Upload
firman-sholihin
View
238
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 1/17
PRMBAHASAN ILMU MANTHIQ;
TANÂQUDL (OPOSISI/KONTRADIKSI)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah
Ilmu Manthiq
Dosen: Riyan Nuryadin, M. Pd.
Oleh:
FIRMAN SHOLIHIN ABDUL ROHMAN
TAFSIR HADITS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM
CIAWITALI – GARUT
2015 M/1437 H
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 2/17
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Dzat Sang Pemberi rahmat yang
luas bagi sekalian alam, yang telah merahmati kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah sederhana ini di sela-sela kesibukan kami sebagai
mahasiswa yang—karna rahmat Allah Swt juga— senantiasa dipenuhi dengan majlis-
majlis yang berbau ilmu. Dari sanalah mungkin kami harus pintar-pintar dalam
memanage waktu, supaya makalah ini bisa terselsaikan tepat pada waktunya, juga
tidak membuat aktivitas lain menjadi luput dan terbengkalai.
Oleh karena waktu pengerjaan dan penyelesaian makalah ini yang—
menurut kami—cukup sulit, kemudian sumber yang dibutuhkan sebagai referensi
santatlah terbatas, juga karena ketidakahlian kami dalam bidang ini, kami hendak
meminta maaf apabila dalam makalah sederhana ini terdapat kekeliruan yang
relatif banyak disana-sini, entah itu dalam masalah kebahasaan, tata letak, idepikiran, ataupun metode analisisnya yang tidak sempurna.
Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada
para ulama yang karya mereka telah kami jadikan sebagi rujukan. Nama mereka
kami tulis di footnote dan juga terlampir di daftar pustaka. Kepada seluruhnya—
yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, kami ucapkan jazakumullahu khairan
katsiran.
Akhirnya, kami hanya bisa berharap kepada Allah Swt supaya makalah
sederhana ini—meskipun dengan kesalahan yang banyak —bisa mendatangkan
manfaat bagi semuanya, khususnya bagi kami, di saat harta, tahta dan keluarga tak
ada lagi yang yang bermanfaat kecuali yang datang dengan hati yang ikhlas.
ه خر ـ ـ ـ ـ ـف ا ى ا ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ يـدي ب ذخ ي ــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ و مسل
Garut,Rabu, 25 November 2015
Penuyusun
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 3/17
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iDAFTAR ISI…………………………………………………………………………… .. ii
BÂB I: MUQADDIMAH……………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah..…………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………. 1
BÂB II: PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 2 A. Pengertian Tanâqudl…………………………………………………………………….. 2
B. Syarat-syarat Tanâqudl………………………………………………………………….. 4
1. Kiteria yang Disyaratkan Sama (Ittifâq fîh) ……………………………... 4
2. Kriteria yang Disyaratkan Berbeda (Ikhtilâf fîh)………………………... 6C. Macam-macam Tanâqudl………………………………………………………………. 7
1. Tanâqudl Qadliyyah Hamliyyah……………………………………………….. 7
2. Tanâqudl Qadliyyah Syarthiyyah……………………………………………….. 8
D. Teknik Menarik Kesimpulan Melalui Pendekatan Tanâqudl……………… 10
E. Materi Tambahan (Mulhaq Tanâqudl)…………………………………………….. 11
1. Tadâkhul……………………………………………………………………………... 11
2. Tadlâdd……………………………………………………………………………..... 12
3. Dukhûl Tahta Tadlâdd……………………………………………………………. 12
BÂB II: KESIMPULAN……………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 14
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 4/17
1
BAB I
MUQADDIMAH
A. Latar Belakang Masalah
Seorang peneliti terkadang mengalami kesulitan ketika membuktikansecara langsung kebenaran sebuah proposisi atau ungkapan yang menjadi objek
penelitian-nya, bahkan hal itu terkadang menjadi sebuah hambatan. Salah satu
cara efektif untuk keluar dari masalah tersebut adalah dengan menggunakan
metode tanâqudl, yaitu dengan cara menghadirkan proposisi penentang untuk
kemudian buktikan benar dan bohongnya proposisi penentang tersebut. Ketika
sudah diketahui benar dan bohongnya, maka kita pun bisa secara langsung
menentukan benar dan bohongnya poposisi yang tengah kita teliti.
Akan tetapi, sebelum melakukan metode tersebut, terlebih dahulu kita
harus mengetahui keterkaitan satu proposisi dengan proposisi yang lainnya, baikdalam aspek kuantitas ataupun aspek kualitasnya. Hal itu menjadi sangat penting
bagi mereka yang akan menghadirkan proposisi penentan bagi proposisi yang akan
dibuktikan benar dan bohongnya. Kalaulah kita keliru dalam menantukan
keterkaitan antara dua proposisi yang kita katakan mengalami kontradiksi, maka
keduanya belum bisa ditentukan mana yang benar dan mana yang salah, atau
dalam kata lain; dua proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi. Keputusan
yang lahir dari dua proposisi tersebut terkadang benar dua-duanya atas bohong
dua-duanya, atau pengetahuan tentang benar dan bohongnya salah satu dari sua
proposisi tersebut, belum bisa melahirkan keputusan benar dan bohong proposisi
yang lainnya. Disinilah kejelian dan kontemplasi kita diuji.
Atas dasar itulah, kami— walaupun dengan ilmu yang sangat terbatas—
hendak mencoba untuk memaparkan materi tanaqudl serta seluk-beluknya dalam
makalah sederhana ini. Wa billâhi musta’ân
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tanâqudl?
2. Apa saja syarat-syarat tanâqudl?
3. Apa saja macam-macam tanâqudl?
4.
Bagaimana cara mengambil kesimpulan dengan metode Tanâqudl?
5. Apa saja materi pelengkap (mulhaq) tanâqudl?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan mengerti pengertian tanâqudl.
