Upload
lynhu
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam
Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung
selama bulan April 2012 hingga Juni 2012.
Materi
Ternak
Merpati yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 pasang atau 60
ekor berumur 9-12 bulan dengan kisaran bobot badan 200-405 g dan rataan bobot
badan 322,93 g. Merpati diperoleh dari peternak dan pedagang merpati di sekitar
lokasi penelitian. Kriteria merpati dalam penelitian ini yaitu merpati dalam kondisi
sehat, memiliki jumlah bulu sayap primer dan bulu ekor yang lengkap, tidak
memiliki cacat fisik dan mampu untuk dilatih terbang.
Kandang
Setiap pasang merpati ditempatkan dalam kandang utama berukuran panjang
50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Kandang berjumlah 17 unit dan terbagi dalam
tiga blok yaitu blok A terdiri dari 4 unit kandang, blok B terdiri dari 5 unit kandang
dan blok C terdiri dari 8 unit kandang. Setiap unit kandang dilengkapi tempat pakan
dan tempat minum. Kandang yang digunakan dalam penelitian disajikan pada
Gambar 1.
(a) (b) (c)
Gambar 1. Kandang Merpati pada Blok A (a), Blok B (b) dan Blok C (c).
Kandang lain yang digunakan dalam penelitian ini selain kandang utama
yaitu kandang tempat penjodohan adalah kandang untuk betina saat di luar kandang
9
utama dan kandang untuk melepas merpati jantan. Kandang tempat penjodohan,
kandang untuk betina dan kandang untuk melepas merpati jantan disajikan pada
Gambar 2.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Kandang Penjodohan (a), Kandang Betina (b) dan Kandang Lepas (c).
Pakan dan Air Minum
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jagung kuning yang
berukuran kecil (jagung super) dengan diameter 0,5 cm. Pakan diberikan setiap pagi
dan hanya satu kali. Setiap pasang merpati diberikan pakan sebanyak 70 g,
sedangkan air minum diberikan ad libitum.
Prosedur
Proses Penjodohan
Proses penjodohan merpati dimulai dengan masa perkenalan. Merpati jantan
dipertemukan dengan merpati betina namun masih dalam kandang yang berbeda.
Kandang tersebut dibuat sekat untuk memisahkan merpati jantan dan merpati betina
agar tidak terjadi keributan dalam kandang, namun sepasang merpati tersebut masih
bisa saling melihat. Merpati jantan akan mengeluarkan suara bekur pada saat melihat
merpati betina, hal tersebut merupakan salah satu ciri untuk membedakan merpati
jantan dan merpati betina. Saat merpati jantan bekur yaitu menggelembungkan
bagian lehernya, yang diikuti dengan gerakan-gerakan yang khas untuk menggoda
merpati betina. Merpati betina juga bisa mengeluarkan suara bekur namun tidak
sekeras suara bekur merpati jantan dan bekur merpati betina tidak diikuti dengan
gerakan-gerakan seperti merpati jantan.
Ciri merpati yang sudah berjodoh yaitu saat merpati jantan dan betina
disatukan, merpati jantan akan mengeluarkan suara bekur dan menggelembungkan
10
bagian lehernya serta menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan
kemudian ke atas dan ke bawah yang diikuti dengan gerakan seperti tarian. Posisi
sayap dan ekor merpati jantan pada saat bekur akan lebih rendah bahkan hingga
terseret di tanah. Merpati betina mengangguk-anggukan kepalanya pada saat merpati
jantan mengeluarkan suara bekur.
Proses perkawinan diawali dengan percumbuan, merpati jantan maupun
merpati betina melakukan aktifitas telisik. Telisik merupakan salah satu tingkah laku
unggas untuk membersihkan bulu menggunakan paruh. Merpati betina memasukan
paruhnya ke dalam paruh merpati jantan. Saat paruh merpati betina berada dalam
paruh merpati jantan keduanya menggetarkan kepalanya seperti sedang meloloh,
setelah melakukan pelolohan maka betina akan merebahkan badannya agar dinaiki
merpati jantan. Jika pada saat merpati betina merebahkan badannya namun merpati
jantan tidak mau menaiki maka merpati betina akan meminta diloloh lagi sampai
merpati jantan mau menaikinya. Jika merpati jantan sudah menaiki merpati betina
dan merpati jantan pasangannya menggoyang-goyangkan ekor serta mengepak-
kepakan sayapnya maka proses perkawinan telah berhasil dilakukan. Setelah proses
perkawinan biasanya merpati jantan langsung terbang, namun ada juga beberapa
pasangan yang melakukan proses perkawinan secara bergantian. Pada saat merpati
jantan telah berhasil melakukan perkawinan maka giliran merpati betina yang
menaiki merpati jantan dengan gerakan yang sama.
Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem
pemeliharaan semi intensif. Sepasang merpati dikandangkan dalam kandang utama
dari sore hingga pagi hari. Selanjutnya setiap pagi merpati jantan dikeluarkan dari
kandang dan dibiarkan bebas, sedangkan merpati betina ditempatkan dalam kandang
khusus untuk betina. Merpati betina tidak dibiarkan bebas agar mempermudah dalam
penanganan. Merpati betina lebih cenderung senang di luar kandang, sedangkan
merpati jantan lebih sering masuk keluar kandang karena ingin menjaga kandangnya
atau daerah teritorialnya, sehingga merpati jantan lebih sering terlihat berkelahi
dibandingkan merpati betina. Perkelahian pada merpati bukan hanya masalah
kandang, ada juga perkelahian yang disebabkan karena memperebutkan pasangan,
merpati jantan yang mempunyai pasangan yang berwarna sama biasanya akan
11
berkelahi ketika merpati betina yang berwarna sama tersebut dibiarkan bebas. Kedua
merpati jantan tersebut akan sama-sama mengejar merpati betina yang berwarna
sama dengan pasangannya sehingga terjadi perkelahian.
Pada saat merpati dikeluarkan dari kandang, tempat pakan dan tempat minum
dikeluarkan dan dibersihkan atau dicuci dan dilakukan setiap hari. Tempat pakan dan
tempat minum yang sudah dicuci kemudian dijemur. Saat menunggu tempat pakan
dan minum kering, kandang dibersihkan dengan menggunakan peralatan seperti
kape, koas dan serokan. Merpati jantan dan merpati betina dijemur 1-2 jam setiap
pagi agar memperoleh cahaya sinar matahari. Merpati yang terlihat kotor (terdapat
kotoran/feses pada bagian bulunya) dimandikan dan dijemur. Merpati dimandikan
dua hari sekali, merpati yang sudah dijemur kemudian dimasukan kembali dalam
kandang. Merpati dikeluarkan kembali pada sore hari, merpati jantan dan merpati
betina dibiarkan bebas. Hal ini bertujuan agar merpati tersebut dapat mencari grit
berupa batu-batu kecil atau kerikil, arang serta abu yang ada di sekitar kandang. Grit
ini merupakan pakan tambahan yang bertujuan untuk membantu proses pencernaan
dalam tembolok. Selain untuk mendapatkan grit, tujuan lain merpati jantan dan
betina dibiarkan bebas pada sore hari yaitu agar sepasang merpati tersebut dapat
melakukan perkawinan.
Cara Melatih
Merpati yang baru datang dikurung terlebih dahulu selama satu hari penuh
dengan tujuan agar sepasang merpati tersebut dapat beradaptasi dengan kandang atau
tempat tinggal barunya. Merpati mulai dikeluarkan dari kandang pada hari ke-dua,
namun merpati betina tetap berada di dalam kandang khusus betina (dongdang dalam
bahasa sunda) yang berada di dekat kandang utama. Jika sepasang merpati sudah
dapat beradaptasi, maka mulai dilepas bebas hanya pada sore hari sekitar pukul 17.00
atau ketika sudah mulai gelap agar merpati tidak terbang jauh.
Merpati jantan mulai dilatih terbang pada hari ke-tiga pemeliharaan. Latihan
terbang untuk merpati jantan dilakukan pada jarak tertentu dan bertahap. Selain itu
latihan terbang untuk merpati lokal tipe tinggian dilakukan pada satu arah, misalkan
barat ke timur. Jika merpati telah mengenal medan latihan, maka jarak latih terbang
ditambah. Pada setiap latihan terbang, merpati yang masih baru dibantu oleh merpati
yang telah mengenal medan (guide).
12
Latihan terbang dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari jarak 100 m, 150
m dan 200 m. Latihan terbang dilakukan pagi hari karena kecepatan angin pada pagi
hari masih konstan, sehingga kondisi angin saat latihan maupun pengambilan data
kecepatan terbang seragam. Merpati diterbangkan pada jarak yang sama sebanyak
tiga kali atau sampai merpati tersebut dapat terbang tanpa salah arah. Jika merpati
sudah mengenal medan yaitu langsung pulang ke kandang ketika terbang berdua
dengan seekor guide, selanjutnya merpati dibiasakan terbang sendiri. Pencatatan
kecepatan terbang merpati dilakukan saat merpati terbang sendiri dan tidak dipandu
oleh guide.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara bertahap karena kapasitas kandang
terbatas. Pengambilan data dilakukan secara bergilir. Merpati yang dipelihara sudah
didapatkan seluruh datanya, maka merpati tersebut ditukar ke pasar atau ke peternak.
