45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan dalam lamanya kehamilan yang meliputi kelahiran prematur dan postmatur masih banyak terjadi di Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan oleh berbagai sebab, dan membawa dampak yang cukup serius bagi ibu dan janin yang ada di dalam kandungan ibu. Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm/prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas pada organ – organ pada bayi baru lahir seperti, paru, otak, dan gastrointestinal. Begitu pula pada kehamilan postterm, kehamilan postterm sangat berpengaruh terutama bagi janin, hal ini berkaitan dengan kurangnya makanan dan oksigen untuk janin. Kelainan lain yang juga terjadi di Indonesia adalah intra uterine fetal growth retardation atau yang akrab disebut pertumbuhan janin terhambat. Pertumbuhan janin terhambat kini merupakan suatu entitas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, karena dapat menyebabkan kematian . dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, stroke, diabetes, dan berbagai macam penyakit yang dapat dialami oleh janin kelak. Hal ini disebut Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus. 1

materi bab I, II, III

  • Upload
    dwi

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bidan

Citation preview

Page 1: materi bab I, II, III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan dalam lamanya kehamilan yang meliputi kelahiran prematur dan

postmatur masih banyak terjadi di Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan oleh

berbagai sebab, dan membawa dampak yang cukup serius bagi ibu dan janin

yang ada di dalam kandungan ibu.

Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi

preterm/prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas pada

organ – organ pada bayi baru lahir seperti, paru, otak, dan gastrointestinal.

Begitu pula pada kehamilan postterm, kehamilan postterm sangat berpengaruh

terutama bagi janin, hal ini berkaitan dengan kurangnya makanan dan oksigen

untuk janin.

Kelainan lain yang juga terjadi di Indonesia adalah intra uterine fetal growth

retardation atau yang akrab disebut pertumbuhan janin terhambat. Pertumbuhan

janin terhambat kini merupakan suatu entitas penyakit yang membutuhkan

perhatian bagi kalangan luas, karena dapat menyebabkan kematian . dalam

jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, stroke, diabetes, dan

berbagai macam penyakit yang dapat dialami oleh janin kelak. Hal ini disebut

Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak

dalam uterus.

Dampak jangka pendek yang paling banyak ditemukan akibat dari kelainan –

kelainan di atas adalah kematian janin. Menurut WHO dan The American

College of Obstetricians and Gynecologist yang disebut kematian janin adalah

janin yang mati di dalam Rahim dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian

janin dalam Rahim dalam usia kehamilan 20 minggu atau lebih.

1

Page 2: materi bab I, II, III

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan IV sebagai salah satu

bagian dari proses belajar mengajar mahasiswi dan salah satu syarat mengikuti

Ujian Akhir Semester.

2. Tujuan Khusus

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswi tentang kelainan

lamanya kehamilan dan kematian janin.

1.3 Ruang Lingkup

Seperti yang kita ketahui Kelainan lamanya kehamilan dan kematian janin

adalah kejadian yang sering ditemui oleh karena itu penulis akan mencoba

mengulas tentang penyebab, pengelolaan, penanganan, dan pencegahan

kelainan lamanya kehamilan dan kematian janin.

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan

dan mengumpulkan bahan – bahan dari berbagai sumber yang berhubungan

dengan kelainan lamanya kehamilan dan kematian janin.

2

Page 3: materi bab I, II, III

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematika

sebagai berikut :

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulis

1.3 Ruang Lingkup

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN MATERI

1. Kelainan lamanya kehamilan

2.1.1 Persalinan prematur

A. Definisi

B. Etiologi

C. klasifikasi

D. Diagnosis

E. Pengelolaan

2.1.2 Kehamilan PostmaturA. DefinisiB. EtiologiC. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan NifasD. DiagnosisE. KomplikasiF. Penatalaksanaan

2.1.3 Pertumbuhan janin terhambatA. DefinisiB. EtiologiC. klasifikasiD. DiagnosisE. PrognosisF. Pencegahan

2. Kematian Janin dalam kandungan

A. Definisi

B. Etiologi

C. Diagnosis

3

Page 4: materi bab I, II, III

D. Penanganan

E. Pengaruh Terhadap Ibu

F. komplikasi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: materi bab I, II, III

BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Kelainan lamanya kehamilan

2.1.1 Persalinan prematur

A. Definisi

Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi

pada kehamilan 37 minggu (Wiknjosastro, 1994). Persalinan prematur

didefinisikan sebagai persalinan dengan batas kehamilan antara 26

minggu sampai 36 minggu (Sellers, 1993). Persalinan prematur

didefinisikan sebagai persalinan kurang dari 37 minggu atau sama

dengan 259 hari (WHO dalam Sellers, 1993).

