Materi Hukum Perusahaan Badan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    1/56

    Materi Hukum Perusahaan:

    Badan Hukum

    1. A. PENDAHULUAN

    A.1. SUBYEK HUKUM

    Dalam hukum perkataan orang berarti pembawa hak dan kewajiban atau

    subyek dalam hukum. Di samping orang dalam arti manusia (natuurlijk-

    persoon) dalam hukum ada juga badan atau perkumpulan yang memiliki hak dan

    dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Badan dan perkumpulan

    tersebut mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan

    perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan juga dapat menggugat di mukahakim. Atau dengan perkataan lain, diperlakukan sepenuhnya sebagai orang.

    Badan atau perkumpulan sedemikian, dinamakan badan hukum (rechts-

    persoon).

    Tiap orang menurut hukum (baiknatuurlijk persoon maupun rechts-persoon),

    harus mempunyai tempat tinggal (domisili). Tempat tinggal (domisili) tersebut

    penting untuk menetapkan beberapa hal, seperti: dimana seseorang harus

    melangsungkan perkawinan, dimana seseorang dapat dipanggil di muka hakim,

    pengadilan mana yang berkuasa terhadap seseorang dan lain sebagainya.

    Biasanya domisili adalah di tempat kediaman pokok, tetapi bagi orang yang

    tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, domisili dianggap di tempat dimana

    ia sungguh-sungguh secara fisik berada. Ada juga domisili yang berhubungan

    dengan urusan, misalnya 2 (dua) pihak dalam suatu kontrak memilih suatu

    domisili tertentu.

    Dahulu sebelum ada ketentuan Pasal 3 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

    (KUH Perdata) dikenal yang dinamakan kematian perdata yaitu suatu

    hukuman yang menyatakan bahwa seseorang tidak memiliki suatu hak lagi.

    Dengan adanya Pasal 3 KUH Perdata, konsep kematian perdata tidak ada lagi

    yang dimungkinkan sekarang adalah bahwa seseorang sebagai hukuman- dicabutsementara haknya, misalnya karena kekuasaannya sebagai orang tua terhadap

    anak, kekuasaan sebagai wali dan lain sebagainya.

    A.2. SUBYEK HUKUM PERORANGAN

    Meskipun menurut hukum setiap orang tiada yang terkecuali dapat memiliki hak-

    hak, akan tetapi dalam hukum tidak semua orang diperbolehkan bertindak sendiri-

    sendiri dalam melaksanakan hak-haknya. Orang yang cakap bertindak dalam

    hukum (bekwaam) atau mempunyai legal capacity adalah seseorang yang bisa

    melakukan perbuatan atau tindakan hukum apabila ia sudah dewasa dan tidak

    berada di dalam pengampuan atau di bawah perwalian (onder curatele). Perihal

    1

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    2/56

    kecakapan bertindak dalam hukum ini akan dibahas lebih lanjut dalam BAB III.

    Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, di mulai dari saat ia dilahirkan dan

    berakhir pada saat ia meninggal. Untuk kepentingannya, dalam hal waris dapat

    dihitung surut mulai orang itu berada dalam kandungan, asal saja kemudian diadilahirkan hidup (Pasal 2 KUH Perdata).

    A.3. SUBYEK HUKUM BERBENTUK BADAN HUKUM

    Badan hukum mempunyai hak yang sama dengan orang-perorangan, namun

    perbedaan antara orang (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechts

    persoon) terletak pada beberapa hak perorangan yang tidak dimiliki badan

    hukum seperti hak untuk mewaris, menikah, mempunyai dan mengakui anak,

    membuat wasiat dan lain-lain.

    Para sarjana pada umumnya mendefinisikan badan hukum sebagai suatu bentukanhukum yang mempunyai hak dan kewajiban (zelfstandige drager van rechten en

    verplichtingen). Dikatakan bentukan hukum karena badan hukum memang

    merupakan ciptaan atau fiksi hukum yang sengaja diciptakan untuk memenuhi

    kebutuhan tertentu.

    Badan hukum sengaja diciptakan artinya ialah suatu bentukan hukum apabila

    diciptakan oleh undang-undang. Dengan demikian penunjukkan suatu konstruksi

    sebagai badan hukum ditentukan oleh undang-undang yang mengaturnya, apakah

    ia mempunyai kualifikasi demikian.

    Sebagai konsekuensi yuridisnya, maka badan hukum memiliki

    pertanggungjawaban sendiri (eigen aansprakelijkheid), dapat melakukan

    perbuatan hukum, menuntut dan dituntut di muka pengadilan dan memiliki harta

    kekayaan sendiri terpisah dari hak dan kewajiban para pengurus, anggota atau

    pendirinya. Oleh karena mempunyai hak dan kewajiban sendiri maka badan

    hukum dikatakan sebagai subyek hukum.

    Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, badan hukum

    merupakan bentukan hukum yang anggaran dasarnya memerlukan pengesahan

    dari instansi pemerintah yang berwenang (dalam hal ini Menteri Kehakiman dan

    Hak Asasi Manusia) atau dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangantersendiri. Di Indonesia pada saat ini terdapat beberapa badan hukum, yaitu

    Perseroan Terbatas, Perusahaan Umum, Perusahaan Jawatan, Koperasi, Dana

    Pensiun, Yayasan dan beberapa Perguruan Tinggi Negeri tertentu.

    B. BENTUK-BENTUK BADAN HUKUM

    B.1. PERSEROAN TERBATAS (PT)

    DASAR HUKUM

    a. Undang-undang No.1 tahun 1995 tertanggal 1 Maret 1995 tentang Perseroan

    2

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    3/56

    Terbatas (UUPT).

    b. Undang-undang No.8 tahun 1995 tertanggal 10 November 1995 tentang Pasar

    Modal (UUPM).

    PENGERTIAN

    PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

    kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

    memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas

    dan Peraturan Pelaksanaannya (Pasal 1 butir 1 UUPT).

    KARAKTERISTIK

    1. Pemegang saham PT tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan

    yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggungjawab atas kerugian PTmelebihi nilai saham yang telah diambilnya (Pasal 3 ayat 1 UUPT).

    2. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila :

    (i) persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

    (ii) pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak

    langsung) dengan iitikad buruk memanfaatkan PT semata-mata untuk kepentingan

    pribadi;

    (iii) pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

    hukum yang dilakukan oleh PT; atau

    (iv) pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung)

    secara melawan hukum menggunakan kekayaan PT yang mengakibatkan

    kekayaan PT menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang PT (Pasal 3 ayat 2

    UUPT).

    Ketentuan tersebut di atas merupakan penjabaran dari prinsip tanggungjawab

    terbatas (limited liability) dari pemegang saham, namun demikian undang-

    undang mengatur bahwa tanggung jawab terbatas tersebut bisa hapus karena

    keadaan tertentu (Pasal 3 ayat 2 UUPT), sehingga dalam hal keadaan tertentutersebut terjadi, pemegang saham harus bertanggungjawab penuh secara pribadi,

    hal tersebut dikenal dengan istilah piercing the corporate veil atau lifting the

    veil yang artinya menembus cadar perusahaan atau membuka kerudung.

    JENIS PT

    Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam UUPT dan UUPM, maka PT dapat

    dibedakan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu :

    (i) PT Terbuka yaitu perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya

    memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum,

    3

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    4/56

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal (Pasal 1 ayat

    6 UUPT). Menurut UUPM yang dimaksud dengan PT Terbuka atau dalam UUPM

    disebut Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

    sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor

    sekurang-kurangnya Rp.3 milyar atau suatu jumlah pemegang saham atau modaldisetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

    (ii) PT Tertutup adalah perseroan yang tidak termasuk dalam kategori PT

    Terbuka.

    PENDIRIAN, PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN PT

    a. PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta pendirian dalam bahasa

    Indonesia yang dibuat secara Notariil;

    b. Akta Pendirian tersebut telah diajukan kepada dan untuk disahkan oleh MenteriKehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Menkeh);

    1. PT memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian disahkan oleh

    Menkeh;

    2. Direksi wajib mendaftarkan Akta Pendirian berikut pengesahannya dalam

    Daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1982 tentang

    Wajib Daftar Perusahaan;

    3. Direksi wajib mengumumkan pendirian, pengesahan serta pendaftaran

    Akta Pendirian dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

    STATUS BADAN HUKUM PT BERDASARKAN PENDIRIAANNYA

    PT YANG

    BELUM

    DISAHKAN

    PT YANG

    SUDAH

    DISAHKAN

    TETAPI BELUM

    DIDAFTARKAN

    DAN

    DIUMUMKAN

    PT YANG

    SUDAH

    DISAHK

    ANSTATUS Bukan Badan

    Hukum

    Badan Hukum

    (status badan

    hukum diperoleh

    setelah Akta

    Pendirian disahkan

    oleh Menkeh )

    (Pasal 7 ayat 6

    UUPT)

    Badan Hukum

    4

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    5/56

    PERWAKILAN

    DALAM

    MELAKUKAN

    PERBUATANHUKUM

    Perbuatan hukum

    bagi kepentingan

    PT dilakukan oleh

    Pendiri.

    Perbuatan hukum

    bagi kepentingan

    PT dilakukan oleh

    Direksi.

    Perbuatan hukum bagi

    kepentingan PT dilakukan

    oleh Direksi.

    TANGGUNG

    JAWAB

    Perbuatan hukum

    tsb

    akan mengikat PT

    apabila kemudian

    ada pernyataan PT

    untuk menerima,

    mengambil alih

    ataumengukuhkan

    perbuatan hukum

    tsb.

    Selama perbuatan

    hukum tsb tidak

    dikukuhkan maka

    Pendiri yang

    melakukan

    perbuatan hukum

    tsbbertanggungjawab

    secara pribadi atas

    segala akibat yang

    timbul.

    (Pasal 11 ayat 1

    dan 2 UUPT)

    Selama

    pendaftaran dan

    pengumuman

    tersebut belum

    dilakukan oleh

    Direksi, maka

    Direksi secara

    tanggungrenteng

    bertanggungjawabatas segala

    perbuatan hukum

    yang dilakukan PT

    (Pasal 23 UUPT)

    Sebagai badan hukum PT

    melalui Direksi dapat

    melakukan perbuatan

    hukumyang sesuai dengan

    isi anggaran dasar dan

    ketentuan undang-undang

    yang berlaku, perbuatan

    mana merupakan tanggungjawab PT.

    PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

    1. Perubahan tertentu Anggaran Dasar PT sebagaimana tersebut di bawah iniharus mendapat persetujuan Menkeh, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan

    serta diumumkan di Tambahan Berita Negara (Pasal 15 ayat 2 UUPT):

    (i) nama PT;

    (ii) maksud dan tujuan PT;

    (iii) kegiatan usaha PT;

    (iv) jangka waktu berdirinya PT, apabila Anggaran Dasar menetapkan jangka

    waktu tertentu;

    5

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    6/56

    (v) besarnya modal dasar;

    (vi) pengurangan modal ditempatkan dan disetor;

    (vii) status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.

    1. Perubahan Anggaran Dasar selain sebagaimana dimaksud butir a di atas

    cukup dilaporkan kepada Menkeh dalam waktu paling lambat 14 (empat

    belas) hari terhitung sejak keputusan RUPS dan didaftarkan dalam Daftar

    Perusahaan (Pasal 15 ayat 3 UUPT).

    2. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam butir a di atas

    mulai berlaku sejak tanggal persetujuan diberikan.

    3. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimna dimaksud dalam butir b di atas

    mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran.

    KETENTUAN PERALIHAN TENTANG PERUBAHAN AD SESUAI UUPT

    1. Akta Pendirian PT yang telah disahkan atau Anggaran Dasar yang

    perubahannya telah disetujui sebelum UUPT berlaku tetap berlaku

    sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.

    2. Akta Pendirian PT yang belum disahkan atau Anggaran Dasar yang

    perubahannya belum disetujui oleh Menkeh pada saat berlakunya UUPT

    wajib disesuaikan dengan ketentuan UUPT.

    3. Dalam waktu 2 tahun terhitung sejak UUPT mulai berlaku semua PT yang

    didirikan dan telah disahkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum

    Dagang harus telah disesuaikan dengan ketentuan UUPT.

    4. Dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak tanggal 24 Februari 1998, PT

    wajib melakukan penyesuaian nama. Dalam hal ini, penyesuaian dapat

    dilakukan antara lain pada saat:

    (i) PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pertama

    kalinya sejak tanggal 24 Februari 1998, atau

    (ii) PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengubah

    Anggaran Dasar.

    e. Nama PT yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan dengan ketentuanUUPT dalam jangka waktu 6 bulan terhitung sejak tanggal 7 Maret 1998 dapat

    dipakai oleh pihak lain.

    HAK-HAK PEMEGANG SAHAM

    Hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam pembahasan tentang PT adalah hak-

    hak pemegang saham, terutama hak-hak pemegang saham minoritas. Menurut

    UUPT, hak-hak pemegang saham adalah sebagai berikut:

    (i) mengajukan gugatan terhadap PT ke Pengadilan Negeri, apabila

    dirugikan karena tindakan PT yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar

    6

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    7/56

    sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisaris (Pasal 54 ayat 2 UUPT);

    (ii) Atas nama PT, apabila mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)

    bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan

    gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi atau Komisaris yangkarena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (Pasal

    85 butir 3 danPasal 98 butir 2 UUPT);

    (iii) Atas nama diri sendiri atau atas nama PT , apabila mewakili paling

    sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara

    yang sah dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri setempat agar

    dilakukan pemeriksaan terhadap PT (Pasal 110 butir 3.a. UUPT);

    (iv) 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit

    1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang

    sah dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri setempat agarmembubarkan PT (Pasal 117 butir 1.b UUPT).

    ORGAN PT

    Organ PT terdiri dari:

    1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

    2. Komisaris

    3. Direksi

    RUPS

    1. RUPS adalah organ PT yang memegang kekuasaan tertinggi dalam PT dan

    memegang segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau

    Komisaris (Pasal 1 butir 3 UUPT).

    2. Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, RUPS mempunyai

    kewenangan antara lain :

    (i) Mengangkat anggota Komisaris dan Direksi untuk jangka waktu tertentu,

    termasuk untuk memberhentikannya sewaktu-waktu atau mengangkatnya kembali

    apabila jangka waktu tertentu tersebut berakhir (Pasal 80 jo Pasal 95 UUPT)

    (ii) Menyetujui perubahan Anggaran Dasar PT (Pasal 14 UUPT).

    (iii) Menyetujui rancangan penggabungan, peleburan dan pengalihan PT (Pasal

    102 ayat 3 jo Pasal 103 ayat 3 butir b UUPT);

    (iv) Menyetujui pembubaran PT (Pasal 114 UUPT);

    (v) Melakukan tindakan lainnya yang tidak diatur lebih lanjut dalam anggaran

    dasar serta tidak dilimpahkan kewenangannya kepada Direksi atau Komisaris

    (Pasal 1 butir 3 UUPT).

    7

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    8/56

    KOMISARIS

    1. Komisaris adalah organ PT yang bertugas melakukan pengawasan secara

    umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam

    menjalankan PT (Pasal 1 butir 5 UUPT).2. Yang dapat diangkat menjadi anggota Komisaris adalah :

    (i) orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan

    (ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris

    yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu PT dinyatakan pailit; atau orang

    yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan

    negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan (Pasal 96 UUPT).

    1. Wewenang dan kewajiban Komisaris ditetapkan dalam anggaran dasar PT

    (Pasal 94 ayat 1 UUPT).2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, PT yang

    menerbitkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka wajib

    mempunyai paling sedikit 2 Komisaris (Pasal 94 ayat 2 UUPT).

    3. Dalam hal terdapat lebih dari 1 orang Komisaris, mereka merupakan

    sebuah majelis, dengan konsekuensi bahwa sebagai majelis, Komisaris

    tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili PT (Pasal 94 ayat jo.

    Penjelasan Pasal 94 ayat 33 UUPT).

    4. Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dengan

    kemungkinan diangkat kembali (Pasal 95 ayat 1 dan ayat 3 UUPT).

    5. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada

    Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi

    dalam melakukan perbuatan hukum tertentu (Pasal 100 ayat 1 UUPT).

    6. Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat

    melakukan tindakan pengurusan PT dalam keadaan tertentu untuk jangka

    waktu tertentu (Pasal 100 ayat 2 UUPT).

    7. Bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu

    melakukan tindakan pengurusan tsb di atas, maka berlaku semua ketentuan

    mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap PT dan pihak

    ketiga (Pasal 100 ayat 3 UUPT).

    DIREKSI

    1. Direksi adalah organ PT yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan

    PT untuk kepentingan dan tujuan PT serta mewakili PT baik di dalam

    maupun di luar pengadilan (Pasal 1 butir 4 UUPT).

    2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan

    surat pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling

    sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi (Pasal 79 ayat 2).

    3. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah :

    (i) orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan

    8

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    9/56

    (ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris

    yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

    orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

    keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan (Pasal 79 ayat 3

    UUPT).

    1. Kewenangan Bertindak

    Kewenangan Direksi biasanya tercantum dalam pasal 10, 11 atau 12 anggaran

    dasar PT. Ketentuan anggaran dasar PT seringkali berbeda dalam merumuskan

    kewenangan bertindak Direksi, namun pada umumnyamenyebutkan sebagai

    berikut :

    Direksi mewakili perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal

    dan dalam segala kejadian dan karenanya berhak untuk menandatangani atas nama

    perseroan, menjalankan segala hak dan kekuasaan balk bersifat pengurusanmaupun yang bersifat pemilikan.

    Demikian pula ketentuan anggaran dasar PT seringkali berbeda dalam

    merumuskan pembatasan kewenangan bertindak Direksi, namun pada umumnya

    menyebutkan antara lain sebagai berikut :

    meminjam atau meminjamkan uang atas nama PT;

    mengikat PT sebagai Penjamin;

    membeli, atau dengan cara lain memperoleh barang yang tidak bergerak

    kepunyaan PT;

    menjual atau dengan cara lain melepaskan barang tidak bergerak

    kepunyaan PT;

    mengagunkan atau dengan cara apapun menjaminkan barang tidak

    bergerak kepunyaan PT;

    menggadaikan atau dengan cara apapun menjaminkan barang bergerak

    kepunyaan PT.

    Dalam hal demikian, apabila untuk tindakan tersebut di atas harus mendapatkan

    persetujuan tertulis terlebih dahulu atau dokumen yang berkenaan dengan itu turut

    ditandatangani oleh :

    Dewan Komisaris; atau

    RUPS

    Berarti sebelum tindakan tertentu dilakukan oleh Direktur, maka persetujuan

    tertulis harus diperoleh terlebih dahulu.

    Setiap anggota Direksi secara pribadi wajib dengan itikad baik dan penuh

    tanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha PT, sehingga

    dengan demikian setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi

    apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya (Pasal 85

    ayat 1 & 2 UUPT).

    9

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    10/56

    TINDAKAN PT BERHUBUNGAN DENGAN BANK

    PT Sebagai Nasabah

    1. Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar PT, maka umumnyatindakan PT untuk membuka rekening pada Bank (e.g.: Giro, Deposito

    dan/atau Tabungan) cukup diwakili oleh angota Direksi yang berwenang

    mewakili Direksi, tanpa perlu mendapat persetujuan Dewan Komisaris /

    RUPS, karena tindakan tersebut termasuk tindakan kepengurusan PT

    sehari-hari.

    2. Konsekuensinya adalah bahwa anggota Direksi yang berwenang mewakili

    Direksi PT tersebut berhak pula menentukan karyawan PT atau kuasanya

    sebagaiAuthorized Signeratas rekening pada Bank yang bersangkutan.

    3. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemberian kuasa tersebut

    adalah agar kuasa yang diberikan bersifat khusus (tidak bersifat umum),

    hal demikian mengingat sesuai dengan ketentuan Pasal 1796 KUH Perdataditentukan bahwa pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata

    umum hanya meliputi perbuatan pengurusan,sementara tindakan yang

    dapat dilakukan berkaitan dengan rekening PT pada Bank pada umumnya

    termasuk juga tindakan yang meliputi perbuatan kepemilikan. Pemberian

    kuasa tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam anggaran

    dasar perseroan.

