83
MATRIKS 5 RUU PERTEMBAKAUAN 1. RUU PENGENDALIAN DAMPAK PRODUK TEMBAKAU TERHADADAP KESEHATAN (PDPPTK – Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan- 2009) 2. RUU PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT DARI BAHAYA ROKOK DAN PRODUK SEJENISNYA (PKMBRPS - Komisi Nasional Pengendalian Tembakau -2012) 3. RUU PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU (Badan Legislasi -2011) 4. RUU PERTEMBAKAUAN (Komite Nasional Penyelamat Kretek -2012) 5. RUU PERTEMBAKAUAN (Tim Revitalisasi Pertembakauan Jawa Timur- 2013) NO POKOK PENGATURAN RUU PDPPTK (2009) RUU PKMBRPS (2013) RUU PPT (2011) RUU PERTEMBAKAUAN (KNPK) RUU PERTEMBAKAUAN (Jatim) 1. ISI 13 Bab, 70 Pasal 11 Bab, 80 Pasal 17 Bab, 46 Pasal 13 bab, 57 Pasal 17 bab, 78 pasal LANDASAN FILOSOFIS Tembakau sudah sangat dikenal dalam masyarakat tradisional Indonesia, di samping digunakan sebagai bahan dasar (utama) dari kretek, juga digunakan sebagai susur dalam kegiatan mengunyah sirih (bentuk kearifan lokal) Kesehatan lingkungan merupakan hak asasi yang dijamin di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1), yang menyebutkan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup Negara berkewajiban untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta melindungi dan memajukan kesejahteraan umum; tembakau merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peranan strategis sebagai pertahanan hidup dan kehidupan serta mensejahterakan masyarakat; setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui pengusahaan di bidang pertembakauan; 1

Matriks 5 Ruu Pertembakauan

  • Upload
    andri

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Berbagai pandangan tentang isu tembakau di Indonesia

Citation preview

MATRIKS 5 RUU PERTEMBAKAUAN1. RUU PENGENDALIAN DAMPAK PRODUK TEMBAKAU TERHADADAP KESEHATAN (PDPPTK Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan- 2009)2. RUU PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT DARI BAHAYA ROKOK DAN PRODUK SEJENISNYA(PKMBRPS - Komisi Nasional Pengendalian Tembakau -2012)

3. RUU PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU (Badan Legislasi -2011)

4. RUU PERTEMBAKAUAN (Komite Nasional Penyelamat Kretek -2012)

5. RUU PERTEMBAKAUAN (Tim Revitalisasi Pertembakauan Jawa Timur- 2013)

NOPOKOK PENGATURANRUU PDPPTK (2009)RUU PKMBRPS (2013)RUU PPT (2011)RUU PERTEMBAKAUAN (KNPK)RUU PERTEMBAKAUAN (Jatim)

1.ISI13 Bab, 70 Pasal11 Bab, 80 Pasal17 Bab, 46 Pasal13 bab, 57 Pasal

17 bab, 78 pasal

LANDASAN FILOSOFISTembakau sudah sangat dikenal dalam masyarakat tradisional Indonesia, di samping digunakan sebagai bahan dasar (utama) dari kretek, juga digunakan sebagai susur dalam kegiatan mengunyah sirih (bentuk kearifan lokal)

Kesehatan lingkungan merupakan hak asasi yang dijamin di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1), yang menyebutkan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.Negara berkewajiban untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta melindungi dan memajukan kesejahteraan umum;

tembakau merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peranan strategis sebagai pertahanan hidup dan kehidupan serta mensejahterakan masyarakat;

setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui pengusahaan di bidang pertembakauan;

LANDASAN SOSIOLOGISTembakau merupakan salah satu zat adiktif yang dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu, masyarakat, dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga diperlukan upaya pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan

Meningkatnya prevalensi merokok dari tahun ke tahun yang tidak disadari sepenuhnya dapat membahayakan kesehatan perokok dan masyarakat.Produk tembakau berpengaruh terhadap kesehatan namun memiliki peran strategis dalam memajukan kesejahteraan rakyat;

Indonesia memiliki olahan hasil tembakau asli yang khas dan menjadi budaya bangsa berupa kretek yang memerlukan perlindungan pada aspek keberadaan dan industri pengelolanya;

pengusahaan dibidang pertembakauan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyediaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjaga kekayaan plasma nutfah tembakau khas Indonesia dan keberlangsungan kretek sebagai haritage nasional;

LANDASAN YURIDISPengaturan secara khusus dan tegas tentang pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan

Pengaturan didasarkan pada landasan yuridis bahwa Pemerintah wajib mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat, dengan memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat dan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari rokok dan produk sejenisnya, sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang optimal.

produk tembakau memerlukan pengendalian, sebagai upaya melindungi kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan dengan tetap melindungi dan memajukan kesejahteraan rakyat, sehingga memerlukan pengaturan dan kepastian hukum;

pengaturan tembakau dan olahan hasil tembakau asli yang khas dan menjadi budaya bangsa diperlukan untuk melindungi dan meningkatkan peranannya sebagai sumber hidup dan kehidupan serta mensejahterakan masyarakat;

pengaturan dibidang pertembakauan masih bersifat sektoral dan bermuatan pada pengaturan pemanfaatan hasil tembakau dan belum mengatur sistem pertembakauan nasional yang lebih komprehensif. Keterkaitan dengan undang-undang lain dalam RUU ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

KETENTUAN UMUM1. Produk Tembakau adalah olahan tembakau yang menghasilkan sigaret kretek mesin, sigaret putih mesin, sigaret kretek tangan, sigaret kretek tangan filter, sigaret putih tangan, sigaret putih tangan filter, sigaret kelembak menyan, cerutu, rokok daun (klobot), tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya.

1. Perlindungan kesehatan masyarakat adalah segala upaya untuk melindungi dan menjamin kesehatan setiap warga negara melalui pencegahan bahaya rokok dan produk sejenisnya.1. Pengendalian produk tembakau adalah upaya perlindungan kesehatan dan lingkungan dari dampak konsumsi produk tembakau dengan tetap melindungi kepentingan dan kesejahteraan petani.

2. Pertembakauan adalah segala kegiatan pengelolaan tembakau dan olahan hasil tembakau, serta pemanfaatan komoditas lain yang terkait dengan pertembakauan.1. Pertembakauan adalah segala kegiatan yang terkait dengan pengelolaan budidaya tembakau, industri hasil tembakau dan pemasarannya.

3. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang dihasilkan dari tanaman nicotin tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar, sianida, arsen, formalin, dan karbonmonoksida dengan atau tanpa bahan tambahan.

2. Penyelenggaraan perlindungan masyarakat dari bahaya rokok dan produk sejenisnya adalah upaya sistematis dan komprehensif melalui kegiatan pengendalian rokok dan produk sejenisnya, pengendalian distribusi dan penjualan, pengawasan pengemasan dan pelabelan, pengawasan iklan, promosi, dan pemberian sponsor, serta penerapan kawasan dilarang merokok.2. Produk Tembakau adalah hasil olahan tembakau yang dihasilkan dari tanaman nicotin tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya dan/atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar, dan karbonmonoksida dengan atau tanpa bahan tambahan.

4. Tembakau adalah tanaman spesies nicotin tabacum atau nicotiana rustica.2. Tembakau adalah tanaman spesies Nicotiana tabacum, L dan Nicotiana rustica, L.

5. Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan.

3. Rokok dan produk sejenisnya adalah produk yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari daun tembakau sebagai bahan baku yang diproduksi untuk dihisap, dikunyah, dihirup, atau dikonsumsi dengan cara lain.3. Rokok adalah produk tembakau terbungkus yang apabila dikonsumsi atau dihisap asapnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

6. Hasil tembakau merupakan olahan tembakau yang sebagian atau seluruhnya dibuat dari bahan baku daun tembakau yang dikonsumsi dengan cara dirokok, dihisap, dikunyah atau dihirup.3. Hasil Tembakau, adalah merupakan olahan tembakau yang sebagian atau seluruhnya dibuat dari bahan baku daun tembakau yang dikonsumsi dengan cara dirokok,dihisap, dikunyah atau dihirup.

7. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik.

4. Iklan dan promosi rokok dan produk sejenisnya adalah setiap bentuk komunikasi komersial, rekomendasi, atau tindakan yang bertujuan, berakibat, atau emungkinan berakibat mengenalkan rokok dan produk sejenisnya atau menggunakan rokok dan produk sejenisnya baik langsung maupun tidak langsung.

4. Iklan Produk Tembakau adalah setiap tulisan, gambar bergerak atau tidak, tanda, simbol atau gambar visual lain, suara, atau kombinasi dari keduanya atau lebih, yang dimaksudkan untuk mempromosikan kepada masyarakat, langsung maupun tidak langsung untuk mengkonsumsi, membeli, dan menggunakan produk tembakau.

