Click here to load reader
Upload
canboyz
View
172
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mata Kuliah Dosen Pembimbing
Fiqih Mu’amalah Khairuddin, M.Ag
RIBA
Di Susun Oleh :
KASWITA
Semester III
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN KAB. ROKAN HULU
2009
KATA PENGANTAR
1
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah , kami panjatkan rasa syukur kehadhirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan segala rahmatnya kepada kami, sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan.
Dalam penyediaan makalah ini bertujuan sebagai tugas yang diberikan kepada
kelompok kami dan sebagai salah satu sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar
mahasiswa . Makalah ini disusun mengikuti bahasan – bahasan yang sesuai .
Makalah ini dibuat dengan maksud sebagai pedoman atau target capai yang harus
dikuasai oleh para Mahasiswa/Mahasiswi pada umumnya, namun demikian tentunya masih
ada kekurangan – kekurangan yang belum tercantum didalamnya.
Akhirnya tak lupa kami sampaikan terimakasih banyak kepada Bapak Dosen
Pembimbing serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga buku makalah ini bermanfaat bagi para pemakai pada umumnya dan semoga
menjadi amal ibadah serta kebaikan bagi penyusun, Amiin ya Robbal ‘Alamin…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
RIBA
Pengertian Riba
Menurut bahasa riba berarti tambahan (ziyadah-Arab, addition-Inggris), sedangkan
menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok sebagai syarat
terjadinya suatu taransaksi. Sedangkan menurut Al Jurjani merumuskan riba sebagai
kalebihan / tambahan pembayaran tanpa ada ganti / imbalan, yang disyaratkan bagi salah
seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi).
Konsep Riba dalam Perspektif Nonmuslim
Riba bukan hanya persoalan dalam masyarakat islam, tetapi berbagai kalangan
diluar islam pun memandang serius persoalan ini. Masalah riba telah menjadi bahan
bahasan kalangan Yahudi, Yunani demikian juga Romawi. Ada beberapa alasanmengapa
pandangan dari kalangan nonmuslim tersebut dikaji, alasan tersebut antara lain:
1. Agama islam mengimani dan menghormati Nabi Ibrahim, Ishak, Musa dan Isa.
Nabi-nabi tersebut juga diimani oleh Yahudi dan Nasrani. Islam juga mengakui
kedua kau ini sebagai Ahli Kitab, karena kaum Yahudi dikaruniai oleh Allah SWT
kitab Taurat, sedangkan kaum Kristiani dikaruniai kitab Injil.
2. Pemikiran kaum Yahudi dan Kristiani perlu dikaji karena sangat banyak tulisan
mengenai bunga yang dibuat para pemuka agama tersebut.
3. Pendapat orang-orang Yahudi dan Romawi juga perlu diperhatikan karena mereka
memberikan kontribusi yang besar bagi peradaban umat manusia. Pendapat mereka
juga banyak mempengaruhi orang-orang Yahudi dan Kristen serta islam dalam
memberikan argumentasi sehubungan dengan riba.
Dampak Riba
Adapun dampak dari praktek riba antara lain :
1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin.
2. Modal besar yang dikuasai pemilik modal tidak disalurkan kepada usaha-usaha
yang produktif, tetapi justru disalirkan dalam perkreditan berbunga yang belum
produktif.
3. Dapat menyebankan kebangkrutan usaha.
Jenis-Jenis Riba
Riba Fudul
Penukaran dua barang sejenis dalam jumlah yang tidak sama. Contoh :
menukar 2 gram emas dengan 2,5 gram emas yang sama.
3
Riba Qardi
Riba dalam bentuk hutang piutang atau pinjaman dengan syarat ada
tambahan atau keuntungan bagi yang memberi pinjaman. Contoh : si A memberikan
pinjaman uang Rp 10.000 kepada si B dengan syarat si B harus mengembalikan
sebesar Rp 11.000.
Riba Yad
Riba yang dilakukan dalam transaksi jual beli yang belum diserah terimakan
namun oleh si pembeli sudah dijual lagi kepada orang lain. Contoh : si A menjual
motor kepada si B tetapi si B belum menerima motor tersebut, tetapi si B sudah
menjual motor tersebut kepada si C
Riba Nasa (Nasiah)
Riba dengan cara melipat gandakan tambahan karena penundaan waktu
pembayaran. Contoh : si A memberikan pinjaman kepada si B sebesar Rp 100.000
dan harus dikembalikan minggu depan, dan ketika sudah jatuh tempo si B tidak bisa
mengembalikannya maka si A memperpanjang waktu pembayarannya menjadi satu
minggu lagi dengan syarat si B harus mengembalikan sebesar Rp 110.000.
