Upload
naayloviana
View
7
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
IKGP
Citation preview
1.1 Flour
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere,
berarti "mengalir Dalam bentuk murninya dia sangat berbahaya, dapat
menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit.
Flour merupakan unsur nonlogam yang paling elektronegatif, oleh sebab itu
juga merupakan unsur yang paling reaktif. Jika didekatkan dengan bahan-
bahan yang terbuat dari minyak dan gas maka akan dapat menimbulkan api.
Fluor sangat reaktif sehingga jarang ditemukan dalam keadaan bebas, fluor
biasa dijumpai berikatan dengan unsur atau senyawa lain, sehingga biasanya
berbentuk dalam senyawa seperti fluorit , kriolit, dan apatit. Fluor yang
berikatan dengan oksigen akan membentuk senyawa fluorida, yang terdapat
dalam mineral yang terlarut dalam air sungai dan air laut.
Fluor merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan
tulang. Kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-senyawa
kalsium yang tinggi di dalam tulang. Fluor adalah mineral yang secara
alamiah terdapat di semua sumber air termasuk laut. Fluor tidak pernah
ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain
membentuk senyawa fluoride.
Fluor biasa ditemukan pada ikan, daging, sayuran, buah-buahan, susu,
ikan teri serta air minum yang telah terfluoridasi. Fungsi fluor untuk tubuh
sangatlah banyak sekali, terutama fungsi yang berkaitan dengan
pembentukan gigi dan tulang. Fungsi fluor untuk tulang adalah membantu
mineralisasi tulang dan mencegah osteoporosis. Sedangkan fungsi fluor
pada gigi adalah untuk mengurangi insiden terjadinya karies dengan
menghambat metabolism bakteri karies, menghambat demineralisasi enamel
dengan meningkatkan remineralisasinya. Pemakaian fluor pada gigi dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara sistemik maupun topical. Cara
sistemik ini berpengaruh pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Sedangkan cara topical pengaruhnya ialah pada saat gigi tersebut telah
tumbuh untuk melindungi gigi.
Fluor ini memiliki dampak yang sangat banyak bagi tubuh. Selain dampak
positif yang telah dijelaskan diatas, dampak negative kekurangan serta
kelebihan fluor sangatlah banyak. Seperti dampak kekurangan fluor yaitu
gigi akan mudah rapuh dan rentan terserang karies. Sedangkan jika
konsumsi fluor secara berlebih juga menimbulkan keadaan negative yang
disebut fluorosis, keadaan ini ditandai dengan adanya mottled enamel pada
gigi serta dapat menimbulkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi dalam dosis
yang tinggi.
1.2 Fluoridasi Air Minum
Menurut sejarah fluoridasi air minum,lebih dari 65 tahun dahulu –
pada Januari 25,1945 – Grand Rapids di Michigan menjadi bandar pertama
di dunia yang telah memfluoridasikan bekalan airnya. Fluoridasi air ini
bermula apabila berlaku penemuan secara tidak sengaja ,yaitu pada awal
tahun 1900, apabila orang mendapati bahawa penduduk di bandar yang
kadar fluor di dalam airnya secara natural lebih tinggi mempunyai gigi yang
lebih sehat. Jadi untuk menguji korelasi antara fluor dan karies gigi,pada
tahun 1945 sebanyak 4 buah bandar di Amerika dan satu bandar di Kanada
telah mengambil bagian di dalam studi terkontrol fluoridasi air. Hasilnya
sangat bagus, yaitu menunjukkan bahawa fluor bisa digunakan untuk
menghalang karies gigi. Sejak dari itu, fluoridasi air telah menyebabkan
peningkatan kesehatan oral bukan sahaja penduduk di Amerika malahan di
seluruh dunia.
Sehingga kini, terdapat 40 buah negara yang memfluoridasikan
sumber air mereka. Dalam sesetengah kasus,hanya sebagian kecil proporsi
daripada populasi itu yang memfluoridasikan air minum. Estimasi populasi
negara-negara di dunia yang memfluoridasikan air oleh British Fluoridation
Society (2004) adalah : Amerika (64%), Kanada (43%), Panama (18%),
Republik Ireland (73%), Ausralia (61%), Israel(75%), Malaysia (70%),
United Kingdom (10%), Singapore (100%), Brazil (41%), Argentina(21%),
Chile (40%), Sepanyol (10%), Columbia (80%). Hong Kong juga turut
memfluoridasikan air dengan 100% dari penduduknya menggunakan air
tersebut.