2. Untuk mengetahui dan mengerti syarat-syarat tanâqudl.
3. Untuk mengengetahui dan mengerti macam-macam tanâqudl.
4. Untuk mengetahui dan mengerti cara pengambilan kesimpulan dengan
metode tanâqudl.
5.
Untuk mengetahui dan mengerti materi pelengkap (mulhaq) tanâqudl.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 5/17
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanâqudl
Dalam terminologi Indonesia, tanâqudl dikenal dengan istilah ‘oposisi’ ataudua proposisi yang sifatnya kontradiktif. Al-Syanqîthî menjalaskan bahwa kata
tanaqudl merupakan wajan tafa’ul dari kata al-naqdl yang maknanya adalah ‘menia-
dakan sesuatu setelah menetapkannya’.1 Dalam Alqurân, kata al-naqdl dan
turunannya terkadang diartikan ‘membatalkan’, ‘mengurai’, atau ‘melanggar’,
tergantung kata yang menjadi penyertanya. Perhatikan ayat-ayat berikut:
عدو وفا
وٱل دم
اذ
ضا
يٱدك ...عد
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah- sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya..” (Q.S al-
Nahl [16]: 91)
وك
ا
تضث
ة
ق عد زغ...
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat..” (Q.S al-Nahl [16]: 92)
ي
ٱنضيد
هٱل
عد ...
“(yaitu) orang -orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu
teguh..” (Q.S al-Baqarah [2]: 27)
Adapun menurut istilah para ahli manthiq, al-Musawî mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan tanâqudl atau oposisi ini adalah:
ى ذ.اخف الضن
خاو دص هاحا ن
نا ال
“Perbedaan antara dua proposisi yang isinya mendorong untuk menghu-
kumi salah satunya benar sedang yang lainnya bohong.”2
Sedikit lebih detail dari definisi al-Musawî, Mahdî Fadlullâh menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan tanâqudl adalah:
1 Muhammad bin Mahmûd bin Mukhtâr Fâl al-Syanqithî, al- Dlau’ al - Masyriq ‘alâ Sulam al -
Manthiq lil-Akhdlarî, Tahqîq, ‘Abul-Hamîd bin Muhammad al-Anshârî, (Bairut: Dâr al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, cet. Ke-1, 2007 M), hal. 99.2 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, al- Mursyid fî ‘Ilm al -Manthiq, (ttp.: Maktabah al-Fikr, cet. Ke-1, 2007
M), hal. 285.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 6/17
3
ضناصاخف ن او لاو لاج :هاحا
وكب هاحا قص فخا لا اي لات لس ى:
خاو
ى
خا.
“Perbedaan antara dua proposisi dalam asepek kuantitas, kualitas, dan segi
tertentu dua poposisi tersebut; yang satu bersifat afirmatif dan yang lainnya
negatif, sehingga mengharuskan salah satu dari substansi keduanya atau isi
kontradiktifnya berstatus benar dan yang lainnya berstatus bohong.”3
Demikian juga dengan al- Ahdlarî yang bersya’ir tentang tanâqudl dalam
Sulam al-Munawwaraq-nya, bahwa yang dimaksud tanâqudl itu adalah:
ــكـــــــ ـ ـ صـو ـــــــــــــحاو قـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ خ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ضلا ــــــــــــــــــ ن
“Tanâqudl adalah berbedanya dua proposisi dalam aspek kualitas, dan salah satu (dari
dua proposisi tersebut) benar (dan itu merupakan) perkara yang berturut-turut (akan
selalu demikian)..”4
Sementara itu, Ibn Sinâ, seorang tokoh ternama dalam tataran filsafat
klasik, mengemukakan pendapatnya yang—mungkin—menjadi inspirasi para
ulama kontemporer di atas. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud tanâqudl itu
adalah:
احاهاخف
ن
ان
ال
ع
زم
ث
لاو
ب
ضن
دص
ى
خا.ذ
“Berbedanya dua proposisi dalam konteks afirmatif dan negatifnya,
sehingga seubstansinya mengharuskan salah satunya berstatus benar dan
yang lainnya berstatus bohong.”5
Dari pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa fokus pembaha-
san tanâqudl ini adalah penetapan dan peniadaan suatu proposisi dalam konteks
benar dan bohongnya. Sederhananya, jika kita hendak menyimpulkan bahwasuatu proposisi itu benar, maka konsekuensi kesimpulan tersebut mengharuskan
kita untuk meniadakan kebenaran proposisi kebalikannya. Dan jika kita hendak
menyimpulkan bahwa suatu proposisi itu bohong, maka kesimpulan tersebut
mengharuskan kita untuk menetapkan bahwa kebalikannya itu benar.
3 Mahdî Fadlullah, al- Syamsiyyah fî Qawâ’id al -Manthiqiyyah, (Bairut: al-Markaz al-Tsaqâfî al-
‘Arabî, cet. Ke-1, 1998 M), hal. 120.4 Lihat: Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Syarh ‘alâ Matn al -Sulam fî al-Manthiq, (Mesir: Mathba’ah
Syarakah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî wa Aulâduh, 1379 H/1905 M), hal. 28.5 Ahmad al-Damanhûrî, Risâlah fî al-Manthiq; Idlâh al- Mubham fi Ma’ânî al -Sulam, Tahqîq:
‘Umar Farûq al-Thabbâ’, (Bairut: Maktabah al-Ma’ârif, cet. Ke-2, 1427 H/2006 M), hal. 66.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 7/17
4
Menurut al-Musawî, dua proposisi tersebut masing-masing dinamakan al-
ashl dan al-naqîdl.6 Contohnya; proposisi “Zaid berdiri” dan “Zaid tidak berdiri”.
Proposisi pertama dinamakan al-ashl atau ‘proposisi pokok’, sedangkan proposisi
yang kedua dinamakan al-naqîdl atau ‘proposisi penentang’. Akan tetapi, menurut
hemat kami, penyebutan tersebut tidak harus selalu menempatkan proposisiafirmatif menjadi al-ashl dan proposi negatif menjadi al-naqîdl, atau sebaliknya.