Setiap pasang merpati dipelihara selama 14 hari. Pemeliharaan di kandang
selama 3 hari dan latihan terbang untuk persiapan pengambilan data kecepatan
terbang dilakukan selama 9 hari, selanjutnya hari ke-13 dan ke-14 dilakukan
pengambilan data kecepatan terbang.
Pengamatan dilakukan setiap hari secara langsung meliputi manajemen
pemeliharaan, pengambilan data sifat kualitatif dan sifat kuantitatif, serta data rataan
kecepatan terbang. Pengambilan data sifat kualitatif dilakukan pada saat merpati
datang, sedangkan pengambilan data kuantitatif berlangsung selama 14 hari untuk
setiap pasang merpati.
Rancangan dan Analisis Data
Peubah
Peubah sifat kualitatif yang diamati antara lain warna bulu, warna iris mata,
tipe shank, tipe bulu sayap, tipe ujung bulu sayap, bentuk kepala dan bentuk badan.
1) Warna bulu. Warna bulu merpati bervariasi seperti hitam, putih, coklat,
megan, gambir, tritis, blantong, kelabu, batik dan blorok.
2) Warna iris mata. Warna iris mata merpati bervariasi. Warna iris mata merpati
yaitu kuning, putih (pillow) dan coklat (asem). Selain itu, ada juga merpati
yang memiliki warna iris mata yang berbeda pada kedua sisinya, misal iris
13
mata kiri berwarna kuning dan iris mata kanan berwarna coklat (asem) yang
disebut iris mata liplap. Ada juga merpati yang memiliki warna iris mata
yang berbeda dalam satu mata seperti sebagian mata berwarna putih (pillow)
dan sebagian lagi berwarna coklat (asem).
3) Tipe shank. Tipe shank merpati terdiri dari dua jenis, yaitu tipe shank basah
dan tipe shank kering. Warna shank merpati yang kering terlihat lebih putih
dan seperti bersisik dibandingkan dengan warna shank basah.
4) Tipe bulu sayap. Tipe bulu sayap merpati ada dua jenis, yaitu bulu sayap
rapat dan bulu sayap renggang.
5) Bentuk ujung bulu sayap. Bentuk ujung bulu sayap ada dua jenis, yaitu ujung
bulu sayap tumpul dan ujung bulu sayap lancip.
6) Bentuk kepala. Bentuk kepala merpati ada tiga jenis, yaitu kepala jenong,
kepala perkutut dan kepala curut.
7) Bentuk tubuh. Bentuk tubuh merpati ada dua jenis, yaitu bentuk tubuh seperti
kapal dan bentuk tubuh seperti jantung pisang.
Peubah sifat kuantitatif yang diamati antara lain bobot badan, lingkar dada,
lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, panjang dada, panjang punggung,
jumlah bulu sayap primer, rentang sayap, panjang sayap, jumlah bulu ekor, panjang
bulu ekor, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan rataan kecepatan terbang serta pola
terbang.
1). Bobot badan. Penimbangan dilakukan pada hari pertama (sebelum dilatih
terbang) dan hari ke-14 (setelah pengambilan data kecepatan terbang).
Pengukuran bobot badan dilakukan pada pagi hari sebelum merpati diberi
makan. Timbangan dan penimbangan bobot badan disajikan pada Gambar 3.
