Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Membangun Diri
Agar terbebas dari penjara keterbelakangan, mengubah
kegagalan menjadi kesuksesan, dan
menghilangkan stress untuk menjemput kebahagiaan
Muhammad Hamzah
YAYASAN AL-IMTIYAZ ©2012
SERI KAJIAN IHSAN
2
KAJIAN IHSAN: MENJADI MUSLIM KAFFAH
Manfaat Kajian Ini Bagi Anda dan Keluarga
Masa Tercapai Terhindar
Depan
Cita-cita, keinginan,
impian (diterima doa dan usaha)
Doa dan usaha/amal
ditolak (09 At-Taubah 53)
Husn al-khatimah Su’ al-khatimah
Bangkit tanpa cacat Bangkit dalam kondisi
cacat
Hisab yang mudah
(QS 84 Al-Insyiqaq
8)
Hisab yang sulit/berat
Diperintah masuk surga
Diperintah/dimasukkan masuk neraka
Kini
Jiwa damai dan
tenang
Jiwa tertekan/stress
dan gelisah
Sehat jiwa-raga Sakit jiwa-raga
Hidup terarah Hidup tanpa arah
Hidup
(pekerjaan/urusan)
mudah
Hidup
(pekerjaan/urusan)
sulit
Hidup berkecukupan/lapang
(fasilitas hidup
lengkap)
Hidup dalam kekurangan/kesempitan
Bila menghadapi masalah segera
menemukan solusi
Masalah selalu bertambah (solusi
justru menjadi masalah
baru)
Lalu
Dosa diampuni Dosa tidak diampuni
(QS 04 An-Nisa 18; QS 03 Ali Imran 90)
3
Selamat datang kembali di seri KAJIAN IHSAN
kali ini dengan tema “Membangun Diri”.
Semoga Anda dalam keadaan bebas, sukses,
dan bahagia ketika membaca buku ini dan
mengambil manfaatnya. Namun bila kondisi
Anda saat ini ternyata tidak demikian adanya
karena masalah yang sedang Anda alami, maka
kami berharap Anda dapat menemukan solusi
atau inspirasi yang bisa Anda gunakan untuk
memecahkan masalah yang sedang Anda
hadapi setelah membaca buku ini.
Meski tema buku ini adalah tentang
membangun diri namun di dalamnya secara
tersirat membahas tiga masalah utama yang
paling sering dialami, yaitu (1) kondisi
“terpenjara” oleh keadaan, (2) gagal meraih
atau mewujudkan impian, dan (3) stress.
Mudah-mudahan satu atau beberapa masalah
yang sedang Anda hadapi saat ini termasuk ke
dalam salah satu dari tiga problem yang
disebutkan di atas dan dibahas dalam buku ini.
Karena itu, ada baiknya sebelum melanjutkan
membaca buku ini, Anda membuat daftar
ringkas masalah yang sedang Anda hadapi saat
ini kemudian mencocokkannya dengan
bahasan yang ada dalam buku ini.
4
PENYEMPURNAAN DIRI
KAJIAN IHSAN seri “Membangun Diri” ini
terinspirasi dari ayat-ayat Al-Quran yang
menyebutkan tentang penyempurnaan nafs
(jiwa, diri).
Kita membaca serangkaian ayat pada Quran
Surah 91 Asy-Syams mulai ayat 7 hingga 10
yang menginformasikan tentang
penyempurnaan jiwa melalui “pengilhaman”
fujur dan taqwa yang dilanjutkan dengan
isyarat bahwa bila ingin sukses, lakukan
tazkiyah terhadap nafs namun bila ingin
mengalami kerugian, lakukan tadsiyah an-nafs.
Kita mengambil beberapa kata kunci dari
rangkaian ayat di atas untuk dikaji. Kata-kata
kunci tersebut termasuk kata an-nafs, ilham,
fujur, taqwa, zakka, dassa, aflaha, dan khaba.
Dua kata akan dikaji secara khusus yaitu kata
zakka dan dassa agar cakupan makna
keduanya bisa lebih luas Anda tangkap, bukan
sekedar terjemahannya, yaitu mensucikan
(zakka) dan mengotori (dassa). Kajian tentang
ayat-ayat tersebut tidak akan disajikan dalam
buku ini melainkan pada forum kajian/diskusi
tatap muka dengan penulis.
