36
1 FRAKTUR MAHKOTA Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar 3.1 Menurut WHO 1) Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa a. Infraksi Mahkota (Enamel infraction) : fraktur yang tidak sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi b. Fraktur yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) Fraktur email : fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja. Fraktur email-dentin: fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa. c. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture) : fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa. 2) Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi, Pulpa, dan Tulang Alveolar a. Fraktur mahkota-akar : fraktur yang mengenai email, dentin, dan sementum. b. Fraktur akar : fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa melibatkan lapisan email. c. Fraktur dinding soket gigi : fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket.

MATERI DISKUSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kvv898

Citation preview

Page 1: MATERI DISKUSI

1 FRAKTUR MAHKOTA

Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar

3.1 Menurut WHO

1) Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa

a. Infraksi Mahkota (Enamel infraction) : fraktur yang tidak sempurna pada email tanpa

kehilangan struktur gigi

b. Fraktur yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture)

Fraktur email : fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja.

Fraktur email-dentin: fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan

dentin saja tanpa melibatkan pulpa.

c. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture) : fraktur yang mengenai

email, dentin, dan pulpa.

2) Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi, Pulpa, dan Tulang Alveolar

a. Fraktur mahkota-akar : fraktur yang mengenai email, dentin, dan sementum.

b. Fraktur akar : fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa melibatkan

lapisan email.

c. Fraktur dinding soket gigi : fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial

atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket.

d. Fraktur prosesus alveolaris : fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa

melibatkan soket alveolar gigi.

e. Fraktur korpus mandibula atau maksila : fraktur pada korpus mandibula atau maksila

yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.

3) Kerusakan pada Jaringan Peiodontal

a. Concusion

b. Subluxation

Page 2: MATERI DISKUSI

c. Luksasi ekstrusi (partial displacement)

d. Luksasi

e. Luksasi intrusi

f. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi)

4) Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut

a. Laserasi : Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan

oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka.

b. Kontusio : luka memar

c. Luka Abrasi : luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan atau goresan

suatu benda.

5) Trauma / Fraktur Dentoalveolar

a. Comminution of the alveolar socket

b. Fraktur soket alveolar

c. Fraktur Processus alveolaris

d. Fraktur Mandibula atau Maxilla

3.2 Klasifikasi Ellis

a. Klas I : Uncomplicated Crown Fractures yang Hanya Melibatkan Enamel

b. Klas II : Uncomplicated Crown Fractures yang Melibatkan Enamel dan Dentin

c. Klas III : Complicated Fractures Pada Mahkota dan Melibatkan Pulpa

d. Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital dengan atau tanpa

hilangnya struktur mahkota

Page 3: MATERI DISKUSI

2 BAHAN YANG DAPAT MENGIRITASI PULPA

1. Etsa Asam

2. Methyl Metacrylate pada Resin Komposit

Bahan-bahan ini masuk melalui tubulus dentin sehingga dapat mengiritasi pulpa

3 MACAM KARIES

Jenis Keterangan

Karies inspiens

Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras

pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat

pada enamel.

Karies superfisialis

Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa

sakit.

Karies media

karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bahagian

pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit

apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis.

Karies profunda Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi

peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara

tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada tahap ini apabila tidak dirawat,maka gigi

Page 4: MATERI DISKUSI

akan mati dan memerlukan rawatan yang lebih kompleks.

Macam-macam karies:

1. Karies Email

Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan

terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.

Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali permukaan

email rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri.

Rencana perawatan karies:

Remineralisasi dengan pengulasan fluor.

Konsul diet dan factor risiko yang lain.

Aplikasi penutupan fisur.

Restorasi setelah ekkavasi lesi atau preparasi minimal.

2. Karies Dentin

Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan

gigi dan pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam, dan

manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan

mengikis dentin. (Nurdin, 2001).

Rencana perawatan karies email:

a) Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

b) Pertimbangan resistensi dan retensi.

c) Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

d) Penyingkiran karies dentin.

e) Menghaluskan bagian dalam kavitas.

f) Menghaluskan tepi preparasi.