    PT Sebagai Peminjam

    1. Dalam hal PT bertindak sebagai peminjam, maka pada umumnya anggaran

    dasar PT mewajibkan anggota Direksi yang bersangkutan untuk

    memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Dewan

    Komisaris/RUPS.

    2. Perlu menjadi perhatian adalah bahwa apabila anggaran dasar PT

    mensyaratkan demikian, maka persetujuan tertulis tersebut agar diperoleh

    terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya perbuatan tersebut, hal demikian

    untuk mencegah timbulnya gugatan di kemudian hari dari pihak yang

    seharusnya memberikan persetujuan Dewan Komisaris/RUPS) yang

    mengakibatkan perbuatan tersebut dapat dimintakan pembatalannya di

    muka hakim.

    PT Sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan

    1. Dalam hal PT bertindak sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan, maka

    pada umumnya anggaran dasar PT yang bersangkutan mewajibkan

    anggota Direksi yang bersangkutan memperoleh persetujuan secara tertulis

    terlebih dahulu dari Dewan Komisaris/RUPS.

    2. Perbedaan akibat hukum bagi PT sebagai Pemberi Jaminan dan PT sebagai

    penjamin (corporate guarantee) adalah sebagai berikut :

    (i) PT sebagai pemberi jaminan yaitu dimana PT menyerahkan suatu asset

    tertentu milik PT sebagai jaminan untuk jaminan atas pelunasan hutang pada

    10

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    11/56

    Bank, berarti pemberian jaminan hanya terbatas pada harta kekayaan PT yang

    dijaminkan ;

    (ii) PT sebagai penjamin (corporate guarantee)berarti kekayaan PT seluruhnya

    secara hukum menjadi jaminan atas pelunasan hutang pada Bank, kecuali jikadisetujui lain oleh para pihak di dalam corporate guarantee tersebut. Tentang

    pemberian Corporate Guarantee ini lebih terperinci akan dijelaskan dalam BAB

    V.

    BEBERAPA ISTILAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN PT

    Penggabungan/Merger

    Satu PT atau lebih menggabungkan diri menjadi satu dengan PT yang telah ada,

    dimana PT yang telah ada tersebut tetap berdiri sedangkan PT yang

    menggabungkan diri tersebut menjadi bubar (Pasal 102 ayat 1 UUPT).

    Peleburan/Konsolidasi

    Satu PT atau lebih meleburkan diri dengan PT yang lain dan membentuk PT baru,

    dimana seluruh PT yang meleburkan diri tersebut seluruhnya menjadi bubar dan

    akhirnya membentuk PT baru (Pasal 102 ayat 1 UUPT).

    Pengambilalihan/Akuisisi

    1. Satu PT mengambil alih saham yang telah ada atau saham yang akan

    dikeluarkan oleh PT lain, dengan ketentuan bahwa istilah

    pengambilalihan / akuisisi umumnya dipergunakan apabila

    pengambilalihan tersebut mengakibatkan timbulnya pengendalian atas PT

    yang sahamnya diambilalih (Pasal 103 UUPT).

    2. UUPT tidak mengatur mengenai definisi pengendalian, namun mengacu

    pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,

    yang dimaksud dengan pengendalian adalah pihak yang secara langsung

    maupun tidak langsung, dengan cara apapun, mempengaruhi pengelolaan

    dan atau kebijakan PT.

    Pembubaran PT dan Likuidasi

    a. PT bubar karena (Pasal 114 UUPT):

    (i) Keputusan RUPS;

    (ii) Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah

    berakhir.

    (iii) Penetapan Pengadilan.

    1. Direksi Perseroan dapat mengajukan usul pembubaran kepada RUPS.

    11

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    12/56

    Keputusan RUPS tentang pembubaran PT sah apabila diambil sesuai

    dengan ketentuan mengenai pengambilan keputusan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 74 ayat 1 dan ketentuan mengenai korum

    sebagaimana diatur dalam Pasal 76 UUPT (Pasal 115 ayat 1 & 2 UUPT).

    2. Perseroan bubar pada saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.(Pasal115 ayat 3 UUPT).

    3. Pembubaran perseroan sebagaimana dimaksud di atas diikuti dengan

    likuidasi oleh likuidator(Pasal 115 ayat 4 UUPT).

    4. Dalam hal PT bubar karena jangka waktu berdirinya berakhir sebagaimana

    ditetapkan dalam anggaran dasar, Direksi PT dapat mengajukan

    permohonan kepada Menkeh untuk perpanjangan jangka waktu tersebut

    (Pasal 116 ayat 1 UUPT).

    5. Namun demikian permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut hanya

    dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh

    pemegang saham yang mewakili paling sedikit tiga per empat bagian dari

    jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui palingsedikit oleh tiga per empat bagian dari jumlah suara tersebut (Pasal 116

    ayat 2 UUPT).

    1. Pengadilan Negeri dapat membubarkan PT atas :

    (i) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat PT melanggar kepentingan

    umum.

    (ii) permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling

    sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.

    (iii) permohonan kreditor berdasarkan alasan PT tidak mampu membayar

    utangnya setelah dinyatakan pailit atau harta kekayaan PT tidak cukup untuk

    melunasi seluruh utangnya setelah persyaratan pailit dicabut Mengenai kepailitan

    ini secara lebih terperinci akan dibahas dalam BAB X.

    (iv) permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat

    hukum dalam akta pendirian PT (Pasal 117 ayat 1 UUPT).

    1. Dalam hal PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum

    kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses

    likuidasi (Pasal 119 ayat 1 UUPT).2. Dalam hal PT sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat keluar

    dicantumkan kata-kata dalam likuidasi di belakang nama PT (Pasal 119

    ayat 3 UUPT).

    3. Likuidator dari PT yang telah bubar wajib memberitahukan kepada semua

    krediturnya dengan surat tercatat mengenai bubarnya PT (Pasal 120 ayat 1

    UUPT).

    4. Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atas likuidasi yang dilakukan

    (Pasal 124 ayat 1 UUPT).

    5. Sisa kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi para pemegang saham

    (Pasal 124 ayat 2 UUPT).

    6. Likuidator wajib mendaftarkan dan mengumumkan hasil akhir proses

    12

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    13/56

    likuidasi sesuai dengan ketentuan Pasal 21 dan 22 tentang pendaftaran

    dalam Daftar Perusahaan dan pengumuman dalam Berita Negara Republik

    Indonesia (Pasal 124 ayat 2 UUPT).

    PERIZINAN YANG DIPERLUKAN

    Dalam menjalankan usahanya, pada umumnya PT harus memenuhi izin-izin

    sebagai berikut:

    a. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan

    Republik Indonesia:

    (i) Izin Usaha Industri;

    (ii) Izin Perluasan untuk Perusahaan;

    (iii) Surat Izin Usaha Perdagangan

    1. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan

    Kabupaten/Kotamadya:

    Izin lokasi/ Surat Keputusan Hak Guna Bangunan/Hak Guna Usaha/Hak

    Pengelolaan.

    c. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pekerlaan Umum Dati II /

    Satuan Kerja Tehnis atas nama Bupati/Walikotamadya/Kepala Dinas Pengawasan

    Pembangunan Kota (Jakarta a/n Gubernur DKI- Jaya):

    Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

    d. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II a/n

    Bupati/Walikotamadya/Kepala Biro Penerbitan a/n Gubernur DKI-Jawa :

    Izin Undang-undang Gangguan/Hinder Ordonasi (UUG/HO). (Tidak

    berlaku bagi perusahaan industri yang diharuskan mempunyai amdal atau

    yang berlokasi di Kawasan industri/berikat).

    e. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja:

    Izin Kerja Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (IKTA).

    B.2. BENTUK-BENTUK KHUSUS PERSEROAN TERBATAS

    (i) PT PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PT PMDN)

    PENGERTIAN

    Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah penggunaan daripada

    13

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    14/56

    kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak dan benda, baik secara langsung

    atau tidak langsung, untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan

    ketentuan Undang -undang No.6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

    Negeri sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang No.12 tahun 1970

    tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.6 tahun 1968 tentangPenanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN).

    DASAR HUKUM

    a. UU PMDN.

    b. Keputusan Meninves/Kepala BKPM No.38/SK/199 tertanggal 6 Oktober 1999

    tentang Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan

    Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing

    (Kep BKPM No.38).

    PROSEDUR PERMOHONAN PMDN

    a. permohonan PMDN berpedoman kepada:

    (i) Daftar bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal (berdasarkan

    Keppres No.96 tahun 2000 tanggal 20 Juli 2000 tentang Bidang Usaha Yang

    Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Tertentu Bagi

    Penanaman Modal jo. Keppres No.118 Tahun 2000 tanggal 16 Agustus 2000

    tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No.96 tahun 2000 tentang Bidang

    Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

    Tertentu Bagi Penanaman Modal) (Negative List);

    (ii) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis

    usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat

    kemitraan (berdasarkan Keppres No.99 tahun 1998 tanggal 14 Juli 1998 tentang

    Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis

    Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha Besar Dengan Syarat

    Kemitraan) (Peraturan Kemitraan);

    (iii) Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.

    1. Permohonan PMDN dapat diajukan oleh PT, Koperasi, BUMN, BUMD,

    CV, Firma atau perorangan.

    2. Permohonan diajukan kepada Meninves/Kepala BKPM atau Ketua

    BKPMD setempat dan persetujuan atas permohonan dikeluarkan dalam

    bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SP PMDN).

    d. Permohonan menikmati pembebasan dan keringanan pajak seperti bea masuk,

    PPN dan PPn-BM atas pemasukan barang modal/alat perlengkapan yang

    diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal.