5. Rokok adalah hasil olahan tembakau atau substitusinya yang dibuat dari tembakau rajangan yang dibungkus dengan cara dilinting tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.4. Rokok, adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nicotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan

6. Karbonmonoksida adalah senyawa kimia antara karbon dan oksigen yang berupa gas tanpa warna, tanpa bau, dan sangat beracun, yang dapat menyebabkan kematian jika dihirup.

5. Sponsor rokok dan produk sejenisnya adalah setiap bentuk kontribusi terhadap individu atau kelompok, kegiatan, atau acara yang bertujuan, berakibat, atau kemungkinan berakibat dan/atau dapat mempromosikan rokok dan produk sejenisnya dan/atau penggunaannya, baik langsung maupun tidak langsung.

5. Promosi Produk Tembakau adalah setiap bentuk komunikasi komersial, rekomendasi atau tindakan yang bertujuan atau yang mengakibatkan atau dapat mendorong penggunaan produk tembakau secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kretek adalah hasil olahan tembakau yang terbuat dari campuran bahan baku tembakau asli Indonesia dan cengkeh serta rempah-rempah lainnya yang ditanam di Indonesia, yang dibungkus dengan cara dilinting tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu. 5. Kretek, adalah rokok khas Indonesia sebagai hasil olahan beberapa jenis tembakau dicampur dengan cengkeh dan bahan tambahan lainnya yang diijinkan dan dibungkus dengan cara dilinting menggunakan berbagai bahan pembungkus tanpa atau menggunakan filter yang pembuatannya menggunakan tangan atau mesin.

8. Pengendalian dampak produk tembakau adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mencegah dan/atau menangani dampak konsumsi produk tembakau, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan.

6. Pelabelan pada kemasan rokok dan produk sejenisnya adalah setiap keterangan mengenai rokok dan produk sejenisnya yang berbentuk tulisan dan/atau gambar.6. Sponsor Produk Tembakau adalah setiap bentuk kontribusi dari pelaku usaha produk tembakau untuk kegiatan dan atau acara yang bertujuan atau mengakibatkan atau dapat mendorong penggunaan produk tembakau secara langsung maupun tidak langsung.

9. Petani adalah setiap warga negara Indonesia yang melakukan melakukan kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari produksi/budidaya, penanganan pasca panen, sarana produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.6. Perlindungan Pertembakauan, adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pengusahaan tembakau mulai dari budidaya tembakau, industri tembakau sampai dengan pemasaran produk tembakau.

10. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan produk tembakau.

7. Kemasan rokok dan produk sejenisnya adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus rokok dan produk sejenisnya baik yang bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan rokok dan produk sejenisnya.7. Label Produk Tembakau yang selanjutnya disebut label adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang berbentuk gambar dan/atau tulisan, yang merupakan bagian dari kemasan produk tembakau.

11. Kawasan tanpa rokok adalah tempat yang dilarang untuk merokok. (Pasal 1)

-

12. Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli produk tembakau. 8. Kawasan Dilarang Merokok adalah tempat, ruangan, atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok.8. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.

9. Badan adalah Badan Penyelenggara Perlindungan Masyarakat dari Bahaya Rokok dan Produk Sejenisnya, yang selanjutnya disingkat BP2MBR.

(pasal 1)9. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan produk tembakau.

10. Produsen adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan produksi produk tembakau.

11. Petani Tembakau dan/atau Cengkeh, yang selanjutnya disebut Petani, adalah setiap warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan untuk menghasilkan komoditas tembakau dan/atau cengkeh.

13.

12. Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk mengkonsumsi, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli produk tembakau.

ASASa. kemanfaatan;

b. keterpaduan dan keserasian;

c. kelestarian;

d. keadilan; dan

e. transparansi dan akuntabilitas.

TUJUANa. mencegah keinginan merokok pada setiap orang;

b. memberikan perlindungan bagi orang yang tidak merokok;

c. melindungi setiap orang dari bahaya merokok; dan

d. menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok.a. Mencegah perokok pemula;

b. Melindungi generasi sekarang dan yang akan datang dari bahaya konsumsi rokok dan produk sejenisnya;

c. Meminimalisasi keinginan setiap orang untuk mengkonsumsi rokok dan produk sejenisnya;

d. Memberikan perlindungan bagi orang yang tidak merokok;

e. Melindungi setiap orang dari bahaya merokok; dan

f. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari paparan asap rokok dan produk sejenisnya.

a. melindungi setiap orang dari bahaya konsumsi produk tembakau;

b. menciptakan udara dan lingkungan hidup yang baik dan sehat, bebas dari asap produk tembakau; dan

c. melindungi dan membina petani.

e. meningkatkan pendapatan masyarakat;

f. meningkatkan penerimaan negara;

g. meningkatkan penerimaan devisa negara;

h. menyediakan lapangan kerja;

i. meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;

j. mempertahankan olahan hasil tembakau asli yang khas Indonesia;

k. memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan

l. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

(Pasal 3)

a. melindungi budidaya tembakau;

b. melindungi industri hasil tembakau;

c. melindungi kretek nasional;

d. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan dibidang pertembakauan;

e. melindungi kepemilikan lahan perkebunan tembakau milik petani;

f. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat;

g. meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani tembakau;

h. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;

i. mempertahankan keseimbangan ekologis;

j. meningkatkan usaha diversifikasi industri hasil tembakau;

k. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;

l. meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;

m. memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri hasil tembakau;

n. menghasilkan tembakau yang rendah kandungan residu bahan berbahaya; dan

o. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pertembakauan meliputi:

a. Produksi dan Penjualan

b. Pengemasan dan Pelabelan

c. Harga dan Cukai

d. Kawasan Tanpa Rokok

e. Pengendalian dampak rokok

f. Kewajiban Pemerintah

g. Peran Masyarakat

Pengaturan agar tercipta dan terpelihara lingkungan yang bersih dan sehat yang bebas dari asap rokok dan produk sejenisnya.

h. Budi daya tembakau dan cengkeh;

i. Hasil tembakau dan cengkeh;

j. Produksi;

k. Perdagangan;

l. Iklan, promosi, dan sponsor;

m. Harga dan Cukai;

n. Kawasan Tanpa Rokok.

(Pasal 4)

a. perencanaan dan penetapan;

b. penelitian dan pengembangan;

c. pengembangan budidaya, industri hasil tembakau dan pemasaran

d. pemanfaatan;

e. pembinaan dan pengawasan;

f. pengendalian;

g. sistem informasi;

h. perlindungan dan pemberdayaan petani dan industri hasil tembakau;

i. pembiayaan;

j. dewan pertembakauan; dan

k. peran serta masyarakat.

HAK DAN KEWAJIBANMengatur tentang hak dan kewajiban setiap orang, berupa :

a. hak atas udara bersih dan menikmati udara yang bebas dari asap rokok.

b. hak atas informasi dan edukasi yang benar mengenai produk tembakau dan bahayanya bagi kesehatan.

c. hak mendapatkan penyuluhan dan/atau bimbingan untuk berhenti mengkonsumsi produk tembakau.

d. Kewajiban menciptakan dan memelihara lingkungan umum yang bersih dan sehat yang bebas dari asap rokok.

Mengatur tentang hak dan kewajiban setiap orang:

a. hak atas udara bersih dan menikmati udara yang bebas dari asap rokok dan produk sejenisnya.

b. hak atas informasi dan edukasi yang benar mengenai konsekuensi terhadap kesehatan, sifat adiksi, dan ancaman kematian yang diakibatkan oleh konsumsi dan paparan asap rokok dan produk sejenisnya.

c. hak untuk mendapatkan perlindungan dari paparan iklan, promosi, dan sponsor rokok dan produk sejenisnya.

d. hak untuk mendapatkan informasi tentang penyuluhan dan/atau bimbingan untuk berhenti mengkonsumsi rokok dan produk sejenisnya.

e. wajib menciptakan dan memelihara lingkungan yang bersih dan sehat yang bebas dari asap rokok dan produk sejenisnya di fasilitas kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja tertutup, tempat umum tertutup, dan tempat umum lainnya, meliputi namun tidak terbatas pad ataman kota, tempat rekreasi, halte, terminal angkutan umum, stasiun kereta api, tempat olah raga dan pasar tradisional.

(Pasal 4-8)

BUDI DAYA1. Hak setiap orang untuk melakukan budidaya tembakau dan komoditas lain yang terkait dengan produksi kretek, khususnya cengkeh.

2. Budidaya tembakau dan cengkeh dilakukan secara sistematis, terencana, dan komprehensif.

3. Budidaya tembakau dan cengkeh bertujuan:

a. menjamin pertanian perkebunan tembakau dan cengkeh;b. mengoptimalkan fungsi pertanian tembakau dan cengkeh rakyat untuk mencapai manfaat sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan serasi;c. mengoptimalkan kuantitas dan kualitas hasil panen tembakau dan cengkeh; dan

d. melindungi tembakau dan cengkeh beserta hasilnya sebagai komoditas strategis nasional dan bahan baku rokok dan kretek secara berkelanjutan.

