17
7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi) http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 1/17 PRMBAHASAN ILMU MANTHIQ; TANÂQUDL  (OPOSISI/KONTRADIKSI) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah Ilmu Manthiq Dosen: Riyan Nuryadin, M. Pd. Oleh: FIRMAN SHOLIHIN  ABDUL ROHMAN TAFSIR HADITS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM CIAWITALI  GARUT 2015 M/1437 H

Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 1/17

PRMBAHASAN ILMU MANTHIQ;

TANÂQUDL  (OPOSISI/KONTRADIKSI)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah

Ilmu Manthiq

Dosen: Riyan Nuryadin, M. Pd.

Oleh:

FIRMAN SHOLIHIN ABDUL ROHMAN

TAFSIR HADITS

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM

CIAWITALI – GARUT

2015 M/1437 H

Page 2: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 2/17

KATA PENGANTAR

 Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Dzat Sang Pemberi rahmat yang

luas bagi sekalian alam, yang telah merahmati kami sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah sederhana ini di sela-sela kesibukan kami sebagai

mahasiswa yang—karna rahmat Allah Swt juga— senantiasa dipenuhi dengan majlis-

majlis yang berbau ilmu. Dari sanalah mungkin kami harus pintar-pintar dalam

memanage waktu, supaya makalah ini bisa terselsaikan tepat pada waktunya, juga

tidak membuat aktivitas lain menjadi luput dan terbengkalai.

Oleh karena waktu pengerjaan dan penyelesaian makalah ini yang—

menurut kami—cukup sulit, kemudian sumber yang dibutuhkan sebagai referensi

santatlah terbatas, juga karena ketidakahlian kami dalam bidang ini, kami hendak

meminta maaf apabila dalam makalah sederhana ini terdapat kekeliruan yang

relatif banyak disana-sini, entah itu dalam masalah kebahasaan, tata letak, idepikiran, ataupun metode analisisnya yang tidak sempurna.

Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

 yang terkait dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada

para ulama yang karya mereka telah kami jadikan sebagi rujukan. Nama mereka

kami tulis di  footnote dan juga terlampir di daftar pustaka. Kepada seluruhnya—

 yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, kami ucapkan jazakumullahu khairan

katsiran. 

 Akhirnya, kami hanya bisa berharap kepada Allah Swt supaya makalah

sederhana ini—meskipun dengan kesalahan yang banyak —bisa mendatangkan

manfaat bagi semuanya, khususnya bagi kami, di saat harta, tahta dan keluarga tak

ada lagi yang yang bermanfaat kecuali yang datang dengan hati yang ikhlas. 

ه خر ـ ـ ـ ـ ـف ا ى ا ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ يـدي ب ذخ ي ــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ و مسل

 

Garut,Rabu, 25 November 2015

Penuyusun 

Page 3: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 3/17

ii 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………  iDAFTAR ISI…………………………………………………………………………… .. ii

BÂB I: MUQADDIMAH……………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………..  1

B. Rumusan Masalah..…………………………………………………………………….. 1

C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………….  1

BÂB II: PEMBAHASAN……………………………………………………………..  2 A. Pengertian Tanâqudl……………………………………………………………………..  2

B. Syarat-syarat Tanâqudl…………………………………………………………………..  4

1. Kiteria yang Disyaratkan Sama (Ittifâq fîh) ……………………………... 4

2. Kriteria yang Disyaratkan Berbeda (Ikhtilâf fîh)………………………... 6C. Macam-macam Tanâqudl……………………………………………………………….  7

1. Tanâqudl Qadliyyah Hamliyyah………………………………………………..  7

2. Tanâqudl Qadliyyah Syarthiyyah………………………………………………..  8

D. Teknik Menarik Kesimpulan Melalui Pendekatan Tanâqudl………………  10

E. Materi Tambahan (Mulhaq Tanâqudl)…………………………………………….. 11

1. Tadâkhul……………………………………………………………………………...  11

2. Tadlâdd…………………………………………………………………………….....  12

3. Dukhûl Tahta Tadlâdd…………………………………………………………….  12

BÂB II: KESIMPULAN………………………………………………………………  13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….  14

Page 4: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 4/17

1

BAB I

MUQADDIMAH

 A.  Latar Belakang Masalah

Seorang peneliti terkadang mengalami kesulitan ketika membuktikansecara langsung kebenaran sebuah proposisi atau ungkapan yang menjadi objek

penelitian-nya, bahkan hal itu terkadang menjadi sebuah hambatan. Salah satu

cara efektif untuk keluar dari masalah tersebut adalah dengan menggunakan

metode tanâqudl, yaitu dengan cara menghadirkan proposisi penentang untuk

kemudian buktikan benar dan bohongnya proposisi penentang tersebut. Ketika

sudah diketahui benar dan bohongnya, maka kita pun bisa secara langsung

menentukan benar dan bohongnya poposisi yang tengah kita teliti.

 Akan tetapi, sebelum melakukan metode tersebut, terlebih dahulu kita

harus mengetahui keterkaitan satu proposisi dengan proposisi yang lainnya, baikdalam aspek kuantitas ataupun aspek kualitasnya. Hal itu menjadi sangat penting

bagi mereka yang akan menghadirkan proposisi penentan bagi proposisi yang akan

dibuktikan benar dan bohongnya. Kalaulah kita keliru dalam menantukan

keterkaitan antara dua proposisi yang kita katakan mengalami kontradiksi, maka

keduanya belum bisa ditentukan mana yang benar dan mana yang salah, atau

dalam kata lain; dua proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi. Keputusan

 yang lahir dari dua proposisi tersebut terkadang benar dua-duanya atas bohong

dua-duanya, atau pengetahuan tentang benar dan bohongnya salah satu dari sua

proposisi tersebut, belum bisa melahirkan keputusan benar dan bohong proposisi

 yang lainnya. Disinilah kejelian dan kontemplasi kita diuji.

 Atas dasar itulah, kami— walaupun dengan ilmu yang sangat terbatas—

hendak mencoba untuk memaparkan materi tanaqudl serta seluk-beluknya dalam

makalah sederhana ini. Wa billâhi musta’ân 

B.  Rumusan Masalah

1.   Apa itu tanâqudl?

2.   Apa saja syarat-syarat tanâqudl?

3.   Apa saja macam-macam tanâqudl?

4. 