    IZIN YANG DIPERLUKAN

    14

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    15/56

    Berdasarkan Keputusan Presiden No.97 tahun 1993 tanggal 23 Oktober 1993

    tentang Tatacara Penanaman Modal sebagaimana terakhir diubah dengan

    Keputusan Presiden No.117 tahun 1999 tanggal 30 September 1999 dan Kep

    BKPM No.38, diatur sebagai berikut:

    1. a. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Meninves/Kepala BKPM atau

    Ketua BKPMD :

    (i) SP PMDN berlaku untuk 3 tahun;

    (ii) persetujuan pemberian fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk dan

    fasilitas perpajakan atas pengimporan barang modal;

    (iii) persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pengimporan

    bahan baku dan/atau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 tahun

    berdasarkan kapasitas terpasang;

    (iv) persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh

    pemerintah untuk usaha industri tertentu;

    (v) Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), untuk keperluan impor yang

    dilakukan sendiri;

    (vi) Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing

    Pendatang (RPTK), apabila dipergunakan tenaga kerja warga negara asing;

    (vii) Izin Usaha Tetap (IUT), Izin Usaha Perluasan dan perbaruan IUT.

    SP PMDN akan batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 tahun sejak

    tanggal dikeluarkan tidak ada realisasi proyek dalam bentuk kegiatan nyata baik

    dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik.

    Perubahan atas ketentuan proyek PMDN berikut ini yang wajib memperoleh

    persetujuan Meninves/Kepala BKPM:

    perubahan lokasi proyek;

    perubahan bidang usaha dan produksi; perubahan penggunaan tenaga bkerja asing;

    perubahan investasi dan sumber pembiayaan;

    perubahan status PMA menjadi PMDN; dan

    pembelian saham perusahaan PMDN dan Non PMA/PMDN yang sudah

    berdiri oleh perusahaan PMA, warga negara asing dan badan hukum asing;

    perpanjangan waktu penyelesaian proyek; dan

    penggabungan perusahaan (merger).

    b. Persetujuan yang dikeluarkan oleh penyelenggara Kawasan Berikat bagi

    yang berlokasi di Kawasan Berikat dan oleh Badan Penyelenggara Kawasan

    Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) bagi yang berlokasi di KAPET.

    15

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    16/56

    (i) Untuk PMDN proyek baru/perluasan/perubahan lokasi di kawasan berikat,

    Pengusaha/Pengelola Kawasan Berikat diberi wewenang menilai/memberi surat

    persetujuan (SP) a.n. Meninves/Kepala BKPM;

    (ii) untuk mengeluarkan persetujuan atas permohonan izin-izin pelaksanaanpenanaman modal.

    Selain izin-izin yang disebut dalam butir a dan b di atas, izin yang berlaku untuk

    PT pada umumnya, seperti tertera dalam butir Perizinan Yang Diperlukan di

    muka, berlaku pula untuk PT PMDN.

    DOKUMEN YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH BANK DALAM

    BERTRANSAKSI DENGAN PT PMDN

    a. Akta Pendirian Perusahaan, serta perubahan-perubahannya bila ada, khususnya

    perlu diperhatikan mengenai batas wewenang Direksi.

    b. SP PMDN yang dikeluarkan Meninves/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD,

    khususnya perlu diperhatikan jangka waktu berakhirnya.

    c. Izin Usaha Tetap (IUT) dikeluarkan oleh Meninves/Kepala BKPM atas nama

    Menteri terkait dengan macam bidang usahanya; IUT diberikan kepada

    perusahaan agar bisa mulai produksi komersial.

    1. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), khususnya bila PMDN

    mendapat fasilitas impor.

    e. Surat persetujuan BKPM untuk setiap adanya:

    (i) perubahan lokasi proyek;

    (ii) perubahan bidang usaha dan produksi;

    (iii) perubahan penggunaan tenaga kerja asing;

    (iv) perubahan investasi dan sumber pembiayaan;

    (v) perubahan status PMA menjadi PMDN; dan

    (vi) pembelian saham perusahaan PMDN dan Non PMA/PMDN yang sudah

    berdiri oleh perusahaan PMA, warga negara asing dan badan hukum asing;

    (vii)perpanjangan waktu penyelesaian proyek; dan

    (viii)penggabungan perusahaan (merger);

    1. Laporan realisasi kegiatan penanaman modal atau realisasi proyek dalam

    bentuk kegiatan nyata baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam

    16

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    17/56

    bentuk fisik.

    2. Persetujuan dari Meninves/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD atas

    perubahan SP PMDN dalam rangka melakukan kemitraan dengan usaha

    kecil.

    3. Surat pemberitahuan kepada Meninves/Kepala BKPM atau KetuaBKPMD dalam hal terjadi perubahan bentuk pola kemitraan dan/atau mitra

    usaha untuk PMDN yang bidang usahanya mensyaratkan kemitraan

    dengan usaha kecil.

    4. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Hak Guna Usaha (SHGU) dan

    Jangka waktu berlakunya SHGB dan SHGU tersebut dalam hal hak atas

    tanahnya hendak digunakan sebagai jaminan kredit.

    5. Surat Keterangan Domisili dari kantor Kelurahan.

    k. Tanda Daftar Perusahaan yang dikeluarkan Departemen Perdagangan. Berlaku

    untuk 5 (lima) tahun.

    (ii) PT PENANAMAN MODAL ASING (PT PMA)

    PENGERTIAN

    Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung

    yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Perusahaan

    penanaman modal asing harus suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan

    hukum yang berlaku di Indonesia, yang modalnya secara langsung berasal dari:

    a. 100% yang ditanam/dimiliki oleh warga negara atau badan hukum asing, atau

    b. patungan antara modal asing dan warga negara Indonesia/badan hukum

    Indonesia.

    DASAR HUKUM

    1. Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,

    sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-undang No.11 tahun 1970

    tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.1 tahun 1967 (UU

    PMA).

    2. Kep BKPM No.38.

    c. Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1994 tertanggal 19 Mei 1994 tentang

    Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman

    Modal Asing dan S.K. Meninves/Kepala BKPM No.5/SK/1994 tanggal 29 Juli

    1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang

    Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

    BENTUK PENANAMAN MODAL ASING

    Bentuk Penanaman Modal Asing:

    17

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    18/56

    (i) Langsung: seluruh modalnya (100%) dimiliki oleh warga negara asing

    (WNA) dan/atau badan hukum asing (BHA), dengan ketentuan sebagai

    berikut:

    Dalam jangka waktu maksimum 15 tahun sejak produksi komersialWNA/BHA, harus menjual sebagian sahamnya kepada WNI/BHI, baik

    langsung maupun melalui pasar modal;

    Besarnya saham yang dialihkan ke WNI/BHI adalah menurut kesepakatan

    para pihak.

    Pengalihan saham tersebut tidak mengubah status perusahaan (tetap

    PMA);

    Setelah berproduksi komersial PMA tersebut dapat mendirikan perusahaan

    baru yang berstatus:

    o PMA : apabila diantara peserta baru terdapat WNA/BHA;

    o PMDN : apabila 100% modal saham perusahaan baru dimiliki oleh

    PT PMA bersangkutan atau peserta baru terdiri dari WNI/BHI;

    (ii) Patungan: antara modal asing yang dimiliki oleh perorangan WNA atau

    BHA dengan modal yang dimiliki perorangan warga negara Indonesia (WNI)

    dan/atau badan hukum Indonesia (BHI), dengan ketentuan sebagai berikut :

    Minimum 5% dari modal yang disetor pada saat pendirian harus ditangan

    peserta Indonesia;

    Besarnya penyertaan modal saham selain 5% tersebut diatas ditetapkan

    atas dasar kesepakatan para pihak;

    Penjualan lebih lanjut dapat dilakukan kepada WNI / BHI, secarakepemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri;

    PROSEDUR PERMOHONAN PMA

    a. permohonan PMA berpedoman kepada:

    (i) Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing (sesuai

    dengan Negative List);

    (ii) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis

    usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syaratkemitraan (sebagaimana diatur oleh Peraturan Kemitraan);

    (iii) Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

    b. Permohonan PMA dapat diajukan oleh PT, Koperasi, BUMN, BUMD, CV,

    Firma atau perorangan.

    c. Permohonan diajukan kepada Meninves/Kepala BKPM atau Kepala

    Perwakilan RI setempat di luar negeri atau Ketua BKPMD setempat dan

    persetujuan atas permohonan dikeluarkan dalam bentuk Surat Persetujuan PMA.

    18

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    19/56

    d. Permohonan untuk menikmati pembebasan dan keringanan pajak seperti bea

    masuk, PPN dan PPn-BM atas pemasukan barang modal/alat perlengkapan yang

    diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal.

    e. Dalam segala hal kepemilikan saham pihak Indonesia tidak boleh lebih kecildari modal yang disetor/ditempatkan semula.

    1. PMA harus berbentuk perseroan terbatas, berkedudukan di Indonesia;

    2. Investasi dapat terdiri dari modal sendiri dan/atau pinjaman;

    3. Jumlah modalnya relatif sesuai kelayakan ekonomi kegiatan macam

    usahanya;

    i. Lokasi usaha dapat diseluruh Indonesia, tapi diutamakan dikawasan

    berikat/industri;

    1. Jangka waktu Izin Usaha adalah 30 tahun sejak produksi komersial;

    k. Izin Usaha (IU) dapat diperbaharui oleh Meninves/Kepala BKPM bila

    perusahaan PMA masih tetap menjalankan usahanya yang bermanfaat bagi

    perekonomian/ pembangunan nasional (mempunyai dampak positip a.l. untuk

    ekspor/tenaga kerja, pajak, lingkungan hidup, perekonomian nasional).

    l. PMA yang mengadakan perluasan usaha diperpanjang IU nya selama 30 tahun

    sejak usaha perluasan berproduksi komersial;

    m. Setelah berproduksi komersial:

    perusahaan dapat menambah modal perusahaan sendiri;

    mendirikan perusahaan baru;

    membeli saham PMDN/perusahaan non-PMA;

    membeli saham PMDN yang telah berdiri baik yang sudah/belum

    berproduksi komersial melalui pasar modal dalam negeri;

    n. Pembelian saham-saham tersebut di atas sepanjang bidang usahanya tetap

    terbuka bagi penanaman modal;

    o. Badan Hukum Asing (BHA) dapat membeli saham perusahaan PMA/PMDN/Non-PMA/PMDN yang belum atau telah berproduksi komersial, baik melalui

    kepemilikan langsung atau lewat pasar modal dalam negeri dan selama bidang

    usaha dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli tersebut terbuka bagi PMA dan

    dilakukan dalam upaya penyelamatan dan penyehatan perusahaan.