4. Tugas Pemerintah dan Pemda dalam budidaya tembakau dan cengkeh:

a. memberikan pelayanan informasi iklim dan cuaca, bimbingan kultur teknis dan penanganan pasca panen;

b. penguatan kelembagaan ekonomi petani, pengembangan jejaring kerja serta kerjasama antar para pihak;

c. melakukan penelitian, pengembangan, pendidikan, latihan serta penyuluhan perkebunan tembakau dan cengkeh rakyat secara ber-kesinambungan.

(Pasal 5- Pasal 9)

PERENCANAAN DAN PENETAPANPengelolaan budidaya tembakau, industri hasil tembakau dan pemasaran tembakau dilaksanakan berdasarkan perencanaan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, mencakup aspek budidaya, industri hasil tembakau, dan pemasaran.

Perencanaan pertembakauan dilakukan berdasarkan: kebutuhan konsumsi tembakau Nasional; kebutuhan ekspor tembakau; peningkatan produktivitas dan kualitas; kebutuhan dan ketersediaan lahan yang sesuai; waktu tanam sesuai dengan prakiraan cuaca; kinerja pengusahaan pertembakauan

Perencanaan pertembakauan mencakup: wilayah; jenis tanaman tembakau; sumber daya manusia; kelembagaan; keterkaitan dan keterpaduan hulu-hilir; sarana dan prasarana; dan pembiayaan

Penetapan perencanaan budidaya tembakau, industri hasil tembakau, dan pemasaran tembakau dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 8 Pasal 14)

HASIL TEMBAKAUProduk tembakau dapat berupa:

a. rokok;

b. tembakau iris; danc. tembakau cair.Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. sigaret kretek mesin;

b. sigaret kretek tangan;

c. sigaret kretek tangan filter;

d. sigaret putih mesin;

e. sigaret putih tangan;

f. sigaret putih tangan filter;

g. sigaret kelembak menyan;

h. rokok daun; dan

i. cerutu.

1. Jenis-jenis hasil tembakau berupa: rokok; kretek; cerutu; rokok daun; dan tembakau iris.

2. Pengakuan dan pengaturan kretek sebagai warisan budaya bangsa yang wajib dilestarikan dan dikembangkan. Kretek memiliki bahan baku paling sedikit 10% (sepuluh persen) cengkeh dan 40% (empat puluh persen) tembakau rajangan asli Indonesia yang ditanam di Indonesia. (Pasal 10- Pasal 11)

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota melalui instrumen kebijakannya mewajibkan pelaku usaha industri hasil tembakau asing untuk melakukan alih teknologi dengan memperhatikan kearifan lokal dan budaya bangsa.. Penelitian dan pengembangan pertembakauan dilakukan dalam bidang budidaya, industri hasil tembakau, dan pemasaran.

(Pasal 15 Pasal 20)

PRODUKSI

Izin ProduksiDalam hal Produksi mengatur kewajiban dan pelarangan bagi para pelaku usaha, diantara :

a. pelaku usaha wajib melakukan pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi;

b. pelaku usaha dilarang menggunakan bahan tambahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dalam memproduksi rokok;

c. pelaku usaha wajib mendaftarkan semua produknya;

d. pelaku usaha harus melaksanakan good corporate governance, upah yang sesuai rata-rata industri lainnya, pemberian jaminan yang layak serta tunjangan hari tua bagi para pekerja di pabrik tembakau/rokok; dan

e. Pemerintah wajib melakukan pengendalian konsumsi rokok.

Pengendalian Produk Rokok dan sejenisnya, meliputi:

1. Pengendalian ditujukan pada semua jenis produk tembakau, baik diproduksi perorangan maupun pelaku usaha.

2. Pelaku usaha wajib memberikan informasi secara berkala kepada pejabat yang berwenang mengenai jenis dan kadar kandungan isi dan emisi setiap hasil produknya.

3. Pemerintah berwenang melakukan verifikasi terhadap informasi mengenai jenis dan kadar kandungan isi dan emisi yang diinformasikan pelaku usaha.

4. Pelaku usaha dilarang mengubah komposisi jenis dan kadar kandungan isi dan emisi setiap produknya sehingga tidak sesuai dengan yang sudah dilaporkan.

5. Pelaku usaha dilarang menggunakan bahan tambahan dalam proses produksi yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

6. Pelaku usaha wajib mendaftarkan semua rokok dan produk sejenisnya sebelum diedarkan.

(Pasal 9-13)

Produsen wajib memiliki izin usaha produksi produk tembakau yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

a. Produsen wajib melakukan pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi pada setiap hasil produksinya.

b. Pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi dilaksanakan di laboratorium yang sudah terakreditasi oleh Pemerintah.

c. Hasil pemeriksaan dilaporkan kepada pejabat yang berwenang.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

e. Produsen wajib mendaftarkan semua produk tembakaunya sekali sebelum diedarkan yang dilakukan pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.f. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Kewajiban produsen:

1. Memiliki izin usaha produksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Melakukan pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi tar dan nikotin pada setiap hasil produksinya kepada laboratorium yang sudah terakreditasi oleh Pemerintah. 3. Mendaftarkan semua produksinya sekali sebelum diedarkan kepada kementerian bidang perindustrian.4. Pada kretek, rokok daun, dan tembakau iris sebagai warisan budaya bangsa, maka kewajiban untuk melakukan pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi tar dan nikotin, dikecualikan. (Pasal 12- Pasal 16)

PENGEMBANGAN BUDIDAYA, INDUSTRI HASILTEMBAKAU DAN PEMASARAN Pengembangan budidaya tembakau dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi berdasar kebutuhan pasar, dan dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pelaku usaha di bidang budidaya tembakau.

Pengembangan budidaya tembakau yang dilakukan dengan ekstensifikasi dilakukan sekurang-kurangnya dengan: penetapan perluasan lahan, dan penentuan kesesuaian lahan dan agroklimat.

Penetapan perluasan lahan pengembangan budidaya tembakau, pelaku usaha pertembakauan sesuai dengan kepentingannya dapat diberikan hak atas tanah yang diperlukan untuk budidaya tembakau berupa hak milik, hak guna usaha, dan/atau hak pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penggunaan lahan untuk budidaya tembakau, luas maksimum ditetapkan oleh Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang perkebunan.

Hak Guna Usaha untuk budidaya tembakau diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun. Jangka waktu atas permohonan pemegang hak diberikan perpanjangan jangka waktu paling lama 25 (dua puluh lima) tahun oleh instansi yang berwenang di bidang pertanahan, jika pelaku usaha pertembakauan yang bersangkutan menurut penilaian Menteri, memenuhi seluruh kewajibannya dan melaksanakan pengelolaan budidaya tembakau sesuai dengan ketentuan teknis yang ditetapkan.

Bagian Kedua Pengembangan Industri Hasil Tembakau

Pelaku usaha industri hasil tembakau wajib memiliki izin usaha industri dan Nomor Pokok Pendaftaran Barang Kena Cukai (NPPBKC) yang ditetapkan oleh Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perindustrian. Sedangkan Nomor Pokok Pendaftaran Barang Kena Cukai (NPPBKC) dikeluarkan oleh Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan.

Industri hasil tembakau wajib menggunakan bahan baku tembakau yang dihasilkan di dalam negeri. Apabila ketersediaan bahan baku di dalam negeri tidak mencukupi, tidak memenuhi kualitas yang ditentukan dan/atau jenis tembakau yang dibutuhkan tidak dapat dihasilkan di dalam negeri maka industri hasil tembakau dapat melakukan impor. Importasi harus mendapatkan izin dari Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan yang dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perkebunan dan perindustrian

Bagian Ketiga Pemasaran

Pengembangan pemasaran dilakukan sekurang-kurangnya dengan: membangun sistem informasi pasar; membangun jejaring perdagangan dan sistem distribusi produk; membangun pencitraan merk dagang (brand image); menetapkan harga; mengendalikan dan mengawasi ekspor dan importasi; melakukan penetrasi pasar; dan menciptakan persaingan usaha yang sehat.