B. Etiologi

1. Rahim yang berkembang terlalu cepat karena ada lebih dari satu

janin di dalamnya atau karena jumlah air ketuban terlalu banyak

2. Inkompetensi leher rahim (leher rahim tidak menutup dengan

rapat)

3. Pecahnya membran yang menahan air ketuban (pecah ketuban)

terlalu dini

4. Infeksi saluran kencing pada ibu

5. Ibu bekerja terlalu keras, mengalami stress, menderita anemia

atau kurang gizi

C. Diagnosis

Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman

persalinan preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada

kehamilan tidak benar – benar merupakan ancaman proses

persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai ancaman

persalinan preterm, yaitu :

1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7 – 8 menit sekali atau 2

– 3 kali dalam waktu 10 menit

2. Adanya nyeri pada punggung bawah ( low back pain )

3. Perdarahan bercak

4. Perasaan menekan daerah serviks

5

Page 6: materi bab I, II, III

5. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan

sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50 – 80%

6. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika

7. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan preterm

8. Terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu.

D. Komplikasi

1. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).

Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir.

Agar bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara

(alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli

bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut

surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi

menurunkan tegangan permukaan.

Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam

jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.

Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis,

akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan.

Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada

beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan

oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu

ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan

(bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang

dihubungkan dengan trakea bayi).

2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan

gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap

terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.

Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi

prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa

menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di

otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi

frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan.

6

Page 7: materi bab I, II, III

Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang

sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan

(perdarahan intraventrikuler).atau cedera .

3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi

pemberian makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran

kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang

diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat

menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung yang

berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan

yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak

dapat menyebabkan bayi muntah.

4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia

retrolental).

5. Displasia bronkopulmoner.

6. Penyakit jantung.

7. Jaundice.

Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang

normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil

pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi

baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin

darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat

menyebabkan sakit kuning (jaundice).

Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum

matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan

mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan

bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan

fungsi pencernaan bayi.

8. Infeksi atau septikemia.

Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang

sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi

dari ibunya melewati plasenta (ari-ari).

Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi

prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap

enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).

7

Page 8: materi bab I, II, III

9. Anemia .

10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang

berubah-ubah, bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah

(hipoglikemia).

11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

12. Keterbelakangan mental dan motorik.

E. Pengelolaan

menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan preterm

adalah : apakah ini memenga persalinan preterm. Selanjutnya

mencari penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin yang dapat

dilakukan secara klinis, laboratoris, ataupun ultrasonografi meliputi

pertumbuhan/berat janin, jumlah dan keadaan cairan amnion,

presentasi dan keadaan janin/ kelainan kongenital. Bila proses

persalinan kurang bulan masih tetap berlangsung atau mengancam,

meski telah dilakukan segala upaya pencegahan, maka

dipertimbangkan :

1. Seberapa bear kemampuan (dokter spesialis kebidanan, dokter

spesialis kesehatan anak, peralatan) untuk menjaga kehidupan

bayi preterm atau berapa persen yang akan hidup menurut berat

dan usia gestasi tertentu.

2. Bagaiman persalinan berakhir

3. Komplikasi yang akan timbul, misalnya perdarahan otak, atau

sindroma gawat napas

4. Pendapat pasien dan keluarga

5. Dana yang diperlukan

Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor :

1. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak

dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.

2. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan

telah mencapai 4 cm.

3. Umur kehamilan. Makin muda kehamilan, upaya pencegahan

makin perlu dilakukan.

8

Page 9: materi bab I, II, III

4. Penyebab atau komplikasi persalinan preterm

5. Kemampuan neonatal intensive care facilities

Beberapa langkah yag dapat dilakukan pada persalinan preterm,

terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm

adalah :

1. Menghambat proses persalinan preterm dengan memberikan

tokolisis

2. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan

3. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

2.1.2 Kehamilan PostmaturA. Definisi

Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung > 40 minggu dihitung menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Kehamilan post matur menurut Prof.Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalahkehamilan yang melewati 294 hariatau lebih dari 42 minggu lengkap dihitung dari HPHT.

B. Etiologi

Etiologi pasti belum diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan:

1. Penurunan kadar estrogen

Pada kehamilan normal kadar estrogen umumnya tinggi,dan dengan

usia kehamilan yang makin bertambah menyebabkan membran janin

khususnya menjadi kaya akan dua jenis glikofosdfolipid yaitu

fosfatililinosipol dan fosfatililetinolamin, yang keduanya mengandung

arakidonat pada posisi-sn-2. Janin manusia tampaknya memicu

persalinan melalui mekanisme tertentu yang belum dipahami dengan

jelas, sehingga terjadi pemecahan arakidonat dari kedua senyawa

glikofosfolipid ini , dengan demikian arakidonat tersedia untuk konversi

menjadi PGE-2 dan PGE-2 yang selanjutnya akan menstimulasi

penipisan serviks dan kontraksi ritmik uterus yang menjadi ciri khas

persalinan normal.

Kadar Progesteron yang tidak cepat turun walaupun kehamilan telah

cukup bulan, sehingga uterus kurang peka terhadap oksitosin

9

Page 10: materi bab I, II, III

2. Faktor stress

Nwosu dkk. menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol

dalam darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan terhadap steress

merupakan faktor tidak timbulnya his selain kurangnya air ketuban dan

insufisiensi plasenta.

C. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas

1. Terhadap Ibu

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus

tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang. Maka akan sering

dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan

perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan

mortalitas.