    IZIN YANG DIPERLUKAN

    Seperti halnya PT PMDN, berdasarkan Keputusan Presiden No.97 tahun 1993

    tanggal 23 Oktober 1993 tentang Tatacara Penanaman Modal sebagaimana

    terakhir diubah dengan Keputusan Presiden No.117 tahun 1999 tanggal 30

    September 1999 dan Kep BKPM No.38, izin untuk PMA diatur sebagai berikut :

    19

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    20/56

    1. Surat Persetujuan (SP PMA) yang dikeluarkan oleh Meninves/Kepala

    BKPM atau Ketua BKPMD yang berlaku untuk 3 tahun;

    2. Selain SP PMA di atas Perizinan lainnya sama dengan PT PMDN dengan

    catatan SP PMDN harus dibaca SP PMA.

    DOKUMEN YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH BANK DALAM

    BERTRANSAKSI DENGAN PT PMA

    Sama dengan PT PMDN dengan ketentuan SP PMDN harus dibaca SP PMA dan

    butir g berbunyi sebagai berikut:

    g. Persetujuan dari Meninves/Kepala BKPM atau Kepala Perwakilan RI atau

    Ketua BKPMD atas perubahan SP PMA dalam rangka melakukan kemitraan

    dengan usaha kecil.

    (iii) PT PERSERO

    Salah satu bentuk khusus PT adalah Perusahaan Persero. Namun mengingat

    Perusahaan Persero merupakan juga bagian dari Perusahaan Negara, maka

    pembahasan mengenai Perusahaan Persero akan dibahas di Butir B.3 di bawah ini.

    (iv) PT SEBAGAI KELOMPOK USAHA

    PENGERTIAN

    1. UUPT tidak mengatur secara tegas mengenai pengertian kelompok usaha,

    namun dalam beberapa pasal menyebutkan istilah induk perusahaan dan

    anak perusahaan tanpa memberikan penegasan lebih lanjut mengenai

    apa yang dimaksud dari kedua istilah tersebut.

    2. UUPT hanya menegaskan bahwa anak perusahaan dilarang memiliki

    saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaannya(Pasal 29 ayat 2

    UUPT).

    3. Dalam hal saham induk perusahaan dibeli oleh anak perusahaannya, maka

    saham tersebut tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam

    RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah korum yang

    harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT dan anggaran dasar(Pasal

    33 ayat 2 UUPT).4. Pengertian yang umum mengenai suatu kelompok usaha adalah sebagai

    berikut:

    Suatu kelompok usaha pada umumnya memiliki induk perusahaan (parent

    company) yang merupakan holding company yaitu suatu perusahaan yang

    tujuannya adalah menguasai saham atau manajemen dari perusahaan yang

    dimiliki/dikuasainya.

    1. Dalam kelompok usaha dikenal 2 (dua) hubungan yaitu :

    (i) Anak Perusahaan (subsidiary corporation) yaitu suatu anak perusahaan

    20

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    21/56

    dimana persentase kepemilikan saham oleh induk perusahaan adalah mayoritas,

    umumnya melebihi 50% dari saham anak perusahaan. Pengendalian yang

    dilakukan oleh induk perusahaan antara lain kewenangan untuk mengusulkan

    kepada RUPS mengenai susunan pengurus perseroan melalui RUPS atau

    kebijakan yang dianggap penting bagi perusahaan.

    (ii) Perusahaan Afiliasi (affiliate company) yaitu suatu perusahaan yang (melalui

    kepemilikan saham) berada di bawah kontrol perusahaan lain, namun pada

    umumnya persentase kepemilikan saham induk perusahaan adalah tidak melebihi

    50 % dari saham anak perusahaan.

    Umumnya perusahaan terafiliasi memiliki kewajiban kepada perusahaan induknya

    antara lain kewajiban untuk memberikan informasi penting atas jalannya PT,

    seperti mengetahui keadaan keuangan PT, mengetahui adanya kontrak yang

    material dari PT tersebut, demikian pula kontrol terhadap perusahaan terafliliasi

    dilakukan induk perusahaan melalui Direksi/Komisaris yang merupakan wakildari induk perusahaan tersebut.

    1. Holding Company dalam manajemen perusahaan dibedakan antara

    operating holdingdan invesment holding. Operating Holdingadalah induk

    yang hidup dari usahanya sendiri serta deviden anak perusahaan. Berbeda

    denganInvestment Holdingyang tidak memiliki usaha sendiri, sehingga

    induk perusahaan hanya menikmati keuntungan dari deviden anak

    perusahaan.

    KETENTUAN KELOMPOK USAHA MENURUT BANK INDONESIA

    Sehubungan dengan belum lengkapnya ketentuan hukum di Indonesia yang

    mengatur kelompok usaha secara spesifik, maka ketentuan Bank Indonesia yang

    berlaku saat ini dapat dijadikan acuan dalam menangani kelompok usaha sebagai

    kelompok peminjam maupun pihak terkait dengan peminjam atau kelompok

    peminjam.

    Bank Indonesia menetapkan kriteria berkenaan dengan kelompok usaha berkaitan

    dengan pemberian kredit yaitu ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian

    Kredit (BMPK) dimana ditetapkan ketentuan mengenai Kelompok Peminjam

    maupun Pihak Terkait dari Peminjam atau Kelompok Peminjam.

    Dasar Hukum

    1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tertanggal 31 Desember 1998

    No.31/177/KEP/DIR tentang BMPK sebagaimana diubah dengan

    Peraturan Bank Indonesia No. 2/16/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000.

    2. Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001

    tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.

    Pengertian

    21

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    22/56

    Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang

    memperoleh satu atau lebih lebih penyediaan dana;

    Kelompok Peminjam adalah sejumlah Peminjam yang satu sama lain

    mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan/atau

    hubungan keuangan. Pihak Terkait adalah Peminjam atau Kelompok Peminjam yang

    mempunyai keterkaitan dengan Bank karena merupakan:

    1. pemegang saham perorangan yang memiliki saham 10% atau lebih dari

    modal disetor Bank;

    2. pemegang saham berbentuk perusahaan/badan yang memiliki saham 10%

    atau lebih dari modal disetor Bank;

    3. anggota Dewan Komisaris Bank;

    4. anggota Direksi Bank;

    5. keluarga dari pihak-pihak tersebut dalam angka 1, angka 3 dan angka 4;

    6. perorangan yang memiliki saham 25% atau lebih dan/atau yangmengendalikan operasional, pengawasan atau pengambilan keputusan,

    baik langsung maupun tidak langsung, atas perusahaan-perusahaan

    sebagaimana dimaksud dalam angka 2;

    7. pejabat Bank yang mempunyai fungsi eksekutif, yaitu yang mempunyai

    pengaruh terhadap operasional Bank dan/atau bertanggungjawab langsung

    kepada Direksi termasuk pejabat Satuan Kerja Audit Intern dan Dewan

    Audit;

    8. perusahan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-

    pihak dimaksud dalam angka 1 sampai dengan 7 di atas dengan

    kepemilikan 10% atau lebih dari modal disetor perusahaan;

    9. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat pengaruh dalam

    operasional, pengawasan atau pengambilan keputusan dari pihak-pihak

    sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 7 walaupun

    pihak-pihak tersebut tidak memiliki saham pada perusahaan dimaksud;

    10. anak perusahaan Bank dengan kepemilikan saham Bank lebih dari 25% dari

    modal disetor perusahaan dan/atau apabila Bank mempengaruhi perusahaan

    tersebut.

    Pengendalian adalah:

    1. Bank mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu

    perjanjian dengan investor lainnya;

    2. Bank mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial

    dan operasional perusahan berdasarkan angaran dasar atau perjanjian;

    3. Bank memiliki kewenangan untuk menunjuk atau memberhentikan

    mayoritas pengurus perusahaan;

    4. Bank mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus;

    5. Bank memiliki atau mengendalikan sekurang-kurangnya 10% saham dan

    merupakan pemegang saham terbesar dibandingkan dengan kepemilikan

    pihak lain dalam perusahaan;

    6. Bank dan pihak terkait dengan Bank memiliki jumlah saham lebih dari

    22

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    23/56

    50% dari modal perusahaan;

    7. Aktivitas utama perusahaan tempat penyertaan adalah untuk memberikan

    manfaat bagi Bank; dan atau

    8. Bank memiliki saham dan merupakan kreditur terbesar dari perusahaan

    tempat penyertaan.

    Perusahaan Induk adalah badan hukum yang dibentuk untuk

    mengkonsolidasikan suatu kelompok usaha dan memiliki saham bank baik

    secara langsung maupun tidak langsung dengan kepemilikan lebih dari

    50% atau melakukan Pengendalian terhadap Bank.

    Perusahaan Indukdi Bidang Keuangan adalah badan hukum yang

    dibentuk oleh Perusahaan Induk untuk mengkonsolidasikan seluruh

    aktivitas perusahaan induk atau kelompok usaha yang bergerak di bidang

    keuangan atau yang melakukan Pengendalian terhadap seluruh aktivitas

    perusahaan induk atau kelompok usaha yang bergerak d bidang keuangan.

    Perusahaan Anak adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikanoleh Bank baik secara langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari:

    1. Perusahaan Subsidiari yaitu Perusahan Anak dengan kepemilikan Bank

    lebih dari 50%;

    2. Perusahaan Partisipasi adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank

    50% atau kurang namun Bank memiliki Pengendalian terhadap

    perusahaan.

    Perusahaan Afiliasi adalah perusahaan anak dari Perusahaan Induk

    Bank atau dari Perusahaan Induk di Bidang Keuangan.