3. Karies Pulpa

Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga

terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba

tanpa rangsangan. Pada tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan

perawatan yang lebih kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai

pulpa gigi. Disinilah dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan

Page 5: MATERI DISKUSI

terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus.

Rencana perawatan dengan restorasi dengan preparasi minimal dan perawatan endodontik.

Proses terjadinya karies

         Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Seperti

kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di

seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel

pada permukaan email akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang

baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan

asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi

tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka

terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan

karies dan dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh

dokter gigi.

PULPITIS

Pulpitis irreversible: keradangan pulpa yang disebabkan oleh adanya iritasi dengan atau tanpa

gejala.

Tanda - tanda :

- Nyeri spontan

- Karies profunda, perforasi

Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi, biasanya disebabkan oleh infeksi bacterial dalam

karies gigi, fraktur gigi, atau kondisi lain yang mengakibtakan pajanan pulpa terhadap invasi

bakteri.

Tanda tanda :

- Nyeri spontan

- Profunda

Factor-faktor yang dapat menyebabkan pupitis adalah iritan kimiawi, factor termis, dan

perubahan hiperemik.

Gangren pulpa: kematian jaringan pulpa akibat invasi kuman kedalam ruang pulpa (dan saluran

akar)

Tanda - tanda :

Page 6: MATERI DISKUSI

- Gigi non-Vital

- Terdapat Fistula (rongga anatomis yang berisi pus)

- Karies profunda, perforasi

Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:

1. Penurunan permebilitas dentin.

2. Pembentukan dentin reparatif.

3. Reaksi inflamasi secara respons immunologik.

Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang disebut

pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah, syaraf dan

cairan sel di jaringan yang mengalami trauma (anonim, 2009).

Pulpitis Reversibel

Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh

pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil

dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan

sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih

buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai

titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit

dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau

pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus

dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu

meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma

oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa

dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi amalgam.

Pulpitis Irreversibel

Definisi irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat

simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan

pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi

semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan

untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal

Page 7: MATERI DISKUSI

dihilangkan. Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies,

jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh

faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan

kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme

(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-

tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan

oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah

pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi

secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai

menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-

sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada

hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan

rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang

yang terkena.

Pulpitis irreversible merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses

lanjut dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak

adanya respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro abses dan

daerah nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limfosit, sel plasma, dan

makrofage. pulpitis irefersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem

pertahanan jaringan pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali.

Rasa nyeri pulpitis irreversible dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan

menyebabkan penerita tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan

mengganggu aktifitas penderita.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:

Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.

Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama

sampai berjam-jam.

Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-

kadang ada keluhan.

Page 8: MATERI DISKUSI

Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.

Macam Pulpitis irreversible berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis

irreversibel terlokalisasi dan pulpitis irreversible tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli

terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis.

Tanda dan gejala dari pulpitis irreversible terlokalisasi antara lain:

1. Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.

2. Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas pasien.

3. Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.

4. Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.

Perawatan Pulpitis Irreversible

Dalam melakukan perawatan pulpitis irreversible terlokalisasi agar perawataan yang dilakukan

dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui proses perawatan, antara lain:

1. Lokasi gigi yang pulpitis irreversible (anterior atau posterior).

2. Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).

Terapi: pulpektomi

Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan

saluran akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.

Perawatan terdiri dari

pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal

sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau

formokresol.

Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa

koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa

radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus

dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa

diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.

4 PULPA POLIP

Karakteristik polip pulpa yaitu sedikit kemerahan, tapi sukar berdarah, tenderness dan

dengan kondisi gigi yang masih vital atau nekrosis parsial. Seringkali polip pulpa dibedakan

dengan polip gingiva. Polip pulpa berasal dari ruang pulpa, perforasi bifurkasi atau gingiva

Page 9: MATERI DISKUSI

(tapi jarang). Pada kondisi polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi

permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah crest gingiva,

biasanya berasal dari karies yang besar diproksimal, sehingga memungkinkan terbentukmya

polip gingiva. Polip gingiva sendiri memiliki karakteristik warna kemerahan dan mudah

berdarah namun tidak sakit jika ditekan [7].

Penatalaksanaan polip pulpa dan polip gingiva ada dua macam, yaitu perawatan

saluran dan ekstraksi. Hal ini tergantung dari kondisi giginya. Syarat-syarat gigi yang terdapat

polip pulpa/ polip gingiva dapat dilakukan perawatan saluran akar antara lain :

a. Jaringan penyangga masih bagus

b. Sisa mahkota masih dapat direstorasi

c. apakah gigi tersebut masih diperlukan

d. letaknya pada lengkung rahang

e. tidak ada kegoyangan lebih dari derajat 2

Sedangkan gigi yang tidak termasuk syarat di atas harus diekstraksi [6].

Perawatan Saluran Akar

Salah satu penatalaksanaan polip pulpa adalah dengan cara melakukan perawatan saluran

akar seperti halnya pada diagnosis pulpitis, hanya saja didahului dengan pengangkatan jaringan

polip [3]. Pengangkatan jaringan polip dilakukan dengan cara :

a. Anastesi jaringan polip

b. Oleskan larutan povidone iodine diatas permukaan polip

c. Angkat polip menggunakan eskavator yang tajam mulai dari tepi polip hingga seluruh polip

terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat akan terjadi perdarahan dari dalam saluran

akar)

d. Irigasi saluran akar dengan larutan NaOCl 2,5% untuk membersihkan sisa-sisa jaringan polip

serta jaringan darah

e. Segera lakukan ekstirpasi (pembersihan jaringan pulpa) dengan menggunakan panjang kerja

estimasi terlebih dahulu

f. Ketika perdarahan sudah dapat terkontrol, lanjutkan dengan pemeriksaan panjang kerja

sebenarnya, kemudian tahapan sama dengan perawatan pulpitis [9].

Ekstraksi

Page 10: MATERI DISKUSI

a. Pre medikasi sebelum dilakukan ekstraksi, misalnya dengan pemberian clindamicyn 3 dd 1

dan mefinal 3 dd 1

b. Ekstraksi tiga hari kemudian. Mengukur tekanan darah pasien sebelum ekstraksi. Bila tekanan

darah normal, dilanjutkan anestesi. Pengungkitan menggunakan bein. Apabila gigi sudah

goyang, bisa dilanjutkan dengan menggunakan tang sesuai dengan gigi apa yang akan

dicabut. Setelah gigi keluar, soket dibersihkan kemudian dicek kembali untuk memastikan

sisa-sisa polip sudah keluar semua. Pasien diinstruksikan menggigit tampon selama satu jam.

c. Medikasi dengan clindamicin 3 dd 1, mefinal 3 dd 1, dan asam traneksamat 2 dd 1

d. Kontrol [2].

Kesimpulan

Kesimpulan dari penatalaksanaan pulpa polip dan gingival polip adalah

tergantung dari kondisi gigi yang bersangkutan. Apabila gigi masih bisa dipertahankan maka

dilakukan kuretase polip terlebih dahulu kemudian dilakukan perawatan saluran akar. Apabila

sudah tidak bisa dilakukan perawatan, harus dilakukan ekstraksi

5 RASA NYERI PADA DENTIN

Rasa sakit dapat terjadi oleh karena :

adanya rangsangan terhadap syaraf pada dentin dan pulpa

adanya tekanan yang dihantarkan oleh serat tome’s melalui tubulus dentin dan diteruskan

ke odontoblas dan oleh reseptor syaraf yang terdapat pada odontoblas diterima dan

dilanjutkan jaringan aferen ke otak dan diterima sebagai perasaan sakit.

timbulnya panas sewaktu pemboran gigi mengakibatkan penggumpalan serat tome’s

sehingga menaikkan tekanan pada protoplasma tubulus dentin menyebabkan penekanan

pada ujung syaraf sehingga terjadi perasaan sakit

teori persyarafan pada dentin :

jaringan syaraf sampai predentin kemudian berbalik ke arah odontoblas

jaringan syaraf langsung masuk ke bagian odontoblas

jaringan syaraf masuk ke dentin dan kembali ke odontoblas

Page 11: MATERI DISKUSI

Tubulus dentin dipenuhi lubang kecil diseluruh permukaan dentin, yang menunjukkan

bahwa dentin tersebut berisi anyaman saluran yang kecil. Saluran ini mengandung perluasan

odontoblas yang vital dan biasanya sangat banyak sehingga apabila dentin terangsang akan

terasa sakit. salah satu teori penghantaran rangsang pada dentin adalah pergerakan cairan di

tubulus dentin mengaktifkan ujung syaraf dan pergerakan cairan ini diawali secara mekanis

oleh perubahan temperature, dehidrasi dentin atau pemakaian bahan kimiawi.

ketika cairan hipertonik (asam) diletakkan diatas permukaan dentin cairan dentin akan bergerak

keluar dan mengawali rasa nyeri. adanya asam diatas permukaan dentin atau email akan

membangkitkan potensi listrik yang mendorong ion Ca menuju permukaan gigi. selain itu, rasa

sakit juga dapat timbul pada pemaparan rangsangan panas, dingin, pemburan dan probing dentin.

panas mengembangkan cairan dentin, sedangkan dingin mengerutkan cairan dentin, pemburan

alau pemotongan dentin dapat memungkinkan cairan dentin keluar dan probing pada permukaan

dentin yang dipotong dapat merusak bentuk tubuli dan pergerakan cairan. semua ini dapat

menyebabkan gerakan cairan dentin dan menggiatkan ujung syaraf. pergerakan cairan yang cepat

ditubulus dentin akan merangsang syaraf didaerah pleksus subodontoblas (pleksus Raschkow).

yang akan menimbulkan sensasi nyeri.

Mekanisme sensori pulpa terdiri dari sistem aferen sensori dan sistem aferen otonomik.

Sistem aferen menyalurkan impuls yamg dirasakan oleh pulpa dari berbagai rangsangan pada

korteks otak yang diinterpretasikan sbg rasa sakit. Sistem eferen menyalurkan impuls dari sistem

sentral ke otot halus pembuluh arteri untuk mengatur volume dan kecepatan aliran darah.

Impuls aferen sensori dimulai dari ujung saraf tak bermielin. Pada lappisan odintoblas

dan predentin lapisan ini berjalan lurus atau spiral berakhir pada pembesaran berujung multipel

dan mungkin menembus dentin beberapa mikron. 10-20% tubuli dentin pada koronal

mengandung ujung saraf dan pada dentin radikular hampir tidak ada.

Hampir 80% saraf pulpa ada serabut tipe C, dan sisanya serabut tipe A. Serabut tipe C

tidak bermielin dan berdiameter 0,3-1,2 mikron dengan kecepatan konduksi 0,4-2 m/s. Konduksi

serabut yang tidak bermielin dan diameternya lebih kecil dari serabut A ini, adalah lambat.

Serabut ini menyalurkan rasa sakit berdenyut dan tidak tajam yang ada hubungannya dengan

kerusakan jaringan pulpa. Kekuatan tekanan jaringan yang meningkat, mediator kumia pada

ujung saraf menyebabkan rasa sakit.

Page 12: MATERI DISKUSI

Serabut A bermielin memiliki diameter 2-5 mikron dan kecepatan konduksinya adalah 6-30 m/s.

Serabut ini menghantarkan impuls pada kecepatan tinggi. Impuls diterjemahkan sebagai rasa

sakit yang tajam dan menusuk. serabut ini didistribusikan pada daerah odontoblastik dan

subodontoblastik dan. Dihubungkan dengan rasa sakit dentinal.

6 Abses Gigi

Abses gigi adalah kumpulan nanah yang disebabkan oleh infeksi bakteri di bagian

dalam gigi Anda. Abses gigi biasanya terjadi sebagai akibat dari rongga gigi tidak diobati, atau

retak pada gigiAnda yang memungkinkan bakteri masuk kebagian dalam gigi.

Pengobatan untuk abses gigi dengan mengeringkan abses dan membersihkan daerah

infeksi. Gigi itu sendiri dapat dipertahankan dengan perawatan saluran akar, tetapi dalam

beberapa kasus mungkin perlu dicabut. Meninggalkan abses gigi yang tidak diobati dapat

menyebabkan hal serius, bahkan mengancam jiwa dan terjadi komplikasi.