2. Terhadap janin

Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih

besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah

bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat

badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang,

sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin

dalam kandungan.

D. Diagnosa

Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat

menentukan:

1. Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle

2. Hasil pemeriksaan antenatal berupa:

a. Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)

b. Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)

c. Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)

3. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)

4. Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin

5. Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu

persaliunan, menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti.

USG, Ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air

ketuban

10

Page 11: materi bab I, II, III

6. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan

pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,

diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.

7. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan

amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban

akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah

kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh

dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak

akan berwarna jingga. Bila :

a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu

b. Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu

8. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut

warnanya karena dikeruhi mekonium.

9. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi

plasenta

10.Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan

diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi

janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam

kandungan.

11.Pemeriksaan kadar estriol dalam urin

12.Pemeriksaan PH darah kepala janin

13.Pemeriksaan sitologi vagina

(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Kita sering kali sukar menetapkan diagnosis kehamilan

sirotinus,khususnya di Negara berkembang tetapi dapat di gunakan

beberapa Kriteria berikut:

1. Detak jantung Janin mulai terdengar

a. Fondoskop pada minggu 18

b. Dopller pada minggu 12

2. Quickening terasa mulai minggu 18

a. Fundus uteri setinggi pusat pada minggu 20

Dendang memeriksakan USG perkiraan usui kehamilan akan

lebih tepat untuk kehamilan trimester I dan II, sedangkan pada

Trimester III sering kurang cepat. Kenyataan ini sering terjadi oleh

11

Page 12: materi bab I, II, III

karena pertumbuhan janin dalam rahim tidak tetap artinya bukan

merupakan pertumbuhan linier.

Perubahan yang mendasar yang terjadi pada kehamilan

sirotinus atau postmatur bersumber dari kemampuan plasenta

untuk memberikan nutrisi dan oksigen serta kemampuan fungsi

lainya, dan dapat menyebabkan keadaan sebagai berikut:

1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:

a. Tumbuh kembang janin berlangsung terus,sehingga berat

badan terus bertambah sekalipun lambat,dapt mencapai

lebih dari 4000-4500gr yang di sebut dengan bayi

makrosomia.

b. Bayi postmaturel hipermaturel dengan kriteria:

1. Mungkin dengan berat badsan yang besar atau

makrosomia

2. Kuku panjang

3. Penulangan baik

4. Tulang rawan telinga sudah cukup

5. Pertumbuhan genetalia sekunder sudah ada

6. Mata besar dan terbuka

2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi atau insufisiensi,

sehingga tidak mampu mamberikan nutrisi dan oksigen yang

cukup,akan terjadi sebaliknya dan di sebut sebagai sindron

postmature dengan criteria berikut:

a. Bayi tampak tua

b. Kuku panjang

c. Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput terutama

di kulit tangan dan kaki

d. Matanya lebar bahkan sudah terbuka

e. Verniks caseosa telah hilangatau berkuran

Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan

Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan

tanda-tanda postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :

12

Page 13: materi bab I, II, III

1. Stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah

mengelupas(maserasi), verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak

ada.

2. Stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan

kulit yang kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.

3. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin

serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting dinilai

keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium

(kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman,

begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya

langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.

E. Komplikasi

Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur hipoksia ;

1. Hipovolemia

2. Asidosis

3. Sindrom gawat napas

4. Hipoglikemia

5. Hipofungsi adrenal.

Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma

pada bayi dan maternal yang makin tinggi

1. Komplikasi trauma pada janin atau bayi

a. Asfiksia karena terlalu lama terjepit

b. Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam

dengan bentuk trias komplikasi:

1. Infeksi

2. Asfiksia

3. Trauma langsung dan perdarahan

2. Komplikasi maternal “trias komplikasi”

a. Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:

1. Robekan luas

2. Fistula rekto-vasiko vaginal

3. Ruptura perineum tingkat lanjut

13

Page 14: materi bab I, II, III

b. Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah

terjadi kontaminasi bacterial.

c. Perdarahan:

1. Trauma langsung jalan lahir

2. Atonia uteri

3. Retentio Plasenta

F. Penatalaksanaan

1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah

monitoring janin sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi.

4. Bila :

a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam Rahim

b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia

c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas

d. Pada kehamilan > 40-42 minggu

Maka ibu dirawat di rumah sakit :

1. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada

a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

b. Pembukaan yang belum lengkap,

c. persalinan lama dan terjadi gawat janin,

d. atau pada primigravida tua,

e. kematian janin dalam kandungan,

f. pre-eklampsia,

g. hipertensi menahun,

h. anak berharga (infertilitas) dan

i. kesalahan letak janin.

2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama

akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar

dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

14

Page 15: materi bab I, II, III

dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap

sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.

5. Bagaimana sikap bidan

Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :

a. Melakukan konsultasi dengan dokter

b. Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit

c. Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan

yang adekuat.

2.1.3 Pertumbuhan janin terhambat

A. Definisi

Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang

dari 10% dari berat yang harus dicapai paa usia kehamilan tertentu.

Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu

tidak ada pertumbuhan.

B. Etiologi

1. Faktor ibu, golongan faktor ibu merupakan penyebab yang

terpenting.

a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).

b. Kelainan uterus.

c. Kehamilan kembar.

d. Ketinggian tempat tinggal.

e. Keadaan gizi.

f. Perokok.

Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan

endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium

sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju retroplasenter

sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting

artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus.

Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel

trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga

cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan

arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap jalannya destruksi sel

trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan

keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam bentuk

15

Page 16: materi bab I, II, III

“iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi bentuk

hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan

gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu

besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah

pokok.Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan

pertumbuhan. Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan

besar dipersulit oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua

janin dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan

dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar. Jika terpajan

pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin

mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Janin dari wanita

yang tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih

rendah daripada mereka yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di

dataran rendah.

Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya

wanita gemuk cenderung melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru

lahir menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat badan

yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa

kehamilan. Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama

pada jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi

dari kalori. Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu

mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap

hari.

Penambahan berat badan yang kurang di dalam masa hamil

menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.

Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan

melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada

waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua

faktor yaitu :

1. wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan

kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan

oleh janin,

2. merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga

16

Page 17: materi bab I, II, III

terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan

yang sampai ke dalam ruang intervillus.

2. Faktor anak.

A. Kelainan kongenital.

B. Kelainan genetik

C. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH

(toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).

Infeksi intrauterin adalah penyebab lain dari hambatan

pertumbuhan intrauterin. Banyak tipe seperti pada infeksi oleh TORCH

(toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa

menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari

kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi

berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi

yang lahir sebelum terkena infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin

meninggikan kecepatan metabolisme pada janin

tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta

sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.

3. Faktor plasenta

Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta.

Faktor plasenta dapat dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu

ada beberapa kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta.

Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan

aspek morfologi dari plasenta. Pengertian dasar dari sindroma

insufisiensi plasenta menunjukkan adanya satu kondisi kegawatan janin

yang bisa nyata selagi masih dalam masa kehamilan (insufisiensi kronik)

atau dalam masa persalinan (insufisiensi akut) sebagai akibat

gangguan pada fungsi plasenta. Dipandang dari sudut kepentingan janin

sebuah plasenta mempunyai fungsi-fungsi yaitu : respirasi, nutrisi,

ekskresi, sebagai liver sementara (transient fetal liver), endokrin dan

sebagai gudang penyimpanan dan pengatur fungsi metabolisme.

Dalam klinis fungsi ganda ini tidak dapat dipisah-pisahkan

dengan nyata, yang dapat dikenal hanyalah tanda-tanda kegagalan

keseluruhannya yang bisa nyata dalam masa hamil dan menyebabkan

hambatan pertumbuhan intrauterin atau kematian intrauterin, atau

17

Page 18: materi bab I, II, III

menjadi nyata dalam waktu persalinan dengan timbulnya gawat janin

atau hipoksia janin dengan segala akibatnya. Info Lengkap...Download

C. Klasifikasi

Dikenal ada 3 macam PJT, yaitu :

1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada

kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi tubuh janin untuk

memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan

kromosom atau infeksi janin. Prognosisnya buruk.

2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris. Terjadi pada

kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk

memperbesar sel (hipertrofi), misalnya pada hipertensi dalam

kehamilan disertai insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik. PJT tipe III

adalah kelainan di antara kedua tipe di atas. Terjadi pada kehamilan

20-28 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara

gangguan hiperplasia dan hipertrofi sel, misalnya dapat terjadi pada

3. Malnutrisi ibu, kecanduan obat, atau keracunan

D. Diagnosis

Identifikasi janin yang tumbuh tidak sesuai masih menjadi tantangan.

Masalah ini digarisbawahi oleh kenyataan bahwa identifikasi seperti itu tidak

selalu mungkin dilakukan bahkan di ruang perawatan sekalipun.

Bagaimanapun juga, ada teknik klinis sederhana dan teknologi yang lebih

kompleks yang terbukti bermanfaat untuk membantu menyingkirkan dan

mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat. Beberapa teknik yang banyak

digunakan serta yang potensial digunakan sebagai berikut:

1. Pengukuran tinggi fundus uteri.

Pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan secara serial dan

cermat selama kehamilan adalah metode penapisan yang sederhana,

aman, tidak mahal, dan cukup akurat untuk mendeteksi banyak janin

yang kecil untuk masa kehamilan (Gardosi dan Francis, 1999).1

Kekurangannya yang utama adalah ketidak tepatannya. Jensen dan

Larsen (1991) serta Walvaren dkk. (1995) menemukan bahwa

18

Page 19: materi bab I, II, III

pengukuran simfisis-fundus membantu mengidentifikasi hanya 40

persen bayi-bayi seperti itu. Jadi, bayi yang kecil untuk masa

kehamilan dapat terlewatkan atau terdiagnosis berlebihan. Meskipun

demikian, hasil-hasil ini tidak mengurangi pentingnya pengukuran

fundus yang dilakukan secara cermat sebagai cara penapisan

sederhana.