Baik proposisi afirmatif ataupun proposisi negatif, masing-masing keduanya bisa
menjadi al-ashl atau al-naqîdl.
B. Syarat-syarat Tanâqudl
Para ahli manthiq menjelaskan bahwa ketika kita akan menghukumi
bahwa dua proposisi itu telah mengalami kontradiksi, maka keduannya harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, supaya dua proposisi tersebut bisa
disebut dalam keadaan tanâqudl (kontradiksi). Secara garis besar, srayat-syarat
tersebut terbagi kepada dua bagian; (1) Kriteria yang dua proposisi tersebutdisyaratkan sama (ittifâq fîh); dan (2) Kriteria yang keduanya disyaratkan berbeda
(ikhtilaf fîh).
1. Kriteria yang Disyaratkan Sama (Ittifâq fîh )
Para ahli manthiq berselisih pendapat mengenai kejelasan jumlah kriteria
yang disyaratkan sama ini. Akan tetapi, pendapat yang dipegang oleh mayoritas
ahli manthiq mengatakan bahwa jumlah kriteria tersebut ada delapan. Delapan
kriteria ini dikenal dengan istilah ‘al -wihdât al-tsamânî’. Al-Muzhaffar menjelaskan
bahwa delapan kriteria yang harus sama itu adalah:
Pertama, sama dari segi maudlû’ (subjek)-nya. Kalaulah keduanya berlainan
dari segi maudlû’ - nya, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi.
Bukankah proposisi “ilmu itu bermanfa’at” bertentangan dengan proposisi “ilmu
itu tidak bermanfa’at”? Adapun jika kita mengatakan “ilmu itu bermanfa’at” dan
“bodoh itu tidak bermanfa’at”, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami
kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi “manusia itu
makhluk yang bisa tertawa” dan proposisi “kuda itu tidak bisa tertawa”, karena
maudû’-nya itu tidak sama.
Kedua, sama dari segi mahmûl (predikat)-nya. Kalaulah kita mengatakan
“ilmu itu bermanfa’at” dan “ilmu itu tidak bebas nilai”, maka dua proposisi
tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara
proposisi “manusia itu makhluk yang bisa tertawa” dan proposisi “manusia itu
tidak berjalan dengan empat kaki”, karena mahmûl-nya tidak sama.
Ketiga, sama dari segi zamân (waktu). Kalaulah kita mengatakan “matahari
itu terbit di siang hari” dan “matahari itu tidak terbit di malam hari”, maka dua
proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontra-
6 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, Op. Cit., hal. 284.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 8/17
5
diksi antara proposisi “manusia itu tidak merasa takut pada siang hari” dan
proposisi “manusia itu merasa takut pada malam hari”, karena keterangan waktu
(zaman) dua proposisi tersebut tidak sama.
Keempat, sama dari segi makân (tempat)-nya, yang mengharuskan dua
proposisi tersebut terjadi pada tempat yang sama. Maka tidak ada kontradiksi
antara proposisi “iklim di gunung itu dingin” dan prorposisi “iklim di permukaan
bumi itu tidak dingin”, dikarenakan keterangan tempatnya tidak sama.
Kelima, sama dari segi quwwah (implisit/potensi) dan fi’l (eksplisit/aktual)-
nya.7 Maka tidak ada kontradiksi antara proposisi “Muhammad—pada dasarnya
akan menjadi—seorang yang mati” dan prorposisi “Muhammad—pada kenyataan-
nya adalah—seorang yang mati”, dikarenakan masing-masing sebstansi proposisi
tersebut tertuju secara quwwah dan fi’l, bukan masing-masingnya tertuju secara
quwwah saja, atau tertuju secara fi’l saja.
Keenam, sama dari segi kullî (global) dan juz’î (parsial) dalam konteks predi-
katnya (sama-sama tertuju secara global, atau sama-sama tertuju secara parsial).
Kalaulah kita mengatakan “tanah di negri Lebanon itu subur sebagiannya” dan
“tanah di Lebanon itu tidak subur seluruhnya”, maka dua proposisi tersebut tidak
mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi
“luas keseluruhan rumah ini adalah 1000 m2” dan proposisi “luas sebagian rumah
ini adalah 50 m2”, dikarenakan predikat kedua proposisi tersebut tidak sama dari
segi kullî dan juz’î-nya.
Ketujuh, sama dari segi syarth (syarat/kondisi). Kalaulah kita mengatakan
“pelajar itu akan lulus di akhir tahun jika dia bersungguh-sungguh” dan “pelajar
itu tidak akan lulus jika dia tidak bersungguh-sungguh”, maka dua proposisi
tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak terjadi kontradiksi
antara proposisi “solat kusûf itu disunnahkan jika terjadi gerhana” dan proposisi
“shalat kusûf itu tidak disunnahkah jika tidak terjadi gerhana”, dikarenakan syarat
kedua proposisi tersebut berbeda.
Kedelapan, sama dari segi idlâfah (penyandaran/korelasi). Kalaulah kita
mengatakan bahwa “empat itu setengah dari delapan” dan “empat itu bukansetengah dari sepuluh”, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami kontra-
diksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi “pengetahuan manu-
sia itu mengalami perubahan” dan proposisi “pengetahuan Allâh Swt itu tidak
7 Al-Haidarî menjelaskan dalam kitabnya, al-Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , bahwa
yang dimaksud dengan quwwah adalah perkara yang tidak nyata terjadi pada waktu sekarang, namun
pasti terjadi di masa mendatang dan tidak sebatas kemungkinan. Adapun yang dimaksud dengan fi’l
adalah perkara yang nyata terjadi yang kejadiannya itu dinisbahkan kepada salah satu dari waktu
pokok yang tiga (masa lalu, sekarang, dan yang akan datang). Lihat: Al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, al- Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , (ttp.: Mansyûrat Dzawî al-Qurbâ, cet. Ke-1, 1422 H), vol. 2,
hal. 131.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 9/17
6
mengalami perubahan”, dikarenakan penyandarannya bukan pada satu maudlû’,
melainkan dua maudlû’. 8
Demikian delapan kriteria yang disyaratkan sama bagi dua proposisi yang
hendak dikatakan tengah mengalami kontradiksi. Jika syarat-syarat di atas telah
terpenuhi, maka kita bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah di
antara dua proposisi yang berbenturan tersebut.
