehingga informasi yangdiperoleh akan menjadi dasar dalam mengambil keputusan tentang perencanaanpengembangan program peternakan sapi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Supply dan Demand ternak bibit dan potong di NTB merupakan perubahan dandinamika populasi selama satu tahun yang sangat dipengaruhi oleh jumlah kelahiran,jumlah kematian khususnya pedet, tingkat konsumsi dalam daerah dan jumlah ekspor keluar daerah baik dalam bentuk ternak bibit maupun ternak potong.

2. Pemotongan Ternak Sapi

Pemotongan ternak merupakan aktifitas rutin yang dilakukan untuk memenuhikebutuhan konsumsi lokal maupun memenuhi kebutuhan luar daerah melalui pemotongandi sejumlah RPH/TPH yang tersebar di NTB.

Dalam rangka meningkatkan jaminan keamanan pangan terutama yang berasal dariproduk pangan hewani Pemerintah NTB telah melakukan revitalisasi RPH/TPH.Sejumlah RPH yang telah di revitalisasi di NTB adalah RPH Kota Bima, Sumbawa danPoto Tano di Sumbawa Barat melalui pemenuhan standar Kualitas Sistim Rantai Dinginpada ketiga RPH dimaksud sehingga dari hal ini pula diharapkan dapat memenuhipermintaan daging beku untuk wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. NTBsebagai salah satu daerah sentra produksi ternak potong diharapkan dapat berkontribusiterhadap kebutuhan daging Nasional, hal ini sejalan dengan kebjakan PemerintahProvinsi NTB dengan meningkatkan nilai tambah pada industri hilir sub sektorpeternakan melalui pemotongan dalam daerah

Tabel 8. Pemotongan ternak sapi pada Kabupaten/Kota di NTB

No. Kab/Kota/ PulauTahun

2010 2011 2012 2013 20141. Mataram 8.832 9.318 8.605 6.796 7.2202. Lombok Barat 5.509 5.992 5.946 4.842 5.0913. Lombok Utara 2.269 2.543 2.845 2.606 2.4684. Lombok Tengah 2.710 3.141 3.583 6.064 10.6325. Lombok Timur 5.816 7.433 6.945 9.396 8.439Jumlah Pulau Lombok 25.136 28.427 27.924 29.704 33.8506. Sumbawa Barat 761 908 1.600 2.406 4.3847. Sumbawa 3.141 3.773 4.062 4.137 7.4248. Dompu 1.460 1.727 1.410 1.167 1.7269. Bima 1.104 1.370 1.953 1.781 3.085

10. Kota Bima 1.606 1.203 1.389 1.345 1.060Jumlah Pulau Sumbawa 8.072 8.981 10.414 10.836 17.679

Total 33.208 37.408 38.338 40.540 51.529

Data dan Informasi Pemotongan ternak sapi di NTB diperoleh dari sejumlahRPH/TPH yang tersebar di semua Kabupaten/Kota melalui sistim SMS Gatewaysehingga data yang diperoleh dan dikumpulkan adalah data yang bersifat realtime.

Page 15: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 13

Jumlah pemotongan ternak sapi pada semua Kabupaten/Kota menunjukkan tingkatkonsumsi daging sapi di daerah tersebut. Pemotongan ternak sapi mengalami peningkatansebesar 12% dalam kurun waktu Tahun 2010-2014, hal ini berbanding lurus denganmeningkatnya pertambahan penduduk dan kemampuan daya beli masyarakat, denganrata rata peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 3,14 Kg/Kapita/Tahun.

3. Permintaan Ternak Sapi dari Luar Daerah (Demand).

Permintaan sapi bibit dan sapi potong yang berasal dari Nusa Tenggara Barat dalamkurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2010-2014) cukup besar, namun untuk memenuhipermintaan ini Pemerintah Pusat melakukan koordinasi dengan beberapa daerah sentraproduksi sapi bibit dan sapi potong agar ketersediaan dan kecukupannya dapat terpenuhi.