Metode yang digunakan di kebanyakan klinik di Amerika Serikat

dilaporkan oleh Jimenez dkk. (1983). Singkatnya, cara ini

menggunakan sebuah tali pengukur yang dikalibrasi dalam sentimeter

dan dipasang pada lengkung abdomen dari tepi atas simfisis sampai

ke tepi atas fundus uteri yang diidentifikasi dengan palpasi atau

perkusi. Tali pengukur tadi dipasang dengan penunjuk angka yang

jauh dari pemeriksaan untuk menghindari bias. Antara usia gestasi 18

dan 30 minggu, tinggi fundus uteri dalam sentimeter bertepatan

dengan minggu gestasi. Bila ukurannya lebih dari 2 sampai 3 cm dari

tinggi seharusnya, pertumbuhan janin yang tidak sesuai dapat

dicurigai.

2. Pemeriksaan dengan ultrasonografi

Bila terduga telah ada hambatan pertumbuhan janin misalnya

karena pada kehamilan itu terdapat faktor-faktor risiko seperti

hipertensi, pertambahan berat badan ibu hamil tidak mencukupi, atau

tinggi fundus uteri jauh tertinggal atau ibu hamil dengan diabetes

melitus dengan komplikasi vaskuler, pemeriksaan lanjutan dengan uji

yang lebih sensitif perlu dilakukan untuk konfirmasi. Kriteria

ultrasonografi untuk pertumbuhan janin terhambat terutama

peningkatan rasio panjang femur dari lingkaran perut, peningkatan

lingkar kepala dari lingkar perut dan oligohidramnion. Telah diketahui

ada korelasi yang baik antara pengukuran tinggi fundus uteri dengan

beberapa antropometri janin seperti diameter biparietal (DBP) atau

lingkaran perut (LP) janin (r = 0,8).

Pemeriksaan dengan ultrasound real-time akan bisa

membedakan hambatan pertumbuhan intrauterin asimetri dengan

hambatan pertumbuhan intrauterin simetri, selain dari itu dapat pula

mengukur berat janin, gangguan pertumbuhan kepala (otak), kelainan

19

Page 20: materi bab I, II, III

kongenital dan olighidramnion. Jika usia kehamilan dapat diketahui

dengan pasti, maka beberapa antropometri janin seperti DBP,

lingkaran kepala (LK), panjang femur, dan LP akan dapat memberikan

kontribusi menguatkan diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin

dan menetapkan beratnya atau tingkat gangguan pertumbuhan. DBP

kepala janin baik sekali sebagai alat bantu menetapkan usia

kehamilan dalam trimester kedua karena kesalahannya relatif sangat

kecil pada waktu ini, dan terdapat korelasi yang dekat sekali antara

DBP dengan usia kehamilan. Kehamilan pengukuran 5mm hanya

sesuai dengan beda 1minggu pertumbuhan saja. Sayangnya, korelasi

DBP dengan usia kehamilan makin berkurang pada usia kehamilan

yang lebih lanjut, semakin tua usia kehamilan semakin kurang tepat

usia kehamilan bila diukur pada DBP. Pada pasien yang terduga

mengalami hambatan pertumbuhan intrauterin, pengukuran kepala

janin harus telah dimulai pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu.

Karena standar error pengukuran DBP sekitar 2 mm dan pertumbuhan

DBP sekitar 1,5 mm per minggu dalam trimester terakhir, maka

pengukuran DBP serial dalam trimester ketiga tidak dapat memberi

kontribusi yang cukup baik untuk memantau hambatan pertumbuhan

intrauterin, terlebih hambatan pertumbuhan kepala relatif baru terjadi

belakangan sekali (karena fenomena brain sparing effect) pada

sindroma insufisiensi plasenta.

Untuk maksud mendiagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin

lebih baik dipergunakan perbandingan ukuran (ratio) antara LK

dengan LP yang sekaligus dapat membedakan hambatan

pertumbuhan intrauterin simetris dan asmetris. Ratio LK/LP bertambah

kecil semakin tua umur kehamilan. Pada usia kehamilan sampai

dengan 32 minggu LK > LP, pada usia kehamilan antara 32 minggu

sampai 36 minggu ukuran keduanya lebih kurang sebanding (LK =

LP), dan setelah kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP. Jadi

pada hambatan pertumbuhan intrauterin asimetri terdapat ratio LK/LP

lebih besar daripada yang seharusnya menurut usia kehamilan.

Bila diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah

ditegakkan, maka pengukuran DBP akan menolong memonitor

20

Page 21: materi bab I, II, III

pertumbuhan otak janin dan mencegah disfungsi susunan saraf pusat

yang terjadi bilamana pertumbuhan DBF tidak bertambah lagi.

3. Penilaian volume cairan ketuban

Pada hambatan pertumbuhan intrauterin terutama pada

kehamilan yang berlatar belakang hipertensi sering disertai

oligohidramnion. Oligohidramnion bisa berakibat tali pusat terjepit dan

kematian janin dapat terjadi dengan tiba-tiba.