    Karakteristik

    Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut di atas, suatu perusahaan

    digolongkan sebagai anggota suatu Kelompok Peminjam apabila memenuhi

    salah satu kriteria keterkaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan hubungan

    keuangan dengan satu atau lebih perusahaan lainnya, yaitu sebagai berikut :

    1. 25% atau lebih dari hak kepemilikan masing-masing perusahaan dikuasai

    oleh suatu perusahaan atau seseorang atau secara bersama oleh suatu

    keluarga;2. salah satu perusahaan menguasai 25% atau lebih hak kepemilikan

    perusahaan lain;

    3. anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan lainnya yang mempunyai

    fungsi eksekutif pada salah satu perusahaan, menjadi anggota Direksi,

    anggota Dewan Komisaris, atau pejabat eksekutif pada perusahaan lainnya

    yang berwenang memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan operasional

    perusahaan;

    4. dalam hal tidak terdapat hubungan kepemilikan dan/atau kepengurusan

    sebagaimana dimaksud dalam angka 1, 2 dan 3 di atas, dua atau lebih

    perusahaan dianggap sebagai kelompok apabila terdapat hubungan

    keuangan sebagai berikut:

    23

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    24/56

    (i) satu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan dana yang diterima

    oleh perusahaan lainnya;

    (ii) satu perusahaan memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan lainnya

    sehingga mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh perusahaan pemberibantuan.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kelompok usaha

    sebagai kelompok peminjam

    Baik perusahaan anak maupun perusahaan induk pada prinsipnya dapat menjadi

    debitur, namun demikian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut di atas,

    namun demikian ditentukan sebagai berikut :

    (i) BMPK kepada Pihak Terkait dari Peminjam maupun Kelompok Peminjam

    tersebut ditetapkan setinggi-tingginya 10% dari Modal Bank;

    (ii) BMPK untuk jumlah seluruh Pihak Terkait ditetapkan setinggi-tingginya

    sebesar 10% dari Modal Bank.

    KETENTUAN KELOMPOK USAHA MENURUT UUPM

    Menurut ketentuan UUPM yang masuk kategori PT sebagai kelompok usaha

    adalah hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung

    maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama. Hal tersebut tersirat dalam butir e

    definisi tentang Afiliasiyang berbunyi sebagai berikut:

    a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua,

    baik secara horizontal maupun vertikal;

    b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari Pihak

    tersebut;

    c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota

    direksi atau dewan komisaris yang sama;

    d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung,mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;

    e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun

    tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau

    f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.

    Berdasarkan definisi dalam butir e di atas 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,

    baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama merupakan affiliasi.

    Sedangkan yang dimaksud Pihakdalam UUPM adalah orang perseorangan,

    perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.

    24

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    25/56

    B.3. PERUSAHAAN NEGARA

    (i) PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

    PENGERTIAN

    Perusahaan Perseroan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang

    dibentuk berdasarkan Undang-undang No.9 tahun 1969 tertanggal 1 Agustus 1969

    tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara (UU No.9/1969) yang berbentuk

    Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam UUPT yang seluruh atau paling

    sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan

    modal secara langsung. Tidak termasuk sebagai Persero adalah Perseroan Terbatas

    yang sahamnya dimiliki oleh Persero. Setiap penyertaan modal Negara ke dalam

    modal saham Persero ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Maksud dan

    tujuan pendirian Persero adalah:

    1. menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing

    kuat baik di pasar dalam negeri ataupun internasional; dan

    2. memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

    DASAR HUKUM

    Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tanggal 17 Januari 1998 tentang

    Perusahaan Perseroan (PP No.12/1998).

    STATUS HUKUM

    Berdasarkan Pasal 3 PP No.12/1998 dinyatakan bahwa terhadap Persero berlaku

    prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam UUPT. Oleh karenanya Persero

    memiliki status badan hukum.

    ORGAN PERSERO

    Organ Persero terdiri dari:

    1. RUPS

    2. Direksi

    3. Komisaris

    Menteri Keuangan adalah menteri yang mewakili Pemerintah selaku pemegang

    saham Negara pada Persero dan dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk

    mewakilinya dalam RUPS.

    Dengan Peraturan Pemerintah No.64 tahun 2001 tertanggal 13 September 2001

    tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada

    Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan

    Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, maka

    kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah

    25

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    26/56

    selaku :

    1. pemegang saham atau RUPS sebagaimana diatur dalam PP No.12/1998

    dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara

    Republik Indonesia;2. Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana diatur

    dalam Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1998 tertanggal 17 Januari 1998

    tentang Perusahaan Umum (PERUM); (PP No.13/1998) dan

    3. Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (PERJAN) sebagaimana

    diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2000 tertanggal 21 Februari

    2000 tentang Perusahaan Jawatan (PERJAN) (PP No.6/2000);

    dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, dengan ketentuan

    bahwa pengalihan tersebut tidak meliputi :

    1. penatausahaan setiap penyertaan modal negara berikut perubahannya kedalam PERSERO/Perseroan Terbatas dan PERUM serta kegiatan

    penatausahaan kekayaan negara yang dimanfaatkan oleh PERJAN;

    2. pengusulan setiap penyertaan modal negara ke dalam

    PERSERO/Perseroan Terbatas dan PERUM, serta pemanfaatan kekayaan

    negara dalam PERJAN;

    3. pendirian PERSERO, PERUM dan PERJAN;

    dimana dalam melaksanakan kedudukan, tugas dan kewenangan tersebut Menteri

    Negara Badan Usaha Milik Negara wajib memperoleh persetujuan Menteri

    Keuangan terlebih dahulu, dalam hal penggunaan sisa penerimaan PERJAN pada

    akhir tahun anggaran.

    Persetujuan Menteri Keuangan disyaratkan apabila dalam RUPS mengambil

    keputusan untuk:

    1. Perubahan jumlah modal;

    2. Perubahan anggaran dasar;

    3. Rencana pembagian dan penggunaan laba;

    4. Penggabungan, peleburan dan pemecahan Persero;

    5. Investasi dan pembiayaan jangka panjang;

    6. Kerjasama Persero;7. Pembentukan anak perusahaan dan penyertaan;

    8. Pengalihan aktiva.

    Pengangkatan dan pemberhentian Direksi Persero dilakukan oleh RUPS. Masa

    jabatan Direksi Persero adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Direksi

    bertugas melaksanakan pengurusan Persero untuk kepentingan dan tujuan Persero

    serta mewakili Persero baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi

    bertanggung jawab atas pengurusan Persero sesuai dengan ketentuan UUPT.

    Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris Persero dilakukan oleh RUPS. Masa

    jabatan Komisaris Persero adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali.

    26

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    27/56

    Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan

    pengangkatan anggota Direksi. Komisaris melakukan tugas dan kewenangan

    sesuai dengan ketentuan UUPT.

    Persero yang sehat selama 2 tahun berturut-turut dapat mempersiapkan diri danmengambil langkah-langkah untuk menjadi Persero Terbuka. Terhadap Persero

    Terbuka berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

    TINDAKAN PERSERO BERHUBUNGAN DENGAN BANK

    Persero Sebagai Nasabah

    Dalam hal Persero sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan

    tersebut diwakili oleh Direksi sesuai anggaran dasar Persero.

    Persero Sebagai Peminjam/Penjamin

    Dalam hal Persero sebagai Peminjam dan/atau Penjamin maka pada

    umumnya persetujuan RUPS/Komisaris tetap diperlukan selama anggaran

    dasar mengaturnya.

    Disamping itu, sesuai dengan maksud dan tujuan tersebut di atas, dalam

    hal investasi dan pembiayaan jangka panjang persetujuan dari Menteri

    Keuangan wajib diperoleh terlebih dahulu.

    (ii) PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

    PENGERTIAN

    Perusahaan Umum (Perum) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk

    berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara berupa

    kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Maksud dan

    tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan

    umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus

    memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

    DASAR HUKUM

    PP No. 13 /1998.

    STATUS HUKUM

    Perum didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perum memperoleh

    status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perum berlaku. Sesuai

    dengan Undang-undang No.19/Prp/1960 tertanggal 30 April 1960 Perusahaan

    Negara adalah badan hukum.

    ORGAN PERUM

    27

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    28/56

    Organ Perum terdiri dari:

    1. Direksi

    2. Dewan Pengawas

    DIREKSI

    Kewenangan Bertindak

    Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perum untuk kepentingan dan

    tujuan Perum serta mewakili Perum baik di dalam maupun di luar pengadilan.

    Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan

    usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya meliputi bidang usaha Perum.

    Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5

    tahun dan dapat diangkat kembali.

    Setiap anggota Direksi berhak mewakili Perum kecuali ditentukan lain dalam

    anggaran dasar. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perum apabila:

    1. terjadi perkara di pengadilan antara Perum dengan anggota Direksi;

    2. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang

    bertentangan dengan kepentingan Perum.

    Anggaran dasar dapat menentukan pembatasan wewenang anggota Direksi dalam

    melakukan tindakan tertentu.

    DEWAN PENGAWAS

    Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat

    kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan kepengurusan Perum. Anggota

    Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan

    usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya meliputi bidang usaha Perum.

    Jumlah anggota Dewan Pengawas paling sedikit 2 orang dan diangkat untuk masa

    jabatan 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak

    bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.

    TINDAKAN PERUM BERHUBUNGAN DENGAN BANK

    Perum Sebagai Nasabah

    Dalam hal Perum sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan

    tersebut diwakili oleh anggota Direksi sesuai Anggaran Dasar.

    Perum sebagai Peminjam/Penjamin

    Tata cara penjualan, pemindahtanganan atau pembebanan atas aktiva tetap Perum

    serta penerimaan pinjaman jangka menengah/panjang dan pemberian pinjaman

    dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan menghapuskan dari

    28

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    29/56

    pembukuan piutang dan persediaan barang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

    (iii) PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN)

    PENGERTIAN

    Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk

    berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan

    merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan serta tidak terbagi atas saham.

    Maksud dan tujuan Perjan adalah menyelenggarakan kegiatan usaha yang

    bertujuan untuk kemanfaatan masyarakat umum, berupa penyediaan jasa

    pelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-mata mencari keuntungan.

    DASAR HUKUM

    PP No. 6/2000.

    STATUS HUKUM

    Perjan didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perjan memperoleh

    status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perjan berlaku.

    Usulan pendirian Perjan diajukan oleh Menteri yang lingkup tugas dan

    kewenangannya meliputi bidang usaha Perjan (Menteri) setelah mendapat

    persetujuan Menteri Keuangan dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang

    pendayagunaan aparatur Negara.