(Pasal 24 Pasal 40)

Pengemasan dan PelabelanDalam hal pengemasan dan pelabelan mengatur ketentuan yang harus disebutkan dalam setiap kemasan rokok:

a. Pengemasan dan Pelabelan diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia;

b. Dilarang menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan yang memberikan kesan bahwa produk tembakau/rokok tidak membahayakan;

c. Harus mencantumkan Hanya UntukDijual di Indonesia;

d. Setiap bungkus rokok berisi 20 (dua puluh) batang;

e. Pelaku usaha wajib memberikan informasi tentang jenis kandungan isi dan emisi produknya pada setiap bungkus rokok;

f. Informasi kandungan isi dan emisi pada tiap bungkus mencantumkan Produk ini mengandung bahan-bahan berbahaya.

g. Pelaku usaha harus mencantumkan peringaan kesehatan yang berbentuk gambar gangguan kesehatan (penyakit) akibat rokok;

h. Pelaku usaha harus melakukan rotasi peringatan kesehatan tersebut;

i. Harus ditetapkan satu ukuran kemasan atau bungkus rokok yang standar sehingga mempemudah pengawasan rokok yang beredar. Pengawasan Pengemasan dan Pelabelan

1. Pelaku usaha wajib mencantumkan pelabelan baik di dalam maupun di luar kemasan dengan menggunakan bahasa Indonesia, termasuk rokok dan produk sejenisnya yang diimpor.

2. Pelaku usaha dalam melakukan pengemasan dan pelabelan dilarang menggunakan segala bentuk informasi yang tidak benar, menyesatkan dan/atau tidak member kesan bahwa rokok dan produk sejenisnya kurang atau tidak membahayakan kesehatan.

3. Pelaku usaha wajib mencantumkan kode produksi pada setiap kemasan rokok dan produk sejenisnya yang dijual di Indonesia.

4. Pelaku usaha wajib mencantumkan kalimat Hanya untuk dijual di Indonesia pada kemasan rokok dan produk sejenisnya yang diproduksi.

5. Pelaku usaha dilarang mencantumkan gambar dan/atau angka yang menyangkut emisi pada kemasan dan label, baik di dalam maupun di luar, termasuk ketika digunakan sebagai bagian dari nama merek atau merek dagang.

6. Pelaku usaha dilarang mencantumkan informasi lain pada kemasan dan label rokok dan produk sejenisnya yang tidak diatur dalam UU ini.

7. Pelaku usaha wajib mencantumkan peringatan kesehatan pada setiap kemasan, baik di dalam maupun di luar kemasan rokok dan produk sejenisnya yang dijual di Indonesia dengan penempatan yang permanen, jelas dan mudah dibaca.

Mengenai peringatan ini diatur:

a. Peringatan kesehatan dimaksud berupa gambar dan tulisan dengan satu makna.

b. Dalam satu seri produksi, wajib mencantumkan 5 jenis peringatan kesehatan yang berbeda dengan porsi masing-masing 20% dari jumlah varian produk.

8. Setiap bungkus rokok memuat paling sedikit 20 (dua puluh) batang rokok.

(Pasal 14 22)Setiap kemasan tembakau produk tembakau harus sesuai dengan standart ukuran dan berat.

a. Kemasan tembakau iris harus memuat paling banyak 2.500 (dua ribu lima ratus) gram

b. Kemasan tembakau cair harus memuat paling banyak 50 (lima puluh) milliliter atau 50 (lima puluh) gram.

c. Setiap kemasan rokok sigaret kretek mesin, sigaret kretek tangan filter dan sigaret putih tangan filter paling sedikit memuat 12 (dua belas) batang;

d. Setiap kemasan rokok sigaret kretek tangan dan sigaret putih tangan paling sedikit memuat 10 (sepuluh) batang;

e. Setiap kemasan rokok sigaret putih mesin paling sedikit memuat 20 (dua puluh) batang;

f. Setiap kemasan rokok sigaret kelembak menyan, rokok daun dan cerutu paling sedikit memuat 6 (enam) batang.

g. Pada setiap kemasan produk tembakau, produsen wajib memenuhi ketentuan isi kemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.h. Pada setiap kemasan produk tembakau, produsen wajib mencantumkan:a. kalimat Hanya untuk dijual di Indonesia untuk yang dijual di Indonesia;

b. informasi tentang jenis kandungan dan emisi;

c. peringatan kesehatan; dan

d. kode produksi.Peringatan kesehatan disetiap kemasan berbentuk tulisan dan gambar

Tulisan berupa:

a. mengkonsumsi produk tembakau dapat menyebabkan penyakit pernapasan;

b. mengkonsumsi produk tembakau dapat menyebabkan kanker;

c. mengkonsumsi produk tembakau dapat menyebabkan penyakit jantung

d. mengkonsumsi produk tembakau dapat menyebabkan impotensi; atau

e. mengkonsumsi produk tembakau dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin.

(2) Gambar berupa gambar yang mencerminkan:

a. penyakit pernapasan;

b. penyakit kanker;

c. penyakit jantung;

d. impotensi; atau

e. gangguan kehamilan dan janin.

(3) Dalam satu seri produksi, jenis peringatan kesehatan berupa tulisan dan gambar dicantumkan secara seimbang. Tulisan dan gambar harus satu makna. Tulisan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. dicantumkan pada salah satu sisi lebar kemasan;

b. dibuat kotak dengan garis pinggir 1 (satu) milimeter;

c. warna kontras antara warna dasar dan tulisan; dan

d. ukuran tulisan sekurang-kurangnya 5 (lima) milimeter;

Gambar harus memenuhi syarat yang dicantumkan di atas tulisan dan ukuran gambar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali ukuran kotak tulisan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tulisan dan/atau bentuk gambar diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Produsen wajib menggunakan bahasa Indonesia pada setiap pelabelan kemasan produk tembakau yang beredar di Indonesia.

Produsen dalam melakukan pelabelan dan pengemasan dilarang menggunakan kata atau kalimat yang memberikan pengertian produk tembakau tidak berbahaya untuk kesehatan.

9. Pengemasan hasil tembakau diatur secara berbeda, yaitu:

a. rokok sigaret putih mesin paling sedikit memuat 20 (dua puluh) batang;

b. rokok sigaret putih tangan filter, kretek mesin, dan kretek tangan filter paling sedikit memuat 12 (dua belas) batang;

c. rokok sigaret putih tangan, kretek tangan paling sedikit memuat 10 (sepuluh) batang; dan

d. cerutu dan rokok daun serta kretek kelemba menyan, paling sedikit 6 (enam) batang. 10. Pada pelabelan setiap kemasan rokok, setiap produsen wajib mencantumkan label:

e. kalimat hanya untuk dijual di Indonesia untuk rokok yang dijual di Indonesia;

f. informasi tentang jenis kandungan dan emisi pada bagian kemasan secara jelas dan mudah dibaca.;

g. peringatan kesehatan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; dan

h. kode produksi yang dicantumkan secara jelas.(Pasal 17- Pasal 23)

PEMANFAATAN Tembakau dapat dimanfaatkan untuk: bahan baku rokok dan cerutu; obat-obatan; insektisida nabati; sumber protein nabati; pupuk organik; parfum; dan minyak nabati. Spesifikasi teknis produk dari pemanfaatan tembakau sesuai dengan kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun, biji, batang, bunga, akar dan kulit batang tembakau.

(Pasal 43)

PERDAGANGAN/

PENJUALANSedangkan dalam hal penjualan mengatur pelarangan menjual dan mengkomsumsi produk tembakau pada anak dibawah usia 18 tahun, termasuk memafaatkan anak dalam proses distribusi, penjualan, dan promosi produk tembakau.

Pengendalian distribusi dan penjualan, meliputi:

1. Setiap orang dilarang menjual rokok dan produk sejenisnya kepada anak dibawah usia 18 tahun (bila terdapat keraguan dibuktikan dengan KTP).

2. Pelaku usaha dilarang memanfaatkan anak di bawah usia 18 tahun dalam proses produksi dan distribusi rokok dan produk sejenisnya.

3. Setiap orang dilarang menjual rokok dan produk sejenisnya secara batang per batang kepada konsumen.

4. Setiap orang dilarang menjual tembakau iris dibawah 30 gram.

5. Pelaku usaha dilarang menjual rokok dan produk sejenisnya dengan menggunakan mesin layan diri, secara online, jasa perorangan, dan jasa pengiriman.

6. Setiap orang dilarang menjual rokok dan produk sejenisnya di lingkungan fasilitas kesehatan, tempat proses belajar-mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, tempat kegiatan olah raga, dan angkutan umum.

7. Setiap orang dilarang menjual rokok dan produk sejenisnya dengan cara memajang atau menempatkannya pada tempat yang mudah terlihat dan terjangkau langsung oleh pembeli.(Pasal 23 30)a. Pelaku usaha dapat melakukan penjualan produk tembakau.

b. Pelaku usaha dilarang menjual produk tembakau dengan menggunakan mesin layan diri.

Setiap orang dilarang menjual dan/atau memberikan produk tembakau kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun.

Pengaturan perdagangan, meliputi:

1. Keleluasaan bagi setiap orang melakukan perdagangan tembakau atau hasil tembakau dalam perdagangan dalam negeri; ekspor; dan impor.

2. Pengaturan mengenai impor tembakau dan cengkeh yang dapat dilakukan apabila tembakau dan cengkeh dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional.

3. Pelarangan penjualan hasil tembakau dengan mesin layan diri.4. Pelarangan penjualan hasil tembakau untuk dikonsumsi anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun. Jika mereka mengkonsumsiya, maka menjadi kewajiban Pemerintah untuk melakukan pembinaan. (Pasal 25- Pasal 28)

Expor dan Importa. Ekspor dan impor bahan baku produk tembakau dan produk tembakau dikendalikan oleh pemerintah.

b. Impor dapat dilakukan apabila tembakau dan cengkeh dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional.

c. Impor tembakau atau cengkeh paling banyak 10% (sepuluh persen) dari kebutuhan nasional.d. Impor hanya dapat dilaksanakan melalui satu pelabuhan untuk kawasan barat Indonesia dan satu pelabuhan untuk kawasan timur Indonesia.Ketentuan lebih lanjut mengenai impor diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan: pembinaan setiap orang dan/atau badan usaha yang terikat dengan budidaya dan pemanfaatan tembakau.

Untuk menjamin tercapainya keberlangsungan dan keberlanjutan Pertembakauan dilakukan pengawasan terhadap: perencanaan dan penetapan; penelitian dan pengembangan; pemanfaatan; budidaya; industri hasil tembakau; pemasaran; pembinaan; dan pengendalian.

(Pasal 44 Pasal 45)

IKLAN, PROMOSI, DAN SPONSORLarangan iklan, promosi, dan pemberian sponsor

meliputi:

1. Pelaku usaha dilarang mengiklankan dan/atau mempromosikan rokok dan produk sejenisnya.

2. Pelaku usaha dilarang memberikan, menerima, atau memfasilitasi pemberian sponsor rokok dan produk sejenisnya.

3. Larangan sebagaimana yang dimaksud di atas termasuk dan tidak terbatas pada segala bentuk media, komunikasi komersial, rekomendasi atau tindakan yang bertujuan atau mempunyai dampak atau setidaknya member kesan pada promosi industri, produk, serta konsumsi rokok dan produk sejenisnya.

4. Setiap orang dilarang terlibat langsung dalam inisiasi produksi dan proses penyelenggaraan iklan, promosi dan sponsor rokok dan produk sejenisnya.

5. Setiap orang yang memiliki tugas untuk menghapus konten iklan dan promosi tetapi tidak melakukannya dianggap melakukan perbuatan melawan hukum.

6. Larangan promosi termasuk namun tidak terbatas pada promosi yang dilakukan dengan memberikan secara cuma-cuma, potongan harga, hadiah rokok atau produk lainnya yang mencantumkan nama, logo, warna dan/atau merek dagang rokok dan produk sejenisnya.

7. Pemberian sponsor meliputi namun tidak terbatas pada pemberian dalam bentuk dana, penyelenggaraan kegiatan, rokok dan produk sejenisnya, dan/atau produk lainnya yang mencantumkan nama, logo, warna, dan/atau merek dagang rokok dan produk sejenis tersebut.

(Pasal 31 - Pasal 37)

Pelaku usaha dilarang melakukan iklan dan promosi produk tembakau yang bermaterikan:

a. merangsang atau menyarankan orang untuk mengkonsumsi produk tembakau;

b. menggambarkan atau menyarankan bahwa mengkonsumsi produk tembakau memberikan manfaat bagi kesehatan;

c. gambar, tulisan atau gabungan keduanya, bungkus produk tembakau, produk tembakau, atau orang yang sedang mengkonsumsi produk tembakau, atau mengarah pada orang yang sedang mengkonsumsi produk tembakau;

d. ditujukan terhadap, atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil;

e. mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah produk tembakau; dan/atau

f. bertentangan dengan norma yang berlaku bagi masyarakat;

Pelaku usaha dilarang melakukan iklan dan promosi produk tembakau di media elektronik, media cetak, atau media luar ruang tanpa mencantumkan peringatan kesehatan.

Pencantuman peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dengan huruf yang jelas, mudah dibaca, dan proporsional.

Pelaku usaha dapat melakukan iklan produk tembakau pada media elektronik hanya pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat.

Pelaku usaha dilarang melakukan iklan, promosi, dan sponsor dalam kegiatan yang ditujukan untuk anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun.

Pelaku usaha dalam melakukan promosi dan sponsor dilarang memberikan produk tembakau secara cuma-cuma.

Pelaku usaha dilarang memanfaatkan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dalam proses produksi, distribusi, penjualan, dan promosi produk tembakau.

1. Iklan, promosi, dan sponsor berisi mengenai mengenai pembatasan iklan, promosi, dan sponsor, meski diakui adanya kebebasan bagi setiap orang dapat melakukan iklan, promosi, dan sponsor hasil tembakau.

2. Larangan iklan dan promosi hasil tembakau dengan materi:

a. merangsang atau menyarankan orang untuk merokok;

b. menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan;

c. menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok, atau orang yang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok;

d. ditujukan terhadap, atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil;

e. mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok; dan/atau

f. bertentangan dengan norma yang berlaku bagi masyarakat;

3. Pembatasan iklan dan promosi pada media elektronik yang hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat.

4. Pengaturan bahwa setiap iklan pada media elektronik, media cetak dan media luar ruang harus mencantumkan peringatan bahaya merokok bagi kesehatan dengan tulisan yang jelas, mudah dibaca, dan proporsional.

5. Larangan promosi dengan memberikan secara gratis hadiah hasil tembakau terhadap setiap pembelian hasil tembakau.

6. Larangan memanfaatkan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dalam promosi hasil tembakau.

7. Larangan melakukan sponsorship untuk kegiatan yang ditujukan untuk anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun.

8. Kewajiban mencantumkan peringatan kesehatan pada setiap sponshorsip. (Pasal 29- Pasal 36)

PENGENDALIAN Pengendalian dampak rokok dilakukan melalui pengendalian peredaran dan perdagangan tembakau/rokok, pengendalian; periklanan, promosi dan pemberian sponsor; dan pengembangan kawasan bebas rokok. Pengendalian Pertembakauan dilakukan dalam bidang: budidaya; industri hasil tembakau; dan pemasaran. Pengendalian dalam bidang budidaya dilakukan dengan: perluasan lahan penanaman tembakau di lahan yang sesuai; pembatasan residu agrokimia dan benda selain tembakau; pencegahan pencampuran mutu dan jenis tembakau asalan; luas areal penanaman tembakau disesuaikan dengan permintaan pasar; penggunaaan sarana dan prasarana produksi yang sesuai dengan pedoman budidaya tembakau yang baik; dan pemanfaatan varietas unggul bersertifikat.

Pengendalian dalam bidang industri hasil tembakau dapat dilakukan dengan: pengujian kanduangan tar dan nicotin secara periodik oleh laboratorium yang terakreditasi; hasil pengujian harus dicantumkan dalam kemasan produk; pencantuman identitas produk dalam kemasan; penggunaan bahan tambahan berbahaya dalam memproduksi rokok dan cerutu; penerapan prinsip pengolahan industri hasil tembakau yang baik (Good Manufactoring Practices); pengenaan pajak dan cukai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan/atau pemberantasan produk rokok dan cerutu ilegal.

Pengendalian dalam bidang pemasaran dapat dilakukan dengan: pelarangan pencampuran tembakau asalan antar jenis; perijinan gudang untuk pembelian, pengolahan dan penyimpanan; penetapan waktu pembelian disesuaikan dengan musim panen tembakau oleh pemerintah berdasarkan hasil musyawarah antara pelaku usaha dan petani; pemasaran tembakau di tingkat internasional disesuaikan standar mutu yang berlaku.

(Pasal 49 Pasal 52)

HARGA

DAN CUKAITerkait Harga dan Cukai mengatur beberapa hal, yaitu :

a. cukai dikenakan kepada barang-barang yang mempunyai sifat: konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup atau pemakaiannya perlu pembebanan punguttan negara demi keadilan dan keseimbangan.

b. Besarnya cukai paling sedikit 65% dari harga penjualan dengan penyederhanaan menjadi satu tarif untuk semua produk tembakau. Penetapan besaran 65 persen masih lebih rendah dari rata-rata standar internasional.

c. tembakau iris (rajangan) harus dikenakan cukai untuk meningkatkan biaya pembuatan rokok buatan sendiri (bukan pabrikan).

d. 10% dari seluruh penerimaan negara yang didapat dari cukai rokok harus digunakan untuk sektor kesehatan khususnya pendanaan edukasi dan pencegahan merokok, dan pengalihan tanaman tembakau. Pengalokasian dana ini diperuntukkan untuk pemerintah daerah. Hal ini untuk mengakomodasi semangat otonomi daerah.

e. Harus diadakan pengawasan secara ketat untuk menghindari adanya tembakau/rokok ilegal atau penyelundupan.

1. Penetapan cukai rokok yang tinggi untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya rokok dan sejenisnya.

2. Sebagian penerimaan cukai rokok dialokasikan untuk informasi dan edukasi, penelitian terkait, dan pemberian jasa konseling dan penyediaan klinik terapi berhenti merokok.