2. Kriteria yang Disyaratkan Berbeda (Ikhtilâf fîh )
Adapun mengenai kriteria yang disyaratkan berbeda antara dua proposisi
yang mengalami kontradiksi, al-Fadlî menjelaskan bahwa kriteria yang harus
berbeda tersebut ada dua segi:
Pertama, berbeda dari segi kam (kuantitas)-nya, dalam arti salah satu dari
subjek dua proposisi tersebut harus kulliyyah (universal) dan yang lainnya dalam
harus juz’iyyah (partikular). Kalaulah dua proposisi tersebut sama dari segi kam-nya
(keduanya sama-sama juz’iyyah atau sama-sama kulliyyah), maka keduanya tidak
mengalami kontradiksi, sebagaimana tidak ada kontradiksi antara proposisi
“sebagian logam adalah besi” dan proposisi “sebagian logam bukan besi”, karena
dua proposisi tersebut dua-duanya berstatus benar. Demikian juga tidak ada
kontradiksi antara proposisi “setiap makhluk hidup adalah manusia” dan
proposisi “tidak ada satupun makhluk hidup itu manusia”, karena dua proposisi
tersebut dua-duanya berstatus bohong.
Kedua, berbeda dari segi kaif (kualitas)-nya, dalam arti salah satu dari dua
proposisi tersebut harus berstatus ijâb/mûjabah (afirmatif) dan yang lainnya
berstatus salab/sâlibah (negatif). Kalaulah dua proposisi tersebut sama dari segi kaif -
nya (keduanya sama-sama mûjabah atau sama-sama sâlibah), maka keduanya tidak
mengalami kontradiksi, sebagaimana tidak ada kontradiksi antara proposisi
“setiap manusia bisa berfikir” dan proposisi “sebagian manusia bisa berfikir”,
karena dua proposisi tersebut dua-duanya berstatus benar. Demikian juga tidak
ada kontradiksi antara proposisi “sebagian manusia adalah makhluk hidup” dan
proposisi “setiap manusia bukan makhluk hidup”, karena dua proposisi tersebut
dua-duanya berstatus bohong.
8 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, al-Manthiq, (ttp.: Dâr al-Ta’âruf lil-Mathbû’ât, 1427 H/2006
M), hal. 167-168. Sebagaimana telah disinggung di permulaan, bahwa di kalangan ahli manthiq
muncul beberapa pendapat mengenai kriteria yang disyaratkan sama ini. Menurut Ibn Sinâ, kriteria
tersebut berjumlah dua belas. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlahnya itu ada sembilan, yaitu
dengan menambahkan kriteria al-haml pada delapan kriteria yang telah disebutkan. Sebagian ahli
manthiq ada juga yang mencukupkan syarat ini pada dua syarat saja, yaitu sama dari segi al- Maudlu’
dan al-mahmûl-nya. Al-Fârâbî berpendapat bahwa kriteria al-zaman itu masuk dalam cakupan al- maudlû’
dan al-mahmûl. Dan masih banyak pendapat lain berkenaan dengan kriteria yang disyaratkan sama
ini. Terlepas dari perdebatan ini, kami pun lebih mengambil jalan tengah untuk memilih peganganmayoritas ahli manthiq yang mengatakan bahwa jumlah kriteria yang disyaratkan sama ini adalah
delapan. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di: al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., hal. 132.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 10/17
7
Berdasarkan pemaparan di atas, lanjut al-Fadlî, benang merah yang bisa
ditarik dari dua hal yang harus berbeda ini adalah; jika keadaan al-ashl (proposisi
pokok)-nya mûjibah kulliyyah (proposisi afirmatif yang tertuju secara universal),
maka al-naqîdl (penentang)-nya harus sâlibah juz’iyyah (proposisi negatif yang
tertuju secara partikular). Adapun jika keadaan al-ashl-nya mûjibah juz’iyyah(proposisi afirmatif yang tertuju secara universal), maka al-naqîdl-nya harus sâlibah
kulliyyah (proposisi negatif yang tertuju secara universal). Demikian ungkap al-Fadlî
dalam kitâbnya.9
Hal itu sebagaimana diungkap juga oleh al- Akhdlarî lewat sya’ir dalam
Sulam al-Munawwaraq-nya:
ـــــــــــــــــ ـــــــــــــــــــــــــــضـــــــــا ـــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
ر
ن وــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ةر
ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
ر
ـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ئزــــــــــ
ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ
ـــــــــــــــــــــــإن
ـــــــــــــــــــــــــــــــــــ
جــــــــــــــــــــــــــ
ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــــــــــــ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـــج ــــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ئز
ن وــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
“Dan jika kuantitas proposisi tersebut dibatasi, maka kontradiksikanlah dia dengan
(proposisi yang mengandung) kebalikan kuantitas yang disebutkan. Oleh karena itu,
jika masing keadaan dua proposisi tersebut mûjibah kulliyyah , maka kontradiksinya
adalah sâlibah juz’iyyah . Adapun jika masing-masing keadaannya sâlibah kulliyyah ,
maka kontradiksinya adalah mûjibah juz’iyyah .” 10
C. Macam-macam Tanâqudl 11
1. Tanâqudl Qadliyyah Hamliyyah
Secara literal, tanâqudl qadliyyah hamliyyah bisa diartikan ‘kontradiksi yang
