14
No . Aspek Pengelolaan Sampah Rekomendasi 1. Kelembagaan/ Pemerintah pengelolaan sampah diserahkan ke masing-masing kecamatan dan kelurahan dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kota raya dan kota besar (jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa perusahaan daerah atau dinas sendiri 2. Kota sedang 1 dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa – 500.000 jiwa sistem pengelolaan sampah yang diserahkan kepada masing- masing kecamatan dan kelurahan, mengakibatkan instansi pengelola kebersihan yakni Dinas Kebersihan Kota Medan kesulitan dalam melakukan koordinasi yang efektif, pendataan serta inventarisasi sarana dan prasarana yang masih produktif. Membuat system koordinasi yang terpusat yaitu pengelolaan sampah sepenuh menjadi wewenang daripada Dinas Kebersihan Kota Medan walaupun tetap diteruskan kepada kecamatan dan kelurahan. Bekerjasama dengan pihak swasta dalam melakukan pengangkutan dan pengolahan sampah yang ada. PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MEDAN

Matriks Permasalahan Medan Ok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Matriks Permasalahan Medan Ok

No. Aspek Pengelolaan Sampah

Kondisi Eksisting Kondisi Ideal/Teori Permasalahan Rekomendasi

1. Kelembagaan/ Pemerintah

Teknis pengelolaan sampah diserahkan ke masing-masing kecamatan dan kelurahan

Menurut Syarfudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut :1. Kota raya dan kota

besar (jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa perusahaan daerah atau dinas sendiri

2. Kota sedang 1 dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa – 500.000 jiwa atau ibukota provinsi berupa dinas sendiri.

3. Kota sedang 2 dengan jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jjiwa atau kota berupa dinas/suku dinas atau UPTD DPU atau seksi pada DPU

Pengaruh dari sistem pengelolaan sampah yang diserahkan kepada masing-masing kecamatan dan kelurahan, mengakibatkan instansi pengelola kebersihan yakni Dinas Kebersihan Kota Medan kesulitan dalam melakukan koordinasi yang efektif, pendataan serta inventarisasi sarana dan prasarana yang masih produktif.

Membuat system koordinasi yang terpusat yaitu pengelolaan sampah sepenuh menjadi wewenang daripada Dinas Kebersihan Kota Medan walaupun tetap diteruskan kepada kecamatan dan kelurahan. Bekerjasama dengan pihak swasta dalam melakukan pengangkutan dan pengolahan sampah yang ada.

PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MEDAN

Page 2: Matriks Permasalahan Medan Ok

4. Kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa berupa UPTD DPU atau seksi pada DPU

2. Hukum dan Peraturan Retribusi pengelolaan sampah tidak berjalan dengan baik.

Menurut Rahardyan dan Widagdo (2005), peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan system pengelolaan sampah diperkotaan antara lain mengatur tentang :1. Ketertiban umum

yang terkait dengan penanganan sampah

2. Rencana induk pengelolaan sampah kota

3. Bentuk lembaga dan organisasi pengelolaan

4. Tata cara penyelenggaraan pengelolaan

5. Tarif jasa pelayanan atau retribusi

6. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait ,diantaranya kerjasama antar daerah atau swasta.

Belum terdapatnya Peraturan Daerah yang berkaitan dengan persampahan terutama Peraturan Daerah tentang standar retribusi, Peraturan Daerah tentang pembuangan sampah .

Perlu disusun Peraturan Daerah yang berkaitan dengan persampahan terutama tentang organisasi pengelola, pembuangan sampah dan retribusi serta Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah sehingga Perda tersebut dapat segera di operasionalkan.

Page 3: Matriks Permasalahan Medan Ok

3. Peran Serta Masyarakat Perilaku masyarakat yang masih melakukan praktek-praktek berikut: - Membuang

sampah di sungai - Membuang

sampah dipinggir jalan yang sepi penduduk

- Membuang sampah di lahan-lahan kosong di sekitar pemukiman

- Membuat tempat sampah permanen, kemudian dibakar setelah penuh dibuang kelahan kosong sebagai penimbun tanah

- Membuang sampah ke parit atau selokan.