Tanda dan gejala abses gigi meliputi:

- Sakit gigi berdenyut

- Peka terhadap suhu panas dan dingin

- Peka terhadap tekanan mengunyah atau menggigit

- Demam

- Pembengkakan di wajah atau pipi

- Pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang atau di leher

- Mendadak cairan berbau busuk muncul

Abses gigi terjadi ketika bakteri menyerang pulpa gigi yaitu bagian dari gigi yang berisi

pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat. Bakteri masuk melalui baik rongga gigi atau keretakan

Page 13: MATERI DISKUSI

pada gigi dan tersebar di seluruh jalan ke akar. Infeksi bakteri menyebabkan pembengkakan dan

peradangan.

Faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko abses gigi:

- Kesehatan gigi tidak memadai

- Tidak merawat gigi dan gusi dengan baik

- seperti tidak menyikat gigi dan flossing

- dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi, penyakit gusi, abses gigi, dan komplikasi gigi dan

mulut lainnya

Perawatan Abses gigi:

Dengan melakukan incise dan drainasi/irigasi pada daerah abses.

Melakukan perawatan saluran akar

Setelah pengangkatan abses, berkumur dengan air yang telah dilaruti garam beberapa kali

dalam sehari

7 Kista

Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, semi cairan atau gas yang dibatasi oleh

epitel atau jaringan ikat. .Kista periapikal tergolong dalam kista odontogenik.

Kista odontogenik sendiri mempunyai pengertian yaitu kista yang disebabkan oleh gigi,

baik karena peradangan pada gigi atau karena malformasi (kelainan pembentukan) gigi selama

perkembangan. Sedangkan kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung akar gigi

yang jaringan pulpanya (sarafnya) sudah mati, yang merupakan kelanjutan dari peradangan

pada jaringan pulpa gigi (pulpitis). Diagnosis dari kista periapikal dapat ditentukan melalui

rontgen gigi dan pemeriksaan histologis.

Kista periapikal ini dapat terjadi di ujung gigi manapun, dan dapat terjadi pada semua

umur. Ukurannya berkisar antara 0.5-2 cm, tapi bisa jug alebih. Bila kista mencapai ukuran

Page 14: MATERI DISKUSI

diameter yang besar, ia dapat menyebabkan wajahm enjadi tidak simetri karena adanya benjolan

dan bahkan dapat menyebabkan parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista tersebut.

Penyebab Kista periapikal

Kista periapikal disebabkan oleh infeksi gigi karena caries (gigi berlubang). Apabila gigi

yang berlubang dibiarkan terus menerus, maka akan menyebabkan peradangan pada jaringan

pulpa gigi (pulpitis) kemudian terjadi kematian saraf pada gigi tersebut. Setelah gigi non vital

(mati) lama-kelamaan akan dapat terbentuk kista periapikal pada ujung akar gigi tersebut.

Gejalanya

Kista periapikal umumnya tidak menimbulkan keluhan atau rasa sakit, kecuali jika terjadi infeksi

pada kista tersebut (infeksi sekunder).

Perawatannya

Perawatan untuk kista ini, antara lain:

1. Perawatan endodontik (perawatan saraf gigi)

Perawatan endodontic dilakukan apabila kista yang terbentuk belum terlalu besar atau

belum parah. Jika perawatan ini dilakukan, maka perlu dilakukan rontgen gigi secara periodic

untuk mengecek penyembuhan dari kista tersebut.

2. Pengambilan kista

Perawatan ini paling sering dilakukan untuk menangani kista periapikal, karena apabila

dengan perawatan endodontic penyembuhannya belum tentu berhasil. Pengambilan kista ini

kadang juga disertai pengambilan gigi yang terlibat.

8 DERAJAT KEGOYANGAN GIGI

Ada empat macam jenis derajat kegoyangan pada gigi :

- Derajat 1 : bila seorang penderita merasa terjadi kegoyangan pada gigi, akan tetapi operator

tidak melihat adanya kegoyangan

Page 15: MATERI DISKUSI

- Derajat 2 : gigi terasa seperti goyang dan memang terlihat goyang 

- Derajat 3 : kegoyangan gigi pada arah horizontal oleh lidah

- Derajat 4 : kegoyangan gigi pada arah horizontal dan juga vertikal oleh lidah (Depkes. R.I.,

1996)

9 PENGGUNAAN KALSIUM HIDROKSIDA DAN ZINK OKSIDE EUGENOL DALAM

PULP CAPPING

Pulp Capping adalah perlindungan pada pulpa yang masih sehat atau sedikit terbuka

dengan menggunakan bahan bahan sedatif atau antiseptik yang bertujuan untuk mempertahankan

vitalitas dan fungsi pulpa (Grossman dkk, 1968: 94).

1.Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH 12-13

(Castagnola dan Orlay, 1956: 33). Bahan ini sering digunakan pada direct pulp capping. Jika

diletakkan kontak dengan jaringan pulpa, bahan ini dapat mempertahankan vitalitas pulpa tanpa

menimbulkan reaksi radang, dan dapat menstimulasi terbentuknya batas jaringan termineralisasi

atau jembatan terkalsifikasi pada atap pulpa (pulpa yang terbuka) (Sikri dan Dua, 1985; de

Queiroz dkk, 2005). Sifat bahan yang alkali inilah yang banyak memberikan pengaruh pada

jaringan. Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi ion-ion kalsium dan hidroksil

(Castagnola dan Orlay, 1956: 33).

Sifat basa kuat dari kalsium hidroksida dan pelepasan ion kalsium akan membuat

jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Keadaan basa akan menyebabkan resorpsi atau aktifitas

osteoklas akan terhenti karena asam yang dihasilkan dari osteoklas akan dinetralkan oleh kalsium

hidroksida dan kemudian terbentuklah komplek kalsium fosfat. Ion kalsium Selain itu osteoblas

menjadi aktif dan mendeposisi jaringan terkalsifikasi, maka batas dentin akan dibentuk di atas

pulpa (Castagnola dan Orlay, 1956: 3; Kavitha,2005:10-11).

Ion hidroksil diketahui dapat memberikan efek antimikroba. Ion hidroksil akan

memberikan efek antimikroba dengan cara merusak lipopolisakarida dinding sel bakteri dan

menyebabkan bakteri menjadi lisis. Sifat basa dari kalsium hidroksida akan menetralisir daerah

lesi, baik dari bakteri maupun produknya (Castagnola dan Orlay, 1956: 34; Kavitha,2005:8).

Page 16: MATERI DISKUSI

2. Zink Okside Eugenol

Zink Okside Eugenol sering digunakan dalam indirect pulp capping dan mempunyai

kemampuan pembentukan odontoblas (Sikri dan Dua, 1985; Kavitha,2005:8). Eugenol, secara

biologis merupakan bagian yang paling aktif dari bahan ini dan merupakan derivat fenol yang

menunjukkan toksisitas pada jaringan serta memiliki sifat anti bakteri. Sifat antibakteri ini

memungkinkan nya menekan pertumbuhan bakteri, sehingga mengurangai pembentukan bahan /

metabolit toksik yang mungkin dapat menimbulkan inflamasi pulpa.

Manfaat eugenol dalam mengendalikan rasa nyeri disebabkan oleh kemampuannya memblokir

transmisi impuls syaraf. Selain itu eugenol menunjukkan penutupan biologis yang baik

Penelitian menunjukkan terjadinya reaksi inflamasi kronis setelah aplikasi zinc okside eugenol

dan akan diikuti oleh pembentukan lapisan odontoblastic yang baru dan terbentuklah dentin

sekunder (Walton dan Torabinejad, 1998:478; Kavitha,2005:8).

10 PULP CAPING ( DIRECT DAN INDIRECT )

• Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk perawatan

diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan merangsang pembentukan

dentin reparative

• Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping

Indikasi

1. Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak

mengenai pulpa.

2.Pulpa masih vital.

3. Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.

Kontra Indikasi

Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

Pembengkakan.

Fistula.

Peka terhadap perkusi.

Gigi goyang secara patologik.

Page 17: MATERI DISKUSI

Resorpsi akar eksterna.

Resorpsi akar interna.

Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

Kalsifikasi jaringan pulpa.

Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping

Indikasi

1. Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari 1mm

persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.

2. Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan lebarnya

tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.

Pulpa masih vital.

3. Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur pada

waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.

Kontraindikasi

Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

Pembengkakan.

Fistula.

Peka terhadap perkusi.

Gigi goyang secara patologik.

Resorpsi akar eksterna.

Resorpsi akar interna.

Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

Kalsifikasi jaringan pulpa.

Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki jaringan pulpa.

Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.

Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.

• Prosedur perawatan pulp capping adalah sebagai berikut :

Kunjungan I

Page 18: MATERI DISKUSI

1. Asepsis

2. Pembersihan jaringan karies

3. Membersihkan permukaan preparasi

4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas

5. Melapisi subbase dengan base

6. Penumpatan sementaraa

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,

apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan

lesi kariesnya

• Keberhasilan perawatan pulp capping direct,

ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas

atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada

pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan

dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan

penutupan apikal.

• Kegagalan perawatan

ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan, misalnya gigi

sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian

pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang

menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal.

Kegagalan pada pulp Capping indirect adalah terjadinya perforasi akar sehingga nantinya

perawatan yang semula pulp capping indirect beralih menjadi direct pulp capping.

Page 19: MATERI DISKUSI

• Alat – alat yang digunakan dalam Pulp Caping:

bur bulat, ekscavator, hachet email atau pahat, pinset berkerat, plastis filling instrument, alat

pengaduk semen, stopper cement.

• Bahan - bahan yang digunakan dalam Pulp Caping

1. Semen zinc oxide eugenol terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol,

kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta

Beberapa sifat semen zinc oxide eugenol adalah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat

kimia

2. Kalsium Hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium

hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para

chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni

Beberapa sifat kalsium hidroksida adlaah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat kimia

• Perbedaan Prosedur Pulp Caping Direct dan Indirect

Pulp Caping Direct

5. Seluruh dentin karies dihilangkan

6. Pulpa terbuka

7. Perawatannya hanya satu kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2

Pulp Caping Indirect

5. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan

6. Pulpa tidak terbuka

7. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)

• Mekanisme pembentukan dentin sekunder

Page 20: MATERI DISKUSI

Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer

karena tubuli membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder

ditumpuk secara tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan mempunyai

pola inkremental dan struktur tubular kurang teratur dibandingkan dentin primer. Misalnya,

dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas lebih besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada

pada dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan

tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini melindungi pulpa.

11 SALURAN AKAR

saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan maupun

kuman dari jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang.

BAHAN PENGISI SALURAN AKAR

Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem saluran

akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar tambahan.

Syarat bahan pengisi saluran akar

- Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar

- Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal

- Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar

- Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh

- Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri.

- Bersifat radiografik.

- Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi

- Tidak mengiritasi jaringan periapikal

- Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta atau

bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen saluran akar

(sealer)

2.1. Bahan padat :

- Gutta-percha / gutta-point

Page 21: MATERI DISKUSI

- Ag-point / silver-point

2.1.1. Gutta-percha / gutta-point

Kandungan utama merupakan bahan an-organik 75 % yaitu oksida seng, bahan

organik 20 % yaitu gutta-percha dan tambahan wax, resin atau garam -garam metal,

memberikan sifat plastis, bahan tambahan 5% yaitu bahan pengikat, opaker, dan

pewarna

Berbentuk kon ada tipe standar dengan ukuran (#15 - #40, #45 - #80), maupun

bentuk kon tipe konvensional dimana ukurannya berbeda antara ujung kon maupun

badannya, misalkan ukurannya fine medium, ujungnya runcing, ba dannya medium.

Keuntungan :

- Bersifat plastis

- Larut dalam kloroform / ekaliptol.

- Dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar

- Manipulasinya sederhana

- Dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan

- Toksisitasnya rendah.

Kekurangan

- Sulit untuk saluran akar yang sempit dan bengkok

- Penyimpanan yang tidak baik / terlalu lama akan mudah patah.

2.1.2. Ag-point

Merupakan bahan pengisi yang padat

Indikasi :

- Saluran akar gigi dewasa

- Saluran akar yang sempit

- Saluran akar bengkok

- Diameter harus bulat

Kontra-indikasi

- Gigi belum tumbuh sempurna

- Saluran akar lebar

- Diameter saluran akar oval / tak teratur

- Bila akan dilakukan apeks-reseksi

Page 22: MATERI DISKUSI

Kebaikan :

- Dapat digunakan pada saluran akar yang sempit dan bengkok

- Radiopak

- Bakteiostatik

- Mudah disterilkan : termis / kimia

Kekurangan :

- Adaptasi dengan dinding saluran akar kurang baik

- Korosi

- Menyebabkan “low grade pain”

- Apikal seal kurang baik

- Sulit dikeluarkan bila diperlukan

2.2. Bahan semi padat / pasta

Biasanya merupakan bahan campuran yang akan mem adat setelah dimasukkan ke

dalam saluran akar. Dapat sebagai bahan pengisi utama maupun sebagai semen

3. TEKNIK PENGISIAN

3.1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha

- Single cone.

- Kondensasi

- Kloropercha / eucapercha

- Kompaksi

- Termoplastis

3.1.1. Teknik single cone :

Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan kon gutta point tunggal ke dalam saluran

akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya.

Untuk menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran

akar ditambahkan semen saluran akar (sealer)

3.1.2. Teknik kondensasi

Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam saluran akar,

kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral maupun kearah

vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau tidak teratur.

Teknik kondensasi lateral :

Page 23: MATERI DISKUSI

Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25) dimasukkan sesuai

dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader ke arah lateral.

Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point tambahan (lebih kecil dari

spreader) hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

Teknik kondensasi vertikal :

Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai dengan

panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan dengan plugger ke

arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap percha tambahan (dibuat

seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi

sempurna.

3.1.3. Teknik kloropercha / eucapercha

Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama dengan kloroform

atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga guttap point akan

berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal. Kon

dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi

semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran aka r dan ditekan hingga seluruh

saluran akar terisi sempurna.

3.1.4. Teknik Termokompaksi

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor atau E ngine

Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan gesekan

dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke

arah apikal

3.1.5. Teknik termoplastis

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu alat yang

bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta mendorong ke

dalam sakuran akar ke arah apical

3.2. Teknik Pengisian Ag Point :

- Grossman

- Sommer

- Nichols / sectional

Page 24: MATERI DISKUSI

- Ag-Tip

3.2.1. Grossman

- Asepsis

- Memilih Ag-point

- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

- Ag-point dipotong sebatas orifice

- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar

dengan tang “Stieglietz forcep”.

- Basis dengan semen

- Foto pengisian

3.2.2. Sommer

- Asepsis

- Memilih Ag-point

- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.

- Sekitar orifice diberi gutta-percha

- Basis dengan semen

- Ag-point dipotong pada bidang oklusal

- Foto pengisian

3.2.3. Nichols / sectional

- Asepsis

- Memilih Ag-point

- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja

- Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan carborundum

- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.

- Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.

- Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara

- Foto pengisian

Page 25: MATERI DISKUSI

Evaluasi pasca pengisian dilakukan dengan menggunakan ro photo

1. Bahan pengisi masuk ke periapikal (Overfilling atau over extension)

2. Kegagalan mendapatkan kepadatan apikal ( Underfilling)

3. Ro-photo tampak bagian yang kosong

Daftar pustaka

1. Grossman, l.i., oliet, s. & del rio, c. e. 1988. Endodontic practice. 11 th ed. Lea and

febiger. 263-285.

2. Harty, f.j. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) endodonti klinis. Cetakan ke 3.

Penerbit hipokrates. 184-194. Ingle, j.i. & bakland, l.k. 1994. Endodontics. 4th ed.

Philadelphia. Lea and febiger. 228-251.

3. Walton, r.e. & torabinejad, m.1998. (penerjemah. N. Sumawinata) prinsip dan

praktek ilmu endodonsi. Cetakan ke i. Jakarta. Penerbit buku kedokteran egc.

305.hal 315 – 337