Oleh sebab itu penilaian volume cairan ketuban perlu dipantau

dari minggu ke

minggu dengan pesawat ultrasonografi. Penilaian volume cairan

ketuban dengan ultrasonografi bisa dengan cara mengukur kedalaman

cairan ketuban yang paling panjang pada satu bidang vertikal atau

bisa juga dengan cara menghitung indeks cairan ketuban. Pada cara

pertama, jika kedalaman cairan ketuban yang terpanjang kurang dari

pada 2 cm, adalah merupakan tanda telah ada oligohidramnion dan

janin yang sedang mengalami kegawatan, kehamilan perlu segera

diterminasi. Sebaliknya jika panjang kolom dari cairan ketuban

berukuran > 8 cm merupakan tanda telah ada polihidramnion. Pada

cara kedua, uterus dibagi dalam 4 kuadran melalui bidang sagital dan

vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom cairan ketuban

yang terpanjang dari tiap kuadran dijumlahkan. Bila penjumlahan

panjang kolom cairan ketuban itu < 5 cm, merupakan tanda telah ada

oligohidramnion. Bila panjangnya berjumlah antara 18 sampai 20 cm

merupakan tanda telah ada polihidramnion.

4. Pemeriksaan Doppler Velosimetri

Pemeriksaan Doppler velosimetri arteria umbilikalis bisa

mengenal adanya pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat

resistensi vaskuler dari plasenta. Ditandai dengan tidak ada atau

berbaliknya aliran akhir diastolik yang menunjukkan tahanan yang

tinggi. Pada kelompok dengan rasio S/D (systolic and diastolic ratio)

yang tinggi > 3 terdapat angka kesakitan dan kematian perinatal yang

tinggi dan karenanya dianggap adalah indikasi untuk terminasi

kehamilan.

21

Page 22: materi bab I, II, III

5. Pemantauan kegiatan kerja jantung janin

Bila hambatan pertumbuhan intrauterin itu berlatar belakang

kekurangan gizi disebabkan kurang makan atau hambatan

pertumbuhan intrauterin itu karena ibu merokok jarang sekali bisa

menyebabkan kematian janin. Untuk maksud ini dilakukan

pemeriksaan contraction stress test (CST) atau uji beban kontraksi

setiap minggu dengan menginfus oksitosin atau merangsang puting

susu ibu untuk membangkitkan kontraksi pada uterus. Pemeriksaan

non-stress test (NST) atau uji tanpa beban dua kali seminggu

dikatakan lebih baik lagi untuk memantau kesehatan janin terlebih bila

bersama dengan pemeriksaan profil atau tampilan biofisik janin yang

dilakukan setiap minggu.

6. Uji Biokimiawi

Pemeriksaan ini tak lain adalah pemeriksaan fungsi plasenta

yang terutama bermanfaat untuk mengetahui kesehatan janin pada

keadaan maternal yang patologik yang telah disertai oleh insufisiensi

fungsi plasenta dimana produksi bahan-bahan tersebut oleh plasenta

semuanya semakin berkurang.

Pemeriksaan kadar AFP (alfa-feto protein) serum ibu dalam

kehamilan berusia sekitar 16 minggu memperlihatkan bahwa nilai

tinggi sampai lebih dari pada dua kali lipat nilai rata-rata sering kali

akan disertai oleh kelahiran preterm atau kemudian berkembang

menjadi hambatan pertumbuhan intrauterin. Ini misalnya terjadi pada

kasus dengan solusio plasenta dini (± pada kehamilan 16 minggu)

yang menyebabkan perembesan AFP janin kedalam darah maternal

sehingga kadarnya dalam darah ibu menjadi tinggi. Kerusakan

plasenta kemudiannya dapat menyebabkan hambatan pada

pertumbuhannya yang pada ujungnya berakibat kepada pertumbuhan

janin.

7. Terminasi kehamilan lebih awal

Berhubung pemantauan janin dengan program, fetal

surveillance .belum mencapai tingkat kesempurnaan yang pasti dan

sebagian bayi-bayi yang lahir rusak kesehatannya atau meninggal

akibat penderitaan intrauterin, maka sebaiknya janin dengan

22

Page 23: materi bab I, II, III

hambatan pertumbuhan intrauterin dilahirkan lebih awal dipusat

pelayanan perinatal. Bila semua hasil pemeriksaan fetal surveillance

normal terminasi kehamilan yang optimal dilakukan pada usia

kehamilan 38 minggu. Jika serviks matang dilakukan induksi partus.

Sebaliknya bila hasil fetal surveillance menjadi abnormal dalam masa

pemantauan sebelum mencapai usia kehamilan 38 minggu,

kematangan paru janin perlu dipastikan dengan pemeriksaan rasio

lesitin/sfingomielin air ketuban. Bila ternyata paru-paru janin telah

matang (rasio L/S= 2 atau lebih) terminasi kehamilan dilakukan bila

terdapat :

a. uji beban kontraksi positif

b. oligohidramnion

c. DBF tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko

tinggi mengalami disfungsi.