Tiada sumber ditemukan yang menyatakan bahawa di Indonesia
dilakukan pemberian fluoridasi secara sistemik yaitu fluoridasi air minum,
namun terdapat penelitian di Kodya Banjarmasin oleh Sintawati et al (2001)
dimana dilakukan studi evaluasi pertama fluoridasi air minum yang
dilakukan selama 5 tahun mulai tahun 1997 hingga 2002. Studi ini
dilakukan setelah hasil studi survei status kesehatan gigi pada kelompok
usia 12 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1994 didapatkan
prevalensi karies gigi tinggi = 90.67% dengan DMTF= 3.44. Hasil evaluasi
II pada tahun kedua didapati sudah ada perbaikan tahap karies gigi dan dari
hasil wawancara ternyata 90% masyarakat setuju dengan penambahan
fluoridasi dalam air minum. pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Sedangkan cara topical pengaruhnya ialah pada saat gigi tersebut telah
tumbuh untuk melindungi gigi.
Fluor ini memiliki dampak yang sangat banyak bagi tubuh. Selain
dampak positif yang telah dijelaskan diatas, dampak negative kekurangan
serta kelebihan fluor sangatlah banyak. Seperti dampak kekurangan fluor
yaitu gigi akan mudah rapuh dan rentan terserang karies. Sedangkan jika
konsumsi fluor secara berlebih juga menimbulkan keadaan negative yang
disebut fluorosis, keadaan ini ditandai dengan adanya mottled enamel pada
gigi serta dapat menimbulkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi dalam dosis
yang tinggi.
3.1 Sumber Flour
Fluor terdapat pada udara, air, tanah, tumbuhan dan hewan. Konsentrasi fluor
di udara/atmosfer kurang dari 0,1 µg/m3 . Di air, terbanyak sebagai ion atau berikatan
dengan aluminium. Konsentrasi fluor ini tergantung lokasinya. Air dipermukaan laut
mengandung fluor 0,01-0,3mg/L. Air laut lebih banyak mengandung fluor daripada
air tawar yaitu sebanyak 1,2-1,5 mg/L. Air minum, baik yang berasal dari air tanah,
air PAM, dan air kemasan mempunyai kadar fluor yang sangat rendah (jauh di bawah
0,3 ppm). Air yang diperdagangkan sebagai air mineral atau air kemasan (lebih dari
12 merek dagang) telah diteliti, ternyata kadar fluoridanya rata-rata 0.07 ppm.
Dengan meningkatnya penggunaan air kemasan untuk keperluan sehari-hari, maka
perlu dipikirkan penambahan fluor secara sistematik untuk pencegahan karies
(Anggara, 2003). Pada ASI, kandungan fluor lebih sedikit bila dibandingkan dengan
susu formula yaitu mencapai 5-10 µg/L. Di tanah mengandung fluor sebanyak 20-
1000 µg/g. Fluor disimpan pada lapisan tanah paling luar, tengah maupun dalam.
Komponen yang paling penting untuk tumbuhan dan manusia adalah fluor yang
soluble. Selain terdapat di air tanah, fluor juga terdapat pada sayur-sayuran, buah-
buahan, minuman, ikan, daging dan lain-lainnya. Hampir semua makanan
mengandung fluor, namun kadar fluor tertinggi adalah ikan teri, sawi, dan teh
(Anggara, 2003). Produk-produk untuk kesehatan gigi sepeti pasta gigi dan
mouthwash mengandung fluor. Pada pasta gigi untuk dewasa mengandung 1000-1500
µg/g, sedangkan pada anak-anak lebih rendah yaitu 250-500 µg/g. Mouth rinse
mengandung 230-500 mg/L dan mouthwash 900-1000mg/L .
3.2 Manfaat Fluor terhadap gigi
Dalam penggunaannya, flour mempunyai banyak sekali manfaat dalam
pertumbuhan dan perkembangan gigi, berikut adalah manfaat flour jika di tinjau
berdasarkan waktu erupsinya:
a. Pra Erupsi
1. Selama pembentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari pengurangan
sejumlah matriks yang dibentuk.
2. Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten
terhadap asam.
3. Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandunga karbonat lebih rendah
kelarutan terhadap asam berkurang.
4. Pengurangan jumlah & ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi makanan
dan plak.
b. Pasca Erupsi
1. Fluoroapatit Menurunkan Kelarutan Enamel Dalam Asam
2. Fluoroapatit lebih padat & membtk kristal sedangdaerah permukaan yg
bereaksi dengan asam lebih sedikit.
3. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal (lapisan pelindung
karena sedikit larut dalam asam.
4. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit dg
karbonat rendah lebih stabil & kurang larut dibanding karbonat tinggi
5. Adanya fluoride dlm saliva meningkatkan remineralisasi, shg merangsang
perbaikan / penghentian lesi karies awal
6. Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan thd enzim yg terlibat
dlm pembentukan asam serta pengangkutan & penyimpanan glukosa dlm
streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan utk
pembuatan asam dlm sintesa polisakarida.
3.3 Fungsi Fluor Dalam Menghalang dan Mengkontrol Karies Gigi
Karies gigi adalah disebabkan oleh produk yang dihasilkan oleh bakteri
(misalnya asam) yang melarutkan permukaan keras enamel gigi dan
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak dirawat, bakteria bisa penetrasi
enamel,menyerang dentin dan akhirnya sampai ke jaringan paling dalam dimana
terdapat serabut saraf dan pembuluh darah. Karies gigi bisa menyebabkan
hilangnya struktur gigi,nyeri dan gigi rusak sama sekali dan bisa berlanjut kepada
infeksi sistemik yang akut.
Bakteri kariogenik yaitu bakteria yang menyebabkan karies gigi berada
didalam plak gigi. Plak adalah matriks organik dari bakteri,debris
makanan,mukosa sel yang mati dan komponen saliva yang melekat pada enamel
gigi. Plak ini juga turut mengandung mineral seperti kalsium dan fosforus dan
juga protein,polisakarida,karbohidrat dan lipid. Bakteri kariogenik ini
menghasilkan polisakarida yang menguatkan lagi perlekatan antara plak kepada
enamel. Jadi pada tahap awal bagaimana karies gigi terjadi adalah apabila bakteria
ini memetabolisa substrat dari diet seperti gula dan fermentasi karbohidrat dan
asam yang dihasilkan oleh bakteri ini menyebabkan pH rendah dan demineralisasi
enamel gigi berlaku. Demineralisasi melibatkan kehilangan kalsium,fosfat dan
karbonat. Mineral ini kemudiannya diambil oleh plak disekitarnya dan tersedia
untuk reuptake oleh permukaan enamel.
Fluor bekerja mengkontrol karies gigi pada tahap awal dengan pelbagai
cara. Fluor berkonsentrasi di plak dan saliva menghambat demineralisasi enamel
dan meningkatkan remineralisasi enamel yang telah mengalami demineralisasi.
Apabila asam yang diproduksi oleh bakteri kariogenik menyebabkan penurunan
pH pada permukaan gigi-plak,fluor akan dilepaskan dari plak. Fluor yang
dilepaskan ini dan fluor yang berada didalam saliva bersama-sama kalsium dan
fosfat akan diambil oleh gigi yang mengalami demineralisasi untuk memperkuat
struktur kristal enamel. Struktur ini lebih resisten terhadap asam dan mengandung
lebih banyak fluor dan kurang karbonat. Fluor lebih mudah diambil oleh enamel
demineralisasi berbanding sound enamel. Siklus demineralisasi dan remineralisasi
berlanjut sepanjang hayat gigi tersebut.
Fluor turut menghambat karies gigi dengan mengganggu aktivitas bakteri
kariogenik. Semasa fluor berkonsentrasi di plak gigi,ia menghambat proses
metabolisme karbohidrat oleh bakteria dan mengganggu produksi polisakarida
oleh bakteri.