5
Buku ini hanya bermaksud menyajikan
gambaran umum perihal efek atau “jejak” dari
aktifitas zakka dan dassa pada diri manusia,
yaitu diri yang merusak dan diri yang
membangun.
Tabel berikut memberi gambaran dan
perbandingan ringkas tentang tema yang dikaji
dalam buku ini:
Al-Faajir vs
Al-Muttaqi
Perusak Pemelihara
Al-Faajir Al-Muttaqi1. Tidak memiliki kesadaran akan MOTIF
atau NIAT BURUK/MERUSAK (diri, orang
lain, dan lingkungan) pada dirinya.
1. Menyadari niat buruk pada diri dan
segera MENGUBAH niat buruk menjadi
baik/murni.
2. Tidak memiliki kesadaran terhadap
kondisi LINGKUNGAN yang berpotensi
MERUSAK diri serta TIDAK MAMPU“KELUAR” dari lingkungan yang merusak.
2. Menyadari potensi merusak atau
membangun pada lingkungan sekitarnya
dan segera BERPINDAH dari lingkungan
yang buruk/merusak ke lingkungan
baik/mendukung.
3. Gampang, mudah, cepat, senang
MENGHAKIMI/MEMBERI LABEL ATAU CAP
(buruk) diri, orang lain, lingkungan.
3. Gampang, mudah, cepat, senang MENCARI
TAHU atau BERTANYA (BELAJAR) atas hal-
hal yang belum ia ketahui dengan pasti,
jelas, atau yakin.
4. Mengabaikan PENGALAMAN orang lain;
menolak KERJASAMA dengan orang lain dan
selalu MENGULANGI TINDAKAN YANG SAMA
dengan mengharapkan hasil yang berbeda.
4. Segera mengubah atau mengganti
tindakan atau cara yang tidak efektif dan
bersedia bekerjasama dan berbagi
pengalaman dengan orang lain.
5. Melakukan TINDAKAN KEKERASAN
sebagai ekspresi AMARAH yang disebabkan
DENDAM atau KECEMBURUAN terutama
kepada orang lain dan atau lingkungan.
5. Bersyukur dengan cara bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya setelah itu ia
berbagi untuk memenuhi kebutuhan orang
lain.
6. Menempatkan diri sebagai “korban” (atas
suatu sistem atau konspirasi) serta
gampang, mudah, cepat, senang
menumpahkan rasa KHAWATIR
(MENGELUH) dan penyesalan (MENYESAL).
6. Bersabar dalam melakukan kebaikan;
tetap melakukan kebaikan meski terdapat
rasa takut, halangan, tantangan, resiko,
perubahan.
7. Mengalami KECANDUAN sebagai tindakan
PELARIAN atas sesuatu yang diCEMASkan
serta mengalami DEPRESI karena bersikap
pasif atau MENEKAN/MENYIMPAN amarah.
6
Al-Faajir: Si Perusak
Pada Quran Surah 91 Asy-Syams 8 Anda
membaca tentang jiwa yang diilhamkan fujur
atau penyimpangan dari al-haqq. Kajian atas
kata fujur mengarahkan kita pada serangkaian
tindakan atau perbuatan yang efeknya buruk
atau merusak.
Berikut tanda-tanda diri yang rusak dan
(berpotensi) merusak:
1. Tidak memiliki kesadaran akan MOTIF
atau NIAT BURUK/MERUSAK (diri, orang
lain, dan lingkungan) pada dirinya.
2. Tidak memiliki kesadaran terhadap
kondisi LINGKUNGAN yang berpotensi
MERUSAK diri serta TIDAK MAMPU
“KELUAR” dari lingkungan yang
merusak.
3. Gampang, mudah, cepat, senang
MENGHAKIMI/MEMBERI LABEL ATAU
CAP (buruk) diri, orang lain, lingkungan.
4. Mengabaikan PENGALAMAN orang lain;
menolak KERJASAMA dengan orang lain
dan selalu MENGULANGI TINDAKAN
YANG SAMA dengan mengharapkan
hasil yang berbeda.
5. Melakukan TINDAKAN KEKERASAN
sebagai ekspresi AMARAH yang
7
disebabkan DENDAM atau
KECEMBURUAN terutama kepada orang
lain dan atau lingkungan.
6. Menempatkan diri sebagai “korban”
(atas suatu sistem atau konspirasi) serta
gampang, mudah, cepat, senang
menumpahkan rasa KHAWATIR
(MENGELUH) dan penyesalan
(MENYESAL).