Bagaimana cara mengambil kesimpulan dengan metode Tanâqudl?

5.   Apa saja materi pelengkap (mulhaq) tanâqudl?

C.  Tujuan Pembahasan

1.  Untuk mengetahui dan mengerti pengertian tanâqudl.

2.  Untuk mengetahui dan mengerti syarat-syarat tanâqudl.

3.  Untuk mengengetahui dan mengerti macam-macam tanâqudl.

4.  Untuk mengetahui dan mengerti cara pengambilan kesimpulan dengan

metode tanâqudl.

5. 

Untuk mengetahui dan mengerti materi pelengkap (mulhaq) tanâqudl.

Page 5: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 5/17

2

BAB II

PEMBAHASAN

 A.  Pengertian Tanâqudl  

Dalam terminologi Indonesia, tanâqudl dikenal dengan istilah ‘oposisi’ ataudua proposisi yang sifatnya kontradiktif. Al-Syanqîthî menjalaskan bahwa kata

tanaqudl merupakan wajan tafa’ul dari kata al-naqdl yang maknanya adalah ‘menia-

dakan sesuatu setelah menetapkannya’.1  Dalam Alqurân, kata al-naqdl dan

turunannya terkadang diartikan ‘membatalkan’, ‘mengurai’, atau ‘melanggar’,

tergantung kata yang menjadi penyertanya. Perhatikan ayat-ayat berikut:

عدو وفا

وٱل دم

اذ

ضا

يٱدك ...عد

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah

kamu membatalkan sumpah- sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya..” (Q.S al-

Nahl [16]: 91)

وك

ا

تضث

  ة

ق عد زغ...

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya

 yang sudah dipintal dengan kuat..” (Q.S al-Nahl [16]: 92)

ي

ٱنضيد

هٱل

عد ...

“(yaitu) orang  -orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu

teguh..” (Q.S al-Baqarah [2]: 27)

 Adapun menurut istilah para ahli manthiq, al-Musawî mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan tanâqudl atau oposisi ini adalah:

ى ذ.اخف  الضن

خاو  دص هاحا ن

 نا ال  

“Perbedaan antara dua proposisi yang isinya mendorong untuk menghu-

kumi salah satunya benar sedang yang lainnya bohong.”2 

Sedikit lebih detail dari definisi al-Musawî, Mahdî Fadlullâh menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan tanâqudl adalah:

1 Muhammad bin Mahmûd bin Mukhtâr Fâl al-Syanqithî, al- Dlau’ al - Masyriq ‘alâ Sulam al - 

Manthiq lil-Akhdlarî, Tahqîq, ‘Abul-Hamîd bin Muhammad al-Anshârî, (Bairut: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, cet. Ke-1, 2007 M), hal. 99.2 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, al- Mursyid fî ‘Ilm al -Manthiq, (ttp.: Maktabah al-Fikr, cet. Ke-1, 2007

M), hal. 285.

Page 6: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 6/17

3

 ضناصاخف  ن او  لاو  لاج  :هاحا

وكب    هاحا قص فخا    لا اي لات   لس  ى:

خاو

ى 

خا.

“Perbedaan antara dua proposisi dalam asepek kuantitas, kualitas, dan segi

tertentu dua poposisi tersebut; yang satu bersifat afirmatif dan yang lainnya

negatif, sehingga mengharuskan salah satu dari substansi keduanya atau isi

kontradiktifnya berstatus benar dan yang lainnya berstatus bohong.”3 

Demikian juga dengan al- Ahdlarî yang bersya’ir tentang tanâqudl  dalam

Sulam al-Munawwaraq-nya, bahwa yang dimaksud tanâqudl itu adalah:

ــكـــــــ ـ ـ صـو ـــــــــــــحاو قـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــــــ ـ ـ ـ ـ ـ   ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

 

ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ خ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ضلا ــــــــــــــــــ ن

“Tanâqudl adalah berbedanya dua proposisi dalam aspek kualitas, dan salah satu (dari

dua proposisi tersebut) benar (dan itu merupakan) perkara yang berturut-turut (akan

selalu demikian)..”4 

Sementara itu, Ibn Sinâ, seorang tokoh ternama dalam tataran filsafat

klasik, mengemukakan pendapatnya yang—mungkin—menjadi inspirasi para

ulama kontemporer di atas. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud tanâqudl itu

adalah:

احاهاخف

 ن

 ان

 ال

 ع

 زم

 ث

 لاو

 ب

 ضن

دص

ى

خا.ذ

“Berbedanya dua proposisi dalam konteks afirmatif dan negatifnya,

sehingga seubstansinya mengharuskan salah satunya berstatus benar dan

 yang lainnya berstatus bohong.”5 

Dari pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa fokus pembaha-

san tanâqudl ini adalah penetapan dan peniadaan suatu proposisi dalam konteks

benar dan bohongnya. Sederhananya, jika kita hendak menyimpulkan bahwasuatu proposisi itu benar, maka konsekuensi kesimpulan tersebut mengharuskan

kita untuk meniadakan kebenaran proposisi kebalikannya. Dan jika kita hendak

menyimpulkan bahwa suatu proposisi itu bohong, maka kesimpulan tersebut

mengharuskan kita untuk menetapkan bahwa kebalikannya itu benar.

3 Mahdî Fadlullah, al- Syamsiyyah fî Qawâ’id al -Manthiqiyyah, (Bairut: al-Markaz al-Tsaqâfî al-

‘Arabî, cet. Ke-1, 1998 M), hal. 120.4 Lihat: Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Syarh ‘alâ Matn al -Sulam fî al-Manthiq, (Mesir: Mathba’ah

Syarakah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî wa Aulâduh, 1379 H/1905 M), hal. 28.5  Ahmad al-Damanhûrî, Risâlah fî al-Manthiq; Idlâh al- Mubham fi Ma’ânî al -Sulam, Tahqîq: 

‘Umar Farûq al-Thabbâ’, (Bairut: Maktabah al-Ma’ârif, cet. Ke-2, 1427 H/2006 M), hal. 66.