Fluor mempunyai tiga mekanisme aksi dasar, yaitu:
1. Menghambat metabolisme bakteri
Fluor yang terionisasi (F-) tidak dapat menembus dinding dan
membran bakteri , tetapi dapat masuk ke sel bakteri kariogenik dalam bentuk
HF. Ketika pH plak turun akibat bakteri yang menghasilkan asam, ion
hydrogen akan berikatan dengan fluor dalam plak membentuk HF yang dapat
berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri. Di dalam sel bakteri, HF akan
terurai menjadi H+ dan F-. H+ akan membuat sel menjadi asam dan F- akan
mengganggu aktivitas enzim bakteri. Contohnya fluor menghambat enolase
(enzim yang dibutuhkan bakteri untuk metabolisme karbohidrat).
Terperangkapnya fluor di dalam sel merupakan proses yang kumulatif.
2. Menghambat demineralisasi
Mineral di dalam gigi (email, sementum, dentin) dan tulang adalah
karbonat hidroksiapatit, dengan formula Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-
u(F)u. Pada saat perkembangan gigi, mineral pertama yang hilang adalah
karbonat (CO3) yang menyebabkan terbentuknya ruangan di dalam kristal.
Saat demineralisasi, mineral yang hilang adalah karbonat, tetapi selama
remineralisasi karbonat tidak akan terbentuk kembali melainkan digantikan
oleh mineral yang baru. Pada kristal yang mengalami defisiensi kalsium tetapi
kaya karbonat, akan lebih rentan terhadap asam selama demineralisasi.
Karbonat hidroksiapatit (CAP) lebih larut dalam asam daripada hidroksiapatit
(HAP= Ca10(PO4)6(OH)2) dan fluorapatit (FAP= Ca10(PO4)6F2) dimana
ion OH- pada hidroksiapatit digantikan oleh F- menghasilkan FAP yang
sangat resisten terhadap disolusi asam.
3. Meningkatkan remineralisasi
Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva
dapat menetralisasi asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan
demineralisasi. Saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen
yang hilang ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal
yang terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai
‘nukleator’dan permukaan baru akan terbentuk. Proses tersebut disebut
remineralisasi, yaitu penggantian mineral pada daerah-daerah yang
terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email atau dentin (termasuk
bagian akar). Fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi
pada permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk
pembentukan mineral baru. Mineral yang baru terbentuk disebut veneer yang
tidak mengandung karbonat dan komposisinya memiliki kemiripan antara
HAP dan FAP. FAP mengandung sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki
kelarutan terhadap asam yang rendah. Mineral yang baru terbentuk memiliki
sifat seperti FAP yang kelarutan dalam asam lebih rendah daripada CAP.
3.4 Aplikasi dan Mekanisme Flour Secara Sistemik dan Lokal
a. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga
memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang
terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan
melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes
atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode
perorangan dan kolektif. Berikut adalah mekanisme fluor secara sistemik:
1. Absorpsi
Kira-kira 75-90 % dari fluor yang dikonsumsi diserap. Didalam
lambung yang bersifat asam, fluor dikonversi menjadi hidrogen fluorida
(HF) dan hamper 40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung
dalam bentuk HF. pH asam lambung yang tinggi akan mengurangkan
absorpsi dengan mengurangkan konsentrasi HF. Fluor yang tidak
diabsorpsi dilambung akan diserap oleh usus dan pH tidak mempengaruhi
absorpsinya berbanding di lambung. Kadar kation yang tinggi yang bisa
membentuk kompleks dengan fluor (seperti kalsium,magnesium dan
aluminium) turut menyebabkan menurunnya absorpsi fluor di
gastrointestinal.
2. Distribusi
Setelah diabsorpsi ke dalam darah,fluor didistribusikan keseluruh
tubuh dengan kira-kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi
kandungan kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia
tersusun seperti crystal lattice. Fluor bisa meleawti plasenta dan dijumpai
didalam air susu ibu pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam
darah. Pada kondisi tertentu,kadar fluor pada plasma juga dapat menjadi
indikasi kepada kadar fluor didalam air minum yang dikonsumsi. USNRC
(1993) mengatakan bahawa “ Air merupakan sumber utama untuk
pengambilan fluor,konsentrasi fluor plasma puasa pada dewasa muda dan
dewasa dalam mikromol per liter secara kasarnya sama dengan
konsenteasi fluor didalam air minum dalam unit miligram per liter”.