(a) (b)
Gambar 3. Timbangan Digital (a) dan Penimbangan Bobot Badan (b)
14
2). Ukuran-ukuran tubuh. Bagian tubuh yang diamati yaitu lebar dada luar, lebar
dada dalam, dalam dada, panjang dada, lingkar dada, panjang punggung,
rentang sayap, panjang sayap, lebar ekor, panjang bulu ekor, lebar pangkal
ekor, jumlah bulu sayap primer, dan jumlah bulu ekor. Pengukuran tersebut
dilakukan pada hari ke-3 (sebelum dilatih terbang) dan hari ke-14 (setelah
diperoleh data rataan kecepatan terbang) untuk merpati jantan. Pengamatan
ukuran tubuh pada merpati betina dilakukan hanya sekali yaitu pada hari
pertama, karena merpati betina tidak dilatih terbang. Pengukuran lebar dada
luar, lebar dada dalam, dalam dada, panjang dada, lebar ekor, dan lebar
pangkal ekor dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan
pengukuran lingkar dada, panjang bulu ekor, panjang dada, panjang
punggung, panjang sayap dan rentang sayap dilakukan dengan menggunakan
pita ukur. Jangka sorong dan pita ukur yang dipakai untuk pengambilan data
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Jangka Sorong (a) dan Pita Ukur (b)
a). Lebar dada dalam diperoleh dengan mengukur jarak antara dada bagian kiri
dengan dada bagian kanan, sedangkan lebar dada luar diperoleh dengan cara
mengukur jarak antara sayap bagian kiri dan sayap bagian kanan. Cara
pengukuran lebar dada diperlihatkan pada Gambar 5.
(a) (b)
Gambar 5. Pengukuran Lebar Dada Luar (a) dan Lebar Dada Dalam (b)
15
b). Panjang dada diperoleh dengan mengukur panjang tulang sternum. Cara
pengukuran panjang dada diperlihatkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengukuran Panjang Dada
c). Lingkar dada diperoleh dengan mengukur pangkal sayap kanan melalui tulang
sternum hingga pangkal sayap kiri. Cara pengukuran lingkar dada
diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengukuran Lingkar Dada
d). Dalam dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang punggung hingga
tulang sternum. Cara pengukuran dalam dada diperlihatkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pengukuran Dalam Dada
e). Panjang punggung diperoleh dengan mengukur jarak dari pangkal leher
hingga tulang pygostile. Cara pengukuran panjang punggung diperlihatkan
pada Gambar 9.
16
Gambar 9. Pengukuran Panjang Punggung
f). Panjang sayap diperoleh dengan mengukur jarak dari tulang humerus hingga
perbatasan bulu primer ke-10 dan tulang sayap. Cara pengukuran panjang
sayap diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Pengukuran Panjang Sayap
g). Rentang sayap diperoleh dengan mengukur jarak dari tulang humerus hingga
ujung bulu sayap ke-10. Cara pengukuran rentang sayap diperlihatkan pada
Gambar 11.
Gambar 11. Pengukuran Rentang Sayap
h). Jumlah bulu sayap primer diperoleh dengan menghitung jumlah bulu sayap
primer yang masih terdapat pada sayap. Cara menghitung jumlah bulu sayap
primer diperlihatkan pada Gambar 12.
17
Gambar 12. Perhitungan Jumlah Bulu Sayap Primer
i). Jumlah bulu ekor diperoleh dengan menghitung jumlah bulu ekor yang masih
terdapat pada ekor. Cara menghitung jumlah bulu ekor diperlihatkan pada
Gambar 13.
Gambar 13. Perhitungan Jumlah Bulu Ekor
j). Panjang bulu ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara pangkal bulu ekor
hingga ujung bulu ekor. Cara pengukuran panjang bulu ekor diperlihatkan
pada Gambar 14.
Gambar 14. Pengukuran Panjang Bulu Ekor
k). Lebar bulu ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara bulu ekor sebelah
kiri dan bulu ekor sebelah kanan. Cara pengukuran lebar bulu ekor
diperlihatkan pada Gambar 15.
18
Gambar 15. Pengukuran Lebar Bulu Ekor
l). Lebar pangkal ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara sisi kiri hingga
sisi kanan tulang pygostile. Cara pengukuran pangkal ekor diperlihatkan pada
Gambar 16.
Gambar 16. Pengukuran Lebar Pangkal Ekor
3). Kecepatan terbang dilakukan dan diukur selama dua hari, yaitu pada hari ke-
13 dan hari ke-14. Pengukuran kecepatan terbang dilakukan pada jarak 100
m, 150 m dan 200 m dengan 3 kali pengulangan pada setiap jarak. Selain
catatan waktu, dilakukan pula pengamatan karakteristik dan pola terbangnya.
Pengambilan data kecepatan terbang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
09.00 hingga 11.00. Hal ini dikarenakan kecepatan angin pada waktu tersebut
masih seragam, sehingga perlakuan yang diberikan untuk semua merpati yang
dilatih terbang sama. Kecepatan terbang merpati diukur dengan menggunakan
stopwatch. Data rataan kecepatan terbang diperoleh dengan menghitung jarak
yang ditempuh dibagi dengan catatan waktu yang dibutuhkan untuk dapat
kembali pulang ke kandang setelah dilepas pada jarak yang telah ditentukan.