Page 7: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 7/17

4

Menurut al-Musawî, dua proposisi tersebut masing-masing dinamakan al- 

ashl dan al-naqîdl.6 Contohnya; proposisi “Zaid berdiri” dan “Zaid tidak berdiri”.

Proposisi pertama dinamakan al-ashl atau ‘proposisi pokok’, sedangkan proposisi

 yang kedua dinamakan al-naqîdl atau ‘proposisi penentang’. Akan tetapi, menurut

hemat kami, penyebutan tersebut tidak harus selalu menempatkan proposisiafirmatif menjadi al-ashl dan proposi negatif menjadi al-naqîdl, atau sebaliknya.

Baik proposisi afirmatif ataupun proposisi negatif, masing-masing keduanya bisa

menjadi al-ashl atau al-naqîdl.

B.  Syarat-syarat Tanâqudl  

Para ahli manthiq menjelaskan bahwa ketika kita akan menghukumi

bahwa dua proposisi itu telah mengalami kontradiksi, maka keduannya harus

memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, supaya dua proposisi tersebut bisa

disebut dalam keadaan tanâqudl  (kontradiksi). Secara garis besar, srayat-syarat

tersebut terbagi kepada dua bagian; (1) Kriteria yang dua proposisi tersebutdisyaratkan sama (ittifâq fîh); dan (2) Kriteria yang keduanya disyaratkan berbeda

(ikhtilaf fîh).

1.  Kriteria yang Disyaratkan Sama (Ittifâq fîh )

Para ahli manthiq berselisih pendapat mengenai kejelasan jumlah kriteria

 yang disyaratkan sama ini. Akan tetapi, pendapat yang dipegang oleh mayoritas

ahli manthiq mengatakan bahwa jumlah kriteria tersebut ada delapan. Delapan

kriteria ini dikenal dengan istilah ‘al -wihdât al-tsamânî’.  Al-Muzhaffar menjelaskan

bahwa delapan kriteria yang harus sama itu adalah:

Pertama, sama dari segi maudlû’ (subjek)-nya. Kalaulah keduanya berlainan

dari segi maudlû’ - nya, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi.

Bukankah proposisi “ilmu itu bermanfa’at” bertentangan dengan proposisi “ilmu

itu tidak bermanfa’at”? Adapun jika kita mengatakan “ilmu itu bermanfa’at” dan

“bodoh itu tidak bermanfa’at”, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami

kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi “manusia itu

makhluk yang bisa tertawa” dan proposisi “kuda itu tidak bisa tertawa”, karena

maudû’-nya itu tidak sama.

Kedua, sama dari segi mahmûl (predikat)-nya. Kalaulah kita mengatakan

“ilmu itu bermanfa’at” dan “ilmu itu tidak bebas nilai”, maka dua proposisi

tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara

proposisi “manusia itu makhluk yang bisa tertawa” dan proposisi “manusia itu

tidak berjalan dengan empat kaki”, karena mahmûl-nya tidak sama.

Ketiga, sama dari segi zamân (waktu). Kalaulah kita mengatakan “matahari

itu terbit di siang hari” dan “matahari itu tidak terbit di malam hari”, maka dua

proposisi tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontra-

 

6 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, Op. Cit., hal. 284.

Page 8: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 8/17

5

diksi antara proposisi “manusia itu tidak merasa takut pada siang hari” dan

proposisi “manusia itu merasa takut pada malam hari”, karena keterangan waktu

(zaman) dua proposisi tersebut tidak sama.

Keempat, sama dari segi makân (tempat)-nya, yang mengharuskan dua

proposisi tersebut terjadi pada tempat yang sama. Maka tidak ada kontradiksi

antara proposisi “iklim di gunung itu dingin” dan prorposisi “iklim di permukaan

bumi itu tidak dingin”, dikarenakan keterangan tempatnya tidak sama.

Kelima, sama dari segi quwwah (implisit/potensi) dan fi’l (eksplisit/aktual)-

nya.7 Maka tidak ada kontradiksi antara proposisi “Muhammad—pada dasarnya

akan menjadi—seorang yang mati” dan prorposisi “Muhammad—pada kenyataan-

nya adalah—seorang  yang mati”, dikarenakan masing-masing sebstansi proposisi

tersebut tertuju secara quwwah dan  fi’l, bukan masing-masingnya tertuju secara

quwwah saja, atau tertuju secara fi’l saja. 

Keenam, sama dari segi kullî (global) dan juz’î (parsial) dalam konteks predi-

katnya (sama-sama tertuju secara global, atau sama-sama tertuju secara parsial).

Kalaulah kita mengatakan “tanah di negri Lebanon itu subur sebagiannya” dan

“tanah di Lebanon itu tidak subur seluruhnya”, maka dua proposisi tersebut tidak

mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi

“luas keseluruhan rumah ini adalah 1000 m2” dan proposisi “luas sebagian rumah

ini adalah 50 m2”, dikarenakan predikat kedua proposisi tersebut tidak sama dari

segi kullî dan  juz’î-nya.

Ketujuh, sama dari segi syarth  (syarat/kondisi). Kalaulah kita mengatakan

“pelajar itu akan lulus di akhir tahun jika dia bersungguh-sungguh” dan “pelajar

itu tidak akan lulus jika dia tidak bersungguh-sungguh”, maka dua proposisi

tersebut tidak mengalami kontradiksi. Demikian juga tidak terjadi kontradiksi

antara proposisi “solat kusûf itu disunnahkan jika terjadi gerhana” dan proposisi

“shalat kusûf  itu tidak disunnahkah jika tidak terjadi gerhana”, dikarenakan syarat

kedua proposisi tersebut berbeda.

Kedelapan,  sama dari segi idlâfah  (penyandaran/korelasi). Kalaulah kita

mengatakan bahwa “empat itu setengah dari delapan” dan “empat itu bukansetengah dari sepuluh”, maka dua proposisi tersebut tidak mengalami kontra-

diksi. Demikian juga tidak ada kontradiksi antara proposisi “pengetahuan manu-

sia itu mengalami perubahan” dan proposisi “pengetahuan Allâh Swt itu tidak

7 Al-Haidarî menjelaskan dalam kitabnya, al-Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , bahwa

 yang dimaksud dengan quwwah adalah perkara yang tidak nyata terjadi pada waktu sekarang, namun

pasti terjadi di masa mendatang dan tidak sebatas kemungkinan. Adapun yang dimaksud dengan fi’l

adalah perkara yang nyata terjadi yang kejadiannya itu dinisbahkan kepada salah satu dari waktu

pokok yang tiga (masa lalu, sekarang, dan yang akan datang). Lihat: Al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, al- Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , (ttp.: Mansyûrat Dzawî al-Qurbâ, cet. Ke-1, 1422 H), vol. 2,

hal. 131.

Page 9: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 9/17

6

mengalami perubahan”, dikarenakan penyandarannya bukan pada satu maudlû’,

melainkan dua maudlû’. 8 

Demikian delapan kriteria yang disyaratkan sama bagi dua proposisi yang

hendak dikatakan tengah mengalami kontradiksi. Jika syarat-syarat di atas telah

terpenuhi, maka kita bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah di

antara dua proposisi yang berbenturan tersebut. 

2.  Kriteria yang Disyaratkan Berbeda (Ikhtilâf fîh )

 Adapun mengenai kriteria yang disyaratkan berbeda antara dua proposisi

 yang mengalami kontradiksi, al-Fadlî menjelaskan bahwa kriteria yang harus

berbeda tersebut ada dua segi:

Pertama, berbeda dari segi kam (kuantitas)-nya, dalam arti salah satu dari

subjek dua proposisi tersebut harus kulliyyah (universal) dan yang lainnya dalam

harus juz’iyyah (partikular). Kalaulah dua proposisi tersebut sama dari segi kam-nya

(keduanya sama-sama  juz’iyyah  atau sama-sama kulliyyah), maka keduanya tidak

mengalami kontradiksi, sebagaimana tidak ada kontradiksi antara proposisi

“sebagian logam adalah besi” dan proposisi “sebagian logam bukan besi”, karena

dua proposisi tersebut dua-duanya berstatus benar. Demikian juga tidak ada

kontradiksi antara proposisi “setiap makhluk hidup adalah manusia” dan

proposisi “tidak ada satupun makhluk hidup itu manusia”, karena dua proposisi

tersebut dua-duanya berstatus bohong.

Kedua, berbeda dari segi kaif (kualitas)-nya, dalam arti salah satu dari dua

proposisi tersebut harus berstatus ijâb/mûjabah (afirmatif) dan yang lainnya

berstatus salab/sâlibah (negatif). Kalaulah dua proposisi tersebut sama dari segi kaif -

nya (keduanya sama-sama mûjabah atau sama-sama sâlibah), maka keduanya tidak

mengalami kontradiksi, sebagaimana tidak ada kontradiksi antara proposisi

“setiap manusia bisa berfikir” dan proposisi “sebagian manusia bisa berfikir”,

karena dua proposisi tersebut dua-duanya berstatus benar. Demikian juga tidak

ada kontradiksi antara proposisi “sebagian manusia adalah makhluk hidup” dan

proposisi “setiap manusia bukan makhluk hidup”, karena dua proposisi tersebut

dua-duanya berstatus bohong.

8 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, al-Manthiq, (ttp.: Dâr al-Ta’âruf lil-Mathbû’ât, 1427 H/2006

M), hal. 167-168. Sebagaimana telah disinggung di permulaan, bahwa di kalangan ahli manthiq

muncul beberapa pendapat mengenai kriteria yang disyaratkan sama ini. Menurut Ibn Sinâ, kriteria

tersebut berjumlah dua belas. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlahnya itu ada sembilan, yaitu

dengan menambahkan kriteria al-haml pada delapan kriteria yang telah disebutkan. Sebagian ahli

manthiq ada juga yang mencukupkan syarat ini pada dua syarat saja, yaitu sama dari segi al- Maudlu’

dan al-mahmûl-nya. Al-Fârâbî berpendapat bahwa kriteria al-zaman itu masuk dalam cakupan al- maudlû’

dan al-mahmûl. Dan masih banyak pendapat lain berkenaan dengan kriteria yang disyaratkan sama

ini. Terlepas dari perdebatan ini, kami pun lebih mengambil jalan tengah untuk memilih peganganmayoritas ahli manthiq yang mengatakan bahwa jumlah kriteria yang disyaratkan sama ini adalah

delapan. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di: al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., hal. 132.

Page 10: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 10/17

7

Berdasarkan pemaparan di atas, lanjut al-Fadlî, benang merah yang bisa

ditarik dari dua hal yang harus berbeda ini adalah; jika keadaan al-ashl (proposisi

pokok)-nya mûjibah kulliyyah (proposisi afirmatif yang tertuju secara universal),

maka al-naqîdl  (penentang)-nya harus sâlibah juz’iyyah  (proposisi negatif yang

tertuju secara partikular). Adapun jika keadaan al-ashl-nya mûjibah juz’iyyah(proposisi afirmatif yang tertuju secara universal), maka al-naqîdl-nya harus sâlibah

kulliyyah (proposisi negatif yang tertuju secara universal). Demikian ungkap al-Fadlî

dalam kitâbnya.9 

Hal itu sebagaimana diungkap juga oleh al- Akhdlarî lewat sya’ir dalam

Sulam al-Munawwaraq-nya:

ـــــــــــــــــ ـــــــــــــــــــــــــــضـــــــــا ـــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

ر

 

 ن وــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ  ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ  ةر

ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

ر

ـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

 ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

 لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ئزــــــــــ

 

ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ

 ـــــــــــــــــــــــإن

 ـــــــــــــــــــــــــــــــــــ

 جــــــــــــــــــــــــــ

ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــــــــــــ ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـــج ــــــــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ئز

 

 ن وــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ  ـــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ لــ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ  ــــــــــــــــــــــــــــــــــــ

“Dan jika kuantitas proposisi tersebut dibatasi, maka kontradiksikanlah dia dengan