Tanpa adanya peran serta masyarakat, semua program pengelolaan persampahan yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan pada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancer dan merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik dan factor-faktor social , struktur dan budaya setempat.

Kesadaran masyarakat Kota Medan yang masih sangat kurang dalam menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah dan masih adanya persepsi bahwa yang menjaga kebersihan kota adalah tanggungjawab Dinas Kebersihan dan belum menjadi tanggungjawab bersama.

Melakukan sosialisasi terus menerus kepada masyarakat tentang perlunya menjaga kebersihan lingkungan.

Memberi pengarahan dan penyuluhan ke masing-masing RT tentang bagaimana melakukan pemisahan/pengolahan sampah yang dimulai dari sampah rumah tangga.

Memberikan keahlian kepada kelompok-kelompok masyarakat tentang proses daur ulang sampah sederhana yang dapat mengurangi produksi sampah di TPA Dalam mengurangi produksi sampah RT dapat melakukan tindakan berupa reduce dan reuse.

Pada tingkat rumah tangga atau pemukiman, Ibu rumah tangga mempunyai peran besar dalam mengurangi produksi sampah. Hal yang bisa dilakukan adalah: - Merubah kebiasaan para ibu

rumah tangga dalam berbelanja yakni biasanya tidak membawa tempat belanjaan menjadi membawa tempat belanjaan ketika belanja.

- Membiasakan menggunakan

Page 4: Matriks Permasalahan Medan Ok

produk isi ulang - Menghindari penggunaan

barang sekali pakai - Menggunakan barang-barang

atau produk yang tahan lama atau masa pakainya lama

- Memberdayakan barang-barang bekas

- Tempat belanjaan agar dapat dipakai berulang-ulang

- Penggunaan barang elektronik diusahakan menggunakan baterai yang bisa diisi ulang

.4. Teknis dan Operasional a. Tingkat dan Daerah

LayananPelayanan masih pada sebagian kegiatan komersil sementara sumber sampah dari rumah tangga belum sepenuhnya dapat terlayani Wilayah pelayanan lebih difoukuskan sekitar jalan utama/protocol.

Tingkat pelayanan pengelolaan sampah kota dapat melayani 60% dari jumlah penduduk kota

Sumber sampah yang tidak terlayani melakukan pembuangan sampah pada tempat-tempat yang tidak semestinya sehingga dapat mencemari lingkungan

Pelayanan perlu ditingkatkan pada semua kegiatan komersil dan Rumah tangga.

b. Pewadahan Pola Individual Tersedianya wadah Terbatas pada kegiatan Komersil Bahan terbuat dari besi dan terbuka.

Berdasarkan SNI 19-2454-2002, pewadahan dilakukan pada sampah yang telah dipilah yakni sampah organic, anorganik, dan sampah B3. Pola pewadahan terdiri dari pola individual

Pewadahan sampah yang bersumber dari kegiatan domestik belum sepenuhnya dilakukan, dan bahan untuk pewadahan tidak sesuai dengan SNI yang ada.

Perlu penambahan pewadahan agar semua sumber sampah dapat terlayani. Wadah yang lebih cocok adalah terbuat dari plastik, ringan, mudah dipindah-pindah dan memiliki tutup Pengadaan wadah pada tahap awal

Page 5: Matriks Permasalahan Medan Ok

dan komunal. Bahan wadah yang yang dipersyaratkan sesuai SNI tidak mudah rusak, ekonomis, mudah diperoleh, dibuat oleh masyarakat dan mudah untuk dikosongkan.

dilakukan oleh pemerintah kota

c. Pemilahan dan Pengolahan

Pemilahan dilakukan di sumber timbulan terutama pada musim tertentu, selebihnya pemilahan dilakukan setelah sampai di TPA

Menurut SNI 19-2454-2002 yang dimaksud dengan pemilahan sampah adalah proses pemisahan sampah berdasarkan jenis sampah yang dilakukan sejak dari sumbernya sampai dengan pembuangan akhir.Berdasarkan PP No.81 Tahun 2012, Penyelenggaraan pengelolaan sampah meliputi: a. pengurangan sampah;

(pembatasan timbulan, daur ulang, pemanfaatan kembali sampah) dan

b. penanganan sampah.(pemilahan; pengumpulan; pengangkutan; pengolahan; dan pemrosesan akhir

- Pemilahan dilakukan di TPA hanya untuk jenis sampah yang bernilai ekonomi, sementara sampah B3 (bekas wadah obat anti nyamuk, parfume atau hair spray dsb) tidak dipilah hal ini bisa membahayakan petugas yang melakukan pembakaran di TPA.