Pengelolaan alokasi cukai tersebut dikelola oleh BP2MBR

(Pasal 48-49)Pemerintah menetapkan kebijakan harga dan cukai produk tembakau.

Harga dan cukai produk tembakau yang menggunakan tembakau dan/atau cengkeh impor ditentukan paling sedikit dua kali lebih besar dibanding harga dan cukai produk tembakau dengan tembakau dan/atau cengkeh dalam negeri.

Ketentuan lebih lanjut mengenai harga dan cukai produk tembakau diatur dalam peraturan perundang-undangan.

3. Pemerintah menetapkan kebijakan harga dan cukai hasil tembakau dengan pengaturan:

a. Penetapan tarif cukai hasil tembakau dilakukan dengan strata tarif berjenjang berdasarkan penggolongan pengusaha pabrik.

b. Cukai merupakan satu-satunya jenis pungutan negara atas hasil tembakau.

4. Kewajiban pemasangan pita cukai dalam setiap bungkus hasil tembakau yang dijual.

(Pasal 37- Pasal 40)

SISTEM INFORMASI a. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan Sistem Informasi Pertembakauan yang dapat diakses oleh masyarakat. Informasi tersebut wajib disampaikan setiap tahun kepada: Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah dalam hal informasi Pertembakauan oleh Dewan Pertembakauan Nasional; Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dalam hal informasi Pertembakauan oleh Dewan Pertembakauan Provinsi; dan Bupati/walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam hal informasi Pertembakauan kabupaten/kota oleh Dewan Pertembakauan Kabupaten/Kota.

(Pasal 54)

KAWASAN TANPA ROKOK

(KTR)Untuk kawasan tanpa rokok mengatur antara lain :

a. Larangan merokok di tempat umum dan tempat kerja serta tempat ibadah (rumah sakit, kantor, sekolah, rumah ibadah, kendaraan umum dan sebagainya);

b. Tempat umum harus dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) melalui regulasi;

d. Pimpinan atau Pengelola suatu tempat umum wajib menjalankan dan mengawasi jalannya KTR;

e. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengadakan sosialisasi secara besar-besaran akan akibat rokok bagi kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, lingkungan hidup, dan bangsa secara menyeluruh efisien dan efektif.

Penetapan Kawasan Dilarang Merokok

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan Kawasan Dilarang Merokok yang meliputi:

a. Tempat umum tertutup,

b. Tempat kerja tertutup,

c. Angkutan umum

d. Fasilitas kesehatan masyarakat

e. Tempat proses belajar mengajar

f. Tempat bermain anak

g. Tempat ibadah

h. Tempat lain yang ditetapkan seperti taman kota, tempat rekreasi, halte, terminal angkutan umum, stasiun, tempat kegiatan olah raga, dan pasar tradisional.

i. Rumah dan kendaraan pribadi dimana ada orang yang tidak merokok

2. Pemilik, pengelola, manager, pimpinan, dan penanggung jawab Kawasan Dilarang Merokok bertanggung jawab atas pelaksanaan KDM

3. Pemilik, pengelola, manager, pimpinan, dan penanggung jawab Kawasan Dilarang Merokok berkewajiban memasang tanda rambu dilarang merokok, melarang adanya asbak di KDM, melarang setia orang merokok di KDM, menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat dan mengambil tindakan untuk memastikan kepatuhan.

4. Setiap orang dilarang nerokok di Kawasan Dilarang Merokok.

(Pasal 38 - Pasal 40)

Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah pemerintahannya.

Kawasan Tanpa Rokok adalah meliputi:

a. fasilitas kesehatan;

b. tempat proses belajar mengajar;

c. tempat anak bermain;

d. tempat ibadah;

e. angkutan umum;

f. tempat kerja;

g. tempat umum; dan

h. tempat resmi acara kelembagaan negara.

Untuk mengkonsumsi produk tembakau dapat menyediakan tempat khusus untuk mengkonsumsi produk tembakau dan harus memenuhi kualifikasi tertentu.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Setiap orang dilarang mengkonsumsi, produk tembakau di kawasan tanpa rokok

Setiap orang dilarang menjual, membeli, melakukan iklan dan promosi produk tembakau di kawasan tanpa rokok kecuali pada tempat umum.

Pimpinan atau penanggung jawab kawasan tanpa rokok berkewajiban mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Pengaturan KTR yang ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemda, antara lain meliputi:

i. fasilitas pelayanan kesehatan;

j. tempat proses belajar mengajar formal bagi anak berusia di bawah usia 18 (delapan belas) tahun;

k. tempat anak bermain;

l. angkutan umum;

m. tempat kerja dengan persyaratan harus menyediakan kawasan khusus untuk merokok; dan

n. lokasi yang rentan terhadap bahaya kebakaran.

(Pasal 41- Pasal 42)

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DAN INDUSTRI HASIL TEMBAKAU Perlindungan petani dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan:

a. menjamin kebebasan budidaya tembakau dan cengkeh sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. melakukan penelitian dan pengembangan bahan baku dan produk tembakau secara berkelanjutan;

c. membina petani melakukan budidaya, penanganan, dan pemasaran tembakau dan cengkeh yang baik;

d. menjamin hasil panen tembakau dan cengkeh dari petani dibeli oleh produsen;

e. menjamin keseimbangan penawaran dan permintaan tembakau dan cengkeh dalam negeri;

f. memberikan kemudahan petani untuk memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan; dan

g. memberikan informasi yang tepat dan mutakhir mengenai harga, sarana produksi, dan pasar.

Perlindungan petani oleh produsen dilakukan dengan:

a. membeli tembakau dan cengkeh dari petani;b. melakukan pembinaan terhadap petani agar hasil produksinya memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan; danc. melaksanakan kemitraan dengan petani.

Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota wajib melindungi dan memberdayakan petani, kelompok petani, koperasi petani, serta asosiasi petani. Bentuk perlindungan berupa pemberian jaminan: harga komoditas tembakau yang menguntungkan (jaminan pembelian); ketercukupan dan kemudahan akses untuk memperoleh sarana produksi dan prasarana pertanian; pemasaran hasil tembakau; pengutamaan hasil tembakau untuk memenuhi kebutuhan industri hasil tembakau nasional; proteksi importasi tembakau yang jenis tembakaunya dapat diproduksi dalam negeri; ganti rugi akibat gagal panen karena gangguan alam (forcemajeur); dan/atau keberlangsungan pengusahaan tembakau.

Pemberdayaan petani tembakau dilakukan dengan: penguatan kelembagaan petani; penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian; penyuluhan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia; pemberian fasilitas sumber pembiayaan/permodalan; pembentukan lembaga pembiayaan petani; mendorong terbentuknya kemitraan sinergis antara industri hasil tembakau dengan petani; pengembangan infrastruktur pertanian; penghargaan bagi petani berprestasi tinggi dan/atau pemberian kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.

Pemberian fasilitas sumber pembiayaan/permodalan, sebagai bagian dari pemberdayaan petani dapat berasal dari: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terutama yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT); dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari badan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau dana masyarakat.

Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota wajib melindungi dan memberdayakan Industri Hasil Tembakau. Perlindungan industri hasil tembakau berupa pemberian jaminan: kepastian hukum; keberlangsungan usaha; ketersediaan bahan baku yang dicukupi terutama dari dalam negeri; akses pasar dalam dan luar negeri; persaingan usaha yang sehat; proteksi importasi industri hasil tembakau yang telah mampu diproduksi oleh industri hasil tembakau dalam negeri; dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI).

Pemberdayaan industri hasil tembakau dilakukan melalui: kemudahan perizinan; akses modal, teknologi dan informasi yang berimbang; pembentukan kawasan/klaster industri kecil; pembinaan SDM pelaku industri hasil tembakau skala kecil; penguatan kelembagaan industri hasil tembakau; penyederhanaan tarif cukai; penguatan dan perluasan jaringan pasar; menumbuhkembangkan industri diversifikasi hasil tembakau; peningkatan standar dan kualitas produk.

(Pasal 57 Pasal 65)

PEMBIAYAAN Pembiayaan pertembakauan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, pelaku usaha di bidang pertembakauan, masyarakat, dan/atau lembaga pendanaan dalam dan luar negeri.

Pemerintah mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga keuangan pertembakauan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik usaha pertembakauan.

Pembiayaan yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diutamakan untuk petani tembakau.

(Pasal 66)

DEWAN PERTEMBAKAUAN Dalam rangka menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pengusahaan tembakau dibentuk Dewan Pertembakauan Nasional. Pembentukan Dewan Pertembakauan Nasional sebagai forum koordinasi bagi penetapan kebijakan umum di bidang pertembakauan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Dewan Pertembakauan Nasional beranggotakan dari unsur: Pemerintah; Asosiasi Industri Hasil Tembakau; Asosiasi Petani Tembakau; Akademisi; Pakar di bidang pertembakauan; dan Peneliti. Dewan Pertembakauan Nasional diketuai oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang perkebunan, dan dibentuk dengan Keputusan Presiden..