(proposisi yang mengandung) kebalikan kuantitas yang disebutkan. Oleh karena itu,

 jika masing keadaan dua proposisi tersebut mûjibah kulliyyah , maka kontradiksinya

adalah sâlibah juz’iyyah . Adapun jika masing-masing keadaannya sâlibah kulliyyah ,

maka kontradiksinya adalah mûjibah juz’iyyah .” 10 

C.  Macam-macam Tanâqudl 11 

1.  Tanâqudl Qadliyyah Hamliyyah

Secara literal, tanâqudl qadliyyah hamliyyah bisa diartikan ‘kontradiksi yang

terjadi antara dua proposisi kategoris’.12 Pembahasan mengenai macam tanâqudl

ini terbagi kepada dua bagian; (a) Tanâqudl qadliyyah hamliyyah syakhshiyyah 

(kontradiksi antara dua proposisi kategoris yang tertuju secara singular); (b)

9 ‘Abdul-Hâdi al-Fadlî, Mudzakkarah al-Manthiq, (Iran: Mu’assasah Dâr al-Kitâb al-Islâmî, 1409

H), hal. 118.10 Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Op. Cit., hal. 28.11 Dikarenakan kami mengalami kebuntuan referensi, maka pembahasan dalam sub-bâb ini

disadur seluruhnya dari buku: Sukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islami, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, cet. Ke-6, jan. 2012), hal. 104-107, juga dari buku: Basiq Djalil, Logika; Ilmu Mantik,

(Jakarta: Kencana, cet. Ke-2, 2012), hal. 65-66. Mengenai tekhnik penyadurannya, kami melakukan

sedikit sistematisasi penyajian materi dan modifikasi gaya bahasa tanpa mengubah substansi. Hal itu

kami lakukan supaya pembahasan yang diambil dari dua buku tersebut bisa dicerna dengan baik oleh

kami khususnya, dan secara umum oleh pembaca—tanpa mengurangi rasa penghargaan kami terhadap

kerja keras kedua penulisnya.12 Qadliyyah hamliyyah atau proposisi kategoris adalah proposisi yang terbentuk dari subjek

(maudlu’), predikat (mahmûl), dan kata penghubung (râbithah), seperti halnya proposisi “gunung itu

indah”, dimana kata “gunung” merupakan subjek, kata “indah” adalah predikat, dna kata “itu” adalahkata penghubung. Dengan demikian, proposisi jenis ini terbentuk dengan menyambungkan satu

 variabel (maudlû’ /subjek) kepada variabel lain (mahmûl /predikat).

Page 11: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 11/17

8

Tanâqudl qadliyyah hamliyyah mahshûrah (kontradiksi antara dua proposisi kategoris

 yang kuantitas subjeknya dibatasi oleh kulliyyah dan  juz’iyyah). Masing masing

keduanya mempunyai syarat-syarat tersendiri supaya bisa disebut proposisi yang

kontradiktif, disamping harus juga memenuhi syarat-syarat kontradiktif yang telah

lalu dijelaskan.

   Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah proposisi kategoris yang

tertuju secara singular (qadliyyah hamliyyah syakhshiyyah), maka pembentukan

kontradiktifnya cukup dengan menyatakan aspek kualitas (kaif ), yaitu dari segi

afirmatif (mûjabah) dan negatif (sâlibah)-nya. Dengan kata lain, dua proposisi

tersebut masing-masing keadaannya harus afirmatif dan negatif, seperti halnya

proposisi syakhshiyyah mûjabah; “Indra adalah mahasiswa”, yang dinyatakan

kontradiksi dengan proposisi syakhshiyyah sâlibah; “Indra bukan mahasiswa”. 

   Jika masing-masing subjek dari keduanya dibatasi oleh kulliyah dan  juz’iyyah 

(qadliyyah hamliyyah mahshurah), maka pembentukan kontradiktsinya harusmemenuhi syarat berikut:

-   Jika keadaan proposisi pokok (al-ashl)-nya kulliyyah mûjabah, maka propo-

sisi penentang (al-naqîdl)-nya harus juz’iyyah sâlibah.

Contoh: “semua hewan membutuhkan air” ><  “sebagian hewan tidak

membutuhkan air”. 

-   Jika keadaan proposisi pokoknya  juz’iyyah mûjabah, maka proposisi

penentangnya harus kulliyyah sâlibah.

Contoh: “Sebagian pelajar penghafal Alqurân” ><  “Tidak seorang pun

pelajar yang hafal Alqurân”. -   Jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah  (proposisi afirmatif yang

koantitasnya tidak dibatasi), maka proposisi penentangnya adalah kulliyyah

sâlibah.

Contoh: “ Apel itu buah-buahan” >< “Tidak ada satupun apel yang meru-

pakan buah-buahan”. 

2.  Tanâqudl Qadliyyah Syarthiyyah  

Secara literal, tanâqudl qadliyyah syarthiyyah bisa kita artikan ‘kontradiksi

 yang terjadi antara dua proposisi hipotesis atau kondisional’.13  Pembahasan

mengenai macam tanâqudl ini juga terbagi kepada dua bagian; (a) Tanâqudl

qadliyyah syarthiyyah muttashilah (kontradiksi antara dua proposisi heipotesis yang

antara keduanya terjadi kesinambungan); (b) Tanâqudl qadliyyah syarthiyyah

13 Qadliyyah syarthiyyah adalah proposisi yang terbentuk dari dua proposisi kategoris (qadliyyah

hamliyyah) yang sudah dibubuhi adawât al-syarth (kata-kata yang menunjukan adanya syarat atau yang

terletak sebelum kalimat sebab, seperti kata idza yang artinya ‘jika’ atau kullamâ yang artinya ‘setiap

kali’) pada proposisi kategoris pertama, dan adawât all-jawâb (kata-kata penghubung yang menunjukan

jawaban atau pengantar kepada kalimat akibat, seperti kata  fa  yang artinya ‘maka’) pada proposisi

kedua. Proposisi pertama disebut muqaddam dan yang kedua disebut tâlî. Dua proposisi tersebutkemudian saling bergantungan dari yang asalnya berdiri sendiri, sehingga membentuk keputusan

hipotesis, bersyarat, atau kondisional.

Page 12: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 12/17

9

munfashilah (kontradiksi antara dua proposisi hipotesis yang antara keduanya tidak

ada kesinambungan [terpisah]).