3. Ekskresi
Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (ICPS,2002). Urinary
fluor clearance meningkat dengan pH urin disebabkan oleh penurunan
konsentrasi HF. Pelbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa
memberi efek kepada pH urin dan ini seterusnya akan memberi efek
terhadap fluoride clearance dan retention
Gambar. Mekanisme penyerapan dan distribusi flour secara sistemik.
Fluor
Contoh penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita
peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars creation, 2010).
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh
suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di
situ akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini
jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat
mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu
dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi-
gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor
yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak
sekali.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum
adalah 0,7–1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof
bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu.
Gambar 1. Fluoridasi pada air minum publik (Charleshamel, 2008)
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor
yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah
terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-
hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan
makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride
harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang
sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya
jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak
terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat
menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis.
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri.
Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi
dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2
mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela,
2005). Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak
16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3
tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.
b. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi
gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF)
menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi adalah proses
perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada
permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah
proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh
mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai
mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara
topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:
1. Topikal Aplikasi
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel.
Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama
1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Gambar. Topikal Aplikasi Fluor.
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor.
NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan
salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak
lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak
mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan
konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi
10 ml. Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak
kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan
kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan
sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera
dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru.
Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini
diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml.
Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan
karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini
tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal
aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel
sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis.
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya
mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta
giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran
mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada
sikat gigi) (Kidd dan Bechal, 1991).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies
sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang
berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Berkumur fluor
diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah
mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang
karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho.
3.5 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor
A. Indikasi
1. pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi.
2. gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
3. gigi yang sensitive.
4. anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh:Down syndrome).
5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic
B. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies rendah.
2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
3. terdapat ada kavitas besar yang terbuka.
3.6 Efek berlebihan dan Kekurangan Flour
1. Efek terhadap Gigi dan Tulang
Efek fluor yang berlebihan pada gigi dipanggil fluorosis gigi. Fluorosis
gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang disebabkan oleh
pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika gigi sedang
berkembang. Perubahan tampilan enamel gigi adalah warna gigi menjadi tidak
putih,pucat dan buram. Ini bisa berupa tompokan putih yaitu masih pada tahap
ringan sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna gigi yang gelap
atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan enamelnya juga
menjadi lunak dan rapuh. Tanda pertamanya berupa erupsi gigi dengan
enamel yang berbintik-bintik (mottled enamel). Fluorosis gigi disebabkan
konsumsi fluor yang terlalu banyak dalam jangka masa panjang ketika gigi
masih berkembang didalam gusi. Jadi hanya anak-anak berumur 8 tahun dan
ke bawah yang beresiko karena ketika usia ini gigi yang permanen sedang
berkembang didalam gusi. Oleh sebab itu,fluorosis gigi hanya berlaku pada
anak-anak,tidak berlaku pada dewasa. Keparahan kondisi ini tergantung
kepada dosis,durasi dan masa pengambilan fluor.
Berlaku peningkatan fluorosis gigi terutamanya yang tahap ringan
disebabkan banyak sumber fluor tersedia yang pada mulanya digunakan untuk
menghalang dari berlakunya karies gigi. Sumber-sumber ini termasuklah air
minum yang difluoridasi dan pasta gigi berfluorida, terutamanya jika pasta
gigi ini tertelan oleh anak-anak ketika menyikat gigi.
Patofisiologi Flourosis
Mekanisme tepat tindakan dari fluoride dalam menyebabkan fluorosis
tidak diketahui. Kelebihan konsumsi fluoride selama perkembangan gigi
adalah yang paling penting Faktor etiologi untuk fluorosis. Fluorida diketahui
mempengaruhi jaringan termineralisasi dari tubuh, dan ketika dikonsumsi
lebih dari tingkat optimal, itu mengganggu proses mineralisasi. Efek dari
fluoride pada pembentukan enamel menyebabkan fluorosis gigi hanya terjadi
selama pengembangan enamel. Efek ini pada manusia bersifat kumulatif dan
dosis tergantung pada total asupan fluorida dari semua sumber dan durasi
paparan fluoride. Mineralisasi Enamel sangat sensitif terhadap fluoride gratis
ion, yang unik mempromosikan hidrolisis prekursor asam seperti octacalcium
fosfat dan pengendapan kristal apatit fluoride. Setelah fluoride yang tergabung
menjadi kristal enamel, ion kemungkinan mempengaruhi proses mineralisasi
berikutnya oleh mengurangi kelarutan mineral, sehingga modulasi komposisi
ionik dalam cairan yang mengelilingi mineral. merangkum efek fluoride
pada gigi selama berbagai tahap perkembangan gigi pada tabel berikut:
Fluorosis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Penggunaan air berfluoride pada tingkat kelas 1ppm yang konstan
merupakan penyebab bintik gigi yang paling ringan.
2. Sangat ringan (Very Mild) : dalam jenis ini ada daerah putih sangat kecil
yang kadang-kadang terlihat pada permukaan gigi, tapi tidak melibatkan
lebih dari 25% dari permukaan gigi.
3. Ringan (Mild) : dalam jenis ini ada keterlibatan gigi lebih luas dan
melibatkan 50% dari permukaan gigi.
4. Sedang (Moderate) : gigi memiliki keterlibatan permukaan yang lebih
banyak, mengalami atrisi, dan menunjukkan pigmentasi kuning atau
coklat.
5. Berat (Severe) : semua permukaan enamel terlibat, terdapat noda coklat
yang luas, dan permukaan gigi mengalami korosi.
2. Kanker
Banyak penelitian dilakukan terhadap pekerja terutamanya dalam
bidang peleburan aluminium dilaporkan terdapat peningkatan insiden dan
mortalitas akibat kanker paru,kanker kandung kemih dan juga kanker-kanker
lain. Hasil penelitian Grandjean, Olsen (2004) di Denmark terhadap pekerja
pabrik cyrolite yang berbentuk cohort selama 12 tahun telah menunjukkan
hasil yaitu mortalitas total lebih dari 90%. Kematian pekerja-pekerja ini
kebanyakannya adalah akibat kanker dengan insiden yang paling tinggi adalah
kanker paru primer dan kanker kandung kemih. Grandjean dan Olsen
membuat kesimpulan bahawa fluor perlu dipertimbangkan sebagai antara
faktor yang menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker paru primer.
Walaupun banyak penellitian menunjukkan nilai yang signifikan antara
assosiasi berbagai kanker dengan pengambilan fluor didalam air minum,
namun kebanyakan data dari penelitian adalah tidak konsisten dan terdapat
kemungkinan besar kanker disebabkan oleh substansi lain selain dari fluor.
3. Efek Terhadap IQ
Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini,didapati bahawa
fluor(F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan
mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid.
Dalam penelitian yang berkaitan, Wang et al (2005) telah membuktikan
bahawa kerusakan DNA pada otak tikus dewasa karena didedahkan kepada
kadar fluor yang tinggi dan kadar iodin yang rendah. Penelitian terbaru telah
mendedahkan bahawa kadar F yang tinggi didalam air minum akan
menyebabkan depresi abilitas pembelajaran memori( learning-memory) pada
tikus Winstar. Terdapat banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat efek
kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap intelligent quotient (IQ).
Penelitian oleh Lu et al (2000) di China dan Trivedi et al (2007) di India yang
mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap
IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan yaitu anak-anak yang
minum air yang kadar fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah
berbanding anak-anak yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah.
Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bia menurunkan IQ masih
tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahawa ini mungkin
melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas kholinesterase di
otak. Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect terhadap aktivitas
kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester choline. Efek toksik ini bisa
menyebabkan perubahan utilisasi acethylcholine,seterusnya memberi efek
terhadap transmisi impuls saraf pada jaringan otak. Dari semua penelitian
ini,hasil penelitian banyak mengarahkan bahawa kadar fluor yang tinggi pada
air minum bisa menyebabkan gangguan pada otak sehingga dapat
menurunkan IQ pada seseorang.
Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Maj. Ked.
Gigi (Dent. J.). 38 (3):130-34.
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung:
FKG UNPAD
Houwink, Prof. Dr. B., dkk. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. 1993. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.