    Peraturan Pemerintah untuk mendirikan Perjan sekurang-kurangnya memuat:

    1. penetapan pendirian Perjan;

    2. penetapan besarnya kekayaan Negara yang ada dalam Perjan;

    3. anggaran dasar Perjan;

    4. penunjukan Menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan teknis

    Perjan.

    ORGAN PERJAN :

    Organ Perjan terdiri dari:

    1. Direksi

    2. Dewan Pengawas

    DIREKSI

    Kewenangan Bertindak

    Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perjan untuk kepentingan dan

    tujuan Perjan serta mewakili Perjan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

    Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri dengan persetujuan

    29

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    30/56

    Menteri Keuangan. Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 orang dan paling

    sedikit 3 orang serta diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat

    kembali.

    Menteri menetapkan pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi sertahak dan kewajiban anggota Direksi. Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk

    memangku jabatan rangkap sebagai berikut:

    1. Direktur Utama atau Direktur pada Badan Usaha Milik Negara lainnya

    atau perusahaan swasta atau jabatan lainnya yang berhubungan dengan

    pengurusan perusahaan;

    2. Jabatan struktural dan fungsional dalam instansi/lembaga Pemerintah

    Pusat dan Daerah;

    3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar Perjan dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Selanjutnya Anggaran dasar Perjan sekurang-kurangnya memuat:

    1. nama dan tempat kedudukan Perjan;

    2. maksud dan tujuan serta kegiatan pelayanan Perjan;

    3. jangka waktu berdirinya Perjan;

    4. susunan dan jumlah anggota Direksi serta jumlah anggota Dewan

    Pengawas;

    5. penetapan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan/atau Dewan

    Pengawas dengan Menteri Keuangan dan Menteri yang bertanggung jawab

    dalam pembinaan teknis Perjan.

    Direksi wajib menyiapkan Rencana Jangka Panjang yang merupakan rencana

    strategis yang memuat sasaran dan tujuan Perjan yang hendak dicapai dalam

    jangka waktu 5 tahun. Direksi juga wajib menyiapkan Rencana Kerja dan

    Anggaran Perusahaan sebagai penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang.

    Bentuk, isi dan tata cata penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

    ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

    DEWAN PENGAWAS

    Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan Perjanyang dilakukan Direksi mengenai pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran

    Perusahaan, Rencana Jangka Panjang, ketentuan-ketentuan dalam Peraturan

    Pendirian Perjan, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Anggota

    Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas persetujuan

    Menteri Keuangan. Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan

    kebutuhan dan paling banyak 5 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun

    dan dapat diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak bersamaan

    waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.

    Dewan Pengawas mempunyai kewajiban:

    30

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    31/56

    1. memberikan pendapat dan saran kepada Menteri dan Menteri Keuangan

    mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan

    Direksi;

    2. mengikuti perkembangan kegiatan Perjan, memberikan pendapat dan saran

    kepada Menteri dan Menteri Keuangan mengenai setiap masalah yangdianggap penting bagi pengurusan Perjan;

    3. melaporkan dengan segera kepada Menteri dan Menteri Keuangan apabila

    terjadi gejala menurunnya kinerja Perjan;

    4. melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan dalam Peraturan

    Pendirian Perjan;

    5. memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan

    Perjan;

    6. melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam

    Peraturan Pendirian Perjan.

    Dewan Pengawas Perjan terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen yangmembawahi Perjan, Departemen Keuangan dan departemen/instansi lain yang

    kegiatannya berhubungan serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan usaha

    Perjan.

    TINDAKAN PERJAN BERHUBUNGAN DENGAN BANK

    Perjan Sebagai Nasabah

    Dalam hal Perjan sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan

    tersebut diwakili oleh anggota Direksi (Penandatangan pihak-pihak yang ditunjuk

    ditetapkan oleh Menteri).

    Perjan Sebagai Peminjam/Penjamin

    Perjan dapat menerima pinjaman dari bank atas persetujuan Menteri Keuangan.

    Pengalihan atau perjanjian dengan pihak ketiga yang menyangkut kekayaan Perjan

    yang mengakibatkan pengalihan harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

    B.4. KOPERASI

    DASAR HUKUM

    Undang-undang No.25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 tentang

    Perkoperasian (UU Koperasi).

    Dengan berlakunya UU Koperasi, maka Undang-undang No.12 Tahun 1967

    tentang Pokok-pokok Perkoperasian (UU No.12/1967) dinyatakan tidak

    berlaku, namun peraturan pelaksanaan dari UU No.12/1967 dinyatakan masih

    tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan UU

    Koperasi (Pasal 66 UU Koperasi).

    PENGERTIAN

    31

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    32/56

    Menurut Pasal 1 UU Koperasi istilah-istilah di bawah ini mempunyai arti sebagai

    berikut:

    1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

    badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsipKoperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

    asas kekeluargaan.

    2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan

    koperasi.

    3. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

    orang-seorang.

    4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan

    beranggotakan koperasi primer.

    5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan

    perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama

    koperasi.

    SYARAT PEMBENTUKAN

    1. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang (Pasal 6

    ayat 1 UU Koperasi).

    2. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 Koperasi. (Pasal

    6 ayat 2 UU Koperasi).

    3. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat

    anggaran dasar(Pasal 7 UU Koperasi).

    4. Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik

    Indonesia (Pasal 7 ayat 2 UU Koperasi).

    ANGGARAN DASAR KOPERASI

    Menurut Pasal 8 UU KoperasiAnggaran Dasar Koperasi memuat sekurang-

    kurangnya:

    1. daftar nama pendiri;

    2. nama dan tempat kedudukan;

    3. maksud dan tujuan serta bidang usaha;

    4. ketentuan mengenai keanggotaan;5. ketentuan mengenai rapat anggota;

    6. ketentuan mengenai pengelolaan;

    7. ketentuan mengenai permodalan;

    8. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;

    9. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;

    10. ketentuan mengenai sanksi.

    STATUS BADAN HUKUM

    1. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya

    disahkan oleh Pemerintah (cq Menteri yang bertanggung jawab di bidang

    32

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    33/56

    koperasi) (Pasal 9 UU Koperasi).

    2. Untuk mendapatkan pengesahan, para pendiri mengajukan permintaan

    tertulis disertai akta pendirian Koperasi (Pasal 10 ayat 1 Koperasi).

    3. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3

    (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan (Pasal 10 ayat 1UU Koperasi).

    4. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik

    Indonesia. (Pasal 10 ayat 3 UU Koperasi).

    5. Pengaturan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan

    atau penolakan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar diatur lebih

    lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 13 UU Koperasi).

    KEANGGOTAAN

    1. Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi

    (Pasal 17 ayat 1 UU Koperasi).2. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota (Pasal 17 ayat 2

    UU Koperasi).

    3. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warganegara Indonesia

    yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi

    persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar(Pasal 18 ayat

    1 UU Koperasi).

    4. Setiap anggota mempunyai kewajiban (Pasal 20 ayat 1 ayat 2 UU

    Koperasi):

    (i) mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang

    telah disepakati dalam rapat anggota;

    (ii) berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi;

    (iii) mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

    kekeluargaan.

    (iv) Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat

    anggota;

    (v) Memilih dan/atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas;

    (vi) Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar;

    (vii) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat

    anggota baik diminta maupun tidak diminta;

    (viii) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara

    sesama anggota;

    (ix) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut

    ketentuan dalam anggaran dasar.

    33

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    34/56

    PERANGKAT ORGANISASI

    Perangkat organisasi koperasi (Pasal 21 UU Koperasi) terdiri dari :

    1. Rapat Anggota;2. Pengurus;

    3. Pengawas.

    RAPAT ANGGOTA

    1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi

    (Pasal 22 ayat 1 UU Koperasi).

    2. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam

    anggaran dasar(Pasal 22 ayat 2 UU Koperasi).

    3. Rapat Anggota menetapkan :

    (i) anggaran dasar;

    (ii) kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi;

    (iii) pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas;

    (iv) rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta

    pengesahan laporan keuangan;

    (v) pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;

    (vi) pembagian sisa hasil usaha;

    (vii) penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.

    (Pasal 23 UU Koperasi)

    1. Rapat anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun (Pasal

    26 ayat 1 UU Koperasi).

    2. Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus

    diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau(Pasal 26 ayat 2 UU Koperasi).

    3. Selain rapat anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 tersebut

    di atas, Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila

    keadaanmengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada

    pada Rapat Anggota (Pasal 27 UU Koperasi).

    4. Persyaratan, tata cara dan tempat penyelenggaraan rapat anggota dan rapat

    anggota luar biasa diatur dalam anggaran dasar(Pasal 27 UU Koperasi).

    PENGURUS

    1. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota

    34

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    35/56

    (Pasal 29 ayat 1 UU Koperasi)

    2. Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota (Pasal 29 ayat 2 UU

    Koperasi)

    3. Masa jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun (Pasal 29 ayat 3 UU

    Koperasi)4. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota pengurus

    ditetapkan dalam anggaran dasar(Pasal 29 ayat 5 UU Koperasi)

    5. Pengurus bertugas :

    (i) mengelola koperasi dan usahanya;

    (ii) mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran

    pendapatan dan belanja koperasi;

    (iii) menyelenggarakan rapat anggota;

    (iv) mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

    (v) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;

    (vi) memelihara daftar buku anggota dan pengurus;

    (Pasal 30 ayat 1 UU Koperasi).

    KEWENANGAN BERTINDAK PENGURUS

    1. Pengurus berwenang :

    (i) mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan;

    (ii) memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian

    anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;

    (iii) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan

    koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota.

    (Pasal 30 ayat 2 UU Koperasi)

    1. Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan

    koperasi dan usaha kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa

    (Pasal 31 UU Koperasi)

    2. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan

    kuasa untuk mengelola usaha, dengan ketentuan sebagai berikut :

    (i) dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola,

    maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk

    mendapat persetujuan;

    35

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    36/56

    (ii) pengelola bertanggungjawab kepada pengurus;

    (iii) pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggungjawab

    pengurus.

