4
5/17/2018 MekanismeBahanOganikDalamMenyuburkanTanah-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/mekanisme-bahan-oganik-dalam-menyuburkan-tanah 1/ MEKANISME BAHAN OGANIK DALAM MENYUBURKAN TANAH Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas (Donahue, Miller, Shickluna, 1977). Unsur-unsur hara lain diserap akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melaui daun. Tanaman menyerap unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion. Unsur hara N dimulai dari fiksasi N2- atmosfir secara fisik/kimiawi yang menyuplai tanah bersama prepitasi (hujan), dan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun nonsimbiotik yang menyuplai tanah baik lewat tanaman inangnya menyuplai setelah mati. Sel-sel mati ini bersama dengan sisa-sisa tanaman/hewan akan menjadi bahan organik yang siap didekomposisikan dan melalui serangkaian proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi dan nirifikasi) akan melepaskan N-mineral (NH4+ dan NO3-) yang kemudian diimmobilisasikan oleh tanaman atau mikrobia. Gas amoniak hasis proses aminisasi apabila tidak segera mengalami amonifikasi akan segera trvolatilisasi (menguap) keudara, begitu pula dengan gas N2- atmosfir. Kehilangan nitrat dan ammonium melalui mekanisme pelindian ( leaching) merupakan salah satu penyebab penurunan kadar N dalam tanah. Sumber utama P larutan tanah, disamping dari pelapukan bebatuan/bahan induk juga berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. Umumnya kadar P dalam tanah bernisbah C/N = 10 (matang) dapat dibebaskan 10 kg P (setara 22 kg TSP). Jika tanah mengandung 1% bahan organik, berarti terdapat 200 kg P-organik/ha, yang dimineralisasi secara perlahan tergantung aktivitas jasad prombak bahan organic tanah, yang tercermin dari penurunan nisbah C/Nnya. Dibanding N, maka P-tersedia dalam tanah relative lebih cepat menjadi tidak trsedia akibat segera terikat oleh kation tanah (terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral) yang kemudian mengalami

Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah

5/17/2018 Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mekanisme-bahan-oganik-dalam-menyuburkan-tanah 1/

MEKANISME BAHAN OGANIK DALAM MENYUBURKAN TANAH

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O

diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur

H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap

tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H

dari air yang digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas

(Donahue, Miller, Shickluna, 1977). Unsur-unsur hara lain diserap akar tanaman dari tanah.

Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat

diserap tanaman melaui daun. Tanaman menyerap unsur hara dalam tanah umumnya dalam

bentuk ion.

Unsur hara N dimulai dari fiksasi N2- atmosfir secara fisik/kimiawi yang menyuplai tanahbersama prepitasi (hujan), dan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun nonsimbiotik yang

menyuplai tanah baik lewat tanaman inangnya menyuplai setelah mati. Sel-sel mati ini bersama

dengan sisa-sisa tanaman/hewan akan menjadi bahan organik yang siap didekomposisikan dan

melalui serangkaian proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi dan nirifikasi) akan melepaskan

N-mineral (NH4+ dan NO3-) yang kemudian diimmobilisasikan oleh tanaman atau mikrobia. Gas

amoniak hasis proses aminisasi apabila tidak segera mengalami amonifikasi akan segera

trvolatilisasi (menguap) keudara, begitu pula dengan gas N2- atmosfir. Kehilangan nitrat danammonium melalui mekanisme pelindian (leaching) merupakan salah satu penyebab

penurunan kadar N dalam tanah.