Tabel 9. Permintaan Ternak sapi oleh daerah konsumen dari NTB

No. ProvinsiTahun

Ket.2010 2011 2012 2013 20141. Sapi Bibit

Alokasi EksporKalimantan TimurKalimantan SelatanKalimantan BaratGorontaloRiauPapua BaratSulawesi TenggaraJumlah Permintaa

21.9732.5322.5001.542

7551.224

567632

9.752

25.7934.5152.343

-1.120

---

7.978

29.0574.0352.7251.8321.1541.4251.5131.768

14.452

33.9694.2006.0001.1201.5402.3261.8322.225

19.243

37.1633.8071.7182.2572.5261.8431.0001.500

14.651

2. Sapi PotongAlokasi EksporDKI JakartaJawa BaratBantenKalimantan TimurKalimantan SelatanJumah Permintaan

16.3282.7401.2672.324

850675

7.856

19.5054.1124.4863.2431.8481.667

15.356

22.7893.8673.5452.1253.4572.820

15.814

27.5614.2083.1501.8008.2406.750

24.148

28.6113.0392.2253.4806.2308.340

23.314

Jumlah permintaan oleh setiap Provinsi merupakan akumulasi dari jumlahpermintaan dari masing masing Kabupaten/Kota yang berada dalam daerah yangbersangkutan namun dibawah koordinasi oleh Dinas Peternakan atau Dinas yangmelaksanakan fungsi peternakan di Provinsi pada daerah konsumen, sehingga terlihatbahwa peran pemerintah dalam melakukan koordinasi antar wilayah Kabupaten/Kotamaupun Provinsi sangat mempengaruhi penyediaan ternak sapi bibit di Nusa TenggaraBarat.

Ttrend permintaan ternak sapi bibit yang berasal dari NTB mengalami kenaikan ratarata sebesar 18,06% dalam kurun waktu Tahun 2010-2014 dari 9.752 ekor pada tahun2010 meningkat menjadi 14,651 ekor pada tahun 2014 dari potensi sapi bibit yangtersedia, hal ini membuktikan bahwa sapi bibit yang berasal dari NTB cukup diminatioleh daerah lain di Indonesia karena wilayah NTB merupakan daerah bebas dari PenyakitHewan Menular Strategis (PHMS) dan ternak sapi yang berasal dari NTB sifatnya jinakserta adaptasi pada lingkungannya yang baru sangat cepat. Demikian pula denganpermintaan terhadap kebutuhan sapi potong juga menunjukan trend positif selama 5(lima) tahun terakhir (2010-2014) yaitu sebesar 36,92%.

Page 16: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 14

Rasio antara tingkat permintaan oleh daerah konsumen terhadap ternak sapi bibityang berasal dari NTB dengan realisasi pengiriman yang telah dilakukan dalam Tahun2010-2014 adalah sebesar 70,76%, dari data tersebut menggambarkan bahwa 29,24%dari permintaan yang diharapkan tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan analisis dinamikapopulasi yang telah dilakukan peneliti bahwa sesungguhnya tingkat ketersediaan/supplyuntuk ternak sapi bibit di NTB masih memungkinkan untuk terpenuhi secara keseluruhandari jumlah permintaan luar daerah, namun sampai pada akhir tahun berjalan tidak dapatterealisasi yang disebabkan oleh faktor faktor lainnya misalnya untuk daerah SulawesiTenggara pada saat akhir tahun untuk sisa kuota yang masih ada permintaannya dapatterpenuhi oleh Provinsi lain yang terdekat seperti di wilayah Sulawesi Selatan karenaalokasi kuota pengiriman ternak sapi di NTB hanya dapat direalisasikan dalam satu tahunberjalan dan tidak dapat dialihkan pada tahun berikutnya.

4. Pengiriman Ternak ke Luar Daerah

Pengiriman ternak keluar daerah adalah realisasi permintaan yang dilakukan olehNTB pada beberapa daerah sebagai mitra bisnis dalam trransaksi perdagangan ternakantar pulau yang dilakukan antara pengusaha dari daerah produsen ke daerah konsumenbaik dalam bentuk ternak bibit maupun ternak potong. Pemerintah NTB berkewajibanmenetapkan alokasi kuota berdasarkan usulan permintaan dari daerah konsumen.