Pada umumnya hambatan pertumbuhan intrauterin pada janin

yang masih dalam usia preterm tidak ada suatu tindakan tertentu yang

dapat memperbaiki keadaan. Dalam penanganannya pertama perlu

dipastikan bahwa janin tidak mempunyai kelainan kongenital yang

berat seperti trisomi dan sebagainya untuk menghindari

intervensi/bedah sesar yang tidak perlu. Bila kelainan kongenital ini

tidak ada, ibu hamil dengan hambatan pertumbuhan intrauterin yang

berat segera dirawat inap. Istirahat baring, berikan makanan yang

bernilai gizi tinggi, dan lakukan fetal surveillance.

Bagi hambatan pertumbuhan intrauterin yang berlatar belakang

kurang gizi ibu, ibu perokok atau peminum atau peminat narkoba,

penghentian kebiasaan buruk ini dan perbaikan gizi disertai banyak

istirahat baring akan bisa memperbaiki pertumbuhan janin sekaligus

sebagai upaya mengurangi risiko lahir preterm.

Menurut teori dan hasil suatu penelitian pemberian aspirin dosis

rendah sejak awal sebagai terapi anti trombosit akan mencegah

pembentukan thrombosis uteriplasenta, infark pada plasenta, maupun

hambatan pertumbuhan intrauterine idiopati pada wanita dengan

riwayat hambatan pertumbuhan intrauterin berat.

23

Page 24: materi bab I, II, III

Pada umumnya terminasi kehamilan pada fetus dengan hambatan

pertumbuhan intrauterin berat dan preterm adalah lebih

menguntungkan dari pada membiarkan kehamilan yang demikian

berlangsung berlama-lama karena biasanya fetus yang demikian

sudah cukup matang untuk dapat hidup jika :

a. Persalinan dapat berlangsung cepat dan tidak berlama-lama

dan membiarkan risiko gawat bertambah

b. Tersedia monitoring yang ketat dalam masa persalinan untuk

mencegah memburuknya keadaan atau persalinan diselesaikan

dengan bedah sesar

c. Perawatan intensif harus segera dimulai sejak neonatus lahir.

8. Monitoring intrapartum

Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus

sebab fetus dengan hambatan pertumbuhan intrauterin mudah

menjadi hipoksia dalam masa ini. Oligohidramnion bisa menyebabkan

tali pusat terjepit sehingga rekaman jantung janin menunjukkan

deselerasi variabel. Keadaan ini diatasi dengan memberi infus

kedalam rongga amnion (amnioinfusion). Pemantauan dilakukan

dengan kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman internal pada

mana elektroda dipasang pada kulit kepala janin setelah ketuban

pecah/dipecahkan dan kalau perlu diperiksa pH janin dengan

pengambilan sampel darah pada kulit kepala.

Bila pH darah janin < 7,2 segera lakukan resusitasi intrauterin

kemudian disusul terminasi kehamilan dengan bedah sesar.

Resusitasi intrauterin dilakukan dengan cara ibu diberi infus (hidrasi

maternal) merebahkan dirinya kesamping kiri, bokong ditinggikan

sehingga bagian terdepan lebih tinggi, berikan oksigen kecepatan 6

I/menit, dan his dihilangkan dengan memberi tokolitik misalnya

terbutalin 0,25 mg subkutan.

24

Page 25: materi bab I, II, III

E. Prognosis

Prognosis PJT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang

bulan, tetapi sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan

pertumbuhan setelah lahir. Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan

multipel) buruk dan satu diantaranya meninngal.

F. Pencegahan

Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah IUGR, adalah sebagai

berikut : usahakan hidup sehat, hindari stress selama kehamilan, hindari

konsumsi obat – obatan yang tidak dianjurkan selama hamil, olahraga rutin,

hindari alcohol, rokok, dan narkoba, periksakan kehamilan secara rutin.

2.2 Kematian Janin dalam kandungan

A. Definisi

Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam

kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal

deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu

maupun sesudah kehamilan 20 minggu. Sebelum 20 minggu : Kematian

janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi

yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut

missed abortion. Sesudah 20 minggu : Biasanya ibu telah merasakan

gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita

tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim

B. Etiologi

1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta

2. Pre eklamsi dan eklamsi

3. Penyakit-penyakit kelainan darah

4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular

5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis,

glomerulonefritis dan payah ginjal

6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid

7. Kelainan kromosom

8. Trauma saat hamil

9. Kelainan bawaan janin

25

Page 26: materi bab I, II, III

10. Malnutrisi dan sebagainya.

C. Diagnosis

1. Anamnesis

Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan

janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar,

bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau

wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan

merasakan sakit seperti mau melahirkan.

2. Inspeksi

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat

terutama pada ibu yang kurus.

3. Palpasi

Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba

gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya

krepitasi pada tulang kepala janin.

4. Auskultasi

Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan

terdengar DJJ.

5. Reaksi kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam

kandungan.

6. Rontgen Foto Abdomen

Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin

Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.

Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin

Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin

Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak

Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.