terjadi antara dua proposisi kategoris’.12 Pembahasan mengenai macam tanâqudl
ini terbagi kepada dua bagian; (a) Tanâqudl qadliyyah hamliyyah syakhshiyyah
(kontradiksi antara dua proposisi kategoris yang tertuju secara singular); (b)
9 ‘Abdul-Hâdi al-Fadlî, Mudzakkarah al-Manthiq, (Iran: Mu’assasah Dâr al-Kitâb al-Islâmî, 1409
H), hal. 118.10 Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Op. Cit., hal. 28.11 Dikarenakan kami mengalami kebuntuan referensi, maka pembahasan dalam sub-bâb ini
disadur seluruhnya dari buku: Sukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islami, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, cet. Ke-6, jan. 2012), hal. 104-107, juga dari buku: Basiq Djalil, Logika; Ilmu Mantik,
(Jakarta: Kencana, cet. Ke-2, 2012), hal. 65-66. Mengenai tekhnik penyadurannya, kami melakukan
sedikit sistematisasi penyajian materi dan modifikasi gaya bahasa tanpa mengubah substansi. Hal itu
kami lakukan supaya pembahasan yang diambil dari dua buku tersebut bisa dicerna dengan baik oleh
kami khususnya, dan secara umum oleh pembaca—tanpa mengurangi rasa penghargaan kami terhadap
kerja keras kedua penulisnya.12 Qadliyyah hamliyyah atau proposisi kategoris adalah proposisi yang terbentuk dari subjek
(maudlu’), predikat (mahmûl), dan kata penghubung (râbithah), seperti halnya proposisi “gunung itu
indah”, dimana kata “gunung” merupakan subjek, kata “indah” adalah predikat, dna kata “itu” adalahkata penghubung. Dengan demikian, proposisi jenis ini terbentuk dengan menyambungkan satu
variabel (maudlû’ /subjek) kepada variabel lain (mahmûl /predikat).
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 11/17
8
Tanâqudl qadliyyah hamliyyah mahshûrah (kontradiksi antara dua proposisi kategoris
yang kuantitas subjeknya dibatasi oleh kulliyyah dan juz’iyyah). Masing masing
keduanya mempunyai syarat-syarat tersendiri supaya bisa disebut proposisi yang
kontradiktif, disamping harus juga memenuhi syarat-syarat kontradiktif yang telah
lalu dijelaskan.
Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah proposisi kategoris yang
tertuju secara singular (qadliyyah hamliyyah syakhshiyyah), maka pembentukan
kontradiktifnya cukup dengan menyatakan aspek kualitas (kaif ), yaitu dari segi
afirmatif (mûjabah) dan negatif (sâlibah)-nya. Dengan kata lain, dua proposisi
tersebut masing-masing keadaannya harus afirmatif dan negatif, seperti halnya
proposisi syakhshiyyah mûjabah; “Indra adalah mahasiswa”, yang dinyatakan
kontradiksi dengan proposisi syakhshiyyah sâlibah; “Indra bukan mahasiswa”.
Jika masing-masing subjek dari keduanya dibatasi oleh kulliyah dan juz’iyyah
(qadliyyah hamliyyah mahshurah), maka pembentukan kontradiktsinya harusmemenuhi syarat berikut:
- Jika keadaan proposisi pokok (al-ashl)-nya kulliyyah mûjabah, maka propo-
sisi penentang (al-naqîdl)-nya harus juz’iyyah sâlibah.
Contoh: “semua hewan membutuhkan air” >< “sebagian hewan tidak
membutuhkan air”.
- Jika keadaan proposisi pokoknya juz’iyyah mûjabah, maka proposisi
penentangnya harus kulliyyah sâlibah.
Contoh: “Sebagian pelajar penghafal Alqurân” >< “Tidak seorang pun
pelajar yang hafal Alqurân”. - Jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah (proposisi afirmatif yang
koantitasnya tidak dibatasi), maka proposisi penentangnya adalah kulliyyah
sâlibah.
Contoh: “ Apel itu buah-buahan” >< “Tidak ada satupun apel yang meru-
pakan buah-buahan”.
2. Tanâqudl Qadliyyah Syarthiyyah
Secara literal, tanâqudl qadliyyah syarthiyyah bisa kita artikan ‘kontradiksi
yang terjadi antara dua proposisi hipotesis atau kondisional’.13 Pembahasan
mengenai macam tanâqudl ini juga terbagi kepada dua bagian; (a) Tanâqudl
qadliyyah syarthiyyah muttashilah (kontradiksi antara dua proposisi heipotesis yang
antara keduanya terjadi kesinambungan); (b) Tanâqudl qadliyyah syarthiyyah
13 Qadliyyah syarthiyyah adalah proposisi yang terbentuk dari dua proposisi kategoris (qadliyyah
hamliyyah) yang sudah dibubuhi adawât al-syarth (kata-kata yang menunjukan adanya syarat atau yang
terletak sebelum kalimat sebab, seperti kata idza yang artinya ‘jika’ atau kullamâ yang artinya ‘setiap
kali’) pada proposisi kategoris pertama, dan adawât all-jawâb (kata-kata penghubung yang menunjukan
jawaban atau pengantar kepada kalimat akibat, seperti kata fa yang artinya ‘maka’) pada proposisi
kedua. Proposisi pertama disebut muqaddam dan yang kedua disebut tâlî. Dua proposisi tersebutkemudian saling bergantungan dari yang asalnya berdiri sendiri, sehingga membentuk keputusan
hipotesis, bersyarat, atau kondisional.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 12/17
9
munfashilah (kontradiksi antara dua proposisi hipotesis yang antara keduanya tidak
ada kesinambungan [terpisah]).
Secara umum, ketentuan yang harus terpenuhi untuk macam tanâqudl yang
ini hampir sama atau bahkan sama dengan ketentuan pada tanâqudl qadliyyah
hamliyyah. Akan tetapi, jika subjek singular pada tanâqudl qadliyyah hamliyyah
disebut ‘syakhshiyyah’, maka pada tanâqudl qadliyyah syarthiyyah subjek jenis ini
disebut ‘makhshushah’. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ketentuan-ketentuan
berikut ini:
Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah qadliyyah syar-thiyyah
muttashilah, maka pembentukan kontradiksinya harus mengikuti ketentuan
berikut:
- Jika keadaan proposisi pokok (al-ashl)-nya makhshushah mûjabah, maka
proposisi penentang (al-naqîdl)-nya harus makhshushah sâlibah.Contoh: “Jika A hmad bersungguh-sungguh, maka dia akan lusus ujian”
>< “Jika A hmad bersungguh-sungguh, maka dia tidak akan lulus ujian”.
- Jika keadaan proposisi pokoknya kulliyyah mûjabah, maka proposisi penen-
tangnya harus juz’iyyah sâlibah.
Contoh: “Manakala orang-orang yang berakal itu beriman, maka mereka
akan selamat >< “Tidaklah setiap orang-orang yang berakal itu beriman,
mereka akan selamat”.
- Jika proposisi pokonya juz’iyyah mûjabah, maka proposisi penentangnya
harus kulliyyah sâlibah.
Contoh: “Sebagian mahasiswa yang bersungguh-sungguh itu terkadang
mendapatkan penghargaan” >< “Seluruh mahasiswa yang bersungguh-
sungguh itu sama sekali tidak mendapatkan penghargaan”.
- Jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah, maka proposisi penentangnya
harus kulliyyah sâlibah.
Contoh: “Jika ahli kitâb beriman, terkadang mereka itu lebih baik” ><
“Jika ahli kitâb beriman, mereka sama sekali tidak lebih baik”.
Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah qadliyyah syarthiyyah
munfa-shilah, maka pembentukan kontradiksinya harus mengikuti ketentuan
seba-gai berikut:- Jika proposisi pokok (al-ashl)-nya makhshushah mûjabah, maka proposisi
penentang (al-naqîdl)-nya harus makhshushah sâlibah.
Contoh: “Hari ini, adakalanya Zainudin itu berada di kampus atau di luar
kampus” >< “Hari ini, adakalanya Zainudin itu tidak berada di kampus
atau di luar kampus”.
- Jika proposisi pokoknya kulliyyah mûjabah, maka proposisi penentangnya
harus juz’iyyah sâlibah.
Contoh: “Keputusan itu selamanya adakalanya benar dan adakalanya
salah”.><
“Keputusan itu tidak selalu adakalanya benar dan ada kalanyasalah”.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 13/17
10
- Jika proposisi pokoknya juz’iyya mûjabah, maka proposisi penetangnya
harus kulliyyah sâlibah.
Contuh: “Mahasiswa itu terkadang adakalanya rajin dan adakalanya
malas” >< “Mahasiswa itu, sama sekali tidak terjadi adakalanya rajin dan
adakalanya malas”. - jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah, maka proposisi penentangnya
harus muhmalah sâlibah.
Contoh: “Adakalanya kendaraan itu berjalan dan adakalanya kendaraan
itu berhenti” >< “Tidaklah sama sekali kendaraan itu adakalanya berjalan
dan adakalanya berhenti”.
D. Teknik Menarik Kesimpulan Melalui Pendekatan Tanâqudl
Jika ditinjau dari segi teknik penarikan kesimpulan, tanâqudl merupakan
salah satu dari teknik penarikan kesimpulan secara langsung (tharîqah al-istidlâl al-
mubâsyar ). Disebut secara langsung dikarenakan penarikan kesimpulan dilakukan
dengan cara menerapkan “hukum keharusan” yang memang harus terjadi antara
dua proposisi yang mengalami kontradiksi; yaitu tidak mungkin dua-duanya benar
atau dua-duanya salah (lâ yushaddaqâni ma’an wa lâ yukadzdzabâni ma’an). Kesim-
pulan semacam ini bisa kita putuskan hanya dengan melihat satu proposisi— yang
sudah tentu benar dan bohongnya—saja. Oleh karena itu, teknik penarikan
kesimpulan ini dikategorikan sebagai penarikan kesimpulan secara langsung.14
Dalam menarik kesimpulan dari dua proposisi yang mengalami kontradiksi
(al-qadliyyatân al-tanâqudlatân), ada beberapa langkah sistematis yang bisa kita ikutisupaya bentuk dan penarikan kesimpulan kita dari dua proposisi ini tidak keliru.
Al-Musawî menjelaskan bahwa beberapa langkah yang bisa kita ikuti dalam penari-
kan kesimpulan ini adalah:
Menentukan proposisi yang hendak dibuktikan benar dan bohongnya.
Menentukan proposisi yang menjadi penentangnya.
Memutuskan benar dan bohongnya proposisi penentang dengan beberapa
pembuktian.
Menerapkan hukum kontradiktif; bahwa dua proposisi yang mengalami
kontradiksi tidak akan benar keduanya juga tidak akan bohong keduanya. Menarik kesimpulan.
Al-Musawi kemudian memberikan contoh penerapan langkah-langkah
tersebut, yaitu dalam menetapkan bohong dan benarnya proposisi “ruh itu tidak
ada”.
Proposisi yang hendak dibuktikan benar dan bohongnya adalah “ruh itu tidak
ada”.
Proposisi yang menjadi penentangnya adalah “ruh itu ada”.
14 Disadur dari: al-Sayyid Husain al-Shadr, Durus fî ‘Ilm al -Manthiq, Tanqîh: Ibrâhîm Surûr,
(ttp.: Dâr al-Hadîts al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1426 H/2005 M), hal. 136-137.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 14/17
11
Berdasarkan beberapa pembuktian yang telah dilakukan, kita dapat memu-
tusan bahwa proposisi “ruh itu ada” merupakan proposisi yang benar.
Menerapkan hukum kontradiktif; bahwa tidak mungkin dua proposisi yang
mengalami kontradiksi benar keduanya atau salah keduanya.
Menarik kesimpulan bahwa proposisi “ruh itu tidak ada” adalah proposisi yang statusnya bohong.15
E. Materi Tambahan (Mulhaq Tanâqudl )
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, dua proposisi yang mengalami
kontradiksi harus berbeda dari segi kuantitas (kam) dan kualitas (kaif )-nya.
Keadaan proposisi mûjibah kulliyyah akan disebut ber-tanâqudl (kontradiksi) jika
keadaan proposisi penentangnya sâlibah juz’iyyah, demikian juga sebaliknya.
Tegasnya, masing-masing proposisi tersebut harus berbeda kuantitas dan
kualitasnya. Jika keadaannya demikian, maka dua proposisi tersebut bisa
dikategorikan sebagai proposisi yang tanâqudl (saling kontradiksi).
Adapun jika perbedaannya hanya terjadi pada satu aspek saja (hanya dari
segi kuantitas sedang dari segi kualitasnya sama, atau sebaliknya), maka sebutan
bagi dua proposisi semacam ini terbagi kepada tiga bagian; (1) Tadâkhul
(interferensif); (2) Dukhûl Tahta Tadlâdd (interferensif sub-kontrariatif); (2) Tadlâdd
(kontrariatif). Tiga materi tersebut merupakan materi pelengkap (mulhaq) bagi
materi tanâqudl. Menurut al-Muzhaffar, pengetahuan tentang materi ini akan
bermanfa’at juga dalam mengambil keputusan berdasarkan satu proposisi untuk
mengetahui status proposisi lain yang mempunyai keterkaitan denganya.
16
1. Tadâkhul (interferensif)
Tadâkhul atau mutadâkhilatân adalah dua proposisi yang berbeda dalam
aspek kuantitas, namun sama dari segi kualitas (sama-sama mûjibah [afirmatif] atau
sama-sama sâlibah [negatif]). Dinamakan tadâkhul dikarenakan tercakupnya satu
proposisi oleh proposisi yang lain, seperti halnya juz’iyyah (partikular) yang
tercakup oleh kulliyyah (universal). Adapun mengenai hukum yang diterapkan
pada dua proposisi yang mutadâkhilatain ini adalah:
Jika proposisi kulliyyah benar, maka proposisi juz’iyyah pun secara otomatisakan benar. Namun jika proposisi juz’iyyah benar, maka proposisi kulliyyah
belum tentu benar.
Contoh: Proposisi “setiap emas adalah logam” statusnya adalah benar. Kesim-
pulan tersebut mengharuskan kita untuk membenarkan pula proposisi
“sebagian emas adalah logam” secara pasti.
Jika proposisi juz’iyyah bohong, maka proposisi kulliyyah pun secara otomatis
akan bohong. Namun jika proposisi kulliyyah bohong, maka proposisi juz’iyyah
belum tentu bohong.
15 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, Op. Cit., hal. 284.16 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 170.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 15/17
12
Contoh: Proposisi “sebagian emas berwarna hitam” statusnya adalah bohong.
Kesimpulan tersebut mengharuskan kita untuk menganggap bohong pula
pada proposisi “setiap emas berwarna hitam”.17
2.
Tadlâdd (kontrariatif) Tadâdldd atau mutadlâdân adalah dua proposisi yang berbeda dalam aspek
kualitas, namun dalam aspek kuantitas proposisi tersebut sama-sama kulliyyah
(universal). Adapun mengenai hukum yang diterapkannya adalah sebagai berikut:
Jika salah satu dari proposisi tersebut benar, maka proposisi penentangnya
adalah bohong. Namun jika salah satu dari keduanya bohong, maka proposisi
penentangnya belum tentu benar. Artinya, kedua proposisi tersebut tidak
mungkin dua-duanya benar, namun keduanya mungkin bohong secara bersa-
maan.
Contoh: Jika proposisi “setiap emas adalah logam” berstatus benar, makaproposisi “tidak ada satupun emas adalah logam” harus berstatus bohong.
Namun Jika proposisi “setiap logam adalah emas” statusnya bohong, maka
proposisi “tidak ada satupun logam adalah emas” tidak harus berstatus benar,
bahkan bisa jadi bohong menurut beberapa pembuktian. 18
3. Dukhûl Tahta Tadlâdd (Inferensif Sub-Kontrariatif)
Dukhûl atau dâkhilân tahta tadlâdd adalah dua proposisi yang berbeda dalam
aspek kualitas, namun dalam aspek kuantitas proposisi tersebut sama-sama tertuju
secara juz’iyyah (partikular). Hukum yang diterapkannya adalah sebagai berikut: Jika salah satunya berstatus bohong, maka proposisi yang lainnya harus
berstatus benar. Namun jika salah satunya benar, maka proposisi yang lainnya
belum tentu bohong. Artinya, kedua proposisi tersebut tidak mungkin dua-
duanya bohong, namun keduanya mungkin benar secara bersamaan.
Contoh: jika proposisi “sebagian emas berwarna hitam” statusnya bohong,
maka proposisi “sebagian emas tidak berwarna hitam” adalah benar. Namun
jika proposisi “sebagian logam adalah emas” statusnya benar, maka proposisi
“sebagian logam bukan emas” belum tentu berstatus bohong, bahkan bisa jadi
benar menurut beberapa pembuktian.19
Wallahu a’lam bish -shawwâb
17 ibid., al-Musawî, Op. Cit., hal. 292, dan al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 140.18 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 171, al-Musawî, Op. Cit., hal. 293, dan al-Sayyid
Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 141.19 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 171, al-Musawî, Op. Cit., hal. 293, dan al-Sayyid
Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 141-142.