Di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dibentuk Dewan Pertembakauan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab kepada Gubernur dan

Bupati/Walikota dengan Keputusan Gubernur dan Bupati/Walikota.

(Pasal 68 Pasal 70)

KELEMBAGAAN1. Terdapat Badan Penyelenggara Perlindungan Masyarakat dari Bahaya Rokok dan Produk Sejenisnya (BP2MBR)

2. BP2MBR beranggotakan wakil-wakil instansi pemerintah terkait.

3. Tugas dan Wewenang BP2MBR

a. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;

b. Melakukan kajian, analisis, masukan terhadap penyusunan RUU yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan masyarakat;

c. Mengumpulkan data dan informasi;

d. Menerima pengaduan masyarakat;

e. Memberikan laporan kepada pihak berwajib terkait pelanggaran UU ini;

f. Menarik produk rokok dan sejenisnya yang melakukan pelanggaran terhadap UU ini;

g. Memberikan rekomendasi pencabutan izin usaha yang melanggar ketentuan UU ini.

4. Pendanaan BP2MBR

Sumber pendanaan BP2MBR dibebankan kepada APBN

(Pasal 41- 47)

KEWAJIBAN PEMERINTAHTerkait peran pemerintah, RUU ini mengatur kewajiban pemerintah, diantaranya :

d. Pemerintah wajib meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya merokok bagi kesehatan

e. Pemerintah wajib memfasilitasi tersedianya layanan kesehatan dan pusat rehabilitasi untuk diagnosa, konseling, pencegahan dan perawatan ketergantungan terhadap produk tembakau.

f. Pemerintah wajib memberi kemudahan dan keterjangkauan biaya untuk perawatan ketergantungan terhadap produk tembakau.

Kewajiban pemerintah:

1. Memprioritaskan perlindungan kesehatan individu dan masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya dan pengaruh rokok dan asap rokok serta manfaat berhenti merokok dan hidup tanpa asap rokok.

3. Menjamin tersedianya informasi layanan kesehatan dan pusat rehabilitasi untuk diagnosa, konseling, pencegahan dan perawatan ketergantungan terhadap rokok dan produk sejenisnya.

4. Memberikan kemudahan dan keterjangkauan biaya untuk perawatan ketergantungan terhadap rokok dan produk sejenisnya.

5. Dapat melakukan pertukaran informasi mengenai perdagangan rokok dan produk sejenisnya dengan negara lain.

6. Dapat melakukan kerjasama internasional dalam pelarangan terhadap iklan dan promosi serta pemberian sponsor rokok dan produk sejenisnya di luar batas territorial suatu negara.

7. Dapat mengadakan kerjasama antara lembaga-lembaga nasional, regional, dan internasinal dalam penanganan perdagangan rokok dan produk sejenisnya.

8. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan program perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak rokok dan produk sejenisnya.

(Pasal 50 -57)Perlindungan kesehatan dari dampak produk tembakau dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan;

a. memberikan informasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak bahaya mengkonsumsi produk tembakau bagi kesehatan.

b. memfasilitasi tersedianya layanan kesehatan untuk diagnosa, konseling, pencegahan dan perawatan ketergantungan terhadap produk tembakau; dan

c. memberi kemudahan dan keterjangkauan biaya untuk layanan kesehatan akibat ketergantungan terhadap konsumsi produk tembakau.

PERAN SERTA MASYARAKAT Setiap masyarakat, termasuk organisasi masyarakat berperan serta secara aktif untuk memberikan masukan sekaligus pengawasan terhadap jalannya pengendalian tembakau/rokok.Peranserta masyarakat diarahkan untuk meningkatkan dan mendayagunakan kemampuan yang ada dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Peranserta ini dapat dilakukan secara:

1. perorangan

2. kelompok3. badan hukum4. badan usaha5. lembaga6. organisasi.Peranserta masyarakat dilaksanakan melalui:

a. pemikiran dan pertimbangan berkenaan penentuan kebijaksanaan pelaksanaan program perlindungan kesehatan masyarakat terkait rokok dan produk sejenisnya.

b. Penyelenggaraan, pemberian bantuan dan/atau kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan penanggulangan bahaya rokok dan produk sejenisnya terhadap kesehatan.

c. pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana bagi perlindungan kesehatan masyarakat dari akibat rokok dan produk sejenisnya.

d. pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat mengenai perlindungan kesehatan

masyarakat dari dampak rokok dan produk sejenisnya.

e. pengawasan terhadap program perlindungan kesehatan masyarakat

dari dampak rokok dan produk sejenisnya.

f. melakukan upaya hukum.

g. penyediaan akses pada program pendidikan dan penyadaran masyarakat yang komprehensif.

h. penyadaran masyarakat dan akses terhadap informasi tentang dampak negatif/akibat merokok terhadap kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.

i. peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok dan produk sejenisnya, pengaruh asap rokok dan produk sejenisnya, manfaat berhenti merokok dan hidup tanpa asap rokok dan produk sejenisnya.

j. pelatihan yang efektif dan tepat.

k. peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam perlindungan kesehatan masyarakat dari akibat rokok dan produk sejenisnya.

l. pemeliharaan kelangsungan Kawasan Dilarang Merokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

Terkait Kawasan Dilarang Merokok (KDM), masyarakat berperan serta dalam:

1. mengajukan penetapan KDM;

2. memberikan teguran terhadap orang yang merokok di KDM;

3. melaporkan orang yang merokok di KDM kepada pemilik, pengelola, manager, pimpinan dan penanggung jawab tempat umum atau tempat kerja tersebut;

4. melaporkan pemilik, pengelola, manager, pimpinan dan penanggung jawab KDM yang tidak menegakkan peraturan KDM kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

(Pasal 58 -62)Masyarakat dapat berperan dalam pengendalian produk tembakau melalui:a. usulan, pertimbangan, saran, dan pengawasan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengenai program pengendalian produk tembakau;

b. penyelenggaraan, pemberian bantuan dan/atau kerja sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan penanggulangan bahaya mengkonsumsi produk tembakau;

c. pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana terhadap pengendalian produk tembakau;

d. pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat mengenai pengendalian produk tembakau; dan/atau

e. mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok melalui:

1. mengajukan penetapan Kawasan Tanpa Rokok kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau

2. memelihara kelangsungan Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Selain itu masyarakat dapat berperan melalui :

a. usulan, pertimbangan, saran, dan pengawasan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berkenaan dengan perlindungan terhadap petani;

b. usulan, pertimbangan, dan saran terhadap penentuan kebijakan budidaya, penanganan dan pemasaran tembakau dan cengkeh; dan/atau

c. penyelenggaraan, pemberian bantuan dan/atau kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan budidaya tembakau dan cengkeh.

Masyarakat berperan serta dalam pertembakauan yang dilakukan secara perorangan dan/atau berkelompok, dalam tahap: perencanaan; pengembangan budidaya; penelitian dan pengembangan; pengawasan; perlindungan dan pemberdayaan petani; dan/atau pembiayaan.

(Pasal 71)

KERJASAMA INTERNASIONALKerjasama internasional dalam pengendalian produk tembakau dilakukan dengan:

b. pertukaran informasi mengenai perdagangan produk tembakau dengan negara lain; dan

c. kerjasama antara lembaga-lembaga nasional, regional dan internasional dalam penanganan perdagangan produk tembakau yang tidak sah.

KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRASIAdapun pelanggaran yang dikenakan pidana adalah :

a. Pelaku usaha yang tidak memiliki izin di bidang perindustrian b. Pelaku usaha yang tidak melakukan pemeriksaan kadar kandungan isi dan emisi pada setiap hasil produksinya

c. Pelaku usaha yang tidak mendaftarkan semua produk tembakaunya

d. Setiap orang yang menjual produk tembakau kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas).

e. Pelaku usaha yang memanfaatkan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dalam proses produksi, distribusi dan promosi produk tembakau.

f. Setiap orang yang menjual rokok batang per batang kepada konsumen.

g. Pelaku usaha yang menjual produk tembakau dengan menggunakan mesin layan diri

h. Pelaku usaha yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia dalam pengemasan dan pelabelan bungkus rokok.

i. Pelaku usaha yang dalam melakukan pengemasan dan pelabelan menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan yang menimbulkan kesan produk tembakau tidak membahayakan kesehatan.j. Pelaku usaha yang tidak mencantumkan kalimat Hanya untuk dijual di Indonesia pada setiap bungkus rokok yang dijual di Indonesia.

k. Pelaku usaha yang melakukan pengemasan kurang dari 20 (dua puluh) batang rokok dalam setiap bungkus rokoknya.

l. Pelaku usaha yang tidak memberikan informasi tentang jenis kandungan isi dan emisi pada setiap bungkus rokok

m. Pelaku usaha yang tidak mencantumkan informasi tentang jenis kandungan kadar nikotin, tar, sianida, arsen, formalin, dan karbonmonoksida, pada label dengan penempatan yang jelas dan mudah dibaca.

n. Pelaku usaha yang tidak mencantumkan kode produksi pada setiap kemasan produk tembakau.

o. Pelaku usaha yang tidak mencantumkan peringatan kesehatan pada label .

p. Pimpinan atau penanggung jawab fasilitas kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum yang tidak mengupayakan terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

q. Setiap orang yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok.

r. Pelaku usaha yang mempromosikan, menjual atau membuat produk tembakau di Kawasan Tanpa Rokok.

s. Pelaku usaha yang melakukan iklan dan promosi rokok secara langsung atau tidak langsung .

t. Pelaku usaha yang memberikan sponsor produk tembakau kepada perorangan, kelompok, organisasi sosial kemasyarakatan, partai politik, instansi pemerintah, dan sektor swasta pada setiap kegiatan, baik kegiatan pada tingkat daerah maupun tingkat nasional.A. Ketentuan pidana meliputi:

1. Menjual rokok dan produk sejenisnya kepada anak dibawah 18 tahun, dipidana paling lama 1 tahun dan denda setinggi-tingginya Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

2. Menjual rokok dan produk sejenisnya secara batang per batang kepada konsumen dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

3. Menjual tembakau iris dibawah 30 gram dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4. Menjual rokok dan produk sejenisnya di tempat proses belajar-mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, atau angkutan umum dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

5. Setiap orang yang menjual rokok dan produk sejenisnya dengan cara memajang atau menempatkannya pada tempat yang mudah terlihat dan terjangkau langsung oleh pembeli dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

6. Pelaku usaha yang mengiklankan dan/atau mempromosikan rokok dan produk sejenisnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda setinggitingginya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

7. Pelaku usaha yang memberikan, menerima, atau memfasilitasi pemberian sponsor rokok dan produk sejenisnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

8. Setiap orang yang terlibat langsung dalam inisiasi produksi dan proses penyelenggaraan iklan, promosi, dan sponsor rokok dan produk sejenisnya dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

9. Setiap orang yang memiliki tugas untuk menghapus konten iklan dan promosi tetapi tidak melakukannya dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

10. Pemilik, pengelola, manager, pimpinan, dan penanggung jawab KDM yang tidak melaksanakan Kawasan Dilarang Merokok dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda setinggi- tingginya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

11. Pemilik, pengelola, manager, pimpinan, dan penanggung jawab KDM yang tidak melakukan kewajiban dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

12. Setiap orang yang merokok di KDM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

B. Sanksi administrasi meliputi:

(1) Teguran

(2) Peringatan tertulis

(3) Penghentian sementara kegiatan usaha

(4) Pencabutan izin usaha

(Pasal 63 -75)Setiap produsen yang melanggar ketentuan dalam beberapa Pasal yang membutuhkan sanksi administratif dikenai sanksi administratif.Sanksi administratif berupa:

a. peringatan secara tertulis;

b. denda administratif;

c. penghentian sementara kegiatan;d. penarikan produk dari peredaran;e. pencabutan izin; dan/atauf. penutupan usaha. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi, besarnya denda, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.a. Pelaku usaha yang menjual produk tembakau dengan menggunakan mesin layan diri dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Setiap orang yang menjual dan/atau memberikan produk tembakau kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

c. Pelaku usaha yang melakukan iklan dan promosi produk tembakau dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda setinggi-tingginya tingginya Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).d. Pelaku usaha yang melakukan iklan, promosi, dan sponsor dalam kegiatan yang ditujukan untuk anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

e. Pelaku usaha yang memberikan produk tembakau secara cuma-cuma dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

f. Pelaku usaha yang memanfaatkan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dalam proses produksi, distribusi, penjualan, dan promosi produk tembakau dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

g. Setiap orang yang mengkonsumsi, menjual, dan membeli produk tembakau di kawasan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

h. Setiap orang yang melakukan iklan dan promosi di Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

1. Ketentuan pidana berupa pemidanaan terhadap pelanggaran ketentuan kewajiban dan larangan dalam RUU ini.

2. Sanksi pidana berupa denda yang besarnya bervariasi dari paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) hingga paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Pemidanaan meliputi:

a. Produsen yang melakukan pelanggaran pemeriksaan kadar kandungan tar dan nikotin;b. Produsen yang melakukan pelanggaran mengenai pendaftaran produksi. c. Produsen yang melakukan pelanggaran pengemasan. d. Produsen yang melakukan pelanggaran pelabelan.e. Setiap orang yang melakukan pelanggaran penjualan hasil tembakau dengan mesin layan diri.f. Setiap orang yang melakukan pelanggaran penjualan hasil tembakau untuk konsumsi anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun.g. Setiap orang yang melakukan pelanggaran iklan dan promosi hasil tembakau.h. Setiap orang yang melakukan pelanggaran jam tayang iklan dan promosi Hasil Tembakau.

i. Setiap orang yang melakukan pelanggaran promosi dengan memberikan secara gratis hadiah hasil tembakau terhadap setiap pembelian hasil tembakau.

j. Setiap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran memanfaatkan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dalam promosi hasil tembakau.

k. Setiap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran menjadi sponsor untuk kegiatan yang ditujukan untuk anak di bawah usia 18 (delapan belas).

l. Setiap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran kewajiban bagi sponsor mencantumkan himbauan peringatan kesehatan

(Pasal 43- Pasal 54)

1. Sanksi pidana berupa pidana penjara dan denda yang besarannya bervariasi. Untuk pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

2. Pemidanaan dikenakan pada setiap orang yang:

a. dengan sengaja melakukan usaha budidaya tanaman tembakau dengan luasan tanah tertentu dan/atau industri usaha tembakau tidak memiliki izin usaha pertembakauan;

b. karena kelalaiannya melakukan usaha budidaya tanaman tembakau dengan luasan tanah tertentu dan/atau usaha industri hasil tembakau dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin usaha pertembakauan;

c. melakukan pengolahan, peredaran, dan/atau pemasaran industri hasil tembakau dengan sengaja melanggar larangan memalsukan mutu dan/atau kemasan industri hasil tembakau yang dapat merugikan konsumen dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat;

d. melakukan pengolahan, peredaran, dan/atau pemasaran industri hasil tembakau karena kelalaiannya melanggar larangan memalsukan mutu dan/atau kemasan industri hasil tembakau yang dapat merugikan konsumen dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat;

e. dengan sengaja melanggar larangan mengiklankan industri hasil tembakau yang menyesatkan konsumen;

f. dengan sengaja melakukan penadahan hasil/produk tembakau yang diperoleh dari penjarahan dan/atau pencurian

(Pasal 74 Pasal 77)

KETENTUAN PERALIHANKetentuan Peralihan mengatur dua hal :

a. Segala bentuk iklan, promosi, dan pemberian sponsor yang saat ini masih berlangsung wajib mengikuti ketentuan pelarangan/pidana paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

b. Peringatan kesehatan yang saat ini masih tercantum dalam kemasan produk tembakau wajib disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

(1) Ketentuan Peralihan mengatur pelaksanaan ketentuan dalam UU ini berlaku paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan

Undang-Undang ini.

(2) Segala bentuk iklan, promosi, dan pemberian sponsor yang saat ini masih berlangsung wajib mengikuti ketentuan pelarangan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

(3) Peringatan kesehatan yang saat ini masih tercantum dalam kemasan rokok dan produk sejenisnya wajib disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.(Pasal 76 -78)Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua iklan, promosi, pemberian sponsor yang telah berjalan wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

Peringatan kesehatan yang saat ini masih tercantum dalam kemasan produk tembakau wajib disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

Ketentuan Peralihan mengatur mengenai kewajiban ketentuan mengenai pertembakauan untuk disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

(Pasal 55)

Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan di bidang pertembakauan yang telah ada, pada tanggal berlakunya Undang-Undang ini dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. (Pasal 77)

KETENTUAN PENUTUPAdapun ketentuan penutup, mengatur dua hal yaitu :

a. Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan produk tembakau dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

b. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ketentuan Penutup memuat mengenai penetapan mulai berlakunya Undang-Undang dan pernyataan tentang semua peraturan perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan rokok dan produk sejenisnya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU ini.

(Pasal 79 80)Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan produk tembakau dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ketentuan Penutup berisi mengenai penetapan mulai berlakunya Undang-Undang dan sinkronisasi Undang-Undang dengan melakukan pencabutan terhadap:

a. Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; dan

b. Pasal 1 angka 19, Pasal 2 ayat (1) huruf e, Pasal 26 sampai Pasal 31, Pasal 94 ayat (1) huruf c, dan Pasal 181 dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Pasal 56- Pasal 57)

1