Tabel 10. Pengeluaran Ternak dari NTB

No.Kabupaten/

KotaTahun

Daerah Tujuan2010 2011 2012 2013 2014

1. Sapi Bibit 3.978 7.131 9.989 16.744 9.885 Kaltim, Kalsel,Kalbar,Gorontalo,Riau,Papua Barat,Sultra,

2. Sapi Potong 5.601 12.384 13.590 20.793 20.555 DKI Jakarta,Jawa Barat,Banten, Kaltimdan Kalsel

Realisasi pengiriman sapi bibit maupun sapi potong yang berasal dari NTBmenunjukan trend yang meningkat selama tahun 2010-2014, hal ini sejalan dengankebijakan Nasional yang telah menetapkan NTB sebagai salah satu daerah sentraproduksi sapi potong dari beberapa daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur,Sulawesi Selatan, Lampung, DIY, Bali, NTT dan NTB. Disamping itu pula NTB sebagaisatu satunya daerah supply sapi bibit Nasional diharapkan mampu berkontribusi dalammemenuhi kebutuhan bibit nasional.

Demikian pula terhadap permintaan sapi potong yang berasal dari NTB denganrealisasi permintaan adalah 94,60% dengan sisa yang tidak direalisasi sebesar 5,40%.Tingginya realisasi permintaan terhadap sapi potong dimungkinkan karena banyak sapipotong yang berasal dari NTB oleh daerah konsumen lainnya di Indonesia dapatdibudidayakan kembali oleh masyarakat karena keunggulan yang dimiliki oleh ternaksapi di NTB yaitu sifat jinak dan cepat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.

Page 17: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 15

IV. TIM PELAKSANA KERJASAMA SEKTORAL DANPEMBIAYAAN PROGRAM

A. Pelaksana Kegiatan

Sebagai leading sector dalam Pengembangan Kawasan Integrasi Agroeduwisata Banyumulekadalah Satuan Kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB yang didukungoleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui konsep Pengembangan Technoparkdan dukungan SKPD lingkup Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain DinasPertanian Tanaman Pangan dan Horkultura, Dinas Kelautan dan Perikanan, DinasPerindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunanserta SKPD Lainnya seperti yang tercantum dalam SK Gubernur Nusa Tenggara Barattentang Pembentukan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek dan BUMD seperti PT. GNENTB.

B. Penerima Manfaat Kegiatan

- Penerima manfaat adalah peternak, kelompok peternakan, dan pemerintah Provinsi NusaTenggara Barat melalui penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

- Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan mulai dimulai Tahun 2015 – 2019 (Multi Years Project).

C. Pembiayaan

Jumlah anggaran yang diperkirakan untuk membiayai kegiatan Pengembangan KawasanAgroeduwisata Banyumulek NTB seperti tercantum dalam Matriks Rencana AksiPengembangan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek (terlampir) yang bersifat multi yearsdari tahun 2015 – 2019.

Page 18: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek 16

V. PENUTUP

Demikian Masterplan Program Pengembangan Kawasan Integrasi AgroeduwisataBanyumulek NTB disusun dengan pendekatan integrasi program dan optimalisasi pemanfaatansumber sumber pembiayaan Tahun 2015 - 2019 yang diharapkan menjadi rekomendasikebijakan yang terintegrasi lintas sektoral dalam mendukung pembangunan ekonomimasyarakat di Nusa Tenggara Barat.

Mataram, Mei 2015

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan HewanProvinsi Nusa Tenggara Barat

Ir. Hj. Budi SeptianiNIP. 19610930 199103 2 002

Page 19: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

SITE PLAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK

Page 20: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN KAWASAN AGROEDUWISATABANYUMULEK TAMPAK DEPAN

Page 21: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

KAWASAN TAMPAK DARI BY PASS BILKAWASAN TAMPAK DARI BY PASS BIL

Page 22: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN GAPURA KAWASANAGROEDUWISATA BANYUMULEK

Page 23: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN SHOWROOM TAMPAK DEPAN

Page 24: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN SHOWROOM TAMPAK ATASDESIGN SHOWROOM TAMPAK ATAS

Page 25: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN SHOWROOM TAMPAK BELAKANG

Page 26: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DESIGN PATUNG SAPI

Page 27: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DENAH GUDANG PENGOLAHAN PAKAN DANRENCANA PEMBENTUKAN TAPAK JALAN

LINGKUNGAN KAWASAN

Page 28: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

DENAH PATUNG SAPIKAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK

Page 29: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,

LANJUTAN................

Page 30: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,
Page 31: PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA …disnakkeswan.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/02/... · serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. ... secara ekstensif,