7. Mengalami KECANDUAN sebagai
tindakan PELARIAN atas sesuatu yang
diCEMASkan serta mengalami DEPRESI
karena bersikap pasif atau
MENEKAN/MENYIMPAN amarah.
Diri yang merusak adalah diri yang tidak
mengenal al-haqq. Kalaupun ia mengenal al-
haqq, ia menyimpang, menjauh, atau “keluar”
darinya.
Kondisi tersebut membuat diri dikuasai oleh
motif atau niat buruk terhadap orang lain atau
lingkungan sekitarnya. Akibatnya, diri
“terjebak” pada kondisi atau lingkungan yang
buruk, gemar menghakimi atau memberi
label/cap buruk terhadap orang lain,
berkomplot dalam keburukan, melakukan
tindak kekerasan baik dengan lisan maupun
8
tangannya, serta pembicaraannya didominasi
oleh keluhan atas segala hal.
Diri yang merusak juga dapat ditandai dengan
ketergantungan (kecanduan) terhadap benda
atau kegiatan tertentu yang efeknya merusak
jiwa-raganya sendiri serta menganggu
lingkungan sekitarnya.
Tanda-tanda ini menjadi petunjuk bahwa diri
tidak mampu mengatasi problemnya. Diri yang
merusak sejatinya sedang berada dalam salah
satu dari masalah berikut:
1. Terjebak, terkungkung, terpenjara.
2. Gagal mencapai tujuan dan mewujudkan
impian/keinginan.
3. Mengalami stress dalam bentuk sakit
hati dan kehilangan.
Diri yang merusak sedang merasakan berada di
tempat (kuliah, kerja, kediaman) yang tidak ia
inginkan namun tak mampu atau sulit untuk
keluar dari sana. Ia merasa sedang terjebak
atau terpenjara di tempat/lingkungan tersebut.
Diri yang merusak terkadang mendapati
kenyataan bahwa tujuan-tujuan dan keinginan-
keinginannya (dalam hal keuangan, karir,
pekerjaan, asmara, pergaulan, kesehatan dan
9
lain sebagainya) banyak yang gagal diraih.
Entah karena ia telah kehilangan arah/tujuan
atau karena tidak mampu melihat cara atau
jalan lain mewujudkan keinginannya dan
meraih tujuan-tujuan hidupnya.
Energi yang dimiliki dan dikeluarkan oleh diri
yang merusak selalu negatif. Ia melihat dirinya
berada dalam kondisi stress dan menderita
yang bisa jadi dikarenakan dirinya selalu
merasa berada dalam situasi berbahaya atau
merasa terancam akan kehilangan sesuatu
namun bisa juga karena ia selalu merasa
disakiti/dilecehkan atau dipandang remeh.
Anda tentu tidak ingin menjadi pribadi yang
merusak. Namun, boleh jadi beberapa di antara
tanda yang disebutkan di halaman 6-7 ada
pada diri Anda atau mungkin Anda sedang
mengalami salah satu dari masalah yang
diuraikan pada halaman 8-9...
Benarkah demikian?
10
Al-Muttaqi: Si Pemelihara
Kata taqwa disebut setelah kata fujur pada
Quran Surah 91 Asy-Syams 8. Makna dasar kata
taqwa adalah menjaga/memelihara. Kajian atas
kata tersebut memberi informasi bahwa diri
dapat menjadi pembangun dan pemelihara.
Tanda-tanda diri yang bangun dan
membangun/memelihara adalah sebagai
berikut:
1. Menyadari niat buruk pada diri dan
segera MENGUBAH niat buruk tersebut
menjadi baik/murni.
2. Menyadari potensi merusak atau
membangun pada lingkungan
sekitarnya dan segera BERPINDAH dari
lingkungan yang buruk/merusak ke
lingkungan baik/mendukung.
3. Gampang, mudah, cepat, senang
MENCARI TAHU atau BERTANYA
(BELAJAR) atas hal-hal yang belum ia
ketahui dengan pasti, jelas, atau yakin.
4. Segera mengubah atau mengganti
tindakan atau cara meraih tujuan yang
tidak efektif dan bersedia bekerjasama
dan berbagi pengalaman dengan orang
lain.
11
5. Bersyukur dengan cara bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya setelah itu
ia berbagi untuk memenuhi kebutuhan
orang lain.
6. Bersabar dalam melakukan kebaikan;
tetap melakukan kebaikan meski
terdapat rasa takut, halangan,
tantangan, resiko, perubahan.
Diri yang memelihara pada dasarnya telah
mampu mengenali al-haqq dan berhasil
mengelola (menjaga/memelihara) al-haqq
tersebut pada dirinya.
Efeknya, diri yang memelihara senantiasa
terbebas dari kungkungan atau penjara
keterbelakangan; kapan saja dia berada dalam
lingkungan yang merusak, ia sukses keluar atau
hijrah dari sana. Diri yang memelihara
menikmati kebebasan dan kelapangan hidup.
Tujuan hidup diri yang memelihara jelas dan
terarah; ia tidak terombang ambing oleh
kehidupan dan tidak dengan mudah larut
dalam sebuah trend. Boleh jadi ia mengalami
kegagalan meraih tujuan namun hal itu tidak
serta merta membuatnya bingung atau arah
dan tujuan hidupnya menjadi lenyap.
Melainkan, begitu ia mengalami kegagalan, ia
12
segera menjernihkan kembali fokusnya
sehingga tujuan hidupnya kembali menjadi
terang dan segera menjelajahi berbagai pilihan
cara yang kreatif bin efektif meraih tujuan
hidupnya kemudian berkolaborasi (bekerja
sama) dengan orang-orang yang
berpengalaman. Diri yang memelihara lebih
sering sukses dibandingkan gagal dan bila
yang disebut terakhir terjadi, ia akan segera
bangkit untuk kembali sukses meraih tujuan
dan impiannya.
Emosi diri yang memelihara stabil dan positif.
Gerak-geriknya menyiratkan kepercayaan diri
yang penuh. Ia tampak puas dan menikmati
hidupnya. Ia bersabar pada saat kehilangan
sesuatu dan merespon tindakan agresi dengan
kesyukuran penuh; ia berbagi nikmat/kebaikan
kepada orang yang melakukan tindakan
kekerasan.
Tazkiyah vs Tadsiyah
Merenungi lebih dalam Quran Surah 91 Asy-
Syams 8 menghasilkan inspirasi tentang nafs
yang seolah-olah dapat tumbuh dan
berkembang namun dapat juga “layu kemudian
mati”.
13
Nafs bisa tumbuh dan berkembang karena ia
bisa menerima aktifitas tazkiyah:
“penumbuhan” diri. Sebaliknya, ia pun dapat
“mati” karena aktifitas tadsiyah: “mengecilkan,
mengkerdilkan, mengubur, atau
menyembunyikan” diri.
Diri dapat berkembang melalui pengambilan
keputusan; setiap kali diri memutuskan sesuatu,
ia berkembang. Sebaliknya, bila diri tidak
memutuskan sesuatu, ia pasif, diam, tidak
bergerak yang lama kelamaan akan membuat
diri “terkubur” lalu mati (mungkin itu sebabnya
ada ungkapan yang mengarah kepada: “hidup”
tapi mati; mayat hidup yang bergerak tanpa
tujuan atau arah yang pasti/jelas).
Mengkaji kata tazkiyah dan tadsiyah membawa
kita kepada sebuah aktifitas yang disebut
“pengambilan keputusan” atau decision
making. Mereka yang mampu mengambil
keputusan secara mandiri hidup; yang tidak
mampu atau kesulitan melakukannya mati.
Pengambilan keputusan dapat kita kaji melalui
kata syaa ( المشيئة , شاء ) dan iradah (الإرادة) yang
juga terdapat dalam Al-Quran. Kedua kata
tersebut diterjemahkan dengan “keinginan”
dan menjadi petunjuk bahwa diri dapat
14
memutuskan untuk memperoleh atau
melakukan sesuatu terlepas apakah keputusan
itu baik atau buruk, merusak atau membangun.
Fujur dan Taqwa
Diri dapat memutuskan untuk melakukan
perbuatan atau memperoleh hal-hal yang
dianggap merusak atau membangun.
Terdapat beragam istilah yang digunakan Al-
Quran untuk menggambarkan kebaikan dan
keburukan. Ada fujur dan taqwa,
fasad/mafsadah dan ishlah (mashlahah, shalih),
khayr dan syarr, atau ma’ruf dan munkar.
“Puncak” pertentangan antara kebaikan dan
keburukan terwakili pada istilah al-haqq vs al-
bathil.
Diri yang memutuskan untuk melakukan dan
memperoleh kebaikan akan mengalami
kesukesan (menuai hasil yang diinginkan).
Sebaliknya, diri yang memutuskan untuk
melakukan dan memperoleh keburukan akan
mengalami kerugian (tidak mendapatkan hasil
apa pun).
Diri yang membangun adalah diri yang
memutuskan untuk melakukan dan
15
memperoleh kebaikan. Pada jangka panjang,
diri yang membangun ini meraih falah
(keberhasilan).
Kini, tibalah kita pada inti kajian: bagaimana
cara saya membangun diri?
Tazkiyah an-Nafs
Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda
lakukan untuk membangun diri Anda agar
Anda mampu meraih falah dunia-akhirat.
Langkah-langkah tersebut akan dijabarkan
lebih lanjut pada kajian/diskusi tatap muka
dengan penulis.
Cara membangun diri:
1. Kenali dan pahami al-haqq dan al-bathil:
kebenaran vs kepalsuan; kebaikan vs
kerusakan; win/win vs win/lose.
2. Kenali wilayah diri yang merupakan
wilayah nyaman (comfort zone).
a. Di dalam wilayah diri terdapat
beberapa sumberdaya yang bisa
Anda gunakan, yaitu emosi,
data/pengetahuan, kemampuan
membuat keputusan sebagai
respon atas lingkungan sekitar.
16
b. Di dalam wilayah diri, seluruhnya
berada di dalam kendali.
c. Tujuan (sesuatu yang diinginkan)
berada di luar wilayah diri dan
tidak dapat dikendalikan.
3. Batas diri:
a. Bangun/buat “pintu” pada batas
diri. Bila ada hal yang bathil ingin
masuk, tutup pintu diri (katakan
“tidak”). Sebaliknya, bila ada yang
haqq hendak masuk, buka pintu
diri.
b. Lihat batas diri. Segala sesuatu
yang berada di dalam batas diri
adalah milik diri yang mampu
dikendalikan dan harus
dipertanggungjawabkan.
c. Segala sesuatu yang berada di
luar batas diri tidak selayaknya
dianggap/diimajinasikan sebagai
milik diri dan karenanya tidak
seharusnya mencoba untuk
mengendalikannya dan
mempertanggungjawabkannya.
d. Berhenti mencoba
mengendalikan sesuatu yang
berada di luar batas diri agar
tidak mengalami penderitaan
batin.
17
e. Latih dan biasakan untuk berkata
dan mendengar kata tidak.
4. Latih dan biasakan diri selalu melakukan
dzikrullah dan doa (berada pada kondisi
“kini”) agar bisa memutuskan melakukan
tindakan membangun
(win/win=menebar rahmat) hal-hal
berikut:
a. Diri bisa menyadari niat atau
motifnya
b. Diri bisa menyadari keadaan
lingkungannya apakah merusak
atau membangun sehingga bisa
menyeberang dari lingkungan
yang merusak ke lingkungan
yang membangun.
c. Mencari tahu bukannya
menghakimi/menyalahkan.
d. Bekerjasama
e. Bersyukr bukannya melakukan
agresi
f. Bersabar bukannya mengeluh
5. Pelajari dan kenali:
a. Tujuan, kebutuhan, dan keinginan
manusia pada umumnya dan diri
sendiri.
b. Berbagai macam cara manusia
memenuhi kebutuhannya.
18
c. Hukum, aturan, atau mekanisme
kerjasama dan bekerja di dalam
dan atau sebagai bagian dari tim.
6. Bangun, bentuk, dan tingkatkan
a. Syukr: merasa cukup dan puas
(al-qanaah) atas rizq Allah.
b. Shabr: bersabar dalam melakukan
kebaikan atau tetap melakukan
kebaikan meski mengalami
halangan, rintangan, tantangan,
resiko, ketakutan.
~~~
TENTANG KAJIAN IHSAN
Terima kasih atas kesediaan Anda membaca
dan mengikuti “Kajian Ihsan”.
Kajian Ihsan adalah sebuah kajian dan
pelatihan yang dipersembahkan bagi Anda
untuk membantu Anda menjadi manusia yang
selalu dilimpahi rahmat Allah dan menjadi
rahmat bagi alam semesta.
Kajian ini diberi nama ihsan (إحسان , ihsa>n),
karena terinspirasi dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Kata ihsan dalam Al-Quran bermakna
kebajikan. Adapun dalam hadits yang populer,
19
kata ihsan dimaknai dengan beribadah kepada
Allah dalam kondisi seolah-olah melihat-Nya
serta diawasi oleh-Nya.
Sasaran Kajian Ihsan adalah mengubah pola
pikir Anda dari pola pikir bukan Al-Quran
menjadi pola pikir Al-Quran (Quranic Mindset).
Al-Quran menjadi rujukan utama pada Kajian
ini. Setiap kali Anda mengikuti kajian, Anda
hanya perlu membawa Al-Quran (dan
terjemahan bahasa Indonesia) karena yang kita
kaji adalah ayat-ayat Allah.
Materi Kajian dibagi ke dalam beberapa
kelompok tema, antara lain:
1. Perjalanan Manusia. Mulai dari alam ruh
hingga dar al-akhirah.
2. Iblis, Syaithan, dan prinsip kejahatan.
3. Adam alaihi as-salam: kekhalifahan
(mengelola SDA dan SDM) dan
kekhilafan (taubat dan ampunan).
4. Tauhid: Rahmat Allah.
5. Alam semesta: tafakkur, tadzakkur dan
isti’mar.
6. Niat: ikhlash atau syirk.
7. Amal shalih: ritual, non-ritual,
produktifitas (bukan sekedar aktif,
malas), berbagai gelar bagi pelaku
20
kebaikan seperti ulul albab, muttaqun,
muhsinin, dan lainnya.
8. Tawakkal: menyerahkan (hasil) setiap
urusan kepada Allah.
9. Ridha: merasakan kesenangan,
kegembiraan, kebahagiaan yang abadi.
10. Shabr: manajemen diri dalam
menghadapi dan memecahkan masalah
11. Syukr: menjadi pribadi yang sukses dan
sejahtera.
Pelatihan
Selain mengkaji ayat-ayat Allah, Anda juga bisa
mengikuti berbagai jenis pelatihan, di
antaranya:
1. Pelatihan Dzikr, Doa, dan Shalat
thuma’ninah.
2. Pelatihan Ikhlash.
3. Pelatihan Merancang Masa Depan.
4. Pelatihan Mengelola Sumber daya diri.
5. Pelatihan Mengelola Pikiran dengan
tehnik Mindmap.
6. Pelatihan Mengelola Masalah hidup.
7. Pelatihan dan konsultasi bisnis.
8. Dan berbagai pelatihan lainnya sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan Anda.
21
Mayoritas dari pelatihan yang dicantumkan di
atas diselenggarakan tanpa memungut biaya
apa pun alias gratis.
Melalui Kajian Ihsan, Anda akan digembleng
agar menjadi seorang yang
a) muttaqi (bertaqwa),
b) produktif,
c) memiliki usaha (perusahaan, bisnis),
d) memiliki penghasilan yang lebih besar,
e) melakukan ihsan kepada keluarga dan
orang lain, dan
f) pemimpin/penguasa.
Kajian Ihsan bersifat terbuka dan tidak terkait
dengan aliran, kelompok, organisasi atau
mazhab tertentu. Siapapun bisa mengikuti
kajian ini tanpa perlu terikat dan atau menjadi
“anggota” apalagi harus menaati aturan-aturan
tertentu.
Setiap peserta adalah fasilitator dan setiap
fasilitator adalah peserta kajian. Jadi tidak ada
hubungan guru-murid dan tidak perlu ada
sosok tertentu yang diistimewakan.
Kajian dilaksanakan pada waktu dan tempat
yang telah disepakati bersama. Bila Anda ingin
22
berpartisipasi dalam kajian ini, hubungi
Muhammad Hamzah pada jalur berikut:
HP:
0877 4016 4858
Email: [email protected]
Halaman internet:
http://sayahamzah.wordpress.com
http://www.facebook.com/hamzah.mks
Kajian Ihsan serta pelatihan dan publikasi,
termasuk buku yang ada di tangan Anda ini,
dimungkinkan ada, terdistribusi dan atau
terselenggara berkat izin Allah dan atas
bantuan al-muhsin seperti Anda yang lakukan
transfer ke nomor rekening ini:
BRI SYARIAH MAKASSAR
100 5356 225
A/n MUHAMMAD HAMZAH