Jarak yang digunakan yaitu 100 m, 150 m dan 200 m dengan kondisi medan
latihan terbang berupa rumah-rumah penduduk, instalasi kabel listrik ke
rumah penduduk yang merupakan lintasan terbang merpati, pepohonan dan
kabel tegangan tinggi.
19
Selain sifat kualitatif, kuantitatif dan kecepatan terbang, diamati juga
konsumsi pakan harian dari sepasang merpati. Konsumsi pakan diamati untuk
mengetahui seberapa banyak pakan yang dikonsumsi oleh sepasang merpati setiap
harinya. Konsumsi pakan harus sesuai dengan kebutuhan merpati. Pakan yang
diberikan tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak karena pakan yang dikonsumsi
merpati sangat mempengaruhi performa merpati tersebut.
Rancangan
1). Data manajemen pemeliharaan disajikan secara deskriptif.
2). Data sifat kualitatif disajikan secara deskriptif.
3). Data sifat kuantitatif disajikan secara deskriptif dan dianalisis rataan, simpangan
baku, koefesien keragaman, uji t antara merpati jantan dan betina, uji t merpati
jantan sebelum dan setelah dilatih terbang dan korelasi antara rataan kecepatan
terbang dengan ukuran-ukuran tubuh yang diamati. Model matematika yang
digunakan menggunakan model rancangan menurut Walpole (1992), yaitu :
Keterangan : = nilai rataan Xi = peubah yang diukur, dimulai dari individu ke-i,
i = 1, 2, …n n = jumlah ternak
Keterangan : sb = simpangan baku Xi = peubah sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu
ke-i, i = 1, 2, …, n = nilai rataan sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari
individu ke-i, i = 1, 2, … n n = jumlah ternak
Keterangan : KK = koefisien keragaman sb = simpangan baku
20
= nilai rataan
Uji t merpati jantan sebelum dan setelah dilatih terbang yaitu:
Keterangan : Sd = standar deviasi v = derajat bebas n = jumlah ternak t = nilai hitung
di = selisih peubah yang diukur, dimulai dari individu ke-i, i = 1, 2, … n
Uji t antara merpati jantan dan betina yaitu:
Keterangan : Sp = standar deviasi v = derajat bebas n = jumlah ternak t = nilai hitung = nilai rataan
Korelasi antara rataan kecepatan terbang dan ukuran-ukuran tubuh yaitu:
Keterangan : r = korelasi
21
Xi = peubah sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
Yi = rataan kecepatan terbang yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
n = jumlah ternak
Uji lanjut untuk mengetahui keeratan nilai korelasi dengan menggunakan uji t
(Irianto, 2010) yaitu:
Keterangan : t = nilai hitung (t-hitung) r = nilai korelasi n = jumlah ternak
Glosarium
Batik : Warna bulu merpati dengan pola seperti batik berwarna kecoklatan. Bekur : Suara merpati jantan saat mendekati merpati betina. Blantong : Warna bulu merpati dengan dua pola warna, bagian kepala, dada dan
sayap berwarna putih. Blorok : Warna bulu merpati dengan dua pola warna, salah satu warna
menyebar dengan pola tidak beraturan. Curut : Bentuk kepala menyerupai curut (tikus), dengan permukaan paruh
atas dan dahi sejajar. Dondang : Kandang untuk merpati betina saat diluar kandang utama dan
kandang untuk membawa merpati jantan saat akan dilepas. Gambir : Warna bulu merpati dengan warna dasar coklat tua. Klepek : Aktifitas mengepakkan sayap merpati betina secara disengaja untuk
memancing merpati jantan. Giring : Kondisi pada saat merpati betina akan bertelur dan merpati jantan
selalu ingin dekat dengan merpati betina. Guide : Merpati jantan yang telah mengenal lokasi latihan terbang dan
memandu merpati lain pada saat dilatih terbang. Jenong : Bentuk kepala merpati dengan bagian dahi yang menonjol. Joki : Peternak yang melatih terbang merpati. Kelabu : Warna bulu merpati dengan warna dasar abu-abu. Liplap : Pola warna mata merpati yang berbeda pada kedua matanya. Megan : Warna bulu merpati dengan warna dasar biru keabu-abuan. Ring : Tempat merpati mendarat saat perlombaan. Telisik : Aktifitas merpati saat membersihkan bulu menggunakan paruh. Tritis : Warna bulu merpati dengan warna dasar biru keabu-abuan dan
memiliki corak hitam.