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 16/17
13
BAB I
KESIMPULAN
Tanâqudl adalah Perbedaan antara dua proposisi dalam asepek kuantitas,
kualitas, dan segi tertentu dua poposisi tersebut; yang satu bersifat afirmatif dan yang lainnya negatif, sehingga mengharuskan salah satu dari substansi keduanya
atau isi kontradiktifnya berstatus benar dan yang lainnya berstatus bohong. Dua
proposisi tersebut masing-masing dinamakan al-ashl (proposisi pokok) dan al-naqîdl
(proposisi penentang).
Ketika kita akan menghukumi bahwa dua proposisi itu telah mengalami
kontradiksi, maka dua proposisi tersebut harus memenuhi delapan kriteria yang
disyaratkan sama, dan dua kriteria yang disyaratkan berbeda. Delapan kriteria yang
disyaratlan sama itu adalah; sama dari segi maudlû, mahmûl, zamân, makân, quwwah
& fi’l, kullî & juz’î, syarth, dan idlâfah. Sedangkan dua riteria yang disyaratkanberbeda adalah; berbeda dari segi kam dan kaif -nya, sehingga rumus yang lahir dari
perbendaan ini adalah; jika keadaan proposisi pertanya mûjabah kulliyyah, maka
proposisi penentangnya harus juz’iyyah sâlibah, demikian juga sebaliknya. apabila
syarat-syarat ini telah terpenuhi, maka dua proposisi tersebut bisa dikatakan telah
mengalami kontradiksi, juga bisa ditentukan benar dan bohong salah saunya.
Adapun mengenai langkah pertama dalam penarikan kesimpulan
dengannya adalah; menentukan proposisi yang hendak kita buktikan benar dan
bohongnya. Hadirkan pula proposisi penentang yang akan diperbandingkan
kemudian putuskan benar dan bohongnya. Setelah kita diputuskan benar danbohongnya proposisi penentang, maka secara otomatis kita akan tahu benar dan
bohongnya proposisi yang tengah kita teliti, dimana hukum tanâqudl mengharus-
kan kita untuk menghukumi benar salah satunya, sedang yang lainnya bohong
tidak boleh benar atau bohong dua-duanya. Dengan demikian, kesimpulan benar
dan bohongnya proposisi yang kita teliti pun bisa ditentukan secar langsung.
Selain itu, kita harus jeli jika melihat dua proposisi yang dinilai “semi-
kontradiktif”. Kita jangan terburu-buru menghukuminya sebagai bagian dari dua
proposisi yang tanâqudl. Hal itu dikarenakan, kadang terjadi di antara dua
proposisi tersebut; lahir kesimpulan benar keduanya, atau jika benar salah satunya,status yang lainnya bellum tentu benar dan bohongnya. Jika keadaannya
demikian, maka dua proposisi tersebut mengalami tadâkhul (interferensif). Atau
jika keadaan salah satu dari proposisi tersebut benar mengharuskan proposisi yang
lainnya bohong, namun jika salah satu dari keduanya bohong; proposisi yang
lainnya belum tentu benar, maka dua proposisi tersebut mengalami tadlâdd
(kontrariatif). Demikian pula jika keadaan salah satunya berstatus bohong, maka
proposisi mengaruskan benar yang lainnya, namun jika salah satunya benar;
proposisi yang lainnya belum tentu bohong, maka itu dinamakan dukhûl tahta
tadlâdd (interferensif sub-kontrariatif). Tiga macam ketentuan bukan tanâqudl melainkan hanya sebagai materi tambahan (mulhaq) tanâqudl. Wallahu a’lâm
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)
http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 17/17
14
DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Buku B. Arab:
Abdul-Hâdi al-Fadlî, Mudzakkarah al-Manthiq, (Iran: Mu’assasah Dâr al-Kitâb al-
Islâmî, 1409 H).
Ahmad al-Damanhûrî, Risâlah fî al-Manthiq; Idlâh al- Mubham fi Ma’ânî al -Sulam,
Tahqîq: ‘Umar Farûq al-Thabbâ’, (Bairut: Maktabah al-Ma’ârif, cet. Ke-2,
1427 H/2006 M).
al-Sayyid Husain al-Shadr, Durus fî ‘Ilm al -Manthiq, Tanqîh: Ibrâhîm Surûr, (ttp.:
Dâr al-Hadîts al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1426 H/2005 M).
Al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, al-Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , (ttp.:
Mansyûrat Dzawî al-Qurbâ, cet. Ke-1, 1422 H).
Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Syarh ‘alâ Matn al -Sulam fî al-Manthiq, (Mesir:
Mathba’ah Syarakah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî wa Aulâduh, 1379 H/1905
M).
Mahdî Fadlullah, al- Syamsiyyah fî Qawâ’id al -Manthiqiyyah, (Bairut: al-Markaz al-
Tsaqâfî al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1998 M).
Muhammad bin Mahmûd bin Mukhtâr Fâl al-Syanqithî, al- Dlau’ al - Masyriq ‘alâ
Sulam al-Manthiq lil-Akhdlarî, Tahqîq, ‘Abul-Hamîd bin Muhammad al-
Anshârî, (Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. Ke-1, 2007 M).
Muhammad Ridlâ Muzhaffar, al-Manthiq, (ttp.: Dâr al-Ta’âruf lil-Mathbû’ât, 1427
H/2006 M).
Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, al- Mursyid fî ‘Ilm al -Manthiq, (ttp.: Maktabah al-Fikr, cet.
Ke-1, 2007 M).
Rujukan Buku B. Indonesia:
Basiq Djalil, Logika; Ilmu Mantik, (Jakarta: Kencana, cet. Ke-2, 2012).
Sukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islami, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, cet. Ke-6, jan. 2012).
Software:
Al-Maktabah al-Syâmilah
Add Ins Quran In Word