Dalil yang Melarang Riba
QS Al Baqarah ayat 275
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
4
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
QS Al Baqarah ayat 276
Artinya : Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa. (Qs Al Baqarah : 276)
QS Al Baqarah ayat 278
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
(Qs Al Baqarah : 278)
Sabda Rasulallah SAW
المسلم ﴿رواه سواء هم وقال وشاهديه وكاتبه ومؤكله الربا اكل وسلم عليه الله صلى رسولالله لعن قال جابر ﴾عن
Artinya : Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam melaknat pemakan riba, yang mewakilinya, penulisnya, dan
dua orang saksinya. Beliau bersabda: "Mereka itu sama." (HR Muslim).
﴿رواه والمتنمصة والنامصة والمستوشمة والواشمة والمستوصلة والواصلة يعلمون وهم وشاهده وكاتبه ومؤكله الربا اكل الله لعن﴾الطبرانى
Artinya : Allah mengutuk riba, orang yang memakannya, yang memberikan
makanan, penulisnya, yang menyaksikannya, mereka yang mengetahui,
orang yang memfasilitasi, orang yang menusuk tubuhnya dengan jarum
sehingga hitam bekasnya, yang meminta tusuk dengan jarum (tato), yang
mencabut rambut dan meminta dicabutkan rambutnya (HR. Tabrani)
Persoalan Bunga Bank
5
Bunga bank yang diterapkan oleh bank-bank konvensional pada dasarnya
merupakan tambahan yang diambil dari prosentase dana yang disalurkan kepada kreditor
melalui produk-produk penyaluran dana yang disediakan atau dana yang ditanam (saving).
Sistem bunga ini digunakan, baik untuk biaya opersional bank maupun untuk kompensasi
nasabah penanam modal. Dengan demikian para nasabah, baik yang menabung, deposito,
giro ataupun pemakai produk bank lainnya, juga mendapatkan kompensasi bunga berupa
tambahan prosentase dari dana yang ditanam (saving).
Dewasa ini juga terdapat bank yang dalam opersionalnya tidak memakai system
bunga, namun memakai prinsip-prinsip syariah sehingga dapat terbebas dari bunga. Inilah
yang dikenal dengan Bank Syariah. Beberapa perbedaan antara sistem bunga dengan
prinsip syariah yang diterapkan oleh bank konvensional dan bank syariah dalam
memberikan pendanaan kepada nasabah antara lain sebagai berikut :
NoPokok-pokok
PerbedaanSistem Bunga Prinsip Syariah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dasar perjanjian penentuan bunga / imbalan
Dasar perhitungan bunga / imbalan
Kewajiban pembayaran bunga / imbalan
Persyaratan jaminan pembiayaan
Obyek pembiayaan
Pandangan prinsip
Perjanjian pengenaan bunga tidak berdasadkan keuntungan / kerugian.
Persentase tertentu dari total danayang dipinjamkan kepada nasabah
a. Pembayaran bunga tetap harus dibayar
b. Besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah keuntungan yang diperkirakan
Pembiayaan umumnya memerlukan penyerahan jaminan berupa barang / harta nasabah
Jenis usaha yang dibiayai tidak dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan (bankable)
Perjanjian imbalan berdasarkan pada keuntungan / kerugian.
Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah.
a. Pembayaran imbalan dilakukan apabila nasabah memeperoleh keuntungan. Sebaliknya bila rugi, jumlah kerugian / resiko ditanggung kedua belah pihak.
b. Besarnya imbalan berubah sesuai dengan besar-kecilnya keuntungan yang didapat nasabah
Persyaratan jaminan tidak mutlak diperlukan.
Jenis usaha yang dibiayai harus dengan ketentuan syariah.
6
syariah terhadap sistem bunga
Pembayaran / pengenaan bunga oleh kreditur kepada nasabah dianggap haram
Pembayaran imbalan berdasarkan bagi hasil sifatnya halal
Pendapat Ulama Tentang Bunga Bank
1. PP Muhammadiyah
PP Muhammadiyah melaui Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 sudah
membuat keputusan mengenai keharaman riba dan mengamanatkan kepada PP
Muhammadiyah untuk menusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian,
khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah isalam.
2. PB NU
PB NU melalui Lajnah Bahsul Masa’il NU yang bersidang di Bandar Lampung pada
tahun 1982 memutuskan bahwa bunga bank haram dan merekomendasikan
berdirinya bank syariah dengan sistem tanpa bunga.
3. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) pada tahun 2000 mengeluarkan fatwa
bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syariah. Selanjutnya pada tanggal 16
Desember 2003 kembali MUI mengeluarkan fatwa, kali ini lebih tegas dengan
menyatakan bahwa bunga bank adalah haram.
4. Pendapat Abu Zahra, Guru Besar pada Fakultas Hukum
Universitas Cairo, Abul A’la Al Maududi (Pakistan), Muhammad Abdullah Al
A’rabi, Penasihat Hukum pada Islamic Congress Cairo dan lain-lain yang
menyatakan bahwa bunga bank itu ruba nasiah, yang dilarang oleh islam.
5. Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin pesantren Bangil
(Persis) yang menerangkan bahwa bunga bank yang seperti di Negara kita kita ini
bukan riba yang diharamkan, karena tidak bersifat ganda sebagaimana seperti yang
dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 130 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.
7
Cara Memberantas Riba
Riba merupakan salah satu yang harus diperangi oleh masyarakat muslim, karena
itu seluruh umat muslim harus berusaha untuk mengurangi bahkan memberantas segala
bentuk-bentuk dari praktek riba dalam segala bidang. Adapun cara yang dapat dilakukan
untuk memerangi dari praktek riba itu di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Menyuburkan dan memakmurkan sedekah, karena memang sedekah sangat
dianjurkan sekali dalam agama islam (QS. Al Baqarah : 276)
2. Dana dari sedekah tadi digunakan untuk memfasilitasi segala bidang-bidang yang
telah terkena paraktik riba, sehingga dengan bantuan dari dana sedekah tersebut
masyarakat dituntut untuk menggunakan uangnya untuk keperluan-keperluan yang
produktif saja dan bukan digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumtif.
3. Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penggunaan dana syariah yang
dapat digunakan untuk mendanai proyek dan kegiatan yang bisa didanai secara
syariah, misalnya mengenai asuransi syariah dan perkreditan syariah
4. Memanfaatkan bunga dari bank untuk kepentingan masyarakat umum, karena jika
bunga bank yang haram itu tidak diambil maka bunga tersebut akan digunakan lagi
oleh bank untuk mendanai proyek-proyek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Karena hakikatnya bunga bank itu berasal dari masyarakat umum, sehingga
pemenfaatanya juga harus diberikan untuk memfasilitasi masyarakat umum dan
bukan untuk digunakan secara pribadi.
Cara Menggalakkan Jual-Beli
Sebagaiman yang tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 275, bahwasanya Allah
SWT menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Maka sudah sepantasnya kita
sebagai masyarakat muslim menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT tersebut.
Untuk itu perlu digalakkan dalam masyarakat untuk mebiasakan jual-beli dengan prinsip
syariah dan bukan menggunakan prinsisp riba. Adapun cara menggalakkannya antara lain
sebagai berikut :
1. Menyadarkan masyarakat akan bahaya riba bagi masyarakat lainnya, sehingga
mengajak masyarakat untuk melaksanakan perintah Allah SWT tadi menjadi
prioritas yang diutamakan
2. Membangun warung, toko atau pasar-pasar yang dekat dari lingkungan masyarakat
sehingga mudah dijangkau.
3. memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jual-beli yang sesuai dengan
ajaran agama.
4. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang ingin mendirikan toko dengan
sisitem yang sesuai dengan syariah
8
Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad syafi’i. 2001. Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani
Press
Muslih, Mohammad dan Drs. Nur Hadi Ikhsan. 2007. Fiqih untuk Kelas IX Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta : Yudhistira
Siamat, Dahlan. 2001. Managemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga). Jakarta : FEUI
Zuhdi, Masyfuk. 1994. Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta : Haji
Masagung.
9