- Belum ada pengolahan yang maksimal untuk sampah organik menjadi kompos

- Pengolahan sampah masih terbatas pada plastik fit hasil pencacahan, namun potensi sampah plastik jenis lain relatif banyak

- Pemilahan dilakukan mulai dari sumber secara rutin oleh rumah tangga Pemilahan di TPA selain terhadap sampah yang bernilai ekonomis juga harus dilakukan sampah yang bersifat berbahaya (mudah meledak)

- Membuat pilot project konsep Bank Sampah untuk beberapa kecamatan sebagai langkah awal

Page 6: Matriks Permasalahan Medan Ok

sampah)

d. Pengumpulan dan Pengangkutan

Pengumpulan dilakukan sekaligus ketika mau diangkut ke TPA, dengan pola individual langsung Pelaksananya adalah petugas kebersihan yang dikoordinir melalui kecamatan dan kelurahan Periodisasi pengangkutan sampah kegiatan komersial selain pasar tradisional adalah 2 kali sehari dan pasar tradisional 1 kali sehari

Sampah basah dianjurkan untuk diangkut setiap hari sedangkan sampah kering dapat dilakukan 1 atau 2 kali seminggu.

Periodesasi pengangkutan sampah dipasar tradisional tidak sesuai dengan komposisi sampah yang sebagian besar sampah organik sehingga menimbulkan bau busuk, mengurangi keindahan dan tempat berkembangnya lalat sebagai pembawa bibit penyakit

Periodesasi pengangkutan rutin sehari 1 kali baik sampah basah maupun sampah kering Agar semua sumber dapat dilayani.

Memberikan reward kepada petugas kebersihan yang produktif dan masa kerja yang dianggap lama dalam waktu tertentu

e. TPA Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang beroperasi saat ini hanya satu yakni TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan

Jenis pengolahan sampah di TPA perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi lokasi, pembiayaan, teknologi, dan keamanannya. Berbagai cara pengelolaan sampah di TPA,

Bertambahnya jumlah produksi sampah seiring bertambahnya jumlah penduduk kota Medan dari tahun ke tahun

Luas areal TPA Terjun yang terbatas

Optimalisasi lahan TPA yang ada dan mengubah system open dumping menjadi sanitary landfill.

Page 7: Matriks Permasalahan Medan Ok

diantaranya dengan cara Open Dumping, Controlled Landfill dan Sanitary Landfill.1. Lahan urug terbuka

atau open dumping (tidak dianjurkan), dalam hal pengelolaan ini sampah hanya dibuang atau ditimbun disuatu tempat tanpa dilakukan penutupan dengan tanah sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit, bau, pencemaran air permukaan dan air tanah serta rentan terhadap bahaya kebakaran dan longsor. Open Dumping menggunakan pola menghamparkan sampah di lahan terbuka tanpa dilakukan penutupan lagi dengan tanah.

Pengolahan sampah menggunakan sistem open dumping

Page 8: Matriks Permasalahan Medan Ok

Metoda Open Dumping dapat menimbulkan keresahan terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya, selain juga telah mengganggu keindahan kota.

2. Penimbunan terkendali (controlled landfill), merupakan teknologi peralihan antara open dumping dengan sanitary landfill. Pada metode controlled landfill dilakukan penutupan sampah dengan lapisan tanah secara berkala.

3. Lahan urug saniter (sanitary landfill), pada metode ini sampah di TPA ditutup dengan lapisan tanah setiap hari sehingga pengaruh sampah terhadap lingkungan akan sangat kecil. Sanitary Landfill Ini merupakan salah satu metoda pengolahan

Page 9: Matriks Permasalahan Medan Ok

sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di Sanitary Landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah.