7
IJCCS ISSN: 1978-1520 Prosiding Semnas Hayati IV Universitas Nusantara PGRI Kediri 257 Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah melalui Perkuliahan Berbasis Masalah pada Matakuliah Anatomi Tumbuhan Rinie Pratiwi Puspitawati Jurusan Biologi FMIPA Unesa Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan hasil belajar keterampilan penyelesaian masalah pada perkuliahan Anatomi Tumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada jaringan tumbuhan, struktur anatomi batang dan struktur anatomi akar tumbuhan dikotil maupun monokotil. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan yang dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian dan pengembangan dalam 10 tahap (Borg & Gall 1983). Uji lapang dilakukan pada 95 mahasiswa program studi Pendidikan Biologi 2014/2015. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan untuk menandai kemunculan keterampilan penyelesaian masalah meliputi memformulasikan rumusan masalah, merumuskan tujuan, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel bebas, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel kontrol, menyusun rencana kerja, menyajikan hasil pengamatan, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian keterampilan penyelesaian masalah secara berjenjang meningkat dari topik jaringan tumbuhan, struktur anatomi batang dan struktur anatomi akar. Pengalaman belajar yang berulang dapat memberikan penguasaan keterampilan berpikir penyelesaian masalah yang semakin baik. Diantara 10 indikator keterampilan penyelesaian masalah ditemukan indikator tertentu dan memiliki kecenderungan capaiannya lebih rendah dibanding ayang lain, yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung, dengan capaian proporsi kurang dari 0,5 Kata kunciKeterampilan Berpikir, Penyelesaian Masalah, Anatomi Tumbuhan PENDAHULUAN Keterampilan berpikir penyelesaian masalah merupakan kompetensi yang diperlukan untuk bertahan hidup. Keterampilan penyelesaian masalah dalam sains menjadi kunci pengembangan sains. Kajian anatomi tumbuhan yang merupakan bagian dari sains dan dipelajari sebagai ilmu merupakan hasil dari kerja yang menerapkan keterampilan berpikir penyelesaian masalah. Keterampilan berpikir penyelesaian masalah diterapkan untuk menjawab masalah dalam kajian anatomi tumbuhan, sehingga menghasilkan produk yang berupa fakta, konsep, dalil, hukum dan prinsip-prinsip anatomi tumbuhan. Penyelesaian masalah dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji fenomena anatomi tumbuhan, dan keterampilan penyelesaian masalah menjadi sesuatu prasyarat yang harus dikuasai. Keterampilan penyelesaian masalah adalah kemampuan otak untuk mencari solusi terhadap masalah dengan mekanisme menghubungkan antara tujuan solusi dengan jalur-jalur penyelesaian masalah yang memungkinkan [1]. Menghubungkan tujuan solusi dengan jalur penyelesaian masalah memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berupa keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi, menciptakan [2], yang secara operasional memerlukan keterampilan berpikir terkait interpretasi data, mendisain penyelesaian masalah, penulisan ilmiah, komunikasi lisan, analisiskritis terhadap literatur, kerjakolaboratif, dan

Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

IJCCS ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

257

Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah melalui Perkuliahan

Berbasis Masalah pada Matakuliah Anatomi Tumbuhan

Rinie Pratiwi PuspitawatiJurusan Biologi FMIPA Unesa

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan hasil belajar keterampilan

penyelesaian masalah pada perkuliahan Anatomi Tumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada

jaringan tumbuhan, struktur anatomi batang dan struktur anatomi akar tumbuhan dikotil

maupun monokotil. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan yang

dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian dan pengembangan dalam 10 tahap (Borg &

Gall 1983). Uji lapang dilakukan pada 95 mahasiswa program studi Pendidikan Biologi

2014/2015. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan untuk menandai kemunculan

keterampilan penyelesaian masalah meliputi memformulasikan rumusan masalah, merumuskan

tujuan, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel bebas,

mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung, mengidentifikasi dan mendefinisikan

variabel kontrol, menyusun rencana kerja, menyajikan hasil pengamatan, menganalisis data,

dan merumuskan kesimpulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian keterampilan

penyelesaian masalah secara berjenjang meningkat dari topik jaringan tumbuhan, struktur

anatomi batang dan struktur anatomi akar. Pengalaman belajar yang berulang dapat

memberikan penguasaan keterampilan berpikir penyelesaian masalah yang semakin baik.

Diantara 10 indikator keterampilan penyelesaian masalah ditemukan indikator tertentu dan

memiliki kecenderungan capaiannya lebih rendah dibanding ayang lain, yaitu merumuskan

hipotesis, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung, dengan capaian proporsi

kurang dari 0,5

Kata kunci—Keterampilan Berpikir, Penyelesaian Masalah, Anatomi Tumbuhan

PENDAHULUAN

Keterampilan berpikir penyelesaian masalah merupakan kompetensi yang diperlukan untuk

bertahan hidup. Keterampilan penyelesaian masalah dalam sains menjadi kunci pengembangan

sains. Kajian anatomi tumbuhan yang merupakan bagian dari sains dan dipelajari sebagai ilmu

merupakan hasil dari kerja yang menerapkan keterampilan berpikir penyelesaian masalah.

Keterampilan berpikir penyelesaian masalah diterapkan untuk menjawab masalah dalam kajian

anatomi tumbuhan, sehingga menghasilkan produk yang berupa fakta, konsep, dalil, hukum dan

prinsip-prinsip anatomi tumbuhan. Penyelesaian masalah dapat digunakan sebagai pendekatan

dalam mengkaji fenomena anatomi tumbuhan, dan keterampilan penyelesaian masalah menjadi

sesuatu prasyarat yang harus dikuasai.

Keterampilan penyelesaian masalah adalah kemampuan otak untuk mencari solusi terhadap

masalah dengan mekanisme menghubungkan antara tujuan solusi dengan jalur-jalur

penyelesaian masalah yang memungkinkan [1]. Menghubungkan tujuan solusi dengan jalur

penyelesaian masalah memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berupa

keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi, menciptakan [2], yang secara operasional

memerlukan keterampilan berpikir terkait interpretasi data, mendisain penyelesaian masalah,

penulisan ilmiah, komunikasi lisan, analisiskritis terhadap literatur, kerjakolaboratif, dan

Page 2: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

258

monitoring [3,4,5,6,7]. Keterampilan berpikir penyelesaian masalah dapat berupa keterampilan

mengenal masalah, menemukan cara untuk menangani masalah, mengumpulkan dan menyusun

informasi, menganalisis data, menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan, mengenal kaitan

yang logis antar masalah, menarik kesimpulan [8].

Keterampilan berpikir penyelesaian masalah dilatihkan dalam pembelajaran di semua

jenjang pendidikan. Sarjana pendidikan biologi diharapkan mampu melatihkan keterampilan

penyelesaian masalah, sehingga calon guru harus dibekali dengan teori dan praktik terkait

keterampilan penyelesaian masalah melalui tiap mata kuliah.

Mata kuliah Anatomi Tumbuhan membekali pengetahuan tentang fenomena struktur dan

perkembangan tumbuhan dari tinjauananatomi tumbuhan. Materi terkait struktur anatomi

tumbuhan berupa pengetahuan faktual dan konseptual. Perkembangan struktur anatomi lebih

bersifat pengetahuan prosedural. Materi tersebut juga terkait dengan pengetahuan metakognitif,

bila kajian dikaitkan dengan kondisi lingkungannya. Karakteristik materi tersebut

memungkinkan untuk melatihkan keterampilan berpikir penyelesaian masalah.

Keterampilan berpikir penyelesaian masalah yang relevan dengan karakteristik materi

adalah memformulasikan rumusan masalah, merumuskan tujuan, merumuskan hipotesis,

mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel bebas, mengidentifikasi dan mendefinisikan

variabel tergantung, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel kontrol, menyusun rencana

kerja, menyajikan hasil pengamatan, menganalisis data, dan merumuskan

kesimpulan[3,4,5,6,7,8,9,10].

Mahasiswa pada matakuliah Morfologi Tumbuhan menguasai keterampilan

mengidentifikasi fakta, memformulasikan pertanyaan, mendefinisikan variabel, menentukan

alternatif penyelesaian masalah, melakukan penyelesaian masalah, menganalisis data secara

keseluruhan dibawah 50% [11]. Keterampilan penyelesaian masalah yang pernah diukur pada

mahasiswa yang menempuh matakuliah biologi umum secara keseluruhan capaiannya tidak

melampaui 60% [12].

Proses perkuliahan Anatomi Tumbuhan yang selama ini dilakukan menekankan pada

transfer penetahuan secara informatif, dan memberikan hasil penguasaan konsep yang kurang

memuaskan. Penguasaan konsep mahasiswa pada tahun akademik 2012/2013 hanya 10%

mencapai nilai A, 30% rentang nilai antara B sampai A-, sedangkan 60% memperoleh nilai

antara D sampai dengan B- [11].

Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan Anatomi Tumbuhan yang

difokuskan untuk melatihkan keterampilan berpikir penyelesaian masalah. Implementasi

terbatas perangkat perkuliahan tersebut pada topik sel dan jaringan menunjukkan hasil bahwa

keterampilan penyelesaian masalah yang proporsi capaian diatas 0,6 meliputi

memformulasikan masalah (pertanyaan), merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan

mendefinisikan variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel tergantung, serta menyajikan

hasil. Penguasaan konsep materi yang proporsi capaiannya di bawah 0,6 meliputi konsep

struktur bagian noktah beserta perannya, struktur aerenkim, sklerenkim, floem, peran

sklerenkim [13].

Menindaklanjuti hasil penelitian yang dipaparkan pada alinea terdahulu, pada penelitian ini

dilakukan implementasi perangkat perkuliahan guna melatihkan keterampilan penyelesaian

masalah pada mahasiswa prodi Pendidikan Biologi. Implementasi ini dilakukan untuk

mendeskripsikan hasil belajar keterampilan penyelesaian masalah yang dilatihkan secara

holistik saat menyampaikan materi tentang jaringan tumbuhan, anatomi batang tumbuhan dan

anatomi akar tumbuhan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan yang dilakukan mengikuti

metode penelitian pengembangan yang terdiri dari sepuluh tahap Borg & Gall, 1983. Hasil

penelitian ini merupakan hasil uji lapang, yaitu implementasi perangkat perkuliahan yang teruji

Page 3: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

IJCCS ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

259

valid pada mahasiswa jurusan Biologi semester 4 program studi biologi angkatan 2014/2015

yang memprogram mata kuliah Anatomi Tumbuhan sejumlah 95 mahasiswa, yang terbagi ke

dalam 3 kelas.

Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar yang tertuang dalam laporan proyek

mahasiswa di tiap topik.Aspek-aspek keterampilan penyelesaian masalah yang ditetapkan

diukur berdasarkan rubrik penilaian. Hasil pengukuran tersebut menjadi acuan untuk

menentukan ketercapaian indikator keberhasilan belajar di tiap keterampilan penyelesaian

masalah, sehingga hasilnya dinyatakan dalam proporsi capaian indikator penyelesaian masalah.

Penelitian ini dilakukan dengan mengimplementasikan suatu pola perkuliahan berbasis

penyelesaian masalah, yang dikemas melalui penyajian dan menganalisis masalah-masalah

nyata terkait konsep jaringan tumbuhan, struktur perkembangan batang dan akar yang dikaji

secara anatomis. Penelitian ini dilakukan selama 9 kali pertemuan (9 minggu), dengan waktu

perkuliah 250 menit per minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Melatihkan keterampilan berpikir menyelesaian masalah dilakukan pada topik sel dan

jaringan, struktur anatomi batang dan struktur anatomi akar. Proses perkuliahan di tiap topik

diakhiri dengan aktifitas praktikum yang merupakan tugas proyek. Melalui proyek ini

mahasiswa secara berkelompok merumuskan permasalahan untuk melakukan kajian fenomena

anatomi tumbuhan terkait dengan kondisi dan permasalahan lingkungan. Diakhir proyek setiap

mahasiswa diminta menyusun laporan hasil, yang selanjutnya dinilai dengan mengacu pada

rubrik penilaian untuk dideskripsikan penguasaan keterampilan berpikirnya.

Capaian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam proporsi capai tiap indikator keterampilan

berpikir yang ditampilkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Proporsi Capaian Indikator keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah

Indikator Keterampilan Berpikir Penyelesaian

Masalah

Proporsi Capaian Indikator untuk Sub Topik

Sel dan Jaringan Batang Akar

Memformulasikan rumusan masalah. 0,80 0,57 1,00

Merumuskan tujuan 0,42 0,53 0,89

Merumuskan hipotesis. 0,16 0,11 0,74

Mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel bebas 0,49 0,29 0,69

Mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung 0,43 0,47 0,41

Mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel kontrol 0,54 0,63 0,73

Menyusun rencana kerja 0,57 0,58 0,65

Menyajikan hasil pengamatan 0,96 0,95 1,00

Menganalisis data 0,46 0,81 0,79

Merumuskan kesimpulan 0,13 0,39 0,45

Keterampilan berpikir penyelesaian masalah yang dicapai dan dinyatakan sebagai capaian

proporsi indikator memiliki makna yang dapat dideskripsikan seperti pada Tabel 2 berikut.

Penguasaan keterampilan berpikir selama proses perkuliahan yang secara berurutan

dilatihkan pada topik jaringan, batang dan akar diperoleh peningkatan pada topik yang terakhir.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa intensitas latihan berperan dalam perolehan

keterampilan berpikir.

Berpijak pada teori kognitif-sosial, bahwa belajar adalah pemodelan, penguatan pada

model dan pemprosesan kognitif terhadap pemodelan [14], maka pemberian latihan yang

berulang dari topik jaringan, batang, dan akar dapat dipandang sebagai pemodelan dalam

mempelajari fenomena anatomi tumbuhan. Dimungkinkan mahasiswa mengevaluasi dan

mengapresiasi langkah-langkah penyelesaian masalah untuk dapat merencanakan bagaimana

mempelajari fenomena anatomi tumbuhan melalui penyelesaian masalah melalui konteks materi

Page 4: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

260

yang relevan [10]. Pemodelan memungkinkan munculnya ide-ide dan pengembangan konsep

yang dipelajari. Hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu ditambahkan pada strategi

pembelajaran penyelesaian masalah yang lebih ditandai oleh pengulangan konsep daripada

pemunculan ide atau konsep baru [15].

Tabel 2. Deskripsi Indikator Keterampilan Berpikir Penyelesaian MasalahIndikator Keterampilan Berpikir

Penyelesaian MasalahDeskripsi

Memformulasikan rumusan masalahRumusan masalah jelas memperlihatkan dua variabel atau

lebih yang saling dikaitkan

Merumuskan tujuan

Rumusan tujuan relevan dengan rumusan masalah dan

merujuk pada kajian struktur anatomi tumbuhan yang rinci

untuk dijadikan sebagai indicator.

Merumuskan hipotesis

Mengkaitkan dua variabel yang saling tergantung, dimana

salah satu variabelnya adalah struktur anatomi dari jaringan

atau organ tumbuhan, sementara variabel yang lain adalah

kondisi lingkungan.

Mengidentifikasi dan mendefinisikan

variabel bebas

Menentukan dan mendefinisikan variabel atau faktor kajian

yang memungkinkan mempengaruhi variabel atau faktor lain

melalui hubungan sebab akibat. Variabel ini harus terkait

dengan struktur anatomi tumbuhan dan atau terkait kondisi

lingkungan

Mengidentifikasi dan mendefinisikan

variabel tergantung

Menentukan dan mendefinisikan variabel atau faktor kajian

yang muncul sebagai pengaruh variabel atau faktor lain

melalui hubungan sebab akibat. Variabel ini harus terkait

dengan struktur anatomi tumbuhan dan atau terkait kondisi

lingkungan

Mengidentifikasi dan mendefinisikan

variabel kontrol

Menentukan dan mendefinisikan variabel atau faktor kajian

yang harus dikendalikan agar sama. Variabel ini harus terkait

dengan struktur anatomi tumbuhan dan atau terkait kondisi

lingkungan

Menyusun rencana kerja Rencana kerja disusun rinci dan berurutan

Menyajikan hasil pengamatan

Struktur anatomi yang ditampilkan sesuai dengan tujuan dan

indikator atau variabel yang ditentukan. Sajian data anatomis

jelas, tersusun rapi. Gambar anatomis jelas dan dapat

teridentifikasi.

Menganalisis data

Mengkaitkan variabel yang ditentukan dan membuat kaitan

hubungan sebab akibat dari fenomena yang dikaji.

Pembahasan juga mengkaitkan dengan teori, konsep atau fakta

lain sebagai rujukan.

Merumuskan kesimpulan

Relevan dengan rumusan masalah atau tujuan. Dalam konten

menjelaskan fenomena yang diamati dalam hubungan kausal

(sebab akibat).

Hasil berupa keterampilan tersebut diperoleh secara berurutan pada topik sel dan jaringan,

topik batang, topik akar dan diakhiri pada topik daun. Hasil belajar berupa keterampilan yang

diperoleh pada topik terakhir yaitu akar menunjukkan hasil yang lebih tinggi, seperti

ditampilkan pada Gambar 1.

Hal tersebut menunjukkan bahwa proses belajar terjadi secara berjenjang yang relevan

dengan Konsep zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Penyajian

fenomena didasarkan pada konsep zona perkembangan proksimal, yaitu bahwa proses belajar

akan terjadi untuk memperoleh tingkat kognitif lebih tinggi bila apa yang dipelajari satu

tingkat lebih tinggi tingkatan kognitifnya dan dekat dengan siswa [14].

Mengacu pada hasil yang digambarkan melalui Tabel 1 dan Gambar 1, proporsi capaian

hasil belajar keterampilan berpikir penyelesaian masalah rata-rata mencapai proporsi tertinggi

Page 5: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

IJCCS ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

261

pada topik akar. Indikator penyelesaian masalah terkait keterampilan menyajikan data

proporsi capaian tertinggi pada topik batang, demikian juga untuk keterampilan berpikir

mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel tergantung. Fenomena hasil lain diperoleh pada

keterampilan berpikir penyelesaian masalah terkait dengan merumuskan hipotesis,

mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel bebas, tergantung dan kontrol memperoleh

capaian proporsi yang lebih rendah dibanding keterampilan berpikir yang lain. Hasil tersebut

sangat dipengaruhi oleh karakteristik perkuliahan Anatomi Tumbuhan.

Karakteristik perkuliahan anatomi tumbuhan pada penelitian ini adalah mengekplorasi

fenomena struktur anatomi tumbuhan Angiospermae terkait fungsi dan kondisi yang

mempengaruhinya, sehingga penyelesaian masalah yang dilakukan merupakan eksplorasi untuk

menjawab berbagai masalah yang muncul. Hal tersebut merupakan proses inquiri, sebagai cara

belajar tentang belajar dan sebagai pendekatan konstruktivis kognitif [16]. Tugas yang diberikan

dirancang dalam struktur yang kompleks untuk merumuskan masalah beserta pemecahannnya

[17]. Namun demikian aktifitas penyelesaian masalah bukan merupakan eksperimen, sehingga

faktor atau variabel dalam melakukan eksplorasi bukanlah faktor atau variabel kontrol, bebas

maupun hasil seperti halnya pada eksperimen, melainkan faktor atau variabel dalam eksplorasi

terkait pengambilan sampel yang representatif. Hal tersebut memunculkan kerancuan sehingga

capaian proporsi hasil belajarnya masih kurang dibandingkan dengan keterampilan yang lain.

Secara keseluruhan dapat dibuat sebuah pola pengelolaan perkuliahan yang mampu

melatihkan keterampilan berpikir penyelesaian masalah secara alami terkait dengan topik-topik

perkuliahan Anatomi Tumbuhan. Pola perkuliahan yang diterapkan dapat dibedakan menjadi

dua tahap. Tahap pertama adalah pembekalan konsep-konsep dasar pada topik jaringan, batang

dan akar. Kajian konsep-konsep dasar tersebut tidak dirancang melalui pembekalan konsep yang

informatif, melainkan selalu diawali dengan merumuskan permasalahan yang dilanjutkan

dengan eksplorasi untuk menjawab permasalahan dan bermuara pada diperolehnya konsep-

konsep dasar tersebut. Tahap kedua adalah mengkaji konsep-konsep anatomi tumbuhan

didasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dari berbagai hasil penelitian yang relevan.

Kajian permasalahan ini mengkaitkan konsep anatomi tumbuhan dengan berbagai faktor atau

kondisi lingkungan yang sangat nyata, sehingga keterampilan berpikir penyelesaian masalah

dalam dilatihkan dalam konteks yang nyata. Berikut ini akan disajikan pengelolaan materi

dalam menyajikan tiap sub topik perkuliahan (Tabel 3).

Tabel 3. Kajian Masalah pada Pengelolaan Perkuliahan Anatomi Tumbuhan

Topik Penyelesaian masalah terstruktur

(Perkuliahan Tahap 1)

Penyelesaian masalah dalam proyek

(Perkuliahan Tahap 2)

Jaringan • Kajian konsep dasar jaringan tumbuhan

berdasarkan permasalahan yang

diarahkan.

• Contoh permasalahan:

Bagaimana struktur dan variasi jaringan

meristim tumbuhan?

Bagaimana variasi jaringan yang

terbentuk sebagai hasil diferensiasi

jaringan protoderm?

Bagaimana variasi jaringan yang

terbentuk sebagai hasil diferensiasi

jaringan dasar?

Bagaimana variasi jaringan yang

terbentuk sebagai hasil diferensiasi

jaringan prokambium?

• Kajian konsep jaringan tumbuhan berpijak

pada fenomena nyata (hasil-hasil penelitian

pada artikel) untuk merumuskan

permasalahan.

• Contoh permasalahan:

Bagaimana variasi jaringan epidermis pada

kelompok tumbuhan yang sekerabat?

Bagaimana variasi jaringan epidermis pada

spesies tertentu bila laingkungan fisiknya

berbeda?

Bagaimana variasi jaringan dasar pada

kelompok tumbuhan yang sekerabat?

Batang • Kajian konsep dasar struktur anatomi

batang tumbuhan berdasarkan

permasalahan yang diarahkan.

• Kajian konsep struktur anatomi batang

tumbuhan berpijak pada fenomena nyata

(hasil-hasil penelitian pada artikel) untuk

merumuskan permasalahan.

Page 6: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

262

• Contoh permasalahan:

Jaringan apa saja yang menyusun batang

dikotil dan monokotil?

Bagaimana kateraturan tata letak

(topografi) jaringan penyusun batang

dikotil dan monokotil?

• Contoh permasalahan:

Bagaimana perbedaan jaringan pelindung

dan pengangkut batang tanaman sespesies

bila tumbuh pada lingkungan fisik berbeda

(kering dan lembab)?

Bagaimana respon jaringan pelindung dan

pengangkut batang tanaman bila kualitas

habitatnya berubah?

Bagaimana variasi jaringan struktur batang

tumbuhan yang sekerabat?

Akar • Kajian konsep dasar struktur anatomi

akar tumbuhan berdasarkan

permasalahan yang diarahkan.

• Contoh permasalahan:

Jaringan apa saja yang menyusun akar

dikotil dan monokotil?

Bagaimana kateraturan tata letak

(topografi) jaringan penyusun akar

dikotil dan monokotil.

• Kajian konsep struktur anatomi akar

tumbuhan berpijak pada fenomena nyata

(hasil-hasil penelitian pada artikel) untuk

merumuskan permasalahan

• Contoh permasalahan:

Bagaimana perbedaan jaringan pelindung dan

pengangkut akar tanaman sespesies bila

tumbuh pada lingkungan fisik berbeda (kering

dan lembab)?

Bagaimana respon jaringan pelindung dan

pengangkut akar tanaman bila kualitas

habitatnya berubah?

Bagaimana variasi jaringan struktur akar

tumbuhan yang sekerabat?

Bagaimana perubahan struktur berkas

pembuluh bila terjadi perubahan sifat pada

media tanamnya.

SIMPULAN

1. Pemberian latihan dan modeling yang berulang dapat meningkatkan capaian proporsi

hasil belajar keterampilan penyelesaian masalah.

2. Keterampilan penyelesaian masalah yang capaian proporsinya tergolong rendah di tiap

topik adalah merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel

tergantung, dan merumuskan kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA[1] Wang, Yingxu. & Vincent Chiew. (2010). On the cognitive process of human problem

solving. Cognitive Systems Research 11: 81–92.

[2] Anderson & Krathwohl. (2001). A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Tersedia

di http:// www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf. [Diakses 3

September 2012].

[3] Airey, J., & Linder, Cedric, (2009). A disciplinary discourse perspective on university

science learning: Achieving fluency in a critical constellation of modes. Journal of

Research in Science Teaching. 46 (1), 27-49.

[4] Alberts, B.( 2009a). Making a Science of Education. Science 323: 15.

[5] Alberts, B. (2009b). Restoring science to science education. Issues Sci. Tech. 77–84.

[6] Bao, Lei., et al. (2009). Learning and scientific reasoning. Science 323: 586–587.

[7] Brickman, P., Gormally, C., Armstrong, N., and Hallar, B. (2009). Effects of inquiry-based

learning on student’s science literacy skills and confidence.

[8] Paul, Richard and Elder, Linda. (2007). The Thinker’s Guide: A Glossary of Critical

Thinking Terms and Concepts, The Foundation for Critical Thinking.

www.criticalthinking.org. [Diakses 2 Januari 2014].

Page 7: Melatihkan Keterampilan Berpikir Penyelesaian Masalah ...conference.unpkediri.ac.id/files/conferences/6/hayati/hayati4/artikel/... · Telah dilakukan pengembangan perangkat perkuliahan

IJCCS ISSN: 1978-1520

Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri

263

[ 9 ] S c r i ve n , M . & P a u l , R . ( 2 0 1 0 ) D efi n i n g C r i t i c a l T h i n k i n g , Foundation

for Critical Thinking . Tersedia: http://www.criticalthinking.org/aboutCT/. [diakses 5

Desember 2013].

[10] Henderson, M., Sallie Lee, Gordon Whitaker, Lydian Altman. (2011). Positive Problem-

Solving: How Appreciative Inquiry Works. Strategies and Solutions for Local

Government Managers. Vol 43(3).

[11] Pratiwi, R. (2014). Profil Keterampilan Berpikir Pemecahan Masalah Mahasiswa pada

Mata Kuliah Morfologi Tumbuhan. Proseding Seminar Nasional Biologi 2014. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

[12] Pratiwi, R. (2013). Profil Keterampilan Berpikir Pemecahan Masalah Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Biologi yang Memprogram Biologi Umum. Proseding Seminar Nasional

Sains 2013. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

[13] Pratiwi, R. (2015). Profil Hasil Belajar Mahasiswa pada Topik Sel dan Jaringan Tumbuhan

yang Mengimplementasi Bahan Perkuliahan Berbasis Penyelesaian Masalah. Proseding

Seminar Nasional IPA VI 2015. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

[14] Moreno, R., (2010). Educational Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc.

[15] Yew, E. H. J. & Schmidt, H. G. (2008). Evidence for constructive, self-regulatory, and

collaborative processes in problem-based learning. Advances in Health Sciences Education.

14(2), 251–273.

[16] Schmidt, H. G., Rotgans, J. I &, Elaine HJ., Yew, (2011 a). The process of problem-

based le,arning: what works and why. Medical Education. (2011). 45: 792–806

[17] Mergendoller, Markham, Ravitz, & Larmer. (2006). Pervasive management of project

based learning. Pervasive management of project based learning. Tersedia:

http://www.bie.org/research/study/pervasive_management_of_project_based_learning.

[Diakses 5 Nopember 2013].