7. Ultrasonografi

Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

26

Page 27: materi bab I, II, III

D. Penanganan

1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah

terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu

untuk mencapai kepastian diagnosis.

2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan

yang spontan.

3. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu

setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat

agar dapat dilakukan induksi partus.

4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk

mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian

oksitoxsin drip, dengan atau tanpa amniotomi.

E. Pengaruh Terhadap Ibu

Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak

membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan

terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu

pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah

diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah

perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah

segar atau pemberian fibrinogen.

F. Komplikasi

1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin

dan persalinan cukup bulan.

2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.

3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.

27

Page 28: materi bab I, II, III

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

1. Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan dengan batas kehamilan antara 26 minggu sampai 36 minggu

2. Etiologi :a. Rahim yang berkembang terlalu cepat karena ada lebih dari satu

janin di dalamnya atau karena jumlah air ketuban terlalu banyakb. Inkompetensi leher rahim (leher rahim tidak menutup dengan rapat)c. Pecahnya membran yang menahan air ketuban (pecah ketuban)

terlalu dinid. Infeksi saluran kencing pada ibue. Ibu bekerja terlalu keras, mengalami stress, menderita anemia atau

kurang gizi3. Diagnosis persalinan preterm, yaitu :

a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7 – 8 menit sekali atau 2 – 3 kali dalam waktu 10 menit

b. Adanya nyeri pada punggung bawah ( low back pain )c. Perdarahan bercakd. Perasaan menekan daerah servikse. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan

sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50 – 80%f. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadikag. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan pretermh. Terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu.

4. Komplikasi :a. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).b. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan

gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu

c. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan

d. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)

e. Displasia bronkopulmoner.f. Penyakit jantung.g. Jaundice.h. Infeksi atau septikemia.i. Anemia .j. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

28

Page 29: materi bab I, II, III

k. Keterbelakangan mental dan motorik5. Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung > 40 minggu

dihitung menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.6. Etiologi pasti belum diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan:

a. Penurunan kadar estrogenb. Faktor stress

7. Pengaruh pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas :a. Terhadap IbuPersalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus

tidak terkoordinir, Janin besar, Moulding kepala kurang.b. Terhadap janinJumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih

besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

8. Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur hipoksia ;1. Hipovolemia2. Asidosis3. Sindrom gawat napas4. Hipoglikemia5. Hipofungsi adrenal.

9. Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai paa usia kehamilan tertentu.

10. Etiologi pertumbuhan janin terhambat1. Faktor ibu, golongan faktor ibu merupakan penyebab yang terpenting.

a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu). b. Kelainan uterus. c. Kehamilan kembar. d. Ketinggian tempat tinggal. e. Keadaan gizi. f. Perokok.

2. Faktor anak.a. Kelainan kongenital.b. Kelainan genetikc. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma,

rubela, sitomegalovirus, dan herpes).3. Faktor plasenta

11. Dikenal ada 3 macam PJT, yaitu :1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris.2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.3. Malnutrisi ibu, kecanduan obat, atau keracunan

12. Diagnosis pertumbuhan janin terhambat :1. Pengukuran tinggi fundus uteri.2. Pemeriksaan dengan ultrasonografi3. Penilaian volume cairan ketuban

29

Page 30: materi bab I, II, III

4. Pemeriksaan Doppler Velosimetri5. Pemantauan kegiatan kerja jantung janin6. Uji Biokimiawi7. Terminasi kehamilan lebih awal8. Monitoring intrapartum13. Prognosis PJT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang

bulan, tetapi sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir. Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan multipel) buruk dan satu diantaranya meninngal.

14. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah IUGR, adalah sebagai berikut : usahakan hidup sehat, hindari stress selama kehamilan, hindari konsumsi obat – obatan yang tidak dianjurkan selama hamil, olahraga rutin, hindari alcohol, rokok, dan narkoba, periksakan kehamilan secara rutin.

15. Kematian Janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD).

16. Etiologi kematian janin dalam kandungan :1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta2. Pre eklamsi dan eklamsi3. Penyakit-penyakit kelainan darah4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis,

glomerulonefritis dan payah ginjal6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid7. Kelainan kromosom8. Trauma saat hamil9. Kelainan bawaan janin10. Malnutrisi dan sebagainya.

17. Diagnosis kematian janin dalam kandungan :a. Anamnesisb. Inspeksic. Palpasid. Tinggi funduse. Auskultasif. Reaksi kehamilang. Rontgen Foto Abdomenh. Ultrasonografi

18. Komplikasi kematian janin dalam kandungan :a. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian

janin dan persalinan cukup bulan.b. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.c. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.

30

Page 31: materi bab I, II, III

3.2Saran

1. Para tenaga kesehatan terutama seorang bidan diharapkan memahami

tentang kelainan lamanya kehamilan dan kematian janin.

2. Bidan harus bisa mendeteksi kelainan lamanya kehamilan dan kematian

janin, dan merujuk pasien ke tempat yang benar.

3. Ibu hamil sebaiknya melakukan ANC rutin untuk dapat memantau adanya

kelainan pada kehamilannya sedini mungkin.

31