Secara umum, ketentuan yang harus terpenuhi untuk macam tanâqudl yang

ini hampir sama atau bahkan sama dengan ketentuan pada tanâqudl qadliyyah

hamliyyah. Akan tetapi, jika subjek singular pada tanâqudl qadliyyah hamliyyah 

disebut ‘syakhshiyyah’, maka pada tanâqudl qadliyyah syarthiyyah  subjek jenis ini

disebut ‘makhshushah’. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ketentuan-ketentuan

berikut ini:

   Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah qadliyyah syar-thiyyah

muttashilah, maka pembentukan kontradiksinya harus mengikuti ketentuan

berikut:

-   Jika keadaan proposisi pokok (al-ashl)-nya makhshushah mûjabah, maka

proposisi penentang (al-naqîdl)-nya harus makhshushah sâlibah.Contoh: “Jika A hmad bersungguh-sungguh, maka dia akan lusus ujian”

>< “Jika A hmad bersungguh-sungguh, maka dia tidak akan lulus ujian”. 

-   Jika keadaan proposisi pokoknya kulliyyah mûjabah, maka proposisi penen-

tangnya harus juz’iyyah sâlibah.

Contoh: “Manakala orang-orang yang berakal itu beriman, maka mereka

akan selamat >< “Tidaklah setiap orang-orang yang berakal itu beriman,

mereka akan selamat”. 

-   Jika proposisi pokonya  juz’iyyah mûjabah, maka proposisi penentangnya

harus kulliyyah sâlibah.

Contoh: “Sebagian mahasiswa yang bersungguh-sungguh itu terkadang

mendapatkan penghargaan” ><  “Seluruh mahasiswa yang bersungguh-

sungguh itu sama sekali tidak mendapatkan penghargaan”. 

-   Jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah, maka proposisi penentangnya

harus kulliyyah sâlibah.

Contoh: “Jika ahli kitâb beriman, terkadang mereka itu lebih baik” >< 

“Jika ahli kitâb beriman, mereka sama sekali tidak lebih baik”. 

   Jika masing-masing dari dua proposisi tersebut adalah qadliyyah syarthiyyah

munfa-shilah, maka pembentukan kontradiksinya harus mengikuti ketentuan

seba-gai berikut:-   Jika proposisi pokok (al-ashl)-nya makhshushah mûjabah,  maka proposisi

penentang (al-naqîdl)-nya harus makhshushah sâlibah.

Contoh: “Hari ini, adakalanya Zainudin itu berada di kampus atau di luar

kampus” >< “Hari ini, adakalanya Zainudin itu tidak berada di kampus

atau di luar kampus”. 

-   Jika proposisi pokoknya kulliyyah mûjabah, maka proposisi penentangnya

harus juz’iyyah sâlibah.

Contoh: “Keputusan itu selamanya adakalanya benar dan adakalanya

salah”.><

 “Keputusan itu tidak selalu adakalanya benar dan ada kalanyasalah”. 

Page 13: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 13/17

10

-   Jika proposisi pokoknya  juz’iyya mûjabah, maka proposisi penetangnya

harus kulliyyah sâlibah.

Contuh: “Mahasiswa itu terkadang adakalanya rajin dan adakalanya

malas” >< “Mahasiswa itu, sama sekali tidak terjadi adakalanya rajin dan

adakalanya malas”. -  jika proposisi pokoknya muhmalah mûjabah, maka proposisi penentangnya

harus muhmalah sâlibah.

Contoh: “Adakalanya kendaraan itu berjalan dan adakalanya kendaraan

itu berhenti” >< “Tidaklah sama sekali kendaraan itu adakalanya berjalan

dan adakalanya berhenti”. 

D. Teknik Menarik Kesimpulan Melalui Pendekatan Tanâqudl  

 Jika ditinjau dari segi teknik penarikan kesimpulan, tanâqudl merupakan

salah satu dari teknik penarikan kesimpulan secara langsung (tharîqah al-istidlâl al- 

mubâsyar ). Disebut secara langsung dikarenakan penarikan kesimpulan dilakukan

dengan cara menerapkan “hukum keharusan” yang memang harus terjadi antara

dua proposisi yang mengalami kontradiksi; yaitu tidak mungkin dua-duanya benar

atau dua-duanya salah (lâ yushaddaqâni ma’an wa lâ yukadzdzabâni ma’an). Kesim-

pulan semacam ini bisa kita putuskan hanya dengan melihat satu proposisi— yang

sudah tentu benar dan bohongnya—saja. Oleh karena itu, teknik penarikan

kesimpulan ini dikategorikan sebagai penarikan kesimpulan secara langsung.14 

Dalam menarik kesimpulan dari dua proposisi yang mengalami kontradiksi

(al-qadliyyatân al-tanâqudlatân), ada beberapa langkah sistematis yang bisa kita ikutisupaya bentuk dan penarikan kesimpulan kita dari dua proposisi ini tidak keliru.

 Al-Musawî menjelaskan bahwa beberapa langkah yang bisa kita ikuti dalam penari-

kan kesimpulan ini adalah:

  Menentukan proposisi yang hendak dibuktikan benar dan bohongnya.

  Menentukan proposisi yang menjadi penentangnya.

  Memutuskan benar dan bohongnya proposisi penentang dengan beberapa

pembuktian.

  Menerapkan hukum kontradiktif; bahwa dua proposisi yang mengalami

kontradiksi tidak akan benar keduanya juga tidak akan bohong keduanya.  Menarik kesimpulan.

 Al-Musawi kemudian memberikan contoh penerapan langkah-langkah

tersebut, yaitu dalam menetapkan bohong dan benarnya proposisi “ruh itu tidak

ada”. 

  Proposisi yang hendak dibuktikan benar dan bohongnya adalah “ruh itu tidak

ada”. 

  Proposisi yang menjadi penentangnya adalah “ruh itu ada”. 

14 Disadur dari: al-Sayyid Husain al-Shadr, Durus fî ‘Ilm al -Manthiq, Tanqîh: Ibrâhîm Surûr,

(ttp.: Dâr al-Hadîts al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1426 H/2005 M), hal. 136-137.

Page 14: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 14/17

11

  Berdasarkan beberapa pembuktian yang telah dilakukan, kita dapat memu-

tusan bahwa proposisi “ruh itu ada” merupakan proposisi yang benar. 

  Menerapkan hukum kontradiktif; bahwa tidak mungkin dua proposisi yang

mengalami kontradiksi benar keduanya atau salah keduanya.

 

Menarik kesimpulan bahwa proposisi “ruh itu tidak ada” adalah proposisi yang statusnya bohong.15 

E.  Materi Tambahan (Mulhaq Tanâqudl )

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, dua proposisi yang mengalami

kontradiksi harus berbeda dari segi kuantitas (kam) dan kualitas (kaif )-nya.

Keadaan proposisi mûjibah kulliyyah  akan disebut ber-tanâqudl  (kontradiksi) jika

keadaan proposisi penentangnya sâlibah juz’iyyah,  demikian juga sebaliknya.

Tegasnya, masing-masing proposisi tersebut harus berbeda kuantitas dan

kualitasnya. Jika keadaannya demikian, maka dua proposisi tersebut bisa

dikategorikan sebagai proposisi yang tanâqudl (saling kontradiksi).

 Adapun jika perbedaannya hanya terjadi pada satu aspek saja (hanya dari

segi kuantitas sedang dari segi kualitasnya sama, atau sebaliknya), maka sebutan

bagi dua proposisi semacam ini terbagi kepada tiga bagian; (1) Tadâkhul 

(interferensif); (2) Dukhûl Tahta Tadlâdd (interferensif sub-kontrariatif); (2) Tadlâdd 

(kontrariatif). Tiga materi tersebut merupakan materi pelengkap (mulhaq)  bagi

materi tanâqudl. Menurut al-Muzhaffar, pengetahuan tentang materi ini akan

bermanfa’at juga dalam mengambil keputusan berdasarkan satu proposisi untuk

mengetahui status proposisi lain yang mempunyai keterkaitan denganya.

16

 1.  Tadâkhul  (interferensif) 

Tadâkhul atau mutadâkhilatân  adalah dua proposisi yang berbeda dalam

aspek kuantitas, namun sama dari segi kualitas (sama-sama mûjibah [afirmatif] atau

sama-sama sâlibah [negatif]). Dinamakan tadâkhul dikarenakan tercakupnya satu

proposisi oleh proposisi yang lain, seperti halnya  juz’iyyah  (partikular)  yang

tercakup oleh kulliyyah  (universal). Adapun mengenai hukum yang diterapkan

pada dua proposisi yang mutadâkhilatain ini adalah: 

 

 Jika proposisi kulliyyah benar, maka proposisi  juz’iyyah pun secara otomatisakan benar. Namun jika proposisi  juz’iyyah benar, maka proposisi kulliyyah 

belum tentu benar.

Contoh: Proposisi “setiap emas adalah logam” statusnya adalah benar. Kesim-

pulan tersebut mengharuskan kita untuk membenarkan pula proposisi

“sebagian emas adalah logam” secara pasti. 

   Jika proposisi juz’iyyah bohong, maka proposisi kulliyyah pun secara otomatis

akan bohong. Namun jika proposisi kulliyyah bohong, maka proposisi juz’iyyah

belum tentu bohong.

15 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, Op. Cit., hal. 284.16 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 170.

Page 15: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 15/17

12

Contoh: Proposisi “sebagian emas berwarna hitam” statusnya adalah bohong.

Kesimpulan tersebut mengharuskan kita untuk menganggap bohong pula

pada proposisi “setiap emas berwarna hitam”.17 

2. 

Tadlâdd  (kontrariatif) Tadâdldd atau mutadlâdân adalah dua proposisi yang berbeda dalam aspek

kualitas, namun dalam aspek kuantitas proposisi tersebut sama-sama kulliyyah

(universal). Adapun mengenai hukum yang diterapkannya adalah sebagai berikut:

   Jika salah satu dari proposisi tersebut benar, maka proposisi penentangnya

adalah bohong. Namun jika salah satu dari keduanya bohong, maka proposisi

penentangnya belum tentu benar. Artinya, kedua proposisi tersebut tidak

mungkin dua-duanya benar, namun keduanya mungkin bohong secara bersa-

maan.

Contoh:  Jika proposisi “setiap emas adalah logam” berstatus benar, makaproposisi “tidak ada satupun emas adalah logam” harus berstatus bohong.  

Namun  Jika proposisi “setiap logam adalah emas” statusnya bohong, maka

proposisi “tidak ada satupun logam adalah emas” tidak harus berstatus benar,

bahkan bisa jadi bohong menurut beberapa pembuktian. 18 

3.  Dukhûl Tahta Tadlâdd  (Inferensif Sub-Kontrariatif)

Dukhûl atau dâkhilân tahta tadlâdd adalah dua proposisi yang berbeda dalam

aspek kualitas, namun dalam aspek kuantitas proposisi tersebut sama-sama tertuju

secara juz’iyyah (partikular). Hukum yang diterapkannya adalah sebagai berikut:   Jika salah satunya berstatus bohong, maka proposisi yang lainnya harus

berstatus benar. Namun jika salah satunya benar, maka proposisi yang lainnya

belum tentu bohong. Artinya, kedua proposisi tersebut tidak mungkin dua-

duanya bohong, namun keduanya mungkin benar secara bersamaan.

Contoh: jika proposisi “sebagian emas berwarna hitam” statusnya bohong,

maka proposisi “sebagian emas tidak berwarna hitam” adalah benar. Namun

jika proposisi “sebagian logam adalah emas” statusnya benar, maka proposisi

“sebagian logam bukan emas” belum tentu berstatus bohong, bahkan bisa jadi

benar menurut beberapa pembuktian.19

 

Wallahu a’lam bish -shawwâb

17 ibid., al-Musawî, Op. Cit., hal. 292, dan al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 140.18 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 171, al-Musawî, Op. Cit., hal. 293, dan al-Sayyid

Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 141.19 Muhammad Ridlâ Muzhaffar, Op. Cit., hal. 171, al-Musawî, Op. Cit., hal. 293, dan al-Sayyid

Ra’id al-Haidarî, Op. Cit., vol. 2, hal. 141-142.

Page 16: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 16/17

13

BAB I

KESIMPULAN

Tanâqudl adalah Perbedaan antara dua proposisi dalam asepek kuantitas,

kualitas, dan segi tertentu dua poposisi tersebut; yang satu bersifat afirmatif dan yang lainnya negatif, sehingga mengharuskan salah satu dari substansi keduanya

atau isi kontradiktifnya berstatus benar dan yang lainnya berstatus bohong. Dua

proposisi tersebut masing-masing dinamakan al-ashl (proposisi pokok) dan al-naqîdl 

(proposisi penentang).

Ketika kita akan menghukumi bahwa dua proposisi itu telah mengalami

kontradiksi, maka dua proposisi tersebut harus memenuhi delapan kriteria yang

disyaratkan sama, dan dua kriteria yang disyaratkan berbeda. Delapan kriteria yang

disyaratlan sama itu adalah; sama dari segi maudlû, mahmûl, zamân, makân, quwwah

&  fi’l, kullî &  juz’î, syarth, dan idlâfah. Sedangkan dua riteria yang disyaratkanberbeda adalah; berbeda dari segi kam dan kaif -nya, sehingga rumus yang lahir dari

perbendaan ini adalah; jika keadaan proposisi pertanya mûjabah kulliyyah, maka

proposisi penentangnya harus juz’iyyah sâlibah, demikian juga sebaliknya. apabila

syarat-syarat ini telah terpenuhi, maka dua proposisi tersebut bisa dikatakan telah

mengalami kontradiksi, juga bisa ditentukan benar dan bohong salah saunya.

 Adapun mengenai langkah pertama dalam penarikan kesimpulan

dengannya adalah; menentukan proposisi yang hendak kita buktikan benar dan

bohongnya. Hadirkan pula proposisi penentang yang akan diperbandingkan

kemudian putuskan benar dan bohongnya. Setelah kita diputuskan benar danbohongnya proposisi penentang, maka secara otomatis kita akan tahu benar dan

bohongnya proposisi yang tengah kita teliti, dimana hukum tanâqudl mengharus-

kan kita untuk menghukumi benar salah satunya, sedang yang lainnya bohong

tidak boleh benar atau bohong dua-duanya. Dengan demikian, kesimpulan benar

dan bohongnya proposisi yang kita teliti pun bisa ditentukan secar langsung.

Selain itu, kita harus jeli jika melihat dua proposisi yang dinilai “semi-

kontradiktif”. Kita jangan terburu-buru menghukuminya sebagai bagian dari dua

proposisi yang tanâqudl. Hal itu dikarenakan, kadang terjadi di antara dua

proposisi tersebut; lahir kesimpulan benar keduanya, atau jika benar salah satunya,status yang lainnya bellum tentu benar dan bohongnya. Jika keadaannya

demikian, maka dua proposisi tersebut mengalami tadâkhul (interferensif). Atau

jika keadaan salah satu dari proposisi tersebut benar mengharuskan proposisi yang

lainnya bohong, namun jika salah satu dari keduanya bohong; proposisi yang

lainnya belum tentu benar, maka dua proposisi tersebut mengalami tadlâdd 

(kontrariatif). Demikian pula jika keadaan salah satunya berstatus bohong, maka

proposisi mengaruskan benar yang lainnya, namun jika salah satunya benar;

proposisi yang lainnya belum tentu bohong, maka itu dinamakan dukhûl tahta

tadlâdd  (interferensif sub-kontrariatif). Tiga macam ketentuan bukan tanâqudl melainkan hanya sebagai materi tambahan (mulhaq) tanâqudl. Wallahu a’lâm 

Page 17: Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

7/23/2019 Materi Ilmu Manthiq; Tanaqudl (Oposisi)

http://slidepdf.com/reader/full/materi-ilmu-manthiq-tanaqudl-oposisi 17/17

14

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Buku B. Arab:

 Abdul-Hâdi al-Fadlî, Mudzakkarah al-Manthiq, (Iran: Mu’assasah Dâr al-Kitâb al-

Islâmî, 1409 H).

 Ahmad al-Damanhûrî, Risâlah fî al-Manthiq; Idlâh al- Mubham fi Ma’ânî al -Sulam,

Tahqîq:  ‘Umar Farûq al-Thabbâ’, (Bairut: Maktabah al-Ma’ârif, cet. Ke-2,

1427 H/2006 M).

al-Sayyid Husain al-Shadr, Durus fî ‘Ilm al -Manthiq, Tanqîh: Ibrâhîm Surûr, (ttp.:

Dâr al-Hadîts al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1426 H/2005 M).

 Al-Sayyid Ra’id al-Haidarî, al-Muqarrar fî Taudlîh Manthiq al-Muzhaffar , (ttp.:

Mansyûrat Dzawî al-Qurbâ, cet. Ke-1, 1422 H).

Hasan Darwîs al-Quwaisnî, Syarh ‘alâ Matn al -Sulam fî al-Manthiq, (Mesir:

Mathba’ah Syarakah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî wa Aulâduh, 1379 H/1905

M).

Mahdî Fadlullah, al- Syamsiyyah fî Qawâ’id al -Manthiqiyyah, (Bairut: al-Markaz al-

Tsaqâfî al-‘Arabî, cet. Ke-1, 1998 M).

Muhammad bin Mahmûd bin Mukhtâr Fâl al-Syanqithî, al- Dlau’ al - Masyriq ‘alâ

Sulam al-Manthiq lil-Akhdlarî, Tahqîq, ‘Abul-Hamîd bin Muhammad al-

 Anshârî, (Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. Ke-1, 2007 M).

Muhammad Ridlâ Muzhaffar, al-Manthiq, (ttp.: Dâr al-Ta’âruf lil-Mathbû’ât, 1427

H/2006 M).

 Yûsuf Ahmad al-Mûsawî, al- Mursyid fî ‘Ilm al -Manthiq, (ttp.: Maktabah al-Fikr, cet.

Ke-1, 2007 M).

Rujukan Buku B. Indonesia:

Basiq Djalil, Logika; Ilmu Mantik, (Jakarta: Kencana, cet. Ke-2, 2012).

Sukriadi Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islami, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, cet. Ke-6, jan. 2012).

Software:

 Al-Maktabah al-Syâmilah

 Add Ins Quran In Word