    (iv) Hubunga antar pengelola usaha dengan pengurus koperasi merupakan

    hubungan kerja atas dasar perikatan.

    (Pasal 32 jo Pasal 33 UU Koperasi)

    1. Pengurus, baik bersama-sama, maupun, sendiri-sendiri, menanggung

    kerugian yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan

    kesengajaan atau kelalaiannya. (Pasal 34 ayat 1 UU Koperasi)

    2. Di samping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan

    dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum

    untuk melakukan tindakan penuntutan (Pasal 34 ayat 2 UU Koperasi)

    PENGAWAS

    1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota

    (Pasal 38 ayat 1 UU Koperasi).

    2. Pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota (Pasal 38 ayat 2 UU

    Koperasi).

    3. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas

    ditetapkan dalam anggaran dasar ((Pasal 38 ayat 2 UU Koperasi).

    4. Pengawas bertugas :

    (i) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

    pengelolaan koperasi;

    (ii) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

    (Pasal 39 ayat 1 UU Koperasi)

    KEWENANGAN BERTINDAK PENGAWAS

    Pengawas berwenang :

    (i) meneliti catatan yang ada pada koperasi;

    (ii) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

    (Pasal 39 ayat 2 UU Koperasi).

    TINDAKAN KOPERASI BERHUBUNGAN DENGAN BANK

    Koperasi Sebagai Nasabah

    36

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    37/56

    Untuk menjadi nasabah, Pengurus berwenang mewakili dan secara sah bertindak

    untuk dan atas nama Koperasi sesuai anggaran dasar Koperasi.

    Koperasi Sebagai Debitur

    Pengurus berwenang bertindak untuk dan atas nama Koperasi meminjam uang

    sebagai debitur kepada Bank. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula ketentuan

    anggaran dasar koperasi yang mengatur mengenai hal tersebut. Kemungkinan ada

    ketentuan anggaran dasar yang mengatur secara spesifik mengenai peminjaman

    uang, misalnya terdapat pembatasan atau keharusan adanya persetujuan dari

    pengawas atau rapat anggota untuk keperluan itu.

    Koperasi Sebagai Penjamin

    Sebagai penjamin, perlu diperhatikan pula ketentuan anggaran dasar koperasi

    yang mengatur hal tersebut.

    B.5. DANA PENSIUN

    DASAR HUKUM

    Undang-undang No.11 tahun 1992 tertanggal 20 April 1992 tentang Dana

    Pensiun (UU Dapen).

    PENGERTIAN

    Dana Pensiun atauPension Fundsebenarnya merupakan suatu institusi atau

    pranata yang berasal dari sistem hukum Anglo-Amerika.

    Pension Fundmerupakan dana yang sengaja dihimpun secara khusus untuk tujuan

    memberikan manfaat kepada karyawan pada saat mereka mencapai usia pensiun,

    meninggal dunia atau cacat.Dana yang terhimpun ini dikelola dalam suatu

    lembaga yang disebut trust sedangkan pengelolanya disebut sebagai trustee.

    Trustdi negara asalnya tunduk dan diatur berdasarkan asas common law dan

    equity. Dalam sistem ini dikenal 2 (dua) macam sistem pemilikan atas kebendaan

    (dual ownership) yaitu legal ownerdan equitable owner.

    Seorang trustee merupakan legal ownerdari kekayaan yang diurusnya, sedangkan

    beneficiary merupakan equitable owneratas kekayaan yang diurus trustee.

    Trustee atau dalam bahasa Indonesia disebut Wali Amanat, memiliki legal title

    atau interestdan trustee dapat melakukan semua perbuatan kepemilikan atas

    kekayaan tersebut sepanjang menguntungkan beneficiary.

    Beberapa ciri dari trust :

    1. Harta yang ada dalam trust (trust fund) terpisah dari kekayaan pribadi

    37

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    38/56

    trustee.

    2. Harta trustdapat berubah-ubah, namun dengan ketentuan bahwa

    beneficiary tetap memiliki hak;

    3. Trustbiasanya dibentuk berdasarkan perjanjian. Apabila trustee melanggar

    perjanjian trust (breach of trust), misalnya dengan mengalihkan aset trustkepada pihak ketiga, maka beneficiary sebagai equitableownerdapat

    melaksanakan hak-haknya kepada pihak ketiga tersebut.

    Di Indonesia dengan UU Dapen bentuk trust ini diadaptasi menjadi Dana Pensiun,

    Dana Pensiun mana dapat dijalankan oleh pemberi kerja, perusahaan asuransi atau

    bank.

    Menurut Pasal 1 ayat 1 UU Dapen, Dana Pensiun adalah badan hukum yang

    mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat persiun.

    STATUS BADAN HUKUM

    Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dengan syarat dan tata cara

    yang diatur dalam UU Dapen (Pasal 3 UU Dapen).

    JENIS DANA PENSIUN

    Dana Pensiun terdiri dari 2 jenis:

    1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan

    2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

    DPPK

    DPPK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang

    mempekerjakan karyawan selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program

    Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan

    sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan

    kewajiban terhadap pemberi kerja. (Pasal 1 ayat 2 UU Dapen).

    PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENGESAHAN

    1. Pembentukan didasarkan pada :

    (i) pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk

    mendirikan Dana Pensiun dan memberlakukan peraturan Dana Pensiun;

    Hal tersebut disebabkan karena pendirian Dana Pensiun dikaitkan dengan

    kemampuan pendiri / pemberi kerja untk secara jangka panjang memenuhi

    kewajibannya terhadap Dana Pensiun. Dengan mendirikan Dana Pensiun berarti

    akan timbul suatu kewajiban pada pemberi kerja untuk wajib membayar iuran

    sejumlah yang telah disepakatinya kepada Dana Pensiun selama Dana Pensiun

    tersebut berada. Selain itu, sekalipun karyawan turut juga membayar iuran ke

    38

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    39/56

    dalam Dana Pensiun, akan tetapi iuran karyawan sepenuhnya tergantung dari

    kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang berupa pembayaran

    gaji sekaligus juga di dalamnya termasuk pula iuran.

    (ii) peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh Pendiri;

    (iii) penunjukan pengurus, dewan pengawas dan penerima titipan.

    1. Ketentuan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam peraturan Dana

    Pensiun tersebut serta tata cara perubahannya diatur lebih lanjut dengan

    Peraturan Pemerintah.

    2. Pendiri mengajukan permohonan pengesahan DPPK kepada Menteri

    Keuangan dengan melampirkan dokumen terkait sebagaimana diatur

    dalam Pasal 6 ayat 1 UU Dapen.

    3. Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dan dapat memulai

    kegiatannya sebagai suatu Dana Pensiun sejak tanggal pengesahan MenteriKeuangan (Pasal 7 ayat 1 UU Dapen).

    4. Pengurus wajib mengumumkan pembentukkan Dana Pensiun dengan

    menempatkan keputusan Menteri Keuangan tentang pengesahan atas

    peraturan Dana Pensiun pada Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 7

    ayat 2 UU Dapen).

    5. Setiap perubahan Peraturan Dana Pensiun harus mendapat pengesahan dari

    Menteri Keuangan. Proses pengesahan perubahan Peraturan Dana Pensiun

    tersebut adalah sama dengan proses pengesahan peraturan Dana Pensiun.

    Menteri Keuangan juga dapat menolak pengesahan perubahan peraturan

    Dana Pensiun, misalnya apabila ternyata perubahan tersebut

    mengakibatkan pertentangan dengan ketentuan yang berlaku, maka

    pengesahan perubahan tersebut juga harus dicatat dalam daftar yang

    diperuntukkan untuk itu dan ditempatkan dalam Berita Negara RI (Pasal 9

    UU Dapen).

    STRUKTUR ORGANISASI

    Struktur organisasi DPPK terdiri dari:

    1. Pengurus dan

    2. Dewan Pengawas.

    PENGURUS

    1. Pengurus dalam Dana Pensiun memegang peranan yang sangat sentral,

    yaitu bahwa pengurus bertanggungjawab atas pelaksanaan peraturan Dana

    Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, melakukan tindakan hukum untuk dan

    atas nama Dana Pensiun serta mewakili Dana Pensiun di dalam dan di luar

    Pengadilan (Pasal 3 ayat 3 UU Dapen).

    2. Untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan

    ketentuan dalam Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, pengelolaan

    investasi dan menjamin keamanan kekayaan Dana Pensiun, pengurus dapat

    39

  • 7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan

    40/56

    mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga (Pasal 11 UU Dapen).

    3. Secara lebih detil, kewajiban pengurus Dana Pensiun diatur lebih lanjut

    dalam Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang DPPK (PP

    No.76/1992).

    4. Pengurus, masing-masing atau bersama-sama, bertanggungjawab secarapribadi atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan Dana Pensiun

    akibat tindakan pengurus yang melanggar atau melalaikan tugas dan/atau

    kewajibannya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan

    peraturan perundang-undangan tentang Dana Pensiun, serta wajib

    mengembalikan kepada Dana Pensiun segala kenikmatan yang diperoleh

    atas atau dari kekayaan Dana Pensiun secara melawan hukum (Pasal 21

    PP No.76/1992).

    DEWAN PENGAWAS

    1. Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari wakil pemberi kerja dan pesertadengan jumlah yang sama (Pasal 12 ayat 1 UU Dapen)

    2. Anggota Dewan Pengawas diangkat oleh pendiri (Pasal 12 ayat 2 UU

    Dapen)

    3. Tugas dan wewenang Dewan Pengawas:

    (i) melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana Pensiun oleh pengurus;

    (ii) menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawsannya

    kepada pendiri dan salinannya diumumkan agar peserta mengetahuinya.

    (Pasal 12 UU Dapen)

    1. Secara lebih detil, kewajiban Dewan Pengawas Dana Pensiun diatur lebih

    lanjut dalam PP No.76/1992.

    DPLK

    DPLK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh Bank atau perusahaan asuransi

    jiwa untuk menyelenggarakan Program Iuran Pasti bagi perorangan, baik

    karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi

    Kerja baik bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan (Pasal 1 ayat 4UU Dapen).

    PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENGESAHAN

    1. DPLK hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti

    (Pasal