Sumber utama P larutan tanah, disamping dari pelapukan bebatuan/bahan induk juga

berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang

mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. Umumnya kadar P dalam tanah

bernisbah C/N = 10 (matang) dapat dibebaskan 10 kg P (setara 22 kg TSP). Jika tanah

mengandung 1% bahan organik, berarti terdapat 200 kg P-organik/ha, yang dimineralisasi

secara perlahan tergantung aktivitas jasad prombak bahan organic tanah, yang tercermin dari

penurunan nisbah C/Nnya. Dibanding N, maka P-tersedia dalam tanah relative lebih cepat

menjadi tidak trsedia akibat segera terikat oleh kation tanah (terutama Al dan Fe pada kondisi

masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral) yang kemudian mengalami

Page 2: Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah

5/17/2018 Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mekanisme-bahan-oganik-dalam-menyuburkan-tanah 2/

presipitasi(pengendapan) atau terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah (liat dan oksida

Al/Fe atau lewat pertukaran anion (terutama dengan OH-). Ketersediaan P optimum pada

kisaran pH 6,0-7,0.

Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan sekunder (H2PO4-

atau HPO42-). Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi pH area perakaran tanaman,

dimana pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak mnyerap ion orthofosfat primer, tetapi

pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih banyak diserap tanaman. Bentuk

P lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat, dan P-organik hasil

dekomposisi bahan organic seperti fofolipid, asam nukleat dan phytin.

Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah, salah satu proses

yang digunakan untuk menghasilkan pupuk kandang adalah pengomposan. Prosespengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah. Adanya aktivitas mikroorganisme dan

terbentuknya asam organik pada proses dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K,

dan Ca menjadi lebih tinggi sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan

tanaman. Selain itu, jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos

lebih lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro. Unsur hara

mikro sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Berbeda dengan pupuk anorganik yang

hanya mengandung beberapa unsur hara (Simamora dan Salundik, 2008).salah satu contoh organisme tanah yang dapat menyuburkan tanah adalah cacing tanah.

Dapat diketahui, bahwa peran bakteri rhizobium yaitu sebagai penambat nitrogen. banyak

peneliti mengemukakan bahwa keberadaan cacing yang terdapat ditanah mempengaruhi

komposisi unsur hara yang di butuhkan bagi tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian modern,

seperti yang dilaporkan dalam publikasi Dr. Ni Luh Kartini, seorang ahli tanah dan penemu

pupuk “kascing” dari Universitas Udayana—Bali, mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang

mengandung cacing tanah pada umumnya memang lebih subur. Pasalnya, tanah yang

bercampur dengan kotoran cacing memberikan banyak manfaat bagi tanaman.

Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah

membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah atau memakan langsung massa tanah

Page 3: Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah

5/17/2018 Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mekanisme-bahan-oganik-dalam-menyuburkan-tanah 3/

(Minnich 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan

padat (kotoran).

Hal ini diamini oleh Edwards dan Lofty (1977), penulis buku yang mengupas biologi

tentang cacing tanah,“Biology of Earthworms” di New York 1977 yang menyatakan, sebagian

besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam

bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran cacing

tanah di alam bergantung pada spesies, musim, dan kondisi populasi yang sehat.

Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Pasalnya, aktivitas cacing tanah

mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur

tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Penelitian terhadap tanah-tanah gundul di

bekas tambang di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan, cacing tanah dapat meningkatkan kadarK tersedia 19% dan P tersedia 165%

Di samping menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah berada juga berfungsi

memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah

 juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki

struktur tanah.

Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya dalam buku

berjudul “Introduction to the Soil Ecosystem” menyatakan, cacing tanah mampu melakukan

penggalian lubang hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume

yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu, selain

mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah.

Dengan demikian, cacing tanah membantu menjaga kelangsungan hidup bumi secara

seimbang. Cacing telah memberikan banyak keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan

sekitarnya.

Page 4: Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah

5/17/2018 Mekanisme Bahan Oganik Dalam Menyuburkan Tanah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mekanisme-bahan-oganik-dalam-menyuburkan-tanah 4/

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi – Institut Pertanian

Bogor. IPB Press, Bogor.

Bambang, W. 1986. Pengaruh Intensitas Curah Hujan, Kemiringan Lereng dan Sifat Fisik Tanah

Terhadap Erosi Pada Berbagai Jenis Tanah. IPB, Bogor.

Buckman, H. O dan N. C Brady., 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.